• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SMPN 5 SANGGAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SMPN 5 SANGGAU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

261

BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SMPN 5

SANGGAU

Masdalifah SMPN 5 Sanggau

Abstrak: Hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Sanggau selama ini selalu

di bawah nilai KKM. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya motivasi belajar siswa, oleh karena itu guru mencoba mengatasinya dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam dua siklus. Setiap siklus melalui tahap planning, acting,

observing, dan reflecting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran

koperatif jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa.

Kata kunci: jigsaw, motivasi belajar, hasil belajar, biologi

Penulisan ini berdasar latar belakang bahwa pada kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan guru yang lebih banyak menggunakan metode ceramah, metode ini fokus hanya pada guru, se-dangkan siswa pasif (teacher centered). Keadaan ini mengakibatkan hasil belajar kurang maksimal. Hasil ulangan blok sebelumya nilai tertinggi adalah 53,3 sebanyak 5 orang siswa, dan nilai terendah 26,6 sebanyak 3 orang siswa. Hasil ini menunjukan bahwa semua siswa tidak tuntas karena nilai KKM 65. Hasil pengamatan guru juga menunjukkan bah-wa pada setiap kegiatan pembelajaran, siswa yang aktif bertanya dan menjawab sangat sedikit.

Kondisi di atas membuat guru sangat prihatin. Dari kondisi ini guru mengidentifikasi salah satu penyebabnya adalah tidak ada motivasi dari dalam diri siswa untuk belajar. Hal tersebut men-dorong guru untuk mengubah cara me-ngajarnya menjadi berpusat kepada siswa (student centered) melalui metode

pemb-elajaran kooperatif tipe jigsaw. Pembela-jaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk men-capai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009) menyatakan bahwa pembelajaran koo-peratif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolabo-ratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009) mengemukakan bahwa pembelaja-ran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran.

Johnson (dalam Lie, 2007) menge-mukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota. dan evaluasi proses

(2)

kelom-pok. Kelemahan pembelajaran pembela-jaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu guru hanya berinteraksi de-ngan kelompok saat diperlukan. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin (Isjoni, 2009) yaitu penghargaan kelompok, pertanggung ja-waban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

Pembelajaran kooperatif jigsaw awalnya dikembangkan pada 1978 oleh Elliot Aronson di Austin Texas (Zubaidah dkk, 2013) sebagai respons terhadap kinerja yang buruk dan rendah diri anak-anak Afrika-Amerika. Dengan model ini siswa yang paling rendah diri di kelaspun diberi kesempatan yang sama, yakni men-jelaskan kepada semua anggota kelompok-nya, dan mempunyai rasa percaya diri sebab dialah “ahli” yang menguasai sub materi tersebut. Di dalam pembelajaran model kooperatif jigsaw setiap siswa adalah anggota dari dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok asal dan kelom-pok ahli. Prinsipnya guru membagi topik besar menjadi sub-sub topik. Siswa memu-lai pelajaran dalam kelompok- kelompok asal. Pada kelompok jigsaw, setiap anggota kelompok asal diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan dan memahami salah satu sub topik. Untuk memahami sub-sub topik setiap anggota tim harus berkerja sama dengan anggota kelompok lain untuk berbagi pengetahuan secara efektif dan menyelesaikan tugas atau memahami to-pik, dengan kata lain, setiap siswa menjadi “ahli” dan mengajarkankan ke anggota kelompok asalnya (Zubaidah dkk, 2013).

Motivasi adalah keinginan yang kuat dalam diri seseorang untuk mengu-bah kebiasaan negatif menjadi positif, baik dalam belajar, bekerja, dan menyele-saikan setiap permasalahan hidup. Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kebiasaan negatif atau masalah dalam

kehidupannya, seseorang harus memiliki kemampuan untuk menyadari bahwa ia sedang punya masalah. Apabila seseorang sudah memiliki kemampuan mengidentifi-kasi permasalahan dalam dirinya maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki motivasi dari dalam (motivasi intristik). Tetapi apabila orang tersebut tidak mampu mengidentifikasi permasala-han dalam hidupnya maka diperlukan “motivator” yang dapat mengubah dan menyelesaikan masalahnya. Sebab jika seseorang tidak mampu mengidentifasi permasahan bagaimana ia dapat menyele-saikan masalahnya? Di dalam dunia pendi-dikan guru yang profesional adalah guru yang mampu menjadi “motivator siswa”.

Slavin (2005) memaparkan bahwa teori motivasi dalam pembelajaran koope-ratif menekankan pada derajat perubahan tujuan kooperatif mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan tugas tugas aka-demik, teori kognitif menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu sendiri (apakah kelompok tersebut mencoba meraih tujuan kelompok ataupun tidak). Tiga fungs motivasi yaitu: (1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan. (2) Menuntun arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah, dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusn tujuannya. (3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukn perbuatan- perbuatan apa yang harus dikerjakan dan perbuatan apa yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Berdasarkan identifikasi masalah di kelas VIII B SMP N 5 Sanggau seperti telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berikut ini. (1) Bagaimana penerapan model kooperatif

jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa. (2) Apakah penerapan model kooperatif jigsaw dapat

(3)

meningkat-kan motivasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah menerap-kan model kooperatif jigsaw guna mening-katkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas.

Adapun manfaat penelitian ini bagi guru, dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realistik, dan rasional. Manfaat penelitian ini bagi siswa: siswa dilatih memiliki rasa tanggung jawab, percaya diri, merasakan pengetahu-an menjadi miliknya. Melalui

pembelaja-ran kooperatif jigsaw diharapkan hasil rata-rata siswa meningkat menjadi 75 de-ngan jumlah siswa yang mencapai KKM lebih besar 75%.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan rancangan peneli-tian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus, setiap tahap terdiri dari 4 siklus yaitu merencanakan tindakan

(olan-ning), melakukan tindakan (acting),

me-ngamati tindakan (observing), dan mela-kukan refleksi (reflecting) seperti pada Gambar 1.

Penelitian menggunakan ranca-ngan penelitian tindakan kelas (Classroom based action research) dengan 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas beberapa pertemuan, melalui tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Prosedur pelaksanaan pe-nelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut ini.

Siklus I

a. Perencanaan. Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan berikut. (1) Guru Menyusun rencana pembelajaran (RPP)

yang digunakan pada siklus I, yaitu untuk materi “Morfologi tumbuhan”, RPP yang disusun mengacu pada sintaks pembelajaran model kooperatif

jigsaw. (2) Guru menyiapkan bahan

bacaan tentang morfologi akar batang, daun, dan bunga. (3) Guru menyusun perangkat evaluasi dan lembar obser-vasi untuk penilaian proses pada siklus 1.

b. Pelaksanaan Tindakan. Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan 1 kali perte-muan yaitu 2 x 40 menit. Tahap

pelak-Gambar 1. Siklus PTK

(4)

sanaan tindakan yang dimaksud yaitu penerapan model kooperatif jigsaw. Proses pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disusun oleh guru. Pada garis besarnya proses pembelajaran de-ngan model kooperatif jigsaw di bagi menjadi tiga tahap besar yaitu (1) pen-dahuluan, (2) inti pembelajaran, (3) penutup. Uraian rincinya dijelaskan pada hasil dan pembahasan.

c. Observasi. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tinda-kan, denga tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pembelajaran pada siklus I. Observasi dilakukan oleh guru senior dan 2 orang mahasiswa yang melakukan praktik lapangan (PPL). Fokus observasi adalah bagaimana proses penerapan tindakan yang dilaku-kan siswa dan guru. Aktivitas siswa meliputi kuantitas dan kualitas berdis-kusi, bertanya, menjawab, menjelaskan serta rekaman situasi kelas selama proses pembelajaran.

d. Refleksi. Hasil observasi dibahas bersa-ma oleh tim peneliti (guru, dan obser-ver). Pada akhir siklus I diperoleh gam-baran bagaimana dampak penerapan pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu penerapan model kooperatif

jigsaw. Hasil pembahasan yang

dipe-roleh merupakan refleksi dari apa yang telah terjadi selama penerapan tindakan pada siklus I. Apabila ditemukan per-masalahan pada siklus I, dipakai seba-gai pertimbangan merumuskan peren-canaan tindakan pada siklus II.

Siklus II

a. Perencanaan. Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Guru dan observer mempela-jari hasil refleksi tindakan pada siklus I, yang menjadi masukan dalam melaku-kan tindamelaku-kan yang lebih efektif pada siklus II. (2) Persiapan yang dilakukan pada siklus II prinsipnya sama dengan

siklus I pada materi “Struktur dan fungsi jaringan penyusun akar”. (3) Guru menyiapkan bahan bacaan ditambah beberapa daftar pertanyan. b. Pelaksanaan tindakan. Tindakan yang

dilakukan pada tahap ini sesuai dengan perencanaan pada siklus II yang sudah diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

c. Observasi. Tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tinda-kan. Hal-hal yang diamati pada siklus I, disesuaikan dengan kondisi lapangan dan hasil refleksi pada siklus I

d. Refleksi. Hasil pengamatan dibahas oleh tim peneliti. Pada siklus II dipero-leh gambaran bagaimana dampak pene-rapan model kooperatif jigsaw.

Penelitian dilakukan di SMP N 5 sanggau yang Beralamat di Jalan Flambo-yan no.7 Sanggau Kabupaten Sanggau. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII B, dengan jumlah siswa 25 terdiri dari 15 siswa laki- laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian dilakukan pada bulan oktober 2013.

Data yang diambil adalah data kualitatif yang diperoleh dengan prosedur pengumpulan data berikut.

1. Observasi, terhadap keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru da-lam menerapakn model kooperatif

jigsaw.

2. Catatan lapangan,yaitu: data yang diperoleh dari catatan lapangan berupa kegiatan yang tidak tercantum dalam lembar observasi kerja ilmiah dan lembar observasi keterlaksanaan guru. Data yang diambil tentang nama dan jumlah siswa yang tidak hadir, situasi saat kegiatan pembelajaran berlang-sung, kerjasama siswa dalam pembela-jaran, dan jumlaah siswa yang mem-peroleh nilai di atas KKM .

3. Tes akhir siklus, yaitu:data yang diperoleh dari tes akhir siklus berupa

(5)

skor tes yang digunakan untuk mengu-kur hasil belajar siswa yang dilihat dari tingkat ketuntasan penguasaan konsep.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Skor tes dengan bentuk soal isian

sing-kat pada setiap akhir siklus.

2. Skor aktivitas dalam bentuk lembar observasi proses pembelajaran.

3. Catatan lapangan yang berkaitan akti-vitas siswa dalam proses pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa SMP N 5 Sanggau kelas VIII B yang berjumlah 25 siswa. Prosedur pe-ngumpulan data dalam penelitian ini ada-lah berikut ini. (1) Tes: pemberian soal se-sudah pemberian tindakan penerapan kooperatif jigsaw di setiap akhir siklus. Penskoran tes dilakukan dengan dua cara yaitu penskoran rubrik dan penskoran kebenaran konsep. (2) Observasi: dilaku-kan bersamaan dengan implementasi tinda-kan. Fokus observasi adalah aktivitas siswa yang meliputi kuantitas dan kemampuan menjelaskan. (3) Catatan lapangan: dilaku-kan bersamaan dengan implementasi tinda-kan. Catatan lapangan berisi tentang hal-hal yang terjadi selama berlangsungnya pembelajaran dan interaksi guru- siswa, yang tidak terekam dalam lembar obser-vasi.

Analisis data dilakukan setiap kali pemberian tindakan berakhir. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis kuali-tatif model alir (flow). Model ini terdiri dari tiga komponen secara berurutan yaitu kegiatan reduksi data, sajian data, dan pe-narikan kesimpulan. Analisis diskriptif dilakukan terhadap data yang bersifat ku-antitatif.

1. Kemampuan berfikir siswa dari tes esai. Rubrik penskoran mengacu pada Hart (1994, dalam Dasna 2013). Nilai yang diperoleh dari penskoran tersebut dima-sukkan kedalam rumus yang disampai-kan Corebima (dalam Dasna, 2013)

Y1 = Keterangan

Y1 = Skor yang diperoleh siswa dari rubrik atas dasar kebenaran konsep, kemampuan analisis dan grametika bahasa.

Y2 = Skor yang diperoleh siswa dari penskoran berdsarkan kebena-ran konsep

X = Nilai kemampuan berfikir 2. Kemampuan berfikir siswa dari

aktivi-tas bertanya dan menjawab

Aktivitas siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan mengemukakan pendapat diidentifikasi pada saat ber-langsungnya proses pembelajaran. Ku-antitas aktivitas siswa bertanya dan menjawab pertanyaan atau mengemu-kakan dalam setiap siklus dinyatakan dalam persentase yang diperoleh de-ngan rumus:

P = x 100 % Keterangan

P = Persentase aktivitas siswa ∑SA = Jumlah siswa yang aktif mengajukan pertanyaan dan menjawab

N = Jumlah seluruh siswa Indikator keberhasilan tindakan hasil be-lajar siswa kelas VIII B dapat dilihat de-ngan cara berikut ini.

1. Membandingkan tingkat keberhasilan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Keberhasilan tindakan pada siklus I diketahui dengan cara membandingkan dengan refleksi awal. Keberhasilan tindakan pada siklus 2 diketahui dengan cara membandingkan dengan siklus I. 2. Indikator keberhasilan tindakan

ditentu-kan oleh peneliti, yaitu apabila siswa kels VIII B SMP Negeri 5 Sanggau menunjukkan peningkatan aktifitas dan hasil belajar.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil PTK siklus 1

Berikut ini adalah proses PTK pa-da siklus 1. Guru membuka pembelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini yaitu menjelaskan morfologi tum-buhan. Dilanjutkan dengan kegiatan inti mengenalkan model pembelajaran jigsaw dengan 3 tahapan berikut ini. (1) Memben-tuk kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Karena siswa tidak memiliki buku pegangan siswa maka masing-masing sis-wa mendapat 1 lembar bahan bacaan yang menjelaskan morfologi akar, batang, daun, dan bunga. (2) Siswa yang mendapatkan tugas tentang morfologi akar berkumpul dengan morfologi akar, batang dengan ba-tang demikian juga daun dengan daun dan bunga dengan bunga. Dengan demikian, terbentuk kelompok yang disebut kelom-pok ahli akar, batang daun dan bunga. Ke-lompok ahli akar berdiskusi hanya tentang akar, kelompok batang diskusi hanya ten-tang baten-tang, dan kelompok bunga diskusi hanya tentang bunga. Guru membimbing siswa dan membantu jika ada kesulitan. (3) Anggota kelompok ahli dipersilahkan kem-bali ke kelompok asal, dan menjelaskan ke anggota kelompok asal tentang bagian masing-masing yang telah dipelajari, se-hingga dalam kelompok asal memahami semua bagian tumbuhan dari akar sampai bunga. Pada kegiatan penutup guru mem-berikan konfirmasi serta membuat kesim-pulan bersama- sama siswa. Diakhiri de-ngan tes individu.

Siklus 1 diakhiri guru dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Beberapa temuan

dari observer adalah berikut ini. (1) Ke-mampuan siswa untuk menjelaskan sangat lemah, tidak mengerti apa yang harus dijelaskan, sehingga kegiatan menjelaskan berubah menjadi kegiatan membacakan kembali. Disarankan agar bahan bacaan yang disiapkan guru dilengkapi dengan beberapa daftar pertanyaan yang dapat dijadikan siswa sebagai panduan berfikir. (2) Pada saat menjelaskan di kelompok asal anggotanya tidak mendengarkan pen-jelasan tetapi sibuk membaca bahan baca-annya masing-masing. Disarankan pada kelompok asal ditunjuk ketua kelompok yang dapat mengintervensi anggota yang tidak ikut dalam diskusi. (3) Pada kegitan kuis banyak siswa bertanya ke kiri kanan karena bentuk soalnya hanya benar salah artinya siswa tidak menyerap apa yang dijelaskan oleh rekannya. Disarankan soal kuis bentuknya uraian singkat hingga sis-wa tidak berkesempatan melihat ke kiri kanan. (4) Aktivitas siswa (pengendalian diri, performansi, semangat, tanggung ja-wab. Sudah ada peningkatan dibandingkan pembelajaran sebelumya, hanya dalam kegiatan peralihan tahapan jigsaw siswa masih binggung akibatnya guru kelelahan mengarahkan, hal ini dikarenakan model

jigsaw baru pertama kali diterapkan di

kelas tersebut. Disarankan agar pada siklus 2 tahapan jigsaw benar-benar dijelaskan dan ditambah dengan presentasi kelompok ahli agar performansi siswa lebih terlihat jelas. Data capaian siklus 1 ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Capaian Pada Siklus 1 A Assppeekk yayanngg ddiinniillaaii PePennccaappaaiiaann ssiikklluuss II K Keeaakkttiiffaann ssiisswwaa memennggaajjuukkaann ppeerrttaannyyaaaann 1010 %% K Keetteeppaattaann wwaakkttuu mmeellaakkuukkaann kkeeggiiaattaann eekksspplloorraassii ((didisskkuussii ppaaddaa kkeelloommppookk a ahhllii)) 2 255 %% I Inntteerraakkssii aannttaarr ssiisswwaa ppaaddaa kkeeggiiaattaann mmeennjjeellaasskkaann ddii kkeelloommppookk aassaall 2255%% K Keettuunnttaassaann hhaassiill bbeellaajjaarr 5050 %%

(7)

Hasil PTK siklus 2

Berdasarkan capaian pada siklus I dilakukan perbaikan pada komposisi ke-lompok dan capaian cakupan materi pem-belajaran pada siklus ke 2 dengan materi tentang struktur dan fungsi jaringan penyu-sun akar. Pada siklus ke 2 kegiatan pem-bukaan dilakukan guru dengan mengaju-kan pertanyaan tentang pembelajan sebe-lumya yaitu morfologi tumbuhan, dilan-jutkan dengan menjelaskan kembali taha-pan jigsaw. Pesan guru ditekankan pada siswa agar pada saat menjelaskankan ke anggota kelompok asal bukanlah sekedar kegiatan membacakan kembali. Guru juga menjelaskan adanya tahapan presentasi agar semua siap. Tujuan pembelajaran pa-da siklus 2 apa-dalah materi lanjutan pa-dari si-klus pertama yaitu menjelaskan struktur dan fungsi jaringan penyusun akar akar dan menjelaskan perbedaan akar dikotil dan monokotil.

Pada kegiatan inti guru membagi tahapan jigsaw dalam 5 tahap. Tahapan-nya adalah berikut ini. (1) Membentuk ke-lompok asal yang terdiri dar 4 orang siswa, menunjuk ketua kelompok dan membisik-kan pada ketua kelompok untuk mengin-tervensi jika ada angota yang bermain-main. (2) Siswa berkumpul ke kelompok ahli. (3) Kelompok ahli berdiskusi

dibim-bing guru. (4) Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan ke se-mua anggota kelompok. (5) Anggota ke-lompok ahli dipersilahkan maju ke depan kelas untuk presentasi. Pada saat presentasi semua siswa berhak mengajukan permasa-lahan yang dianggap tidak jelas.

Setelah guru merefleksi pembela-jaran dan bersama-sama siswa membuat kesimpulan guru memberikan kuis. Soal kuis bentuk uraian singkat. Kegiatan beri-kutnya adalah refleksi bersama observer. Beberapa temuan observer adalah berikut ini. (1) Siswa sudah tidak bingung dengan setiap tahapan jigsaw, sehingga guru sudah lebih rileks. (2) Anggota kelompok ahli su-dah mulai mengerti apa yang harus dijelas-kan kepada teman-temannya di kelompok asal. (3) Pada saat presentasi siswa mampu menjelaskan. (4) Pada saat menjelaskan di kelompok asal siswa sudah mulai percaya diri. (5) Hasil kuis menunjukkan siswa mampu menyebutkan struktur jaringan penyusun akar dan dapat menjelaskan per-bedaan jaringan penyusun akar dikotil dan monokotil. Disarankan agar bahan bacaan diberikan guru sehari atau sebelum kegia-tan pembelajaran dilaksanakan agar siswa berkesempatan mempelajari lebih dalam di rumah. Data capaian siklus 1 dan siklus 2 ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Hasil Siklus 1 Dan 2 A Assppeekk PePennccaappaaiiaann ssiikklluuss 11 PPeennccaappaaiiaann ssiikklluuss 22 K Keeaakkttiiffaann ssiisswwaa mmeennggaajjuukkaann p peerrtatannyyaaaann 1 100 %% 2200 %% K Keetteeppaattaann wwaakkttuu mmeellaakkuukkaann k keeggiiaattaann eekksspplloorraassii ((ddiisskkuussii ppaaddaa k keelloommppookk aahhllii)) 5 500 %% 6565%% I Inntteerraakkssii aannttaarr ssiisswwaa ppaaddaa kkeeggiiaattaann m meennjjeellaasskkaann ddii kkeelloommppookk aassaall 2 255%% 5050%% K Keettuunnttaassaann hhaassiill bbeellaajjaarr 5500 %% 885500%%

(8)

Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini di atas, diperoleh hal-hal berikut. (1) Pengalaman belajar siswa bertambah keti-ka bahan bacaan dan daftar pertanyaan telah disiapkan guru, karena siswa dapat langsung membaca dan mengikuti perin-tah. (2) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, artinya baik atau tidak hasil belajar bukan hanya dilihat dari berapa nilai hasil tes tertulis yang diberikan guru kepada siswanya ka-rena perubahan sikap adalah salah satu in-dikator meningkatnya hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah peru-bahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami sis-wa. (3) Dengan menerapkan model-model pembelajaran guru dapat meningkatkan kemampuan menciptakan suasana baru yang berbeda dan menyenangkan bagi sis-wa. Dengan demikian, diketahui bahwa pembelajaran kooperatif jigsaw dapat me-ningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran koope-ratif harus diterapkan (Zubaidah dkk, 2013). Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut. (1) Positive interdependence (Sali-ng ketergantu(Sali-ngan positif). Unsur ini me-nunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugas-kan tersebut. (2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). Pertang-gungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelom-pok. Tujuan pembelajaran kooperatif ada-lah membentuk semua anggota kelompok

menjadi pribadi yang kuat. Tanggung ja-wab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar ber-sama, anggota kelompok harus dapat me-nyelesaikan tugas yang sama. (3) Face to

face promotive interaction (interaksi

pro-motif). Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan posi-tif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah sa-ling membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemam-puan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberha-silan bersama. (4) Interpersonal skill (ko-munikasi antaranggota). Untuk mengkoor-dinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara kon-struktif. (5) Group processing (pemrosesan kelompok). Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau taha-pan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pem-rosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.

Dari beberapa penjelasan tentang kooperatif jigsaw guru mengharapkan persentase siswa yang pasif dan tidak

(9)

per-caya diri berkurang. Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif jigsaw menjadikan siswa termotivasi untuk belajar karena skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada tim didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang skor timnya meraih skor ter-tinggi akan menerima sertifikat atau ben-tuk benben-tuk rekognisi tim lainnya sehingga para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja ke-ras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melaku-kan tugas dengan baik.

Sebagai seorang motivator Guru hendaknya mampu mengoptimalkan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran. Karena dalam proses belajar, seorang siswa terka-dang terhambat oleh adanya berbagai per-masalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh kelelahan jasmani ataupun mental siswa. Untuk itu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan beberapa cara berikut. (1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya. (2) Memanfaatkan unsur unsur

lingkungan yang dapat meningkatkan aktivitas belajar. (3) Menggunakan waktu secara tertib penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar. (4) Merang-sang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti belajar.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw dapat me-ningkatkan motivasi dan hasil belajar bio-logi siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Sanggau.

Saran

Hasil penelitian ini dapat diguna-kan untuk acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut. Penelitian ini juga dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi guru untuk mengembangkan variasi strategi pembela-jaran dalam mengajar biologi.

DAFTAR RUJUKAN

Dasna, I Wayan. 2013. Penelitian Tinadakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning.

Bandung: Alfabeta.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Slavin. 2008. Cooperative Learning.

Bandung: Nusamedia.

Zubaidah, Siti., Mahanal, Susriyati., dan Yuliati, Lia. 2013. Ragam Model

Pembelajaran IPA SMP. Malang:

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah Dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir

Saat ini Indonesia telah menerapkan sistem kurs mengambang bebas dimana tidak ada lagi intervensi di pasar valuta asing dengan menggunakan cadangan devisa, namun pada

Dengan penggunaan metode Probabilitas Bayes pada sistem pakar ini, diharapkan aplikasi yang dibuat akan dapat menghasilkan suatu analisis pengambilan keputusan yang

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

 Bagian lateral dan anterior dari traktus corticospinal Bagian lateral dan anterior dari traktus corticospinal (pyramidal) merupakan jalur desending yang terdiri dari

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan.. sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak