• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Produk Telkomsel Cash (T-Cash), Satu Bentuk Digital Cash di Indonesia Telkomsel cash (T-Cash) adalah suatu layanan digital money di Indonesia yang dapat digunakan pelanggan Telkomsel untuk melakukan transaksi pembelian dan pembayaran secara digital dengan menggunakan pin di merchant yang berlogo T-Cash. Dalam layanan ini, pelanggan bisa melakukan beragam transaksi mulai dari cash in (penukaran uang tunai menjadi uang elektronik), cek saldo terakhir, purchase (pembelian produk di merchant yang telah bekerja sama dengan Telkomsel), mengecek lima transaksi terakhir, ganti pin, reset pin, pengisian pulsa pin dan unregister.

Pertama kali diluncurkan pada 27 November 2007, T-Cash merupakan produk digital cash pertama yang diluncurkan di Indonesia. Menariknya perusahaan yang memperkenalkan produk ini bukanlah perusahaan perbankan yang selalu identik dengan urusan uang melainkan sebuah perusahaan telekomunikasi seluler yaitu Telkomsel. Dengan diluncurkannya T-Cash ini, lagi-lagi Telkomsel menjadi pionir dengan menghadirkan produk baru yang inovatif (Sumber : digitalpayment.telkomsel.com)

Produk T-Cash ini hadir di Indonesia sebagai instrumen pembayaran non-tunai untuk transaksi dengan nominal kecil (micropayment). Telkomsel menyadari bahwa tren perkembangan transaksi kedepan adalah transaksi non-tunai (cashless) yang menawarkan kecepatan, kepraktisan dan sekaligus keamanan transaksi. Oleh karena itu media yang digunakan dalam melakukan transaksi adalah pin. Selain berhubungan dengan inti bisnis perusahaan, pin dipilih sebagai media transaksi karena lebih aman bila dibandingkan dengan menggunakan kartu.

Keuntungan bila menjadi pelanggan layanan ini adalah pelanggan tidak perlu lagi repot-repot menggunakan uang tunai saat berbelanja. Dengan membawa pin (yang sudah terisi saldo tentunya) pelanggan bisa membayar seluruh transaksi yang

(2)

2 dilakukannya dengan “uang pas” sehingga tidak ada lagi istilah uang kembalian. Bisa menghemat waktu dan mengurangi lamanya antrian di kasir.

Layanan T-Cash ini sangat cocok digunakan oleh masyarakat (pengguna Telkomsel) yang memiliki mobilitas tinggi dan membutuhkan kepraktisan, kecepatan, dan keamanan saat transaksi. Mengingat fungsinya yang diharapkan bisa menjadi pengganti uang tunai, produk ini bisa disegmentasikan untuk semua golongan (mass market) mulai masyarakat ekonomi atas, menengah sampai bawah. Merchant yang telah bekerjasama dengan Telkomsel dilengkapi dengan logo T-Cash. Pelanggan bisa datang ke kasir untuk menukarkan uang tunai dengan saldo T-Cash. Setelah melakukan cash in, pelanggan akan menerima sms konfirmasi transaksi. Begitu pun saat melakukan transaksi lainnya. Berikut adalah merchant yang telah bergabung menjadi mitra Telkomsel.

Tabel 1.1

Daftar Merchant Mitra Telkomsel

No Jenis

Ttansaksi

Perusahaan

1 Bayar Cepat Dengan Tap

Food : McDonald, The Coffee Bean, Baskin Robbins, Wendy’s, Seven Eleven, Es Teler 77, Auntie Anne’s, Bread & Crumb, Gambino, Gogo, Hongkong Cafe, La Hoya, Liberica, Menya Sakura, Miyagi, Munchies, Nanny’s Pavilion, Oey, Oh La la, Okirobox, Rumate, Seribu Rasa, Shihlin, Simply, Bakmi GM

Entertainment : Cinema XXI

2 Online

Shopping

Blanja.com, Kosmetik Cantik, Rumah Parfum, Flower Advisor, Data Cell, Gobann, Gramedia Online, Ayopay, Eset, Mol Accesportal, PT MP Games, PT Reeconindo Cemerlang Inti

3 Billers Partner

TV Berbayar : Nexmedia, TransVision, Genflix, Orange TV, Indovision, OKEvision

Telpon & Internet : KartuHALO, Telkom, Telkom Speedy

Listrik : PT PLN

PDAM/AETRA/PALYJA : AETRA Jakarta, PALYJA Jakarta

Cicilan : FIF, WOM Finance, Mega Central Finance, Mega Auto Finance

(3)

3 Kartu Kredit : ANZ, BNI, CIMB Niaga, BII,

Mega Visa, Citibank, Permata Bank, HSBC, AMEX, GE Money, Standard Chartered, UOB Buana

Asuransi : BPJS Ketenagakerjaan

1.2 Latar Belakang Penelitian

Sistem pembayaran dalam transaksi ekonomi mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran telah menggantikan peranan uang tunai yang dikenal masyarakat sebagai alat pembayaran pada umumnya ke dalam bentuk pembayaran non tunai yang lebih efektif dan efisien. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan ataupun pusat perbelanjaan di Indonesia yang menerima transaksi pembayaran dengan menggunakan sistem pembayaran non tunai. Cepat, aman, nyaman, mudah dan efesien dalam bertransaksi merupakan alasan masyarakat Indonesia memiliki respon yang besar terhadap sistem pembayaran non tunai dan sistem pembayaran non tunai ini telah dikembangkan oleh pihak bank maupun non bank sebagai lembaga penyelenggara sistem pembayaran di Indonesia.

Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas yang mengatur bidang sistem pembayaran di Indonesia telah mencanangkan grand design upaya peningkatan penggunaan pembayaran non-tunai atau sering disebut dengan Toward a Less Cash Society (LCS). Perkembangan transaksi pembayaran menuju Less Cash Society merupakan arah perubahan yang tidak dapat dihindari (Bank Indonesia, 2009). Pengembangan instrumen sistem pembayaran non tunai berbasis kartu elektronik di Indonesia memiliki potensi yang besar. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan transaksi dengan menggunakan APMK (Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu) dan e-money yang sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir, adanya kemudahan dalam penggunaan dan pengembangan teknologi, kecenderungan dan tuntutan masyarakat untuk bertransaksi dengan menggunakan instrumen yang lebih efisien dan aman, serta beberapa keunggulan instrumen pembayaran elektronik

(4)

4 dibandingkan dengan penggunaan uang tunai telah mendorong Bank Indonesia untuk lebih mengupayakan terciptanya masyarakat yang berkecenderungan non tunai (Bank Indonesia, 2009).

Namun ada dua hal yang menjadi penghadang utama kebijakan ini, yaitu iklim atau ekosistem bisnis di Indonesia dan permasalahan klasik infrastruktur. Masyarakat Indonesia masih sangat terbiasa menggunakan uang tunai dalam bertransaksi. Sebagian orang beranggapan bahwa rasanya belum memegang uang meskipun sudah memiliki kartu debit dan kredit. Alasan ini cukup relevan karena instrumen pembayaran non tunai belum menyeluruh dikenal masyarakat. Selain itu, relatif masih banyak masyarakat kita yang terbiasa membelanjakan uangnya di pasar tradisional, warung-warung, atau pedagang kaki lima yang menyediakan prasarana non-tunai (Nathanael, 2015).

Pada pelaksanaannya ada sebagian orang yang menganggap bertransaksi non tunai justru lebih rumit, memasukkan pin (pada kartu debet) atau memasukkan nomor (pada e-money) lebih memerlukan waktu dibanding mengambil berlembar-lembar uang tunai di dompet.

Gambar 1.1

Presentase Pengguna Non Tunai Dibanding Tunai Di Beberapa Negara (Sumber : http://www.katadata.co.id/)

Dari gambar 1.1, dapat diketahui bahwa pembayaran tunai masih berbanding jauh dengan transaksi non-tunai. Pembayaran non-tunai hanya sebesar 31% dari

(5)

5 keseluruhan transaksi yang ada, dan jumlah pemilik kartu debit hanya sebesar 35%. Jika dilihat dari jumlah penduduk yang mencapai 255 juta jiwa, tentu kondisi ini terbilang cukup memprihatinkan., jika dibandingkan negara Amerika yang memiliki jumlah penduduk lebih banyak, tetapi transaksi non-tunai mencapai 80%, jauh melebihi Indonesia.

Untuk transaksi retail sehari-hari, hampir keseluruhan transaksi dilakukan secara tunai. Transaksi retail non-tunai hanya sebesar 0,6% dari total transaksi di Indonesia, berbeda jauh jika dibandingkan negeri tetangga yang sejajar, yaitu Malaysia yang mencapai 7,7%. Meskipun kedua negara sama-sama negara berkembang, tetapi terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kedua negara tersebut.

Gambar 1.2

Presentase Transaksi Ritel Dengan Tunai Beberapa Negara (Sumber : Asia Pacific Payment Trends)

(6)

6 Gambar 1.3

Presentase Transaksi Kartu Debet, Kredit, dan E-money di Indonesia (Sumber : http://www.bi.go.id/)

E-Money merupakan alat pembayaran multi purpose, berbeda dengan kartu debit dan kredit yang berupa single purpose. E-Money ditunjukkan untuk mengisi kekurangan alat pembayaran yang dimiliki oleh kartu debit dan kredit. Uang elektronik memiliki nilai tersimpan (stored-value) atau prabayar (prepaid) dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam suatu media elektronis yang dimiliki seseorang. Nilai uang dalam e-money akan berkurang pada saat konsumen menggunakannya untuk pembayaran. E-money dapat digunakan untuk berbagai macam jenis pembayaran, bermacam fungsi didalam 1 alat pembayaran, berbeda dengan kartu debit dan kredit yang hanya memiliki 1 fungsi, yang mana hanya sebagai perantara akses kepada pelayanan sistem bank, dan tidak memiliki nilai uang tersimpan didalamnya (Hidayati, 2006)

Namun jika dilihat dari transasksi non tunai di Indonesia, perbandingan antara pembayaran kartu debit, kredit, dan E-Money memperlihatkan perbandingan yang sangat besar. Bila dibandingkan dengan transaksi kartu debit dan kartu kredit,

(7)

7 transaksi E-Money terpaut kalah jauh bila dibandingkan dengan kedua media transaksi tersebut. Pada tahun 2014, transaksi debit mencapai total transaksi sebanyak 4 miliar transaksi, sedangkan kartu kredit hanya sebanyak 250 juta transaksi, hanya 6,25% dibandingkan transaksi debit. untuk jumlah transaksi E-Money sendiri hanya sebanyak 3 juta transaksi, atau hanya sebesar 0,075% dibandingkan dengan transaksi kartu debit. Meskipun sudah sejak lama diperkenalkan, tetapi media pembayaran E-Money ini masih kalah saing dibandingkan dengan media pembayaran lainnya. Hal ini tentu saja akan menghambat perkembangan dari E-Money di Indonesia sendiri.

Walaupun mayoritas transaksi di Indonesia masih berupa tunai, tetapi dalam prakteknya, transaksi non-tunai terus mengalami perkembangan yang besar setiap tahunnya. Dilihat dari jumlah kartu debit, kredit, dan e-money yang beredar dan terus meningkat setiap tahunnya, semakin lama transaksi non-tunai juga akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dan kemungkinan bisa membawa perubahan terhadap budaya pembayaran tunai di Indonesia.

Telkomsel T-Cash merupakan salah satu metode pembayaran non-tunai yang tergolong cukup lama di Indonesia, tetapi baru-baru ini mulai populer dikalangan para pengguna Telkomsel. T-Cash menggunakan metode elektronik yang lebih efektif dibandingkan dengan kartu debit, dengan cukup melakukan scan di tempat-tempat yang menyediakan jasa pembayaran T-Cash, menjadikan pembayaran yang lebih efisien. T-Cash berupa saldo uang dalam bentuk pin kecil, yang metode pengisian ulangnya menggunakan saldo pulsa kartu telkomsel atau melalui ATM. Telkomsel T-Cash sendiri sebenarnya sudah beroperasi sejak 2007, namun sayang kala itu penggunannya kurang diminati. Namun kini, seiring dengan semakin bertumbuh pesatnya penggunaan mobile internet, layanan T-Cash diklaim sudah memiliki sekitar 17 juta pengguna hingga akhir 2015. Jumlah tersebut dinilai akan terus bertumbuh mengingat Telkomsel yang merupakan operator seluler terbesar di Indonesia memiliki sekitar 134 juta pelanggan aktif (Sumber : www.money.id). Meskipun merupakan metode pembayaran yang efisien, tetapi manfaat penggunaan T-Cash ini belum dirasakan banyak orang. Di Sumatra rata-rata harian transaksi

(8)

8 terbesar sejumlah 6 juta Rupiah per hari dari rata-rata 324 transaksi/hari. Wilayah Sulawesi-Maluku-Papua sebesar 3 juta Rupiah per hari dengan rata-rata 162 transaksi/hari. Sementara kawasan Jabodetabek hanya memiliki angka 1.8 juta Rupiah per hari berdasarkan rata-rata 101 transaksi/hari (Sumber : dailysocial.id). Jumlah tersebut terbilang sangat kecil, apalagi jika dibandingkan dengan jumlah pengguna T-Cash pada akhir tahun 2014. Pada kenyataannya, T-Cash tidak digunakan sebagai media pembayaran yang semestinya. Sebagian orang memiliki T-Cash hanya sebagai penghias telepon seluler mereka, atau hanya untuk mengikuti tren yang sedang berkembang, yaitu memiliki T-Cash. Mereka menyia-nyiakan manfaat yang telah ditawarkan oleh T-Cash.

Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh persepsi seseorang untuk menggunakannya. Persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti (Kotler, 1993). Persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses kategorisasi dan interpretasi yang bersifat selektif. Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah katakteristik orang yang dipersepsi dan faktor situasional. Faktor Situasional dalam hal ini dapat berupa tingkat penerimaan teknologi atau adopsi teknologi yang dialami oleh si pengguna itu sendiri.

Adopsi teknologi sebagai hasil atas penerimaan teknologi oleh pemakai (user) akhir didasarkan pada persepsi kemanfaatan serta kemudahan dalam pengguna teknologi tersebut menghasilkan perilaku dan perhatian untuk menggunakan teknologi baru (Bahmanziari et al, 2003). Hal ini dapat berkaitan langsung dengan tingkat pemakaian, apakah pemakai akan menggunakan teknologi yang dimilikinya secara rutin, ataukah tidak. Adopsi tekhnologi E-Money merupakan penerimaan penerapan teknologi dalam kegiatan transaksi menggunakan electronic money, dalam hal ini dianalisis apakah adopsi teknologi electronic money T-Cash berpengaruh terhadap tingkat pemakaiannya.

Dari kondisi tersebut dijadikan dasar untuk melakukan penelitian tentang T-Cash, berdasarkan uraian diatas maka dapat diangkat judul: “ANALISIS PENGARUH KONSEP ADOPSI TEKNOLOGI E-MONEY TERHADAP TINGKAT

(9)

9 PEMAKAIAN T-CASH SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN ELEKTRONIK MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL”

1.3 Perumusan Masalah

T-Cash mampu memberikan layanan baru dalam bertransaksi yang memiliki nilai dan keuntungan yang lebih baik daripada layanan transaksi lainnya, yang berdasarkan teknologi pembayaran generasi sebelumnya. Walaupun mempunyai potensi yang besar, dan memiliki jumlah pengguna yang besar dalam waktu singkat, tetapi manfaat penggunaannya belum dapat dirasa banyak orang.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam menggunakan Telkomsel T-Cash dalam transaksi keseharian belum dipahami secara baik di Indonesia. Sebagian besar orang masih menggunakan metode pembayaran tunai di lokasi dimana T-Cash bisa digunakan, meskipun mereka membawa T-T-Cash dan memiliki saldo yang cukup. Sebagian besar orang juga memiliki T-Cash hanya sebagai penghias telepon seluler mereka, tidak mendapatkan manfaatnya sama sekali. Padahal, penggunaan T-Cash dapat menunjang budaya Less Cash Society yang lebih baik, dan penggunaannya juga lebih efisien dibanding pembayaran elektronik lainnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan persepsi masyarakat mengenai teknologi tersebut, apakah menurut mereka, penggunaan teknologi diluar kebiasaan mereka sudah menjadi hal yang layak digunakan, ataukah belum.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan latar belakang yang telah dilakukan, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah Adopsi Teknologi berpengaruh terhadap tingkat pemakaian Telkomsel T-Cash?

b. Bagaimana tingkat hubungan variabel eksternal, persepsi kemudahan, persepsi kemanfaatan, perilaku dan perhatian pengguna serta keterkaitannya dengan tingkat pemakaian T-Cash?

(10)

10 1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui apakah adopsi teknologi berpengaruh terhadap tingkat penggunaan Telkomsel T-Cash.

b. Mengetahui Bagaimana tingkat hubungan variabel eksternal, persepsi kemudahan, persepsi kemanfaatan, perilaku dan perhatian pengguna serta keterkaitannya dengan tingkat pemakaian T-Cash.

1.6 Manfaat Penelitian

Terdapat dua aspek yang menjadi manfaat dari kegiatan ini, yaitu aspek teoritis dan aspek praktis.

1.6.1 Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu refrensi ide untuk penelitian lebih lanjut, mengenai tingkat penerimaan teknologi terhadap tingkat pemakaiannya, dalam hal ini teknologi electronic money.

1.6.2 Aspek Praktis

Untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan Telkomsel T-Cash sebagai metode pembayaran alternatif dan memberikan informasi yang bermanfaat kepada Telkomsel sebagai penyedia layanan jasa T-Cash.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah persepsi konsumen dari sisi penerimaan teknologi untuk menggunakan Telkomsel T-Cash. Penelitian ini dikhususkan untuk mengetahui apakah ada pengaruh konsep adopsi teknologi kepada tingkat pemakaian T-Cash, karena pada umumnya konsumen tidak menggunakan manfaat dari T-Cash secara maksimal sebagai alat pembayaran, atau bahkan tidak menggunakan manfaatnya sama sekali. Pelanggan hanya memperhatikan penampilan luar, daripada manfaat dalam dari T-Cash tersebut.

(11)

11 Penelitian ini meninjau para pelanggan Telkomsel, khususnya pengguna atau yang memiliki T-Cash. Penelitian dilakukan didaerah kota dimana peneliti berlokasi dan tinggal, yaitu kota Jakarta dan kota Bandung. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam penggunaan T-Cash, dan apakah penggunaan T-Cash dipengaruhi oleh konsep penerimaan teknologi dalam penggunaannya.

1.8 Sistematika Penulisan

Pada sistematika penulisan ini, disajikan beberapa bab yang menjelaskan deskripsi laporan ilmiah berupa karya tulis.

BAB I GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian dari objek yang akan diteliti, perumusan masalah, tujuan penelitian dan permasalahan dari penelitian yang akan dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian dan ruang lingkup penelitia.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas metode penelitian yang digunakan, jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas analisa data-data yang telah penulis dapatkan dari penelitian dengan menggunakan metode analisis yang telah ditetapkan sebelumnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan akhir penelitian serta saran-saran untuk objek penelitian ataupun pihak-pihak terkait lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

StaMPS efficiently extracted the PS pixels on the unstable slopes in both areas and the time series 1D-LOS displacement map of PS pixels indicates that those areas in

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PROVINSI :

Selain itu, yang paling utama dalam memberikan mainan pada anak adalah pendampingan dari orang tua disaat anak bermain dengan mainan tersebut, karena dalam

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian ulang dialiser sampai sebanyak 7 kali tidak berpengaruh terhadap nilai URR dan Kt/V pada pasien hemodialisis

Kode yang muncul setelah pencarian tersebut adalah nomor klasifikasi buku yang digunakan perpustakaan untuk menyusun koleksi buku yang ada agar buku-buku yang sejenis dapat

Saya Hervita Laraswati mahasiswa Universitas Indonesia jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja semester akhir bermaksud meneliti tentang “Analisis Risiko Musculoskeletal

Sesudah mengalami asimilasi progresif total, bunyi-bunyi yang sama tersebut kembali mengalami perubahan bunyi, zeroisasi sinkope, pada salah satu bunyi dari dua

Flavonoida biasanya terdapat sebagai O-glikosida, pada senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada satu gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak