• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FOTO JURNALISTIK PADA HARIAN ANALISA DITINJAU DARI ASPEK ESTETIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FOTO JURNALISTIK PADA HARIAN ANALISA DITINJAU DARI ASPEK ESTETIKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS FOTO JURNALISTIK PADA HARIAN ANALISA DITINJAU DARI ASPEK ESTETIKA

Farida Deliyanti. T dan Fuad Erdansyah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek estetika yang diterapkan pada foto-foto jurnalistik dalam rubrik foto pada harian Analisa dengan asek penilaian estetika yaitu komposisi,pencahayaan, ketajaman dan irama dala m fotografi. Populasi yang ada dalam penelitian ini adalah sebanyak 29 foto yang terdapat dalam rubrik foto di Harian Analisa yang terbit pada bulan September 2012. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 14 foto dala m dua kali penerbitan di bulan Septe mber 2012. Sampel yang diambil dengan teknik purposive sample yaitu sa mpel yang dibutuhkan sudah mewakili atau sesuai dengan data-data yang dibutuhkan (muatan, komposisi, pencahayaan, ketajaman, dan irama). Data-data yang berupa sampel foto yang akan di analisis selanjutnya akan di nilai oleh para apresiator yaitu dosen fotografi untuk dilihat tingkat keberhasilan dari karya tersebut dengan melihat aspek estetika seperti komposisi, pencahayaan, ketajaman, dan ira ma.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Hal ini untuk mengetahui penerapan aspek estetika yang terdapat dalam rubrik foto di Harian Analisa.

Hasil penilaian dari apresiator menunjukkan bahwa dari aspek komposisi 14 karya tersebut digolongkan ke dalam kategori sangat baik 21% , kategori baik 50% , dan 29% kategori cukup baik. Dari pencahayaan kategori sangat baik berjumlah 15%, kategori baik 65% dan 21% masuk ke kategori cukup baik. Dari aspek ketajaman pada kategori baik bejumlah 85%, dan kategori cukup baik berjumlah 15%. Dan dari aspek irama pada kategori sangat baik 15%, kategori baik 70% dan kategori cukup baik 15%. Berdasarka tema dari 14 foto yang terbit dala m rubrik foto di Harian Analisa yang paling banyak adalah tema Art and Culture berjumlah 10 foto (70%), dengan te ma Daily Life berjumlah 3 foto (21%), dan dengan te ma Portrait berjumlah 1 foto (7%). Secara keseluruhan foto jurnalistik pada Harian Analisa, ditinjau dari aspek estetika mencapai kategori baik.

Kata Kunci: Fotografi, Foto Jurnalistik, Estetika PENDAHULUAN

Fotografi merupakan salah satu media yang digunakan untuk mendokumentasikan atau mengabadikan suatu peristiwa dalam bentuk gambar, apalagi jika foto tersebut digunakan untuk kepentingan media massa, maka fotografi dapat dikatakan sebagai Foto jurnalistik.

Dunia fotografi kian berkembang dan mulai banyak diminati oleh semua orang. Saat ini fotografi sudah tidak lagi dimonopoli oleh fotografer profesional, namun

(2)

2

sudah menjadi milik se mua orang. Dalam dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi, fotografi merupakan salah satu jurusan yang banyak diminati oleh mahasiswa. Na mun, masih banyak pengguna kamera yang kurang me mahami aspek teknik dan komposisi sehingga hasil foto kurang maksimal untuk mencapai karya foto yang mengandung nilai estetika.

Fotografi sebagai bentuk seni lebih menitiberatkan nilai keindahan daripada nilai informasi, historis maupun ilmu pengetahuan. Nilai keindahan sebuah foto dapat dilihat dari komposisi, keseimbangan, pencahayaan, kekuatan warna, ketajaman, kedala man, dan angle (Yuyung Abdi,2012:54)

Foto jurnalistik adalah sajian visual yang mengantarkan sebuah peristiwa bernilai berita dari tempat berbeda kepada pembaca, sehingga pembaca seolah menyaksikannya di te mpat kejadian. Foto jurnalistik saat ini mewakili alat terbaik yang ada untuk melaporkan peristiwa umat manusia secara ringkas dan efektif dengan bahasa ga mbar. Tentunya untuk menghasilkan sebuah Foto jurnalistik diperlukan seorang fotografer atau yang disebut dengan jurnalis foto. Untuk menghasilkan sebuah karya foto yang baik seorang jurnalis foto tentunya sudah menguasai aspek teknis dalam fotografi. Teknik-teknik ini dapat me mperindah hasil dan mena mbah kesan artistik pada foto tersebut.

Saat ini banyak media massa khususnya Harian yang kurang me mperhatikan unsur keindahan dalam sebuah foto. Hal ini disebabkan karena di dalam foto jurnalistik yang dikedepankan dala m sebuah foto adalah momennya atau nilai berita yang terkandung didala mnya. Tetapi dalam perkembangan fotografi jurnalistik unsur keindahan juga menjadi nilai tambah pada sebuah foto. Sesuai dengan tujuan estetika yaitu keindahan. Maka, di dalam fotografi ada tiga komponen yang dapat menentukan keberhasilan sebuah foto. Komponen tersebut ialah Muatan, Komposisi dan Teknik dalam fotografi. Muatan dari sebuah foto merupakan suatu simbol yang mempunyai pesan, berita, cerita, dan perasaan yang mempunyai arti terhadap bisa bicara atau tidaknya foto tersebut, sehingga makna atau pesan muatan tersebut bisa sampai kepada yang melihatnya, bahkan dengan kata lain muatan sebuah foto seperti tema pada foto tersebut. Komposisi dalam fotografi adalah suatu usaha penyusunan dimana komposisi bisa terlihat sederhana, rumit, mengisolasi, kosentrasi dan penekanan dalam penyajian warna. Semua usaha tersebut dapat mendukung isi sebuah foto. Sedangkan teknik dalam fotografi adalah sarana dalam me mbuat suatu karya foto dan penyajiannya dengan berbagai cara. Ada berbagai macam teknik dalam fotografi yang dapat dilakukan untuk menciptakan sebuah karya foto yang indah. (Nana Lesmana 2011:16-17).

Oleh karena itu, untuk mengetahui sejauh mana aspek estetika masuk kedala m foto jurnalistik serta tema-te ma seperti apa yang ada pada media massa. Maka penulis memilih Analisa sebagai objek penelitian mengingat Harian Analisa sebagai koran yang memiliki oplah yang besar juga memiliki rubrik khusus tentang fotografi. Dengan demikian judul penelitian adalah : Analisis Foto jurnalistik Pada Harian Analisa Medan di Tinjau Dari Aspek Estetika.

Rumusan Masalah

Dengan pembatasan masalah yang disebut maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

(3)

3

1. Tema dan konsep foto jurnalistik seperti apakah yang dimuat pada rubrik foto di Harian Analisa?

2. Bagaimanakah aspek estetika fotografi jurnalistik ditinjau dari komposisi, pencahayaan, ketajaman dan irama yang dimuat pada rubrik foto di Harian Analisa?

Tujuan Pe nelitian

Dengan menciptakan sebuah karya penulis sendiri sangat berharap agar karya yang diciptakan ber manfaat sebagai karya seni. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan karya ini adalah:

1. Untuk mengetahui tema dan konsep foto seperti apa pada rubrik foto di Harian Analisa.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah aspek estetika fotografi jurnalistik ditinjau dari komposisi, pencahayaan, ketajaman, dan irama pada rubrik foto di Harian Analisa.

Kegunaan Pe nelitian

Dengan menciptakan sebuah karya penulis sendiri sangat berharap agar karya yang diciptakan bermanfaat. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk kajian-kajian tentang foto jurnalistik dikota medan.

2. Bemanfaat untuk pendidikan dan bermanfaat untuk fotografer jurnalistik di perguruan tinggi maupun di media massa.

3. Sebagai salah satu referensi yang dapat memberikan pengetahuan bagi mahasiswa ataupun masyarakat yang menggeluti bidang jurnalsitik.

ISI

Pe ngertian Analisis

Dala m kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa :“Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan,dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,dsb) ; proses pencarian jalan keluar (pemecahan masalah) yang berangkat dari dugaan akan kebenarannya ; penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yag sebenarnya (KBBI:2007:43)”.

Pe ngertian Fotografi

Fotografi atau photography (dala m bahasa inggris) berasal dari dua kata yaitu photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti tulisan atau lukisan. Jadi, fotografi adalah proses melukis/menulis/perekam suatu gambar dengan bantuan cahaya melalui sebuah media perekam, baik film, sensor digital atau lainnya (Nana Lesmana:2011).

Fotografi merupakan salah satu media yang digunakan untuk mendokumentasikan suatu momen penting. Fotografi secara umum baru dikenal sekitar 150 tahun yang lalu. Fotografi juga merupakan perpaduan antara teknologi dan seni. Untuk memperoleh foto-foto yang menarik dibutuhkan kemahiran teknis yang memadai. Fotografi adalah seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya dala m film. Merupakan penjabaran dari fotografi yang berarti “menulis atau melukis dengan

(4)

4

cahaya”. Hal ini berasal dari pengertian fotografi yaitu berasal dari bahasa Yunani, photos (cahaya) dan graphos yang berarti tulisan (Elvi Safitri:2008:30).

Bidang seni fotografi dalam dunia seni masih rentang mudah karena awal permunculannya dimulai pada tahun 1839 secara resmi dinyatakan dengan munculnya kamera obscura. Walaupun sebelumnya sudah ditemukan cara penggambaran dala m sebuah ka mar gelap, maka proses penciptaannya muncul dari penyederhanaan kamar gelap tersebut. Kemudian berkembang dengan mempergunakan sistem film negatif yang saat ini terus berke mbang (Khaerul Saleh, 2005:61).

Seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan kecanggihan teknologi,fotografi mengalami kemajuan yang pesat. Ditemukannya berbagai peralatan fotografi telah mendukung peningkatan kualitas karya. Temuan dan ciptaan yang menghasilkan teknologi canggih dan mengagumkan itu seyogyanya diiringi oleh adanya sentuhan estetis, sebab suatu benda akan terasa lebih menarik apabila tersentuh oleh nilai estetis. Berbagai pene muan tersebut telah mempermudah fotografer untuk berkarya. Para fotografer menjadi lebih kritis untuk membedakan antara karya yang baik dan yang kurang. Usaha untuk menghasilkan karya fotografi yang berkualitas mulai dipikirkan, antara lain dengan cara berpedoman pada komposisi. Penguasaan komposisi yang benar berdasarkan pedoman komposisi akan sangat membantu pemotret pemula untuk melatih kepekaan estetiknya dalam me motret sehingga dihasilkan foto yang me miliki nilai seni lebih daripada sekedar foto biasa. Pengetahuan mengenai komposisi dapat membantu fotografer untuk menghasilkan foto yang baik ( Lesie Yuliadewi,2000:48-49).

Dala m seni rupa, fotografi adalah proses melukis atau menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.

Secara filosofis fotografi juga mempunyai banyak defenisi maupun pengertian, baik dipandang secara obyektif maupun subyektif. Secara obyektif, Philips Andrews mengatakan fotografi adalah pencerminan ke mbali realitas. Teknologi fotografi memang terlahirkan untuk memburu objektifitas karena kemampuannya untuk menggambarkan kembali realitas visual dengan tingkat presisi yang tinggi (Michael Longford,2009:5)

Pada prinsipnya fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga ma mpu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar degan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (lensa). (Rangga Aditiawan:2010:9)

Pe ngertian Foto Jurnalistik

Foto jurnalistik muncul pertama kali pada hari Senin tanggal 16 April 1877, saat Harian Harian The Daily Graphic di New York memuat ga mbar yang berisi berita kebakaran hotel dan salon pada halaman satu. Terbitan ini menjadi tonggak awal

(5)

5

adanya foto jurnalistik pada media cetak yang pada saat itu hanya berupa sketsa (Taufan Wijaya, 2011:1)

Kegiatan memotret membutuhkan keahlian khusus dan waktu lama, sehingga fotografer saat itu adalah seorang seniman. Kadang fotografer tidak bekerja sendirian, ia harus dibantu seorang asisten untuk membawa perlengkapan dan membuat sketsa salinan foto kedalam plat cetakan mesin press. Joseph Nicephore Niepce, seorang berkebangsaan Prancis pada tahun 1826 me mbuat foto dengan media perekam plat loga m yang dilapisi petroleum.

Secara sederhana Foto jurnalistik adalah foto yang bernilai berita atau foto yang menarik bagi pembaca, dan informasi tersebut disampaikan kepada masyarakat sesingkat mungkin. Foto jurnalistik merupakan media komunikasi yang menggabungkan elemen verbal dan visual. Elemen verbal yang berupa kata-kata itu disebut caption yang melengkapi informasi sebuah gambar. Sebuah foto tanpa keterangan dapat kehilangan makna. (Taufan Wijaya:2011:10)

Fred S.Parrish dala m bukunya Taufan Wijaya yang berjudul “Foto Jurnalistik” (2011:42) menjabarkan bahwa Caption membantu mengarahkan perspektif sebuah foto dan menjelaskan detail informasi yang tidak ada dalam gambar. Caption seharusnya tidak mengulang menjelaskan informasi yang sudah terta mpung dalam gambar. Jurnalis foto harus mengumpulkan data yang cukup untuk menulis caption. Didalam caption berita tulis harus memenuhi kaidah 5W+1H ( Who, What, When, Where, Why dan How) (Taufan Wijaya,2012:42).

Berita yang ditampilkan adalah tulisan yang berisi laporan langsung yang hanya memuat fakta/kejadian dan sarat dengan informasi yang mengandung kebaruan, daya tarik, akibat dan akurat yang sring dinyatakan dalam formula 5W + 1H (Rahayu Pristiwati:2004:20-21).

Jurnalis foto Veteran Brian Horton dalam buku Associated Press Guide to Photojournalism merumuskan berita sebagai wujud rangkuman atas sensitivitas, pemikiran, naluri, dan rasa ingin tahu. Michael Langford dala m bukunya Advanched Photography menyebutkan bahwa umumnya tema yang menjadi subjek dalam foto jurnalistik adalah berkisar tentang peristiwa kemanusiaan. Workshop foto jurnalistik Word Press Photo (WPP) menulis modul tentang nilai berita , yaitu memiliki unsur-unsur baru, penting, menarik, dan relevan.

Keunggulan foto jurnalistik dibanding medium penyampaian informasi lainnya adalah ia mampu mengatasi keterbatasan manusia pada huruf dan kata. Aspek penting yang harus ada dalam foto jurnalistik adalah mengandung unsure-unsur fakta, informatif, dan mampu bercerita. Meski begitu keindahan teknis dan sentuhan seni menjadi nilai tambah daam foto jurnalistik (Taufan Wijaya,2012: 15). Foto-foto yang dimuat dalam media adalah foto berita sebagai satu paket sajian informasi. Segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia berada dalam ranah foto jurnalistik. Na mun, yang perlu diingat foto jurnalistik memiliki kepentingan penuh terhadap manusia, sehingga orientasi tertingginya pada kelangsungan manusia dan kehidupan.

Menurut WPP (World Press Photo) sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Belanda foto jurnalistik dapat digolongkan dari subyek fotoya yaitu :

(6)

6

a. Foto berita hangat (spot news)

b. Foto berita umum (general news) c. Foto peristiwa alam (nature) d. Foto potret (portraits)

e. Foto berita iptek (science and technology) f. Foto seni dan budaya (arts and culture)

g. Foto berita olahraga (sports action) (Taufan Wijaya,2011:14)

Menurut Frank P.Hoy dalam bukunya Audy Mirza Alwi yang berjudul Foto jurnalistik ada delapan karakter foto jurnalistik adalah sebagai berikut:

1) Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu objek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi ribadi.

2) Medium foto jurnalistik adalah media cetak, Koran atau majalah,dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire services).

3) Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita. 4) Foto jurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.

5) Foto jurnalistik mengacu kepada manusia. Manusia adalah subjek sekaligus pembaca foto jurnalistik.

6) Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak. Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.

7) Foto jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.

8) Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penya mpaian informasi kepada sesa ma, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press). (Audy Mirza Alwi:2004:4-5)

Jadi pada intinya Foto jurnalistik adalah karya foto yang memiliki nilai berita. Bersifat aktual sebagai berita yang mampu mengungkapkan kejadian, menjelaskan, dan menimbulkan rasa ingin tahu. Foto jurnalistik berarti me mbuat berita dengan menggunakan foto sebagai media informasi.

Kategori Foto Jurnalistik

Taufan Wijaya dalam bukunya yang berjudul Foto Jurnalistik (2011:56-66) menuliskan bahwa foto jurnalistik dapat digolongkan berdasarkan subyek fotonya, yaitu antaralain :

a. Foto Spot b. Foto Feature c. Foto Stori d. Foto Olahraga

(7)

7

Jurnalis Foto

Tugas utama jurnalis foto adalah menyajikan berita visual. Jurnalis foto dari bahasa aslinya photo journalist adalah mereka yang menjalankan kerja jurnalistik menggunakan kamera, yang menge mban misi menyampaikan infor masi sesingkat mungkin kepada pembaca.( Taufan Wijaya,2011:67)

Jurnalis foto memotret kebenaran, ini berarti fotografer hanya me motret hal-hal yang terjadi, saat peristwa itu berlangsung dan bukan mengulang situasi karena mereka tidak sampai disana pada waktunya. Mereka tidak boleh me mindahkan benda-benda di sekitar adegan dalam suatu peristiwa untuk membuat ga mbar terlihat lebih bagus (Taufan Wijaya,2011:68)

Pe ngertian Estetika

Ilmu estetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, yang me mpelajari semua aspek dari apa yang disebut keindahan. Ilmu estetika mengalami perke mbangan lebih maju akibat perkembangan pesat yang terjadi pada abad ke-XVII dan ke- XVIII di Eropa dalam segala ilmu pengetahuan. Dala m berbagai macam permasalahan ilmu estetika dapat mempergunakan hasil-hasil penyelidikan dari beberapa ilmu pengetahuan yang lain (Dr.A.A.M. Djelantik,1990:6).

Berdasarkan pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni. Estetika yang berasal dari bahasa Yunani “aisthetika” berarti hal-hal yang dapat diserap oleh pancaindra. Oleh karena itu estetika sering diartikan sebagai persepsi indera. Baumgarten (1714-1762) memilih estetika karena ia berharap dapat memberikan tekanan pada pengalaman seni sebagai suatu sarana untuk mengetahui. Ilmu estetika adalah suatu ilmu yang me mpelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan me mpelajari semua aspek dari apa yang disebut keindahan (Dharsono,2007:3)

Istilah estetika muncul tahun 1750 oleh seorang filsuf minor bernama A.G.Baumgarten. Istilah ini diambil dari bahasa Yunani kuno, aistheton, yang berarti kemampuan melihat lewat penginderaan. Baumgarten mena makan seni itu sebagai termasuk pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika yang dinamakannya pengetahuan intelektual. Tujuan estetika adalah keindahan. Estetika mempersoalkan hakekat keindahan alam dan karya seni (Dermawan Sembiring,2008:2).

Estetika Fotografi

Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang me mbahas tentang keindahan, bagaimana bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Dalam kutipan buku estetika Dharsono, Herbet Read merumuskan keindahan sebagai suatu kesatuan arti hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan inderawi (Dharsono, 2004: 10).

Fotografi memiliki bermaca m- macam manfaat dengan tujuan baik untuk dokumentasi penelitian, maupun sebagai media dala m ranah estetika. Estetika fotografi meliputi dua tataran, estetika pada tataran ideational dan estetika pada

(8)

8

tataran technical. Tataran ideational yaitu nilai estetika yang berhubungan dengan gagasan, ide atau suatu konsep. Sedangkan tataran technical yaitu penggalian nilai estetika melalui teknik pemotretan (Moch.Abdul Rahman,2008:180-182)

Banyak unsur yang me mbuat foto tampil lebih indah. Diantaranya, pilihan subjek (angle), perpaduan warna, pencahayaan, teknik exponsure (ketajaman), komposisi, keseimbangan, proporsi dan skala. Foto yang bagus dan indah me mang berkaitan erat dengan sisi kualitas yaitu, fokus, ketajaman, dan komposisi. Foto menarik karena terdapat unsur keindahan didalamnya. Keindahan lebih mengarah ke unsur estetik dan artistik sehngga sebuah foto menjadi menyenangkan dipandang (Yuyung Abdi,2012:50)

Pada dasarnya, foto yang indah memiliki pencahayaan dan ketajaman gambar yang seimbang. Ketaja man dihasilkan dari bidikan lensa yang fokus pada objek. Sedangkan, pencahayaan harus disesuaikan dengan kondisi sekitar. Untuk menghasilkan foto-foto yang indah dan menarik yang perlu diperhatikan adalah fokus yang tepat (ketajaman), Komposisi, Irama dan pencahayaan yang tepat( Roy Darwis Pramana, 2011:63-72).

Te ma Fotografi

Tema adalah pokok pikiran, dan dasar cerita (KBBI,2007). Ada berbagai macam tema foto yang dapat diterbitkan dalam foto jurnalistik. Menurut Badan Fotojurnalistik Dunia (World Press Photo Foundation) dalam buku Audy Mirza Alwi (2004:7-9) pada lomba foto tahunan yang diselenggarakan bagi wartawan seluruh dunia tema foto jurnalistik dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Berita Spot (Spot News)

Spot News atau biasa disebut Hot News (berita hangat) atau Hard News (berita keras). Yaitu foto berita yang menyangkut aneka peristiwa mendadak dan beralangsung cepat, misalnya peristiwa kerusuhan, bencana alam, kecelakaan, dan berbagai fenomena ala m dan kehidupan manusia. Pe motret dituntut sigap menangkap objek dalam hitungan detik, atau dengan kata lain siap pada saat yang tepat. Biasanya hasil bidikan peristiwa jenis ini mengandug nilai sejarah. Insan pers yang telah menyatu dengan profesi, tentu menaruh harapan apa yang mereka sajikan melalui foto bisa membawa pesan kemanusiaan.

2. Berita Umum (General News Photo)

Genelar News adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutn dan biasa. Yang biasa menyangkut tentang politk, ekonomi dan humor. Seperti foto menteri me mbuka pameran, fotobadut dalam pertunjukan.

3. Orang atau masyarakat dalam berita (People in the News Photo)

People in the News Photo adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang dtampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu. Biasanya seperti kelucuannya, nasib dan sebagainya. Tokoh-tokoh pada foto General People in the News Photo bisa tokoh populer atau bisa tidak, kemudian menjadi populer setelah foto itu dipublikaskan.

4. Foto kehidupan sehari-hari (Daily Life Photo)

Daily Life Photo adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanusiawiannya (human interest).

(9)

9

5. Ga mbaran (Potrait)

Portait adalah menampilkan wajah seseorang secara close-up (potret dari dekat). Ditampikan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya.

6. Foto olahraga (Sport Photo)

Sport Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena olahraga berlangsung pada jarak tertetu antara atlet dengan pemotretan dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhka peralatan yang harus memadai,

seperti lensa yang panjang serta ka mera yang menggunakan motor pengerak (motor drive). Menampilan gerakan dan ekspresi atlet dan hal lain yang menyangkut olahraga.

7. Foto Seni dan Budaya (Art and Culture Photo)

Art and Culture Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya. Misalnya, foto pertunjukan Iwan Fals di panggung, dan kegiatan artis dibelakang panggung.

8. Foto Kehidupan Sosial Masyarakat dan Lingkungan (Social and Environment) Social and Environment adalah foto-fototentang kehidupan social masyarakat serta lingkungan hidupnya. Seperti foto penduduk di sekitar kali Manggarai yang sedang mencuci piring, foto asap buangan kendaraan di jalan.

9. Foto Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Science and Technology Photo)

Science and Technology Photo adalah foto yang diambil dari peristwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan tekologi. Seperti foto penemuan mikro chip computer baru (Audy Mirza Alwi,2004:7-9)

Fotografi Seni dan Dokume ntasi Jurnalistik

Foto dapat dimaknai sebagai seni. Fotografi bisa dianggap sebagai dokumentasi. Fotografi sebagai bentuk seni lebih menitiberatkan nilai keindahan daripada nilai informasi, historis maupun ilmu pengetahuan. Fotografi sebagai seni mempunyai paradigma yang berbeda dengan fotografi sebagai dokumentasi. Ranah fotografi untuk keperluan dokumentasi salah satunya meliputi foto jurnalistik. Hal ini disebabkan karena foto dokumentasi dalam konteks yang luas memiliki pengertian bahwa semua foto yang merekam fakta dan menjadi bagian sejarah pada akhirnya akan menjadi foto dokumentasi. Jadi, Foto jurnalistik pun menjadi bagian dari foto dokumentasi.

Harian Analisa

Analisa adalah sebuah Harian yang terbit di kota medan. Diterbitkan sejak 23 Maret 1972, Analisa mempunyai format broadsheet dan merupakan salah satu Harian terbesar di Medan. Analisa menjadi Koran termuda dari enam mass media yang ada ketika itu, yakni Mimbar Umum, Waspada, Bukit Barisan, Sinar Indonesia Baru, Medan Pos, Harian Garuda.

Harian Analisa merupakan Harian yang memiliki rubrik foto yang dimuat pada halaman 11 edisi minggu, Setiap minggunya hasil karya foto yang ditampilkan

(10)

10

dengan topik yang berbeda-beda. Karya foto yang dita mpilkan dalam bentuk photo essay dengan bahasa yang ringan dan mudah dipaha mi. Dimana dalam bentuk photo essay foto yang ditampilkan saling berkaitan satu sama lain. Redaksi Analisa membuat rubric foto pada edisi minggu karena Analisa ingin menyajikan berita yang lebih ringan dan santai pada hari minggu. Yang tidak lagi hanya membahas masalah politik di dalamnya.

Analisa mene mpati kantor yang berada di Jalan Ahmad Yani. Saat ini Harian Analisa dipimpin oleh Pemimpin Umum Supandi Kusuma dan Pe mi mpin Perusahaan Sujito Sukirman.

Redaksional dipimpin wartawan kawakan eks-LKBN Antara yakni Pe mi mpin Redaksi H. Sofyan, didampingi Wakil Pemimpin Redaksi H. Ali Soekardi dan dibantu Sekretaris Redaksi H. War Djamil.

Kerangka Konse ptual

Berdasarkan uraian kerangka teoritis di atas, bahwa analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Di sini peneliti akan meneliti keadaan yang sebenarnya pada foto jurnalistik yang terdapat dalam rubrik foto pada Harian Analisa.

Dala m perkembangan fotografi jurnalistik unsur keindahan juga menjadi nilai tambah pada sebuah foto. Sesuai dengan tujuan estetika yaitu keindahan. Maka, di dalam fotografi ada tiga komponen yang dapat menentukan keberhasilan sebuah foto. Komponen tersebut ialah Muatan, Komposisi dan Teknik dalam fotografi. Pada dasarnya untuk menghasilkan foto-foto yang indah yang perlu diperhatikan adalah fokus yang tepat (ketajaman), komposisi, pencahayaan yang tepat dan irama. (Roy Darwis Pramana,2011:63-72)

Fotografi memiliki bermaca m- macam manfaat dengan tujuan baik untuk dokumentasi penelitian, maupun sebagai media dala m ranah estetika. Estetika fotografi meliputi dua tataran, estetika pada tataran ideational dan estetika pada tataran technical. Tataran ideational yaitu nilai estetika yang berhubungan dengan gagasan, ide atau suatu konsep. Sedangkan tataran technical yaitu penggalian nilai estetika melalui teknik pemotretan (Moch.Abdul Rahman,2008:180-182)

Berdasarkan kerangka teoritis di atas, maka untuk menganalisis foto-foto jurnalistik yang terdapat dalam Harian Analisa peneliti menggunakan e mpat indikator penilaian aspek estetika yang terdapat dalam buku Roy Darwis Pramana (2011:63-72) yaitu komposisi, pencahayaan, ketajaman dan ira ma. Dengan keempat indikator tersebut kemudian peneliti mendeskripsikan foto-foto tersebut untuk pembahasan dalam bab IV setelah dilakukan penilaian.

Jadi, dalam tataran technical untuk mencapai estetika fotografi meliputi pencahayaan dan ketajaman, Sedangkan yang dimaksud dalam tataran ideational meliputi komposisi dan ira ma dalam fotografi (Moch.Abdul Rahman,2008:180-182). Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan analisis untuk mengetahui tema-tema apa saja yang diterbikan dalam foto-foto yang terdapat dalam rubrik foto oleh Harian Analisa pada hari minggu. Berdasarkan kategori tema foto jurnalistik menurut WPP (World Press Photo) yaitu : Foto berita hangat (spot news), Foto berita umum (general news), Foto peristiwa alam (nature), Foto potret (portraits),

(11)

11

Foto berita iptek (science and technology), Foto seni dan budaya (arts and culture), Foto berita olahraga (sports action).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan d Kantor Harian Analisa yang berada di Jln. Jendral Ahmad Yani, Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Januari 2013.

Populasi dan Sampel

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempuyai kualitas dan karakteristik ertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya“ (Sugiyono:2008:117). Berdasarkan pengertian diatas maka populasi yang akan diteliti pada penelitian ini adalah foto-foto jurnalistik yang terdapat di dalam rubrik foto pada Harian Analisa Medan yang terbit di bulan September 2012.

Dala m pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik sampel bertujuan atau purposive sampel, yaitu pengambilan sampel disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan dan dianggap sesuai dengan kebutuhan peneliti ( Suharsimi Arikunto,2006:141). Dalam hal ini sampel penelitian yang akan diteliti berjumlah 14 foto.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka diperlukan teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain :

1. Observasi

Observasi yang dilakukan dala m penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan langsung terhadap foto-foto jurnalistik yang telah diterbitkan pada Harian Analisa ditinjau dari aspek estetika.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan data berupa foto-Foto jurnalistik yang telah dimuat pada Harian Analisa. Kemudian foto-foto tersebut yang akan dianalisis dengan penerapan aspek estetika.

3. Mengumpulkan data dari hasil observasi dan dokumentasi yaitu berupa foto- foto jurnalistik.

Teknik Analisis Data

Dala m penelitian ini teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu membuat deskripsi atau gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai objek yang akan diteliti, berdasarkan data yang ada dan menerangkan data sesuai dengan fakta yang ada dilapangan. Mendeskripsikan foto-foto jurnalistik yang terdapat dalam rubrik foto-foto pada Harian Analisa yang akan ditinjau dari aspek estetika. Setelah data lapangan diperoleh maka di lakukan penilaian terhadap foto-foto dengan format table.

(12)

12

Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 foto yang terdapat dalam rubtik foto pada Harian Analisa yang terbit setiap hari minggu. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik deskritif kualitatif, yaitu membuat deskripsi atau gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai objek yang akan diteliti berdasarkan data yang ada dan menerangkan data sesuai dengan fakta yang ada dilapangan. Data yang diperoleh berupa foto-foto yang akan diambil sebagai sampel, peneliti menggunakan teknik purposive sa mpel, yaitu pengambilan sampel disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan dan dianggap sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Analisis Hasil Pe nelitian

Data yang telah terkumpul selanjutnya akan dilakukan analisis yaitu dengan mendeskripsikan foto-foto berdasarkan aspek penilaian yaitu komposisi, pencahayaan, ketajaman dan irama. Foto jurnalistik dapat digolongkan berdasarkan subyek fotonya, foto-foto yang akan dianalisis termasuk kedalam golongan foto stori. Foto stori juga dapat dikatakan berupa foto esai (photo essays). Foto esai memliki teks lebih banyak,dan teks yang mengiringi foto esai berupa narasi. Jadi, dalam penelitian ini foto yang akan di analisis dalam rubrik foto pada Harian Analisa merupakan jenis foto jurnalistik yang termasuk ke dalam foto stori yang berupa foto esai. Foto yang akan di analisis me miliki dua judul yang pertama berjudul “Perang Felabhe di Sentani” yang terdiri dari 6 foto dan foto yang ke dua “Hungry Ghost Festival” yang terdiri dari 8 foto.

Keseluruhan karya foto tersebut yang akan di analisis oleh peneliti tetapi sebelumnya terlebih dahulu di analisis oleh dosen yang memiliki wawasan dalam bidang fotografi untuk dilakukan penilaian. Karya foto jurnalistik tersebut diberikan penilaian berdasarkan aspek estetika dalam fotografi yang terdiri dari aspek komposisi, aspek pencahayaan, aspek ketajaman (fokus), dan aspek irama yang ada pada foto tersebut.

Dari masing-masing karya tersebut diperoleh hasil penilaian dari para penilai/pengamat pada aspek komposisi (KMP), pencahayaan (PCH), ketajaman (KTJ), dan ira ma (IRM) pada table.

PEMBAHASAN

Dala m foto jurnalistik yang dikedepankan dalam sebuah foto adalah momennya atau nilai berita yang terkandung didalamnya. Tetapi dala m perkembangan fotografi jurnalistik unsur keindahan juga menjadi nilai tambah pada sebuah foto. Foto jurnalistik membuka wawasan dengan melihat kehidupan dunia dalam berbagai sisi. Tidak hanya terlihat indah seperti halnya foto seni. Sebab bagi fotografer, Foto jurnalistik menangkap kehidupan yang beraga m yang terjadi di sekitar manusia. Artinya, tidak cukup hanya menguasai teknik fotografi. Perlu kemampuan visual artistik, pemahaman pencahayaan, dan pengertian mengenai esensi foto. Fotografer juga harus menerjemahkan makna dalam konteks substansi sebuah foto. Tujuannya foto tersebut tidak hanya menyenangkan mata yang memandang karena warna dan bentuk geometrisnya yang menarik. Tetapi, foto juga punya makna yang menyentuh hati dan perasaan orang yang melihatnya.Jika, Foto jurnalistik memasukan unsur seni, boleh-boleh saja. Bahkan, foto tersebut akan

(13)

13

tampil lebih menarik. Namun, tetap mengacu kepada tujuan Foto jurnalistik yaitu menyajikan foto-foto yang mengandung unsur berita.

Dala m perkembangan fotografi jurnalistik unsur keindahan juga menjadi nilai tambah pada sebuah foto. Sesuai dengan tujuan estetika yaitu keindahan. Maka, di dalam fotografi ada tiga komponen yang dapat menentukan keberhasilan sebuah foto. Komponen tersebut ialah Muatan, Komposisi dan Teknik dalam fotografi. Pada dasarnya untuk menghasilkan foto-foto yang indah yang perlu diperhatikan adalah fokus yang tepat (ketajaman), komposisi, pencahayaan yang tepat dan irama. Jadi, untuk menganalisis foto-foto jurnalistik yang terdapat dalam Harian Analisa peneliti menggunakan empat indikator penilaian aspek estetika yaitu komposisi, pencahayaan, ketajaman dan irama. Data yang telah terkumpul yaitu sampel yang berupa foto-foto jurnalistik selanjutnya akan dilakukan analisis yaitu dengan mendeskripsikan foto-foto berdasarkan aspek penilaian. Keseluruhan karya foto tersebut yang akan di analisis oleh peneliti tetapi sebelumnya terlebih dahulu di analisis oleh dosen yang memiliki wawasan dalam bidang fotografi.

Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti yaitu berjumlah 14 foto maka setelah di analisis dengan menga mbil nilai rata-rata maka foto yang mencapai kategori baik berjumlah 11 foto = 80% dan yang mencapai kategori cukup baik berjumlah 3 foto = 21%.

Sebagian besar foto-foto yang berada dalam rubrik foto pada Harian Analisa sudah mencapai kategori baik dengan mencapai nilai rata-rata keseluruhan karya foto 81,7. Dimana dari sampel yang diteliti terdapat 14 foto yang terbagi kedalam dua judul foto yang pertama dengan judul “Perang Felabhe di Setani” yang terdiri dari 6 foto dan yang kedua dengan judul “Hungry Ghost Festival” yang tediri dari 8 foto. Berdasarkan tema dari 14 foto, jumlah foto dengan tema Daily life berjumlah 3 foto (21%), Portrait berjumlah 1 foto (7%), dan Art and Culture 10 foto (70%).

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang dilihat dari hasil penelitian yang kemudian dianalisis pada bab terdahulu maka dapat diperoleh kesimpulan :

1. Bahwa fotojurnalistik disamping menghadirkan sebuah foto yang mengedepankan sebuah moment atau nilai berita yang terkandung didala mnya harus juga memperhatikan aspek estetika secara teknis untuk menghadirkan unsur keindahan yang dapat menjadi nilai tambah pada sebuah fotojurnalistik. 2. Sebagian besar foto-foto yang berada dalam rubrik foto pada Harian Analisa

sudah mencapai kategori baik dengan mencapai nilai rata-rata keseluruhan karya foto 81,7. Dimana dari sampel yang diteliti terdapat 14 foto yang terbagi kedala m dua judul foto yang pertama dengan judul “Perang Felabhe di Setani” yang terdiri dari 6 foto dan yang kedua dengan judul “Hungry Ghost Festival” yang tediri dari 8 foto. Berdasarkan tema dari 14 foto, jumlah foto dengan tema Daily life berjumlah 3 foto (21%), Portrait berjumlah 1 foto (7%), dan Art and Culture 10 foto (70%).

3. Dengan perolehan nilai rata-rata yang ada , maka foto-foto jurnalistik yang di muat pada Harian Analisa sudah mendapatkan sentuhan aspek estetika yaitu setelah dilakukan analisis berdasarkan aspek komposisi dengan kategori foto

(14)

14

sangat baik berjumlah 3 foto = 21%, kategori baik berjumlah 7 foto = 50%, dan kategori cukup baik berjumlah 4 foto = 29%, kategori tidak baik tidak ada ditemukan pada foto ini.

4. Berdasarkan aspek pencahayaan foto-foto yang terdapat dalam rubrik foto pada Harian Analisa yang mencapai kategori foto yang sangat baik berjumlah 2 foto = 15%, kategori baik berjumlah 9 foto = 65% dan kategori cukup baik berjumlah 3 foto = 21%, dengan kategori tidak baik tidak ada ditemukan pada foto ini.

5. Berdasarkan aspek ketajaman foto-foto jurnalistik yang terdapat dalam rubrik

foto pada Harian Analisa yang mencapai kategori baik berjumlah 12 foto =85%, dan kategori cukup baik berjumlah 2 foto = 15%, dengan tidak ditemukannya kategori sangat baik dan kategori tidak baik pada foto ini.

6. Berdasarkan aspek irama terdapat 2 foto = 15%dengan kategori sangat baik,

kategori baik berjumlah 10 foto = 70% dan kategori cukup baik berjumlah 2 foto = 15%, dengan tidak ditemukannya kategori tidak baik pada foto ini.

7. Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti yaitu berjumlah 14 foto maka setelah

di analisis dengan menga mbil nilai rata-rata maka foto yang mencapai kategori baik berjumlah 11 foto = 80% dan yang mencapai kategori cukup baik berjumlah 3 foto = 21%.

Saran

Dari hasil penilaian dan pembahasan maka hal yang perlu diperhatikan untuk langkah kedepannya agar lebih baik adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghasilkan sebuah foto jurnalistik yang me miliki pesan berita serta sentuhan aspek estetika yang baik, seorang jurnalis foto disamping memiliki wawasan tentang esensi foto jurnalistik harus juga menguasai aspek teknis fotografi serta familiar dengan estetika.

2. Agar menghasilkan karya fotojurnalistik yang baik tentunya dala m menyajikan berita visual melalui foto pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat harus memiliki tema dan konsep melalui caption yang ada.

3. Untuk menghasilkan karya foto yang baik melalui aspek komposisi jurnalis foto harus memperhatikan objek yang akan di foto agar menciptakan keseimbangan dalam komposisi foto tersebut.

4. Pada aspek pencahayaan pemotretan foto jurnalistik sering dilakukan diluar ruangan tentunya sangat penting bagi jurnalis foto untuk memperhatikan cahaya matahari agar foto yang dihasilkan tidak mengalami over exposure dan under exposure. Ketajaman serta ira ma juga sangat perlu diperhatikan untuk menghasilkan sebuah karya foto yang indah dan tentunya dibingkai dengan tema atau pesan yang terkandung dalam foto tersebut.

Te ntang Penulis:

Farida Deliyanti. T, alumni Jurusan Pendidikan Seni Rupa Unimed tahun 2008. Fuad Erdansyah sebagai dosen pembimbing skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Yuyun. 2012. Photography From My Eyes. Jakarta: Pt Elex Media Komputindo.

(15)

15

Audy Mirza, Alwi. 2004. Foto Jurnalistik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aditiawan, Rangga. 2010. Belajar Fotografi. Jakarta: Niaga Swadaya. Dharsono. 2007. Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.

Dr.A.A.M.Djelantik. 1990.Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid 1 Estetika Instrumental. Denpasar. Seklah Tinggi Seni Indonesia (STSI).

Gie Liang, The.1997. Filsafat Keindahan.Yogyakarta. Pusat Belajar Ilmu Berguna. KBBI. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Lesmana, Nana. 2011. Memotret Dengan DSLR. Jakarta: PT Trans Media.

Langford,Michael dan Philips Andrews. 2009. Langford’s Starting Photography. Elsevier Ltd

Pristiwti, Rahayu. 2004. Berita dan Wacana Berita. Jurnal Bahasa dan Sastra, 20. Pramana Darwis, Roy. 2011. Fotografi Digital.Yoyakarta: Klik Publishing. Rahman, Abdul.Moch. 2008. Estetika Dala m Fotografi Estetik: Jurnal Fakultas Seni dan Desain-Universitas Negeri Malang, Vol 2

Safitri, Elvi. 2008. Pengertian Fotografi. Jurnal Seni Rupa FBS-UNIMED, Vol 5 (2) 30.

Saleh, Khaerul. 2004. Seni Fotografi Sebagai Dokumentasi: Jurnal Seni Rupa FBS-UNIMED, Vol 1 (2) 125.

Santoso, Budhi. 2004. Bekerja Sebagai Fotografer. Jakarta: Erlangga.

Sembiring, Der mawan. 2008. Estetika. Medan: Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supriyono, Rakhmat. 2012. Your Guide to Good Photography. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Wijaya, Taufan. 2011. Foto Jurnalistik. Jakarta: CV. Sahabat.

Yuliadewi, Lesie.2000. Komposisi Dala m Fotografi: Jurnal Fakultas Seni dan Desain-UKP, Vol 2 (1) 48-49.

Referensi

Dokumen terkait

Jika peubah bebas Transparancy , Accountability , Responsibility , Independency , dan Fairness bernilai nol, maka peubah terikat Kinerja non-keuangan perusahaan

Selanjutnya Ornstein, (1990) dalam (Mulyasa, 2007) merekomen- dasikan bahwa untuk membuat RPP yang efektif harus berdasarkan pengetahuan terhadap: tujuan umum sekolah,

Gambaran Family Functioning dan Kualitas Hidup pada Anggota Keluarga yang Merawat Penderita Skizofrenia ( Family Functioning and Quality of Life to Family Member of

Tawuran yang dilakukan pelajar merupakan reaksi dari komunikasi kekerasan yang kerap dilakukan di lingkungan sekolah yang sampai saat ini belum benar-benar dapat

Sedangkan pada responden yang memiliki paritas pada kategori tidak berisiko dan mengalami pre-eklamsi hanya 47,6% Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan

.go .id.. oleh industri formal. Dominasi tersebut dapat dilihat dari persentase jumlah industri formal yang mencapai lebih dari 70 persen. Jenis industri yang

Bila dilihat silsilah sanad hadits diatas, dapat diketahui bahwa sanadnya adalah muttasil (bersambung) mulai dari Abu Bakar ibn Nafi‘ sampai Sahabat Anas ibn Malik, sebab setiap

Selain itu penelitian ini juga didukung studi empiris yang dilakukan oleh Marbun (2012) dengan menganalisis pengaruh penanaman modal dalam negeri, inflasi dan