77
B A B 5
K E S I M P U L A N D A N I M P L I K A S I
5.1 Pengantar
Bab ini menyajikan keseluruhan hasil dan pembahasan yang kemudian disimpulkan untuk selanjutnya dilakukan penggeneralisasian hasil temuan kepada dunia praktiknya. Bab ini juga membahas bagaimana hasil-hasil dari penelitian ini yang kemudian bisa menjadi bahan pertimbangan untuk menambah khazanah literatur yang dapat digunakan baik oleh akademisi maupun praktisi dalam mengembangkan sistem pengukuran kineja Pemerintah. Selain itu, bab ini juga menjelaskan beberapa hal mengenai kekurangan-kekurangan yang masih terdapat dalam penelitian ini yang kemudian diikuti dengan arahan untuk peneliti-peneliti selanjutnya apabila berminat untuk mengembangkan penelitian pada topik yang serupa.
Bab ini dimulai dengan bagian diskusi dan simpulan penelitian sebagai bagian pertama. Bagian kedua disajikan implikasi dari penelitian ini. Tera-khir, dijelaskan keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini dan disu-sulkan dengan saran-saran penelitian.
5.2 Diskusi dan Simpulan Penelitian
Setelah dilakukan pengujian, baik secara kuantitatif maupun secara kuali-tatif, maka sebagai hasil penelitian ini menemukan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pengembangan sistem pengukuran kinerja
78
pada Pemerintah Pusat. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi faktor-faktor teknis (technical factors) dan faktor-faktor-faktor-faktor keorganisasian
(organiza-tional factor).
Faktor-faktor teknis yang ditemukan berpengaruh terhadap pengem-bangan sistem pengukuran kinerja Pemerintah adalah kesulitan dalam menen-tukan indikator kinerja yang terbukti memengaruhi secara signifikan pengembangan sistem pengukuran kinerja dengan tujuan penyediaan mekanisme insentif sedangkan untuk tujuan operasional dan eksplorasi tidak berpengaruh signifikan. Penjelasan yang mungkin untuk kesimpulan ini ada-lah bahwa pegawai pemerintah hanya mengalami kendala dalam menentukan indikator kinerja ketika mereka akan mengukur kinerja yang hasilnya akan dipadankan secara moneter untuk tujuan pemberian insentif, bonus, maupun remunerasi. Sedangkan jika hanya untuk tujuan operasional dan eksplorasi, kesulitan dalam menentukan indikator kinerja tidak menjadi faktor pengham-bat mereka karena mereka hanya sekedar memenuhi tuntutan tugas mereka.
Berikutnya adalah faktor latar belakang pendidikan pegawai juga ditemukan terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap pengembangan sistem pengukuran kinerja dengan tujuan operasional organisasi dan tujuan penyediaan mekanisme insentif, sedangkan untuk tujuan eksplorasi terbukti tidak berpengaruh. Hal tersebut disebabkan karena pengetahuan dan ket-erampilan yang mereka dapatkan semasa menempuh pendidikan tidak akan relevan lagi dengan perkembangan tugas kekinian mereka, sehingga latar
79
belakang pendidikan tersebut tidak berpengaruh ketika mereka akan mengembangkan sistem pengukuran kinerja untuk tujuan eksplorasi.
Faktor teknis selanjutnya adalah pelatihan pegawai. Hasil pengujian data penelitian menunjukkan bahwa pelatihan yang pegawai Pemerintah telah dapatkan terbukti berpengaruh terhadap pengembangan sistem pengukuran kinerja untuk tujuan operasional dan penyediaan mekanisme insentif, namun berbeda halnya untuk tujuan eksplorasi terbukti tidak berpengaruh signifikan. Senada dengan latar belakang pendidikan, pelatihan juga rupanya hanya dapat membekali para pegawai pengetahuan dan keterampilan secara teknis saja, dan tidak untuk mengembangkan lebih lanjut dari sistem pengukuran kinerja pada institusi mereka.
Sedangkan untuk faktor-faktor keorganisasian, pertama adalah budaya organisasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa budaya organisasi terbukti memengaruhi pengembangan sistem pengukuran kinerja Pemeritah secara signifikan untuk tujuan penyediaan mekanisme insentif dan tujuan eksplorasi. Meskipun demikian, pengembangan untuk tujuan operasional tidak ditemukan adanya pengaruh. Hal itu dimungkinkan oleh karena lingkungan kerja di kementerian sudah mendekati profesionalismean. Apalagi lingkungan pemerintah yang sering menjadi sosorotan publik, jadi lingkungan mereka pastilah lebih baik dan bukan hanya sekedar tampak menjalankan tuntutan operasional semata.
80
Faktor keorganisasian yang kedua adalah kesamaran tujuan dan sasaran organisasi. Hasil pengujian data menunjukkan bahwa tidak satupun hipotesis (hubungan) yang terbukti secara signifikan. Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa pegawai-pegawai kementerian dan lembaga-lembaga Pemerintah Pusat lebih profesional dengan tingkat pendidikan juga yang sudah diatas ra-ta-rata, sehingga mereka cenderung bekerja tanpa harus terpengaruh dengan atribut-atribut organisasinya.
Hal lain yang menjadi temuan dalam penelitian ini adalah terkait dengan kehadiran isomorphisma institusional pada proses pengembangan sistem pen-gukuran kinerja Pemerintah Pusat. Sesuai dengan apa yang telah ditemukan oleh Akbar et al. (2012) bahwa ketiga mekanisme isomorphisma yakni; koer-sif, mimetik, dan normatif terbukti terdapat dalam proses pengembangan sis-tem pengembangan sissis-tem pengukuran kinerja Pemerintah. Namun, untuk mekanisme isomorphisma mimetik tidak ditemukan secara kuat dan meya-kinkan.
Isomorphisma koersif terjadi dalam pengembangan sistem pengukuran kinerja Pemerintah Pusat karena memang secara alamiah kalau institusi pemerintah dalam menjalankan operasi/tugasnya dipengaruhi langsung oleh tekanan formal, terutama dari aturan dan perundang-undangan. Sedangkan isomorphisma normatif sangat mungkin terjadi karena tuntutan akuntabilitas kinerja dan profesionalisme pada institusi Pemerintah memang seringkali menggunakan bantuan dari para akademisi maupun jasa dari para konsultan.
81
5.3 Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian data penelitian ini, maka terdapat banyak hal yang menjadi temuan dan kemudian selanjutnya sebagai implikasi, baik secara teoritis, medologi, maupun secara praktik.
5.3.1. Implikasi Teori
Implikasi utama dari temuan yang berhasil disimpulkan dari penelitian ini adalah terdapatnya faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan sis-tem pengukuran kinerja Pemerintah Pusat. Sehingga, dalam melakukan kajian terhadap sistem pengukuran kinerja maka perlu untuk menggaris bawahi faktor-faktor yang telah terbukti secara empiris memengaruhinya ketika dikembangkan.
Selanjutnya adalah berkaitan dengan Isomorphisma Institusional. Penelitian ini juga memberikan implikasi terhadap khazanah literatur akuntansi sektor publik terkhusus mengenai mekanisme perubahan-perubahan ataupun pengadopsian sistem baru yang dilakukan oleh organisasi sektor pub-lik. Hal tersebut didukung bukti dengan ditemukannya mekanisme koersif dan normatif dalam pengembangan sistem pengukuran kinerja Pemerintah Pusat.
5.3.2. Implikasi Metodologi
Penelitian ini telah berhasil menambah deretan penelitian yang telah melakukan penelitian dengan metoda penelitian campuran, mengingat metoda
82
penelitian ini belum banyak digunakan dalam literatur akuntansi. Nilai tam-bah khusus dari penelitian ini adalah terdapatnya pengkajian untuk melakukan pendalaman dan mencari keluasan dari hasil pengujian data secara kuantitatif melalui penganalisasian secara kualitatif.
5.3.3. Implikasi Praktik
Secara praktik, hasil dari penelitian ini menyediankan beberapa temuan penting yang dapat menjadi masukan positif dalam rangka mendukung usaha peningkatan akuntabilitas kinerja dan profesionalismean Pemerintah. Im-plikasi tersebut dapat berupa penekanan pada faktor-faktor yang telah terbukti berpengaruh signifikan terhadap pengembangan sistem pengukuran kinerja Pemerintah Pusat. Salah satu misalnya, dengan terbuktinya pengaruh latar belakang pendidikan terhadap pengembangan sistem pengukuran kinerja Pemerintah, maka perlu untuk menjadi pertimbangan ketika melakukan rekrutmen pegawai berikutnya.
5.4 Keterbatasan dan Saran Penelitian
Penelitian dibidang kajian tentang sistem pengukuran kinerja pemerintah sampai saat ini masih sangat terbatas menyebabkan penelitian ini tergolong masih sangat baru dan belum banyak melalui proses perbaikan karena ku-rangnya rujukan yang tersedia. Oleh sebab itu, masih banyak terdapat keterbatasan dan kekurangan pada penelitian ini, diantaranya;
83
1) Faktor-faktor yang telah dipilih untuk diujikan sebagai faktor yang me-mengaruhi pengembangan sistem pengukuran kinerja Pemerintah dalam penelitian ini masih belum cukup untuk menangkap fenomena isomor-phisma secara lengkap.
2) Pengembangan instrumen penelitian yang digunakan dalam pengum-pulan data penelitian ini adalah gabungan dari setidaknya tiga penelitian yang berbeda meskipun pada bidang yang sama, kecuali untuk indikator-indikator latar belakang pendidikan. Hal tersebut menyebabkan kekurang sinkronan redaksi pertanyaan dari kuesioner sehingga tak jarang re-sponden mengeluhkan hal tersebut.
3) Sampel penelitian ini hanya dipilih pada satu institusi Pemerintah Pusat saja. Hal tersebut dirasa kurang apabila ingin meningkatkan nilai untuk menggeneralisasikan hasil penelitian.
4) Prosedur wawancara yang dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif hanya dengan melalui hubungan telepon, tidak dilakukan dengan wa-wancara langsung secara tatap muka. Hal itu memungkinkan tidak maksimalnya data yang diperoleh peneliti karena adanya gangguan dura-si dan katidaknyamanan responden.
Atas masih banyaknya terdapat keterbatasan dan kekurangan yang terjadi pada penelitian ini, maka peneliti mengajukan beberapa saran berikut ini demi perbaikan dan pengembangan yang lebih lanjut penelitian ini;
84
1) Sebaiknya faktor-faktor yang akan diujikan selanjutnya lebih dikem-bangkan dan ditambahkan jumlahnya, sehingga dapat menangkap fe-nomena isomorphisma lebih lengkap lagi.
2) Untuk melakukan pengumpulan data, penelitian selanjutnya baiknya melakukan kajian terhadap instrumen penelitian dan melakukan perhatian lebih terhadap persoalan double barrel yang kemungkinan terjadi pada instrumen penelitian ini.
3) Penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan perluasan cakupan penelitian, yakni misalnya dengan menggunakan sampel dari masing-masing kementerian dan lembaga di Pemerintah Pusat.
4) Menata alur prosedur penelitian, terutama pada prosedur wawancara da-lam rangka pengumpulan data kualitatif. Salah satu yang perlu diper-hatikan adalah tentang bagaimana metode wawancara yang akan dil-akukan serta segala persiapannya (misalnya ketersediaan responden).