• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PAGUYUBAN KB PRIA (SIWALAN MESRA) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI PRIA DALAM MENGIKUTIVASEKTOMI DI KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PAGUYUBAN KB PRIA (SIWALAN MESRA) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI PRIA DALAM MENGIKUTIVASEKTOMI DI KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

SEPTIYAN FIRDAUS GIGIH ARMADANI

0941010014

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

MESRA) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI PRIA DALAM MENGIKUTI VASEKTOMI DI KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

Nama Mahasiswa : Septiyan Firdaus G.A

NPM : 0941010014

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti ujian Skripsi

PEMBIMBING

Tukiman. S.Sos, M.Si NIP. 196103231989031001

Mengetahui,

KETUA PROGRAM STUDI

(3)

SEPTIYAN FIRDAUS GIGIH ARMADANI NPM : 0941010014

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 22 Mei 2014

MENYETUJ UI,

PEMBIMBING TIM PENGUJ I

1.

Tukiman. S. Sos, M. SI Drs. Pudjo Adi, M.Si NIP : 196103231989031001 NIP. 195105101973031001

2.

Dr.Sri Wibawani, MSi NIP: 196704061994032001 3.

Tukiman. S. Sos, M. SI NIP : 196103231989031001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimur

(4)

rahmat, berkat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi penelitian dengan judul “PERAN PAGUYUBAN KB PRIA

(SIWALAN MESRA) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI PRIA DALAM MENGIKUTI VASEKTOMI.”

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum

Program Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Tukiman. S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam pelaksanaan penyusunan proposal

penelitian ini. Disamping itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosia dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

2. Dr. Lukman Arif, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

(5)

5. Bapak Suharto, selaku ketua paguyuban Siwalan Mesra.

6. Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan semuanya, termasuk doa restu,

kasih sayang, tuntunan, bimbingan, dorongan, semangat dan bantuan kepada penulis. Terima kasih atas segala sesuatunya selama ini, semua itu adalah yang terbaik buat penulis.

7. Adikku yang telah menyayangi dan memberi semangat, terima kasih atas perhatiannya.

8. Teman-teman Program Studi Ilmu Administrasi Negara angkatan 2009 (Rerin, Vera, Dinar, Rendi, anjar, Galeh, Andre, Indra) dan Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan.Akhir kata dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan khususnya bagi penulis dan bagi fakultas

pada umumnya serta para pembaca.

Surabaya, mei 2014

(6)

LEMBAR PERSETUJ UAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAKSI ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : KAJ IAN PUSTAKA ... 6

2.1.Penelitian terdahulu ... 6

2.2.Landasan Teori ... 8

2.2.1.Partisipasi ... 8

(7)

2.2.1.4.Berdasarkan Keterlibatan ... 11

2.2.1.5.Berdasarkan Tingkat Organisasi... 11

2.2.1.6.Berdasarkan Intensitas Dan Frekuensi Kegiatan ... 11

2.2.1.7.Berdasarkan Lingkup Liputan Kegiatan ... 12

2.2.1.8.Berdasarkan Efektifitas ... 12

2.2.1.9.Berdasarkan Siapa yang Terlibat ... 12

2.2.1.10.Berdasarkan Gaya Partisipasi ... 13

2.2.1.11.Partisipasi Pria ... 14

2.2.2.Sosialisasi ... 15

2.2.2.1.Pengertian dan Tujuan Sosialisasi ... 15

2.2.2.2.Tujuan Sosialisasi ... 16

2.2.2.3.Jenis-jenis Sosialisasi ... 16

2.2.3.Keluarga Berencana ... 18

2.2.3.1.Pengertian Keluarga Berencana ... 18

(8)

2.2.4.1.Pengertian Vasektomi ... 21

2.2.4.2.Pengertian Alat Kontrasepsi ... 25

2.2.5.Kerangka Berfikir ... 22

BAB III : METODE PENELITIAN ... 23

3.1.Jenis Penelitian ... 23

3.2.Fokus Penelitian ... 24

3.3.Lokasi penelitian ... 26

3.4.Sumber Data ... 27

3.5.Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.6.Analisa Data ... 32

3.7.Keabsahan Data ... 32

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1.Gambaran Umum Obyek ... 35

4.1.1.Sejarah paguyuban Siwalan Mesra ... 35

(9)

4.2.Hasil penelitian ... 44

4.2.1.Sosialisasi ... 45

4.2.2.Usaha Ekonomi Produktif ... 52

4.2.3.Promosi ... 57

4.2.4.Kerjasama ... 60

4.2.5.Road Show ... 62

4.3.Pembahasan Penelitian ... 63

4.3.1.Sosialisasi ... 63

4.3.2.Promosi ... 66

4.3.3.Kerjasama ... 67

4.3.4.Usaha Ekonomi Produktif ... 67

5.3.5 Rowd Show ... 69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1.Kesimpulan ... 71

(10)
(11)

ABSTRAKSI

SEPTIYAN FIRDAUS G.A, 2013, Peran Paguyuban KB Pria (SIWALAN MESRA) Untuk Meningkatkan Partisipasi Pria Dalam Mengikuti Vasektomi DI Kecamatan Pakal Kota Surabaya.

Penelitian ini di dasarkan atas upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk supaya pertubuhan penduduk tidak semakin meningkat sehingga pemerintah mengeluarkan program Keluarga Berencana untuk mensejahterakan masyarakat, Program KB di tujukan bukan hanya kepada wanita tetapi juga di harapkan pria juga berperan untuk mensukseskan program KB, program KB pria/vasektomi adalah suatu tindakan medis kontrasepsi pada laki – laki dengan cara mengikat saluran seperma. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimanakah peran kelompok KB pria/Vasektomi Paguyuban “ SIWALAN MESRA “ dalam mewujudkan kesetaraan gender di Kecamatan Pakal Kota Surabaya.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan diskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta dokumentasi. Sampel atau informan dalam penelitian ini adalah Ketua paguyuban Siwalan Mesra, masyarakat pengguna akseptor KB pria/vasektomi dan anggota PLKB. Tehnik menentukan informan penelitian ini menggunakan tehnik purposive sampling, dan analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis model intraktif (Milles dan Huberman). Keabsahan data dalam penelitian ini meliputi derajat kepercayaan, ketralihan, kebergantungan, dan kepastian.

Hasil penelitian menunjukan bahwa peran paguyuban KB pria (SIWALAN MESRA) untuk meningkatkan partisipasi pria dalam mengikuti vasektomi di Kecamatan Pakal Kota Surabaya penelitihan menunjukan belum optimal. Hal ini di buktikan masih banyak para pria yang belum mengikuti vasektomi dikarenakan kurangnya pemahaman dan minat atau partisipasi untuk melakukan KB pria.

(12)

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan suatu negara yang berkembang, dan memiliki

tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga mempunyai jumlah penduduk berada di urutan ke empat besar di dunia setelah berturut-turut China,

India, Amerika Serikat dan ke empat adalah Indinesia.

Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warming,

keterpurukan ekonomi, masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk. Jumlah penduduk yang besar tanpa disertai dengan kualitas yang

memadai, justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Apabila tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terus di biarkan maka akan

terjadi berbagai masalah baik masalah pengangguran, tingkat kualitas sumberdaya manusia yang menurun, kejahatan dan lapangan pekerjaan yang memberikan

dampak negatif bagi kelangsungan umat manusia Indonesia khususnya. Oleh karena itu, usaha untuk menekan laju pertumbuhan sangatlah penting, sehingga pemerintah harus berupaya untuk memperkecil pertumbuhan penduduk dengan

cara mengeluarkan Program Keluarga Berencana (KB).

Keluarga Berencana bertujua untuk membangun kembali dan melestarikan

(13)

anak serta mewujudkan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan

penduduk Indonesia, terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (BKKBN 9:2005).

Program KB di tujukan bukan hanya kepada wanita tetapi juga di harapkan pria juga berperan untuk mensukseskan program KB, program KB pria/vasektomi

adalah suatu tindakan medis kontrasepsi pada laki – laki dengan cara mengikat saluran seperma.Vasektomi merupakan metode kontra sepsi dengan angka keberhasilan sangat tinggi mencapai 99,85 %. Laki-laki yang melakukan

vasektomi akan tetap memproduksi seperma pada buah zakar namun seperma tersebut tidak dapat keluar saat ejakulasi karena saluranya sudah terikat. Seperma

yang tidak ikut keluar tidak membahayakan bagi tubuh karena akan di serap kembali bagi tubuh.

Berdasarkan data dari BKKBN Provinsi Jawa Timur tahun 2012, jumlah

pengguna KB pria/vasektomi sebagaimana tersebut dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1

Pencapaian Peserta KB Pria (MOP) Pr ovinsi J awa Timur

Tahun Alat Kontr asepsi Sasar an KKP Pencapaian

2010 Vasektomi (MOP) 22.454 24.510

2011 Vasektomi (MOP) 24.810 22.765

2012 Vasektomi (MOP) 26.600 27.836

(14)

Pengguna KB pria/vasektomi pada tahun 2010 melebihi sasaran yang telah di tetapkan oleh BKKBN sebesar 24.510, pada tahun 2011 mengalami penurunan

pencapaian sebesar 22.765 sedangkan yang di targetkan oleh BKKBN sebesar 24.810 sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 27.836.

Tabel 2 dari tahun ketahun mengalami penurunan seperti halnya KB wanita, namun dilihat

kembali data tersebut meskipun ada suatu penurunan di setiap KB pertahunya tetap KB wanita lebih tinggi pencapainya dari tahun ketahun di bandingkan KB

pria.

Dengan dukungan tabel di atas tingkat partisipasi pria terhadap alat kontrasepsi Vasektomi rendah dikarenakan program Vasektomi belum banyak peminatnya.

Kutipan berita yang diperoleh dari media online yaitu; “ Peminat vasektomi atau KB pria semakin banyak. Mereka sudah tidak tabu lagi dengan jenis KB untuk kaum Adam itu, meski pe1aksanaannya dilakukan secara bersama-sama alias masal. Seperti kemarin,. (19/1) sebanyak 24 pria mengikuti operasi vasektomi yang dilaksanakan di Kecamatan Pakal “ (SURABAYA Jawa Post, 20 Januari 2012).

Dari data diatas dapat di simpulkan bahwa jumlah pengguna KB

(15)

sangat penting dalam mensukseskan program KB, perogram KB itu tidak bisa berjalan dengan baik apila masyarakat tidak ikut serta dalam mewujudkan

program KB tersebut, dengan demikian di bentuklah paguyuban ( SIWALAN MESRA ) yang di ketuai oleh Bapak Suharto Ahmat.

Paguyuban ( SIWALAN MESRA ) di bentuk oleh Kecamatan Pakal yang

berupa “Surat Keputusan Camat Pakal Kota Surabaya Nomor ; 188.45/008/436.11.30/2011 “. Paguyuban SIWALAN MESRA mempunyai arti

sebagai berikut SIWALAN ( Suami Istri Wajib Lindungi Anak ) sedangkan MESRA ( Mudah, Efektif, Sederhana, Ringan dan Aman ).

Dengan di bentuknya paguyupan ( SIWALAN MESRA ) yang menaungi

kelompok KB pria/vasektomi maka teori Partisipasi yang di gunakan adalah suatu tindakan yang merupakan keikutsertaan seseorang dalam kelompok social untuk

mengambil bagian dari kegiatan mayarakat (Hartini, G. Kartasapoetra, 1992:16), sehingga partisipasi yang digunakan oleh kelompok vasektomi adalah dengan cara sosialisasi, mendampingi peserta MOP, promosi, pengembangan usaha ekonomi

produktif dan roud show ke warga dengan harapan agar masyarakat bisa mengerti dan faham tentang Vasektomi,dengan cara mensosialisasikan terhadap program

atau kegiatan yang telah di tentukan oleh paguyuban ( SIWALAN MESRA ). Dengan adanya program atau kegiatan tersebut masyarakat berharap berguna untuk menstabilkan tingkat pertumbuhan penduduk khususnya masyarakat miskin

(16)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka didapat rumusan masalah yang akan

dikaji yaitu:

“Bagaimana peran paguyuban KB pria “ SIWALAN MESRA “ untuk meningkatkan partisipasi pria dalam mengikuti KB vasektomi di Kecamatan

Pakal Kota Surabaya?”

1.3.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Untuk mengetahui bagaimanakah peran paguyuban KB pria “ SIWALAN

MESRA “ untuk meningkatkan partisipasi pria dalam mengikuti KB vasektomi di Kecamatan Pakal Kota Surabaya”.

1.4.Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu

Administrasi Negara FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.

b. Bagi Paguyuban Siwalan Mesra

Sebagai bahan evaluasi terhadap temuan-temuan yang ada pada proses penelitian sehingga dapat memperbaiki peran paguyuban.

c. Bagi Universitas

Untuk menambah referensi dan literatur perbendaharaan pada perpustakaan yang dapat digunakan sebagai kajian untuk penelitian yang

(17)

2.1Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai

sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitian ini,yaitu;

1. Budisantoso, 2009, Partisipasi Pr ia Dalam Keluar ga Ber encana Di Kecamatan J etis Kabupaten Bantul. J ur nal Pr omosi Kesehatan Indonesia.

Vol. 4 / No. 2 / Agustus 2009.

Penelitian ini didasarkan atas, rendahnya partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB. Tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan metode diskriptif dan

analitik dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Dari hasil yang didapat adalah, partisipasi pria dalam KB sebagian besar pada katagori tinggi yaitu 61%, sedangkan responden yang mempunyai partisipasi

dalam program KB rendah sebesar 39%. Hubungan yang paling dominan adalah praktek istri terhadap partisipasi pria dalam KB dengan nilai signifikasi 0,033.

Nilai adjusted OR atau exp (B) 13,213. Yang artinya praktik istri terhadap partisipasi pria dalam KB dengan katagori cukup mempunyai kemungkinan 13 kali menyebabkan pria dalam KB.

Sikap terhadap partisipasi pria dalam KB sebagian besar katagori cukup yaitu 79%. Sikap kurang baik yang paling dominasi yaitu seharusnya yang ikut jadi

(18)

partisipasi pria dalam KB yang paling kurang baik terutama istri tidak mengijinkan suami mengikuti program KB (42%). Tidak ada hubungan yang

signifikan antara tingkat pendidikan, akses pelayanan terhadap partisipasi pria dalam KB dengan partisipasi pria dalam KB.

2. Mahar yanti, Sr i Handayani, 2010, Hubungan Karakteristik Suami Dengan

Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluar ga Berencana Di Wilayah

Desa Karangduwur Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen J awa Tengah. J urnal KES MAS UAD Vol. 4, No 1, September 2010.

Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dan menjadi tujuan produksi mereka.

Tanggung jawab pria dalam hal KB sangat penting dalam peran serta program keluarga berencana.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dimana setiap subjek penelitian hanya akan dilakukan satu kali pengukuran terhadap status karakter atau variabel subjek pada

saat yang bersamaan. Pengambilan sampel ini dilakukan melalui teknik sampel random sampling.

Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor KB di wilayah desa karangduwur dengan nilai sig (0,130>0,05), adanya hubungan yang signifikan antara jumlah anak

dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor KB di wilaya desa karangduwur dengan nilai sig (0,001<0,05), ada hubungan yang siksifikan antara pendapatan

(19)

pengetahuan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor KB di wilaya desa karangduwur dengan nilai sig(0,882>0,05).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Partisipasi

2.2.1.1 Pengertian Partisipasi

Partisipasi dalam kamus sosiologi adalah suatu tindakan yang merupakan keikutsertaan seseorang dalam kelompok social untuk mengambil bagian dari

kegiatan mayarakat (Hartini, G. Kartasapoetra, 1992:16).

Davis dalam Tangkilisan (2005:321) memberikan pengertian partisipasi sebagai berikut : partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang

dalam situasi yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada kelompok dan berbagai tanggung jawab dalam pencapaian tujuan.

Menurut Suharto dan Iryanto (1989) pengertian partisipasi adalah hal turut berperan serta di suatu kegiatan, keikutsertaan, dan peran serta. Dengan demikian dapat dikatakan partisipasi sama dengan peran serta.

Menurut Soerjono Soekanto, partisipasi merupakan proses identifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam situasi

social tertentu. Partisipasi terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah partisipasi social dan partisipasi politik. Partisipasi sosial merupakan derajat partisipasi individu di dalam kehidupan sosial. (Soerjono, Soekanto, 1993: 355).

Menurut Keith Davis yang juga telah mendefinisikan tentang arti partisipasi, antara lain adalah sebagai berikut:

(20)

proses penyertaan pikiran dan perasaan dalam dinamika organisasi terutama dalam proses pembuatan keputusan dan tindakan yang dilakukan dengan penuh

kesadaran.

2. Partisipasi merupakan sarana bagi pengembangan diri para bawahan. Mereka diberi kesempatan mengutarakan pendapat sebagai subyek bukan sekedar obyek

dalam mengambil keputusan.

3. Partisipasi juga merupakan sarana untuk menumbuhkan dan mempertebal rasa

“ikut memiliki” dikalangan bawahan. Bawahan berperan di dalam setiap pengambilan keputusan merasa bahwa baik buruknya keputusan yang diambil merekaikut bertanggungjawab karena pada hakekatnya mereka sendiri yang

memutuskan.

Pendapat Mubyarto dalam Ndraha (1990:102) mendefinisikan : “partisipasi

sebagai kesediyan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuansetiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingam diri sendiri”. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi merupakan

keikut sertaan mental dan emosional individu yang merupakan kesediyaan untuk turut serta dan menentukan keberhasilan setiap program.

Partisipasi dapat diklasifikasikan berdasarkan padaSembilan kriteria, yaitu sebagai berikut:

2.2.1.2 Berdasar kan derajat kesukar elaan a. Partisipasi bebas

Terjadi bila seorang individu melibatkan dirinya secara sukarela di dalam

(21)

Terjadi bila seseorang individu mulai berpartisipasi berdasarkan keyakinan tanpa dipengaruhi melalui penyuluhan atau ajakan-ajakan oleh lembaga-lembaga

atau perorangan.

a.2. Partisipasi terbujuk

Bila seorang individu mulai berpartisipasi setelah diyakinkan melalui

program penyuluhan atau oleh pengaruh lain sehingga berpartisipasi secara sukareladidalam aktivitas kelompok tertentu. Partisipasi ini dapat dibagi menurut

siapa yang membujuk, yaitu:

· Pemerintah yang mempropagandakan program pembangunan masyarakat, gerakan koperasi, LSM/LPSM atau HKTI.

· Badan-badan sukarela di luar masyarakat itu, misalnya gerakan-gerakan keagamaan.

· Orang-orang yang tinggal di dalam masyarakat atau golongan organisasi sukarela yang berbasiskan di dalam masyarakat seperti PKK dan Kelompok Tani. b. Partisipasi terpaksa

Dapat terjadi dalam berbagai cara, antara lain: b.1. Partisipasi terpaksa oleh hukum

Terjadi apabila orang-orang terpaksa melalui peraturan atau hukum, berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan tertentu tetapi bertentangan dengan keyakinan mereka dan tanpa melalui persetujuan mereka.

b.2. Partisipasi terpaksa karena kondisi sosial ekonomi

(22)

Terjadi apabila orang itu melaksanakan kegiatan tertentu di dalam proses partisipasi seperti mengambil perananan di dalam pertemuan-pertemuan, turut

berdiskusi.

b. Partisipasi tidak langsung

Terjadi apabila seseorang mendelegasikan hak partisipasinya, misalnya dalam

pemilihan wakil-wakil di dalam DPR.

2.2.1.4 Berdasar kan keter libatan

di dalam berbagai tahap dalam proses pembangunan terencana a. Partisipasi lengkap

Bila seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat di dalam

seluruh tahapan dalam proses pembangunan terencana. b. Partisipasi sebagian

Bila seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung tidak terlibat di dalam seluruh tahapan pembangunan

2.2.1.5 Berdasar kan tingkatan or ganisasi a. Partisipasi yang terorganisasi

Terjadi bila suatu struktur organisasi dan seperangkat tata kerja

dikembangkan atau sedang dalam proses penyiapan b. Partisipasi yang tidak terorganisasi

Terjadi bila orang-orang berpartisipasi hanya dalam tempo yang

kadang-kadang saja yang hukumnya karena keadaan yang gawat, misalnya sewaktu terjadi kebakaran.

(23)

Terjadi bila disitu ada frekuensi aktivitas kegiatan partisipasi yang tinggi. Menurut Muller hal ini diukur melalui dimensi kuantitatif dari partisipasi.

b. Partisipasi ekspensif

Terjadi bila pertemuan-pertemuan diselenggarakan secara tidak teratur dan kegiatan-kegiatan atau kejadian-kejadian yang membutuhkan partisipasi dalam

interval waktu yang panjang.

2.2.1.7 Berdasar kan lingkup liputan kegiatan a. Partisipasi tak terbatas

Bila seluruh kekuatan yang mempengaruhi komunitas tertentu dapat diawali oleh dan dijadikan sasaran kegiatan yang membutuhkan partisipasi anggota

komunitas tertentu. b. Partisipasi terbatas

Terjadi bila hanya sebagian kegiatan sosial, politik, administratif dan lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi melalui kegiatan partisipatif.

2.2.1.8 Berdasar kan efektifitas a. Partisipasi efektif

Yaitu kegiatan-kegiatan partisipatif yang telah menghasilkan perwujudan

seluruh tujuan yang mengusahakan aktivitas partisipatif. b. Partisipasi tidak efektif

Terjadi bila tidak satupun atau sejumlah kecil saja dari tujuan-tujuan aktivitas

yang dicanangkan terwujud.

2.2.1.9 Berdasar kan siapa yang terlibat

Orang-orang yang dapat dibedakan sebagai berikut:

(24)

b. Pegawai pemerintah; penduduk dalam masyarakat, bukan penduduk. c. Orang-orang luar; penduduk dalam masyarakat, bukan penduduk.

d. Wakil-wakil masyarakat yang terpilih Anggota-anggota dari berbagai kategori dapat terorganisir (partisipasi bujukan) atau dapat mengorganisir diri mereka berdasarkan dua prinsip, yaitu:

1. Perwilayahan, sifatnya homogen sejauh masih menyangkut kepentingan-kepentingan tertentu.

2. Kelompok-kelompok sasaran, sifatnya homogeny sejauh menyangkut kepentingan-kepentingan tertentu.

2.2.1.10 Berdasar kan gaya par tisipasi

Roothman membedakan tiga model praktek organisasi masyarakat di dalam setiap model terdapat perbedaan tujua-tujuan yang dikejar dan perbedaan dalam

gaya partisipasi.

Diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pembangunan lokalitas

Model praktek organisasi ini sama dengan masyarakat dan maksudnya adalah melibatkan orang-orang di dalam pembangunan mereka

sendiri dan dengan cara ini menumbuhkan energy sosial yang dapat mengarah pada kegiatan menolong diri sendiri. Model ini mencoba melibatkan seluruh anggota masyarakat serta mempunyai fungsi integratif.

b. Perencanaan sosial

Pemerintah telah merumuskan tujuan-tujuan dan maksud-maksud

(25)

mencocokkan sebesar mungkin terhadap kebutuhan yang dirasakan dan membuat program lebih efektif. Partisipasi di dalam perencanaan sosial

dapat dicirikan seperti yang disebutkan oleh Arstein sebagai informan atau placation. Akan tetapi partisipasi dapat berkembang ke dalam bentuk partnership atau perwakilan kekuasaan.

c. Aksi sosial

Tujuan utama dari tipe partisipasi ini adalah memindahkan

hubungan-hubungan kekuasaan dan pencapaian terhadap sumber-sumber perhatian utama ada satu bagian dari masyarakat yang kurang beruntung. Seperti halnya dalam pembangunan lokalitas, peningkatan partisipasi

diantaranya kelompok sasaran adalah salah satu dari maksud-maksud yang penting. (Y.Slamet,1994:10-21).

Jadi, partisipasi masyarakat adalah keterlibatan mental dan emosi sertz fisik seseorang atau kelompok masyarakat secara sadar dalam usaha pencapaian tujuan dengan cara merencanakan, melaksanakan, menggunakan, dan disertai

tanggungjawab. Penelitian ini akan meneliti permasalahan tentang partisipasi masyarakat. Partisipasi disini yang dimaksud adalah tentang partisipasi laki-laki

dalam program keluarga berencana yang dapat dilihat berdasarkan derajad kesukarelaan, cara keterlibatan, efektifitas, serta keterlibatan aktor di dalamnya.

2.2.1.11 Partisipasi Pria

Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang sehat dan aman

(26)

Bentuk nyata dari partisipasi pria tersebut adalah: sebagai peserta KB, mendukung dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi,

sebagai motivator KB merencanakan jumlah anak dalam keluarganya (BKKBN, 2009:37).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi pria

adalah tanggujawab pria dalam keterlibatan kesertaan ber-KB sebagai peserta KB untuk mendukung dan memutuskan serta berperan aktif didalam kegiatan ber-KB

secara rutin sebagai motifasi Kb merencanakan jumlah anak dalam keluarga. 2.2.2 Sosialisasi

2.2.2.1 Pengertian dan Tujuan Sosialisasi

Menurut Horton dan Hunt dalam buku pengantar sosiologi pendidikan karangan Damsar (1989:100), memberi batasan sosialisasi sebagai : “suatu proses

dengan mana seseorang menghayati (mendarahdagingkan, internalize) norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbullah “diri” yang unik.”

Menurut Brinkerhoff dan White (1989:90), sosialisasi diberi pengertian

sebagai: “suatu proses belajar peran, status dan nilai yang diperlukan untuk keikutsertaan (partisipasi) dalam institusi sosial.

Menurut Zanden (1986:60), mendefinisikan sosialisasi sebagai: “suatu proses interaksi sosial dengan mana orang memperoleh pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku esensial untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam masyarakat.”

Menurut Broom dan Selznic (1961:79),sosialisasi adalah proses membangun atau menanamkan nilai - nilai kelompok pada diri seseorang.

(27)

dapat berfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang memperoleh suatu pengetahuan, sikap, nilai, perilaku, serta keterampilan untuk ikut serta berpartisipasi dan berperan aktif dalam suatu

kehidupan bermasyarakat.

2.2.2.2 Tujuan Sosialisasi

Menurut Cohen (1993;76) seperti yang dikutip dalam wibsite (www.Wikipedia.com) menyatakan tujuan pokok sosialisasi ada 4 yaitu:

a. Memberikan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupan di

tengah masyarakat.

b. Menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat

c. Mengembangkan kemampuan individu untuk berbicara dan berkomunikasi dengan baik.

d. Mengembangkan kemampuan individu untuk mengendalikan diri sesuai

fungsinya sebagai bagian dari masyarakat dengan seringnya ia mengoreksi perbuatan yang sudah dilakukan apakah itu benar atau salah.

Kesimpulan dari tujuan sosialisasi adalah bahwa sosialisasi memiliki tujuan untuk mempelajari nilai, norma, pengetahuan dan keterampilan sebagai pedoman dalam kehidupannya dalam rangka membentuk kepribadian.

2.2.2.3 J enis-J enis Sosialisasi a. Sosialisasi Berdasarkan Kebutuhan

(28)

anak manusia mempelajari atau menerima pengetahuan, sikap, nilai, norma, perilaku esensial, dan harapan agar mampu berpartisipasi efektif dalam

masyarakat dan/ atau menjadi anggota masyarakat.

Sedangkan sosialisasi sekunder menurut Berger dan Luckmann dalam buku pengantar sosiologi pendidikan karangan Damsar (1990:187), adalah setiap proses

selanjutnya yang mengimbas individu yang telah disosialisasikan itu kedalam sektor-sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.

b. Sosialisasi Berdasarkan Cara yang Dipakai

Menurut Kamanto Sunarto dalam buku pengantar sosiologi pendidikan karangan Damsar (2004:31) menerangkan sosialisasi berdasarkan cara yang

digunakan dapat berlangsung dalam dua bentuk: pertama, sosialisasi represif ialah sosialisasi yang menekankan pada kepatuhan anak dan penghukuman terhadap

perilaku yang keliru. Kedua sosialisasi partisipasif, ialah sosialisasi yang menekankan pada otonomi anak dan memberikan imbalan terhadap perilaku anak yang baik.

c. Sosialisasi Berdasarkan Keberadaan Perencanaan

Sosialisasi dilihat berdasarkan keberadaan perencanaan, maka sosialisasi

dapat mengambil bentuk sosialisasi berdasrkan perencanaan dan tanpa perencanaan. Sosialisasi berdasarkan perencanaan merupakan sosialisasi dilakukan atas dasar rencana yang berkelanjutan dan sistematis. Sosialisasi jenis

ini dapat ditemukan dalam dunia pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi serta pendidikan nonformal seperti kursus dan pelatihan.

(29)

sebaya, atau lingkungan tempat tinggal. Sosialisasi tanpa perencanaan dilakukan melalui perilaku, sikap, dan struktur aktual dari orang tua atau anggota senior dari

masyarakat.

2.2.3 Keluar ga Berencana

2.2.3.1 Pengertian Keluar aga Berencana

Merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga

berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang. Gerakan Keluarga

Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu pada tahun 70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka kelahiran yang

bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.

Keluarga Berencana menurut World Health Organization (WHO) Expert Commite (1970) dalam Suratun dkk (2008) adalah suatu tindakan yang membantu

individu atau pasangan suami untuk:

1) Mendapatkan objektif-objektif tertentu

2) Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan

3) Mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan 4) Mengatur interval diantara kehamilan

(30)

KB menurut Undang-undang (UU) No. 52 tahun 2009 pasal 1 (8) dalam Arum dan Sujiatini (2009) tentang perkembangan dan kependudukan dan

pembangunan keluarga sejahtra adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujutkan

keluarga yang berkualitas.

Menurut Hartanto (2003) Keluarga Berencana adalah penggunaan

cara-cara pengatur fertilisasi untuk membantu seseorang atau keluarga mencapai

tujuan tertentu.

2.2.3.2 Pengertian dan J enis Alat Kontrasepsi

Menurut Wiknjosastro (2007) Suratun dkk (2008) Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah” sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan

sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan

antara sel telur dengan sel sperma.

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen.

Syarat-syarat kontrasepsi yang ideal antara lain: 1) Dapat dipercaya

2) Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan 3) Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

4) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus

(31)

6) Mudah pelaksanaannya

7) Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat

8) Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.

Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat

sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan alat/obat, atau dengan operasi (Wiknjosastro,

2006).

Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan usia subur secara rasional berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti:

a) Masa menunda kehamilan

b) Masa mengatur atau menjarangkan kehamilan

c) Masa mengkhiri kesuburan atau tidak hamil lagi. 2.2.3.3 J enis-jenis (KB)

1) untuk wanita :

a. IUD adalah: merupakan alat yang dimasukkan ke dalam wanita, diletakkan dalam kandungan rahim agar telur tidak menempel

sehingga tidak terjadi kehamilan.

b. PIL Adalah : suatu tablet kecil yang harus diminum oleh si ibu setiap hari. Pil ini akan membuat tumbuhnya tidakmenghasilkan sel telur.

c. Injeksi atau suntik adalah : ibu diberi injeksi setiap 3 bulan sekali di pulat kesehatan masyarakat,yang akan berakibat berhentinya produksi

(32)

d. Metode oprasi wanita (MOW) adalah : operasi kecil sederhana dilakukan untuk menghilangkan atau mengikat saluran yang

membawahi sel telur ke rahim. 2) Untuk Pria :

a. Kondom adalah : kondom berguna untuk mencegah seperma bertemu

dengan sel telur wanita.

b. Metode operasi pria (MOP) adalah : operasi kecil yang dilakukan

untuk memotong saluran yang mengangkut seperma ke penis. (BKKBN 2004: 57

2.2.4 Vasektomi

2.2.4.1 Pengertian Vasektomi

Vasektomi adalah tindakan pemotongan vas deferens (ductus deferens)

dengan maksut memutus kontinuitas transportasi seperma dari testis keluar, sehingga terjadi azoospermi pada pria yang telah dilakukan vasektomi (BKKBN 1996: 1)

Vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi yang sangat aman, sederhana, dan sangat efektif. Dalam pelaksanaan operasi sangat singkat dan tidak

memerlukan anestesi umum. (BKKBN 2004: 5)

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas pria dengan jalan melakukan okulasi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 J enis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deksriptif

yaitu mencoba menggambarkan secara mendalam dari suatu obyek penelitian yang sesuai fakta-fakta yang ditemukan. Hal ini juga selaras dengan pendapat

Hadi (1993 : 03 ) mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk melukiskan keadaan suatu objek atau peristiwa tertentu tanpa maksud mengambil kesimpulan yang berlaku secara umum.

Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud ingin

mendeskripsikan dan menganalisa tentang peran paguyuban KB pria vasektomi “SIWALAN MESRA“ untuk meningkatkan minat pria dalam mengikuti KB di Kecamatan Pakal Kota Surabaya, yang tertuang dalam surat keputusan camat

pakal kota Surabaya nomor : 188.45/008/436.11.30/2011 tentang pembentukan KB pria vasektomi (SIWALAN MESRA) tingkat kecamatan pakal kota Surabaya.

Secara teoritis, Eogdan dan Taylor dalam Moleong ( 2007 : 4) menjelaskan, penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang

dapat diamati.

Hal tersebut juga selaras dengan pendapat Denzin dan Lincoln dalam

(34)

menggunakan latar ilmiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Dengan demikian penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan dan memahami fenomena tentang apa yang dialami pada subjek penelitian , sehingga dapat mengambarkan secara jelas fenomena-fenomena

seperti, perilaku, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya dengan cara mendeksipsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang di

jelaskan dengan memanfaatkan metode ilmiah. 3.2 Fokus Penelitian

Penentuan fokus penelitian sangat diperlukan guna membantu pelaksanaan

penelitian , fokus penelitian digunakan untuk menentukan apa saja yang akan dikaji dari sebuah penelitian sehingga lebih jelas arah yang dinginkan. Jika

penelitian di tentukan tepat sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian, maka penelitian yang dilakukan akan terarah dan berhasil dengan baik.

Moleong ( 2007 : 94 ) menjelaskan, bahwa ada dua maksud tertentu yang

ingin dicapai peneliti dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus. Pertama, fokus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini

fokus akan membatasi bidang inkuiri sehingga peneliti tidak perlu kesana kemari untuk mencari subjek penelitian. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi- eksklusi atau kriteria masuk – keluar suatu informasi

yang diperoleh dilapangan. Jadi, dengan penetapan yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data yang

(35)

Adapun fokus dalam penelitian peran paguyuban KB pria “ SIWALAN MESRA “ untuk meningkatkan partisipasi pria dalam mengikuti KB vasektomi di

Kecamatan Pakal Kota Surabaya:

1. Sosialisasi adalah Menurut Zanden (1986:60), mendefinisikan sosialisasi sebagai: “suatu proses interaksi sosial dengan mana orang memperoleh

pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku esensial untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam masyarakat sehingga yang di lakukan oleh

kelompok paguyuban kb vasektomi salah satunya sosialisasi dengan cara mengadakan suatu penyuluhan dan menyampaikan atau menjelaskan apa arti vasektomi biasanya dilakukan di warung, terminal dan tempat-tempat

yang banyak di kunjungi masyarakat.

2. Usaha ekonomi produkti adalah suatu usaha yang di berikan paguyuban

kepada anggota KB pria khususnya masyarakat menengah kebawah yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup serta meningkatkan masyrakat sebgai sumber pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja,

peningkatan daya saing, serta peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Kegiatan UEP umumnya didanai dari

berbagai sumber pendanaan yaitu pendanaan yang umum dilakukan antara lain Bantuan dari pemerintah, swadana anggota dan pengurus dalam bentuk iuran maupun pinjaman, penyisihan dari hasil usaha sebelumnya

dan modal usaha yang diberikan oleh mitra

3. Promosi adalah merupakan suatu program kerja paguyuban untuk

(36)

dengan cara membagikan selebaran, brosur, dan iklan lewat televisi untuk meningkatkan calon akseptor.

4. Kerjasama adalah merupakan salah satu bentuk upaya memberikan pengetahuan tentang vasektomi, paguyuban Siwalan Mesra bekerjasama khususnya dengan muslimah dan fatayat NU untuk menyampaikan tentang

vasektomi atau mengajak para anggota muslimah dan fatayat NU untuk mengikuti program KB pria, sedangkan vasektomi itu sendiri halal dan

tidak diharamkan setelah diteliti oleh Majelis Ulama Indonesia.

5. Roud show yang dilakukan oleh anggota paguyuban vasektomi siwalan mesra adalah jika ada suatau acara atau hajatan di suatu tempat misalnya

acara pernikahan, aqiqhohan, dan syukuran anggota paguyuban vasektomi siwalan mesra minta waktu untuk menyampaikan atau menjelaskan

tentang apa arti dari KB pria atau vasektomi untuk mencari calon akseptor. 3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk

mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data yang akurat. Agar dapat memperoleh data yang akurat atau mendekati kebenaran

yang sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti memilih dan menetapkan lokasi penelitian ini di kecamatan Pakal kota Surabaya. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan secara disengaja (puposive) yaitu lokasi yang dipilih

dengan pertimbangan yang berkaitan dengan judul objek penelitian yang dipilih. Pemilihan lokasi penelitian itu dimaksudkan agar peneliti dapat lebih

(37)

kurangnya peran pria terhadap minat untuk mengikuti vasektomi, sehingga hal ini dilakukan agar mengetahui bagaimana peran paguyuban yang sebagai pemberi

pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan KB pria/vasektomi. 3.4 Sumber Data

Lofland dalam Moleong ( 2007 : 157 ) mengatakan, sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan tindakan. selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber

data adalah tempat dimana peneliti menemukan data-data dan dokumen yang diperlukan untuk penunjang penelitian.

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah : subyek dimana

data diperoleh dari informasi yang diperlukan berkenan dengan penelitian ini yang diperoleh melalui informan,peristiwa serta dokumen yaitu :

1. Informan

Informan dipilih berdasarkan purposive (purposive sampling ) yang didasarkan pada subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan

bersedia memberikan data yang benar-benar relevan dan komprehensif dengan masalah penelitian. Sedangkan informan yang selanjutnya diminta pula untuk

menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi yang mendukung fokus penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini adalah :

a. Ketua paguyuban Siwalan Mesra

b. Masyarakat pengguna akseptor KB pria/vasektomi c. Anggota PLKB

(38)

Tempat atau peristiwa yang dimana fenomena ini terjadi atau yang pernah terjadi berkaitan dengan fokus penelitian, tentang bagaimana peran paguyuban

KB pria “ SIWALAN MESRA “ untuk meningkatkan partisipasi pria dalam mengikuti KB vasektomi di Kecamatan Pakal Kota Surabaya melalui program-program yang sudah di tetapkan oleh paguyuban.

Dokumen disini adalah dipakai sebagai sumber data yang lain yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan terhadap masalah dan fokus penelitian,

seperti data demografi dan monografi di lokasi penelitian 3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian,karena hakekat dari

peneliti adalah mencari data yang nantinya diinterpretasikan dan dianalisis dalam penelitian kebijakan pengumpulan data diperlukan suatu teknik pengumpulan data

dilapangan.

Dalam pengumpulan data, terdapat tiga proses kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Wawancara atau interview

Menurut Bungin (2007 : 108 ), wawancara adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai.

Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan

(39)

informasi yang sebenarnya, terutama yang berkenan dengan perasaan, sikap, atau pandangan mereka terhadap pelaksanaan kerjanya. Teknik

wawancara semacam ini dilakukan dengan semua informan yang ada pada lokasi peneliti terutama untuk mendapatkan data valid guna menjawab permasalahan penelitian.

Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah: Ketua paguyuban (SIWALAN MESRA), masyarakat pengguna akseptor KB pria/vasektomi,

anggota PLKB.

2. Pengamatan dan Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengungkap dan

memperoleh deskripsi secara utuh dengan pengamatan langsung kepada lokasi tempat dimana peran paguyuban KB pria “ SIWALAN MESRA “

untuk meningkatkan partisipasi pria dalam mengikuti KB vasektomi di Kecamatan Pakal Kota Surabaya.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapat data sekunder yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data pada kecamatan Pakal kota

Surabaya, dalam rangka peran paguyuban KB pria “SIWALAN MESRA“ untuk meningkatkan partisipasi pria dalam mengikuti KB vasektomi di Kecamatan Pakal Kota Surabaya.

3.6 Analisis Data

Menurut Sugiyono (2005 : 85), analisis data adalah proses mencari dan

(40)

menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka setelah data terkumpul, proses selanjutnya adalah menyederhanakan data yang diperoleh kedalam bentuk yang

mudah dibaca, dipahami, dan diinterpresentasikan yang pada hakekatnya merupakan upaya mencari jawaban atas permasalahan yang ada sesuai dengan

tipe penelitian deskriptif kualitatif. Karena itulah data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisa secara kualitatif, artinya dari data yang ada di analisa serinci mungkin dengan jalan mengabstraksikan secara teliti setiap informasi yang

diperoleh di lapangan, sehingga diharapkan dapat diperoleh kesimpulan yang memadai.

Menurut Miles dan Huberman (1992:16) teknik analisis data kualitatif meliputi tiga unsur alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjadi pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun

suatu analisis, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan menggunakan Model Interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (2007:15-21). Dalam model ini terdapat beberapa komponen analisis,

(41)

Data yang dikumpulkan merupakan data yang berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Data tersebut dikumpulkan melalui observasi , wawancara,

dokumentasi. b. Reduksi Data

Redusi Data diartikan sebagai proses pemilihan, perumusan, pemusatan

perhatiaan pada penyerderhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data kasar yang muncul dari cacatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu

bentuk analisa menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data di lapangan

dalam uraian yang jelas dan lengkap, yang nantinya akan direduksi, diragakai, difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan penelitian kemudian dicari

tema atau pola (melalui proses penyuntingan,pemberian kode dan pembuatan tabel).

c. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara terpadu dan sudah dipahami yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan mengambil tindakan. d. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses

penelitian sejak peneliti memasuki lokasi penelitian dan proses pengumpulan data langsung. peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema,

(42)

Proses analisis data secara interaktif ini dapat disajikan dalam bentuk skema berikut :

Gambar 1.2

Analisis Data Model Interaktif

Sumber : Miles dan Huberman, Terjemahan Rohidi (1992:20)

3.7 Keabsahan Data

Menurut Moleong (2007:324), untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik

pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada 4 (empat) kriteria yang digunakan,yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriterium ini

berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan, mempertunjukkan derajat

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Pengum pulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

(43)

a. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : Pengamatan secara terus menerus dan peneliti terjun langsung

ke lokasi penelitian untuk kepentingan pengumpulan data, sehingga data yang diperoleh memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi. Dengan pengamatan secara terus menerus,

peneliti dapat memperhatikan sesuatu lebih cermat, terperinci dan mendalam.

b. Membicarakan dengan orang lain, serta mendiskusikan hasil kajian yang memiliki pengetahuan pokok penelitian dan metode penelitian yang diterapkan. Pembicaraan ini antara lain

bertujuan untuk memperoleh kritik dan saran guna mendapatkan kebenaran hasil penelitian.

c. Melakukan triangulasi, yaitu pengecekan kebenaran data tertentu, dan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang

berlainan dan dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk menguji data para informan dengan dokumen yang ada.

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh melalui tekhnik wawancara, pengamatan lapangan, maupun penelususran dokumen senantiasa diolah, disusun dan disekripsikan secara

selaras yakni dibandingkan sesuai fokus penelitian. 2. Keteralihan (transferality)

(44)

tersebut seorang peneliti hendaknya mencaridan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks dengan demikian penelitian

bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus melakukan penelitian kecil untuk memastikan usaha

memverifikasi tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti mencari dan mengumpulkan data

kejadian dan empiris dalam konteks yang sama. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data dskriptif secukupnya. Data ini berupa catatan-catatan lapangan, peraturan-peraturan, petunjuk-petunjuk,

laporan pelaksanaan dan wawancara informan. 3. Kebergantungan (dependability)

yaitu pemeriksaan terhadap ketepatan pengumpulan dan analisa data untuk mengecek apakah hasil penelitian ini benar atau salah, maka peneliti mendiskusikannya dengan Dosen Pembimbing, melalui langkah ini akan

diperoleh banyak masukan demi kesempurnaan hasil penelitian. 4. Kepastian (confirmability)

yaitu melakukan pemeriksaan yang cermat terhadap seluruh komponen dan proses penelitian dab hasil penelitian. Penelitian ini menekankan pada kepastian sumber data termasuk waktu dan tempat penelitian serta logika

(45)

4.1 Gambar an Umum Obyek

4.1.1 Sejar ah Paguyuban Siwalan Mesra

Pada tahun 2011 dari 2 orang yang pertama kali ikut yaitu pak Suharto Ahmad dan pak Yatimun telah berminat untuk menginginkan membuat suatu

wadah untuk para anggota Vasektomi yang mau ikut program KB. Bapak Suharto Ahmad berinisiatif untuk blang langsung ke Kepala Kecamatan Pakal. Setelah lama Bapak Camat berkordinasi dengan BKKBN dan BAPEMAS maka telah

diambil keputusan untuk di buatlah suatu paguyuban Vasektomi pertama yang ada di Jawa Timur, namun namun setelah paguyuban SIWALAN MESRA

berdiribelum ada Surat Keputusan dari Bpk Camat Pakal.

Setelah paguyuban berjalan hampir 1 tahun maka dibuatkanlah surat keputusan dengan dasar paguyuban mampu mandiri untuk mencari, membimbing

dan bertanggung jawab kepada calon akseptor yang di ambil. Selama hampir 1 tahun paguyuban dapat membuktikan kinerja dan kapasitas paguyuban untuk

mencari calon akseptor vaektomi. Maka dengan berjalannya waktu pada tanggal 4 April 2011 kepala Kecamatan Pakal mengeluarkan surat keputusan bahwa paguyuban SIWALAN MESRA telah sah untuk menjadi paguyuban yang

(46)

4.1.2 Tugas Dan Fungsi J abatan Anggota Paguyuban Siwalan Mesra

Gambar 3

Struktur Pengurus Paguyuban Siwalan Mesra

Sumber :Paguyuban SIWALAN MESRA Kota Surabaya (2013)

1. Ketua Paguyuban

Tugas dari ketua paguyuban adalah :

1. bertanggung jawab didalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh anggotanya sendiri.

2. Mengecek setiap pekerjaan anggota untuk meminimalisir kesalahan yang dilakukan.

3. Berkordinasi kepada setiap anggota demi kelancaran setiap kegiatan yang akan dilakukan

4. Menerima aspirasi dan mencari solusi yang harus dilakukan.

2. Bendahara

Tugas dari bendahara adalah:

(47)

2. Penyiapan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjukteknis di bidang keuangan;

3. Penyiapan bahan pengawasan dan pengendalian di bidangkeuangan ; 4. Penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas ;

5. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh SekretarisKecamatan

sesuai dengan tugas dan fungsinya. 3. Sekertaris

Tugas dari sekertaris adalah adalah:

1. Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana program,anggaran dan laporan paguyuban ;

2. Pelaksanaan pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan ; 3. Pengelolaan administrasi kepegawaian ;

4. Pengelolaan surat-menyurat, dokumentasi, rumah tangga, perlengkapan / peralatan kantor, kearsipan danperpustakaan ;

5. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidangketatausahaan ;

6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas ; 4. Seksi Humas Dan Komunikasi

(48)

Tugas dari bidang Seksi Humas Dan Komunikasi adalah:

Mengomunikasikan kepada masyarakat atau bertanggung jawab didalam

memberikan informasi yang faliti dalam penyampaian kepada masyarakat. 5. Program dan Evaluasi

Gambar 5 : Kegiatan Promosi dan Evaluasi

Tugas dari bidang program dan evaluasi adalah adalah:

Membuat jadwal setiap program yang akan dilakukan kepada anggota paguyuban dan mengevaluasi setiap pekerjaan yang telah dilakukan untuk membuat laporan

dilapangan. Sebagai bagian dari penanganan yang akan di tindak lanjuti oleh anggota PLKB untuk memberikan solusi di setiap kegiatannya

6. Seksi KIE/Konseling

(49)

Tugas dari bidang Seksi KIE/Konseling adalah :

Bertugas untuk memberikan pengarahan atau komunikasi, informasi dan

edukasi terhadap masyarakat yang dilakukan melalui konseling yang dilakukan langsung ke rumah-rumah atau tempat tujuan yang telah direncanakan.

7. Seksi Pemberdayaan Ekonomi

Gambar 7 : Hasil Ekonomi Produktif

Tugas dari Seksi Pemberdayaan Ekonomi adalah :

Bertanggung jawab terhadap kegiatan ekonomi produktif yang dimiliki

oleh paguyuban dan dikelola oleh anggota paguyuban itu sendiri untuk menambah penghasilan bagi keluarga nya masing-masing.

4.1.3 Struktur Motivator Kader Pria dan Wanita

Untuk mempelancar kegiatan Vasektomi maka dari pihak paguyuban membentuk Kader-Kader Kesehatan dalam hal ini kegiatan Vasektomi, kader

(50)

Gambar 8

Str uktur Kader Motivator Wanita Kecamatan Pakal MOTIVATOR PEREMPUAN

Sumber :Paguyuban SIWALAN MESRA Kota Surabaya (2013)

SETRIARI M ISNAYATI SRI INDANA SHOLIHATI

RUM IATUN

UNIT PASAR UNIT SENTRA PKL

Hj.NUR SAADAH

SUSANTI RAHAYU RUKI HENDRIANI FIFIN ENDANG PRIHARTINI

(51)

Gambar 9

Struktur Kader Motivator Pria Kecamatan Pakal

MOTIVATOR PRIA

Sumber :Paguyuban SIWALAN MESRA Kota Surabaya (2013)

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa paguyuban mempunyai Kader Motivator pria dan wanita yang berkerja sama untuk mencari, membimbing,

menginformasikan setiap kegiatan yang akan dilakukan dan memberi pengetahuan kepada calon akseptor manfaat dan keuntungan Ber-KB Vasektomi.

SUHARTO AHM AD

AHM AD WARDOYO NURLAN EFENDI ACHM AD KHOIRUL

(52)

Dari gambar di atas dapat di simpulkan jumlah motivator sebesar 62 orang yang dibagi dua kelompok yaitu motivasi perempuan sebesar 37 orang dengan

ketua kordinator Sri Wahyuni dan motivator pria sebanyak 25 orang dengan ketua Suharto Ahmad selakuketua paguyuban.

4.1.4Keanggotaan Paguyuban Siwalan Mesra

Paguyuban Siwalan Mesra memiliki keanggotaan yang cukup banyak dengan jumlah pengurus 7 orang, Paguyuban Siwalan mesrah sampai saat ini

memiliki anggota sebesar 235 orang dengan mayoritas anggotanya yaitu warga yang tidak mampu. Di lihat dari jabatan, tingkat pendidikan, umur anggota berikut akan diuraikan komposisi anggota Paguyuban Siwalan Mesra Kota Surabaya:

Tabel 4.3

Komposisi Anggota Paguyuban Berdasar kan J abatan

No Jabat an Jumlah (Orang) Present ase (%)

1 Ket ua 1 1

2 Bendahara 1 1

3 Skert aris 1 1

4 Seksi 4 2

5 M ot ivat or Pria dan Wanit a 62 26

6 Konseling 32 13

7 Anggot a 134 56

Jumlah 235 100

Sumber :Paguyuban Siwalan Mesra Kota Surabaya (2013)

Dari hasil tabel diatas dengan jumlah keanggotaan yang berjumlah 235

(53)

134 orang atau 56% banyak anggota yang tergabung di Paguyuban SIWALAN MESRA.

Berikut ini adalah tabel 4.11 yang menjelaskan tentang tingkat Pendidikan : Tabel 4.4

Komposisi Anggota Paguyuban Berdasar kan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (Orang) Prosent ase (%)

1 S1 1 1

2 SM A 148 62

3 SM P 63 27

4 SD 23 10

Jumlah 235 100

Sumber :Paguyuban Siwalan Mesra Kota Surabaya (2013)

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas anggota paguyuban berpendidikan SMA dengan jumlah 148 orang atau 62 %. Hal ini dibuktikan rata-rata anggota paguyuban yaitu laki-laki dengan tingkat pendidikan terakhir yaitu

SMA.

Adapun komposisi anggota paguyuban yang dilihat dari umur anggota

yaitu:

Tabel 4.5

Komposisi Anggota Paguyuban Berdasar kan Umur Anggota

No Umur Jumlah (orang) Prosent ase (%)

Sumber :Paguyuban Siwalan Mesra Kota Surabaya (2013)

(54)

dikarenakan mayoritas pria berumur 41-50 orang memiliki anak lebih dari 2 orang anak.

Setiap anggota paguyuban yang tergabung di Paguyuban SIWALAN MESRA harus memilik syarat yaitu harus mengikiti KB Vasektomi dan memilik kartu anggota paguyuban, aktif di setiap kegiatan vasektomi yang dilakukan.

Gambar 10 : Kartu anggota Paguyuban SIWALAN MESRA

Sumber :Paguyuban Siwalan Mesra Kota Surabaya (2013)

Gambar duatas adalah gambar kartu anggota paguyuban yang dimiliki oleh setiap anggota paguyuban SIWALAN MESRA Kecamatan Pakal Kota Surabaya.

4.2 Hasil Penelitian

Vasektomi adalah suatu program pemerintah untuk menekan laju

pertumbuhan penduduk dengan cara mengikut sertakan peran pria untuk mengikuti KB, program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga di perlukan peningkatan kepedulian dan partisipasi

masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia

(55)

Adapun fokus dalam kegiatan Vasektomi yang di lakukan di Kecamatan Pakal Kota Surabaya adalah sebagaimana berikut:

4.2.1 Sosialisasi

Kegitan vasektomi yang dilakukan pastinya melibatkan suatu kelompok masyarakat yang telah mengikuti KB pria atau vasektomi yang di naungi oleh

suatu paguyuban yaitu “SIWALAN MESRA”, kegitan paguyuban salah satunya adalah sosialisasi yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada calon

akseptor dengan cara mengadakan suatu penyuluhan dan menyampaikan atau menjelaskan apa arti vasektomi atau KB pria. Sosialisasi yang dilakukan oleh paguyuban biasanya di daerah yang ramai di datangi masyarakat misalnya unit

warung, unit terminal, unit pasar dan unit sentral PKL.

Adapun fokus dalam kegiatan Vasektomi yang di lakukan di Kecamatan

Pakal Kota Surabaya sosialisasi suatu bentuk progaram paguyuban “SIWALAN MESRA” untuk pemberian suatu informasi dengan cara penyampean pengetahuan yang dilakukan oleh kader di kecamatan Pakal. Penyebarluasan informasi tersebut

dilakukan melalui cara ceramah dan konseling yang diberikan oleh anggota paguyuban. Tujuan dari penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan

reproduksi diberikan supaya masyarakat paham akan pentingnya menjaga dan membina sendiri kesehatan reproduksi untuk menciptakan keluarga yang berkualitas dan sejahtera.

Pada kegiatan paguyuban “SIWALAN MESRA” di Kecamatan Pakal Kota Surabaya diberikan penyuluhan dan penyebar luasan informasi tentang

(56)

1. Konseling merupakan salah satu bentuk sosialisasi yang di lakukan oleh paguyuban dengan cara melayani masyrakat yang datang di paguyuban

dan biasanya para kader mendatangi rumah-rumah warga untuk bersosialisasi, biasanya masyarakat ingin menanyakan atau kurang memahami apa itu vasektomi dan apa dampak positif dan negatif setelah

melakukan Vasektomi.

2. Ceramah merupakan salah satu bentuk sosialisasi yang di lakukan oleh

paguyuban dengan cara mengadakan suatau acara atau pertemuan yang biasanya di lakukan oleh BKKBN, dalam acara tersebut Bapak Suharto Ahmad selaku ketua paguyuban memberikan motivasi kepada calon

akseptor untuk melakukan Vasektomi stelah itu di lanjutkan dengan tanya jawab antara mativator dan calon akseptor.

Hal ini dapat di buktikan dari hasil wawancara penulis dengan ketua paguyuban “SIWALAN MESRA” di Kecamatan Pakal Kota Surabaya (Bapak Suharto Ahmat) yang menyatakan bahwa:

“Biasanya kita dari pihak Paguyuban dan PLKB memberikan informasi ke masyarakatmelalui sosialisasi dengan cara yaitu misalnya sosialisasi secara langsung ceramah dan tanya jawab dan konseling bagi masyarakat yang belum paham tentang vasektomi.” (wawancara 7 Oktober 2013)

Dari hasil wawancaradi atas dapat di simpulkan bahwa untuk memberikan pengetahuan atau informasi pada masyarakat atau calon akseptor dengan banyak cara yaitu konseling dan ceramah. sosialisasi yang di berikan oleh kader biasanya

di tempat-tempat yang ramai atau banyak di kunjungi masyarakat.

. Hal ini dapat di buktikan dari hasil wawancara dengan (Bapak Suharto

(57)

Gambar 11 : kegiatan sosialisasi di Pasar Benowo

Sumber :Paguyuban Siwalan Mesra Kota Surabaya (2013)

“Biasanya begini massasaran utama kita dalam melakukan sosialiosasi adalah di tempat-tempat keramaian seperti Unit sentral PKL, Unit pasar, Unit warung kopi dan Unit terminal. Biasanya juga mendatangi rumah-rumah warga.”(wawancara 7 oktober 2013)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sasaran paguyuban “SIWALAN MESRA” untuk melakukan sosialisasi adalah mencari tempat dimana tempat tersebut merupakan tempat yang banyak di kunjungi oleh

masyarakat seperti unit sentral PKL, unit pasar, unit terminal dan mendatangi rumah-rumah warga. Kegiatan sosialisasi tidak di lakukan di kecamatan pakal saja

di lain kecamatan juga di adakan sosialisasi.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh paguyuban “SIWALAN MESRA” setelah di adakan sosialisasi kepada masyarakat adalah salah satunya masyarakat

takut melakukan oprasi vasektomi dan bagi keluarga rata-rata dengan alasan istrinya tidak menstujui dan masih banyak yang beranggapan bahwa vasektomi

adalah kebiri atau memotong alat kelamin sehingga para peria enggan berpartisipasi melakukan vasektomi.

Hal ini dapat di buktikan dari hasil wawancara peneliti dengann ketua

(58)

mengikuti vasektomi di Kecamatan Pakal Kota Surabaya sebagaimana di bawah ini:

Bapak Suharto Ahmad:

“Gini mas rata-rata disini tidak mau melakukan vasektomi dikarnakan takut di oprasi dan tidak di setujui istri dengan alasan istri sudah mengikuti KB,kadang-kadang sudah saya daftarkan menjadi akseptor ketika melihat temanya di oprasi dia lari sendiri dan tidak mau vasektomi. Dari masyarakat yang tidak mau melakukan vasektomi biasanya menakut-nakuti bahwa setelah melakukan vasektomi alat vitalnya tidak berfungsi sebagaimana biasanya”.”(wawancara 7 oktober 2013)

Bapak Irfan

“Gini mas saya tidak ikut vasektomi bukan saya tidak mau tapi kan saya sudah berkeluarga jadi tidak bisa memutuskan dengan cara sepihak istri saya belum membolehkan saya untuk melakukan vasektomi meskipun anak saya sudah tiga.”(wawancara 7 oktober 2013)

Dari wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa kendala-kendala yang sering terjadi setelah di lakukanya sosialisasi adalah masih ada rasa takut untuk

melakukan oprasi kecil dan masih banyak anggapan vasektomi di kebiri sehingga alat vital tidak berfungsi sebagai mana mestinya dan takut akan dampak negatif dari melakukan vasektomi.

Vasektomi bisa dilakukan apabila ada persetujuan dua belah pihak antara suami dan istri, harus mempunyai anak minimal dua dan apabila anak nomor dua

masih kecil atau balita tetap tidak bisa mengikuti vasektomi dan syarat yang terakhir tidak mempunyai penyakit misalnya diabetes, hernia dan gatal di bagian alat vital. Hal ini dapat di buktikan dari hasil wawancara penulis dengan ketua

paguyuban “SIWALAN MESRA” di Kecamatan Pakal Kota Surabaya (Bapak Suharto Ahmad) yang menyatakan bahwa:

Gambar

Tabel 1 Pencapaian Peserta KB Pria (MOP)
Tabel 2 Pencapaian Peserta KB di
Gambar 1.2 Analisis Data Model Interaktif
Gambar 3 Struktur Pengurus Paguyuban Siwalan Mesra
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuat sistem informasi untuk mengolah seluruh data terutama data siswa dan data nilai akademik di Sekolah Dasar

1. Sebagai tindakan sementara, terhadap individu yang terancam bahaya massa, atau bahaya korupsi politik yang ekstrim. Pembenaran pemberian suaka dalam hal ini,

Hal tersebut sependapat dengan apa yang diteliti oleh Adam (2012) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kualitas

konstruksi Undang-undang Desa terhadap tidak membedakan antara desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum

Berdasarkan hasil yang didapat jumlah udang yang paling banyak matang gonad berasal dari udang yang diberi perlakuan ablasi sebanyak 14 ekor (keberhasilan 93%),

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja dari sistem penggerak sumber radiasi dan penahan radiasi nuklir yang dibuat apakah sudah sesuai dengan yang

Orang yang memiliki pekerjaan yang lebih layak guna pemenuhan semua kebutuhan hidupnya juga memiliki kecenderungan untuk memiliki tingkat kesehatan dan perilaku kesehatan

There are several things that can be inferred from the results of this research i.e Low Methoxyl Pectin from cocoa peels can be used as an alternative of edible