• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh rentabilitas (ROA) dan likuiditas (FDR) terhadap kecukupan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh rentabilitas (ROA) dan likuiditas (FDR) terhadap kecukupan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Oleh Damayanti (2016) dengan judul pengaruh rentabilitas dan likuiditas terhadap kecukupan modal pada PT Bank Syariah Mandiri periode 2009-2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rentabilitas (ROA) dan likuiditas (FDR) terhadap kecukupan modal (CAR). Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dilengkapi uji asumsi klasik normalitas, multikolinieritas, heteroskedisitas dan auto korelasi. Hipotesis diuji menggunakan uji t dan uji F dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa. nilai signifikan variabel ROA sebesar 0,002 sehingga nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka secara parsial ROA berpengaruh secara signifikan terhadap CAR. Sedangkan t-hitung untuk variabel ROA sebesar 3,527. Derajat kebebasan (df) = n-k = 24-3 = 21, dengan demikian kriteria pengambilan keputusannya adalah besar t-hitung 3,527 > t-tabel 1,721 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti secara parsial naik turunnya ROA mempengaruhi CAR, dengan kata lain ketika ROA naik maka CAR juga akan naik dan sebaliknya ketika ROA turun CAR juga akan turun. Sedangkan hasil nilai signifikan variabel FDR sebesar 0,011 sehingga nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka artinya secara parsial FDR berpengaruh secara signifikan terhadap CAR. Sedangkan t-hitung

(2)

12 untuk variabel FDR yaitu sebesar -2,784. Derajat kebebasan (df) = n-k = 24-3 = 21, dengan demikian kriteria pengambilan keputusannya adalah besar t-hitung -2,784 > t-tabel -1,721 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti secara parsial FDR mempengaruhi CAR, dengan kata lain ketika FDR naik maka CAR akan turun dan sebaliknya ketika FDR turun maka CAR akan naik. Maka dapat dikatakan bahwa ROA dan FDR berpengaruh signifikan secara simultan terhadap CAR.

Oleh Kurniawan (2014) dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi capital adequacy ratio (CAR) tahun 2006-2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Return On Equity (ROE), Giro Wajib Minimum (GWM), Net Interest Ratio (NIM) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Alat analisis yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis regresi berganda data panel. Hasil penelitian ini menyatakan Nilai t hitung variabel Return on Equity (ROE) adalah sebesar -2,471455 dimana t-hitung > t -tabel dan probabilitasnya adalah 0,0157 < 0,05 (α), maka secara parsial ROE berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR. Nilai t-hitung variabel Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar -2,177745 dimana t-hitung > t-tabel dan probabilitasnya adalah 0,0325 < 0,05 (α), maka secara parsial w berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR. Nilai t-hitung variabel Net Interest Margin (NIM) sebesar 0,970540 dimana t-hitung < t-tabel dan probabilitasnya sebesar 0,3349 > 0,05 (α), maka secara parsial NIM tidak berpengaruh terhadap CAR. Sedangkan nilai t-hitung variabel Return on Assets (ROA)

(3)

13 sebesar 2,039669 dimana t-hitung > t-tabel dan probabilitasnya sebesar 0,0449 < 0,05 (α), maka secara parsial ROA berpengaruh positif signifikan terhadap CAR.

Oleh Nazaf (2014) dengan judul pengaruh kualitas aset (BOPO) , likuiditas (LDR), dan profitabilitas (ROA) terhadap tingkat kecukupan modal perbankan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kualitas aset, likuiditas dan profitabilitas terhadap tingkat kecukupan modal perbankan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi panel. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Pengaruh yang signifikan negatif antara kualitas aset terhadap tingkat kecukupan modal dengan nilai signifikansi 0.0965 < 0,10 (H1 diterima). (2) Tidak ada pengaruh antara likuiditas terhadap tingkat kecukupan modal perbankan dengan nilai signifikansi 0.4849 > 0,10 dan menunjukkan nilai yang positif (H2 ditolak). (3) Pengaruh yang signifikan positif antara profitabilitas terhadap tingkat kecukupan modal perbankan dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,10 dan menunjukkan nilai yang positif (H3 diterima).

Oleh Margaretha dan Setyaningrum (2011) dengan judul pengaruh resiko, kualitas manajemen, ukuran dan likuiditas bank terhadap capital adequacy ratio bank-bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi panel. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa resiko dari kredit bermasalah (Non-Performing Loans) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap CAR, 2) resiko dari

(4)

14 tingkat pengembalian aset/ resiko indeks (ZRISK) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR, 3) kualitas manajemen dilihat dari kemampuan menghasilkan laba/Net Interest Margin (NIM) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR, 4) ukuran bank (SIZE) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap CAR, 5) likuiditas aset dilihat dari Liquid Asset to Total Deposit (LACSF) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR, 6) likuiditas pasiva dilihat dari Equity to Total Liabilities (EQTL) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.

Oleh Buyuksalvarci dan Abdioglu (2011) dengan judul pengaruh rasio kecukupan modal di Bank Turki : Analisis data panel periode tahun 2006-2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki faktor penentu rasio kecukupan modal bank-bank Turki dan dampaknya pada posisi keuangan bank yang dicakup oleh penelitian. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa LOA, Return On Equity dan Leverage Multiplier berpengaruh negatif signifikan pada CAR, sedangkan LLR dan Return On Asset berpengaruh positif signifikan terhadap CAR. Di sisi lain, SIZE, DEP, LIQ dan NIM tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR.

Oleh Shalihah (2015) dengan judul analisis tingkat kecukupan modal bank milik negara di Indonesia tahun 2007-2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel Return On Asset (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan

(5)

15 (NPL) terhadap tingkat kecukupan modal bank milik Negara. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan model panel. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa variabel ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR dengan nilai t-hitung 3,942078 > t-tabel 2,03951 dan probabilitas 0,0005 < 0,05 α. Variabel LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR dengan nilai thitung -3,962269 < t-tabel 2,03951 dan probabilitas 0,0005 < 0,05 α. Sedangkan variabel NPL berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan dengan nilai t-hitung 0,934317 < t-tabel 2,03951 dan probabilitas 0,3581 > 0,05 α.

Oleh Edginarda (2012) dengan judul analisis pengaruh rasio rentabilitas dan likuiditas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank pemerintah di Indonesia periode 2003-2010. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menguji pengaruh Rasio Rentabilitas dan Likuiditas terhadap

Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Bank Pemerintah di Indonesia periode

tahun 2003 hingga 2010. Alat analisis yang digunakan ialah regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dilengkapi uji asumsi klasik normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi untuk mendapat model estimasi linier yang tidak bias. Hipotesis diuji menggunakan t-statistik untuk menguji keberartian koefisien regresi secara parsial serta F-statistik untuk menguji keberartian koefisien regresi secara bersama-sama (simultan) pada

level of significance 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable ROA

dan BOPO secara parsial berpengaruh signifikan terhadap CAR dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, sementara LDR secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR pada Bank Pemerintah di Indonesia

(6)

16 periode 2003-2010. Secara simultan, ROA, BOPO, dan LDR terbukti berpengaruh signifikan terhadap CAR dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05.

Oleh Fatimah (2013) dengan judul pengaruh rentabilitas, efisiensi dan likuiditas terhadap kecukupan modal bank umum syariah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh rentabilitas (ROA), efisiensi (BOPO) dan likuiditas (FDR) terhadap kecukupan modal (CAR) dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan alat analisis menggunakan metode analisis VECM. Hasil penelitian menyatakan ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR, BOPO berpengaruh positif signifikan dan FDR berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR Selain itu, terdapat hubungan jangka panjang antara BOPO dan FDR terhadap CAR. Sedangkan dalam jangka pendek terdapat hubungan antara ROA, BOPO dan FDR terhadap CAR.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Damayanti, Kurniawan, Nazaf, Margareth, Buyuksalvarci, Salihah, Edginarda dan Fatimah menunjukkan bahwa kebanyakan variabel ROA, ROE, LDR, BOPO dan NIM merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi CAR dengan menggunakan alat analisis regresi melalui program SPSS maupun Eviews untuk menguji pengaruh variabel-variabel independennya terhadap variabel dependennya yaitu CAR.

Pada penelitian kali ini merupakan penelitian perbandingan dengan menggunakan kembali variabel ROA dan BOPO. Selain variabel tersebut, variabel penelitian kali ini akan ditambahkan variabel LM dan EQTL agar ditemukan penelitian baru dengan variabel-variabel yang berbeda. Penelitian

(7)

17 ini untuk menguji signifikasi tingkat kecukupan modal pada bank milik Negara dengan tahun penelitian tahun 2010-2017.

B. Landasan Teori 1. Bank

a. Pengertian Bank

Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2012).

Kemudian pengertian bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan bahwa bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Banyaknya bank di Indonesia menjadikan perbedaan dari jenis perbankan.

Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Selanjutnya kepemilikkan perusahaan dilihat dari segi kepemilikkan saham yang ada serta akta pendiriannya. Sedangkan

(8)

18 dari menentukkan harga, yaitu antara bank konvensional berdasarkan bunga dan bank syari’ah berdasarkan bagi hasil.

Mengacu pada pasal 5 UU Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya UU RI Nomor 10 Tahun 1998 menurut jenisnya, bank terdiri dari:

a. Bank Umum

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tersebut mengakibatkan perubahan fungsi Bank Pembangunan dan Bank Tabungan menjadi Bank Umum. Kemudian Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

b. Bank Umum

Menurut pasal 5 dan beberapa pasal lainnya dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, bank umum merupakan bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain itu, bank umum juga mengkhususkan diri dalam melakukan kegiatan tertentu. Yang dimaksud dengan mengkhususkan diri dalam kegiatan tertentu ialah kegiatan yang meliputi penyaluran pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk pengembangan koperasi, pengembangan usaha golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas dan pengembangan pembangunan perumahan (Abdullah, 2003).

(9)

19 Bank Umum terdiri dari bank umum konvensional dan bank umum syari’ah. Bank umum konvensional merupakan bank umum yang berorientasi pada prinsip konvensional, ini disebabkan tidak terlepasnya sejarah bangsa Indonesia dimana asal bank di Indonesia dibawa oleh kolonial hindia Belanda. Dalam praktiknya mencari keuntungan, bank konvensional menggunakan dua metode yaitu menetapkan suku bunga sebagai harga jual dalam produknya, juga harga beli dalam produk pinjaman kredit. Sedangkan metode kedua yaitu untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak perbankan konvensional menetapkan biaya tertentu seperti biaya administrasi, dll (Kasmir, 2012).

2. Teori Modal Bank

Modal adalah dana yang ditempatkan pihak pemegang saham, pihak pertama pada bank yang memiliki peranan sangat penting sebagai penyerap jika timbul kerugian (risk loss). Modal juga merupakan investasi yang dilakukan oleh pemegang saham yang harus selalu berada dalam bank dan tidak ada kewajiban pengembalian atas penggunaannya.

Menurut Abdullah (2003:44) Modal bank merupakan dana yang diinvestasikan oleh pemilik pada waktu pendirian bank yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank.

Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank

(10)

20 akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, di satu pihak dan kemungkinan timbulnya resiko dipihak lain. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal yang terlalu kecil disamping akan membatasi kemampuan ekspansi bank juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain, besar kecil permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan.

Berdasarkan pendekatan pada neraca bank, modal dapat dibedakan menjadi:

a) Modal Inti (primary capital)

Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan – cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak. Dengan perincian sebagai berikut :

1) Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya.

2) Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

3) Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan Rapat Umum

(11)

21 Pemegang Saham atau Rapat Anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar masing -masing bank.

4) Cadangan Tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota.

5) Laba yang ditahan (retained earnings), yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. 6) Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah

dikurangi pajak, dan belum ditetapkan penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota.

Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50 %. Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

7) Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modala inti hanya sebesar 50%. Dalam hal pada tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

(12)

22 8) Bagian kekayaaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan (minority interest), yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank lain, lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.

b) Modal Perlengkapan

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa :

1) Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangna yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah medapat persetujuan Direktorat Jendral Pajak.

2) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, denga maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagain atau seluruh aktiva produktif. Dalam kategori, cadangan ini termasuk cadangan piutang ragu-ragu dan cadangan penurunan nilai surat-surat berharga. Jumlah cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan yang dapat

(13)

23 diperhitungkan adalah maksimum sebesar 1,25% dari jumlah aktiva tertimbang menurut resiko.

3) Modal kuasi yang menurut BIS disebut hybrid (debt/equity) capital instrumen, yaitu modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal atau utang dan mempunyai ciri- ciri :

a) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal (subordinated) dan telah dibayar penuh.

b) Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan Bank Indonesia.

c) Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi retained earnings dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau laba tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.

Dalam pengertian modal kuasi ini termasuk cadangan modal yang berasal dari penyetoran modal yang efektf oleh pemilik bank yang belum didukung oleh modal dasar (yang sudah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang) yang mencukupi.

d) Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :

(14)

24 - Ada perjanjian tetulis antara bank dengan pemberi pinjaman.

- Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Dalam hubungan ini pada saat bank mengajukan permohonan persetujuan, bank harus menyampaikan program pembayaran kembali pinjaman subordinasi tesebut. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah dibayar penuh.

- Minimal berjangka waktu 5 (lima) tahun.

- Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari BI, dan dengn pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat. Hak tagihnya dalam hal terjadinya likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).

3. Kecukupan Modal Bank (Capital Adequacy Ratio)

a. Pengertian Kecukupan Modal Bank (Capital Adequacy Ratio) Kecukupan modal merupakan aspek yang mengukur apakah modal yang dimiliki oleh suatu bank telah memadai untuk menunjang kegiatan operasionalnya. Menurut Dian (2011) kecukupan modal merupakan salah satu indikator kemampuan bank dalam menutupi penurunan aktiva sebagai akibat kerugian yang diderita bank dan digunakan untuk mengukur kemampuan Bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat

(15)

25 ditagih. Dengan kata lain pihak bank dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Tingkat kecukupan modal ini digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Faktor utama yang cukup mempengaruhi jumlah modal bank adalah jumlah modal minimum yang ditentukan oleh penguasa moneter yang biasanya merupakan wewenang bank sentral. Tingkat atau jumlah modal bank yang memadai diperlukan untuk meningkatkan ketahanan dan efisiensi di era deregulasi saat ini. Jumlah modal yang memadai memegang peranan penting dalam memberikan rasa aman kepada calon atau para penitip uang. Namun masih terdapat perbedaan cara dalam menentukan tingkat permodalan yang sehat. Tingkat kecukupan modal dalam penelitian ini diproksikan dengan capital adequacy ratio (CAR). CAR adalah rasio kecukupan modal bank atau merupakan kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam perkreditan atau dalam perdagangan surat-surat berharga. CAR menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan (Wulan, 2011).

Menurut Abdullah (2003) berdasarkan rasio CAR apabila bank akan menambah penyaluran kredit kepada masyarakat, maka

(16)

26 dengan sendirinya bank harus menambah modal yang dimiliki. Apabila bank tidak menambah jumlah kredit maka akan memperkecil CAR yang dicapai bank. Dan melalui rasio ini akan diketahui kemampuan menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan jumlah modal bank. Kecukupan modal atau CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑪𝑨𝑹 = 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍

𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑻𝒆𝒓𝒕𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈 𝑴𝒆𝒏𝒖𝒓𝒖𝒕 𝑹𝒆𝒔𝒊𝒌𝒐 𝑿 𝟏𝟎𝟎% b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecukupan Modal

Menurut Abdullah (2003) besar kecilnya kecukupan modal sebuah bank dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a) Tingkat Kualitas Manajemen

Apabila suatu bank dipimpin/dikelola oleh suatu kelompok manajemen yang berkualitas tinggi yang ditinjau dari beberapa aspek, maka hasilnya tentu akan berlainan dengan bank yang dikelola oleh suatu kelompok manajemen yang berkualitas rendah dan tidak kompak. b) Tingkat Likuiditas Yang Dimilikinya

Suatu bank yang memiliki alat-alat likuid yang sangat terbatas dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, akan ada kemudian penyediaan likuiditas tersebut akan diambil dari permodalannya. Jadi, akan dirasakan oleh Manajemen Bank yang bersangkutan betapa terbatasnya modal yang dimiliki oleh bank.

(17)

27 c) Tingkat Kualitas Aset

Suatu bank yang banyak memilikidebitu dan non earning assets lainnya yang kurang produktif maka sudah dapat dipastikan bank tersebut dapat melaksanakan kegiatannya secara lancar dan sebaliknya bagi bank yang memiliki earning assets yang memadai maka kebutuhan modalnya akan dapat diperoleh dari laa usaha bank yang bersangkutan, yang akan berkembang secara komulatif. Dan sebaliknya apabila bank tersebut rugi terus menerus maka akan ada kemungkinan pula modalnya akan terkikis sedikit demi sedikit.

d) Struktur Deposito

Apabila bank memperoleh dana sebagian besar berupa deposito berjangka dan dana-dana mahal lainnya, tentu akan menimbulkan pula biaya yang tinggi. Apabila biaya ini tidak dapat ditutup dari penghasilan operasional atau non operasional dari bank yang bersangkutan, tentu kerugian tersebut harus diserap oleh modal yang dimiliki hingga akan terasa modal manajemen bank yang bersangkutan terjadinya kekurangan modal.

e) Tingkat Kualitas Dari Sistem Dan Prosedurnya

Sistem dan operating prosedure suatu bank yang baik tentu akan nenunjang kegiatan usaha bank yang

(18)

28 bersangkutan pada tingkat efisiensi yang tinggi. Dengan efisiensi yang tinggi ini memungkinkan bank untuk memperoleh laba yang akan memperkuat capital dari bank yang bersangkutan. Sebaliknya bagi bank yang beroperasi dengan biaya yang tinggi ada kemungkinan biaya tidak tetutup oleh penghasilan akan menjadi beban capital.

f) Tingkat Kaulitas Dan Karakter Para Pemilik Saham

Para pemilik saham yang berorientasi ke masa depan bank yang dimilikinya agar lebih baik di kemudian hari tentu akan berusaha membentuk akumulasi modal secara maksimal hingga capital atau modal bank yang bersangkutan akan semakin kuat.

g) Kapasitas Untuk Memenuhi Kebutuhan Keuangan Jangka Pendek Maupun Jangka Panjang

h) Riwayat Pemupukan Modal Dan Peraturan Pembagian Laba Yang Diperolehnya

Pada bank-bank pemerintah telah ditetapkan tata cara pembagian keleluasaan lagi bagi bank yang bersangkutan dalam memupuk modalnya sesuai dengan keinginan maupun kebutuhan investasi pengembangan bank tersebut dikemudian hari.

(19)

29 4. Rasio Keuangan Perbankan

Penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu kepada bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin maupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan analisis CAMELS (Kasmir, 2008 : 50-53), yaitu:

a. Aspek Permodalan, yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada Capital Adequacy Ratio (CAR) yang telah ditetapkan Bank Indonesia.

b. Aspek Kualitas Aset yaitu untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan Peraturan oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia.

c. Aspek Kualitas Manajemen yaitu aspek penilaian kegiatan bank yang dikelola sehari-hari dari kulitas manajemennya. Kualitas manajemen juga dilihat dari

(20)

30 kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari sisi pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi.

d. Aspek Likuiditas, yaitu penilaian atas kemampuan bank yang bersangkutan untuk membayar semua hutang hutangnya terutama simpanan tabungan giro, dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.

e. Aspek Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya apakah setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat.

f. Aspek Sensitivitas, merupakan aspek dimana perbankan harus memperhatikan dua unsur, yaitu tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan risiko yang akan dihadapi. Pertimbangan risiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas perbankan. Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin.

(21)

31 5. Return On Total Asset (ROA)

Dalam menentukan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih memilih mementingkan penilaian besarnya Return On Total Asset (ROA) karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankanlebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya yang sebagian besar dananya diambil dari dana simpanan masyarakat (Dendawijaya, 2009).

ROA menunjukan kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan dari aset yang dimiliki. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Sebaliknya, Semakin kecil ROA suatu bank, semakin kecil keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin kecil pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Fatimah, 2013).

Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dendawijaya, 2004), (Fransisca dan Siregar, 2008), (Anisah, 2010), dan (Edginarda, 2012):

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑋 100% 6. Equity On Total Liabilities (EQTL)

EQTL (Total Equity to Total Liabilities) sebagai rasio antara total ekuitas atas total liabilitas, mengindentifikasikan

(22)

32 ketersediaan dana dan sumber dana bank berupa ekuitas pada saat ini dan yang akan datang untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar sehingga EQTL yang tinggi membantu ketersediaan modal.

Equity to Total Liabilities (EQTL) yang menunjukkan likuiditas bank yang dilihat dari sisi pasiva yaitu dari total ekuitas yang dimiliki terhadap jumlah kewajiban yang harus dipenuhi. Likuiditas pasiva yang tinggi menandakan bahwa bank memiliki dana lebih besar pada sisi pasiva yang berasal dari dana pihak ketiga yang kemudian digunakan sebagai modal tambahan. Penambahan modal mengakibatkan rasio kecukupan modal/Capital Adequacy Ratio meningkat (Taswan, 2006). Rasio EQTL dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑬𝑸𝑻𝑳 = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔𝑿 𝟏𝟎𝟎% 7. Leverage Multiplier (LM)

Istilah leverage multiplier biasanya dipergunakan dalam menggambarkan kemampuan perusahaan menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost asset or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan (Lestari, 2017)

Dengan memperbesar tingkat leverage multiplier maka hal ini akan berarti bahwa tingkat ketidakpastian (uncertainty) dari return yang akan diperoleh akan semakin tinggi pula, tetapi pada

(23)

33 saat yang sama hal tersebut juga akan memperbesar jumlah return yang akan diperoleh. Tingkat leverage multiplier ini bisa berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya, yang jelas semakin tinggi tingkat leverage multiplier akan semakin tinggi resiko yang dihadapi serta semakin besar tingkat return atau penghasilan yang diharapkan (Samsyuddin, 2013)

Rasio leverage multiplier digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai sebagian dari aktiva perusahaan. Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena utang mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas utang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang berakhir dengan kebangkrutan perusahaan. Tetapi pengguna utang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham. Karena penggunaan utang harus diseimbangkan antara keuntungan dan kerugiannya. Pengunaan leverage multiplier dalam pembiayaan akan meningkatkan pula resiko bagi pemegang saham, karena leverage multiplier meningkatkan variabilitas daripada return dan meningkatkan pula kemungkinan kesulitan keuangan bagi perusahaan. Tetapi pengguna leverage multiplier dapat pula meningkatkan hasil kepada pemegang saham karena subsidi atas beban bunga dari hutang. Karena kelebihan dan

(24)

34 kekurangan pengguna utang ini, maka perusahaan harus menyeimbangkan bentuk pembiayaan ini (Muslich, 2003)

Menurut Abdullah (2003), Leverage Multiplier merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dimiliki mengingat biaya yang dikeluarkan dalam mengelola aktiva. Menurut Abdullah (2003:116), rasio Leverage Multiplier dapat dirumuskan:

𝑳𝑴 = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑪𝒂𝒑𝒊𝒕𝒂𝒍𝒙 𝟏𝟎𝟎 %

8. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Berbagai angka pendapatan dan pengeluaran dari laporan rugi laba dan terhadap angka-angka dalam neraca. Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi (Dendawijaya, 2009). Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.

Sedangkan menurut Rivai dkk. (2007) Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan

(25)

35 operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, sehingga beban bunga dan hasil bunga merupakan porsi terbesar bagi bank. Menurut Dendawijaya (2009) rasio ini dirumuskan dengan:

𝑩𝑶𝑷𝑶 = 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍

𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍𝑿 𝟏𝟎𝟎% C. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Return On Total Asset Terhadap Capital Adequacy Ratio Menurut Yansen (2008) ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva / assets yang dimilikinya. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Sehingga CAR yang merupakan indikator kesehatan bank semakin meningkat. Setiap kali bank mengalami kerugian, modal bank menjadi berkurang nilainya dan sebaliknya jika bank meraih untung maka modalnya akan bertambah. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Masyhud Ali (2006: 264) setiap kali bank mengalami kerugian, modal bank menjadi berkurang nilainya dan sebaliknya jika bank meraih untung maka modalnya akan bertambah.

(26)

36 Dalam penelitian Nazaf (2014) ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.

2. Hubungan Equity To Total Liabilities Terhadap Capital Adequacy Ratio

(Margaretha, 2011) Variabel Equity to Total Liabilities (EQTL) menunjukkan likuiditas bank yang dilihat dari sisi pasiva yaitu dari total ekuitas yang dimiliki terhadap jumlah kewajiban yang harus dipenuhi. Likuiditas pasiva yang tinggi menandakan bahwa bank memiliki dana lebih besar pada sisi pasiva yang berasal dari dana pihak ketiga yang kemudian digunakan sebagai modal tambahan. Penambahan modal mengakibatkan rasio kecukupan modal/Capital Adequacy Ratio meningkat (Taswan 2006). Dalam penelitian Margaretha (2011) EQTL berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.

3. Hubungan Leverage Multiplier Terhadap Capital Adequacy Ratio Rasio Leverage Multiplier (LM) merupakan alat untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola asetnya, karena adanya biaya yang harus dikeluarkan akibat penggunaan aktiva (Kasmir, 2012).

Levergae Multiplier dihitung dari total aset terhadap total ekuitas. Apabila dari hasil perhitungan, perusahaan ternyata memiliki rasio leverage multiplier yang tinggi, hal ini akan berdampak timbulnya resiko kerugian lebih besar, tetapi juga ada

(27)

37 kesempatan mendapatkan laba juga besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio leverage multiplier lebih rendah tentu mempunyai resiko kerugian lebih kecil pula, terutama pada saat perekonomian menurun. Dampak ini juga mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat perekonomian tinggi. Oleh karena itu bank dituntut untuk mengelola rasio leverage multiplier dengan baik sehingga mampu menyeimbangkan pengembalian yang tinggi dengan tingkat resiko yang dihadapi. Besar kecilnya rasio ini sangat tergantung dari pinjaman yang dimiliki perusahaan, disamping aktiva yang dimilikinya (ekuitas) (Kasmir, 2013).

Pada penelitian Buyuksalvarci dan Abdioglu (2011) variabel LM berpengaruh negatif terhadap CAR.

4. Hubungan Beban Operasional Pendapatan Operasional Terhadap Capital Adequacy Ratio

(Edginarga, 2012) Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya, terutama kredit, berdasarkan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan. Dalam pengumpulan dana terutama dana masyarakat (dana pihak ketiga), diperlukan biaya selain biaya bunga (termasuk biaya iklan). Sampai saat ini pendapatan bank-bank di Indonesia masih didominasi oleh pendapatan bunga kredit.

(28)

38 dalam menjalankan kegiatan operuyhuiuhihasionalnya karena biaya operasional yang harus ditanggung lebih besar daripada pendapatan operasional yang diperoleh sehingga ada kemungkinan modal digunakan untuk menutupi biaya operasional yang tidak tertutup oleh pendapatan operasional (Abdullah, 2003). Jadi BOPO yang relatif tinggi akan menurunkan CAR.

Sebaliknya, semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya, karena biaya operasional yang harus ditanggung lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga aktivitas operasional bank menghasilkan keuntungan, dimana hal tersebut mampu meningkatkan modal bank dan meminimumkan tingkat resikonya. Jadi, BOPO yang relatif rendah akan meningkatkan CAR. Dengan kata lain, BOPO berhubungan negatif dengan kinerja bank sehingga diprediksikan juga berpengaruh negatif terhadap CAR (Sofyan, 2017).

Pada penelitian Edginarda (2012) BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR.

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah suatu hubungan atau kaitan antra konsep satu atau dengan yang lainnya dari masalah yang akan diteliti. Kerangka pemikiran berguna dalam menjelaskan secara panjang lebar tentang masalah topik yang dibahas pada penelitian. Adapun kerangka pemikiran pada penelitian adalah:

(29)

39 (+), Nazaf, 2014 (+), Margaretha, 2011 (-), Buyuksalvarci, 2011 (-), Edginarda, 2012 E. Hipotesis

1. Diduga ROA, EQTL, LM dan BOPO berpengaruh secara simultan terhadap CAR bank umum go public yang terdaftar di BEI tahun 2010-2017.

2. Diduga ROA, EQTL, LM dan BOPO berpengaruh secara parsial terhadap CAR bank umum go public yang terdaftar di BEI tahun 2010-2017. ROA (X1) EQTL (X2) LM (X3) BOPO (X4) CAR (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, jika dikaitkan dengan citra maupun dosis ke pasien, pada pemakaian tegangan tabung 75kV belum mampu memberikan informasi anatomi yang baik karena

Pada PPI 8255 terdapat port untuk set dan reset sebuah bit, di mana jika terjadi Set atau Reset hanya salah satu port yang dipakai pada Port C. Dengan menggunakan

Mesin perkakas NC meliputi mesin dengan operasi tujuan tunggal, yang memberikan informasi kuantitatif seperti pengerjaan dengan mesin operasi yang disajikan

penelitian yang dilakukan oleh Tlasih Wulandari (2013) menunjukkan bahwa variabel Ketidakpuasan Konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap perpindahan merek.Apabila

Pada penelitian ini akan meneliti pengaruh konvergensi IFRS serta ukuran perusahaan terhadap tingkat konservatisme akuntansi dengan periode penelitian yang digunakan dalam

Hasil koefisien korelasi sederhana (R) adalah 0,938, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang sangat kuat antara Komunikasi Interpersonal terhadap peningkatan Kinerja

kecil individu yang mengalami fenomena yang diteliti (Creswell, 1998), bukan banyaknya partisipan. Penelitian ini saturasi pada partisipan kedelapan dimana tidak ada

[r]