• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PERSEPSI DAN DUKUNGAN ISTERI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI KB PRIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR PERSEPSI DAN DUKUNGAN ISTERI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI KB PRIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PERSEPSI DAN DUKUNGAN ISTERI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI KB PRIA

Siti Novianti1, Rian Arie Gustaman Abstrak

Program keluarga berencana memiliki pengaruh yang besar dalam kesehatan reproduksi. Masalah utama saat ini adalah rendahnya partisipasi pria dalam program keluarga berencana. Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Karangnunggal. Sampel diambil secara random dan menggunakan metode kros seksional. Penelitian ini termasuk 64 pria yang berada pada Pasangan Usia Subur (PUS) dan akseptor KB berusia 25-60 tahun. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara persepsi dan dukungan istri dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana dengan uji chi square pada derajat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 17,2% pria melakukan vasektomi dan 81,8% pria menggunakan kondom. 89,1% responden memiliki persepsi yang kurang tentang keluarga berencana dan 90,6% memiliki dukungan istri yang baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi (nilai p 0,014) dan dukungan istri (nilai p 0,006) berhubungan dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar meningkatkan persepsi pria tentang vasektomi dan efeknya terhadap kualitas hubungan suami istri.

Kata kunci: persepsi, dukungan istri, keluarga berencana, pria Abstract

The role ofthe family planning programis verybig influence ona person's reproductive health. Major problemt oday is the low participation ofmenin the implementation of family planning programs.This study was conducted in Karangnunggal Disctrict. The random sampling procedure was used for the selecting sample and used cross sectional method. The study included 64 men of fammily planning acceptors from couple of child be a ring aged 25-60 years. Bivariate analysis was performed between male’s participation as the dependent variabel with perception and wives support as independent variables. Chi square analisis was applied to asses relationship of risk factor on the participation’s men in familly planning with 95% degree of confident. The current contraceptive-use rate was 17,2% man used vasektomi and 81,8% man used condom.89,1% respondance with lack of perception about men’s familly planning and 90,6% respondance with good wives support.Results of chi square analysis showed that perceptions (p value 0,014) and wives support (p value 0,006) related with participation of men in the implementation of family planning.The results imply that improve perception of men about the vasectomy and the effecton the quality ofthe marital relationship.

Keywords: perception, wives support, family planning, male

PENDAHULUAN

Kontrasepsi bertujuan untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut.

1

(2)

Penggunaan alat kontrasepsimerupakan bagian dari hak-hak reproduksi, yaitu bagian dari hak-hakazasi manusia yang universal. Hak-hak reproduksi yang paling pokokadalah hak setiap individu dan pasangan untuk menentukan kapanakan melahirkan, berapa jumlah anak dan jarak anak yang dilahirkan,serta memilih upaya untuk mewujudkan hak-hak tersebut (WHA,2004).

Peningkatan dan perluasan pelayanan KB termasuk pria merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan, yang dialami oleh wanita di negara yang sedang berkembang. Partisipasi pria dalam pelaksanaan Program KB dan kesehatan reproduksi adalah masalah yang strategis dalam meningkatkan cakupan program KB dan kesehatan reproduksi. Partisipasi pria, terutama dalam praktek KB serta pemeliharaan kesehatan ibu dan anak, termasuk pencegahan kematian maternal, hingga saat ini belum memuaskan. Hal ini tercermin dari masih sangat rendahnya kesertaan pria dalam ber-KB yang ditunjukkan oleh hasil SDKI, 2002 dimana kesertaan KB pria baru mencapai 4,4 % (MOP 0,4%, kondom 0,9%, pantang berkala 1,6% dan senggama terputus 1,5%), walaupun angka tersebut telah menunjukkan peningkatan dari hasil SDKI 1997 dimana kesertaan pria ber KB sebesar 3%.

Jumlah akseptor KB di kabupaten Tasikmalaya tahun 2012 jumlah akseptor KB aktif adalah 82,81%, tetapi partisipasi pria dalam ber-KB masih rendah yaitu hanya 0,57% yang menggunakan MOP. Angka tersebut masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara islam, seperti Bangladesh sebesar 13,9% tahun 1997, dan Malaysia sebesar 16,8% tahun 1998.

Rendahnya partisipasi pria/suami dalam KB dan kesehatan reproduksi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu: faktor dukungan baik politis, sosial budaya, maupun keluarga yang masih rendah sebagai akibat kurangnya pengetahuan pria/suami serta lingkungan sosial budaya yang menganggap KB dan kesehatan reproduksi mapupun urusan dan tanggung jawab perempuan; serta faktor akses, baik akses informasi maupun akses pelayanan. Dimana materi informasi KB pria masih sangat terbatas, demikian halnya dengan kesempatan pria/suami yang masih kurang dalam mendapatkan informasi mengenai KB dan kesehatan reproduksi.

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 7 tahun 2004 tentang Rencana pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ditetapkan bahwa peserta KB Pria sebesar 4,5%, namun kenyataannya partisipasi pria dalam KB masih rendah.

(3)

Perkembangan partisipasi pria dalam KB khususnya dalam penggunaan kontrasepsi selama kurun waktu 12 tahun terakhir belum memperlihatkan kenaikan yang berarti, yaitu hanya 0,2 %. Hal ini dapat dilihat dari angka pencapaian peningkatan partisipasi pria tahun 1991 sebesar 0,8 % (SDKI 1991), pada tahun 2003 sebesar 1,3 % (SDKI 2002-2003), sedangkan pada tahun 2007 sebesar 1,5 % (Suprihastuti,2000).

Penggunaan metode kontrasepsi modern bagi pria di Indonesia kurang dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan. Rendahnya keterlibatan pria dalam penggunaan metode kontrasepsi mantap (vasektomi) diakibatkan oleh adanya kekhawatiran para pria setelah vasektomi mereka akan kehilangan kejantanannya. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan di Zambia oleh Chirambo (2002) bahwa pria takut terjadi impotensi karena vasektomi. Juga adanya salah persepsi dan pandangan yang negatif bahwa vasektomi itu sama dengan pengebirian, sehingga pria enggan untuk menjalani vasektomi (Martinez et all, 2002).

Kecamatan Karangnunggal merupakan kecamatan dengan pencapaian KB Pria (MOP) yang masih rendah dibandingkan dengan pencapaian kabupaten Tasikmalaya, yaitu sebesar 0,28% yang tediri dari 61 pengguna MOP dan 193 pengguna kondom. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis faktor persepsi dan dukungan istri dengan partisipasi pria dalam Keluarga Berencana (KB) di kecamatan Karangnunggal kabupaten Tasikmalaya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross

sectional. Variabel bebas adalah persepsi pria tentang KB dan dukungan istri,

dengan variabel terikat adalah partisipasi KB Pria.

Persepsi adalah anggapan responden tentang peran pria dalam kesehatan reproduksi dan KB pria, sedangkan dukungan istri adalah anggapan responden tentang bentuk persetujuan dan support istri dalam penggunaan KB pria. Partisipasi KB pria merupakan keterlibatan pria dalam penggunaan metode kontrasepsi yaitu kondom dan vasektomi.

Penelitian dilakukan pada pria PUS akseptor KB dengan sampel sebanyak 64 orang. Analisis statistik dengan chi square.Instrumen penelitian menggunakan kuesioner.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

1) Karakteristik Responden a) Usia Responden

Rata-rata usia responden adalah 41,09 tahun dengan responden termuda 24 tahun dan responden tertua berusia 60 tahun.

b) Pekerjaan Responden

Tabel 2 Distribusi Respoden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan responden Frekuensi %

PNS 5 7,8 Swasta 8 12,5 Buruh 9 14,1 Petani 17 26,6 Wiraswasta 19 29,7 Dagang 4 6,2 Honorer 2 3,1 Jumlah 64 100,0

Berdasarkan data tabel 2 sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta (29,7%) dan sebagai petani (26,6%). Jenis pekerjaan yang paling sedikit dimiliki responden adalah honorer yaitu sebesar 3,1% dan PNS sebesar 7,8%.

c) Tingkat Pendidikan

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pekerjaan Frekuensi % Tamat SD 9 14,1 Tamat SMP 11 17,2 Tamat SMA 19 29,7 Tamat Diploma 15 23,4 Tamat PT 10 15,6 Jumlah 64 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan tamat SMA yaitu sebesar 29,7 %. Adapun yang tamat SD adalah 14,1 % dan responden yang menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi (PT) sebesar 15,6%.

(5)

2) Partisipasi KB Pria

Tabel 4 Distribusi Partisipasi KB Pria

Jenis KB Pria Frekuensi %

Non MOP (kondom) MOP 53 11 82,8 17,2 Jumlah 64 100,0

Tabel 4 di atas memperlihatkan bahwa sebesar 82,3% responden menggunakan alat kontrasepsi pria berupa kondom. Hanya 17,2% yang menggunakan Metode Operatif Pria (MOP) atau vasektomi.

Semua responden yang telah vasektomi melakukannya pada saat ada pelayanan kesehatan dari pemerintah (gratis). Adapun pengguna kondom sebagian besar membeli sendiri (50,4%) dan sebagian yang lain diperoleh dari kader kesehatan (49,6%).

Rata-rata lama penggunaan kontrasepsi adalah 3,18 tahun, dengan penggunaan paling sedikit 5 tahun dan penggunaan kontrasepsi paling lama 10 tahun.

3) Persepsi Pria tentang KB

Tabel 5 Distribusi Persepsi Pria tentang KB

Persepsi Frekuensi % Kurang Baik Baik 28 36 43,8 56,2 Jumlah 64 100,0

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden memiliki persepsi yang baik tentang KB pria yaitu 56,2% dan sebagiannya lagi yaitu 43,8% memiliki persepsi yang kurang baik.

4) Dukungan Istri

Tabel 6 Kategori Dukungan Istri

Dukungan Frekuensi % Kurang Baik Baik 7 57 10,9 89,1 Jumlah 64 100,0

Hasil kategori sebagaimana tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 67,2% responden memiliki istri yang memiliki dukungan baik dan sebesar 32,8% yang memiliki dukungan istri dengan kategori kurang baik.

(6)

5) Hubungan Persepsi dan Partisipasi KB Pria

Tabel 7 Hubungan Persepsi dan Partisipasi KB Pria Persepsi tentang

KB Pria

Kondom Vasektomi Jumlah Nilaip

f % f % f %

0,014

KurangBaik 50 87,7 7 12,3 57 100,0

Baik 3 42,9 4 77,1 11 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada pengguna kondom, sebagian besar memiliki persepsi tentang KB Pria yang kurang baik (87,7%), berbeda dengan responden yang melakukan vasektomi, dimana sebagian besar memiliki persepsi tentang KB Pria yang baik (77,1%).

Hasil analisis dengan uji kai kuadrat pada derajat kepercayaan 95% diperoleh nilai p 0,014 yang berarti bahwa ada hubungan antara persepsi tentang KB Pria dan Partisipasi Pria dalam KB.

6) Hubungan Dukungan Istri dan Partisipasi KB Pria Tabel 7 Hubungan Persepsi dan Partisipasi KB Pria

DukunganIstri Kondom Vasektomi Jumlah Nilaip

f % f % f %

DukunganKurang 2 33,3 4 66,7 6 100,0

0,006

DukunganBaik 51 87,9 7 2,1 68 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada pengguna kondom, lebih banyak ditemukan pada dukungan istri yang baik (87,9%), berbeda dengan responden yang vasektomi, dimana sebagian besar memiliki dukungan istri yang kurang (66,7%).

Hasil uji statistik dengan Kai Kuadrat pada derajat kepercayaan 95% memperoleh nilai p 0,006 sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan istri dan partisipasi pria dalam KB.

Pembahasan

Metode kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah bertemunya sel sperma dan seltelur. Target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2009-2014 diantaranya adalah meningkatnya presentase penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). BKKBN mendorong pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dalam setiap pelayanan KB. Termasuk mengajak para suami mau ikut KB dengan metode operasi pria (MOP) atau vasektomi. BKKBN pun telah melatih dokter untuk memenuhi kualita pelayanan KB pria (BKKBN, 2007).

(7)

Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebihdari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenismetoda yang termasuk dalam kelompok ini adalah metoda kontrasepsi mantap (pria dan wanita),implant, dan Intra Uterine Device (IUD). Berbeda dengan di negara Eropa umumnya, MKJP yangdikenal dengan Long Acting Contraceptive System (LACS) adalah metoda kontrasepsi yang penggunaannya tidak setiap hari (seperti pil) atau tidak digunakan setiap melakukan sanggama(seperti kondom), dengan demikian suntikan KB dalam hal ini digolongkan sebagai MKJP.

LongActing Contraceptive System dikelompokkan menurut Reversible(IUD,

Implant, suntikan) danIrreversible (Kontap pria dan wanita) (Puslitbang KB danKespro, 2009).

Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin, 2003), serta termasuk kedalam MKJP. Tetapi penggunaan vasektomi maupun KB prialainnya di Indonesia masih tergolong rendah. RPJP BKKBN 2009-2014 diarahkan untuk meningkatkan partisipasi pria dalam KB menjadi sebesar 4,5 % (Puslitbang KB danKespro, 2009).

Hasil penelitian di kecamatan Karangnunggal menunjukkan bahwa peserta KB Priakurang dari 1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi pria dalam KB masih relative rendah. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi tentang KB Pria dan partisipasi KB Pria dengan nilai p 0,016. Sebagian besar pengguna kontrasepsi kondom memiliki persepsi tentang KB Pria yang kurang baik (87,7%), berbeda dengan responden yang melakukan vasektomi, dimana sebagian besar memiliki persepsi tentang KB Pria yang baik (77,1%). Hasil penelitian di kecamatan Karangnunggal ini sejalan dengan penelitian Purwanti (2004) yang menyatakan bahwa suami dengan persepsi positif terhadap alat kontrasepsi pria lebih tinggi pada kelompok suami yang menggunakan alat kontrasepsi vasektomi dibandingkan dengan kontrol.

Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan

(8)

stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan,nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain (Notoatmodjo, 2000).

Penelitian di Karangnunggal menunjukkan bahwa 70,3 % yang memiliki persepsi bahwa vasektomi menurunkan kejantanan suami, 73,4% vasektomi menyebabkan impotensi dan 39,1 % beranggapan bahwa vasektomi dilarang oleh agama. Hal itu yang menjadi salah satu penyebab rendahnya penggunaan metode vasektomi pada responden dibandingkan dengan penggunaan KB pria lainnya (kondom).

Terkait dengan larangan agama tentang vasektomi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan fatwa memperbolehkan vasektomi dengan syarat untuk tujuan yang tidak menyalahi syari’at, tidak menimbulkan kemandulan permanen, ada jaminan dapat dilakukan rekanalisasi yang dapat mengembalikan fungsi reproduksi seperti semula, tidak menimbulkan bahaya (mudharat) bagi yang bersangkutan yang memperbolehkan vasektomi.mendorong para pria, khususnya kaum muslim merasa lebih yakin untuk menjadi peserta KB. Selama ini terjadi stagnasi kesertaan KB pria dengan vasektomi atau metode, antara lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, informasi, kesadaran, sosialisasi, dan fasilitas pelayanan KB pria. Hal ini mendorong pria, khususnya kaum muslim merasa lebih yakin untuk menjadi peserta KB.Dengan peningkatan partisipasi pria diharapkan akan mampu mendorong peningkatan kualitas pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi, peningkatan kesetaraan dan keadilan gender, peningkatan penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan berpengaruh positif dalam mempercepat penurunan angka kelahiran total (TFR), penurunan angka kematian ibu (AKI/MMR) dan penurunan angka kematian bayi (AKB/IMR) (Purwanti, 2004).

BPMKB kab. Tasikmalaya telah melakukan kegiatan penyuluhan dan pelayanan KB pria di wilayah kabupaten Tasikmalaya, dimana kec. Karangnunggal menjadi salah satu diantaranya yang memiliki respon dan partisipasi KB pria yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain. Pelayanan vasektomi gratis menjadi bagian dari program BPMKB kab. Tasikmalaya, tetapi responnya masih terbilang minim karena tidak sesuai dengan target 4,5 % pencapaiannya. Salah satu diantaranya adalah karena

(9)

ketakutan dengan istilah operasi yang identik dengan pembedahan besar dengan risiko komplikasi yang tinggi serta ketakutan kehilangan kejantanan setelah dilakukan vasektomi.

Persepsi umumnya dihubungkan dengan adanya ingatan, nilai-nilai yang diperoleh sebelumnya termasuk pengetahuan. Persepsi yang kurang baik salah satunya adalah karena tidak memiliki pengetahuan atau informasi yang tidak benar. Oleh karena itu perlu pemberian informasi lebih banyak mengenai vasektomi khususnya bagi para suami sebagai pihak yang akan melaksanakan metode tsb, karena selama ini umumnya penyuluhan yang dilaksanakan di kec. Karangnunggal lebih banyak diberikan kepada ibu-ibu.

Hasil uji statistic diperoleh adanya hubungan antara dukungan istri dengan partisipasi pria dalam KB. Hal ini sejalan dengan penelitian Budisantoso (2008) dan Sri Wahyuni dkk (2013) bahwa dukungan istri berpengaruh positif terhadap partisipasi pria dalam KB.

Hasil penelitian pada pengguna kondom di kec. Karangnunggal, lebih banyak ditemukan pada dukungan istri yang baik (87,9%). Bentuk dukungan tidak saja terkait dengan izin boleh/tidaknya menggunakan jenis kontrasepsi tertentu, juga termasuk membantu dalam mengatasi keluhan akibat kontrasepsi yang digunakan. Hasil wawancara dengan respon den menyebutkan bahwa sebagian besar istrinya tidak memiliki keluhan dalam berhubungan seksual (82,8%). Sebesar 95,3 % istri mengizinkan/mengantar suami pergi ke pelayanan KB pria, sebanyak 92,2% istri membantu memutuskan jenis KB yang akan digunakan

Dalam hal penggunaan kondom, karena sifatnya tidak permanen, izin dan dukungan istri lebih banyak diperoleh dibandingkan untuk melakukan vasektomi. Karena vasektomi berhubungan dengan tindakan operatif yang bersifat permanen, termasuk harus melalui pertimbangan yang matang untuk memutuskan hal tersebut. Hasil wawancara dengan responden yang menggunakan kondom menyatakan bahwa alas an penggunaan kondom adalah karena masih memiliki keinginan untuk memiliki anak dan bertujuan hanya untuk menjarangkan kehamilan. Sedangkan untuk responden yang melakukan vasektomi, alasan utama selain memutuskan untuk tidak lagi memiliki anak adalah karena alas an ekonomi.

Pelayananva sektomi diberikan secara gratis oleh pemerintah kab. Tasikmalaya. Umumnya sasaran dari program ini adalah pasangan yang sudah

(10)

memiliki anak minimal dua orang dan PUS yang memilikitingkat social ekonomi yang kurang. Petugas KB dibantu dengan kader kesehatan menyasar sasaran untuk menawarkan pelayanan vasektomi, selanjutnya diberikan konseling mengenai proses yang akan dilaksanakan, baik keuntungan maupun kerugiannya, termasuk melibatkan pasangan (istri) dalam keputusan untuk melaksanakan vasektomi. Rendahnya vasektomi karena tidak diperolehnya izin istri. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki dukungan istri yang kurang (66,7%). Salah satu factor penyebabnya adalah sebanyak 68,8% responden berpersepsi bahwa istrinya khawatir adanya penggunaan KB pria akan membebaskan suami memiliki wanita idaman lain. Perlunya petugas kesehatan mendorong istri agar mendukung suaminya untuk melakukan vasektomi serta penguatan dari keluarga untuk meningkatkan kualitas pasangan suami-istri dalam keharmonisan keluarga.

SIMPULAN

Persepsi dan dukungan istri memiliki hubungan signifikan dengan partisipasi pria dalam Keluarga Berencana.

SARAN

Diharapkan agar meningkatkan persepsi pria dalam pelaksanaan KB dan efeknya dalam hubungan suami-istri.

DAFTAR PUSTAKA

BKBN. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Pria dalam KB. http://www.bkkbn.go.id/gemapria/info-detail.php?infid=79 .2007.

BKKBN, Operasionalisasi Program dan Kegiatan Strategis Peningkatan

Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi,

Jakarta, 2002.

Budisantoso, S. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pria dalam

Keluarga Berencana di Kec. Jetis Kab Bantul. [Skripsi]. Undip. Semarang,

2008

Laporan BPMKB Kabupaten Tasikmalaya, 2012.

Marla Nurrita. Pengetahuan dan Sikap Suami terhadap Kontrasepsi Mantap Vasektomi di Kecamatan Rancaekek. E-Journals Unpad vol. 1 no. 1 (2012) Martinez GM, Chandra A, Amba JC, Jones J, Mosher WD. Fertility,

(11)

the 2002 National Survey of Family Growth. Vital Health and Statistics; 2006:2003:1

Purwanti, Nunuk Sri, Hubungan antara Persepsi Suami Tentang Alat Kontrasepsi

Pria dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria dengan Penggunaan Alat

Kontrasepsi Pria di Kabupaten Bantul. Tesis, Program Pasca

SarjanaUGM,Yogyakarta, 2004.

Puslitbang Kespro & KB. Analisis Lanjut Hasil SDKI 2007. Jakarta, 2009

Reproductive Health Strategy, Rpeproductive Health Research World Health Organization, Geneva, Adopted at the 57th World Health Assembly, 2004 Suprihastuti, DR, Pengambilan Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria di

Indonesia, Analisis Hasil SDKI 1997, Jakarta, 2000.

Wahyuni, Sri NPD, Suryani, N,Murdani, P. Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Akseptor KB Pria tentang Vasektomi serta Dukungan Keluarga dengan Partisipasi Pria dalam Vasektomi Jurnal Magister Kedokteran Keluarga Vol.

1 No. 1 2013 (h.80-91)

Widiatmoko, Poncobirowo, Nur Rasyid, dan Akmal Taher. Vasektomi: Metode Kontrasepsi Pria yang Efektif, Cepat, Aman dan Mudah. Medika. Jurnal Kedokteran Indonesia Edisi Nomor 10 Vol. XXXIX. 2013

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh sosial budaya (pengetahuan, kepercayaan, dan adat-istiadat) dan dukungan istri terhadap partisipasi anggota Polri dalam ber-KB di

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Khairurahmi (2005), yang menyatakan bahwa jumlah anak tidak memiliki pengaruh terhadap partisipasi pria dalam ber-KB di Kecamatan Medan.

Salah satu masalah yang menonjol adalah rendahnya partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB baik dalam praktik KB, mendukung istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai

Hasil penelitian diperoleh : ada hubungan pengetahuan, sikap, budaya, sumber informasi, dukungan isteri dengan keikutsertaan pria mengikuti KB, faktor yang dominan

Ada hubungan antara pengetahuan, motivasi dan dukungan istri dengan antusiasme pria PUS tidak menggunakan kontrasepsi MOP di wilayah kerja Puskesmas Purwojati..

Menurut BKKBN (2007) faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya partisipasi pria dalam KB antara lain : terbatasnya sosialisasi dan promosi KB pria, adanya persepsi

SKRIPSI PENGARUH PARTISIPASI KB PRIA TERHADAP KEBERHASILAN IMPLEMENTASI KAMPUNG KB DI DESA PURANA KECAMATAN BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG Oleh: RIFA NABILA NUGRAHANI

Variabel partisipasi KB pria memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keberhasilan implementasi kampung KB di Desa Purrana, sehingga hipotesis yang menyatakan adanya