• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. di era digital. menurut Judy C. Pearson dan Paul E, di dalam bukunya Human

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. di era digital. menurut Judy C. Pearson dan Paul E, di dalam bukunya Human"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi di dalam dunia penyiaran dan telekomunikasi pada saat ini, media komunikasi menjadi kebutuhan pokok yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dalam menjalani hubungan komunikasi di era digital. menurut Judy C. Pearson dan Paul E, di dalam bukunya Human Communication ( 2000: 3 ) salah satu fungsi dari komunikasi tersebut adalah untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat, maka dari itu peran komunikasi khususnya dalam konteks media penyiaran televisi sangat diperlukan ditengah-tengah masyarakat, dalam hal ini masyarakat global.

Penyiaran yang berkaitan erat dengan pengertian “Proses pengiriman sinyal ke berbagai lokasi secara bersamaan baik melalui satelit, radio, televisi, maupun komunikasi data pada jaringan. Dengan layanan server ke client sekaligus dengan cara paralel dengan akses yang cukup cepat dari sumber video maupun audio”, sedangkan televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai informasi yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak umum dalam Baksin ( 2006 :16 ) mendefenisikan bahwa :”Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak”. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir dan tindak individu. Berdasarkan pengertian di atas dapat kita pahami bahwa penyiaran, terutama penyiaran televisi mempunyai dampak yang

(2)

bersifat langsung kepada masyarakat itu sendiri. Terlebih penyiaran televisi mempunyai “power” yang dapat merubah sifat dan cara pandang masyarakat terhadap suatu hal yang disampaikan oleh media penyiaran tersebut.

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Penyiaran yang berlaku di Indonesia saat ini yaitu Undang-undang No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU 32/2002). Pertama, UU 32/2002 menggunakan istilah „lembaga penyiaran‟ seperti lembaga penyiaran publik, swasta, komunitas dan seterusnya. Apa yang dimaksud dengan „lembaga penyiaran‟ ini? Menurut Ketentuan Umum UU 32/2002 “lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas, maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku”.[1] Dari sini dapat kita simpulkan bahwa pengertian lembaga penyiaran adalah sama dengan penyelenggara penyiaran.

Ada pula istilah „jasa penyiaran‟ yang dalam UU 32/2002 terbagi atas jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran televisi sebagaimana ketentuan pasal 13: “Jasa penyiaran terdiri atas: a) jasa penyiaran radio dan; b) jasa penyiaran televisi”.[2] Undang-undang tidak memberi definisi mengenai apa yang dimaksud dengan jasa penyiaran, dan apa yang membedakannya antara lembaga penyiaran dan jasa penyiaran.

Maka dari itu Peran lembaga penyiaran televisi sebagai salah satu media elektronik yang mempunyai peran dan andil yang besar di dalam mencari, menerima, memilih dan menyiarkan berita/informasi kepada khalayak banyak dituntut terus meningkatkan kinerja baik dari segi inovasi, kreatifitas dan

(3)

performanya agar bisa memberikan suguhan program yang menarik,bermanfaat dan mempunyai fungsi edukatif bagi masyarakat. Salah Fungsi dan peran televisi sebagai media komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988), di dalam bukunya Introduction to Media Communication ( 1995:4 ) adalah transmission of culture, Di mana televisi dari masa ke masa selalu memberikan perkembangan, tentunya perkembangan itu memberikan suatu perubahan di dalam struktur sosial/masyarakat yang mana perubahan itu menjadi tanggung jawab dari televisi sebagai lembaga penyiaran.

Televisi Republik Indonesia ( TVRI ) merupakan salah satu lembaga penyiaran yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengemban tugas sebagai televisi yang mengangkat citra bangsa melalui penyelenggaraan penyiaran peristiwa yang berskala internasional, mendorong kemajuan kehidupan masyarakat serta sebagai perekat sosial.

TVRI sebagai satu-satunya lembaga penyiaran milik publik yang ada di Indonesia, mengemban visi dan misi penting untuk memberikan informasi yang aktual sekaligus mencerdaskan bangsa melalui tayangan-tayangan yang mendidik, sopan, menghargai kultur masyarakat dan memiliki sisi positif didalam pengembangan moral dan intelektual bangsa Indonesia.

Tugas yang diemban TVRI berkaitan dengan kerja sama luar negeri dikelola oleh bidang Penunjang Program dan Berita khususnya seksi kerja sama produksi luar negeri ( KPLN ) yang salah satu tugas pokok dan fungsinya adalah pengkoordinasian kerjasama produksi/siaran luar negeri, baik di pusat maupun di daerah.

(4)

Berkaitan dengan hal tersebut peneliti menaruh minat yang besar untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengelolaan yang dilakukan oleh seksi KPLN ( Kerja Sama Produksi Luar Negeri ) dalam menjalakan salah satu tugas pokok dan fungsinya sehubungan dengan kerjasama produksi internasional yang mengacu pada kondisi objektif TVRI saat ini dalam membangun sinergi dengan global broadcaster untuk meningkatkan citra TVRI di mata dunia.

Adapun, topik penelitian dan penulisan skripsi ini dibuat berdasarkan dengan kerjasama produksi luar negeri TVRI yang berada dibawah tanggung jawab dari bidang penunjang program dan berita seksi kerjasama produksi luar negeri (KPLN), yang selama ini telah banyak melakukan kerjasama dengan international broadcaster, diantaranya NHK (Jepang) ,RTM (Malaysia), KBS (Korea), TRT (Turki), KBI (Korean broadcasting institute), Japan foundation, Goethe Institute Thailand, Deutsche Welle (Jerman) dan yang menjadi pembahasan peneliti adalah kerjasama produksi TVRI dengan Arirang TV Korea.

Kerjasama produksi pada awalnya dibuat untuk meningkatkan kolaborasi antara negara-negara dalam produksi industri kecil yang mampu menarik sumber daya manusia dan mampu bersaing di pasar internasional (Taylor, 1995, hal 414). Di Eropa, kerjasama produksi dapat terlihat sebagai sebuah kesempatan untuk menciptakan budaya material khusus untuk pasar lokal, dan untuk mencegah dominasi program asing dalam penyiaran televisi lokal. Namun, saat ini kerjasama produksi lebih menjurus kepada budaya material yang relevan, akan tetapi tetap fokus secara eksklusif pada genre populer, yang sering simulasikan di dalam produksi-produksi film Hollywood, seperti program fiksi ilmiah yang menunjukkan dan mengandung penggabungan berbagai unsur atau elemen yang diambil dari

(5)

berbagai genre program. Akibatnya, kerjasama produksi mewakili tren yang dominan di televisi internasional dan produksi film dengan orentasi isu-isu lokal yang relevan yang layak disajikan bagi penonton global.

Kerjasama produksi televisi memiliki potensi sebagai penrefleksian proses globalisasi, seperti sebagai hibridisasi budaya dan diversifikasi sebuah negara, namun karena lebih mengarah pada fokus komersial, maka target lebih ditujukan kepada penonton internasional sebagai konsumen daripada warga negara sendiri. Hal ini terutama bermasalah dalam konteks di mana siaran layanan masyarakat dan produksi independen semakin ditantang oleh pihak-pihak yang memliki kepentingan pribadi, pemerintah dan fragmentasi pasar itu sendiri.

Kerjasama produksi merupakan sebuah perjanjian usaha untuk mencapai tujuan yang meliputi ekonomi, budaya dan diplomatik. Daya tarik utama dari perjanjian kerjasama produksi adalah bahwa jika kita memenuhi syarat dalam produksi baik nasional maupun dengan negara-negara mitra maka kita dapat mengakses manfaat-manfaat yang telah tersedia untuk film lokal dan industri televisi dari setiap negara yang menjadi mitra kita. Manfaat yang dimaksud dapat berupa bantuan keuangan dari pemerintah, konsesi pajak yang dimasukkan ke dalam kuota siaran televisi domestik. Kerjasama produksi internasional juga terjadi di luar kerangka resmi kerjasama produksi, misalnya dengan negara-negara yang tidak memiliki perjanjian di tempat, atau proyek yang tidak memenuhi kriteria resmi kerjasama produksi.

Dalam banyak kasus, kerjasama produksi adalah respon terhadap tantangan internasionalisasi dari negara-negara dengan sektor produksi kecil, karena mereka berusaha untuk mempertahankan industri produksi yang layak dan menghasilkan

(6)

konten budaya-khusus untuk penonton nasional. Namun, tujuan lainya untuk menghasilkan ketegangan dalam film nasional dan sektor televisi. Meskipun perjanjian kerjasam produksi dapat menghasilkan lebih banyak sumber daya yang tersedia, namun resiko produksi internasional juga kurang relevan dengan khalayak yang menjadi target sasaran yang lebih menginginkan murni produksi lokal.

Keuntungan yang didapatkan dari kerjasama produksi internasional adalah sebagai berikut :

1. Terpenuhinya sumber daya keuangan.

2. Akses terhadap insentif dari pemerintah dan subsidi yang berasal dari mitra kerja.

3. Akses kepada pasar mitra kita, atau ke pasar pihak ketiga ( negara-negara lain yang mendapatkan hak siar dari program kerjsama internasional). 4. Akses ke suatu proyek tertentu yang diprakarsai oleh mitra kerja. 5. Akses ke lokasi yang dikehendaki, dengan input yang lebih murah.

6. Mendapatkan manfaat budaya dan kesempatan untuk belajar kepada mitra kerja.

Kerjasama produksi khususnya di dalam kerjasama internasional tentunya membutuhkan kesepakatan secara tertulis / dokumen dari kedua belah pihak. Dokumen kesepakatan kerjasama tersebut adalah nota kesepahaman (memorandum of understanding atau MoU), nota kesepahaman ( MoU ) merupakan sebuah dokumen legal yang menggambarkan perjanjian bilateral atau multilateral serta kejelasan persetujuan antar kedua belah pihak. MoU tidak seformal sebuah kontrak.

(7)

Melihat dari banyaknya keuntungan dan manfaat yang didapat dari kerjasama produksi internasional maka dari itu TVRI sebagai televisi publik milik negara yang pada salah satu misinya adalah untuk membangun citra bangsa dan negara dimata internasional, TVRI melakukan kerjasama produksi internasional dengan salah satu lembaga penyiaran internasional Arirang TV Korea.

Arirang TV adalah lembaga penyiaran publik yang mengenalkan keunikan Korea kepada dunia melalui media penyiaran mutakhir. Tujuan dari Arirang TV adalah untuk memoles citra Korea dalam komunitas internasional dan untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara asing melalui kerjasama yang erat dengan perusahaan penyiaran di luar negeri. Arirang TV yang didedikasikan untuk pengembangan penyiaran, media, dan industri periklanan, bersama dengan kemajuan budaya dan seni. Sedangkan bisnis inti dari Arirang TV sendiri adalah untuk memberikan programnya ke seluruh dunia melalui satelit selama 24 jam sehari dalam rangka meningkatkan citra Korea. Sebagai stasiun penyiaran berbahasa Inggris yang berbasis di Korea, Arirang TV menyediakan berita dan hiburan yang ada di Korea kepada masyarakat internasional.

Sementara yang menjadi fokus penelitian ini adalah pengelolaan pra-produksi kerjasama internasional antara TVRI – ARIRANG TV, program acara Indonesia – Korea Friendship Sharing Concert, yang merupakan salah satu acara dari serangkaian besar kegiatan di dalam Korean Week. yang dimulai dari tanggal 11 oktober dan berakhir pada 17 oktober 2010. Adapun tujuan dari diadakannya acara ini adalah untuk memperkenalkan kebudayaan Korea kepada Indonesia, sekaligus menjadi wadah pertukaran kebudayaan kedua negara tersebut. Acara ini juga diharapkan dapat mempererat hubungan persahabatan antara Indonesia dan Korea.

(8)

Adapun tahapan pra-produksi di televisi adalah sebagai berikut : 1. Ide/konsep acara.

Memikirkan dan mencari ide atau konsep acara yang ingin di buat. 2. Rekruitmen kru

Melakukan perekrutan kru yang akan terlibat di dalam acara tersebut. 3. Mengkoordinasi kru

Mengatur dan memberikan pengarahan kepada kru yang terlibat di dalam acara,mulai dari penentuaan jobdesk sampai kepada penjadwalan acara. 4. Menentukan pembawa acara dan bintang tamu

Memilih host dan bintang tamu yang akan mengisi acara. 5. Persiapan serta penentuan tempat dan jadwal acara

Menentukan di mana dan kapan acara akan berlangsung, mulai dari pemilihan tempat baik in-door ataupun out-door serta mempersiapkan jadwal acara.

6. Menentukan desain dan format acara

Memutuskan desain dan format acara yang akan digunakan di dalam acara.

7. Mempersiapkan properti acara.

Melakukan penetuan dan membuat properti yang akan digunakan di dalam acara, baik properti pinjaman dari sponsor atau properti yang sudah ada.

8. Mempersiapkan peralatan produksi.

Mempersiapkan peralatan – peralatan produksi yang akan digunakan di dalam acara, peralatan produksi tersebut meliputi lighting, sound , special

(9)

effect, photos, graphics dan lain-lain. 9. Bertemu produser dan host

Bertemu dengan produser dan host untuk melakukan diskusi serta mengkoreksi dan memeriksa segala hal-hal yang berkaitan dengan persiapan produksi acara, yang meliputi berapa banyak bintang tamu, audience, tema acara dan lain-lain.

10. Penyusunan anggaran biaya produksi

Menyusun semua biaya / anggaran produksi mulai dari pra-produksi,produksi sampai ke pasca produksi.

Proses pra-produksi program acara di televisi tentunya harus disertain dengan pengelolaan atau manajemen yang baik agar tahap – tahapan yang ada di dalam pra produksi yang telah dijalankan dapat berjalan dengan baik dan lebih teratur untuk mencapai tujuan serta memperoleh hasil sesuai dengan yang direncanakan.

Manajemen merupakan pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakan orang-orang dalam organisasi tersebut untuk bekerja.

Menurut George R.Terry (1977) dalam buku Herujito (2001: 3) “manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari perencanaan, mengatur, melaksanakan dan mengawasi, yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainya”. Menurut Massie (1987: 3) dalam buku Arsyad (2002: 1) “manajemen merupakan suatu proses dimana suatu kelompok secara kerjasama mengarahkan tindakan atau kerjanya untuk mencapai tujuan bersama.

(10)

Sementara itu manajemen produksi televisi adalah kegiatan yang berkaitan dengan memimpin, menyusun jadwal dan anggaran produksi untuk mencapai tujuan tersedianya konsep program acara televisi yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan penonton, sekaligus mengimplementasikannya dalam produksi baik untuk program siaran langsung maupun rekaman / tapping.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian lebih terfokus, maka dibuat ruang lingkup sebagai berikut : 1. Peran bidang penunjang program dan berita seksi KPLN (Kerjasama

Produksi Luar negeri) TVRI Pusat.

2. Kerjasama pra-produksi luar negeri TVRI - ARIRANG TV, program acara Indonesia – Korea Friendship Sharing Concert 2010 di Jakarta. 3. Pengelolaan pra-produksi kerjasama internasional TVRI – ARIRANG

TV, pada acara Indonesia – Korea Friendship Sharing Concert 2010 di Jakarta.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemikiran pengembangan kerjasama produksi internasional antar Broadcaster, dalam membangun komunikasi kultural antar bangsa, khususnya mengenai proses pengelolaan pra-produksi dalam konteks kerjasama internasional.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk melihat pentingnya kerjasama produksi antar broadcaster dengan penekanan pada produksi program acara televisi untuk jangkauan penyiaran global.

3. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pemikiran tentang pentingnya langkah awal persiapan produksi yang meliputi penentuan

(11)

ide, konsep program, pemilihan kru dan pengisi acara serta aspek pendukung lainnya untuk mewujudkan konsep program menjadi panduan pelaksanaan produksi yang dapat dipahami oleh seluruh pihak yang terlibat, sehingga seluruh anggota tim produksi dapat memberikan kontribusi maksimal sesuai dengan profesinya masing-masing.

1.4. Metode Penelitian

Landasan metode penelitian yang peneliti gunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

(12)

Menurut Strauss dan Corbin (2003) penelitian kualitatif dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

Jenis metode penelitian kualitatif yang peneliti gunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Whitney ( 1960 ) definisi dari metode penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan intrepretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Dalam metode penelitian deskriptif, bisa saja membandingkan fenomena – fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena – fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei normatif ( normative survey ). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan ( status ) fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain.

Alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif adalah karena peneliti dapat mempelajari masalah – masalah apa saja yang ada di dalam topik penelitian saya serta menemukan penyelesaian masalahan melalui proses pencarian

(13)

fakta dengan menggunakan teknik pengumpulan data. 1.5. Metode Pengumpulan Data

Beberapa metode pengumpulan data yang ada di dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan

(14)

kesan positif, dan kontrol emosi negatif. 2. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.

1. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.

2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.

3. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

(15)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.

3. Dokumen

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan di dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara secara mendalam (in- depth interview) dengan pihak –pihak yang terkait seperti produser dan manager kerjasama produksi luar negeri yang ada di TVRI dan ARIRANG TV Korea (by e-mail) mengenai pengelolaan pra-produksi program acara Indonesia –Korea Freindship Sharing Concert 2010.

b. Dokumen yang berkaitan dengan kerjasama produksi, dalam hal ini aspek legal berupa MoU antara TVRI – ARIRANG TV, dokumen korespodensi ( by e-mail) dan proposal program yang berkaitan dengan program acara kerjasama internasional Indonesia

(16)

– Korea Friendship Sharing Concert 2010.

Alasan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan dokumen . Karena melalui wawancara peneliti dapat mendapatkan informasi dari produser dari TVRI maupun ARIRANG TV Korea yang bertanggung jawab dengan suksesnya peyelenggaraan acara Indonesia – Korea Friendship Sharing Concert 2010.

Alasan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data mengunakan dokumen seperti MoU, proposal program dan dokumen administrasi produksi lainnya karena semua hal tersebut merupakan dasar kerjasama serta proses produksi acara Indonesia – Korea Friendship Sharing Concert 2010.

1.6. Metode Pengolahan Data

Setelah data-data yang telah di dapat terkumpul semua, maka selanjutnya dilakukan proses pengolahan data, di dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan metode tringulasi.

Triangulasi ialah kombinasi beragam sumber data, tenaga peneliti, teori, dan teknik. metodologis dalam suatu penelitian atas gejala sosial. Menurut Moleong, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. (Moloeng, 2004:330). Dengan demikian triangulasi memungkinkan tangkapan realitas secara lebih valid. Terdapat empat tipe triangulasi (Denzin, 1978) :

1. Triangulasi data: penggunaan beragam sumber data dalam suatu penelitian.

(17)

berbeda disiplin ilmunya dalam suatu penelitian.

3. Triangulasi teori: penggunaan sejumlah perspektif dalam menafsir satu set data.

4. Triangulasi teknik metodologis: penggunaan sejumlah teknik dalam suatu penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan metode pengolahan data pada Triangulasi Data, dimana peneliti akan menggunakan beberapa sumber yang berbeda untuk mencocokan kebenaran atau validitas data yang didapat dari sumber yang satu dengan cara membandingkan data yang diberikan oleh sumber yang lain. Berikut adalah sumber data penelitian yang peneliti miliki :

1. Sumber primer

Sumber primer adalah sumber yang menjadi patokan di dalam penelitian ini, yang menjadi sumber primer dalam penelitian ini adalah manager hubungan internasional/luar negeri dan produser pelaksana acara dalam suatu acara kerjasama internasional, atau orang yang bertanggung jawab atas berjalannya produksi suatu acara dari awal sampai akhir acara khusunya pada fase pra-produksi. 2. Sumber sekunder

Sumber Sekunder adalah sumber yang datanya akan menjadi pembanding dari data yang didapatkan dari sumber primer. Fungsi dari data sekunder ini adalah untuk memeriksa, apakah data yang dikeluarkan oleh sumber primer sudah valid, atau sudah teruji kebenarannya. Selain

(18)

itu, ini juga berfungsi untuk menguji keselarasan antara data yang dikeluarkan oleh sumber primer dengan data yang dikeluarkan oleh sumber sekunder. Data dalam sumber sekunder dapat berupa dokumen baik itu hasil wawancara dengan narasumber pendukung ataupun dokumen berupa data-data berbentuk tulisan yang berkaitan dengan program acara yang sedang diteliti. 1.7. Sistematika Penulisan

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan penelitian.

2. Bab II Landasan Teori

Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan di dalam penelitian ini seperti teori dasar, teori umum dan teori khusus.

3. Bab III Inti Penelitian

Bab ini berisi data-data yang berhubungan dengan penelitian seperti struktur organisasi dan profil program acara.

4. Bab IV Hasil Penelitian

Bab ini meliputi penyajian data penelitian, pengolahan data penelitian serta pembahasan dari penelitian itu sendiri.

5. Bab V Simpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan model terbaik yang dapat diterakan pada kasus jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah dilakukan dengan melakukan

Skripsi diatas lebih menekankan pada aplikasi atau penerapan akad dalam produk asuransi taka>ful, sementara itu yang akan peneliti lakukan ini lebih menekankan pada analisis

Ketersediaan bahan baku menjadi faktor penting dalam kegiatan produksi, pada Koperasi Koerintji Barokah Bersama bahan baku (cherry bean) berasal dari petani mitra

Tugas akhir ini merupakan langkah awal bagi penulis untuk mendapatkan salah satu syarat kelulusan dari Jurusan Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya, pada

[r]

7 Jika perjanjian yang membawa kepada kematian, yaitu yang terukir dalam bentuk tulisan pada loh-loh batu, diturunkan dengan kemuliaan -- kemuliaan itu terpancar dari wajah Nabi

Pihak gapoktan harus berupaya untuk meningkatkan loyalitas pelanggan agar pelanggan masuk dalam zona afeksi, dimana pihak pelanggan memiliki rasa puas yang tinggi

ROI yang terdapat di komputer kamera gamma diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penentuan paparan radiasi dan akumulasi untuk radiasi interna (