• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

5. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1 Keragaan Umum Propinsi Jawa Timur 5.1.1 Kondisi Geografis

Propinsi Jawa Timur terletak 111˚0’ hingga 114˚4’ Bujur Timur, dan 7˚12’ hingga 8˚48’ Lintang Selatan. Luas wilayah Propinsi Jawa Timur mencapai 46.428 km², terbagi ke dalam empat badan koordinasi wilayah (Bakorwil), 29 kabupaten, sembilan kota, dan 658 kecamatan, 8.457 desa/kelurahan (2.400 kelurahan dan 6.097 desa). Secara umum wilayah Jawa Timur terbagi dua bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan mencakup 90% luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Di sebelah utara, Propinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa. Di sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali. Di sebelah selatan berbatasan dengan perairan terbuka, Samudera Indonesia, di sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah. Surabaya sebagai Ibukota Propinsi Jawa Timur.

Wilayah Propinsi Jawa Timur dapat dikelompokkan dalam tiga zona: zona selatan-barat, merupakan pegunungan yang memiliki potensi tambang cukup besar; zona tengah (gunung berapi), merupakan daerah relatif subur terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi; dan zona utara dan Madura (lipatan), merupakan daerah relatif kurang subur (pantai, dataran rendah dan pegunungan). Bagian tengah wilayah Jawa Timur terbentang rangkaian pegunungan berapi. Jawa Timur memiliki iklim tropis basah. Dibandingkan wilayah Pulau Jawa bagian barat, Jawa Timur pada umumnya memiliki curah hujan lebih sedikit. Curah hujan rata-rata 1.900 mm per tahun, dengan musim hujan selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar 21-34°C. Suhu tertinggi terjadi pada Oktober dan November (35,3°C), dan terendah di bulan Agustus (19,3°C) dengan kelembaban 39%-97%. Tekanan udara tertinggi di bulan Agustus sebesar 1.012,0 Milibar. Jumlah curah hujan terbanyak terjadi di bulan Februari. Rata-rata penyinaran matahari terlama di bulan Agustus, sedangkan terendah di bulan April. Kecepatan angin tertinggi terjadi di bulan Oktober, dan terendah di bulan April (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2008).

(2)

5.1.2 Demografi

Jawa Timur merupakan Propinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, pada 2008 mencapai 37.094.836 jiwa, dengan laju pertumbuhan 0,54%. Pada 2007 jumlah penduduk Jawa Timur tercatat sebanyak 36.895.571 jiwa (51% di antaranya adalah perempuan), kepadatan penduduk 814 jiwa/km2

Penduduk Jawa Timur mayoritas (46,18%) memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, selebihnya bekerja di sektor perdagangan (18,80%), sektor jasa (12,78%), dan sektor industri (12,51%). Etnisitas di Jawa Timur relatif heterogen, mayoritas penduduk adalah

. Kepadatan penduduk di kota umumnya lebih tinggi dibanding di kabupaten. Kota Surabaya sebagai ibukota Propinsi dan sentra kegiatan ekonomi Jawa Timur yang memiliki faktor penarik untuk menjadi daerah tujuan bagi para pencari kerja, pertumbuhan penduduknya sudah semakin jenuh, para pendatang umumnya mencari domisili di kabupaten/kota sekitarnya.

suku Jawa. Suku Madura mendiami Pulau Madura dan daerah bagian timur, terutama di daerah pesisir utara dan selatan. Suku Madura tersebar hampir di seluruh kota di Jawa Timur, umumnya mereka bekerja di sektor informal. Penduduk Jawa Timur mayoritas beragama Islam (95,76%), beragama Kristen Protestan 1,98%; Katolik (0,98%); Hindu (0,94%); Budha (0,29%); dan lainnya (0,05%) (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2008).

5.1.3 Kondisi Perekonomian

Jawa Timur merupakan barometer perekonomian nasional setelah DKI Jakarta, dan Propinsi Jawa Barat, kontribusi PDRB Jawa Timur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional mencapai sekitar 16%. Perekonomian Jawa Timur ditopang tiga sektor utama : perdagangan, industri, dan pertanian. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur atas dasar harga berlaku (ADHB) pada periode 2000-2008 menunjukkan kecenderungan terus meningkat sejalan membaiknya kondisi perekonomian. Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000, menunjukkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur terus membaik, meski pada 2006 terjadi sedikit perlambatan dibanding 2005, antara lain disebabkan dampak negatif kenaikan harga BBM dua kali, dan cukai rokok

(3)

pada 2005, serta dampak luapan lumpur panas Lapindo. Tahun 2008, pertumbuhan ekonomi kembali melambat menjadi 5,90%, meski masih di atas angka pertumbuhan 2005. Melemahnya pertumbuhan ekonomi 2008 antara lain disebabkan dampak krisis ekonomi global.

Dampak kenaikan harga BBM dan berlanjutnya dampak lumpur panas Lapindo tidak menghalangi perekonomian Jawa Timur untuk tetap tumbuh pada 2007. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada 2007 meski tertatih-tatih, merangkak naik menjadi 6,11%, atau naik 0,31%. Tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur kembali melambat menjadi 5,90%, atau melemah 0,21% dibanding 2007. Hampir seluruh sektor mengalami perlambatan pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Sektor ini tumbuh menjadi 9,26%, yang pada 2007 hanya mencapai 10,44%. Pertanian yang diharapkan menjadi sektor unggulan mendongkrak pertumbuhan ekonomi 2008, ternyata mengalami perlambatan akibat kemarau panjang. Pertumbuhan sektor industri pengolahan melambat akibat menurunnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor. Pada 2008, sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 16,57% terhadap PDRB,

5.1.4 Disparitas Wilayah dan Kondisi Sosial Budaya

Tingkat kesenjangan ekonomi antar-wilayah di Jawa Timur pada kurun 2004-2007 menunjukkan nilai yang fluktuatif seiring tingkat perubahan PDRB per kapita Jawa Timur, juga dipengaruhi kondisi sosial ekonomi selama kurun tersebut. Kesenjangan antar-kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur sangat dipengaruhi kreativitas pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi dimiliki untuk meningkatkan ouput daerah, yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi, dan mendorong peningkatan pendapatan per kapita masyarakat setempat. Struktur ekonomi secara nasional mengalami kejutan akibat kenaikan harga BBM, mendorong tingginya laju inflasi pada 2005 yang berdampak terhadap nilai PDRB per kapita karena melemahnya daya beli, kesenjangan antar-wilayah sesudah tahun 2005 menunjukkan kemajuan yang signifikan.

Perspektif perbandingan absolut antar-daerah melalui perbandingan nilai PDRB per kapita dan tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap rata-rata capaian Jawa Timur pada 2007, maka diperoleh empat kategori daerah. Pertama,

(4)

umumnya wilayah perkotaan memiliki pertumbuhan sektor-sektor ekonomi tinggi dan PDRB per kapita tinggi di atas rata-rata kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Kedua, daerah-daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi PDRB per kapita lebih rendah dibandingkan rata-rata PDRB per kapita Propinsi, menyebar di kabupaten/kota. Ketiga, PDRB per kapita yang tinggi, tetapi pertumbuhan ekonominya rendah, terjadi di Kota Kediri. Keberadaan perusahaan industri rokok berskala nasional di daerah merupakan pendorong nilai PDRB per kapita, meskipun tingginya nilai PDRB per kapita tidak benar-benar mencerminkan tingginya pendapatan masyarakat. Keempat, daerah-daerah PDRB per kapitanya rendah sekaligus pertumbuhan ekonominya juga rendah.

Kondisi sosial budaya Jawa Timur secara umum relatif baik, terutama yang menyangkut pelayanan pendidikan, kesehatan. Pendidikan merupakan isu sentral dalam pembangunan berpusat pada rakyat karena salah satu premis pentingnya adalah memperbesar pilihan-pilihan bagi rakyat. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia, faktor kesehatan menjadi sesuatu yang sangat penting. Jumlah tenaga medis yang berada di unit pelayanan kesehatan pada 2008 secara umum mengalami peningkatan sebesar 2,3%. Jumlah tenaga paramedis di unit pelayanan kesehatan meningkat sebesar 3,2%. Satu tenaga medis melayani 4.730 penduduk, dan setiap satu tenaga paramedis melayani 1.011 penduduk.

Rasio jumlah puskesmas terhadap penduduk sebesar 1:39.677 jiwa. Rata-rata setiap puskesmas memiliki 1-2 puskesmas pembantu. Pondok Bersalin Desa merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan lainnya sesuai kemampuan bidan desa. Keberadaan posyandu menyebar sampai tingkat rukun warga dan dusun. Upaya meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama untuk keluarga miskin dan daerah terpencil, mulai tahun 2006 dilakukan pengembangan puskesmas menjadi puskesmas rawat inap sesuai standar.

Pada tahun 2007, jumlah kunjungan rawat jalan di puskesmas sebanyak 19.340.858 orang, dan rawat inap puskesmas sebanyak 754.084 orang. Persentase penduduk yang memanfaatkan puskesmas dalam mencari pengobatan pada 2007 mencapai 54,40%. Terdapat kecenderungan masyarakat untuk beralih dari persalinan yang ditolong tenaga non-medis ke tenaga medis. Data Susenas 2008

(5)

menunjukkan, cakupan persalinan tenaga medis pada balita usia 0-4 tahun di Jawa Timur mencapai 88,45% dan 11,55% masyarakat Jawa Timur memanfaatkan tenaga non-medis dalam membantu proses kelahiran. Persentase penolong persalinan tenaga medis di daerah pedesaan lebih rendah dibanding perkotaan.

Tahun 2007, panjang jalan raya di Jawa Timur mencapai 3.900,19 kilometer, terbagai atas jalan nasional (1.899,21 km), dan jalan Propinsi (2.000,98 km). 16,06% Dari total panjang jalan tersebut, 16,06% di antaranya dalam kondisi baik, kemudian 65,18% lainnya dalam kondisi sedang, dan sisanya sebesar 18,76% dalam kondisi rusak ringan dan berat. Jika dilihat panjang jalan Propinsi yang 2.000,98 km, maka 5,35% (107,09 km) di antaranya dalam kondisi rusak berat; dan 14,58% (291,68 km) rusak ringan; 75,50% (1.510,63 km) dalam kondisi sedang dan 4,58% (91,58 km) sisanya dalam kondisi baik (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2008).

Semburan Lumpur Lapindo di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo sejak 29 Mei 2006 hingga kini, menyebabkan kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian, sekolah, serta infrastruktur lainnya, seperti jalan tol, jaringan telepon, listrik, air bersih, gas, dan lainnya, di tiga kecamatan tenggelam dalam lumpur, berdampak negatif terhadap aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Perkembangan struktur ruang Jawa Timur mengarah pada dominasi kawasan perkotaan yang mempengaruhi perekonomian wilayah pedesaan. Urbanisasi dan aglomerasi wilayah terus berkembang mengarah ke hierarki perkotaan lebih besar, sehingga primacy kota metropolitan semakin tinggi dibandingkan tingkatan kota-kota lainnya. Perkembangan kawasan perkota-kotaan cenderung membesar, dan berpotensi mendorong perkembangan mega-urban, perkembangan perkotaan, dan mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di perkotaan serasi dengan kawasan pedesaan sesuai daya dukung, serta prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, struktur ruang wilayah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Jawa Timur dibagi menjadi sembilan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP). Penentuan sembilan SWP di Jawa Timur berdasarkan kecenderungan pergerakan manusia, barang dan jasa, serta karakteristika wilayah. Orientasi pergerakan manusia, barang dan jasa di Jawa Timur cenderung memusat pada titik-titik tertentu, mengarah kepada wilayah yang telah berkembang.

(6)

Pola ruang wilayah Jawa Timur sampai dengan tahun 2005 terbagi atas 11,62% kawasan lindung, dan 88,38% kawasan budidaya. Potensi kawasan budidaya yang sangat besar ini perlu dikelola dan diarahkan pada pencapaian pemanfaatan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Keamanan dapat diterjemahkan sebagai pemanfaatan ruang yang terbebas dari kerawanan bencana; kenyamanan berarti masih dalam batas daya dukungnya; produktif berarti menghasilkan nilai ekonomi; dan berkelanjutan berarti keseimbangan aspek sosial dan lingkungan hidup.

5.2 Keragaan Umum Kabupaten Lamongan 5.2.1 Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6° 51’54” sampai dengan 7° 23’ 6” Lintang Selatan dan diantara garis bujur timur 112° 4’ 4” sampai 112°33’12” Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km² atau + 3.78% dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2. Kabupaten Lamongan dibelah Sungai Bengawan Solo, dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik yaitu:

1. Bagian Tengah Selatan merupakan daratan rendah relatif agak subur yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung Sugio, Maduran, Sarirejo dan Kembangbahu. 2. Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu dengan

kesuburan sedang, terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokuro.

3. Bagian Tengah Utara merupakan daerah rawan banjir, meliputi kecamatan Sekaran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinagun, Glagah. Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan : Sebelah Utara perbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto, sebelah barat berbatasan dengan Kabupten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban. Kabupaten Lamongan terdiri dari daratan rendah ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di

(7)

atas 100 meter di atas permukaan air laut. Wilayah Kabupaten Lamongan, 72,5% lahannya datar tingkat kemiringan 0-2%, sebagian kecil wilayahnya sangat curam, atau kurang dari 1% (0,16%) tingkat kemirimgan lahan 40%. Tata guna tanah di Kabupaten Lamongan : sawah 44.08 Hektar, sawah tidak resmi 8.168,56 Hektar, sawah tadah hujan 25.407,80 Hektar, Tegalan 32.844,33 Hektar, pemukiman 12.418,89 Hektar, Tambak 3.497,72 Hektar, kawasan hutan 32.224,00 Hektar, kebun Campuran 212,00 Hektar, Rawa 1.340,00 Hektar, Tanah tandus kritis 889,00 Hektar (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2008).

5.2.2 Demografi

Data Survey Sensus Ekonomi Nasional (susenas) Propinsi Jawa Timur Tahun 2005, jumlah penduduk Kabupaten Lamongan tahun 2005 : 1.261,972 jiwa, terdiri dari 646.830 jiwa (51,26%) perempuan dan 615.142 jiwa (48,74%) laki-laki. Jumlah penduduk Kabupaten Lamongan berdasarkan kelompok usia 0-14 tahun sebanyak 321.704 jiwa, usia 15-64 tahun sebanyak 843.132 jiwa, usia 65 ke atas sebanyak 97.136 jiwa. Banyaknya pencari kerja tamatan SD yang terdaftar : 55 orang, tamatan SMP : 216 orang, tamatan SMU sederajat : 5.371 orang, tamatan Diploma I/II/III : 2.125 orang, tamatan sarjana : 3.419 orang. Pemenuhan lowongan kerja menurut sektor listrik-gas-air 186 orang, bangunan 242 orang, perdagangan 417 orang (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2008).

5.2.3 Kondisi Perekonomian

Berdasarkan kondisi sumber daya alam yang ada, potensi unggulan daerah Kabupaten Lamongan di sektor pertanian khususnya. Besarnya volume perdagangan di Kabupaten Lamongan khususnya komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian dan industri hasil produk lamongan merupakan suatu potensi unggulan daerah yang perlu didukung sistem pemasaran yang efisien dan dukungan sarana prasarana yang baik. Kabupaten Lamongan mempunyai letak strategis diantara pusat-pusat pertumbuhan di Jawa Timur merupakan potensi yang besar untuk dioptimalkan dalam rangka pengembangan wilayah. Model pembangunan ekonomi daerah pendekatan kutub pertumbuhan, menciptakan pusat pertumbuhan khususnya di wilayah pantura dengan pihak

(8)

investor merupakan strategi yang telah dikembangkan selama beberapa tahun. Diharapkan pusat-pusat pertumbuhan tersebut menjadi mesin pertumbuhan perekonomian Kabupaten Lamongan secara keseluruhan tanpa mengesampingkan pengembangan wilayah lainnya. Perkembangan pencapaian kemajuan perekonomian daerah dapat dilihat dari nilai pertumbuhan perekonomian yang dicapai setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi selama Lima tahun terakhir menunjukkan pola kecenderungan yang semakin meningkat, meskipun pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut disadari masih dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan Nasional. Peranan sektor primer menunjukkan kecenderungan samakin menurun, sektor tersier menunjukkan kecenderungan meningkat.

5.2.4 Potensi Perikanan

Wilayah penangkapan ikan laut di Kabupaten Lamongan sepanjang 47 km. Perkembangan jumlah alat tangkap di sajikan pada Tabel 3, produksi dan nilai produksinya di sajikan pada Tabel 4.

Tabel 3. Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Kabupaten Lamongan

No Jenis Alat Tangkap Th 2001 Th 2002 Th 2003 Th 2004 Th 2005 Th 2006 Th 2007 1. Purse Seine 79 83 88 88 86 137 187 2. Payang Besar 501 524 558 558 542 1.210 1.878 3. Pancing Prawe 214 224 239 239 232 245 258 4. Payang Kecil 72 75 80 80 78 68 57 5. Gill Net 325 340 362 362 352 404 456 Jumlah 1.191 1.246 1.327 1.327 1.290 2.064 2.836

Sumber :Kab Lamongan dalam angka 2008.

Produksi ikan olahan meliputi pengalengan, pindang, asinan, tepung ikan, vilet. Komoditasnya meliputi Cumi (Loligo spp), Layang (Decapterus spp), Kembung (Rastrelliger spp), Tembang (Sardinella fimbriata), Tongkol (Euthynnus spp), Tengiri (Scomberomorus commersoni), Kerapu ( Serranidae).

(9)

Tabel 4. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Laut Kabupaten Lamongan

No Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan

Produksi (%) Nilai Produksi (Rp. Jt) Pertumb Nilai Produksi (%) 1. 2001 28.909,17 -- 43.257,56 -- 2. 2002 31.035,67 6,85 44.763,94 3,36 3. 2003 32.020,70 3,08 45.569,06 1,77 4. 2004 31.976,49 -0,14 46.827,56 2,69 5. 2005 32.170,44 0,60 48.145,22 2,74 6. 2006 26.430,88 -10,86 179.862,62 36,61 7. 2007 20.691,32 -10,86 311.580,01 36,61 Rata-rata 58.346,56 13,96

Sumber :Kab Lamongan dalam angka 2008.

Pada Tabel 5 terlihat industri perikanan laut di Kab. Lamongan terdiri dari 32 perusahaan berskala sedang sampai besar yaitu hanya 7,06 % sedangkan skala kecil mencapai 421 perusahaan atau 92,94 % dari total 453 industri perikanan.

Tabel 5. Keragaan Jenis, Produksi Utama, Skala Usaha & Lokasi Industri Perikanan Laut di Kabupaten Lamongan.

No Jenis Industri &

Produksi Utama Skala Usaha Jml Lokasi Di Kec

Status & Jarak dr wil Penghasil ikan 1. Ikan asin Sedang-besar 12 11 di Brondong

1 di Paciran

Wil pesisir 0 km Wil pesisir 7 km 2. Ikan penggaraman Sedang-besar 1 1 di Brondong Wil pesisir 0 km 3 Ikan kering Sedang-besar 2 2 di Brondong Wil pesisir 0 km 4. Ikan pindang Sedang-besar 15 15 di Brondong Wil pesisir 0 km 5. Es batu balok Sedang-besar 2 1 di Kambangb

1 di Solokuro

Wil daratan 54 km Wil daratan 14 km 6. Pengeringan Kecil 104 1 di Brondong Wil pesisir 0 km 7. Pemindangan Kecil 43 1 di Brondong Wil pesisir 0 km 8. Pendinginan/es-esan Kecil 139 1 di Brondong Wil pesisir 0 km 9. Petis/trasi Kecil 47 1 di Brondong Wil pesisir 0 km 10. Pengasapan Kecil 61 1 di Brondong Wil pesisir 0 km 11. Tepung Ikan Kecil 4 1 di Brondong Wil pesisir 0 km 12. Kerupuk Kecil 23 1 di Brondong Wil pesisir 0 km

Jumlah 453 lokasi di 4 Kec

(10)

5.3 Keragaan Umum Kabupaten Trenggalek 5.3.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Trenggalek merupakan satu dari 38 (tiga puluh delapan) kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur, yang terletak di Kawasan Selatan Jawa Timur (KSJT) yaitu ± 181 km sebelah barat daya dari Kota Surabaya, dengan luas wilayah 1.261,40 km2

1. Sebelah Utara : Kabupaten Tulungagung dan Ponorogo

atau 126.140 Ha. Secara geografis terletak pada koordinat 111°24’ - 112°11’ Bujur Timur dan 7°53’ - 8°34’ Lintang Selatan, yang memiliki batas-batas administratif, sebagai berikut :

2. Sebelah Timur : Kabupaten Tulungagung 3. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

4. Sebelah Barat : Kabupaten Pacitan dan Ponorogo

Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Trenggalek terdiri dari 14 kecamatan, 152 desa dan 5 kelurahan, 322 dusun/lingkungan, 1.400 Rukun Warga dan 4.254 Rukun Tetangga. Kondisi topografi terdiri 2/3 bagian wilayah

pegunungan dan 1/3 bagian wilayah dataran rendah dengan ketinggian antara 0

sampai dengan 1.250 di atas permukaan laut, dan dari ketinggian tersebut 53,8% berketinggian 100-500 m, kemiringan tanah 0% - 7% wilayah dataran rendah dan 7% - 40% wilayah pegunungan. Secara hidrologi, di Kabupaten Trenggalek terdapat Sungai Ngasinan merupakan muara sungai Bagong, Prambon, Pinggir, Nglongah, dan Sungai Tawing. Sungai Ngasinan mengalir ke Parit Agung dan Parit Raya menuju Samudera Indonesia, sungai yang langsung mengalir ke Samudera Indonesia adalah Sungai Gedangan, Konang, Tumpak Nongko dan Sungai Ngemplak. Pola penggunaan tanah yang paling dominan di Kabupaten Trenggalek yaitu untuk hutan negara, mencapai luas 61.089 Ha (48,43%). Penggunaan tanah kering mencapai 37,19% seluas 46.923 Ha. tanah sawah mencapai 11.168 Ha (8,85%). Kabupaten Trenggalek memiliki panjang pantai mencapai ± 96 km yang terletak di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Watulimo, Panggul dan Munjungan. Salah satu pantainya yaitu Pantai Prigi memiliki luas ZEE ± 35.558 km2 dengan tingkat eksploitasi sekitar ± 7,54 %.

(11)

5.3.2 Demografi

Hasil registrasi penduduk akhir tahun 2004, jumlah penduduk Kabupaten Trenggalek 679.248 jiwa jumlah rumah tangga 175.001, terdiri dari 338.096 jiwa penduduk laki-laki (49,78 %) dan 341.152 jiwa penduduk perempuan (50,22 %). Jumlah penduduk naik 0,30 % dibanding akhir tahun sebelumnya. Kepadatan penduduk Kabupaten Trenggalek 538 jiwa/km2, tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Panggul sebesar 1.117 jiwa/km2, disusul Kecamatan Trenggalek tingkat kepadatan 1.018 jiwa/km2, dan tingkat kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Bendungan 290 jiwa/km2.

Salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan. Tingkat pendidikan di daerah berkaitan dengan tersedianya fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan Sekolah Dasar di Kabupaten Trenggalek sejumlah 453 sekolah, dilengkapi 2.815 ruang belajar dan didukung 60.282 murid dan 4.207 guru. Kecamatan Panggul, Pule dan Dongko merupakan kecamatan terbanyak memiliki SD berkaitan jumlah murid SD yang ditampung dan kondisi geografis yang bergunung-gunung. Jika ditinjau dari kepadatan murid per sekolah, Kecamatan Trenggalek dan Panggul merupakan kecamatan terpadat dengan jumlah murid per sekolah masing-masing 162 dan 159 murid. Angka pengangguran cenderung meningkat periode empat tahun terakhir. Jika pada tahun 1998 sebesar 2,59% maka pada tahun 2002 naik menjadi 3,58% dari total angkatan kerja. Hasil survei angkatan kerja Propinsi Jawa Timur pada tahun 2004, angka pengangguran mencapai 6%. Kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten Trenggalek pada umumnya cukup baik.

Pemerataan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik promotif, preventif, kuratif maupun rahabilitatif dengan sasaran utama yaitu kelompok penduduk rentan kesehatan seperti Ibu Hamil, Ibu Bersalin, Bayi, Balita dan Ibu Menyusui dilaksanakan terpadu melalui sarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Tahun 2004, kondisi fasilitas kesehatan di Kabupaten Trenggalek terdiri : 1 Rumah Sakit Pemerintah, 2 Rumah Sakit Swasta, 22 Puskesmas, 66 Puskesmas Pembantu, 24 Puskesmas Keliling, 110 Polindes, 834 Posyandu dan 10 apotek. Dari 22 Puskesmas yang ada tahun 2004, terdapat 6 Puskesmas dengan cakupan kunjungan penderita diatas 25.000 orang pertahun.

(12)

5.3.3 Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian makro daerah Kabupaten Trenggalek diketahui dari beberapa indikator seperti Pertumbuhan Ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Regional Per Kapita, Tingkat Inflasi dan Indeks Disparitas Wilayah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Trenggalek selama enam tahun terakhir, cenderung fluktuatif. Upaya-upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Trenggalek nampak hasilnya, peningkatan pertumbuhan ekonomi 3,18%. Kontribusi terbesar peningkatan pertumbuhan diberikan sektor industri pengolahan 2,56%.

Sektor Pertanian dari tahun ke tahun selalu menjadi primadona dalam pembentukan PDRB. Masyarakat Trenggalek masih bersifat agraris karena mayoritas bekerja pada sektor ini. Inflasi yang terjadi di Kabupaten Trenggalek cenderung fluktuatif, mencapai puncaknya pada tahun 1998 sebesar 46,13%. Dampak dari krisis moneter tahun 1997 yang terasa tahun 1998 diperparah dengan kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok. Untuk mengetahui tingkat pemerataan pembangunan antar wilayah kecamatan dalam Kabupaten Trenggalek maupun antar kecamatan dalam satu kawasan, bagaimana struktur ekonomi kecamatan, pendapatan Per kapita kecamatan dan tingkat kemakmuran penduduk, dipergunakan indikator ekonomi Indeks Disparitas Wilayah. Hasil perhitungan Indeks Disparitas Wilayah menunjukkan pembangunan selama menyebar merata pada masing-masing wilayah kecamatan. Keragaman antar kecamatan di Kabupaten Trenggalek relatif merata dan kesenjangan antar kecamatan kecil.

Kemampuan daya beli masyarakat Trenggalek secara umum untuk mengkonsumsi barang dan jasa mengalami peningkatan sebesar 2,76%. Kabupaten Trenggalek memiliki potensi ekonomi cukup besar untuk dikembangkan antara lain : pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan, industri kecil dan menengah serta pariwisata, seni dan budaya. Kabupaten Trenggalek memiliki potensi perikanan dan kelautan yang dapat dikembangkan baik perikanan laut maupun perikanan darat. Salah satu sektor andalan Kabupaten Trenggalek adalah sektor pariwisata. Obyek wisata yang sering dikunjungi wisatawan adalah wisata alam diantaranya Pantai Prigi.

(13)

Kondisi prasarana dan sarana daerah Kabupaten Trenggalek dapat diketahui dari beberapa indikator seperti panjang Jalan dan jembatan serta sarana telekomunikasi daerah. Sarana prasarana jalan merupakan unsur vital yang dapat menggerakkan dan memperlancar kegiatan perekonomian, pendidikan dan kesehatan di suatu wilayah baik perkotaan maupun perdesaan. Panjang jalan di Kabupaten Trenggalek 859,290 Km, 457,96 Km kondisi baik (53,29%), 220,97 Km kondisi sedang (25,71%), 126,87 Km kondisi rusak ringan (14,76%) dan 53,49 Km kondisi rusak berat (6,22%). Jumlah jembatan di Kabupaten Trengggalek sebanyak 293 buah, yang terdiri dari : 254 jembatan beton, 6 jembatan komposit, 4 jembatan besi dan 29 jembatan kayu.

5.3.4 Potensi Perikanan

Pusat pendaratan perikanan laut di Kabupaten Trenggalek terletak antara, sebelah Utara berbatasan Kabupaten Tulungagung dan Ponorogo, sebelah Timur Kabupaten Tulungagung, sebelah Selatan Samudra Hindia dan sebelah Barat Kabupaten Ponorogo dan Pacitan. Luas wilayah Kabupaten Trenggalek 120.532.950 hektar terdiri 60% pegunungan dan 40 % merupakan daratan rendah.

Panjang pantai Selatan Kabupaten Trenggalek ± 96 km, dimana sebagian besar pantainya berbentuk teluk yang terdiri dari Teluk Panggul, Tuluk Mujungan dan yang terbesar adalah Teluk Prigi. Teluk Prigi mempunyai tiga pantai yaitu Pantai Damas yang berada di Desa Karanggandu, Pantai Ngresep yang berada di Desa Tasikmadu dan Desa Prigi, kemudian Pantai Karanggongso termasuk Pasir Putih yang terletak di Dusun Karanggongso Desa Tasikmadu. Teluk Prigi memiliki dasar laut Lumpur bercampur pasir dengan sedikit berbatu karang dan memiliki kedalaman antara 15-61 m. Sebagian besar Pantai Prigi sudah terbuka dan hanya sebagian kecil masih terdapat hutan. Komoditasnya meliputi Tengiri (Scomberomorus commersoni), Tembang (Sardinella fimbriata), Kembung (Rastrelliger spp), Teri (Stolepharus spp), Lemuru (Sardinella longiceps).

(14)

Tabel 6. Jumlah Nelayan di Kabupaten Trenggalek No Tahun Lokal (org) Pertumb (%) Andon (org) Pertumb (%) Jumlah Pertumb (%) 1. 2001 3.157 -- 276 -- 3.433 -- 2. 2002 3.433 8,74 805 191,67 4.247 23,70 3. 2003 3.444 0,32 180 -77,64 3.624 -14,66 4. 2004 3.878 12,60 312 73,33 4.203 15,96 5. 2005 4.210 8,56 221 -29,17 4.440 5,64 6. 2006 4.387 4,03 240 7,92 4.627 4,04 7. 2007 3.609 -21,55 198 -21,21 3.807 -21,54

Sumber :Kab Trenggalek dalam angka 2008.

Iklim yang ada di Kabupaten Trenggalek terdiri dari musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan yang terbagi menjadi tujuh bulan dan pada musim kemarau terbagi menjadi lima bulan. Pada Tabel 6 terlihat pertumbuhan jumlah nelayan di pesisir selatan ini berfluktuasi dari tahun ke tahun meskipun penurunan dan kenaikannya tidak terlalu besar. Sebagian besar nelayan didominasi nelayan lokal yang rata-rata pertumbuhannya adalah 2,12 persen.

Tabel 7. Jumlah dan jenis Alat Tangkap di Kabupaten Trenggalek

No Jenis Alat Tangkap Th 2001 Th 2002 Th 2003 Th 2004 Th 2005 Th 2006 Th 2007 1. Pukat Pantai 73 75 75 72 74 81 81 2. Jarring Klitik 3.320 3.220 3.230 1.997 1.567 1.461 1.434 3. Pukat Cincin 120 120 122 122 127 122 119 4. Pancing 2.103 2.103 4.374 2.110 3.047 2.058 1.839 5. Jaring Angkat 48 48 52 36 36 44 40 Jumlah 5.664 5.566 7.853 4.337 4.851 3.766 3.513

Sumber :Kab Trenggalek dalam angka 2008.

Di wilayah pesisir Selatan jenis alat tangkap hanya ada enam jenis yaitu Pukat Pantai, Jaring Klitik, Pukat Cincin, Pancing dan Jaring Angkat. Jumlah alat tangkap tahun 2001-2007 fluktuasinya tidak terlalu tinggi.

(15)

Tabel 8. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Laut Kabupaten Trenggalek No Tahun Produksi (Ton) Pertumb. Produksi (%) Nilai Produksi (Rp. Jt) Pertumb. Nilai Prod (%) 1. 2001 8.954,90 -- 5.760,12 -- 2. 2002 13.340,10 48,97 26.094,28 353,02 3. 2003 8.936,50 -33,01 14.353,57 -44,99 4. 2004 14.027,60 56,97 24.205,14 68,63 5. 2005 57.293,40 308,43 53.836,79 122,42 6. 2006 23.883,30 -139,89 85.527,70 37,05 7. 2007 22.589,10 - 5,73 95.946,60 10,09

Sumber :Kab Trenggalek dalam angka 2008.

Nilai produksi tahun 2001-2002 meningkat sebesar 48 %, tahun berikutnya justru mengalami penurunan 33,01 % dan naik kembali tahun 2004. Tahun 2005 mengalami kenaikan yang nyata yaitu 308 %. Tahun 2006 dan 2007 justru mengalami penurunan. Nilai produksi dari tahun ketahun semenjak tahun 2001 sampai tahun 2007 selalu meningkat. Keragaan jenis, produksi utama dan lokasi industri perikanan laut menunjukkan di wilayah pesisir selatan hanya ada satu jenis industri yaitu ikan pindang dengan jumlah industri 24 industri, semuanya berada di Kecamatan Watulimo. Industri yang ada berskala sedang sampai besar, diharapkan industri perikanan dapat menampung produksi nelayan setempat.

Tabel 9. Keragaan Jenis, Produksi Utama & Lokasi Industri Perikanan Laut di Kab.Trenggalek.

No Jenis Industri & Produksi Utama

Skala Usaha Jml Lokasi Di Kec Status & Jarak dr wil Penghasil ikan 1. Ikan pindang Sedang-besar 24 24 di Watulimo Wil pesisir 0 km

Jumlah 24 lokasi di 1 Kec

Gambar

Tabel 4. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Laut Kabupaten Lamongan
Tabel 6. Jumlah Nelayan di Kabupaten Trenggalek  No  Tahun  Lokal  (org)  Pertumb(%)  Andon (org)  Pertumb  (%)  Jumlah  Pertumb  (%)  1
Tabel 8. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Laut Kabupaten Trenggalek  No  Tahun  Produksi  (Ton)  Pertumb

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu Malang memiliki potensi untuk

Pertumbuhan rohani seseorang dapat dikataka bertumbuh jika memiliki disiplin pertama, beribadah, kedua, hidup dalam Kristus, ketiga, hidup di dalam Firman, keempat,

Pelayanan Publik Melalui Electronic Government: Upaya Meminimalisir Praktek Maladministrasi Dalam Meningkatan Public Service. The Role of Business Process Redesign in

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul

statis; (2) Penyimpanan arsip dilakukan secara mandiri dengan menggunakan klasifikasi sistem masalah; (3) Pengelolaan arsip dinamis aktif meliputi: penerimaan arsip,

Personal selling berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat menabung pada produk tabungan shar-e di Bank Muamalat Cabang Medan Balai Kota, dikarenakan hasil dari uji

/var/tmp disediakan untuk program yang membutuhkan berkas atau direktori temporer yang diletakkan dalam reboot sistem... Hirarki

Pertama, mengalami pertobatan yang sejati “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Ma r. Kebenaran a gung yang dikhotbahkan Kri stus adalah waktunya telah genap; Kerajaan Al