• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPIRIT BASMALAH DALAM AKTIVITAS KITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPIRIT BASMALAH DALAM AKTIVITAS KITA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SPIRIT BASMALAH DALAM AKTIVITAS KITA

[caption id="attachment_246" align="alignleft" width="68"]

M.Syamsudin[/caption] Muqaddimah

Doktrin Islam mengajarkan bahwa setiap kita memulai pekerjaan harus disertai dengan membaca basmalah, yang lafadnya “Bismillâhirrahmânirrahîm”. Ajaran ini dalam praktik sudah menjadi tradisi yang selalu dilakukan, baik secara individu maupun kelompok pada saat-saat dimulai kegiatan atau acara-acara tertentu. Dasar naqliyah ajaran ini adalah hadits Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut,

????? ?????? ???? ????? ??? ???????? ????? ??? (?????? ????? ?????????? ???????????) ?????? ????????

"Setiap perkara penting yang tidak didahului dengan bismillâhirrahmânirrahîm, maka perkara itu terputus." (HR Abdul Qadir al-Rahawi dari Abu Hurairah).[1]

Jika kita perhatikan pula bahwa pada setiap permulaan surat dalam al-Qur’an juga dimulai dengan kalimat basmalah, kecuali surat al-Taubah, sehingga terdapat sebanyak 113 kali disebut pada permulaan surat dan 1 kali dalam surat al-Naml ayat 30 sehingga keseluruhan disebut 114 kali. Surat al-Naml [27]: 30 tersebut berbunyi,

??????? ???? ??????????? ????????? ?????? ????? ??????????? ???????????

“30. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan Sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allâh yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS al-Naml [27]: 30)

Ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang kedudukan bacaan basmalah dalam surat al-Fatihah (surat pertama al-Qur’an). Menurut Imam Syafi’i dan juga ulama di kalangan sekitar Mekah dan Kuffah, basmalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat al-Fatihah yang jumlah ayatnya ada 7 (tujuh). Oleh karena itu harus dibaca jahar (keras) pada waktu kita membaca surat tersebut dalam shalat.

Kalangan ulama yang lain seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan ulama sekitar Madinah, Basyrah, dan Syam berpendapat bahwa bacaan basmalah bukan merupakan bagian dari surat al-Fatihah dan kedudukannya seperti pada permulaan surat-surat lain dalam al-Qur’an. Oleh kerena itu tidak harus dibaca jahar (keras) dalam shalat, bahkan Imam Malik sendiri tidak

(2)

membaca basmalah sama sekali. Kalangan ulama ini berpendapat bahwa surat al-Fatihah memang terdiri dari 7 (tujuh) ayat akan tetapi tanpa basmalah. Ayat “ghairil maghdhubi ‘alaihim

wallâllin” merupakan ayat tersendiri dari surat tersebut, sehingga jumlahnya juga 7 ayat. [2]

Spirit Basmalah

Menurut sebagian mufasir, ajaran basmalah untuk memulai setiap aktivitas sengaja diajarkan oleh Allâh agar kita sadar sesadar-sadarnya akan hakikat, tugas, kedudukan, fungsi dan tanggungjawab kita sebagai hamba Allâh di dunia dan di akhirat kelak. Oleh sebab itu bacaan basmalah mengandung makna yang sangat luas dan mendalam meliputi dimensi ketuhanan, kemanusiaan, dunia dan akhirat.

Kalimat bismillah jika ditertejemahkan dalam Bahasa Indonesia ssering diartikan “atas nama Allâh” (tetapi biasa juga diterjemahkan “dengan nama Allâh”, sebenarnya kurang tepat) dan dalam Bahasa Inggris diterjemahkan by the name of Allâh. Ini mengandung arti bahwa setiap perbuatan atau pekerjaan yang kita lakukan pada hakikatnya adalah mewakili Allâh (atas nama Allâh). Ini juga mengandung makna bahwa nilai kegiatan manusia itu adalah sebagai wakil atau khalifah Allâh di muka bumi ini. Sebagaimana Allâh sendiri yang memang mendudukkan manusia menjadi wakil Allâh atau khalifah di dunia ini. Manusia dirancang oleh Allâh dijadikan khalifah atau wakilnya di dunia ini. Salah satu makna dari khalifah adalah pengganti di belakang (successor). Jadi manusia dicipta oleh Allâh untuk menjadi pengganti Allâh di dunia ini. Ini ditegaskan antara lain dalam surat al-Baqarah [2]: 30 dan surat al-An’âm [6]: 165.

?????????? ???????? ????????????????????? ??????? ??? ????????? ?????????? ???????? ?????????? ??????? ???? ???????? ??????? ?????????? ?????????? ???????? ????????? ?????????? ??????????? ???? ????? ?????? ???????? ?????? ????????????

“30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya aku hendak

menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman, "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS al-Baqarah [2]: 30)

?????? ??????? ?????????? ????????? ????????? ???????? ?????????? ?????? ??????

????????? ?????????????? ??? ??? ?????????? ????? ??????? ???????? ?????????? ????????? ?????????? ?????????

“165. Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al-An’âm [6]: 165)

Dari ayat tersebut dapat diambil makna bahwa manusia dalam melakukan sesuatu di

(3)

dunia ini pada hakikatnya sebagai pengganti Allâh, karena memang dunia seisinya ini telah diserahkan atau diamanahkan Allâh kepada manusia untuk dikelola. Perhatikan surat al-Baqarah ayat 29.

???? ??????? ?????? ?????? ??? ??? ????????? ????????? ????? ???????? ????? ?????????? ????????????? ?????? ????????? ?????? ??????? ?????? ????????

“29. Dia-lah Allâh, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.(QS al-Baqarah [2]: 29)

Untuk mengelola dunia ini, Allâh tidak memberikan petunjuk-petunjuk secara terinci, tetapi hanya dalam garis besarnya saja. Demikian pula tentang penjelasan dunia ini tidak dijelaskan secara rinci oleh Allâh. Akan tetapi Allâh memberikan suatu alat yang memungkinkan manusia untuk memahami dan mencari pemecahan atas berbagai permasalahan dunia ini yaitu berupa akal pikiran atau inteligensi. Dalam drama kosmis al-Qur’an (surat al-Baqarah), para malaikat dahulu mengajukan keberatan atas penunjukan manusia (Adam) sebagai “wakil” Allâh di bumi. Alasannya bahwa malaikat mengetahui lebih dahulu bahwa manusia nanti bakal merusak di bumi, dan bunuh-membunuh, sedangkan para malaikat itu kiranya lebih berhak menjadi khalifah karena mereka selalu berbakti kepada Allâh dan berbuat baik. Tetapi Allâh mengatakan bahwa Dia mengetahui kelebihan manusia yang tidak dipunyai para malaikat. Kelebihan itu adalah kecerdasannya atau rasionaya sehingga manusia sanggup menerima pengajaran atau pengertian dan mengenali dunia sekelilingnya. Akhirnya malaikat mengetahui akan kelebihan manusia (Adam) dan mereka pun tunduk kepadanya (Adam) kecuali iblis. Menurut sebagian mufasir ada yang berpendapat bahwa kedudukan khalifah tersebut dahulu pernah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung tetapi mereka semua merasa keberatan dan manusia itu yang sanggup memikulnya. Perhatikan surat al-Ahzâb [33]: 72.

?????? ????????? ???????????? ????? ????????????? ??????????? ???????????? ?????????? ???? ????????????? ???????????? ??????? ??????????? ???????????? ??????? ?????

????????? ?????????

“72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zhalim dan amat bodoh. (QS al-Ahzâb [33]: 72)

Karena Kasih Allâh itu maka sebagai khalifah manusia dibekali oleh Allâh akal/pikiran/rasio/daya intelektualitas yang khusus diberikan oleh Allâh kepada manusia dan tidak diberikan kepada makhluk lain. Fungsi akal ini adalah menopang, mengetahui, menjelaskan dan memahami hal-hal yang terkait dengan kehidupan dunia ini. Di sisi lain manusia juga dibekali oleh Allâh wahyu yang berguna untuk menopang, mengetahui, memahami dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan rohani, ketuhanan, akhirat dan masalah-masalah keagamaan. Oleh karena itu agar manusia itu sukses sebagai khalifah untuk mengelola dunia ini harus berpegang pada akal dan juga pada wahyu tersebut.

(4)

Maka selanjutnya, setelah kalimat bismillah tersebut kemudian dilanjutkan dengan kalimat al-Rahmân dan al-Rahîm. Sebenarnya kedua kalimat tersebut berasal dari satu akar kata yaitu al-Rahmah yang berarti Maha Kasih atau Maha Pemurah. Mengapa kalimat tersebut disebutkan 2 kali? Berikut ini uraian penjelasannya.

Makna al-Rahmân dan al-Rahîm

Menurut sebagian mufasir kalimat al-Rahmân merupakan sifat kasih Allâh yang diberlakukan di dunia berdasarkan hukum-hukum atau ukuran-ukuran keduniawian (Dalam tradisi pesantren di Jawa kalimat al-Rahmân ini diterjemahkan dalam bahasa Jawa “Dzat kang kagungan rahmat

kang gedhe-gedhe ing dalem donyo tanpo pilih kasih”). Artinya sifat kasih Allâh ini berlaku

umum dan obyektif serta tidak pandang bulu. Semua makhluk Allâh dapat mengaksesnya dengan syarat berbuat sesuai dengan hukum-hukum yang obyektif tersebut. Kasih Allâh tidak didasarkan pada hambanya yang beriman atau tidak beriman, Islam maupun kafir. Setiap hamba Allâh yang berbuat mengikuti hukum-hukum obyektif tersebut maka besar kemungkinan akan mendapatkan keberhasilan, sedangkan yang tidak mengikuti hukum-hukum obyektif tersebut besar kemungkinan akan mengalami kegagalan.

Oleh karena itu dengan memahami kalimat al-Rahmân ini memberikan tuntunan kepada kita bahwa kita harus mempunyai pendekatan yang tepat dalam memahami, menjelaskan dan bersikap terhadap masalah-masalah keduniawian. Nabi telah memberikan contoh pendekatan yang tepat dengan mengatakan,

... ???????? ???????? ???????? ???????????. ???? ???? ?? ???

“Kamu semua lebih tahu tentang urusan duniamu” (HR. Muslim diriwayatkan dari Anas)

Demikian pula Nabi Muhammad mewajibkan umat Islam untuk mencari ilmu tanpa kawatir dengan dan dibatasi oleh sekat-sekat keagamaan dengan mengatakan, “Uthlubul ‘ilma walau

bi al-shin”, artinya carilah ilmu walau sampai ke negeri china.

Jadi berdasarkan ajaran al-Rahmân tersebut kita dituntut untuk memahami dunia dengan segala urusannya tersebut berdasarkan sarana yang disebut ilmu (Pengetahuan). Dengan sarana ilmu itu dunia dan segala problematikanya dapat dipahami dan dijelaskan secara lebih tepat dan akurat. Meskipun dalam sejarah selalu saja terbuka kemungkinan terdapat kesalahan-kesalahan atas kebenaran ilmu pengetahuan tersebut, akan tetapi kesalahan dalam ilmu pengetahuan selalu dikoreksi oleh ilmu pengetahuan yang datang kemudian. Jadi keberhasilan seseorang dalam menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan duniawi, tidaklah bergantung pada ketekunannya melakukan upacara-upacara keagamaan atau ibadat, akan tetapi ditentukan oleh kecerdasannya, keluasan ilmunya, dan keobyektifannya.[3]

Ilmu pengetahuan dalam perspektif pemahaman ajaran Islam (al-Qur’an) merupakan upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami hukum-hukum Allâh yang tetap dan pasti baik

(5)

yang menguasai alam semesta ini maupun yang menguasai sejarah kehidupan manusia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan mempunyai nilai kebenaran manakala ia secara tepat dapat mewakili hukum-hukum ketetapan dan kepastian Allâh (sunnah dan taqdir-Nya). Ilmu pengetahuan yang benar dengan sendirinya akan bermanfaat untuk manusia. Upaya manusia dalam memahami hukum-hukum Allâh yang tetap dan pasti yang menguasai alam semesta (sunnah-Nya) dalam perkembangannya telah melahirkan ilmu-ilmu kealaman dengan segala percabangannya, sedangkan upaya manusia memahami hukum-hukum Allâh yang tetap dan pasti yang menguasai sejarah kehidupan manusia (taqdir-Nya) dalam perkembangnnya telah melahirkan ilmu-ilmu sosial dan humaniora dengan segala percabangannya.[4]

Jadi sikap yang tepat dalam menghadapi permasalahan dunia ini adalah sejauh mana sikap kita itu bersesuaian dengan ilmu pengetahuan. Jika sikap kita bersesuaian dengan ilmu pengetahuan maka sikap kita pada hakikatnya bersesuaian dengan hukum-hukum Allâh (sunnah dan taqdir-Nya). Jika sikap kita sudah sesuai dengan sunnah dan taqdir-Nya maka berarti sikap kita sudah sesuai dengan kehendak Allâh.

Di sisi lain, al-Rahîm adalah hukum-hukum Allâh yang berlaku kelak di alam akherat (norma-normaukhrawi). Dalam tradisi pesantren di Jawa kalimat al-Rahîm ini diterjemahkan dengan “Dzat kang kagungan rohmat kang lembut-lembut ing dalem alam akhirat diparingke khusus

kagem tiyang mukmin bloko”. Artinya sifat al-Rahîm ini berlaku secara khusus kepada

hamba-Nya yang menyiapkan kehidupan akhiratnya secara benar yaitu yang mengikuti ajaran agama Allâh dan ukurannya ditentukan oleh iman dan amal seseorang secara individual bukan pada ilmu pengetahuan seperti berlaku di dunia. Yang berlaku pada hukum akhirat atau hari agama (yaumuddin) kelak adalah firman Allâh pada surat al-Infithâr [82]: 17-19 dan al-Baqarah [2]: 48. !$tBur y71u‘÷Šr& $tB ãPöqtƒ ÈûïÏd‰9$# ÇÊÐÈ §NèO !$tB y71u‘÷Šr& $tB ãPöqtƒ ÉúïÏe$!$#

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai preferensi dari setiap alternatif dan produk unggulan terbaik Kabupaten Sleman menurut responden dari beberapa kriteria (Omzet,

Realitas globalisasi perlu dilihat secara lebih positif mengingat globalisasi itu sendiri merupakan cermin prestasi yang dicapai. manusia dalam bidang ilmu

Resolusi citra dengan warna yang sama tidak terlalu berbeda untuk nilai persentase kompresi dan rasio kompresi atau dengan kata lain resolusi citra dengan warna yang sama tidak

Dari tujuh indikator kinerja rendah terdapat lima indikator yang sudah dimuat dalam peraturan perundang- undangan dan ketentuan standar yang berhubungan dengan kegiatan

Dengan mengetahui besarnya kandungan bahan aktif fomesafen di dalam biji kedelai dan kacang hijau yang dihasilkan dari tanaman yang ditumbuhkan pada tanah

sample t-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh akupresur pada titik sanyinjiao dan slow stroke back massage terhadap penurunan intensitas nyeri

Jadi dalam penelitian ini terdapat pengaruh intensitas komunikasi keluarga dan disipln belajar terhadap prestasi belajar sisiwa kelas 5 SD Negeri 3 Soka tahun ajaran 2014/2015

1 CAP-3 M/s Technical Associates Pakistan (Pvt) Ltd Lahore Ch.. Izhar Construction (Pvt)