• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI AWAL PENDINGINAN PADA BATANG PEMANAS BERTEMPERATUR TINGGI MENGGUNAKAN BAGIAN UJI QUEEN-II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI AWAL PENDINGINAN PADA BATANG PEMANAS BERTEMPERATUR TINGGI MENGGUNAKAN BAGIAN UJI QUEEN-II"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI AWAL PENDINGINAN PADA BATANG PEMANAS BERTEMPERATUR TINGGI MENGGUNAKAN BAGIAN UJI QUEEN-II

Mulya Juarsa, Puradwi I.W.

Pusat Teknologi reaktor dan Keselamatan Nuklir

PTRKN Gd.80 Kawasan PUSPIPTEK Tangerang 15310 BANTEN email: juars@batan.go.id

ABSTRAK

STUDI AWAL PADA PENDINGINAN BATANG PEMANAS BERTEMPERATUR TINGGI MENGGUNAKAN BAGIAN UJI QUEEN-II. Pengamatan untuk memahami pendinginan pada peristiwa pasca LOCA merupakan langkah awal untuk menganalisis perpindahan panas pendidihan. Rewetting yang timbul pada pendinginan batang pemanas bertemperatur tinggi merupakan fenomena yang juga timbul pada proses penggenangan kembali teras reaktor setelah LOCA, dimana temperatur pembungkus bahan bakar masih bertemperatur tinggi. Bagian uji QUEEN-II telah dikonstruksi dan diuji untuk penelitian perpindahan panas pendidihan transien pada eksperimen pendinginan pasca LOCA. Pengujian dilakukan dengan memanaskan batang pemanas hingga mencapai temperatur hampir 900oC, kemudian didinginkan baik secara radiasi maupun didinginkan dengan air bertemperatur 85oC. Fenomena rewetting yang terjadi pada proses pendinginan dengan air diindikasikan dengan timbulnya rejim didih film yang memperlambat laju aliran pendinginan. Kecepatan rata-rata rewetting yang diperoleh adalah 9,68 mm/detik pada laju aliran air 15,76 mm/detik.

Kata kunci: temperatur, rewetting, pendinginan.

ABSTRACT

PRELIMINARY STUDY ON HIGH TEMPERATURE HEATED ROD COOLING USING QUEEN-II TEST SECTION. An Observation to understand cooling process in Post-LOCA event is a preliminary step to analyze boiling heat transfer. Rewetting which appears during cooling on high temperature heated rod is a phenomenon which also appears in reflooding process on reactor core after LOCA, where cladding fuel temperature is still high. The QUEEN-II test section was constructed and tested for research on transient boiling heat transfer on cooling experiment during Post-LOCA. Testing has been done by

heated-up the rod until 900oC, and then cooling down by radiation and also by water with

temperature of 85oC. Rewetting phenomena which occurs on cooling process by water is

indicated by film boiling regime which slows down the water flow rate. Rewetting average velocity is 9.68 mm/s for water flow rate of 15.67 mm/s.

(2)

PENDAHULUAN

Dalam pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dimungkinkan terjadinya kecelakan berdasarkan prediksi yang ditentukan selama rancangan desainnya. Salah satunya adalah kecelakaan kehilangan air pendingin (Loss-Of-Coolant Accident, LOCA) yang merupakan jenis peristiwa kecelakaan yang dipostulasikan dan menjadi dasar desain (Desain Basic Accident, DBA) pada sistem keselamatan PLTN. Saat terjadinya LOCA, di mana teras kekurangan air akibat bocornya salah satu dan atau kedua pipa pendingin primer pada reaktornya akan mengakibatkan naiknya temperatur permukaan kelongsong bahan bakar yang diakibatkan oleh panas peluruhan yang masih tinggi, meskipun reaktor telah mengalami shutdown, sehingga sistem pendingin teras darurat (emergency core cooling sistem, ECCS) akan bekerja secara otomatis [1]. Proses dari terjadi kebocoran hingga terendamnya kelongsong bahan bakar merupkan peristiwa

Post-LOCA (pasca Post-LOCA) yang terdiri dari tahapan pengosongan (blowdown), pengisian

kembali (refill) dan penggenangan kembali (reflooding). Peristiwa melelehnya teras jika reflooding gagal mendinginkann teras termasuk kategori kecelakaan parah yang dapat dianggap bagian akhir Post-LOCA. Pada reaktor air tekan (Pressurized Water Reactor,

PWR), proses pendinginan bahan bakar di dalam teras dilakukan dengan menggenangi

teras dari bagian bawahnya (bottom reflooding) dengan mengoperasikan pompa ECCS. Fenomena yang muncul selama periode pendinginan salah satunya adalah terlihatnya fluktuasi temperatur cladding pada bahan bakar yang timbul mulai awal penggenangan hingga tenggelamnya seluruh bahan bakar oleh air, dimana temperatur maksimal cladding akan mencapai 930oC [2], seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1 berdasarkan kelayakan analisisnya.

Pemahaman Post-LOCA seperti disebut di atas telah dilakukan sejak tahun 2003 hingga tahun 2005 oleh penulis melalui penelitian tentang fenomena rewetting selama

quenching [3,4] untuk menghitung kecepatan rewetting dengan menggunakan bagian uji

QUEEN-I [4]. Meskipun capaian temperatur maksimal pada batang pemamanas hanya

600oC. Hasil penelitian menggunakan bagian uji QUEEN-I menunjukkan dan

membuktikan adanya pembagian rejim pendidihan selama pendinginan berlangsung. Sedangkan, eksperimen menggunakan bagian uji QUEEN-II (alat eksperimen baru) pada tahun 2006 dengan kondisi temperatur batang pemanas mencapai hampir 900oC memiliki keadaan yang cukup berbeda. Sehingga, pernjelasan terkait hasil pengamatan pada fenomena rewetting yang timbul menjadi bahan diskusi yang menarik.

(3)

0 50 100 150 200 250 300 350 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Waktu, t [detik] Kriteria keputusan (1.200oC)

Temperatur menurun akibat Cladding terendam kembali

Perubahan temperatur akibat fluktuasi aliran pendingin di dalam reaktor ECCS beroperasi

Bahan bakar terendam

Terjadinya Kebocoran Temperatur puncak, 930oC T e m p e ra tu r T u b e C la d d in g B a h a n B a k a r, T [ oC ]

Gambar 1. Perubahan temperatur kelongsong bahan bakar pasca LOCA[2]

TEORI

Selama quenching pada temperatur permukaan suatu batang pemanas yang bertemperatur tinggi (di atas temperatur saturasi air pendinginnya), batang pemanas tidak akan serta merta dapat ditenggelamkan dan dibasahi oleh air pendingin, dikarenakan ketika air akan menyentuh permukaan batang pemanas, penguapan terjadi sehingga permukaannya tetap kering. Selanjutnya, peristiwa kontaknya air dengan permukaan terjadi secara berulang, sembari batang pemanas mengalami penurunan temperatur dan pada saat tertentu air akhirnya dapat membasahi permukaan batang pemanas. Pada bagian di mana terjadi kontak antara air dan permukaan kelongsong disebut sebagai batas basah (quenching front) atau rewetting, titik ini membatasi daerah kering dan daerah basah. Dengan kata lain “rewetting” dapat pula diartikan bahwa permukaan kelongsong untuk pertama kalinya terbasahi kembali setelah sebelumnya kering akibat LOCA. Sedangkan istilah, quenching dapat berarti lebih umum, yaitu terjadinya pendinginan secara cepat oleh fluida pada dinding yang awalnya bertemperatur tinggi, dan lebih sering disebut peristiwa penenggelaman mendadak benda panas dalam suatu media pendingin.

Pendingin yang dimaksud adalah penurunan panas pada batang pemanas oleh media pendingin dengan beda temperatur yang lebih rendah. Pendinginan disertai proses pendidihan apabila temperatur batang pemanas memiliki temperatur di atas temperatur saturasi air. Proses pendinginan terjadi dengan mekanisme perpindahan panas pendidihan yang dimulai dari rejim didih film kemudian rejim didih transisi di mana temperatur minimum didih film (minimum film boiling) tercapai, kemudian pendidihan berakhir pada

(4)

rejim didih inti sesaat setelah harga maksimum dari fluks kalor tercapai. Proses reflooding dideskripsikan pada Gambar 2 yang menunjukkan aliran dan rejim perpindahan panas yang diamati termasuk fenomena rewetting. Arah aliran pada Gambar 2 adalah menuju ke atas secara konveksi paksa. Rejim pendidihan dari bagian bawah tersusun sebagai berikut: didih inti, didih transisi dan didih film. Tq = Tmfb, merupakan temperatur batas basah atau

temperatur didih film minimum yang memisahkan rejim didih transisi dan rejim didih film.

Gambar 2. Proses reflooding dari bawah [5]

Berbeda dengan pendidihan kolam (pool boiling) rejim perpindahan panas pada pendidihan aliran (flow boiling) ditentukan oleh berbagai variabel: laju alir massa, jenis fluida, geometri sistem, fluks panas dan distribusi aliran [6]. Beberapa studi eksperimental terkait rewetting yang timbul pada penggenangan dari bawah (bottom refolding) diperlihatkan pada table 1.

Tabel 1. Beberapa studi eksperimental terkait rewetting yang timbul pada penggenangan dari bawah (bottom refolding) [7].

No Peneliti Geometri bagian uji Panjang bagian panas (m) Interval laju aliran air (lpm) Temperatur awal batang pemanas (oC) Interval kecepatan rewetting (mm/detik)

1. Duffey & Porthouse (1973) Annulus - 0,006 - 1,2 300 - 800 1 - 50

2. Piggot & Duffey (1975) Annulus 0.5 0,1 – 0,55 700 1,5 – 6,0

3. Piggot & Porthouse (1975) Annulus 1,2 0,036 – 3,6 400 - 700 1 - 33

4. Lee et al. (1978) Tube 4,0 1,2 – 6,1 450 - 650 25 - 170

5. Neti & Chen (1982) Tube 1,45 0,045 – 0,94 400 - 600 5 - 95

6. Bankoff et al. (1985) Tube 3,5 0,5 – 3,6 550 28-100

7. Tuzla et al. (1991) Rod bundle 1,2 0,56 – 2,1 800 1 - 5

(5)

KONSTRUKSI BAGIAN UJI QUEEN-II

Pada bagian ui QUEEN-II, selain rongga silindernya diharuskan tidak terisi oleh pemanas atau material lain dan dengan pencapaian temperatur awal yang tinggi (800o C-900oC), juga titik-titik pengukuran temperature (termokopel) diperbanyak menjadi 8 titik yang dipasang secara vertikal sepanjang batang pemanas, mengingat untuk bagian uji QUEEN-I hanya 2 titik pengukuran saja. Hal ini akan lebih menajamkan analisis pada perhitungan kecepatan rewetting yang akan menjadi parameter acuan pada analisis perpindahan panas pendidihannya. Konstruksi bagian uji QUEEN-II dapat dilihat pada Gambar 3a dan diagram untai ui BETA termodifikasi diperlihatkan pada Gambar 3b.

Gambar 3a. Bagian Uji QUEEN-II dan Susunan 8 Titik Termokopel GAMBAR.

DIAGRAM ALIR UNTAI UJI BETA - TS. QUEEN-II Rev-01 QUEEN-II PRE-HEATER KONDENSER TANKI RESERVOAR V-03 V-01 V-04 POMPA V-02 Drain (outlet) Plenum ATAS PlenumBAWAH

(6)

METODE PENELITIAN

Penelitan awal untuk memahami karakteristik temperatur transien selama pendingan pada batang pemanas bertemperatur tinggi (T=850oC) dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan tersebut dilakukan agar setiap tahapan penelitian dapat memberikan gambaran yang jelas tentang perpindahan panas radiasi dan konveksi. Tahapan metode penelitiannya, adalah :

1. Melakukan karakterisasi pemanasan batang pemanas hingga mencapai temperatur tinggi (850oC), berdasarkan data tegangan, daya dan temperatur batang pemanas. 2. Melakukan pengamatan proses pendingan batang pemanas bertemperatur tinggi

(850oC) tanpa air (pendinginan radiasi murni). Pendinginan radiasi yang diamati berdasarkan dua kasus, yaitu keadaan pertama tanpa tabung kuarsa dan keadan kedua dengan tabung kuarsa. Catatan, eksperimen yang akan dilakukan untuk kasus pendinginan dengan tabung kuarsa.

3. Melakukan pengamatan proses pendingan batang pemanas bertemperatur tinggi

(850oC) dengan menggunakan air bertemperatur lebih dari 85oC pada laju aliran tertentu. Pengamatan dititik beratkan pada kemampuan mekanik dan termal dari bagian uji QUEEN-II dan mengamati fenomana rewetting yang timbul selama pendinginan dengan air.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Pemanasan Radiasi (Keadaan Tunak)

Pada tahap pertama dilakukan dengan menaikkan tegangan tahap demi setahap, hingga tegangan maksimalnya.

(7)

Uji pemanasan secara radiasi ini dilakukan tanpa menggunakan tabung gelas kuarsa, sehingga panas yang muncul dari open coil heater pada daya maksimalnya langsung memanaskan batang pemanas. Dari Gambar 4, diperlihatkan proses pemanasan batang pemanas hingga mencapai temperatur tertinggi (pembacaan termokopel sebesar 850oC). Gambar 5a dan 5b secara bertururt-turut menjelaskan karakterisasi pemanasan pada parameter terukur seperti daya versus tegangan dan temperatur versus posisi TC. Pemanasan (Gambar 6a) dilakukan dengan menaikkan daya tegangan slide regulator

voltage, setiap 5 menit sebesar 20 volt. Kurva pada gambar 5a menunjukkan interpolasi

polynomial orde-2, dengan membandingkan hitungan teoritis:

2

( )

V

P V

R

(1)

dimana daya, P(V) dan tegangan, V adalah variabel. Sedangkan resistansi kawat, R merupakan nilai konstan. Kurva hasil perhitungan dan pengukuran menunjukkan hampir tidak adanya perbedaan. Dalam hal ini, pengukuran tegangan dan arus menggunakan alat multitester digital adalah sebagai berikut:

Vmax = 220 Volt

Imax = 51 Ampere

Hasil pengujian menunjukkan daya pada tegangan maksimal 220 Volt antara perhitungan dan pengukuran adalah Pukur = 10,43 kW dan Phitung =10,76 kW.

0 50 100 150 200 250 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 P(V) = (0.21)V2 + (1.7)V - 19.15 P(V) = (0.22)V Da y a He at er , P [ wa tt ]

Tegangan Regulator, V [volt]

Daya Pengukuran Daya Perhitungan

Kurva Karakterisasi Pemanasan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800 L= 700 mm T = 553o C L= 600 mm T = 788o C L= 500 mm T = 867o C L= 400 mm T = 860o C L= 300 mm T = 845o C L= 200 mm T = 790o C L= 100 mm T = 686o C BAWAH Temperatur TC P o si si T er m o k o p el , L ( m m ) TC Temperatur, T [o C] Kurva.

Distribusi Temperatur pada posisi Vertikal

ATAS

L= 0 mm T = 331o C

Kurva. Posisi TC vs Temperatur Kurva. Daya vs Tegangan

(a)

(b)

0 50 100 150 200 250 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 P(V) = (0.21)V2 + (1.7)V - 19.15 P(V) = (0.22)V Da y a He at er , P [ wa tt ]

Tegangan Regulator, V [volt]

Daya Pengukuran Daya Perhitungan

Kurva Karakterisasi Pemanasan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800 L= 700 mm T = 553o C L= 600 mm T = 788o C L= 500 mm T = 867o C L= 400 mm T = 860o C L= 300 mm T = 845o C L= 200 mm T = 790o C L= 100 mm T = 686o C BAWAH Temperatur TC P o si si T er m o k o p el , L ( m m ) TC Temperatur, T [o C] Kurva.

Distribusi Temperatur pada posisi Vertikal

ATAS

L= 0 mm T = 331o C

Kurva. Posisi TC vs Temperatur Kurva. Daya vs Tegangan

(a)

(b)

(8)

Gambar 5b, memperlihatkan posisi termokopel versus temperatur yang memperjelas kondisi pemanasan di dalam pemanas semi-silinder keramik. Aliran panas secara alamiah akan mengalir dari arah bawah ke atas, dan ini dibuktikan (melalui pengamatan visualisasi) adanya pola panas pada bagian atas keramik. Kurva pada gambar 5b menunjukkan perbedaan temperatur dari arah bawah ke atas, terlihat bahwa temperatur di bawah lebih dinging dari tujuh pembacaan temperatur lainnya. Pada posisi 200 mm hingga 600 mm, pembacaan temperatur menunjukkan besar temperatur yang hampir sama (rentang 800oC-900oC). Pada bagian atas, pembacaan temperatur mengindikasikan adanya drop temperatur. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh posisi termokopel yang dekat dengan keluaran aliran udara panas. Keadaan yang menarik dari gambar 5b adalah distribusi panas membentuk pola sinusoidal dan akan diperjelas pada bahasan selanjutnya.

Hasil Pendinginan Radiasi (Tanpa Air)

Gambar 6a dan 6b secara berturut-turut menunjukkan temperatur transien pendinginan secara radiasi tanpa melalui tabung kuarsa dan melalui tabung kuarsa.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 TC No.1 TC No.2 TC No.3 TC No.4 TC No.5 TC No.6 TC No.7 TC No.8 T C T em p er atu r, T [ oC ] Waktu, t [detik] Kurva. Temperatur transien Pendinginan radiasi

Dengan Tabung Kuarsa

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 T C T em p er at u r, T [ o C ] Waktu, t [detik] TC No.1 TC No.2 TC No.3 TC No.4 TC No.5 TC No.6 TC No.7 TC No.8 Kurva. Temperatur transien Pendinginan radiasi

Tanpa Tabung Kuarsa

(b) Dengan tabung kuarsa (a) Tanpa tabung kuarsa

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 TC No.1 TC No.2 TC No.3 TC No.4 TC No.5 TC No.6 TC No.7 TC No.8 T C T em p er atu r, T [ oC ] Waktu, t [detik] Kurva. Temperatur transien Pendinginan radiasi

Dengan Tabung Kuarsa

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 T C T em p er at u r, T [ o C ] Waktu, t [detik] TC No.1 TC No.2 TC No.3 TC No.4 TC No.5 TC No.6 TC No.7 TC No.8 Kurva. Temperatur transien Pendinginan radiasi

Tanpa Tabung Kuarsa

(b) Dengan tabung kuarsa (a) Tanpa tabung kuarsa

Gambar 6. Kurva pendinginan radiasi tanpa air untuk To=850oC

Pada gambar 6a, selang waktu 0 detik hingga 1200 detik temperatur tertinggi turun sebesar 700oC. Sedangkan pada gambar 6b, pada selang yang sama, temperatur tertinggi turun hanya 650oC. Kedua gambar tersebut (Gambar 6) menjelaskan pengaruh tabung kuarsa yang telah menahan laju aliran panas, meskipun hanya sedikit. Pada interval temperatur 200oC hingga 1000oC, kapasitas panas tabung kuarsa cenderung meningkat[8]. Namun, kenaikan ini dianggap linier dan dengan gradien temperatur yang tidak tajam kenaikannya.

(9)

Meskipun timbul perbedaan besarnya penurunan temperatur pada kedua kasus di atas, perbedaan tersebut dapat dianggap tidak akan mempengaruhi laju aliran pendinginan saat menggunakan air. Perbedaan tersebut tidak akan berpengaruh begitu air mulai mengalir dari arah bawah yang secara bertahap menggenangi batang pemanas.

Hasil pendinginan dengan temperatur air 85oC

Pendinginan secara bottom reflooding dengan air bertemperatur 85oC dilakukan sesaat setelah temperatur awal batang pemanas dicapai. Dalam penelitian awal ini, temperatur tertinggi yang tercapai adalah 876oC. Kurva yang diperlihatkan pada gambar 7 mengulas kembali kurva pada gambar 5b, dimana distribusi temperatur searah posisi vertikal termokopel menunjukkan bentuk sinusoidal. Bentuk sinusoidal dimungkinkan tercapai karena adanya aliran konveksi udara yang masuk melalui bagian bawah semi-silinder keramik heater dan keluar pada bagian atasnya (lihat gambar 8).

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800 L=700 mm; T7=474 o C L=600 mm; T6=789 o C L=500 mm; T5=873 o C L=400 mm; T4=876 o C L=300 mm; T3=848 o C L=200 mm; T2=798 o C L=100 mm; T1=708 o C P o si si T er m o k o p el , L [ m m ] Temperatur Awal TC, To[oC] Temperatur Awal TC, To Kurva.

Distribusi Temperatur TC Rod pada posisi vertikal

L=0 mm; To=265

o

C

Gambar 7. Kurva distribusi temperatur awal Batang pemanas pada posisis vertikal Proses ini merupkan sifat alamiah yang telah dikenal secara umum, bahwa udara akan akan bergerak ke arah daerah panas. Pada gambar 7, jelas terlihat adanya perbedaan temperatur di bagian bawah (TC8), bagian tengah (TC2-TC7) dan bagian atas (TC1). Bagian bawah temperatur TC paling rendah, ini diakibatkan TC8 berada pada daerah semburan aliran udara yang berasal dari udara lingkungan bertemperatur rendah dan fluks kalor yang kurang rapat dibandingkan pada bagian tengah. Bagian tengah memperjelas adanya kerapatan fluks kalor yang tinggi (memuncak pada TC3 dan TC4) selama proses

(10)

pemanasan yang terkumpul pada bagian tengah, namun dorongan aliran konveksi udara membentuk kurva sinusoidal yang lonjong ke arah atas. Bagian atas, temperatur jauh lebih rendah dari bagian tengah, namun masih lebih tinggi dibandingkan dari bagian bawah.

Gambar 8. Pola airan udara selama pemanasan.

Distribusi temperatur sinusoidal yang terbentuk dapat dikatakan cukup mewakili keadaan fluks kalor pada reaktor nuklir.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Rew. TC6 Rew. TC5 Rew. TC7 Rew. TC4 Rew. TC3 Rew. TC2 Rew. TC1 T C T e m p e ra tu r, T [ o C ] Waktu, t [detik] TC No.1 TC No.2 TC No.3 TC No.4 TC No.5 TC No.6 TC No.7 TC No.8 Kurva. T-vs-t Parameter : T air = 85 oC T rod=875 o C Rew. TC8 Proses pendinginan bottom reflooding

(11)

Selama proses pendinginan dengan air, femonena pendidihan yang muncul sangat menarik. Gambar 9 menjelaskan kurva pola penurunan temperatur secara transien, jika diperhatikan pada salah satu garis (misal TC4), nampak adanya beberapa sloop penurunan temperatur. Sloop tersebut diawali oleh radiasi dari detik ke-6 hingga detik ke-56. Kemudian sloop rewetting, dari detik ke-56 sampai detik ke-64, sloop ini dikatakan sebagai area rejim didih film, kemudian disusul pada sloop ketiga, area didih transisi dan didih inti, dari detik ke-64 hingga detik ke-160. Keadaan ini sangat berbeda dengan riset

terdahulu dengan menggunakan bagian uji QUEEN-I pada temperatur awal 600oC.

Terbentuknya rejim didih film, didih transisi dan didih inti jelas terlihat selama eksperimen berlangsung. Kurva pada gambar 9 menunjukkan temperatur transien selama proses pendinginan bottom reflooding pada temperatur awal batang pemanas 876oC.

Rewetting terjadi secara berturut-turut dari arah bawah ke atas dan terjadi pada temperatur

yang berbeda sepanjang arah vertikal batang pemanas. Rewetting pada TC8, terjadi pada detik ke-38 dan pada temperatur 250oC. Pada TC1, rewetting terjadi pada temperatur 385oC di detik ke-100. Kecepatan rata-rata rewetting dapat dihitung berdasarkan waktu ketika rewetting terjadi pada TC8 dan TC1, diperoleh nilai kecepatan rata-rata rewetting adalah 9,68 mm/detik. Jika dibandindingka dengan laju aliran air pada operasi dingin (tanpa pemanasan Batang pemanas), yaitu 15,67 mm/detik, dengan kecepatan aliran selama proses pendinginan, maka terjadi hambatan akibat timbulnya didih film. Temperatur MFB terjadi pada selang temperatur 250oC – 700oC.

KESIMPULAN

Telah diperoleh hasil studi awal proses pendinginan batang pemanas bertemperatur tinggi (876oC) pada bagian uji QUEEN-II yang telah desain pada tahun 2004 dan dikonstruksi pada tahun 2005. Selama tahun 2006, fokus kegiatan adalah memahami karakteristik temperatur transien selama pendinginan. Adapun kesimpulan hasil penelitian awal ini adalah :

- Tercapainya temperatur pemanasan hingga hampir mencapai 900oC (realistik, 876oC). - Pemahan penurunan temperatur transien secara radiasi (tanpa air pendingin) untuk

temperatur awal 850oC, baik yang melalui tabung kuarsa maupun tanpa tabung kuarsa. Hasil ini membuktikan bahwa desain dan konstruksi QUEEN-II mampu beroperasi sesuai dengan yang direncanakan.

(12)

- Pemahan penurunan temperatur transien selama pendinginan dengan air bertemperatur 85oC pada temperatur awal 876oC. Konstruksi tabung kuarsa terbukti mampu mengalami proses pendinginan yang ekstrim.

- Kecepatan rata-rata prewetting adalah 9,68 mm/detik pada laju aliran air 15,67 mm/detik (1,562 lpm). Meskipun memiliki geometri yang berbeda, penelitian No.1, No.2 dan No.10 (Tabel 1.) hasilnya mendekati hasil pengamatan pada eksperimen ini. - Rejim pendidihan yang teramati adalah rejim didih film, didih transisi dan didih inti. Dengan diperolehnya data dan validasi kemampuan bagian uji QUEEN-II pada eksperimen awal ini, maka penelitian dengan variasi laju aliran dan variasi tempearur awal batang pemanas dapat dilakukan pada tahun-tahun berikutnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih yang tak terhingga, disampaikan kepada Dr. Ir. Anhar Riza Antariksawan yang telah membimbing penulis selama melakukan desian hingga pengujian bagian uji QUEEN-II. Kepada rekan-rekan sub bidang termohidrolika BOFa PTRKN saya mengucapkan beribu terimakasih atas bantuan dan dukungannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. J.M. BROUGHTON et al., “A Scenario on The Three Mile Island Unit 2 Accident,” Nuclear Technology, Vol. 87, No. 1, 1989.

2. AGENCY OF NATURAL RESOURCES AND ENERGY, MITI-JAPAN, “Hopes to Make Safe More Secured” How the Safety of NPP is Secured in Policy Terms, Serial Publication of NPP Safety Demonstration /Analysis, Tokyo-Japan, 2001.

3. KHAIRUL HANDONO dkk., “Eksperimental Reflooding Pada Untai Uji BETA: Karakterisasi dan Eksperimen Awal”, Prosiding Presentasi Ilmiah Teknologi Keselamatan Nuklir VI, Serpong 2001.

4. MULYA JUARSA dkk, “Studi Eksperimental Rejim Pendidihan Selama Proses

Quenching pada Bundel Pemanas “QUEEN”, Prosiding Seminar ke-IX Teknologi dan

Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir, Jakarta, 2003.

5. CARBAJO, J.J., “A Study On The Rewetting Temperature”, Nuclear Engineering and Design, Vol, 84 page 21 – 52, 1984.

6. N.E. TODREAS and M.S. KAZIMI, “Nuclear Sistem I: Thermal Hydraulic Fundamentals”, Hemisphere Publishing, 1st ed., 1990.

7. A.K. SAXENA et al., “Experimental Studies on Rewetting of Hot Vertical Annular Channel”, Nuclear Engineering and Design,Vol. 208, page 283 – 303, 2001.

Gambar

Gambar 1. Perubahan temperatur kelongsong bahan bakar pasca LOCA[2]
Tabel  1.  Beberapa  studi  eksperimental  terkait  rewetting  yang  timbul  pada  penggenangan  dari bawah (bottom refolding) [7]
DIAGRAM ALIR UNTAI UJI BETA - TS. QUEEN-II Rev-01QUEEN-II PRE-HEATER KONDENSER TANKI RESERVOARV-03V-01V-04 POMPAV-02Drain (outlet)Plenum ATASPlenumBAWAH
Gambar 4. Kondisi pemanasan pada bagian uji QUEEN-II
+5

Referensi

Dokumen terkait

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian iniantara lain sebagai evaluasi untuk mengetahui berapa lama waktu paling cepat akibat percepatan proyek menggunakan metode

Tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol untuk faktor risiko bekerja dengan beban biomekanik, bekerja dengan berdiri, trauma lutut

Selain pemain muda berbakat pada kegiatan pengabdian mayarakat ini juga Berikut nama-nama pemain tim putra dan putri yang terjaring sesuai dari hasil pengamatan dan seleksi

Limbah gas dari Lafial belum ada penanganan secara khusus karena dalam proses produksi dan kegiatan lainnya tidak dihasilkan limbah gas.. Lembaga Farmasi Angkatan Laut adalah

Subyek penelitian berjumlah 184 (peneliti- an populasi) mahasiswa reguler peserta seleksi tahun akademik 2009/2010 dan telah lulus pada semester genap tahun akademik 2012/2013.

Berdasarkan analisis pada hasil focus group discussion dan analisis instrumen ditemukan ada beberapa pandangan terkait dengan upaya pencegahan kekerasan dalam rumah

Pemerhatian tanpa struktur digunakan dalam penyelidikan kualitatif. Dalam jenis pemerhatian ini, penyelidik akan membuat pemerhatian dengan sikap terbuka kerana