8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Knowledge
Knowledge dalam lingkungan perusahaan maupun organisasi masih sangat
minim karena tidak adanya kesadaran.Apabila adanya kesadaran untuk menerapkan penyebaran pengetahuan ke dalam strategi bisnis diperlukan, karena terbukti perusahaan maupun organisasi yang menjadikan knowledge sebagai aset utamanya senantiasa mampu mendorong perusahaan lebih inovatif yang bermuara kepada pemilikan daya saing perusahaan terhadap para pesaingnya. Menurut Bergeron (2003), yang dimaksud knowledge adalah informasi yang telah diorganisasi, disintesiskan untuk meningkatkan pengertian, kesadaran, atau pemahaman.
Lain halnya menurut Turban (2005), pengetahuan adalah sebuah kumpulan informasi yang kontekstual, relevan dan dapat dipakai sebagai dasar dalam melakukan suatu aksi.Secara garis besar, knowledge dibagi menjadi dua jenis, yaitu Tacit knowledge (pengetahuan implisit) dan Explicit Knowledge (pengetahuan eksplisit). Menurut Laudon (2008), pengetahuan itu sendiri ada dua jenis yaitu:
1. Tacit Knowledge
Suatu pengetahuan yang terekam dalam pikiran manusia dan belum terdokumentasi.
2. Explicit Knowledge
2.1.1Tacit Knowledge
Pada dasarnya tacitknowledge adalah Suatu pengetahuan yang terekam dalam pikiran manusia dan belum terdokumentasi (Laudon (2008) ). Berdasarkan pengertiannya, maka tacit knowledge dikategorikan sebagai
personal knowledge yang belum dimodifikasikan atau disusun dalam
bentuk tertulis atau dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh dari karyawan (individu). Pengalaman yang diperoleh tiap karyawan yang masih aktif dan karyawan yang sudah mau pensiun tentunya berbeda-beda berdasarkan situasi dan kondisi yang tidak dapat diprediksi. Sedangkan menurut Hall (2000), Tacit Knowledge adalah knowledge yang ada pada diri seseorang, yang didapat dari pengalaman, sulit untuk di transfer ke yang lain. Tacit Knowledge merupakan knowledge yang sebagian besar ditemukan dalam suatu perusahaan perlu didistribusikan agar dapat bermanfaat bagi seluruh anggota dalam sebuah perusahaan.
2.1.2 Explicit Knowledge
Pada dasarnya tacit knowledge adalah Suatu pengetahuan yang sudah di dokumentasikan (Laudon,2008). (Carrillo et al., 2004).Penerapan
explicit knowledge ini lebih mudah didistribusikan karena pengetahuan
yang diperoleh sudah dalam bentuk tertulis dan disusun rapi yang efsien dan efektif sehingga setiap karyawan dapat mempelajarinya serta memahaminya. Sedangkan menurut Hall (2000), Explicit knowledge adalah knowledge yang telah terformulasikan, atau terdokumentasi sehingga lebih mudah ditransfer.
2.2 Knowledge Management
Perusahaan perlu menciptakan nilai dengan menerapkantacit dan
explicitknowledge ke dalam proses bisnisnya. Knowledgemanagement merupakan
penciptaan nilai yang dimaksud Kim(2002) dan menjadi metode yang memungkinkan untuk mencapai tujuan dan strategi perusahaan dengan mengembangkan inovasi yang terus-menerus (Forcadell, 2002).Knowledge
Management menurut (Amrit Tirwana,2000) merupakan pengelolaan pengetahuan
secara terorganisasi untuk membuat nilai bisnis dan membangkitkan keuntungan yang bersaing. Adapun arah atau target dari Knowledge Management itu sendiri adalah keuntungan. Keuntungan akan berbeda arti jika didefinisikan dalam ilmu ekonomi maupun ilmu akuntansi. Keuntungan dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan).Sementara itu, keuntungan laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi.Perbedaan di antara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya.
Knowledge Management adalah sebagai melakukan apa yang perlu
dilakukan untuk mendapat hasil maksimal dari knowledge resources (Becerra-Fernandez, Gonzales & Sabherwal (2004)). Dengan knowledgemanagement sebagai integrasi dari people, processes, tools, dan strategy, untuk membuat, menggunakan dan share knowledge , untuk mencapai tujuan perusahaan (Tirpak (2005)). Sedangkan menurut Ringel-Bickelmaier & Ringel (2010) knowledge
usedan sharing of knowledge di dalam perusahaan. Tidak hanya sampai disitu
definisi knowledge managementyang ada, masih banyak definisi lainnya yang dikemukakan oleh para knowledge management expert lainnya di dunia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa knowledge managementadalah sebuah konsep mengelola dan memanfaatkan knowledge dimana knowledge dianggap sebagai aset yang berharga.
Menurut Darroch (2003), knowledge management adalah sebuah proses yang menciptakan atau menempatkan knowledgedan mengelola penyebaran dan penggunaan knowledge pada perusahaan.
2.3 Komponen
Knowledge Management
Model dari Collison dan Parcell menunjukkan kesuksesan Knowledge
Management dalam berinteraksi ada tiga elemen pokok.
Gambar 2.1 Three Fundamental Elements of Knowledge Management (Ghalib,2004)
2.3.1People
Menurut Collison dan Parcell (2004), people adalah yang berarti berasal dari orang.People merupakan bentuk dasar untuk membentuk
2.3.2 Process
Menurut Collison dan Parcell (2004), process Terdiri dari menangkap, menyaring, mengesahkan, mentransformasikan, dan menyebarkan knowledge ke seluruh perusahaan dilengkapi dengan menjalankan prosedur dan proses tertentu.Knowledge management tidak hanya sekedar teknologi, proses didalamnya lah yang menentukan kesuksesan implementasi Knowledge Management.Sehingga dapat dikatakan knowledge management Process yang menjadi kunci dari kinerja knowledge management secara keseluruhan (Beliveau, Bernstein, & Hsieh, 2011).
2.3.3Technology
Menurut Collison dan Parcell (2004), technology merupakan infrastruktur teknologi yang standar, konsisten, dan dapat diandalkan dalam mendukung alat-alat perusahaan.
2.4 Model
SECI
Model SECI dari Nonaka dapat digunakan untuk mengidentifikasi
Gambar 2.2 Diagram SECI (Nonaka Takeuchi, 1995)
Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi membedakan antara Tacit
Knowledge dengan Explicit Knowledge, dan membagi model konversi Knowledge menjadi 4 cara sebagai berikut :
1. Tacit Knowledge ke Tacit Knowledge, disebut proses Socialization
Sosialisasi merupakan proses sharing dan penciptaan tacit knowledge melalui interaksi dan pengalaman langsung.
2. Tacit Knowledge ke Explicit Knowledge, disebut prosesExternalization
Eksternalisasi merupakan pengartikulasian tacit knowledge menjadi
explicit knowledge melalui proses dialog dan refleksi.
Kombinasi merupakan proses konversi explicit knowledge menjadi
explicit knowledge yang baru melalui sistemisasi dan pengaplikasian explicit knowledge dan informasi.
4. Explicit Knowledge ke Tacit Knowledge, disebut proses Internalization
Internalisasi merupakan proses pembelajaran dan akuisisi knowledge yang dilakukan oleh anggota organisasi terhadap explicit knowledge yang disebarkan ke seluruh organisasi melalui pengalaman sendiri sehingga menjadi tacit knowledge anggota organisasi.
2.5 Knowledge Management System
Knowledge Management System (KMS) menurut Debowski S., (2006)
adalah suatu sistem teknologi yang didukung untuk mengatur knowledge pada suatu organisasi. Knowledge Management System dapat diketahui dan di evaluasi melalui komponen Knowledge Management yang meliputi People, Process, dan
Technology dalam knowledge management tersebut.Menurut Shelda Debowski
(2005) terdapat faktor-faktor The Five Ps, dilihat sisi people dalam knowledge
management, People adalah individu yang memiliki pengetahuan. Mereka juga
yang melakukan pengaturan sistem dan proses. People perlu diyakinkan bahwa proses strategi knowledge management merupakan strategi yang sangat berharga.Knowledge Management System saat ini dapat dikembangkan menggunakan sistem yang berbasis teknologi informasi yang dikembangkan untuk mendukung dan meningkatkan proses knowledge creation, penyimpanan/pengambilan (storage/retrieval), transfer, dan aplikasi
Systemadalah mendukung knowledge dan OM creation.(Alavi and Leidner
(2001)).
2.6 Knowledge
Management Solutions
Gambar 2.3Knowledge Management (Becerra-Fernandez)
Dalam bukunya, Becerra-Fernandez menuliskan bahwa dalam membangun sebuah knowledge management ada dua poin yang perlu diperhatikan yaitu
knowledge management solution (seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2)
dan knowledge management system.Knowledge management solution merujuk pada langkah untuk memfasilitasi suatu knowledge management. Langkah tersebut dapat dibagi dalam empat level, yaitu
1. Knowledge management processes 2. Knowledge management Systems
3. Knowledge management Mechanisms and Technologies 4. Knowledge management infrastructure
Knowledge Management Processmelibatkandari awalpembentukanhingga
pemanfaatanknowledgedalam suatuorganisasi.Knowledge management process merupakan sebuah proses didalamnya berisi proses penciptaan/create, proses menangkap knowledge (capture), proses penempatan knowledge (refine), pengaturan knowledge (manage),dan juga penyebaran knowledge (dissemination). Keenam knowledge management process ini didukung oleh Siklus Knowledge
Management System menurut Turban dan Volovino (2009).Knowledge Management Systems menggunakan Knowledge Management SystemsCycle yang
artinya menurut Turban dan Volonino (2010,p394)
2.7 Kinerja
Karyawan
Kinerja karyawan merupakah hal penting dalam meningkatkan produktivitas karyawan tersebut.Dalam meningkatkan kinerja karyawan perusahaan harus dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja.Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah pelatihan dan motivasi terhadap karyawan. Menurut Raymond untuk memecahkan masalah terkait dengan peningkatkan kinerja karyawan ada beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan oleh perusahaan antara lain melalui pemberian motivasi dan pelatihan kerja. (Raymond, 2010).
2.8 KMS
Cycle
Menurut Turban dan Volonino (2010, p394) Knowledge Management memiliki suatu siklus yang terdiri dari enam langkah fungsi (lihat Gambar 2.3).Alasan sistem tersebut berada dalam siklus karena knowledge secara dinamik
disempurnakan dari waktu ke waktu.Knowledge dalam suatu sistem Knowledge
Management yang baik tidak akan pernah sempurna, karena seiring berjalannnya
waktu keadaan lingkungan terus berubah dan knowledge harus selalu update untuk merepresentasikan perubahan tersebut. Fungsi siklus Knowledge Management menurut Turban dan Volonino (2010, p394) meliputi :
a) Create Knowledge :knowledge tercipta sebagai suatu cara baru dalam
melakukan sesuatu atau mengembangkan know-how, terkadang external
knowledge termasuk di dalamnya.
b) Capture Knowledge: knowledge baru harus diidentifikasi sebagai sesuatu
yang bernilai dan dapat direpresentasikan dengan beralasan.
c) Refine Knowledge: knowledge baru harus ditempatkan dalam suatu makna
sehingga dapat ditindaklanjuti.
d) Store Knowledge: knowledge yang berguna harus disimpan dalam knowledge repository dengan format sistematis, sehingga semua bagian
dalam organisasi dapat mengaksesnya.
e) Manage Knowledge: knowledge harus tetap update dan dapat di review
untuk memastikan knowledge tersebut relevan dan akurat.
f) Disseminate Knowledge: knowledge harus tersedia dalam format yang
Gambar 2.4Siklus Knowledge Management Turban dan Volonino (2010).
2.9 Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan (Churchill, Gilbert A, 2005.). Melalui kuesioner yang akan disebarkan khususnya kepada para staff yang berinteraksi langsung dengan portal untuk knowledge sharing di internal perusahaan, maka nantinya dapat terlihat apakah proses knowledge sharing yang ada sudah efektif dan dapat mempengaruhi kinerja para karyawannya. Menurut Churchill, Gilbert A, 2005), Pertanyaan dalam kuesioner antara lain :
1. Terstruktur Yang Terbuka
Tingkat struktur dalam kuesioner adalah tingkat standarisasi yang diterapkanpada suatu kuesioner. Pada kuesioner terstruktur yang terbuka
dimana pertanyaan-pertanyaandiajukan dengan susunan kata-kata dan urutan yang sama kepada semuaresponden ketika mengumpulkan data.
2. Kuesioner Tak Terstruktur Yang Terbuka
Kuesioner tak terstruktur yang terbuka dimana tujuan studi adalah jelas tetapirespon atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka.
“Bagaimana pendapat anda mengenai knowledge management dan perlunya lebih banyak lagi dalam pelaksanaan knowledge management?” Pertanyaan diatas mempunyai tujuan yang jelas. Selanjutnya pewawancara mencoba untuk membuat subjek berbicara dengan bebas mengenai sikapnya terhadap knowledge management.Hal ini merupakan pertanyaan dengan tujuan terbuka, dan seringkali berakhir dengan wawancara yang sangat tidak terstruktur.
3. Kuesioner Tidak Terstruktur Yang Tersamar
Kuesioner tidak terstruktur yang tersamar berlandaskan pada riset motivasi. Para periset telah mencoba untuk mengatasi keengganan responden untuk membahas perasaan mereka dengan cara mengembangkan teknik-teknik yang terlepas dari masalah kepedulian dan keinginan untuk membuka diri. Teknik tersebut dikenal dengan metode proyektif.Kekuatan utama dari metode proyektif adalah untuk menutupi tujuan utama riset dengan menggunakan stimulus yang disamarkan.
Metode proyektif merupakan cara yang digunakan untuk menggambarkankuesioner yang mengandung stimulus yang memaksa para
subjek untuk menggunakan emosi, kebutuhan, motivasi, sikap, dan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri dalam memberikan suatu jawaban atau respon. Stimulus yang paling sering digunakan adalah asosiasi kata, kelengkapan kalimat, dan bercerita atau penuturan cerita.
4. Kuesioner Terstruktur Yang Tersamar
Kuesioner terstruktur yang tersamar merupakan teknik yang paling jarangdigunakan dalam riset pemasaran. Kuesioner ini dikembangkan sebagai cara untuk menggabungkan keunggulan dari penyamaran dalam mengungkapkan motif dan sikap dibawah sadar dengan keunggulan struktur pengkodean serta tabulasi jawaban. Sebagai contoh, salah satu teori menyatakan bahwa pengetahuan, persepsi, dan ingatan individu akan suatu subjek disesuaikan oleh sikapnya terhadap subjek tersebut. Jadi untuk mendapatkan informasi mengenai sikap seseorang apabila pertanyaan langsung akan menghasilkan jawaban yang bisa, teori ini menyarankan agar kita hanya menanyakan hal-hal yang mereka ketahui, bukan apa pendapat mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang lebih banyak mungkin mencerminkan kekuatan dan arah dari suatu sikap.
2.10 Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2013) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Sedangkan sampel adalah sebagian populasi itu.
2.11 Teknik Pengambilan Sampling
Teknik sampling menurut Sugiyono (2013) merupakan teknik pengambilan sampling. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan
Nonprobability Sampling.
2.11.1 Probability
Sampling
Probability sampling menurut Sugiyono (2013) adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota. Teknik ini meliputi, simple random sampling, proportionate stratified random
sampling, disproportionate stratified random, dan area (cluster) sampling
(sampling menurut daerah).
2.11.2 Nonprobability
Sampling
Nonprobability Sampling menurut Sugiyono (2013) adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.
Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Seperti telah
dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang
pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.
2.12 Validitas dan Realibilitas
Validitas adalah pengukuran pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2006).Sedangkan Uji reliabilitas adalah indeks yang mewujudkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Arikunto, 2006).Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan.
2.13 Skala Likert
Menurut Sugiyono (2004,p.86) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variable penelitian.
Dengan Skala Likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative, yang dapat berupa kata – kata antara lain: sangat setuju ; setuju ; netral ; tidak setuju ;sangat tidak setuju. Untuk analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut dapat diberikan skor misalnya:
1. Sangat setuju diberi skor 5; 2. Setuju diberi skor 4; 3. Netral diberi skor 3; 4. Tidak setujudiberi skor 2; 5. Sangat tidak setuju diberi skor 1;
2.14 Analisis Faktor
Proses analisis faktor menurut Singgih Santoso (2014) mencoba menemukan hubungan (interrelationship) antara sejumlah variable-variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel Misalnya : jika ada 10 variabel yang independen satu dengan yang lain, dengan analisis faktor mungkin bisa ringkas hanyamenjadi 3 kumpulan variabel baru (new set of variables)
Kumpulan variabel tersebut disebut faktor, di mana faktor tersebut tetap mencerminkan variabel-variabel aslinya.
Sedangkan menurut Wahyu Sardjono (2009) analisis faktor merupakan suatu cabang dari analisis variabel ganda yang memperhatikan hubungan internal dari sebuah himpunan variabel-variabel dimana hubungan linier atau mendekati. Adapun tujuan dari analisis faktor adalah:
1. Data summarization, mengidentifikasikan adanya hubungan antar variabel enggan melakukan uji korelasi. Jika uji korelasi dilakukan antar variabel (dalam pengertian SPSS adalah ‘kolom’), analisis tersebut dinamakan R
Factor Analysis. Namun, jika korelasi dilakukan antar responden atau
sampel (dalam pengertian SPSS adalah ‘baris’), analisis disebut Q Factor
Analysis.
2. Data reduction, setelah melakukan korelasi, dilakukan proses membuat
sebuah variabel set baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu.
Untuk mendapatkan faktor baru maka harus mengetahui proses utamanya. Berikut proses utama analisis faktor sebagai hal berikut:
1. Menetukan variabel apa saja yang akan dianalisis
2. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, dengan metode Bartlett
tes of sphericity serta pengukuran MSA (Measure of Sampling Adequacy)
untuk penyaringan terhadap sejumlah variabel, hingga didapat variabel-variabel yang memenuhi syarat untuk dianalisis.
3. Setelah sejumlah variabel yang memenuhi syarat didapat, kegiatan berlanjut ke proses inti pada analisis faktor, yakni factoring; proses ini akan mengekstrak satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya. Banyak metode untuk melakukan ekstraksi, namun metode yang paling popular digunakan adalah
PrincipalComponent Analysis.
4. Interpretasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut, yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.
5. Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid
2.14.1 Cronbach’s
Alpha
Reliabilitas artinya adalah tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran.Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel).Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama intrumen pengukuran yang baik.Kadang-kadang reliabilitas disebut juga sebagai keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan, dan sebagainya, namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran (measurement
error).
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis,
besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 – 1,00; akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1,00 tidak pernah dicapai dalam pengukuran, karena manusia sebagai subjek pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan yang potensial. Di samping itu walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif (+) atau negatif (-), akan tetapi dalam hal reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas yang positif.
Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan disini adalah dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas Alpha yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
dimana: k adalah banyaknya belahan item Si2 adalah varians dari item ke-i S2total adalah total varians dari keseluruhan item Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford (1956), yaitu :
1. kurang dari 0,20 : Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan 2. 0,20 - < 0,40 : Hubungan yang kecil (tidak erat)
3. 0,40 - < 0,70 : Hubungan yang cukup erat 4. 0,70 - < 0,90 : Hubungan yang erat (reliabel)
5. 0,90 - < 1,00 : Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel) 6. 1,00 : Hubungan yang sempurna
2.14.2 Kaiser
Meyer
Oikin
(KMO)
Uji KMO bertujuan untuk mengetahui apakah semua data yang telah terambil telah cukup untuk difaktorkan. Dengan kata lain KMO (Kaiser-Meyer Olkin) mengukur kecukupan pengambilan sampel secara keseluruhan dan mengukur kecukupan pengambilan sampel untuk setiap indikator. Hipotesis dari KMO adalah sebagai berikut :
Hipotesis
Ho : Jumlah data cukup untuk difaktorkan H1 : Jumlah data tidak cukup untuk difaktorkan
Statistik uji : KMO =
∑
∑
∑∑
∑∑
= = = = = = + p 1 i p 1 i p 1 j 2 ij p 1 j 2 ij p 1 i p 1 j 2 ij a r r i = 1, 2, 3, ..., p dan j = 1, 2, ..., prij = Koefisien korelasi antara variabel i dan j
aij = Koefisien korelasi parsial antara variabel i dan j
Apabila nilai KMO lebih besar dari 0,5 maka terima Ho sehingga dapat disimpulkan jumlah data telah cukup difaktorkan.
Dengan menggunakan aplikasi SPSS, ada petunjuk yang bisa digunakan untukmelihat homogenitas indikator seperti yang disarankan oleh Kaiser, yaitu:
Tabel 2.1Rekomendasi Ukuran KMO
Sumber: Arikunto (2006), Manajemen Penelitian
Dengan demikian, apabila nilai KMO lebih besar dari 0,5 maka terima Ho sehingga penelitian telah memenuhi syarat minimal kecukupan data.Analisis Faktor konfirmatori merupakan salah satu metode analisis multivariatyang dapat digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah model pengukuran yang dibangun sesuai dengan yang dihipotesiskan. Dalam Analisis Faktor konfirmatori, peubah laten dianggap sebagai peubah penyebab (peubah bebas) yang mendasari peubah-peubah indikator (Ghozali, 2003).
Peubah-peubah terdiri dari peubah-peubah yang dapat diamati atau diukur langsung disebut peubah manifest dan peubah-peubah yang tidak dapat diukur secara langsung disebut peubah laten (latent variable). Peubah laten tidak dapat diukur secara langsung tetapi dapat dibentuk dan
dibangun oleh peubah-peubah lain yang dapat diukur. Peubah-peubah yang digunakan untuk membangun peubah laten disebut peubah indikator.
Analisis validitas merupakan analisis terhadap suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dari suatu kuesioner.Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.Validitas dilakukan dengan analisis data reduction factor dengan melihat hasil dari
Keiser-Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO – MSA).
2.14.3
Anti Image Correlation
Pembentukan Matrik Korelasi. Hasil uji korelasi antarvariabel independen ada pada output KMO and Bartlett’s Test, sebagai berikut:
1. Nilai KMO and Bartlett’s Test untuk korelasi antarvariabel yang diinginkan adalah > 0,5. Signifikansi penelitian adalah 0,05. Sementara itu, signifikansi yang dihasilkan dari Bartlett’s Test of Sphericity sebesar 0,000. Dengan hasil di atas, maka dapat dikatakan bahwa variabel dan sampel yang digunakan memungkinkan untuk dilakukan analisis lebih lanjut.
2. Selanjutnya, untuk melihat korelasi antarvariabel independen dapat diperhatikan tabel Anti-Image Matrices. Nilai yang diperhatikan menurut Ari Kunto (2006) adalah MSA (Measure of Sampling Adequacy). Nilai MSA berkisar antara 0 hingga 1, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain
2. MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut
3. MSA < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabellainnya.