• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL KARYA SENI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM DOLANAN MESIAP-SIAPAN DUTA KABUPATEN GIANYAR PADA PESTA KESENIAN BALI 2009

Oleh :

NI WAYAN VINASTRI

PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA

DENPASAR

2016

(2)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM DOLANAN MESIAP-SIAPAN DUTA KABUPATEN GIANYAR PADA PESTA KESENIAN BALI 2009

Oleh Ni Wayan Vinastri

Program Studi Pendidikan Sendratasik, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar

Abstrak

Vinastri, Ni Wayan. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Dolanan Mesiap-Siapan Duta Kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali 2009. Skripsi, Pendidikan Sendratasik, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar.

Dunia bermain bagi anak-anak telah ditinggalkan sejak tahun 1980-an. Keadaan ini kemungkinan diantaranya dipicu oleh semakin banyaknya piranti dan media tempat bermain bagi anak-anak, seperti mulai ramainya alat-alat permainan import yang didatangkan dari negara tetangga seperti Cina, Malaysia, dan Jepang. Alat-alat permainan itu semakin canggih karena telah menggunakan teknologi modern sehingga lebih menarik perhatian anak-anak untuk memainkannya. Selain itu, permainan modern ini tidak membuat anak-anak kotor. Berbeda halnya dengan permainan tradisional yang ada di Bali, umumnya dilakukan di tempat-tempat yang kotor seperti berdebu bahkan tidak jarang digelar di tempat yang becek.

Mengingat dalam dunia permainan itu merupakan salah satu sarana dalam menumbuh-kembangkan karakter anak menuju bangsa yang beradab, salah satu langkah yang telah diterapkan adalah dengan adanya dolanan anak-anak pada setiap Pesta Kesenian Bali. Dolanan berasal dari kata dolan yang artinya bermain-main. Maka pada tahun 2009 diciptakanlah suatu dolanan yang berjudul Mesiap-Siapan yang dibawakan oleh Kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun 2009.

Teori yang digunakan adalah teori pendidikan karakter, dimana lebih kepada penelitian tentang pendidikan karakter pada dolanan tersebut. Disamping itu juga digunakan teori lainnya yaitu teori bermain, teori estetika karena dolanan ini juga merupakan sebuah seni pertunjukan yang mengandung nilai estetika.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti berusaha meneliti secara kualitatif tentang nilai pendidikan yang terkandung dan cara mengemas nilai pendidikan karakter pada dolanan tersebut.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai pendidikan yang terkandung dalam dolanan tersebut adalah nilai agama, nilai pancasila, nilai budaya, dan nilai tujuan pendidikan nasional. Sedangkan cara mengemas nilai pendidikan karakter dalam dolanan tersebut yaitu melalui sinopsis dan dialog yang dicantumkan pada lampiran.

Kata Kunci : Permainan Tradisional, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter, Dolanan Mesiap-Siapan, Duta Kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali 2009.

(3)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sebelum dijelaskan makna pendidikan karakter, terlebih dahulu akan diuraikan definisi karakter. Secara etimologis, kata karakter berarti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain (Poerwadarminta, 1996:521, seperti dikutip Amirulloh Syarbini, 2012:13). Sementara itu Wynne (2007:242) seperti dikutip (Amirulloh Syarbini, 2012:14) menjelaskan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti menandai (to mark) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Dari berbagai pendapat itu dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter adalah kepribadian yang membedakan karakter masing-masing orang. Dari konsep karakter ini muncul istilah pendidikan karakter (character education). Dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010) seperti dikutip (Amirulloh Syarbini, 2012:16) disebutkan bahwa pendidikan karakter adalah “pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan akhlak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati”. Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotorik).

Pendidikan karakter dewasa ini bukan saja merupakan hal yang penting bagi lembaga pendidikan, tetapi menjadi kebutuhan yang harus diberikan kepada peserta didik, karena kebutuhan bangsa ini bukan hanya mengantarkan dan mencetak peserta didik cerdas dalam nalar, tetapi juga harus cerdas dalam moral. Mencetak anak yang berprestasi secara nalar memang tidak mudah, tetapi mencetak anak bermoral jauh lebih sulit dilakukan, apalagi dengan perkembangan teknologi canggih yang semakin cepat dan pesat, yang tentunya akan berdampak terhadap perkembangan anak (Amirulloh Syarbini, 2012:18). Salah satu teknologi canggih yang dimaksud yaitu teknologi telepon genggam atau handphone. Untuk kehidupan era globalisasi ini, fungsi telepon genggam yang awalnya hanya digunakan untuk alat komunikasi, sekarang sudah semakin canggih seiring perkembangan zaman. Maka dari itu pendidikan karakter sangat perlu dituangkan kepada anak agar memiliki moral dan budi pekerti yang baik.

(4)

Pendidikan karakter dalam konteks membangun karakter bangsa memiliki pertautan erat dengan basis kebudayaan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkepribadian luhur (Haedar Nashir, 2013:38). Maka dari itu kebudayaan mempunyai peran penting dalam membangun pendidikan karakter. Salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia adalah permainan tradisionalnya. Permainan tradisional adalah permainan yang dilakukan oleh anak-anak setingkat sekolah dasar. Tempat bermainnya bisa dimana saja di tempat terbuka, dengan menggunakan tubuhnya sebagai media, atau benda-benda sekitarnya seperti batu, kayu dan lain sebagainya. Mengingat dalam dunia permainan itu merupakan salah satu sarana dalam menumbuh-kembangkan karakter anak menuju bangsa yang beradab, salah satu langkah yang telah diterapkan adalah dengan adanya dolanan anak-anak pada Pesta Kesenian Bali. Dolanan berasal dari kata dolan yang artinya bermain-main (Prawiroatmodjo, 1988:95). Dalam dolanan, anak-anak akan memainkan permainan tradisional, yang diikuti dengan nyanyian dari permainan itu sendiri. Karena pentingnya nilai-nilai pendidikan karakter bagi anak, diciptakanlah suatu dolanan yang berjudul Mesiap-Siapan oleh kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun 2009. Dolanan ini sangat menarik untuk diangkat menjadi sebuah penelitian skripsi karena akibat dari perkembangan zaman dan bagaimana penanggulangan pengaruh positif dan negatifnya dijelaskan di dalam dolanan ini.

Rumusan Masalah Penelitian

1. Nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam dolanan Mesiap-Siapan duta kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun 2009 ?

2. Bagaimana cara mengemas nilai-nilai pendidikan karakter dalam dolanan Mesiap-Siapan duta kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun 2009 ?

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan dan menganalisis nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam dolanan Mesiap-Siapan duta kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun 2009.

2. Mengetahui dan menjelaskan cara mengemas nilai-nilai pendidikan karakter bangsa dalam dolanan Mesiap-Siapan duta kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun 2009.

(5)

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena data sudah ada secara alamiah. Penelitian ini dilakukan di kediaman peneliti yaitu Banjar Pagutan Kelod desa Batubulan, dengan mengamati video dolanan Mesiap-siapan tersebut. Objek penelitian yang digunakan adalah sebuah video MP4. Sumber data yang digunakan berupa sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer berupa tranksrip dialog dolanan tersebut, sedangkan sumber data sekunder berupa buku-buku yang terkait dengan penelitin ini. Instrumen penelitian terdiri dari instrumen pokok yaitu berupa video MP4, instrumen penunjang seperti laptop, pulpen, buku, dll, dan karena adanya teknik wawancara maka instrumen yang digunakan juga berupa daftar pertanyaan yang diberikan baik untuk pelaku maupun pencipta dolanan Mesiap-siapan tersebut. Teknik pengumpulan data penelitian ini melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Teknik observasi dilakukan dengan cara mengamati video dolanan Mesiap-siapan. Dari mengamati video dolanan tersebut, hasil yang didapatkan berupa dialog-dialog dolanan yang di transkrip menggunakan kata-kata verbal. Dari dialog inilah dapat ditafsirkan bahwa dolanan ini mengandung nilai-nilai pendidikan karakter. Teknik wawancara yang digunakan di sini adalah wawancara semi terstruktur. Data-data dari transkrip dialog dolanan tersebut yang tidak dapat ditafsirkan, akan dibantu dengan adanya data dari wawancara ini untuk melengkapi data primer yang ada. Lalu teknik studi dokumen menggunakan cara memeriksa buku-buku catatan atau dokumentasi yang mempunyai hubungan dengan penelitian. Teknik pengolahan data menggunakan metode pengolahan data kualitatif. Lalu yang terakhir teknik penyajian hasil pengolahan data ini disajikan dalam bentuk skripsi yang dibagi menjadi lima bab.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dolanan Mesiap-Siapan

Menurut Made Taro (Tok Pitu sampai Tok Lait Kancing, 2015:31), permainan mesiap-siapan yaitu dua ekor ayam jantan bertarung di halaman rumah. Mereka saling serang dengan sayap, kaki dan paruhnya. Perlagaan dua ekor ayam itu sangat menarik bagi anak-anak untuk dijadikan permainan. Ada yang mengumpamakan ayam-ayam itu dengan daun jarak, adapula dengan memperlagakan anggota tubuh. Adu ayam dengan daun jarak yang bertaji itu adalah tiruan dari sabungan ayam yang disebut tajen. Dalam tajen, dua ekor ayam jantan yang bertaji itu diadu dan dipertaruhkan. Setiap ayam dipegang atau diatur oleh seorang pakembar (juru adu). Di

(6)

beberapa tempat permainan yang meniru kegiatan judi lengkap dengan pakembarnya itu disebut ‘Tajen-tajenan’. Sedangkan menurut hasil wawancara dengan I Wayan Wiryawan selaku penata tari dolanan Mesiap-siapan (Senin, 16 Mei 2016 pukul 15.18 WITA) bertempat di Banjar Sengguan desa Singapadu, beliau mengatakan, “Kalau dicermati dari kata ‘Mesiap-siapan’ diambil kata dasarnya yaitu ‘siap’ yang artinya segera, siaga. Berarti kita mengambil sesuatu itu dengan pemikiran yang matang untuk bisa mengatakan ‘siap jalan’ misalnya, berarti itu kita sudah melalui pemikiran, supaya kita melangkah dengan tidak adanya keragu-raguan. Ini merupakan bagian dari budaya juga sebenarnya yaitu dari budaya tajen. Itu kita ambil kesini karena memang dulu disekitar sini anak-anak suka bermain seperti itu memakai daun jarak dengan lidi (urat daun kelapa). Itulah bentuk permainan yang berkembang pada zamannya. Tidak seperti zaman sekarang yang permainannya hanya ada pada HP (handphone/telepon genggam). Jika menurut unsur edukasinya sebenarnya sama dalam kedua permainan itu, karena itu sama-sama membutuhkan pemikiran. Yang berbeda hanya pada gerak, wawasan, dan pergaulan yang kurang pada game di HP karena game HP ini dapat dilakukan sendiri, sedangkan kalau permainan zaman dulu tidak. Kalau permainan zaman dulu jarang sekali permainan itu dimainkan satu orang, mereka akan berkumpul mencari kawan lima atau sepuluh orang, baru sesudah itu mereka akan bermain”.

Nilai-Nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Dolanan Mesiap-siapan

Menurut Faturrahman (2012:46) pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lngkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehinggga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter

(7)

bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa, dan bila dihubungkan dengan nilai-nilai pendidikan yang ada pada dolanan Mesiap-siapan dapat diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini :

1. Nilai Agama : Nilai pendidikan dari sumber agama terdapat dalam dolanan Mesiap-siapan. Hal ini dapat dibuktikan dari sinopsis dolanan Mesiap-siapan tersebut seperti yang sudah terlampir, bahwa tarian ini merupakan transformasi dari salah satu bentuk hiburan masyarakat Bali yaitu Tajen yang berangkat dari tabuh rah yang keberadaannya karena tuntutan dalam upacara Bhuta Yadnya, setidak-tidaknya caru Panca Sato. Upacara Bhuta Yadnya merupakan bagian dari ajaran Panca Yadnya (lima pengorbanan suci yang tulus ikhlas) yang terdapat dalam ajaran agama Hindu.

2. Nilai Pancasila : Di dalam dolanan Mesiap-siapan sudah terdapat nilai-nilai Pancasila: a) Dapat dilihat dari dialog anak yang menyebutkan “Om betara betari konyangan, madak ane mati pang idup ane i i idup pang mati.” (Om Dewa-Dewi semuanya, semoga yang mati jadi hidup yang hi hi hidup jadi mati), dialog tersebut membuktikan bahwa saat ada anak pertama jatuh pingsan, anak kedua selalu mengingat Tuhan Yang Mahaesa untuk meminta anugerah, namun dalam konteks ucapan yang tidak serius. Hal ini menyangkut pada sila pertama Pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”; b) Dari dialog “Be ngelah, melang nae ngejang mata nae. Ngejang mata di samping. Tawang ci je, mone gede ne Yande orang ci siap” (sudah punya, benar-benarlah menaruh mata. Menaruh mata di samping. Apa kamu tahu, sebegini besarnya Yande kamu bilang ayam), mencerminkan sila kedua Pancasila yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Rasa kemanusiaan anak itu terhadap temannya yang dianggap ayam oleh anak lain, dan dia membela temannya yang sudah dilecehkan itu; c) Berdasarkan dialog “Nah yen be keto, lan orin men carane mesiap-siapan. Jani alih timpale malu” (ya kalau sudah begitu, akan saya beri tahu caranya mesiap-siapan. Sekarang cari teman-teman dulu), dapat mencerminkan sila Pancasila ketiga yaitu “Persatuan Indonesia”. Anak tersebut ingin agar mereka bersatu dan bersama dengan teman-temannya memainkan permainan mesiap-siapan; d) Dari dialog “Nah mumpung be dini, luung ne ngudiang dik nah ?”

(8)

(baiklah mumpung sudah di sini, sebaiknya melakukan apa ya ?) dapat mencerminkan sila keempat Pancasila yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan, perwakilan”. Anak tersebut bertanya pada teman-temannya sebaiknya melakukan hal apa, karena dia tidak mungkin hanya menjalankan apa yang dia kehendaki, maka dia memusyawarahkan untuk tahu mereka akan melakukan apa; dan e) Berdasarkan dialog “Nah kene jani, ajake mecurik-curikan, nyen ne metangkep to dadi siap ne. Engken ne setuju setuju ?” (baik sekarang begini, mari mecurik-curikan, siapa yang tertangkap dia yang jadi ayamnya. Bagaimana apa setuju ?), dapat mencerminkan sila kelima Pancasila yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Mereka memainkan permainan mecurik-curikan agar mendapat pemeran ayam yang tidak direncanakan dari segi kekuatan dan besar tubuhnya, agar permainan mesiap-siapan tersebut murni merupakan sebuah game yang tujuannya hanya untuk bermain.

3. Nilai Budaya : Dolanan Mesiap-siapan memiliki nilai-nilai pendidikan dari sumber budaya. Dapat diketahui bahwa dolanan Mesiap-siapan tersebut terinspirasi dari permainan tradisi Bali yang menyerupai kebudayaan tajen (sabung ayam). Namun penggambaran ayam tersebut ditirukan oleh anak menggunakan daun jarak atau menggunakan tubuh mereka sendiri sebagai ayamnya.

4. Nilai dari Tujuan Pendidikan Nasional : Di dalam dolanan Mesiap-siapan ini mempunyai maksud agar dapat memenuhi tujuan pendidikan nasional dalam nilai kemanusiaannya. Oleh karena itu terciptalah dolanan Mesiap-siapan ini dan sampai dipertontonkan kepada masyarakat umum, agar selalu melestarikan budaya asli Bali, agar tidak tertelan oleh kemajuan jaman yang semakin berkembang pesat dan memberikan dampak negatif yang lebih buruk lagi.

Nilai-nilai pendidikan yang ada dalam dolanan Mesiap-siapan tersebut dapat menjadi pedoman untuk masyarakat agar memberikan pendidikan yang baik dan benar terhadap putra-putri mereka.

Sedangkan menurut hasil wawancara dengan I Wayan Wiryawan selaku penata tari (Senin, 16 Mei 2016 pukul 15.18 WITA) bertempat di Banjar Sengguan desa Singapadu, bahwa nilai pendidikan yang diangkat dalam dolanan Mesiap-siapan ini adalah nilai sopan santun, kesigapan, keterampilan, kecekatan dalam berpikir dan kesetiakawanan.

(9)

Pengemasan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Dolanan Mesiap-Siapan

Amirulloh Syarbini (2012:25) juga menambahkan bahwa dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, pemerintah sebenarnya telah mengidentifikasi 18 (delapan belas) nilai yang bersumber dari agama, budaya, dan falsafah bangsa, yaitu: nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Cara pengemasan nilai pendidikan karakter dalam dolanan Mesiap-siapan didapatkan dalam transkip dialog yang sudah terlampir. Dialog tersebut mengandung beberapa nilai dari delapan belas nilai pendidikan karakter seperti yang sudah dijelaskan di atas. Adapun dialog yang mengandung delapan belas nilai pendidikan karakter tersebut dijelaskan sebagai berikut :

a. Kreatif

109.Wanita C : We timpal-timpal, dini kan sube ada don jarak, ajake mesiap-siapan. (Eh teman-teman, di sini kan sudah ada daun jarak, mari mesiap-siapan). 110.Pria D : Bah cocok cocok, ajake mesiap-siapan, mumpung ada don jarak. Nah

jani alih don jarak, tusuk aji lidi, lidi to anggo tajine, care di tajen-tajen to. Nah yen be keto jani alih don jarake.

(Wah cocok cocok, mari mesiap-siapan, mumpung ada daun jarak. Nah sekarang cari daun jarak, tusuk dengan lidi, lidi itu sebagai tajinya, seperti di sabung ayam itu. Nah kalau begitu sekarang cari daun jaraknya).

Pada dialog nomor 109 dan 110 tersebut terkandung nilai kreatif. Mereka berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. b. Demokratis

105.Pria B : Nah mumpung be dini, luung ne ngudiang dik nah ?

(Nah mumpung sudah di sini, sebaiknya melakukan apa ya ?) 106.Pria I : Paling melah ajake main jaran-jarane. Misi mase kuda lumping.

(Paling baik mari bermain kuda-kudaan. Juga isi kuda lumping) 107.Pria B : Men ci nyak dadi jarane ?

(Lalu kamu mau jadi kudanya ?) 108.Pria I : Siing, cenik kene, jarane kan gede.

(Tidaaak, kecil begini, kuda kan besar)

Pada dialog nomor 105 sampai 108 ini, terkandung nilai demokratis. Pria B menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain, maka ia bertanya lebih dahulu kepada temannya hendak melakukan apa agar didapatkan hasil yang diinginkan. Kemudian

(10)

teman-temannya yang lain memberikan masukan sehingga menimbulkan adanya kegiatan demokratis dalam dolanan Mesiap-siapan ini.

c. Rasa Ingin Tahu

49. Pria G : We sing dadi nak keto. Kanggwang patilesin, mapan ragane clebingkah payuk jakan, pang polih blembengan waregan.

(Eh tidak boleh seperti itu, karena kita semua ibarat penyangga tempat masak, dan nanti bisa menghasilkan sesuatu.)

50. Pria H : Men apa contohne ? (Lalu apa contohnya ?)

51. Pria G : Contohne, to ane di TV to, ane ngalih arak methanol to, bangka be jani. Ada bien, ane nganggo narkoba, ekstasi, sabu-sabu, pil koplo.

(Contohnya, itu yang di TV, yang minum arak methanol itu, sudah mati sekarang. Ada lagi, yang memakai narkoba, ekstasi, sabu-sabu, obat terlarang).

Pada dialog nomor 50, pria H memiliki rasa ingin tahu akan kalimat yang diberikan oleh pria G.

d. Bersahabat atau Komunikatif

25. Pria D : We ci nak ngudiang ngejuk siap ? (Eh kamu kenapa menangkap ayam ?) 26. Pria A : Ye, kone mesiap-siape ?

(Lho, katanya main ayam-ayaman?)

27. Pria D : Bah ! Yen keto keneh ci paling ci kaden e bebotoh nyen e. Ooooo bani ci bani ? (Bah ! Kalau begitu pemikiranmu pasti kamu dikira penjudi nanti. Ooooo berani kamu berani ?)

28. Pria A : Bani apa ? (Berani apa ?)

29. Pria D : Bani ci juk ken polisi e ?

(Berani kamu ditangkap sama polisi ?) 30. Pria A : Sing sing sing.

(Tidak tidak tidak)

31. Pria D : Nah yen be keto, lan orin men carane mesiap-siapan. Jani alih timpale malu. (Ya kalau begitu, saya beri tahu caranya mesiap-siapan. Sekarang cari teman-teman dulu).

Pada dialog nomor 25 sampai 31 tersebut, terdapat tindakan yang memperlihatkan rasa bersahabat dengan orang lain. Pria D memberi peringatan pada Pria A agar dia tidak mendapat masalah. Lalu Pria D memberi tahu cara bermain mesiap-siapan dan mencari lebih banyak teman agar dapat bermain bersama-sama.

(11)

e. Peduli Sosial

63. Wanita B : Jeg ngawag-ngawag gen. Tawang ci je, mone jegeg-jegeg ne orang care liak. Cang gen care Dewi Sita e.

(Ngawur-ngawur saja. Kamu tahu tidak, sebegini cantik-cantiknya dibilang seperti liak. Saya saja seperti Dewi Sita).

Pada dialog nomor 63 tersebut, terdapat sikap dan tindakan yang memberi bantuan terhadap orang lain. Wanita B memberi bantuan berupa pembelaan terhadap temannya yang dikatakan liak. Dalam konteks ini, perkataan liak itu sudah termasuk dalam hal yang negatif, sehingga wanita B membela temannya itu.

f. Cinta Damai

103.Pria B : Nah nah nah nah nah. De to lantangange. Jani ajake rage meplalianan, setuju ?

(Ya ya ya ya ya. Jangan itu diperpanjang. Sekarang mari kita bermain, setuju ?)

Pada dialog nomor 103 tersebut, terdapat sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang. Pria B berusaha menghentikan teman-temannya yang berdebat panjang hingga memicu pertengkaran.

g. Kerja Keras

127.Pria A : Hahahaha jani cang ngembar ci, memunyi memunyi memunyi ! (hahahaha sekarang saya melatih kamu, bicara bicara bicara !) 128.Pria C : (menjadi ayam) Kikikikik kikikiik kikkiikiiki.

129.Pria A : We sing keto munyin siape, munyin siape kok kok kok keto. (Eh tidak begitu bunyi ayam, bunyi ayam kok kok ko begitu)

Pada dialog nomor 127 sampai 129 tersebut, terdapat perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan. Pria A dengan sungguh-sungguh melatih pria C yang menjadi ayam agar dapat menang dalam permainan tersebut.

h. Mandiri

151.Pria C : Nengil malu, negak negak. (lalu keluar membawa air ‘tirta’ dengan sempoyongan)

(Diam dulu, duduk duduk) (lalu keluar membawa air ‘tirta’ dengan sempoyongan) Pada dialog nomor 151 tersebut, terdapat sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang lain. Pria C menyuruh temannya duduk saja saat ada yang pingsan, dan dia menyelesaikan masalah itu sendiri.

(12)

SIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas tentang nilai pendidikan yang terkandung dalam dolanan Mesiap-siapan duta Kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat diidentifikasi dari sumber-sumber, yaitu sumber agama, Pancasila, budaya, dan dari sumber tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya keempat sumber tersebut dihubungkan dan dikaitkan dengan dolanan Mesiap-siapan sehingga mendapat hasil berupa deskripsi dan hasil penelitian tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya.

Dolanan Mesiap-siapan ini dikemas dengan dialog, drama, tarian, nyanyian, musik, dan perilaku pemain sehingga dapat memiliki nilai-nilai pendidikan karakter. Cara pengemasan nilai pendidikan karakter dalam dolanan Mesiap-siapan didapatkan dalam transkip sinopsis dan dialog yang sudah terlampir. Setelah dianalisis, beberapa dialog mengandung delapan nilai dari delapan belas nilai pendidikan karakter, yaitu kreatif, demokratis, rasa ingin tahu, bersahabat atau komunikatif, peduli sosial, cinta damai, kerja keras, dan mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Faturrahman, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Nashir, Haedar. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Kebudayaan. Yogyakarta: Multi Presindo.

Prawiroatmodjo. 1988. Bausastra Jawa-Indonesia Jilid I. Cetakan 3. Jakarta: PT Karya Unipress. Syarbini, Amirulloh. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter : Panduan Lengkap Mendidik

Karakter Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah. Jakarta: as@-Prima Pustaka.

Taro, Made. 2015. Seni Permainan Tradisional Bali : Dari Tok Pitu Sampai Tok Lait Kancing. Denpasar: Amada Press.

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Gadang hanya menjadi tempat untuk menghelat upacara adat dan perkawinan, Pandam Pakuburan dikunjungi saat sanak saudara meninggal dunia dan dikebumikan, surau

• Rule 9 : Jika ponsel dapat dinyalakan Dan LCD menyala Dan tampil provider Dan aplikasi ponsel berjalan dengan baik Dan keypad pada ponsel tidak berfungsi Maka Keyboard

Tabel 4.9 Perbandingan Umpan Dan Keluaran Evaporator Tahap Keempat 47 Tabel 4.10 Resume Neraca Massa Evaporator Multi Efek Tahap Kelima

TRADING SELL : Posisi jual untuk jangka pendek , yang menitikberatkan pada analisa teknikal dan isu- isu yang beredar. BANK

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau sectio caesaria adalah suatu

Selanjutnya Defisit Pangan di Nagekeo, Hak Angket terhadap KPK, Ibadah Haji 2017, Kasus Narkoba, Kelolaan Investasi Reksa Dana, Korupsi Lahan di MTB, Paket Kebijakan Ekonomi

Penelitian yang telah dilakukan oleh Amrullah dan Sasi (2016) menunjukkan bahwa harga berpengaruh signifikan secara positif terhadap keputusan pembelian karena harga dapat

Evaluasi Evaluasi kegiatan kegiatan bulan bulan Desember Desember 2011 2011 dan dan Rencana Rencana kegiatan bulan Januari 2012 dari setiap divisi.. kegiatan bulan