• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan performansi manajemen rantai pasok digunakan sebagai bahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan performansi manajemen rantai pasok digunakan sebagai bahan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya terkait dengan performansi manajemen rantai pasok digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini. Penelitian dari Amir, Syafrial, & Koestiono (2014) dengan judul “Analisis Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management) Komoditas Pisang Mas Kirana (Kasus Pada Asosiasi Petani Pisang Mas Sridonoretno, Kec. Dampit, Kab. Malang)”. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis (1) kondisi rantai pasokan pisang mas Kirana, (2) tingkat performansi pemasok (KUB dan CV Sukadana), (3) kepercayaan, komitmen, komunikasi, kepuasan, dan ketergantungan antara KUB dengan CV Sukadana dan antara CV Sukadana dengan UD Aneka Buah Segar, dan (4) prioritas masing-masing tingkatan hirarki dalam pengukuran kinerja rantai pasokan pisang mas Kirana di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis kondisi rantai pasok dilakukan dengan pendekatan aliran barang, aliran uang dan aliran informasi. Menganalisis tinggkat performansi dengan pendekatan analisis Delivery performance melalui perhitungan metode Scheduled Order to costumer Request (SOCR). Menggunakan skala Likert untuk pengukuran kelima variabel dan metode AHP untuk perumusan prioritas tingkatan dalam pengukuran kinerja rantai pasok.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kondisi rantai pasokan pisang mas Kirana yang menyangkut aliran barang, aliran uang, dan aliran informasi

(2)

termasuk dalam kategori baik, (2) performansi KUB terbaik adalah KUB Tani Maju dan KUB Sekar Rindu (100%) dan performansi KUB terendah adalah KUB Tugu Sari (20%), performansi CV Sukadana memiliki nilai 90.5%, (3) rata-rata semua pihak merasa percaya, memiliki komitmen sangat baik, sering melakukan komunikasi, merasa puas, dan sangat tergantung terhadap kinerja mitranya, (4) perumusan prioritas masing-masing tingkatan dalam pengukuran kinerja rantai pasokan pisang mas Kirana menunjukkan bahwa yang menjadi prioritas pertama disetiap tingkatan adalah proses pengadaan (0.384), atribut reliabilitas (0.322), dan indikator pemenuhan pesanan sempurna (0.399).

Perbedaan penelitian ini yaitu terdapat pada metode yang digunakan penelitian ini menambahkan rumusan prioritas masing-masing tingkat dalam mengukur kinerja rantai pasok dengan metode AHP (Analithical Hierarchy Process) perhitungannya menggunakan alat analisis program Microsoft Excel 2007 dan expert Choice 2000, perbedaan selanjutnya penelitian saat ini menambahkan tiga indikator pada enam variable hubungan jangka panjang yang diteliti.

Penelitian selanjutnya dari Setiawan, Arkeman, & Udin (2011), yang berjudul “Studi Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasok Sayuran Dataran Tinggi di Jawa Barat”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi di Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah Teknik/Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) untuk menyeleksi komoditi prioritas, kombinasi teknik SCOR dan Fuzzy AHP digunakan untuk merancang metrik pengukuran kinerja, Data Envelopment

(3)

Analysis (DEA) untuk pengukuran kinerja individu anggota rantai pasok dan analisis SWOT untuk merumuskan strategi peningkatan kinerja rantai pasok. Hasil analisis MPE menunjukkan 3 (tiga) komoditas yang diunggulkan adalah Paprika, Lettuce dan Brokoli. Kombinasi SCOR - Fuzzy AHP menghasilkan bobot metrik kinerja rantai pasok: kinerja pengiriman (0,111), Kesesuaian dengan standar kualitas (0,299), kinerja pemenuhan pesanan (0,182), waktu tunggu pesanan (0.068), pemenuhan siklus pesanan (0,080), fleksibilitas rantai pasok (0,052), biaya manajemen rantai pasok (0,086), siklus pembayaran tunai (0,080), dan stok harian (0.048). Kinerja rantai pasok komoditi lettuce dengan teknik DEA menunjukkan kinerja efisiensi petani belum mencapai 100 %. Kinerja efisiensi perusahaan telah mencapai 100%. Analisa SWOT merekomendasikan strategi untuk peningkatan kinerja rantai pasok lettuce sebagai berikut: 1) penggunaan teknologi hidroponik dan pengurangan penggunaan pestisida, 2) optimasi penjadwalan penanaman dan pemanenan dengan memperhatikan iklim, 3) peningkatan fleksibilitas dalam pemenuhan pesanan, dan 4) penerapan standar manajemen penjaminan kualitas untuk menjamin konsistensi kualitas produk dan penerimaan produk oleh konsumen.

Perbedaan penelitian ini metode analisis yang digunakan yaitu pengukuran kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi dilakukan dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan fuzzy AHP untuk penentuan bobot metrik pengukuran kinerja yang dilakukan dan ditambahkan analisis SWOT untuk merumuskan strategi peningkatan kinerja rantai pasok. Perbedaaan selanjutnya adalah pada penelitian ini merumuskan strategi peningkatan kinerja.

(4)

Penelitian ini dilakukan oleh Furqon (2014) dengan judul “Analisis Manajemen dan Kinerja Rantai Pasokan Agribisnis Buah Stroberi di Kabupaten Bandung”. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan rantai pasokan, dan manajemen rantai pasokan agribisnis stroberi, mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam rantai pasokan agribisnis stroberi, serta untuk menganalisis kinerja rantai pasokan agribisnis stroberi di Kabupaten Bandung. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan dukungan data-data kuantitatif. Pengolahan data menggunakan bantuan software POMWIN ver. 3.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasokan stroberi di Kabupaten Bandung termasuk kategori multi saluran, manajemen rantai pasokannya meliputi pola tradisional dan kemitraaan, faktor pendorong utama adalah potensi pengembangan agrowisata dan permintaan yang tinggi, sementara faktor penghambat antara lain berkaitan dengan kesulitan perolehan bibit berkualitas, dan kelembagaan rantai pasokan; kinerja rantai pasokan termasuk kategori tidak efisien, dilihat dari besarnya margin, dan rantai pasok yang panjang.

Perbedaan penelitian ini terletak pada metode penelitian melakukan pengukuran tingkat efisiensi rantai pasokan dengan memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan seperti persentase margin pemasaran, margin keuntungan, rasio biaya pemasaran untuk mengukur tingkan efisiensi rantai pasok. Mengukur tingkat efisiensi rantai pasokan.

Penelitian selanjutnya oleh Agustina (2015) menulis penelitian dengan judul “Rancangan Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Barang Passthrough Di PT. Indonesia Nippon Seiki dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard”.

(5)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja rantai pasok PT. Indonesia Nippon Seiki dengan pendekatan Balanced Scorecard. Metode penelitian ini mengusulkan beberapa Key Performance Indicator (KPI) dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard yang terkait dengan rantai pasok. Semua KPI dipilih oleh Manajemen PT. INS dengan menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP) dan setelah KPI yang cocok sudah diperoleh, kinerja rantai pasok barang Passthrough PT. INS di ukur dan di simpulkan dengan pembobotan Objective Matrix agar mendapatkan analisa kinerja rantai pasok barang passthrough yang objektif. Hasil penelitian diperoleh 22 KPI berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard, yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok barang passthrough di PT. INS. Pengukuran menujukan kinerja rantai pasok barang passthrough PT. INS dari tahun 2012 ke 2013 cenderung mengalami peningkatan. PT. INS harus lebih memerhatikan indikator yang malah menunjukan kinerja yang menurun. Kinerja rantai Pasok sudah baik namun banyak peluang untuk perbaikan.

Perbedaan penelitian terdapat pada metode analisis menggunakan pendekatan metode Balanced Scorecard dengan mengusulkan 22 Key Performance Indicator (KPI). Pemilihan KPI menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP), di simpulkan dengan pembobotan Objective Matrix. Perbedaan selanjutnya Penelitian ini menganalisis kinerja rantai pasok bukan perusahaan pertanian.

Penelitian menurut Prasetya et al., (2019) dengan judul “Kinerja Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) Keripik Kentang di

(6)

Industri Kecil Kota Batu”. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan rantai pasok (supply chain) keripik kentang dan menganalisis kinerja dari manajemen rantai pasok keripik kentang di industri kecil Kota Batu. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis data berupa analisis deskriptif dengan pendekatan SCOR (Supply Chain Operation Reference) dan analisis SCOR. Hasil penelitian menunjukan bahwa lembaga – lembaga yang terlibat dalam rantai pasokan di Industri Kecil Keripik Kentang Kota Batu adalah pemasok, pabrik, pengecer, konsumen, dan hubungan rantai pasokan yang dikelola, yaitu aliran produk, aliran informasi, dan aliran keuangan. Nilai rata-rata kinerja SCM dari hasil analisis SCOR adalah (89,232) yang berarti berada dalam kategori baik (Good). KPI yang mempunyai nilai kinerja rendah masih harus ditingkatkan sehingga kinerja SCM mampu mencapai tingkat (Excellent) yaitu dengan nilai > 90.

Perbedaan dari penelitian adalah terdapat pada metode analisis yang menggunakan metode SCOR (Supply Chain Operation Reference) dengan mengusulkan Key Performance Indicator (KPI) sedangkan penelitian saat ini tidak menggunakan metode tersebut.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Stefani & Sunardi (2014) dengan judul “Peran Dependency, Commitment, Trust dan Communication terhadap Kolaborasi Rantai Pasok dan Kinerja Perusahaan: Studi Pendahuluan”. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi faktor psikologi sosial yang dapat mempengaruhi hubungan kolaboratif dalam suatu rantai pasok dan penerapan SCC yang dilakukan perusahaan, serta dampak pelaksanaan SCC terhadap kinerja operasional dan finansial perusahaan. Metode yang digunakan adalah model

(7)

partial least squares-path modeling (PLS-PM) diajukan untuk mengkonseptualisasi dan mengukur pengaruh dari ketergantungan, komitmen, kepercayaan dan komunikasi pada kolaborasi rantai pasok. Efek dari kolaborasi rantai pasok pada kinerja perusahaan juga diukur. Hasil penelitian ini adalah menggunakan sudut pandang buyer mengungkapkan bahwa komitmen dan kepercayaan berpengaruh positif pada kolaborasi rantai pasok, dan kolaborasi rantai pasok memiliki pengaruh yang berarti pada kinerja perusahaan. Ketergantungan mempengaruhi kolaborasi secara tidak langsung melalui komitmen, dan komunikasi mempengaruhi kolaborasi secara tidak langsung melalui kepercayaan.

Perbedaan dari penelitian terletak pada variable yang digunakan yaitu tidak menggunakan varibael kepuasan dan metode yang digunakan adalah model partial least squares-path modeling (PLS-PM) sedangkan penelitian saat ini menggunakan skala likert dengan uji persentase dan analisis Delivery Performance. Penelitian ini juga tidak mengidentifikasi aliran dari rantai pasok. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Penelitian Terdahulu

Tujuan Analisis

Amir et al., (2014)

Menganalisis kondisi rantai pasokan pisang mas Kirana, Tingkat performansi pemasok, analisis kepercayaan, komitmen, komunikasi, kepuasan, dan ketergantungan antara KUB dengan perusahaan, serta prioritas masing-masing tingkatan hirarki dalam pengukuran kinerja rantai pasokan pisang mas Kirana.

Pendekatan aliran barang, aliran uang dan aliran informasi. Pendekatan analisis Delivery performance melalui perhitungan metode Scheduled Order to costumer Request (SOCR). Menggunakan skala Likert untuk pengukuran kelima variable dan metode AHP

(8)

Nama Penelitian Terdahulu

Tujuan Metode

Setiawan et al., (2011)

Mengembangkan kriteria dan alternatif pemilihan sayuran dataran tinggi yang berpotensi, mengidentifikasi struktur rantai pasok dan nilai tambah, merancang dan mengimplementasikan model pengukuran kinerja serta dan merumuskan strategi peningkatan rantai rantai pasok sayuran terpilih.

Perbandingan Eksponensial (MPE), kombinasi teknik SCOR dan Fuzzy AHP. Data Envelopment Analysis (DEA) untuk pengukuran kinerja individu anggota dan analisis SWOT

Furqon (2014) Memetakan rantai pasokan, manajemen rantai pasokan, mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan penghambat, serta menganalisis kinerja rantai pasokan agribisnis stroberi di Kabupaten Bandung.

Mengukur tingkat efisiensi

rantai pasokan.

Memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan dan persentase keuntungan. Menghitung persentase margin pemasaran, margin keuntungan, rasio biaya pemasaran mulai dari awal sampai dengan akhir anggota rantai pasokan. Agustina (2015) Menentukan KPI yang tepat

untuk mengukur kinerja rantai pasok. Mengukur kinerja rantai pasok barang passthrough Memberikan rekomendasi perbaikan dan mengembangkan sistem kontrol kinerja Rantai Pasok. Mengusulkan Key Performance Indicator (KPI), pendekatan Balanced Scorecard, menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP). Pembobotan Objective Matrix.

Prasetya et al., (2019)

Mendeskripsikan rantai pasok (supply chain) keripik kentang dan menganalisis kinerja dari manajemen rantai pasok keripik kentang di industri kecil Kota Batu.

Analisis deskriptif dengan pendekatan SCOR (Supply

Chain Operation

Reference) dan analisis SCOR.

(9)

Nama Penelitian Terdahalu

Tujuan Analisis

Stefani & Sunardi (2014)

Mengidentifikasi faktor psikologi sosial yang dapat mempengaruhi hubungan kolaboratif dalam suatu rantai pasok dan

penerapan SCC yang dilakukan perusahaan, serta dampak pelaksanaan SCC terhadap kinerja operasional dan finansial perusahaan

Model partial least squares-path modeling (PLS-PM), menggunakan skala likert dengan uji persentase.

Tabel 2.2 Penelitian Sekarang

Nama Penelitian Sekarang

Tujuan Analisis

Zubdatul Asror (2020)

Mengidentifikasi pemetaan rantai pasokan sayur organik. Menganalisis tingkat kinerja menejemen rantai pasokan sayur organik di CV. Kurnia Kitri Ayu Farm.

Pendekatan analisis Delivery performance melalui perhitungan metode Scheduled Order to costumer Request (SOCR dan penggunaan Skala Likert

2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Pertanian Organik

Pertanian organik dikutip dari IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement) adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversity, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi. Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Pertanian organik didasarkan pada penggunaan masukan eksternal yang minimum, serta menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetis

(10)

(Mayrowani, 2012). Menurut Dlamini dan Kongolo, 2014 dalam Samodro & Yuliawati (2018) pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan sintetis.

Filosofi yang mendasari pertanian organik adalah mengembangkan prinsip-prinsip memberi makan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman (feeding the soil that feeds the plants), dan bukan memberi makan langsung pada tanaman (Sutanto, 2002). Tujuan utama dari pertanian organik adalah untuk mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas komunitas interdependen dari kehidupan di tanah, tumbuhan, hewan dan manusia (Mayrowani, 2012). Tujuan menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan (Sutanto, 2002). Produk organik merupakan bagian dari karakteristik produk-produk hijau (green products) dan produk organik sebagai produk alami atau terbebas dari zat kimia. Perbedaan antara produk organik dan produk konvensional adalah pada cara memproduksi atau budidaya. Cara menanam produk organik menghindari bahan kimia yang dapat merusak lingkungan dan pemeliharaan yang ketat, sehingga membuat produk organik lebih maha dibanding produk konvensional (Ankomah, et al 2006). Produk organik saat ini yang paling banyak.

2.2.2 Rantai Pasok

Rantai pasokan (Supply chain) merupakan suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dengan

(11)

tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut (Irawan, 2008). Menurut Simchi-Levi et al (2003) rantai pasokan adalah setiap tahapan yang melibatkan konsumen dari mulai tahap pemesanan produk dari suplaier, manufaktur, jasa transportasi dan gudang, retailer, hingga pelanggan. Setiap fungsi atau proses yang ada didalam rantai pasok didukung oleh proses pemasaran, operasional, distribusi, keuangan, dan servis untuk pelanggan. Proses–proses tersebut harus dapat disampaikan dalam kuantitas yang tepat dalam waktu yang tepat, serta lokasi yang tepat, juga dapat meminimalisasi biaya.

Ada 3 macam hal yang perlu dikelola dalam supply chain menurut Pujawan (2005) yaitu:

1. Aliran Barang

Aliran barang yang dimaksud adalah aliran barang dari hulu ke hilir seperti contoh bahan baku dikirim dari petani sebagai pemasok ke pabrik, setelah proses produksi dilakukan produk dikirim ke distributor, pengecer dan ke konsumen.

2. Aliran Keuangan

Aliran keuangan mencakup aliran dari hilir ke hulu atau juga bisa sebaliknya, contoh aliran ini adalah sistem pemabayaran yang dilakukan oleh komponen terkait pada rantai pasok baik tunai maupun kredit.

3. Aliran Informasi

Aliran informasi merupakan aliran yang digunakan untuk mengkoordinasikan mata rantai pasok seperti pemberian informasi harga pasar, penginformasian

(12)

mengenai ketersediaan barang, pemesanan produk dan juga tentang pengecekan atau peninjauan status pengiriman barang. Aliran informasi terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya.

2.2.3 Manajemen Rantai Pasok

Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) dipopulerkan pertama kalinya pada tahun 1982 sebagai pendekatan manajemen persediaan yang menekankan pada pasokan bahan baku. Tahun 1990-an, isu manajemen rantai pasok telah menjadi agenda para manajemen senior sebagai kebijakan strategis perusahaan. Para manajer senior menyadari bahwa keunggulan daya saing perlu didukung oleh aliran barang dari hulu hingga hilir dalam ha1 ini pengguna akhir secara efisien dan efektif. Tentunya secara bersamaan akan mengalir pula informasi. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh aliran barang dari hulu hingga hilir, yaitu pemasok, pabrik, distribusi, ritel dan konsumen akhir (Alim, 2009).

Menurut Van der Vorst (2006) dalam Alim (2009) manajemen rantai pasok adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi dan kendali seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasok untuk menghantarkan nilai superior dari konsumen dengan biaya termurah kepada pelanggan. Rantai pasok lebih ditekankan pada seri aliran bahan dan inforinasi, sedangkan manajemen rantai pasok menekankan pada upaya memadukan kumpulan rantai pasok. Menurut Hadiguna (2016) secara umum, rantai pasok terdiri dari tiga tahap yaitu pengadaan (procurement), produksi dan distribusi. Manajemen rantai pasok merupakan bagian dari praktek manajemen modern yang dibutuhkan

(13)

perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan kemampuannya bersaing. Berbagai sektor industri telah manjadi perhatian para peneliti di bidang manajemen rantai pasok. Tuntutan isu keberlanjutan menjadi pendorong berkembangnya manajemen rantai pasok berkelanjutan.

Manajemen rantai pasok merupakan serangkaian pendekat yang diterapkan untuk mengintegrasi pemasok, pengusaha, gudang dan tempat penyimpan lainnya secara efisien. Produk yang dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas, tempat dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya serta memuaskan pelanggan. Rantai pasok bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, meminimalkan biaya transportasi dan distribusi sampai inventori bahan baku, bahan dalam proses, serta barang jadi (Marimin & Maghfiroh, 2013). Terdapat tiga tahap dalam aliran material. Bahan mentah didistribusikan ke manufaktur membentuk suatu sistem physical supply, manufaktur mengolah bahan mentah, dan produk jadi didistribusikan kepada konsumen akhir membentuk sistem physical distribution (Arnold dan Chapman dalam Marimin & Maghfiroh (2013).

Gambar 2.2.3 Pola Aliran Material

SUPPLIER MANUFACTUR E DISTRIBUTOR SYSTEM COSTUMER Physical Supply Manufacturing Planning and Control Physical Distributor

DOMINANT FLOW OF PRODUCTS AND SERVICES DOMINANT FLOW OF DEMAND AND DESIGN

(14)

Konsep Supply Chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing-masing perusahaan, dan pemecahannya dititik beratkan pada pemecahan secara intern di perusahaan masing-masing. Konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai persediaan (Indrajit dan Djokopranoto, 2002).

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002) manajemen rantai pasokan ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama dalam arus barang yaitu: Supplier, Manufacturer, Distributor/Wholesaler, Retail Outlets, Customers.

1. Chain 1 yaitu suppliers

Jaringan rantai pasokan dimulai dari suppliers yang merupakan sumber penyedia bahan pertama. Bahan pertama bisa berupa bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Mata rantai yang pertama dimulai dari suppliers yang bisa berarti suppliers’ suppliers atau sub-suppliers.

2. Chain 1-2 yaitu Suppliers – Manufacturer

Rantai kedua dari rantai pasokan adalah manufacturer yang melakukan fabrikasi, merakit, mengkonversi, memproduksi, mengolah, atau melakukan finishing. Manufacturer mempunyai hubungan dengan suppliers untuk melakukan penghematan biaya. Penghematan bisa diperoleh dari persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak

(15)

suppliers, manufacturer, dan tempat transit sebagai target untuk penghematan ini.

3. Chain 1-2-3 yaitu Suppliers – Manufacturer - Distribution

Penyaluran barang yang dihasilkan manufacturer disebut distribusi. Sistem distribusi terdapat berbagai macam, barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah yang besar dan pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang kecil kepada retailers atau pengecer.

4. Chain 1-2-3-4 yaitu Suppliers – Manufacturer – Distribution – Retail Outlets Pedagang besar menyimpan barang dalam jumlah yang besar di gudang sebelum disalurkan kepada pengecer. Meskipun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada konsumen, namun secara relative jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola ini dengan melalui pengecer. Contoh outlet yaitu toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya.

5. Chain 1-2-3-4-5 yaitu Suppliers – Manufacturer – Distribution – Retail Outlets – Customers

Customers merupakan rantai terakhir dalam rantai pasokan. Para pengecer atau retail menawarkan dan menjual barang langsung pada konsumen atau pengguna barang tersebut. Mata rantai pasokan berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba pada pemakai langsung produk atau jasa tersebut.

(16)

Gambar 2.2.4 Skema Rantai Pasok dari Pengolah (Processor) dalam FSCN Sumber: Lazzarini (2001) dalam Vors (2006)

Supply Chain Management terdiri atas 3 elemen yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu (Miranda & Amin, 2005):

1. Struktur jaringan Supply Chain Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota Supply Chain lainnya.

2. Proses bisnis Supply Chain Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.

3. Komponen manajemen Supply Chain Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang Supply Chain.

2.2.4 Kelembagaan Rantai Pasok

Kelembagaan rantai pasok merupakan hubungan manajemen atau sistem kerja yang saling mendukung diantara beberapa lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas guna mencapai satu atau lebih tujuan yang menguntungkan

(17)

semua pihak yang ada di dalam kelembagaan rantai pasok dan keuntungan bagi pihak-pihak di luar kelembagaan. Komponen kelembagaan kemitraan rantai pasok mencakup pelaku dari seluruh rantai pasok, mekanisme yang berlaku, pola interaksi antar pelaku, dan dampaknya bagi pengembangan usaha suatu komoditas maupun bagi peningkatan kesejahteraan pelaku pada rantai pasok.

Kelembagaan rantai pasok pertanian terdiri dari dua pola yaitu pola perdagangan umum dan pola kemitraan. Pola perdagangan umum melibatkan berbagai pelaku tataniaga yang umum ditemukan di banyak lokasi, sepeti petani individu atau kelompok dan pedagang baik yang berada di sentra produksi atau pedagang besar yang berada di pusat kota. Pola kelembagaan kemitraan rantai pasok adalah hubungan kerja diantara beberapa pelaku rantai pasok yang menggunakan mekanisme perjanjian atau kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu. Kontrak dibuat kesepakatan-kesepakatan yang akan menjadi hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat. Pola kemitraan rantai pasok pertanian yang umum dilakukan oleh petani antara lain kemitraan petani dengan KUD atau asosiasi tani dan petani dengan manufaktur atau pengolah. Kemitraan juga terjadi antara manufaktur dengan distributor atau asosiasi tani dengan distributor (Marimin & Maghfiroh, 2013).

Kunci kemitraan antara penjual dan pembeli menurut Boeck dan Wamba (2007):

1. Komunikasi dan berbagi informasi: jumlah, frekuensi dan kualitas aliran informasi antara mitra dagang.

(18)

2. Kerjasama: kesediaan untuk melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama.

3. Kepercayaan: keyakinan bahwa mitra dagang akan menjalankan kewajiban dan melakukan yang terbaik demi kepentingan dari mitra.

4. Komitmen: keinginan untuk memastikan bahwa hubungan akan berkesinambungan.

5. Hubungan nilai: pilihan antara manfaat dan pengorbanan mengenai semua aspek dari hubungan.

6. Ketidakseimbangan kekuasaan dan saling ketergantungan: kemampuan mitra dagang untuk mempengaruhi mitra lain untuk melakukan sesuatu yang biasanya tidak akan dilakukan.

7. Adaptasi: pengubahan perilaku dan organisasi yang dilakukan oleh organisasi untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari yang lain.

8. Konflik: keseluruhan tingkat dari ketidaksesuaian antara mitra dagang. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dimana pihak yang melaksanakan kemitraan memiliki kepentingan, kekuatan dan kemampuan yang sama untuk dapat memecahkan permasalahan dalam perusahaannya dan mencapai tujuannya bersama. Hubungan jangka panjang dalam rantai pasok dapat menghasilkan kemitraan dan nilai dimana memberikan berbagai manfaat bagi perusahaan seperti siklus produk yang lebih baik, kualitas produk yang lebih baik juga dapat meningkatkan pangsa pasar yang luas karna menjalin kerjasama. Hubungan jangka panjang merupakan anggapan mengenai saling ketergantungan antara perusahaan dan pemasok .

(19)

1. Kepercayaan

Kepercayaan adalah keyakinan bahwa orang lain tempat kita bergantung akan memenuhi harapan-harapan kita kepadanya (Shaw, 1997) dalam (Lendra dan Andi, 2007). Kepercayaan merupakan keinginan untuk saling berkerjasama dalam sebuah usaha yang dilakuakan atas dasar keyakinan diantara pihak-pihak yang terlibat. Kepercayaan yang terbangun diantara anggota rantai pasokan mampu mendukung kelancaran aktivitas rantai pasokan, seperti kelancaran pada transaksi penjualan, distribusi produk, dan distribusi informasi pasar. Trust building yang terbangun di dalam rantai pasokan dapat menciptakan rantai pasokan yang kuat (Marimin dan Maghfiroh, 2013).

2. Komitmen

Menurut Morgan dan Hunt (1994), komitmen didefinisikan sebagai kepercayaan dalam hubungan kerjasama yang terjadi pada hubungan yang terus menerus yang sangat penting sebagai jaminan usaha untuk memelihara kerjasama yang mereka lakukan. Menurut Handoko (2008) Komitmen merupakan motivasi untuk memelihara hubungan dan memperpanjang hubungan. Komitmen harus menjadi sebuah variabel penting dalam menentukan kesuksesan hubungan. Semakin tinggi komitmen yang dibangun dari kepuasan dan kepercayaan maka semakin tinggi kualitas hubungan saluran antara pemasok dan penyalur. Komitmen merupakan motivasi untuk memelihara hubungan dan memperpanjang hubungan.

(20)

3. Komunikasi

Komunikasi merupakan pertukaran informasi yang berharga baik dalam setting situasi informal maupun formal. Fokus dari kedua pendapat di atas tertuju pada kemamfaatan pertukaran informasi. Meskipun begitu, frekuensi dan kualitas dari pertukaran informasi itu sendiri merupakan faktor yang signifikan dan menjadi determinan tingkatan pihak (Anderson dan Narus, 1990). Menurut Mamad dan Chahdi (2013) melalui komunikasi, para mitra dalam SC dapat bertindak bebas memelihara hubungan dari waktu ke waktu dan mengurangi ketidakpastian kolaborasi

4. Kepuasan

Kepuasan (Satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada di bawah harapan maka terjadi ketidakpuasan. Jika kinerja memenuhi harapan maka terjadi kepuasan. Jika kinerja melebihi harapan maka pihak yang bekerja sama amat puas atau senang (Kotler dan Keller, 2006). Jadi, Kepuasan merupakan penilaian mengenai suatu kinerja yang telah dilakukan, tingkat kesenangan terhadap suatu aktifitas pelayanan dan penilaian mengenai produk atau jasa berdasarkan pemenuhan yang didapatkan.

5. Ketergantungan

Ketergantungan memiliki dua komponen, yaitu esensi dari hubungan dan kesulitan untuk mengganti mitra supply chain (SC). Dependency yang bersifat mutual akan menjadi interdependency (saling ketergantungan) dan berperan

(21)

penting menghubungkan stakeholder dalam mengembangkan hubungan kolaboratif (Mamad & Chahdi, 2013). Jadi, ketergantungan merupakan keadaan dimana perusahaan memelihara hubungan dengan perusahaan lain juga membutuhkan sumber informasi dari perusahaan lain untuk mempertahankan atau mencapai tujuannya. ketergantungan muncul saat perusahaan satu sama lain menjalankan kerjasama.

2.2.5 Performansi atau Kinerja Rantai Pasok

Performansi didefinisikan sesuatu yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan padanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu. Cara mengetahui tingkat performansi setiap pemasok dapat dilihat dari Delivery performance masing-masing pemasok. Tingkat performansi atau prestasi kerja merupakan kemampuan pemasok dalam memenuhi permintaan pelanggan sesuai dengan jumlah dan kualitas, baik sesuai tanggal kesepakatan atau waktu permintaan yang mendadak (Suparno, 2004).

Kinerja rantai pasok didefinisikan oleh Christien, et al (2006) sebagai titik temu antara konsumen dan pemangku kepentingan dimana syarat keduanya telah terpenuhi dengan relevansi atribut indikator kinerja dari waktu ke waktu. Menurut Pujawan (2005) sistem pengukuran kineja diperlukan untuk: i) melakukan monitoring dan pengendalian; ii) mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasok; iii) mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang ingin dicapai; dan iv) menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing. Pengukuran kinerja rantai pasokan secara menyeluruh melibatkan semua komponen anggota

(22)

rantai pasokan mulai dari pemasok sampai konsumen. Model pengukuran kinerja rantai pasokan yang ada dan diterapkan di lapangan mengacu pada kegiatan- kegiatan rantai pasokan dalam satu organisasi yang secara umum meliputi kegiatan pengadaan, perencanaan produksi, produksi, pemenuhan pesanan pelanggan, dan pengembalian.

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian menggunakan dua pendekatan yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif. Alur kerangka pemikiran untuk menganalisis kegiatan perusahaan dan rantai pasok sayuran organik dengan mendeskripsikan hasil observasi dan wawancara pada pelaku yang terdapat pada rantai pasok. Data yang diperoleh dari analisis kualitatif dan kuantitatif ini nantinya akan diolah untuk analisis kinerja rantai pasok.

Hasil dari analisis kinerja rantai pasok mengetahui seberapa baik kinerja aliran pasokan usaha sayur organik dalam memenuhi permintaan konsumen dan pasar. Analisis ini juga diharapkan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan, kinerja petani mitra dan ritel serta meminimalisir kekecewaan yang diakibatkan kurangnya performa rantai pasokan.

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat lihat pada gambar berikut ini :

(23)

Bagan 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian CV. Kurnia Kitri Ayu Farm

Pasokan dan persediaan sayur organik belum stabil

Analisis Performansi Pemasok dalam Rantai Pasok Sayur Organik

Analisis tingkat performansi (Delivery Performance) Deskriptif Mengidentifikasi Aliran Rantai

Pasok Analisis hubungan jangka

panjang:

Kepercayaan, Komitmen, Komunikasi, Kepuasan

dan Kebergantungan dalam Rantai Rasok

SOCR (Scheduled Order to Costumer Request) dan Skala Likert

Peningkatan Kontinuitas Pasokan dan Hubungan yang Berkelanjutan antara CV. Kurnia Kitri Ayu Farm, Pemasok dan

(24)

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Sekarang
Gambar 2.2.3 Pola Aliran Material
Gambar 2.2.4 Skema Rantai Pasok dari Pengolah (Processor) dalam FSCN

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kerja praktek dengan judul “Sistem Kendali

Kegiatan PPL ini dilaksanakan oleh mahasiswa kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk melaksanakan pembelajaran PPL langsung pada lingkungan sekolah.

dihilangkan.. Pada penelitian ini didapatkan bahwa kelompok yangterpapar asap kendaraan bermotor persentase sel ginjal abnormal lebih meningkat jika dibandingkan

20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan menggunakan sistem pembuktian terbalik berimbang, yang mana baik jaksa maupun terdakwa dibebani pembuktian

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pretest maka peneliti memilih untuk menerapkan model pembelajaran berbeda dari model yang biasa digunakan. Model pembelajaran

berperilaku dengan baik kepada lingkungan sosialnya sehingga anak akan diterima oleh lingkungan. Sehingga masing-masing disiplin ilmu memiliki hubungan yang saling

Kontraktor Bumiputera tempatan Kelas II dan I yang telah memperolehi kerja elektrik di dalam projek Program PIA dan PIAS tidak dibenarkan melaksanakan kerja elektrik

Scale adalah problema produksi dalam sistem air, karena perubahan tekanan, suhu dan pH sehingga keseimbangan ion-ion melebihi kelarutannya dan membentuk endapan