• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK SWITCHING PCM DAN MATRIKS SWITCH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK SWITCHING PCM DAN MATRIKS SWITCH"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK SWITCHING

(2)

Pendahuluan

Konsep dasar



Merupakan metode umum untuk mengubah sinyal analog

menjadi sinyal digital



Dalam sistem digital, sinyal analog yang dikirimkan cukup

dengan sampel-sampelnya saja

dengan sampel-sampelnya saja



Sinyal suara atau gambar yang masih berupa sinyal listrik

analog diubah menjadi sinyal listrik digital melalui 4 tahap

utama, yaitu :



Sampling



Quantisasi



Pengkodean

(3)

Sampling

 Hasil penyamplingan berupa PAM (Pulse Amplitude Modulation)

1. Sampling

 Untuk mengirimkan informasi dalam suatu sinyal, tidak perlu seluruh sinyal

ditransmisikan, cukp diambil sampelnya saja  Sampling : proses pengambilan sample atau

contoh besaran sinyal analog pada titik tertentu secara teratur dan berurutan

 Frekuensi sampling harus lebih besar dari 2 x frekuensi yang disampling

(sekurang-kurangnya memperoleh puncak dan lembah)

LPF Sam pling



Dalam sampling yang dipentingkan

adalah periode sampling bukan lebar

pulsa sampling



Menurut teorema nyquist bila frekuensi

sampling lebih kecil dari frekuensi

informasi/sumber maka akan terjadi

penumpukan frekuensi/aliasing

kurangnya memperoleh puncak dan lembah) [teorema Nyqust]

fs = Frekuensi sampling

fi = Frekuensi informasi/sumber (yang disampling) CCITT : fs = 8000 Hz

fi = 300 – 3400 Hz (Sinyal Bicara)

Artinya sinyal telepon disampling 8000 kali per detik

fs > 2 fi

(4)

Sampling

t f

spektrum frekuensi sinyal asal

t f fs teorema Nyquist t pulsa sampling f

spektrum frekuensi pulsa sampling

0 2fs fs 2fs 3fs fs > fi fs 2fs 3fs fs = fi fs 2fs 3fs fs < fi

(5)

Kuantisasi

 Proses menentukan segmen-segmen dari amplitudo sampling dalam level-level kuantisasi

 Amplitudo dari masing-masing sample dinyatakan dengan harga integer dari level kuantisasi yang terdekat

 Adanya pendekatan / pembulatan tersebut menimbulkan

Derau Kuantisasi

Ada 2 (dua) cara kuantisasi

Kuantisasi Linear (Uniform)

 Selang level kuantisasi sama untuk seluruh level kuantisasi.

 Besarnya noise kuantisasi sama untuk seluruh level,

tetapi noise relatifnya tidak sama antara level yang satu dengan lainnya

 Misal skala bagian positif dibuat sama besar +1, +2, …,+8, demikian juga pada bagian negatif –1, -2, …, -8 karena dimulai dari +8 s.d –8 sehingga dibutuhkan 16 macam kode bit yang memerlukan 4 bit binary

4 3 2

1 macam kode bit yang memerlukan 4 bit binary

 Kelemahan : bila level sampling menghasilkan amplitudo

level yang berkisar +1 dan –1 hanya dideteksi satu level, menimbulkan noise, diatasi dengan memperkecil skala segmen tapi akan menambah bit pengkodean

Quantizer 1 0 -1 -2 -3 3 2 1 0 -1 -2 -3 4 +6 +5 +4 +3 +2 +1 -1 -2

(6)

Kuantisasi

 Kuantisasi Tidak Linear (Non Linear)

 Perbaikan dari kuantisasi linear pada level rendah

 Ada dua cara kuantisasi tidak linear :

 Langsung menggunakan kuantisasi

tidak linear

 Level kuantisasi diperkecil untuk level sinyal rendah

 Level kuantisasi diperbesar untuk

Companding

 Selang dibiarkan seragam, tetapi sebelum kuatnitsasi amplitudo sinyal kecil diperbesar dan amplitudo sinyal pulsa besar diperkecil. Operasi yang dilakukan disebut sebagai kompresi (comp) dan ekspansi (exp), yang disebut dengan companding

In p u t O u tp u t

 Level kuantisasi diperbesar untuk level sinyal tinggi

 Hasil sampling pada sinyal-sinyal yang rendah dapat dibedakan dengan beberapa kode yang berbeda sehingga mengurangi noise.

 Ada dua aturan companding yang digunakan :

 Aturan A (A-Law) : PCM – 30 Eropa terdiri atas 13 segmen

 Aturan u (u – Law) : PCM – 24 AS & Jepang terdiri

atas 15 segmen +6 +5 +4 +3 +2 +1 -1 -2 Input Output Compressing Expanding

(7)

Kuantisasi

2 3 4 5 6 7 0 2 3 1 1 Companding 4 5 6 7 A-law µµµµ-law

(8)

Pengkodean

Pengkodean

 Pengkodean adalah proses mengubah

(mengkodekan) besaran amplitudo

sampling ke bentuk kode digital biner.

 Pemrosesan dilakukan secara elektronik

oleh perangkat encoding menjadi 8 bit word PCM yang merepresentasikan level hasil kuantisasi yang sudah ditentukan

yaitu dari –127 sampai dengan +127 Keterangan :

M S S S A A A A

7 6 5 4 3 2 1 0

yaitu dari –127 sampai dengan +127 interval kuantisasi.

 Bit paling kiri dari word PCM jika = 1

menyatakan level positif dan jika = 0 berarti level negatif.

 Pengkodean menghasilkan total 256 beda

sampling (256 subsegmen) yang

memerlukan 8 bit (28 = 256)

Keterangan :

M = Mark atau tanda level 1 = amplitudo positif 0 = amplitudo negative S = Segmen 000 = segmen 0 001 = segmen 1 . . 111 = segmen 7 A = sub-segmen 0000 = 0 . . 1111 = 15 µ-law

(9)

Pengkodean

128 112 96 80 64 3 4 5 6 7 128 114 116 118 120 122 124 126 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 +49 ... +64 +65 ... +80 +81 ... +96 +97 ... +112 +113 ... +128 48 32 16 0 0 1 2 +1 ... +32 +33 ... +48 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

(10)

Multipleksing

Multipleksing

 Fungsi : - Untuk penghematan transmisi

- Menjadi dasar penyambungna digital

 TDM digunakan dalam pentransmisian sinyal digital. Sinyal suara (analog) diubah dalam bentuk digital melalui proses sampling dan coding, setelah itu baru di multiplex.

LPF Sam pling Kuantis as i Coding M ultiple k s ing

LPF Sam pling Kuantis as i Coding

(11)

KARAKTERISTIK PCM

Aturan dasar



Rekomendasi CCITT G.732 : PCM 30 mengkobinasikan 30 kanal bicara pada satu jalur

highway dengan bitrate 2048 Kbps



Rekomendasi CCITT G.733 : PCM 24 mengkobinasikan 24 kanal bicara pada satu jalur

highway dengan bitrate 1544 Kbps



Keduanya merupakan rekomendasi dasar atau basic struktur PCM yang disebut juga

dengan “Primary Transmission System” atau “Primary Digital Carrier (PDC)”

Persamaan PCM 30 dengan PCM 24



Frekuensi Sampling

: 8 KHz



Jumlah sampling per time slot

: 8000 sample/detik



Periode pulse frame

: T = 1/f = 125 usec



Jumlah bit dalam 1 time-slot

: 8 bit

(12)

KARAKTERISTIK PCM

No Parameter PCM 30 PCM 24

1 Coding/Encoding A – law µ – law

2 Jumlah segment 13 segment 15 segment

3 Jumlah ts / frame 32 ts 24 ts

Perbedaan PCM 30 dengan PCM 24

4 Jumlah bit / frame 8 x 32 = 256 8 x 24 + 1 = 193

5 Periode 1 ts 125 us/32 = 3,9 us 125 us/24 = 5,2 us

6 Bitrate / frame 2048 Kbps 1544 Kbps

7 Signalling (CAS) Dikumpulkan pada ts 16 setiap 16

frame (2 Kbps)

1 bit perkanal setiap 6 frame (1,3 Kbps)

8 Signaling (CCS) 8 bit pada ts 16 (64 Kbps) 1 bit pada setiap frame genap

(4 Kbps)

9 Pola frame – alignment 7 bit pada ts0 setiap frame ganjil 1 bit tersebar pada setiap frame ganjil

(13)

Pulse frame PCM

Pulse Frame PCM30

 Satu pulse frame PCM30 terdiri dari 32 time slot (32 ts).

 30 ts dipakai untuk kanal telepon, satu ts (ts0)

mempunyai 2 fungsi yang dipakai secara

bergantian pada satu multi frame.

 Satu multi frame terdiri dari 16 frame (frame 0 sampai dengan frame 15)

 Ts0 pada frame 0, 2, 4 s.d 14 digunakan untuk

menandai awal pulse frame yang disebut

Bit ke 7 6 5 4 3 2 1 0 Kode Biner X 0 0 1 1 0 1 1

Susunan bit pada ts 0

Time slot 0 sebagai Frame Alignment Signal (FAS)

• Bit ke-7 = X sampai saat ini belum digunakan boleh 0 atau 1, disediakan untuk kode internasional

• Bit ke-6 s.d 0 : Diisi data 0011011 digunakan sebagai kode awal

 Ts0 pada frame 0, 2, 4 s.d 14 digunakan untuk

menandai awal pulse frame yang disebut

dengan Frame Alignment Signal (FAS) dengan kode X0011011

 Ts0 pada frame 1, 3, 5 s.d 15 digunakan

sebagai service word untuk mengirimkan pesan-pesan alarm dengan kode X1DYYYYY

 Satu ts lainnya (ts16) pada frame 1, 2, 3 s.d 15 digunakan untuk memproses Line Signalling seperti pulsa dial, answer signal, release signal, dll yaitu signal yang termasuk dalam kategori Channel Associated Signalling (CAS).

 Sedangkan ts16 pada frame-0, khusus

digunakan untuk Common Channel Signalling (CCS)

• Bit ke-6 s.d 0 : Diisi data 0011011 digunakan sebagai kode awal dari urutan frame

Time Slot 0 sebagai byte Service Word

 Bit ke-7 = X belum digunakan, untuk kode Internasional

 Bit ke-6 = 1 kode ini selalu 1, untuk membedakan FAS dengan Service Word

 Bit ke-5 = D Digunakan untuk kode alarm urgent secara Internasional

 Jika D = 0 artinya kondisi baik (tidak ada alarm)

 Jika D = 1 artinya terjadi alarm, mungkin catuan

hilang tapi signal masih muncul, CODEC rusak, jejak frame hilang, Frame Alignment salah, dll  Bit ke-4 s.d 0 (Y) disediakan untuk pemakaian setempat

(pemakaian nasional)

Bit ke 7 6 5 4 3 2 1 0 Kode Biner X 1 D Y Y Y Y Y

(14)

Multiframe PCM

Multiframe

 Multiframe adalah deretan 16 buah frame PCM30

(frame 0 s.d 15) digunakan untuk membentuk jalur 30 buah trunk digital

 Satu frame (pulse frame) mempunyai panjang waktu 125 us berisi 32 ts. Panjang waktu satu multi frame = 16 x 125 us = 2 mdetik

 Multiframe diperlukan karena dalam proses signaling CAS memerlukan 1 time-slot khusus untuk dapat mengirimkan Line Signalling seperti pulsa 60 mdetik dan 40 mdetik dari signal dekadik, seizing, atau clear

Nomer Frame 0 1 Alokasi bit ts 16 bit 5 - 8 a b c d bit 1 - 4 a b c d LOSS OF MAS (D D X X) Signalling untuk kanal 1 Signalling untuk kanal 16 MAS (0 0 0 0) 1 Signalling Signalling

Susunan ts 16 untuk CAS

dan 40 mdetik dari signal dekadik, seizing, atau clear signal dll.

 Umumnya satu jalur pelanggan memerlukan satu

time slot sendiri untuk signalling atau bisa juga bersifat common (pemakaian bersama).

 Time Slot yang digunakan hanya satu time slot yaitu time slot 16 dari setiap frame PCM30 dalam satu multi frame.

 Satu multi frame PCM30 ada 16 time slot yang

digunakan untuk signalling (yaitu ts 16 ini dibagi menjadi 2 bagian yang masing-masing terdiri dari 4 bit (1 nible) bit a b c d, yang digunakan kiri dan kanan dari setiap frame. Sehingga 16 buah time slot tersebut sudah melebihi untuk digunakan sebagai signalling CAS

 Satu ts16 dipakai oleh pensinyalan 2 kanal telepon, sehingga untuk 30 kanal telepon diperlukan 15 buah ts16.

 satu ts 16 sisanya digunakan sebagai Multiframe Alignment Signal (MAS) yaitu ts16 pada frame 0

1 Signalling untuk kanal 2 Signalling untuk kanal 17 1 Signalling untuk kanal 15 Signalling untuk kanal 30

D kondisi normal = 0, akan berubah menjadi = 1 bila terjadi kehilangan Multi Frame Alignment Signal X belum dipakai dan biasanya diset = 1

(15)

Multiframe PCM

FAW ... ... ALARM ... 1 ... FAW ... ... 16 1 17 FRAM E 0 FRAM E 1 FRAM E 2 TS 0 TS 1 TS 2 TS 16 TS 30 TS 31 0 1 2 3 15 16 17 29 30 31 125 µ 125 µ 125 µ 125 µ s 1 2 3 4 5 6 7 8 8 Bit Inform as i

Multiframe Pada PCM 30

ALARM ... 3 18 ... b c d a a b c d FRAM E 3 FAW ... 14 29 ... FRAM E 14 ALARM ... 15 30 ... FRAM E 15 CH. 3 CH. 18 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 Bit Inform as i

M FAW atau s ignalling FAW pada fram e ge nap

Alar m Signal pada fr am e Ganjil

(16)

Orde Transmisi Digital

Orde Tingkat Tinggi Transmisi Digital

 Dengan cara multiplexing jumlah kanal (time-slot) per highway dapat ditingkatkan. Umumnya faktor perkalian yang digunakan adalah 4 yaitu 4 x PDC, 4 x SDC dan seterusnya.

 CCITT merekomendasikan sistem transmisi orde tingkat tinggi sebagai berikut :

Hirarki transmisi digital TDM

LEVEL GROSS RATE MBIT/S

KAPASITAS KANAL 64 KBIT/S

SISTEM TRANSMISI YANG AVAILABLE

1 2,048 (2) 30

Symmetric pair cable

Transverse screened copper cable Microwave radio

2 8,448 (8) 120

Carrier copper cable Optical fibre Microwave radio 3 34,368 (34) 480 Coaxial cable Optical fibre Microwave radio 4 139,264 (140) 1960 Microwave radio Coaxial cable Optical fibre 5 563,992 (565) 7840 Optical fibre

(17)

Contoh soal

Contoh Soal

1.

Jika waktu yang diperlukan 1 multiframe

125

µ

s dan waktu per timeslot 244 nsec.

Berapa jumlah timeslot dalam frame

tersebut ?

2. Duatu sinyal sampling PCM 30 beramplitudo positif, terletak pada segmen ke-5 dan sub-segmen ke-15, ditanyakan :

a). Berapa kode PCM word-nya ?

b). Berapa bit rate kanalnya ? c). Berapa panjang 1 frmae-nya ?

(18)

Contoh soal

Contoh Soal

1.

Jika waktu yang diperlukan 1 multiframe

125

µ

s dan waktu per timeslot 244 nsec.

Berapa jumlah timeslot dalam frame

tersebut ?

 Jawaban

Diketahui :

t multiframe= 125 ms ttimeslot = 244 nsec

2. Duatu sinyal sampling PCM 30 beramplitudo positif, terletak pada segmen ke-5 dan sub-segmen ke-15, ditanyakan :

a). Berapa kode PCM word-nya ?

b). Berapa bit rate kanalnya ? c). Berapa panjang 1 frmae-nya ?

d). Berapa panjang waktu satu multiframenya ?

Jawaban :

 Penyelesaian :

1 multiframe = 16 frame PCM t 1 frame=

ts/frame =

atau dengan cara lain : s s µ µ 8125 , 7 16 125 = timeslot n s 32 sec 244 8125 , 7 = µ timeslot frame timeslot n s multiframe ts 32 16 512 sec 244 125 1 = = =

µ Jawaban : a). PCM word : 1 101 1111

b). Bit rate kanal PCM ; 8000 x 8 x 32 =2.048 Kbps c). T1 frame = 125µs/32 = 3,9µs

(19)

Penyusunan Matriks dan Perhitungan Jumlah Crosspoint

Pendahuluan

 Elemen dasar switching matriks adalah switch.

 Switch dengan n terminal input dan n terminal output adalah jika setiap inlet pada n terminal input dapat disambungkan dengan setiap outlet pada m terminal output atau disebut sebagai switch n x m (n x m switch).

 Switching matriks yang paling sederhana adalah matriks satu tingkat (single stage switching matrix).

) 1 ( − =N N X N 1 2 3 4 5 a. Matrik segitiga 1 2 3 4 5 ) 1 (NN

b. Matrik Bujur sangkar

1 2 3

N

1 2 3 N

c. Full interconnection crosspoint

Kelemahan matrik tunggal :

• Jumlah cross point sangat besar jika jumlah inlet/outlet bertambah • Capasitive loading yang timbul pada jalur bicara akan besar

• Satu cross point dipakai khusus untuk hubungan yang spesifik. Jika cross point tersebut terganggu maka hubungan tidak dapat dilakukan (block). Kecuali pada matrik bujur sangkar, tetapi harus dilakukan modifikasi algoritma pemilihan jalur dari inlet oriented ke outlet oriented

• Pemakaian cross point tidak efisien, karena dalam setiap baris/kolom haya 1 cross point saja yang dipakai.

• Untuk mengatasi kelemahan matrik tunggal, maka digunakanlah switching netork bertingkat (multiple stage switching)

NxN X N = 2 ) 1 ( − =N N X N

(20)

Penyusunan Matriks dan Perhitungan Jumlah Crosspoint

n.k N/n .N/n k.n

N/n

array k array arrayN/n

multistage switch

n.k n.k N/n .N/n N/n .N/n k.n k.n N inlet N outlet

( )

( )

n

k

n

N

n

N

n

N

k

k

n

n

N

X

N

=

+

+

2

2

+

=

n

N

k

Nk

X

N

(1)

N

X

= jumlah crosspoint total

N = jumlah inlet/outlet

n = ukuran dari setiap switch block atau setiap group

inlet/outlet

(21)

Sifat Multistage

Sifat yang menarik dari matrik tunggal adalah ia bersifat non-blocking sedangkan pada SN bertingkat dimana pemakaian cross point secara sharing maka memunculkan kemungkinan blocking

Agar SN bertingkat bersifat non-blocking, Charles Clos dari Bell Laboratories telah menganalisa berapa jumlah matrik pada center stage yang diperlukan.

1

2

=

n

k

.)

(min

1

2

1

)

1

(

)

1

(

1

2

=

+

+

=

=

n

n

n

k

n

k

)

1

2

(

4

=

N

N

N

x

2

)

1

2

(

)

1

2

(

2

+

=

n

N

n

n

N

N

X (2)

0

=

dn

dN

X 1/2

2

=

N

n

(3)

(2) (3)

Jumlah crosspoint

minimum :

(22)

Penyusunan Matriks dan Perhitungan Jumlah

Crosspoint

soal 1 Jawaban N(N - 1)/2 N(N-1) 1 N 1 N 1 N 1 N

Segitiga M. Bujur sangkar

N X N 1

N

1

N Full Connection Switch

Matrik tunggal

Bila diketahui suatu switching network mempunyai group inlet dan outlet = 100, jumlah inlet dan outletnya 1000 se-dangkan jumlah array tengahnya = 10, hi-tung jumlah matrik bila disusun dalam matrik tunggal dan matrik 3 tingkat. Jawaban Diketahui : n = 100 N = 1000 k = 10 10 x 10 10 x 10 100 x 10 1 100 100 x 10 1 100 100 x 10 1 100 10 x 100 1 100 10 x 100 1 100 10 x 100 1 100 1 10 Matrik 3 tingkat

(23)

Penyusunan Matriks dan Perhitungan Jumlah

Crosspoint

soal 1 Jawaban N(N - 1)/2 N(N-1) 1 N 1 N 1 N 1 N

Segitiga M. Bujur sangkar

N X N 1

N

1

N Full Connection Switch

Nx = N x N Nx = N(N-1)/2 Nx = N(N-1) = 103 x 103 = 103(103-1)/2 = 103(103-1)

Matrik tunggal

Bila diketahui suatu switching network mempunyai group inlet dan outlet = 100, jumlah inlet dan outletnya 1000 se-dangkan jumlah array tengahnya = 10, hi-tung jumlah matrik bila disusun dalam matrik tunggal dan matrik 3 tingkat. Jawaban Diketahui : n = 100 N = 1000 k = 10 = 10 x 10 = 10 (10 -1)/2 = 10 (10 -1) = 106 cp = 499,5 x 103cp = 949 x 103cp 10 x 10 10 x 10 100 x 10 1 100 100 x 10 1 100 100 x 10 1 100 10 x 100 1 100 10 x 100 1 100 10 x 100 1 100 1 10 Nx = 2 Nk + k (N/n)2 = 2 x 103x 10 + 10 (103/102)2 = 21 x 103cp Matrik 3 tingkat

(24)

Penyusunan Matriks dan Perhitungan Jumlah

Crosspoint

soal 1

Bila diketahui suatu switching network mempunyai

group inlet dan outlet = 100,

jumlah inlet dan

outletnya 1000 se-dangkan jumlah array tengahnya

= 10, hi-tung jumlah matrik bila disusun dalam matrik

Diketahui :

n = 100

N = 1000

k = 10

= 10, hi-tung jumlah matrik bila disusun dalam matrik

tunggal dan matrik 3 tingkat.

(25)

Penyusunan Matriks dan Perhitungan Jumlah

Crosspoint

soal 1 Jawaban Diketahui : Matrik tunggal

Bila diketahui suatu switching network mempunyai group inlet dan outlet = 100,

jumlah inlet dan outletnya 1000 se-dangkan jumlah array tengahnya = 10, hi-tung

jumlah matrik bila disusun dalam matrik tunggal dan matrik 3 tingkat.

Diketahui : n = 100 N = 1000 k = 10 N(N - 1)/2 N(N-1) 1 N 1 N 1 N 1 N

Segitiga M. Bujur sangkar

N X N 1

N

1

N Full Connection Switch

Nx = N x N Nx = N(N-1)/2 Nx = N(N-1)

= 103 x 103 = 103(103-1)/2 = 103(103-1)

(26)

Penyusunan Matriks dan Perhitungan Jumlah

Crosspoint

soal 1 Jawaban Diketahui : n = 100 N = 1000 1 1 1

Bila diketahui suatu switching network mempunyai group inlet dan outlet = 100, jumlah inlet dan

outletnya 1000 se-dangkan jumlah array tengahnya = 10, hi-tung jumlah matrik bila disusun dalam

matrik tunggal dan matrik 3 tingkat.

N = 1000 k = 10 10 x 10 10 x 10 100 x 10 1 100 100 x 10 1 100 100 x 10 100 10 x 100 1 100 10 x 100 1 100 10 x 100 100 10

Nx = 2 Nk + k (N/n)2

= 2 x 10

3

x 10 + 10 (10

3

/10

2

)2

= 21 x 10

3

cp

Matrik 3 tingkat

(27)

Penyusunan Matriks dan Perhitungan Jumlah Crosspoint

Diketahui suatu switching network yang bersifat non-blocking mempunyai

jumlah inlet/outlet (N) sebanyak 5000 saluran, tentukan :



Jumlah group inlet/outletnya



Jumlah array tengahnya (k)

soal 2



Jumlah array tengahnya (k)



Gambar switch

(28)

Jawaban : a.

( )

50

2

1

2500

2

1

2

5000

2

1

2

=

=

=

=

N

n

b.

k

=

2

n

1

=

( )

2

x

50

1

=

100

1

=

99

b.

k

=

2

n

1

=

( )

2

x

50

1

=

100

1

=

99

c.

Jumlah inlet/outlet switch (N)

= 5000

Jumlah group inlet/outlet (n)

= 50

Jumlah array tengah (k)

= 99

d.

N

(

N

)

x

(

x

)

x

(

)

cp

X

(29)

50 x 99 50 100x100 99 x 50 50 1

.

.

.

.

.

.

.

.

1 1

.

.

.

.

5000 5000 50 x 99 50 100x100 99 x 50 50 100

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

99 100 5000 5000

(30)

Penyusunan Matriks dan Perhitungan Jumlah Crosspoint

a. Gambarkan switching networknya

Suatu switching Network berting-kat-3 mempunyai kapasitas 600 saluran

pelanggan, 300 saluran untuk trunk dan 100 saluran untuk kebutuhan

lainnya. Jika dipilih tiap group inlet/outletnya = 40, bersifat non-blocking :

soal 3

(31)

Diketahui :

N = 600 + 300 + 100 = 1000

n = 40

k = 2n – 1 = 2 x 40 - 1 = 79

40 x 79 40 25 x 25 79 x 40 40

a. Gambar Switching Network

40 x 79 40 x 79 40 40 25 x 25 25 x 25 79 x 40 40 79 x40 50 1 25

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

1 1

.

.

.

.

.

79 25 1000 1000

(

N

)

x

(

x

)

cp

N

N

X

4

2

1

4

1000

2

1000

1

174

.

885

b.

=

=

=

(32)

PROBABILITAS BLOCKING LEE GRAPH



Switching non blocking memang

dibutuhkan oleh hubungan telepon.



Tetapi dengan alasan ekonomis

dalam implementasi pada jaringan,

kapasitasnya dibatasi pada

jam-jam trafik sibuk (puncak).



Umumnya peralatan telepon

didesain dengan memberikan

probabilitas blocking maksimum

x a) SN tiga tingkat m m x y m

didesain dengan memberikan

probabilitas blocking maksimum

pada jam sibuk.



Nilai probabilitas blocking ini

merupakan salah satu aspek dari

Grade of Service (aspek lainnya

dari GOS adalah : availability,

transmission quality, delay pada

panggilan).



Salah satu konsep penghitungan

probabilitas blocking yaitu metode

probability graph C.Y Lee.

10 x y b) SN empat tingkat x 10 10 y

(33)

x a) SN tiga tingkat m m x y m



Metode ini menggunakan analisis

matematis linier graph (grafik linier)

yang terdiri dari node-node untuk

menyatakan tingkat switching (stage)

dan garis cabang untuk menyatakan

link antar stage.



Linier graph menyatakan

kemungkinan semua jalur yang

dapat ditempuh dari suatu inlet pada

a) SN tiga tingkat

10 x y b) SN empat tingkat x 10 10 y

dapat ditempuh dari suatu inlet pada

stage pertama ke suatu outlet yang

berada pada output stage terakhir

secara point to point



Metode Lee dipakai untuk

menentukan probabilitas blocking

berbagai struktur switching dengan

menggunakan prosentase

pemakaian link atau beban link

individual.



Notasi p menyatakan bagian dari

waktu dimana suatu link sedang

dipakai (p = probabilitas link sibuk).

Dan probabilitas link bebas (idle)

dinyatakan dengan

(34)

PROBABILITAS BLOCKING LEE GRAPH

Link Tunggal

Pada gambar diatas, misal beban yang dibawa adalah a Erlang, maka

probabilitas link sibuk p = a, probabilitas link bebas q =1- p =1- a

Maka probabilitas semua link sibuk atau probabilitas blocking B = p = a

(karena jumlah link hanya satu).

(35)

Link Paralel

Probabilitas 1 link sibuk p = a

Probabilitas kedua link sibuk bersamaan : B = p2

Probabilitas memperoleh link yang bebas : Q = 1 – p

Jika ada n buah link paralel maka

: B = p

N

(36)

Link Seri

P2

P1

q1 = 1 - p1

q2 = 1 - p2

x

y

Untuk menghubungkan inlet x ke outlet y, diperlukan kedua link

(

1

1

)(

1

2

)

2

.

1

q

p

p

q

Q

=

=

2

1

1

1

q

q

B

Q

B

=

=

Untuk menghubungkan inlet x ke outlet y, diperlukan kedua link

diatas secara bersamaan. Probabilitas memperoleh hubung

(37)

Secara umum untuk sistem dengan n buah link seri :

(

)

1

(

1

1

)

1

1

1

a

t

q

B

n i i

q

Q

=

=

=

=

2

1

2

2

1

2

2

1

q

B

q

Q

Atau

q

B

q

Q

q

q

q

Jika

=

=

=

=

=

=

(38)

PROBABILITAS BLOCKING LEE GRAPH

p'

p'

p'

p'

p'

p'

p

p

Probabilitas Blocking Linier Graph dari SN tiga tingkat

n

k









=

2

β

p'

1

1

B

k

p'

β

β

p

p

n

k

k

n

p

p

=

=

=

'

maka

/

dimana

'

Probabilitas semua jalur sibuk :

(

)

k

q

B

=

1

'

2

dimana ;

n

k

p

p

p

q

=

=

=

β

β

'

'

1

'

(39)

Penurunan persamaan probabilitas blocking 3 tingkat :

2

P

P'

P'

P

P' P'

B = (1 – q1q2)

2

= { 1 - (1 – P1) (1 – P2) }

2

Q1 = q1 . q2 = (1 – P1) (1 – P2)

B1 = 1 – q1q2 = 1 - (1 – P1) (1 – P2)

k

P

P'

P'

P

P1 = P2 = P’ q1 = q2 = q’

Q1 = (q’)

2

= (1 – P’) (1 – P’) = (1 – P’)

2

B1 = 1 - (1 – P’)

2

B = { 1 - (1 – P’)

2

}

k

P’ =

β

p

B = { 1 - (1 –

β

'

p

)

2

}

k

(40)

PROBABILITAS BLOCKING LEE GRAPH



Probabilitas blocking Switching Network 5 tingkat

2 2 2 1 2 1 2 1

k

x

n

n

n

N

x

n

n

N

k

x

n

1 1

x

k

n

1

n

n

1 1 1

x

k

n

N

N

five stage sw itching netw ork 1

n

1

n

n

1 1

n

1

n

N

1

n

N

1

n

N

1

n

N

N

N

1 2 3 4 5

(

)

[

]

{

}

1 2

k

k

2

2

2

1

1

1

q

q

1

B

=

dimana : q1 = 1 – P1

q2 = 1 – P2

(41)

PROBABILITAS BLOCKING LEE GRAPH



Probabilitas blocking Switching Network 5 tingkat

A 1 B 2 1       = 1 1 1 k n p P             = 2 2 1 1 2 k n k n p P       = 1 1 1 k n p P 1 2 k 2 P 2 P P2 QA = (q2) 2 BA = 1 - (q2)2 k2 A B 2 P P2 BB= (1 – (q2)2) k2 A 1 B 2 A 1 B 2 1 P P1 1 P 1 P 2 1 1 k 2 k 2 k P P 2 2 P 2 P 2 P 2 P 2 P BB= (1 – (q2) ) QB= 1 – (1 – (q2)2) k2

(

2

)

2 2 1 1− −q k 1 q q1 QC= (q1)2(1 – (q2)2) k2 BC= 1 - (q1)2(1 – (q2)2) k2

(

2

)

2 2 1 1− −q k 1 q q1 1 k

( )

(

(

( )

)

)

{

2 k2

}

k1 2 q 1 1 2 1 q 1 B = − − −

(42)

2

P

P

2

Q

A

= (q

2

)

2

B

A

= 1 - (q

2

)

2

( 1 )

k

2

A

B

2

P

P

2

B

B

= (1 – (q

2

)

2

)

k2

Q

B

= 1 – (1 – (q

2

)

2

)

k2

Q

B

= 1 – (1 – (q

2

) )

(2)

(

2

)

2 2

1

1

q

k 1

q

q

1

Q

C

= (q

1

)

2

(1 – (q

2

)

2

)

k2

B

C

= 1 - (q

1

)

2

(1 – (q

2

)

2

)

k2

(3)

(

2

)

2 2 1 1− −q k 1

q

q1 1

k

( )

(

(

( )

)

)

{

2

k2

}

k1

2

q

1

1

2

1

q

1

B

=

(43)

PROBABILITAS BLOCKING LEE GRAPH

soal 1 :

 Jika diketahui blocking dari suatu switch bertingkat tiga adalah 0,002 dan kemungkinan inlet idle adalah 0,9 , besarnya factor konsentrator (β) = 0,313 maka hitunglah :

 Berapa kebutuhan Nilai k (array tengah)

 Berapa kubutuhan Ukuran group inlet /outletnya

(44)

PROBABILITAS BLOCKING LEE GRAPH

soal 1 :

 Jika diketahui blocking dari suatu switch bertingkat tiga adalah 0,002 dan kemungkinan inlet idle adalah 0,9 , besarnya factor konsentrator (β) = 0,313 maka hitunglah :

 Berapa kebutuhan Nilai k (array tengah)

 Berapa kubutuhan Ukuran group inlet /outletnya

 Jumlah crosspoint jika diketahui jumlah inlet/ouletnya 2048 Jawaban Jawaban a. q = 0,9 shg. P = 1 – q = 1 – 0,9 = 0,1 B = ( 1 – (1 – P/β)2)k 0,002 = (1 – (1 – 0,1/0,313)2)k = (0,537)k -2,69 = -0,27k k = 9,996 ≈ 10 b. β =k/n n = 10/0,313 = 31,9 ≈32 c. NX = 2 Nk + k (N/n)2 = 2 (2048) (10) + (10) (2048/32)2 = 40.906 + 40.906 = 81.920 cp

(45)

PROBABILITAS BLOCKING LEE GRAPH

Hitung probabilitas blocking total jika diketahui P1 = 0,1 dan P2 = 0,2

A

B

8

2

=

k

2

P

2

P

1

P

A

B

P

1

A

B

8

1

=

k

2

P

2

P

1

P

P

1

(46)

PROBABILITAS BLOCKING LEE GRAPH

Hitung probabilitas blocking total jika diketahui P1 = 0,1 dan P2 = 0,2

A

B

8

2

=

k

2

P

2

P

1

P

P

1

Jawaban :

Langsung

menggunakan

rumus

probabilitas blocking :

q

1

= 1 – P

1

= 1 – 0,9 = 0,1

q = 1 – P = 1 – 0,2 = 0,8

A

B

8

1

=

k

2

P

2

P

q

2

= 1 – P

2

= 1 – 0,2 = 0,8

B

total

= { 1 - (q1)

2

(1 - (1 – (q2)

2

)

k2

) }

k1

= { 1 – (0,9)2(1-(1- (0,8)

2

)

8

}

8

= { 1 – 0,81 ( 1- (0,36))

8

}

8

= { (o,19) (0,999)}

8

= (0,1899)

8

= 1,69 x 10

-6 ≈

(47)

PROBABILITAS BLOCKING LEE GRAPH

Hitung probabilitas blocking total jika diketahui P1 = 0,1 dan P2 = 0,2

A

B

8

1

=

k

8

2

=

k

2

P

2

P

1

P

P

1 2

P

P

2

Q2 = (q 2) 2 = (1 – P2) (1 – P2)

= (0,8)(0,8) = 0,64

2

P

P

2

A

B

2

P

2

P

A

B

2

P

P

2 2

k

= 8

B = ( 1 – q

2

)

k2

= (1 – 0,64)

8

= (0,36)

8

=2,8 x 10

-4

Q = 1 – B = 1 – 2,8 x 10

-4

= 0,99999

=

1

( )

2

2

2

1

1

q

k

1

P

P

1

Q

1

= (1 - P

1

)(1 – P

2

) (1 -( 1 – q

2

)

k2

) = 0,9 x 0,9 x 1 = 0,81

B = 1- Q

1

= 1 – 0,81 = 0,19

B

total

= (1 – Q

1

)

8

= ( 0,19 )

8

= 1,6798 x 10

-6

(48)
(49)

PROBABILITAS BLOCKING LEE GRAPH

Hitung probabilitas blocking total jika diketahui P1 = 0,1 dan P2 = 0,2

A B 8 1= k 8 2 = k 2 P 2 P 2 P 2 P 1 P P1 2 P P2 Q2 = (q 2) 2 = (1 – P2) (1 – P2) = (0,8)(0,8) = 0,64 2 P P2 A B 2 Jawaban :

Langsung menggunakan rumus probabilitas blocking : q1 = 1 – P1= 1 – 0,9 = 0,1 q2= 1 – P2= 1 – 0,2 = 0,8 Btotal = { 1 - (q1)2(1 - (1 – (q2)2)k2) }k1 = { 1 – (0,9)2(1-(1- (0,8)2)8}8 = { 1 – 0,81 ( 1- (0,36))8}8 = { (o,19) (0,999)}8 = (0,1899)8 = 1,69 x 10-6 A B 2 k = 8 B = ( 1 – q2)k2= (1 – 0,64)8= (0,36)8=2,8 x 10-4 Q = 1 – B = 1 – 2,8 x 10-4= 0,999991

(

2

)

2 2 1 1− −q k 1 P P1 Q1= (1 - P1)(1 – P2) (1 -( 1 – q2)k2) = 0,9 x 0,9 x 1 = 0,81 B = 1- Q1= 1 – 0,81 = 0,19 Btotal= (1 – Q1)8= ( 0,19 )8= 1,6798 x 10-6

Referensi

Dokumen terkait

sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak abstrak, serta 1 subyek dari gaya berpikir acak konkret. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

men)awab0 1Kami datang dengan suka hati1... Periode ketiga, pada masa ini dalam penciptaan alam semesta adalah proses penciptaan tata surya, termasuk bumi. Selain itu pada

59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Priorotas Plafon

Jumlah maksimal fiestapoin &amp;/ powerpoints Nasabah yang dapat ditukar dengan diskon, akan tertera pada sistim mesin EDC Mandiri pada saat transaksi kartu

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan intensi judi pada komunitas fans club ³;´

sonene for år 2002. Korrelasjonen mellom andel ikkje-vestleg innvandring og andel med låg utdanning i ei sone er sterkt positiv. Det vil seie at det er ein tydeleg tendens til at

LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA Jakarta, … ……… 201. sampai dengan tanggal ….. Selama menjalankan cuti, alamat saya di ………... Demikian permohonan ini saya

Pada tahun 1982, Eric FH Samola, waktu itu adalah Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Dengan manajemen baru, Eric