• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN LITERASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS VIII SMP YPM 3 TAMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN LITERASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS VIII SMP YPM 3 TAMAN."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN LITERASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN

KELAS VIII SMP YPM 3 TAMAN

SKRIPSI

Oleh : LILIK ZAINIYAH

NIM. D04211009

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNANAMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN LITERASI MATEMATIS SISWA

PADA MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS VIII SMP YPM 3 TAMAN

Oleh: LILIK ZAINIYAH

ABSTRAK

Kemampuan literasi matematis sangatlah penting dimiliki setiap siswa, karena prestasi literasi matematis siswa di Indonesia sangatlah rendah. Salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran matematika agar siswa mempunyai kemampuan literasi matematis dalam pembelajaran matematika adalah dengan pendekatan keterampilan proses. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dan apakah terdapat peningkatan literasi matematis siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau biasa disebut Quasi Eksperimen karena pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah kelas VIII-A sampai kelas VIII-F SMP YPM 3 Taman. Sampel pada penelitian ini adalah 35 siswa kelas VIII-F SMP YPM 3 Taman. Pengumpulan data dengan observasi aktivitas guru dan siswa, tes kemampuan awal dan akhir. Data dianalisis dengan menggunakan uji analisis data Wilcoxon.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan aktivitas guru dalam kategori sangat baik, aktivitas siswa dikatakan posistif, dan Uji Wilcoxon menunjukkan literasi maematis siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sama dengan literasi maematis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Batasan Masalah ... 7

F. Definisi Operasioanal ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Pembelajaran Matematika ... 9

B. Pendekatan Keterampilan Proses ... 12

C. Literasi Matematis ... 22

D. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa ... 25

E. Tinjauan Materi Kesebangunan dan Kekongruenan Bangun Datar ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Rancangan Penelitian ... 32

C. Tempat Penelitian ... 32

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

E. Variabel Penelitian ... 33

F. Hipotesis Penelitian ... 33

G. Prosedur Penelitian ... 33

H. Instrumen Penelitian ... 35

I. Metode Pengumpulan Data ... 38

(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Proses Penerapan Pembelajaran Melalui Pendekatan Keterampilan Proses ... 48

B. Analisis Data Hasil Penerapan Pembelajaran ... 53

C. Pembahasan ... 66

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Pendekatan Keterampilan Proses ... 20

Tabel 2.2 Syarat Kesebangunan Segitiga ... 29

Tabel 2.3 Syarat Kekongruenan Segitiga ... 31

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Tes Literasi Matematis ... 37

Tabel 3.2 Nama-nama validator perangkat pembelajaran ... 39

Tabel 3.3 Kriteria penilaian jumlah rata-rata keseluruhan kegiatan dalam keterlaksanaan pembelajaran ... 42

Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Literasi Matematis Siswa ... 44

Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan penelitian ... 48

Tabel 4.2 Hasil pengamatan Aktivitas Guru Pada Pertemuan Pertama 54 Tabel 4.3 Hasil pengamatan Aktivitas Guru Pada Pertemuan Kedua... 56

Tabel 4.4 Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran oleh pengamat 1 Pertemuan Pertama ... 58

Tabel 4.5 Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran oleh pengamat 2 Pertemuan Pertama ... 59

Tabel 4.6 Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran oleh pengamat 1Pertemuan Kedua ... 60

Tabel 4.7 Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran oleh pengamat 2 Pertemuan Kedua ... 60

(10)

Tabel 4.9 Daftar Nilai Post-test Kemampuan Literasi Matematis siswa 63

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dua bangun yang sebangun ... 27

Gambar 2.2 Dua segitiga yang diketahui panjang sisi ... 28

Gambar 2.3 Dua segitiga yang diketahui besar sudut ... 29

Gambar 2.4 Dua segitiga yang diketahui panjang sisi dan besar sudut 29

(12)

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A (Instrumen Penelitian)

1. RPP

2. LKS

3. 2 buah lembar soal pre-test dan post-test 4. Kisi-kisi lembar soal pre-test dan post-test

5. Kisi-kisi LKS

6. Lembar pengamatan pengelolaan kelas oleh guru

7. Lembar pengamatan aktivitas siswa

LAMPIRAN B (Hasil Penelitian)

1. Nama sampel siswa penelitian

2. Data skor pre test

3. Data skor post-test

4. Perhitungan uji analisis wicoxon

5. Hasil lembar pengamatan pengelolaan kelas oleh guru

6. Hasil lembar aktivitas siswa

7. Scan hasil jawaban siswa

LAMPIRAN C (Lembar Validasi)

1. Lembar validasi RPP

2. Lembar validasi LKS

3. Lembar validasi lembar tes literasi matematis

LAMPIRAN D (Surat-surat)

1. Pernyataan keaslian tulisan

2. Surat izin penelitian

3. Surat keterangan telah melakukan penelitian

4. Surat tugas dosen pembimbing

5. Kartu konsultasi

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Literasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting bagi siswa, karena menekankan pada keterampilan dan kompetensi siswa yang diperoleh dari sekolah dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai situasi. Literasi matematis diartikan dengan kemampuan siswa dalam (1) memahami permasalahan matematis yang ada di sekitarnya yang terkait dengan matematika; (2) membaca dan menyajikan representasi matematis dari masalah yang dihadapi; (3) menyelesaikan permasalahan matematis yang dihadapi; dan (4) mengkomunikasikan gagasan secara matematis terkait dengan masalah matematika yang dijumpai dalam kehidupan nyata1. Dengan demikian, literasi matematis membantu seseorang untuk mengenal peran matematika dalam dunia dan membuat pertimbangan maupun keputusan yang dibutuhkan sebagai warga negara. Kusumah menyatakan bahwa di abad modern ini, semua orang perlu memiliki literasi matematis yang dapat digunakan saat menghadapi berbagai permasalahan. Hal ini dikarenakan literasi matematis sangat penting bagi semua orang terkait dengan pekerjaan dan tugasnya dalam kehidupan sehari-hari2.

Berdasarkan Standar Isi (SI), mata pelajaran matematika juga memperhatikan aspek literasi matematika. Adapun tujuan

1 Sugiman. Pandangan Matematika Sebagai Aktivitas Insani Beserta Dampak Pembelajarannya.. (Jurnal Pendidikan Matematika (Nomor 2 tahun 2008). 61-71.

(14)

2

tersebut agar siswa memiliki kemampuan3: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model

dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)

Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki keingintahuan, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pada SI Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs dinyatakan pula bahwa pada setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Akan tetapi, kenyataan yang terjadi di lapangan adalah sekolah-sekolah di Indonesia dalam mengelola pembelajaran matematika belum mengacu pada tujuan mata pelajaran matematika yang ditetapkan dalam SI. Situasi ini yang mungkin menjadi salah satu sebab prestasi atau pencapaian belajar matematika siswa-siswa Indonesia tidak kunjung membaik. Kondisi ini semakin tampak nyata jika melihat penilaian internasional terhadap prestasi belajar matematika siswa-siswa Indonesia.

Berdasarkan studi PISA (Programme for International Student Assessment), yaitu studi tentang penilaian siswa tingkat internasional tiap 3 tahun sekali terhadap kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam membaca, matematika, dan sains, hasil yang dicapai siswa Indonesia jauh dari memuaskan. Pada penyelenggaraan PISA tahun 2000, Indonesia hanya mampu

3

(15)

3

menempati posisi 39 dari 41 negara untuk bidang matematika dengan skor 367, jauh di bawah skor rata-rata yaitu 500. Pada PISA 2003, Indonesia berada pada ranking 38 dari 40 negara dengan skor 361. Pada PISA 2006, Indonesia berada pada urutan 50 dari 57 negara dengan skor 391. Pada pelaksanaan PISA 2009, Indonesia meraih posisi 61 dari 65 negara dengan skor 371. Sementara pada PISA 2012, Indonesia hanya mampu mencapai posisi 64 dari 65 negara dengan skor 3754.

Fokus dari PISA adalah literasi yang menekankan pada keterampilan dan kompetensi siswa yang diperoleh dari sekolah dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai situasi. Literasi matematis pada draft assessment framework PISA 2012 diartikan sebagai kemampuan seseorang individu untuk merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan fenomena / kejadian5.

Mencermati masalah di atas, maka diperlukan alternatif metode dan pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa memiliki keleluasaan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga mampu mencapai aspek berpikir tingkat

4OECD. (2013).PISA 2012 Assessment and Analytical

Framework:Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy. http://www.pisa.oecd.org, diakses pada tanggal 13 September 2015.

OECD. (2009). Learning Mathematics for Life: A View Perspective From PISA. http://www.pisa.oecd.org, diakses pada tanggal 14 September 2015.

OECD. (2010). PISA 2009 Result: What Students Know and Can Do: Student Performance In Reading, Mathematics, And Science. Diakses dari http://www.pisa.oecd.org.. (2010). PISA 2012 Mathematics Framework. http://www.pisa.oecd.org, . diakses pada tanggal 13 September 2015.

(16)

4

tinggi. Adanya keleluasaan dalam menemukan permasalahan menandakan bahwa kecenderungan siswa untuk benar-benar menikmati pembelajaran, merangsang ketertarikan dan rasa penasaran serta tantangan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya menjadi sangat terbuka dan sangat mungkin diwujudkan. Dengan cara seperti itu, tentu tujuan pembelajaran yang mengarah kepada meningkatnya literasi matematis siswa diharapkan akan tercapai secara optimal.

Pendekatan pembelajaran sebagai upaya meningkatkan literasi matematis siswa yaitu pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus terhadap keterlibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses perolehan hasil belajar6. Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat. Pendekatan keterampilan proses ini berbeda dengan pendekatan konvensional, karena di dalam pembelajaran dengan pendekatan konvensional, guru hanya memberikan materi pelajaran yang berfokus pada pemberian konsep-konsep, informasi dan fakta yang sebanyak-banyaknya kepada siswa. Akibatnya, hasil belajar yang diperoleh siswa pun hanya sebatas pada aspek pengetahuan saja, sedangkan aplikasinya belum tentu dapat dilakukan.

Pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa: (1) Pendekatan keterampilan proses memberikan pengertian yang tepat pada siswa tentang hakikat ilmu pengetahuan; (2) Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan dan mendengarkan

6

(17)

5

cerita; dan (3) Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus7. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses lebih baik dari pada yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Adapun berpikir kritis matematis adalah bagian dari literasi matematis8.

Untuk menumbuhkan literasi matematis pada siswa harus didukung oleh suasana belajar yang baik. Pendekatan keterampilan proses dapat menciptakan suasana belajar yang memungkinkan bagi siswa untuk secara aktif belajar dengan mengkontruksi, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Mengajar matematika tidak sekedar menyusun urutan informasi, tetapi perlu meninjau relevansinya bagi kegunaan dan kepentingan siswa dalam kehidupannya. Dengan pendekatan keterampilan proses, diharapkan siswa

mampu menyelesaikan masalah, menentukan dan

mengkomunikasikan ide-ide yang muncul dalam benak siswa, serta diharapkan siswa memiliki kemampuan matematis agar dapat mencapai hasil yang baik.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui proses pembelajaran yang telah mengaktifkan siswa sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa. Hal ini sejalan dengan indikator yang ingin dicapai dalam peningkatan literasi matematis siswa, sehingga melalui

7

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta.2010),68.

(18)

6

pendekatan keterampilan proses ini diharapkan dapat meningkatkan literasi matematis siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti mencoba menerapkan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan literasi matematis siswa. Sebagai realisasinya, peneliti menuangkan permasalahan tersebut dalam judul penelitian “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa pada Materi Kesebangunan dan Kekongruenan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat diambil rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran matematika melalui pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan literasi matematis siswa?

2. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika melalui pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan literasi matematis siswa?

3. Apakah pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan literasi matematis siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik tujuan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran matematika melalui pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan literasi matematis siswa.

2. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika melalui pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan literasi matematis siswa.

(19)

7

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Siswa diharapkan lebih menikmati pembelajaran, merangsang ketertarikan dan rasa penasaran serta tantangan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan pendekatan keterampilan proses serta dapat meningkatkan literasi matematis siswa.

2. Bagi guru

Guru memiliki pengalaman mengajar dengan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan literasi matematis siswa.

3. Bagi peneliti

Peneliti memiliki tambahan pengalaman mengajar sebagai salah satu langkah untuk menjadi guru profesional. Selain itu peneliti juga dapat mengetahui peranan pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan proses dalam meningkatkan literasi matematis siswa.

E. Batasan Penelitian

Agar memperoleh gambaran yang jelas dan tepat serta terhindar dari adanya beragam inteprestasi dan meluasnya masalah dalam memahami isi skripsi ini, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut :

1.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP YPM 3 Taman Tahun ajaran 2015-2016.

2.

Penerapan pendekatan kerampilan proses diaplikasikan dengan bantuan metode kooperatif atau pengelompokkan dan diskusi.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan istilah yang didefinisikan sebagai berikut:

(20)

8

kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada dalam diri siswa9.

2. Literasi matematis adalah kemampuan memahami, membaca dan menyajikan representasi matematis, menyelesaikan masalah matematis, dan berkomunikasi secara matematis terkait dengan masalah matematika yang muncul dalam kehidupan 10.

(21)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa belajar merupakan usaha untuk memperoleh ilmu atau kepandaian. Sementara pembelajaran diartikan sebagai proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang belajar. Menurut Fontana, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Sementara pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal1.

Pernyataan senada dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono yang menyatakan bahwa pembelajaran sebagai proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap2. Sementara menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses interaksi tersebut yang pada akhirnya memicu siswa untuk belajar. Dalam hal ini belajar tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan, salah satunya adalah belajar matematika.

Matematika merupakan induk dari cabang ilmu pengetahuan. Matematika dapat digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Herman Hudojo mengemukakan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau

1 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bandung: JICA,.2003).36.

(22)

10

struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan di antara hal-hal itu3.

Menurut Adams dan Hamm, Matematika diartikan menjadi empat macam pandangan, yaitu:

1. Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir

Matematika berfungsi untuk mengorganisasi gagasan, menganalisis informasi, dan menarik kesimpulan melalui aktivitas berpikir secara logis dan sistematis.

2. Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan (pattern and relationship)

Matematika dapat dipelajari oleh siswa dengan menghubungkan suatu konsep matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Pada akhirnya, siswa mampu menyadari bahwa terdapat persamaan dan perbedaan antara konsep yang baru mereka pelajari dengan konsep yang sudah lama mereka pelajari.

3. Matematika sebagai suatu alat (mathematics as a tool) Dalam hal ini konsep matematika digunakan untuk beberapa keperluan manusia. Hal ini dikarenakan banyak konsep matematika yang bisa ditemukan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi Matematika memiliki bahasa yang universal yang dapat dimaknai menggunakan banyak bahasa di dunia. Sebagai contoh bahasa matematika 25% × 2.000 = 500. Dalam bahasa Indonesia dapat dimaknai sebagai “perkalian bilangan dua puluh lima persen dengan dua ribu dan menghasilkan lima ratus”. Akan tetapi, orang dengan pengetahuan bahasa yang berbeda masih bisa mengerti bahasa matematika 25% × 2.000 = 500. Hanya saja, mereka maknai dengan pengetahuan bahasa masing-masing4.

3Herman Hudojo. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika (Malang : IKIP Malang, 2005), 103.

(23)

11

Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah5.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memfasilitasi proses belajar matematika. Proses belajar matematika tersebut melibatkan interaksi antara siswa dengan sumber belajar yang sengaja dirancang oleh guru matematika agar siswa dapat memperoleh perubahan sikap, pola pikir, pengetahuan maupun keterampilan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dari mata pelajaran matematika.

Seminar Nasional Matematika, di Universitas Negeri Yogyakarta, 2009), 5-6.
(24)

12

B. Pendekatan Keterampilan Proses

1. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan yang mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa6.

Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep. Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan pengembangan konsep dalam proses belajar mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa7.

Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai8.

Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini. Dalam pembelajaran matematika, pendekatan keterampilan proses sangat cocok digunakan. Struktur matematika yang berpula deduktif kadang-kadang memerlukan proses kreatif yang induktif. Untuk sampai pada suatu kesimpulan kadang-kadang dapat digunakan pengamatan, pengukuran, intuisi, imajinasi, penerkaan, observasi, induksi bahkan

6

Dimyanti n Mudjono, loc it, 138.

7 Djago Tarigan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Angkasa, 1990),10.

(25)

13

mungkin dengan mencoba-coba. Pemikiran yang demikian bukanlah kontradiksi, karena banyak objek matematika yang dikembangkan secara intuitif atau induktif9.

Pada dasarnya keterampilan proses dilaksanakan dengan menekankan pada bagaimana siswa belajar dan bagaimana siswa mengolah problemnya sehingga menjadi miliknya. Hal yang dimaksudkan dari dasar tersebut adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan lingkungan yang diolah menjadi suatu konsep yang diperoleh dengan jalan belajar secara aktif melalui keterampilan proses.

Pendekatan keterampilan proses perlu diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari dengan alasan-alasan sebagai berikut:

a. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat sehingga tak mungkin guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.

b. anak-anak mudah memahami konsep yang rumit jika disertai dengan contoh konkret, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda yang nyata.

c. penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif. d. dalam proses belajar mengajar seyogyanya

pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik10. 2. Jenis-jenis Keterampilan dalam Pendekatan Keterampilan

Proses

Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam

9Nyimas Aisyah, Pendekatan Keterampilan Proses, (Online),

(http://stafuny.ac.id/sites/default/files/PengembanganPembelajaranMate matika, diakses pada tanggal 15 September 2015.

(26)

14

keterampilan, yakni: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

Adapun keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari: mengindentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan keterhubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengelolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesa, mendifinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.

Adapun keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) pada pendekatan keterampilan proses antara lain: a. mengobservasi atau mengamati

Observasi atau pengamatan merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal yang terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati memiliki dua sifat utama, yakni sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Mengamati sifat kualitatif yaitu dalam pelaksanaannya hanya menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi. Mengamati sifat kuantitatif yaitu pelaksanaannya selain menggunakan panca indra juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat.

b. mengklasifikasi

Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.

c. mengkomunikasi.

(27)

15

d. mengukur

Pengembangan yang baik terhadap keterampilan-keterampilan mengukur merupakan hal yang terpenting dalam membina observasi kuantitatif, mengklasifikasi, membandingkan segala sesuatu disekelilingnya, serta mengkomunikasikan secara tepat dan efektif kepada yang lain. Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

e. memprediksi / meramal

Meramalkan merupakan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antar fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. f. menyimpulkan

Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu obyek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui11.

Enam keterampilan yang telah diuraikan sebelumnya merupakan keterampilan-keterampilan dasar dalam keterampilan proses, yang menjadi landasan untuk keterampilan proses terintegrasi yang pada hakikatnya merupakan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Sepuluh keterampilan terintegrasi tersebut akan diuraikan berikut ini:

a. mengindentifikasi variabel

Ada dua macam variabel yang perlu dikenal yakni : variabel termanipulasi (manipulated variable) dan variabel terikat. Pengenalan terhadap variabel berguna untuk merumuskan hipotesis penelitian.

b. membuat tabulasi data

Setelah melaksanakan pengumpulan data, seorang penyidik harus mampu membuat tabel data. Keterampilan membuat tabel data perlu dibelajarkan

11

(28)

16

kepada siswa karena fungsinya yang penting untuk menyajikan data yang diperlukan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan membuat tabel data diantaranya adalah membuat tabel frekuensi dan membuat tabel silang. c. menyajikan data dalam bentuk grafik

Keterampilan membuat grafik adalah kemampuan mengolah data untuk disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi selalu pada sumbu datar dan variabel hasil selalu ditulis sepanjang sumbu vertikal. Data untuk setiap variabel terjadi sebagaimana terjadi pada tabel data. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan membuat grafik diantaranya adalah membaca data dalam tabel, membuat grafik garis, membuat grafik balok, dan membuat grafik bidang lain.

d. menggambarkan keterhubungan antar variabel

Keterampilan menggambarkan hubungan antar variabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antar variabel termanipulasi dengan variabel hasil/hubungan antara variabel-variabel yang sama.

e. mengumpulkan dan mengelolah data

Keterampilan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan memperoleh informasi/data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara lisan, tertulis, atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara kuantitatif atau kualitatif sebagai dasar pengujian hipotesis atau penyimpulan.

f. menganalisis penelitian

(29)

17

g. menyusun hipotesa

Keterampilan menyusun hipotesa dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan “dugaan yang dianggap sementara benar mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam satu situasi maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul.

h. mendefinisikan variabel secara operasional

Seperti yang kita ketahui, setiap cabang ilmu pengetahuan mencari hubungan yang sistematis antar variabel. Untuk memudahkan pennsistematisan hubungan antar variabel.

i. merancang penelitian

Merancang penelitian sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Contoh kegiatan yang tercakup dalam keterampilan merancang penelitian adalah :

1) mengenali, menentukan, dan merumuskan masalah yang akan diteliti.

2) merumuskan satu atau lebih “dugaan yang dianggap benar” dalam rangka menjawab masalah. Merumuskan “dugaan yang dianggap benar” ini disebut menyusun hipotesis. Menyusun hipotesis dapat dilakukan dengan mendasarkan dugaan pada pengalaman sebelumnya atau observasi atau intuisi.

3) memilih alat/instrument yang tapat untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dirumuskan.

j. melaksanakan eksperimen

(30)

18

3. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Keterampilan Proses

a. Kelebihan pendekatan keterampilan proses antara lain: 1) memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting untuk mengembangkan pengetahuan dan masa depan.

2) merangsang ingin tahu dan mengembangkan sikap ilmiah siswa.

3) siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

4) siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari.

5) mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru.

6) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.

7) pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.

8) melatih siswa untuk berpikir lebih kritis12. b. Kelemahan pendekatan keterampilan proses antara

lain:

1) memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk menyelesaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.

2) memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya.

3) jumlah siswa dalam kelas harus relatif kecil, karena setiap siswa memerlukan perhatian dari guru.

4) memerlukan perencanaan dengan teliti.

5) tidak menjamin setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

12
(31)

19

6) sulit membuat siswa turut aktif secara merata selama proses berlangsungnya pembelajaran. 7) merumuskan masalah, menyusun hipotesis,

merancang suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak setiap siswa mampu melaksanakannya13. 4. Langkah-langkah Pendekatan Keterampilan Proses dalam

Pembelajaran

Menurut Hamalik suatu bentuk penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran adalah pemecahan masalah atau inkuiri (penemuan) yaitu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari dan menemukan sendiri informasi/data untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan14.

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses pada literasi matematis yaitu:

a. Pendahuluan

Menyiapkan fisik dan mental anak didik untuk menerima bahan pelajaran baru dengan cara:

1) mengulang bahan pelajaran yang lalu yang mempunyai hubungan dengan bahan yang akan dipelajari.

2) mengajukan pertanyaan umum sehubungan dengan bahan pelajaran baru untuk membangkitkan minat.

b. Pelaksanaan / Kegiatan Inti

kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan, meliputi :

13

Ibid.

(32)

20

1) menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bagan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat. 2) merumuskan hasil pengamatan dengan merinci,

mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.

3) menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok. 4) meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau

peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda. 5) merencanakan penelitian umpamanya

mengadakan percobaan sehubungan dengan masalah yang belum terselesaikan.

6) menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.

7) mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah mengarang dan lain-lain.

[image:32.420.64.354.65.506.2]

Adapun indikator kegiatan inti dalam pendekatan keterampilan proses sebagai berikut15:

Tabel 2.1

Indikator Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan

Keterampilan Proses Indikator

1. Mengamati a. Menemukan fakta

15

Wahidin. Keterampilan Proses pada Pembelajaran (2008). [Online] Tersedia

(33)

21

yang relevan dan memadai. b. Menggunakan

sebanyak mungkin indera.

2. Merumuskan a. Menentukan hasil pengamatan yang memiliki sifat yang sama.

b. Mengelompokan suatu pola hasil pengamatan. 3. Menafsirkan a. Mencatat pengamatan

secara terpisah. b. Menghubungkan

pengamatan-pengamatan yang terpisah.

c. Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan.

4. Meramalkan Dengan menggunakan pola-pola (hubungan-hubungan) mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.

5. Merencanakan

penelitian a. Menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan dipakai untuk digunakan dalam penelitian. b. Menentukan

variabel-variabel.

c. Menetukan variabel yang harus dibuat tetap, sama, dan yang dibuat berubah. d. Menentukan apa yang

(34)

22

dan ditulis.

e. Menetukan cara dan langkah-langkah kerja. 6. Menerapkan

konsep a. Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari kedalam situasi baru. b. Menerapkan konsep

pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. 7. Berkomunikasi a. Menyusun dan

menyampaikan laporan secara sistematis. b. Menjelaskan hasil

penelitian.

c. Mendiskusikan hasil penelitian.

d. Menggambar data dengan grafik, tabel, atau digram. c. Penutup

1) mengkaji ulang kegiatan yang telah dilaksanakan dan merumuskan hasil yang diperoleh melalui kegiatan tersebut.

2) mengadakan tes akhir. 3) memberikan tugas-tugas lain.

C. Literasi Matematis

1. Pengertian Literasi Matematis

Berdasarkan draf PISA 2012 Mathematics Framework, literasi matematis didefinisikan sebagai berikut16:

“Mathematical literacy is an individual’s capacity to formulate, employ, and interpret

(35)

23

mathematics in a variety of contexts. It includes reasoning mathematically and using mathematical concepts, procedures, facts, and tools to describe, explain, and predict phenomena. It assists individuals to recognize the role that mathematics plays in the world and to make the well-founded judgments and decisions needed by constructive, engaged, and reflective citizens”.

Berdasarkan definisi tersebut, literasi matematika diartikan sebagai kemampuan seseorang individu merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk di dalamnya bernalar secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika dalam menjelaskan dan memprediksi fenomena. Dengan demikian literasi matematika membantu seseorang untuk mengenal peran matematika dalam dunia dan membuat pertimbangan maupun keputusan yang dibutuhkan sebagai warga negara17.

Sugiman menambahkan bahwa literasi matematis menyangkut kompetensi matematika siswa terutama yang terkait dengan masalah-masalah yang dijumpai dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan sosial. Oleh karena itu, literasi matematis merupakan sense of math ketika seseorang menghadapi fenomena matematis dalam kehidupannya atau dalam ilmu selain matematika18.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa literasi matematis adalah:

a. memahami adanya berbagai permasalahan matematika yang muncul dalam kehidupan.

17 Rahmah Johar. Domain Soal PISA untuk Literasi Matematika. (Makalah disampaikan pada Semiloka tentang PISA, di Universitas Negeri Semarang.2012).

18Sugiman. Pandangan Matematika Sebagai Aktivitas Insani Beserta

(36)

24

b. mampu membaca dan menyajikan representasi matematis atas masalah matematis yang muncul dalam kehidupan.

c. mampu menyelesaikan masalah matematis yang muncul dalam kehidupan.

d. mampu berkomunikasi secara matematis terkait dengan masalah matematika yang muncul dalam kehidupan.

2. Programme for International Student Assessment (PISA) Programme for International Student Assessment (PISA) adalah suatu program penilaian skala internasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa (berusia 15 tahun) bisa menerapkan pengetahuan yang sudah mereka pelajari di sekolah19. PISA diselenggarakan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), suatu organisasi internasional untuk kerja sama ekonomi dan pembangunan. Hal-hal yang dinilai pada PISA meliputi kemampuan membaca (reading literacy), kemampuan matematika (mathematical literacy), dan kemampuan sains (science literacy).

PISA pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000 dimana pada penyelenggaraan pertama fokus pada literasi membaca, sementara kemampuan yang lain sebagai pendukung. Pada PISA 2003 lebih fokus pada penilaian literasi matematis dan literasi yang lain sebagai pendukung. Penyelenggaraan PISA pada tahun 2006 lebih fokus pada literasi sains dan pada PISA 2009 kembali ke literasi membaca. Demikian seterusnya setiap 3 tahun sekali PISA diselenggarakan dengan fokus penilaian pada kemampuan literasi yang berbeda-beda.

Penilaian kemampuan literasi matematis terdapat tiga komponen besar yang diujikan. Tiga komponen tersebut terdiri dari konten matematika (mathematical content), proses matematika (mathematical processes), dan

(37)

25

konteks (contexts). Konten matematika merupakan komponen yang dimaknai sebagai isi, materi, atau subjek matematika yang dipelajari di sekolah. Komponen ini terbagi menjadi empat macam, yaitu konten perubahan dan hubungan (change and relationship), ruang dan bentuk (space and shape), kuantitas (quantity), dan ketidakpastian dan data (uncertainty and data) 20.

Menurut Wardhani dan Rumiati, proses matematika dalam studi PISA dimaknai sebagai langkah-langkah seseorang untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam situasi atau konteks tertentu dengan menggunakan matematika sebagai alat sehingga permasalahan itu dapat diselesaikan. Sementara itu, konteks dalam studi PISA dimaknai sebagai situasi yang tergambar dalam suatu permasalahan. Komponen ini terdiri dari konteks pribadi (personal), konteks pekerjaan (occupational), konteks sosial (social), dan konteks ilmu pengetahuan (scientific)21.

D. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa

Kemampuan literasi matematis sangatlah penting bagi siswa. Kemampuan tersebut meliputi: kemampuan siswa dalam memahami masalah matematika, kemampuan siswa dalam membaca dan merepresentasikan masalah matematika, kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, dan kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan gagasan secara matematis.

Mencermati uraian diatas, maka diperlukan metode dan pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan literasi matematis dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang dihadapi.

Pendekatan pembelajaran sebagai upaya meningkatkan literasi matematis siswa yaitu pembelajaran dengan pendekatan

20

Wardhani dan Rumiati. Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS (Yogyakarta PPPPTK, 2011.) [Online] http://p4-tkmatematika.org/, diakses pada tanggal 13 September 2015.

(38)

26

keterampilan proses karena mendorong siswa terlibat secara aktif dan kreatif dalam memperoleh hasil belajar.Adapaun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses antara lain:

1. Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bagan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.

2. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.

3. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.

4. Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.

5. Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan dengan masalah yang belum terselesaikan.

6. Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.

7. Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah mengarang dan lain-lain.

Pada tahap mengamati dan merumuskan

mengembangkan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami masalah matematis, pada tahap menafsirkan dan meramalkan melatih kemampuan siswa dalam merepresentasi masalah matematis, pada tahap merencanakan penelitian dan menerapkan pengetahuan keterampilan sikap melatih kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematis, dan pada tahap mengkomunikasikan hasil kegiatan dapat melatih kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan masalah matematis.

(39)

27

pembelajaran yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui proses pembelajaran yang telah mengaktifkan siswa sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa. Hal ini sejalan dengan indikator yang ingin dicapai dalam peningkatan literasi matematis siswa. Sehingga melalui pendekatan keterampilan proses ini diharapkan dapat meningkatkan literasi matematis siswa.

E. Tinjauan tentang Materi Kesebangunan dan

Kekongruenan

1. Kesebangunan bangun datar a. Kesebangunan bangun datar

Dalam kehidupan sehari-hari, pasti pernah mendengar istilah memperbesar atau memperkecil foto. Ketika memperbesar (atau memperkecil) foto, bentuk benda pada foto mula-mula dengan foto yang telah diperbesar adalah sama, tetapi ukurannya berlainan dengan perbandingan yang sama. Gambar benda pada foto mula-mula dengan foto yang telah diperbesar merupakan contoh dua bangun yang sebangun.

Gambar 2.1

Dua Bangun yang Sebangun

[image:39.420.72.365.61.529.2]
(40)

28

= 3

2, = 3

2, =

3

2, = 3 2

Kemudian, sudut-sudut yang bersesuaian pada persegi panjang ABCD dan persegi panjang KLMN. Oleh karena keduanya berbentuk persegi panjang, setiap sudut besarnya 90° sehingga sudut-sudut yang bersesuaian pada kedua bangun tersebut sama besar. Artinya kedua persegi panjang tersebut memiliki sisi-sisi yang bersesuaian dan sebanding sedangkan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar. Oleh karena itu, persegi panjang ABCD dan persegi panjang KLMN dikatakan sebangun. .

Jadi, dua atau lebih bangun dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) panjang sisi-sisi yang bersesuaian pada bangun-bangun tersebut memiliki perbandingan yang senilai.

2) sudut-sudut yang bersesuaian pada bangun-bangun tersebut sama besar.

b. Kesebangunan pada segitiga

Berbeda dengan bangun datar yang lain, syarat-syarat untuk membuktikan kesebangunan pada segitiga memiliki keistimewaan tersendiri. Adapun keistimewaan yang dimiliki oleh segitiga yang sebangun antara lain:

[image:40.420.70.353.54.499.2]

1) Perbandingan panjang sisi yang bersesuaian sama besar

Gambar 2.2

(41)

29

2) Besar sudut-sudut yang bersesuaian sama besar

Gambar 2.3

Dua Segitiga yang Diketahui Besar Sudut 3) Panjang dua sisi yang bersesuaian memiliki

perbandingan yang sama dan sudut bersesuaian yang diapit sama besar.

Gambar 2.4

Dua Segitiga yang Diketahui Panjang Sisi dan Besar Sudut

Berdasarkan keistimewaan yang dimiliki oleh segitiga sebangun, maka dapat disimpulkan bahwa untuk memeriksa kesebangunan pada segitiga, cukup melakukan tes pada kedua segitiga tersebut sesuai dengan unsur-unsur yang diketahui22.

Tabel 2.2

Syarat Kesebangunan Segitiga Unsur-Unsur yang

Diketahui

Pada Segitiga Syarat Kesebangunan (i) Sisi-sisi-sisi

(s.s.s) Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian sama. (ii)

Sudut-sudut-sudut (sd.sd.sd) Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar. (iii) Sisi-sudut-sisi Dua sisi yang

22

Mujiyono, MATEMATIKA. (Surakarta: Graha Multi Grafika, 2005).4-11.

[image:41.420.67.388.79.504.2]
(42)

30

(s.sd.s) bersesuaian memiliki perbandingan yang sama dan sudut bersesuaian yang diapit sama besar.

2. Kekongruenan bangun datar a. Kekongruenan bangun datar

[image:42.420.134.356.69.119.2]

Jika memperhatikan ubin-ubin yang dipasang di lantai kelasmu, maka didapat ubin-ubin tersebut bentuk dan ukurannya sama. Di dalam matematika, dua atau lebih benda yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama disebut benda-benda yang kongruen.

Gambar 2.5

Dua Bangun yang Kongruen

Gambar tersebut menunjukkan dua bangun datar, yaitu trapesium KLMN dan trapesium PQRS. Panjang sisi-sisi yang bersesuaian pada kedua trapesium tersebut sama besar, yaitu KL = PQ, LM = QR, MN = RS, dan NK = SP. Sudut-sudut yang bersesuaian pada trapesium tersebut juga sama besar, yaitu K = P, L = Q, M = R, dan N = S. Oleh karena itu, trapesium KLMN dan trapesium PQRS kongruen, ditulis trapesium KLMN ≅ trapesium PQRS.

Dari penjelasan di atas, dua bangun atau lebih dikatakan kongruen jika bangun-bangun tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang sama serta sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.

b. Kekongruenan segitiga

[image:42.420.71.353.75.544.2]
(43)

31

[image:43.420.70.371.86.407.2]

sisi dan sudut-sudut yang bersesuaian. Berikut dalah tabel syarat kekongruenan dua segitiga23.

Tabel 2.3

Syarat Kekongruenan Segitiga Unsur-Unsur yang Diketahui

Pada Segitiga Kekongruenan Syarat (i) Sisi-sisi-sisi (s.s.s) Sisi-sisi yang

bersesuaian sama panjang.

(ii) Sisi-sudut-sisi (s.sd.s) Dua sisi yang bersesuaian sama panjang dan satu sudut yang diapit oleh kedua sisi tersebut sama besar. (iii) Sudut-sisi-sudut (sd.s.sd)

atau

Sudut-sudut-sisi (sd.sd.s)

Dua sudut yang bersesuaian sama besar dan satu sisi yang bersesuaian sama panjang.

23
(44)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau biasa disebut Quasi Eksperimen karena peneliti hanya menggunakan kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol. Dengan desain pre-test post-test satu kelompok (one group pre-test post-test design), yaitu sebuah desain penelitian yang digunakan dengan cara memberikan tes awal dan tes akhir terhadap subjek penelitian.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian one group pre-test post-test design. Dalam penelitian ini hanya ada satu objek penelitian yang berfungsi sebagai kelompok kontrol (sebelum dikenakan perlakuan) maupun kelompok eksperimen (setelah dikenakan perlakuan). Adapun rancangan penelitian adalah sebagai berikut :

Keterangan :

O1: Kemampuan literasi matematis siswa sebelum mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.

X : Perlakuan (Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses)

O2 : Kemampuan literasi matematis siswa setelah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Mei – 25 Mei 2016 di kelas VIII F SMP YPM 3 Taman.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah sebanyak 237 siswa dari kelas VIII-A sampai dengan VIII-F SMP YPM 3 Taman tahun pelajaran 2015-2016.

(45)

33

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Random Sampling atau secara acak, karena menurut pendapat guru bidang studi kemampuan awal setiap kelas adalah sama atau homogen (tidak dibedakan antara anak-anak berkemampuan tinggi dengan anak-anak berkemampuan rendah). Sehingga diperoleh sampel penelitian yaitu kelas VIII-F SMP YPM 3 Taman sebanyak 31 siswa.

E. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen.

1. Variabel Independen

Variabel independen dari penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan proses.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dari penelitian ini adalah literasi matematis siswa.

F. Hipotesis Penelitian

Dari uraian di atas, maka akan dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

H0 :Kemampuan literasi matematis siswa sebelum mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sama dengan kemampuan literasi matematis siswa sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.

H1 :Kemampuan literasi matematis siswa sebelum mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses tidak sama dengan kemampuan literasi matematis siswa sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.

G. Prosedur Penelitian

Berdasarkan rancangan di atas maka prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

(46)

34

a. pembuatan kesepakatan dengan guru bidang studi matematika pada sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian, meliputi :

1) kelas yang akan digunakan untuk penelitian yaitu kelas VIII-F.

2) waktu yang akan digunakan untuk penelitian yaitu dua kali pertemuan.

3) materi yang akan digunakan yaitu kesebangunan dan kekongruenan bangun datar.

4) pengamat yang akan mengikuti proses penelitian. b. penyusunan perangkat pembelajaran yang meliputi :

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan keterampilan proses yang terdiri dari dua RPP (terdapat pada lampiran A) untuk dua kali pertemuan. RPP ini dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing dan divalidasi. 2) Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan

keterampilan proses yang terdiri dari dua LKS (terdapat pada lampiran A) untuk dua kali pertemuan. LKS ini dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing dan divalidasi.. 3) penyusunan instrumen penelitian yang meliputi:

a) lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran.

b) lembar pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

4) tes literasi matematis yang meliputi:

a) lembar tes kemampuan awal literasi matematis

b) lembar tes kemampuan akhir literasi matematis

5) mengkonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian kepada dosen pembimbing dan guru bidang studi matematika.

c. pembuatan surat izin penelitian 2. Tahap pelaksanaan

(47)

35

a. sebelum proses pembelajaran diadakan pengamatan tentang literasi matematis siswa (tes kemampuan awal literasi untuk mengetahui kemampuan awal literasi matematis siswa)

b. melakukan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Selama pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut berlangsung selama dua kali pertemuan dan peneliti bertindak sebagai guru yang mengelola pembelajaran.

c. pemberian tes kemampuan akhir setelah pembelajaran dengan tujuan untuk melihat peningkatan literasi matematis siswa setelah diterapkan pendekatan keterampilan proses.

3. Tahap analisis data

a. mengumpulkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan

b. menganalisis data hasil penelitian meliputi aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dan lembar tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir literasi matematis siswa. c. menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah :

1. Lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan proses

(48)

36

pengamatan pengelolaan kelas ini digunakan sebagai data untuk mendiskripsikan kegiatan yang berlangsung dikelas selama pembelajaran. Semua aspek yang terdapat pada lembar pengamatan pengelolaan kelas untuk pembelajaran Matematika yang menggunakan pendekatan keterampilan proses ini diisi dengan kategori 1, 2, 3 dan 4. Kategori 1 berarti kurang baik, diberikan jika guru tidak melaksanakan kegiatan dalam RPP. Kategori 2 berarti cukup baik, diberikan jika guru melaksanakan kegiatan dalam RPP dengan kurang sempurna. Kategori 3 berarti baik, diberikan jika guru malaksanakan kegiatan dalam RPP dengan sempurna. Kategori 4 berarti sangat baik, diberikan jika guru malaksanakan kegiatan dalam RPP dengan sangat sempurna. 2. Lembar pengamatan aktivitas siswa

Lembar pengamatan aktivitas siswa (terdapat pada lampiran A) digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan proses berlangsung. Lembar pengamatan aktivitas siswa ini berisi perilaku-perilaku yang mungkin dilakukan siswa selama pembelajaran dikelas antara lain :

a. mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru. b. membaca/memahami masalah kontekstual di buku

siswa atau LKS.

c. mengamati maket yang disediakan guru.

d. mengklasifikasikan bangun datar yang memiliki bentuk yang sama.

e. mengukur panjang sisi dan besar sudut bangun datar. f. mampu menggunakan alat pengukuran seperi

penggaris dan busur dengan benar.

g. melakukan hal yang relevan dengan kegiatan belajar mengajar (mengerjakan evaluasi, melakukan presentasi, menulis materi yang diajarkan).

h. berdiskusi, bertanya, menyampaikan pendapat/ide kepada teman/guru.

i. menarik kesimpulan suatu prosedur/konsep.

(49)

37

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS ini dikerjakan siswa secara berkelompok pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses. LKS disusun oleh peneliti dengan dikonsultasikan pada dosen pembimbing sebelum divalidasi oleh validasi ahli/validator.

4. Kisi-kisi lembar tes literasi matematis

[image:49.420.71.370.95.523.2]

Kisi-kisi lembar tes literasi matematis siswa ini digunakan untuk menyusun tes literasi matematis yang digunakan sebelum dan setelah proses pembelajaran. Lembar kisi-kisi ini disusun oleh peneliti dengan dikonsultasikan pada dosen pembimbing sebelum divalidasi oleh validasi ahli/validator.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Lembar Tes Literasi Matematis Indikator Literasi

Matematis Indikator

1. Mampu membaca dan memahami adanya berbagai permasalahan matematika.

a. Siswa dapat mengidentifikasi apa yang diketahui.

b. Siswa dapat mengidentifikasi apa yang ditanyakan.

c. Siswa dapat menceritakan kembali permasalahan yang diberikan dengan bahasa sendiri.

2. Mampu menyajikan representasi matematis atas masalah

matematis.

a. Siswa dapat merepresentasikan permasalahan dalam bentuk simbol, grafik, gambar, atau pola. b. Siswa dapat menunjukkan

hubungan timbal balik dan menggunakan representasi sesuai dengan kondisi dan tujuan. 3. Mampu

menyelesaikan masalah matematis.

a. Siswa dapat menentukan strategi penyelesaian masalah.

b. Siswa dapat melaksanakan strategi penyelesaian masalah.

(50)

38

5. Lembar tes literasi matematis

Tes ini berupa pemberian soal yang memiliki aspek literasi matematis yang harus dikerjakan siswa dalam rentang waktu tertentu untuk mengetahui peningkatan literasi matematis siswa baik sebelum maupun setelah mengikuti pembelajaran.

Hasil jawaban yang diberikan siswa diukur sesuai pedoman penskoran literasi matematis.

I. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:

1. Validasi instrumen

Validasi instrumen dilakukan oleh validasi ahli untuk mendapatkan data tentang kevalidan dan kepraktisan perangkat pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini validasi yang dilakukan oleh 3 validator yaitu 2 dosen Prodi Pendidikan Matematika (PMT) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dan guru matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP). Teknik yang dilakukan yaitu dengan memberikan perangkat pembelajaran (RPP, LKS, dan soal literasi matematis pre-test dan post-test) yang dikembangkan beserta lembar validasi kepada validator kemudian validator diminta untuk memberikan tanda cek ( )

pada kolom penilaian sesuai dengan kriteria pada perangkat pembelajaran yang dinilai. Hasil telaah digunakan sebagai masukan untuk merevisi atau menyempurnakan perangkat pembelajaran yang dibuat oleh peneliti untuk diterapkan dalam pembelajaran. Adapun nama-nama validator tersebut adalah sebagai berikut :

4. Mampu berkomunikasi secara matematis terkait dengan masalah

matematika.

a. Siswa mampu menyimpulkan solusi atas permasalahan matematika.

(51)

39

Tabel 3.2

Nama-nama Validator Perangkat

No Nama Validator Keterangan

1 Febriana Kristanti,

M.Si Dosen Matematika UIN Sunan Ampel Prodi Pendidikan Surabaya

2 Moh Hafiyusholeh,

M.Si Dosen Matematika UIN Sunan Ampel Prodi Pendidikan Surabaya

3 Moh Mukhtasonib,

S.Pd, M.Pd Guru mata pelajaran matematika

2. Pengamatan

Pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Dalam penelitian ini, pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan. Lembar pengamatan terdiri dari:

a. Lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola

pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses

Dalam memperoleh data tentang pengelolaan pembelajaran pada materi kesebangunan dan kekongruenan bangun datar dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan proses. Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat yang sebelumnya telah diberi pembekalan melalui diskusi antara peneliti dengan pengamat berkaitan dengan cara menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan sintaks pembelajaran oleh guru.

b. Lembar pengamatan aktivitas siswa

[image:51.420.71.391.75.532.2]
(52)

40

dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa yang berisi item-item mengenai kejadian dan tingkah laku yang mungkin dilakukan siswa.

Siswa yang diamati sebanyak 2 kelompok yang beranggotakan 6 siswa heterogen yang dipilih secara acak untuk diamati bagaimana aktivitasnya selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat yang sebelumnya telah diberi pembekalan melalui diskusi antara peneliti dengan pengamat yang berkaitan dengan cara menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa.

3. Lembar tes literasi matematis siswa

Tes yang digunakan terdiri dari dua tahap, yaitu : a. Tes kemampuan awal

Tes kemampuan awal atau tes awal adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan literasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal sebelum diberikan perlakuan. Perlakuan dalam penelian ini yaitu pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. b. Tes kemampuan akhir

Tes kemampuan akhir atau tes akhir digunakan untuk mengetahui kemampuan literasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif, yaitu :

1. Analisis hasil pengamatan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru

(53)

41

Kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis hasil penilaian rata-rata tiap kegiatan dalam keterlaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:1

a. Mencari rata-rata setiap aspek dari seluruh pertemuan Mencari rata-rata setiap aspek dari seluruh pertemuan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut2:

Keterangan:

: rata-rata aspek ke-

� : skor penilaian pada pengamat ke- terhadap langkah ke-

: banyaknya pertemuan

b. Mencari rata-rata aspek dari seluruh pertemuan

Mencari rata-rata aspek dari seluruh pertemuan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut3:

Keterangan:

: rata-rata aspek ke-

: rata-rata setiap aspek ke- terhadap kegiatan ke- : banyaknya setiap aspek dalam kegiatan ke- c. Mencari rata-rata kategori

Mencari rata-rata kategori dapat dihitung menggunakan rumus berikut4:

1 Ihsan Wakhid,Sumaryono, ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika Realistik untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kritis” (Skripsi: IAIN tidak dipublikasikan, 2008),104.

2 Ibid

3 Ibid

4 Ibid

= =1

= =1

(54)

42

Keterangan:

: rata-rata kategori ke-

: rata-rata aspek ke- terhadap kegiatan ke- : banyaknya aspek dalam kegiatan ke- d. Mencari jumlah rata-rata keseluruhan

Mencari jumlah rata-rata keseluruhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut5:

Gambar

Tabel 4.10Uji Wilcoxon ...........................................................................
Gambar 2.1
tabel data.
Tabel 2.1  Indikator Pendekatan Keterampilan Proses
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Pengenaan tarif retribusi atas ijin pemakaian GOR dan Seni Mojopahit sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (3) sekurang- kurangnya mengacu pada ketentuan

(dekomposisi), yang menghasilkan senyawa-senyawa berbentuk anorganik (disebut mineralisasi = proses pembentukan bahan mineral atau bahan anorganik) o   Dekomposisi à

Keluaran dari penelitian ini berupa program simulasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk menganalisa sensitivitas untuk mengetahui kapan suatu institusi pendidikan

Implikasinya adalah setiap rumah sakit dituntut untuk senantiasa meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pasiennya dalam semua aspek  pelayanan, baik yang bersifat

Berdasarkan analisis data dan hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara simultan pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah,

Mudharabah merupakan akad kerjasama yang melibatkan dua belah pihak yang salah satunya adalah pemilik modal dan pengelola modal, yang keduanya memeliki kesepakatan

Indikator kinerja dan pendanaan Organisasi Perangkata Daerah pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan terpadu Satu Pintu Provinsi Jambi disusun dengan memperhatikan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan kelima tahap destination branding yaitu market investigation, analysis and strategic recommendations, brand identity