• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH WORK FAMILY CONFLICT TERHADAP STRES KERJA DENGAN DUKUNGAN SOSIAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI. Oleh : RODE YOSPRAN ANGGRAENI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH WORK FAMILY CONFLICT TERHADAP STRES KERJA DENGAN DUKUNGAN SOSIAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI. Oleh : RODE YOSPRAN ANGGRAENI"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH WORK FAMILY CONFLICT

TERHADAP STRES KERJA DENGAN DUKUNGAN SOSIAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Oleh :

RODE YOSPRAN ANGGRAENI 212012184

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2016

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii SARIPATI

Perawat merupakan salah satu staf non medis yang memiliki tanggung jawab besar kepada pasien. Oleh karena itu dibutuhkan kesehatan fisik dan psikis dalam bekerja. Namun, bagi perawat yang sudah menikah dan memiliki anak, menyeimbangkan peran di dalam pekerjaan dan keluarga tidak mudah dan dapat saja mengalami work family conflict dan selanjutnya akan berakibat pada stres kerja. Maka dari itu, diperlukan suatu upaya untuk menanggulanginya antara lain dengan menggunakan sumber-sumber positif yang ada di sekitar individu yaitu dukungan sosial (social support).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh work family conflict terhadap stres kerja dengan dukungan sosial sebagai variabel moderasi pada perawat wanita di rumah sakit Mardi Rahayu Kudus. Sampel yang digunakan sebanyak 84 responden dengan teknik purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi sedergana dan uji MRA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa work family conflict mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap stres kerja pada perawat wanita di rumah sakit Mardi Rahayu Kudus. Dukungan sosial tidak memoderasi pengaruh work family conflict terhadap stres kerja.

(8)

viii ABSTRACT

The nurse is one of the non-medical staff who have a great responsibility to the patient. Therefore it takes physical and psychological health at work. However, for nurses who are married and have children, balancing roles in work and family is not easy and can lead to further work family conflict which may impact on job stress. Therefore, it takes an effort to overcome such as by using the resources that are around positive people that social support.

This study aims to determine the effect of work family conflict on job stress with social support as a moderating variable on female nurses at Mardi Rahayu Kudus hospital. The samples used were 84 respondents with a purposive sampling technique. The analytical tool used is a simple regression analysis and MRA test.

The results showed that the work family conflict has significant positive effect on job stress on female nurses at Mardi Rahayu Kudus hospital. Social support does not moderate the effect of work family conflict on work stress.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Perawat wanita yang telah menikah dan memiliki anak, memiliki peran dan tanggung jawab lebih berat daripada wanita single. Perannya di dalam pekerjaan dan keluarga apabila tidak dapat dijalankan dengan seimbang akan mengalami work family conflict. Dampaknya akan berakibat pada stres kerja. Melihat dampak yang negative, maka dari itu diperlukan suatu upaya untuk menanggulanginya yaitu dengan dukungan sosial.

Penelitian ini menyajikan suatu hasil penelitian tentang pengaruh work family confict terhadap stres kerja dengan dukungan sosial sebagai variabel moderasi. Penelitian ini tentu saja belum sempurna, namun demikian semoga penelitian ini memberikan informasi dan masukan bagi pihak Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, calon peneliti selanjutnya, maupun pembaca pada umumnya.

Salatiga, Juni 2016

(10)

x

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala Puji Syukur bagi Tuhan, atas segala rahmat dan kemurahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan kertas kerja ini. Penulis menyadari tanpa kasih karuniaNya, doa serta bantuan dari berbagai pihak yang berupa dorongan, semangat, informasi, dan bimbingan sehingga penulisan kertas kerja ini dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, karena penyertaanNya, penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini.

2. Ibu Rosaly Franksiska, S.E., MBA., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan pengarahan, dan motivasi dalam penyusunan kertas kerja ini

3. Prof. Christantius Dwiatmadja, S.E., ME., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

4. Bapak Albert Kriestien NAN, S.E., MM., Ph.D, selaku Kaprogdi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

5. Bp. Yosepaldo Pasharibu, ST., MM, selaku wali studi terima kasih atas dukungan dan bimbingannya selama ini

6. Orang tua tercinta papa ibu, kakakku tersayang mas Anggra, mas Lingga, saudara, untuk doa dan dukungannya, semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini.

7. Dr. Khrisna Nugraha Widjaja, selaku direktur utama Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh perawat wanita Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, yang sudah berperan dalam pengisisan kuesioner.

9. Teman-teman “LEGEND” yang selalu menemani dari awal kuliah sampai terselesaikannya kertas kerja ini.

(11)

xi

10. Sahabat-sahabat seperjuangan dalam penyusunan kertas kerja: Bela, Tesa, Lia, Aji, Jordy, Pur, Maya

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan kertas kerja ini.

Salatiga, Juni 2016

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KERTAS KERJA... ………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN…….. ………... iii

SARIPATI…. ………... iv

ABSTRACT... ………... v

KATA PENGANTAR……... ………... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. vii

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL….. ……….. xi

Pendahuluan... ……….. 1

Latar Belakang……... ………... 1

Landasan Teoritis…... ……….. 3

Work Family Conflict ……….. 3

Stres Kerja….. ……….. 4

Dukungan Sosial…… ………... 6

Pengaruh Work Family Conflict terhadap Stres Kerja…….. ………... 7

Pengaruh Work Family Conflict terhadap Stres Kerja dengan Dukungan Sosial sebagai Variabel Moderasi…. ………... 7

Kerangka Teoritis…...………... 8

Metode Penelitian…...………... 8

Hasil Penelitian dan Pembahasan…………... ……….. 11

Gambran Rumah Sakit………..………... 11

Gambaran Profil Responden ……….. 12

Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas…. ……….... 13

Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ………... 14

(13)

xiii

Keterbatasan Penelitian dan Penelitian Mendatang... ………... 27

Daftar Pustaka ………... 23

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Operasionalisasi Variabel….. ……….... 10

Tabel 2 Gambaran Umum Responden ……… 13

Tabel 3 Uji t Pengaruh Work Family Conflict terhadap Stres Kerja Wanita…. ……… 14

Tabel 4 Uji MRA Work Family Conflict terhadap Stres Kerja Dimoderasi oleh Dukungan Sosial ………. 15

Tabel 5 Skor Rata-rata Responden Terhadap Work Family Conflict …………. 16

Tabel 6 Skor Rata-rata Responden Terhadap Stres Kerja…...………. 17

Tabel 7 Skor Rata-rata Responden Terhadap Dukungan Sosial……. …………. 18

Tabel 8 Crosstab Pendidikan dengan Work Family Conflict ………. 19

Tabel 9 Crosstab Usia dengan Work Family Conflict ………. 20

Tabel 10 Crosstab Jumlah Anak dengan Work Family Conflict……… 20

Tabel 11 Crosstab Pendidikan dengan Stres Kerja…... ………. 21

(15)

1 PENDAHULUAN

Latar belakang

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan. Untuk meningkatkan pelayanan di dalam rumah sakit dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia merupakan salah satu asset yang menentukan berkembang atau tidaknya sebuah organisasi. Sumber daya manusia adalah manusia (orang-orang) yang merupakan elemen yang senantiasa ada di dalam setiap organisasi (Simamora, 2004). Baik buruknya sebuah rumah sakit dapat diukur dari kinerja staf medis dan non medis dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

Perawat merupakan salah satu staf non medis yang memiliki peranan penting di dalam rumah sakit yaitu yang berhubungan langsung dengan pasien, keluarga pasien, dan kerabat pasien. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Almasitoh (2011) pada rumah sakit swasta di Yogyakarta, tugas-tugas pokok perawat antara lain: melaksanakan analisis data untuk merumuskan diagnosis keperawatan, merencanakan dan melaksanakan evaluasi keperawatan pada individu, melaksanakan pendokumentasian askep, melaksanakan sistem kerja shift yang terbagi atas tiga waktu yaitu pukul 06.30-13.30, pukul 13.30-20.30, dan pukul 20.30-06.30, melaksanakan tugas siaga on call di rumah sakit, melakukan pre serta post conference dan serah terima pasien pada saat pergantian dinas, melakukan droping pasien. Tugas-tugas yang begitu banyak serta monoton menjadi stressor bagi perawat, terkadang perawat juga harus berhadapan dengan sikap pasien yang emosional. Stres kerja ialah suatu kondisi dimana terdapat satu atau beberapa faktor di tempat kerja yang berinteraksi dengan pekerja sehingga mengganggu kondisi fisiologis dan perilaku (Soewondo, 2003). Stres kerja bisa bersifat positif (eustress) dan bersifat negatif (distress). Stres kerja positif dapat meningkatkan motivasi karyawan, sebaliknya stres kerja negatif dapat mengakibatkan hancurnya produktivitas kerja karyawan (Wijono, 2010). Dalam penelitian ini mengartikan stres kerja sebagai distress, yaitu perasaan-perasaan negatif yang tidak menyenangkan dan dapat mengganggu atau menghambat individu untuk berprestasi dalam kehidupan organisasi (Wijono, 2010).

Selain permasalahan yang dihadapi tersebut, yaitu proses kerja yang membosankan dan sikap pasien yang emosional, permasalahan lain yang menimbulkan stres kerja perawat adalah work family conflict. Penelitian oleh Indriyani (2009) menyatakan bahwa konflik

(16)

2

pekerjaan-keluarga secara signifikan dan positif berpengaruh terhadap terjadinya stres kerja perawat wanita di rumah sakit Roemani Semarang. Konflik pekerjaan-keluarga dapat mengarah pada stres kerja dikarenakan banyaknya waktu yang dibutuhkan dalam menangani urusan pekerjaan dan ini merupakan sumber potensial terjadinya stres kerja. Work family conflict yaitu konflik yang mengacu pada sejauh mana hubungan antara pekerjaan dan keluarga saling terganggu (Greenhaus & Beutell, 1985; Jimenez et al 2008). Pada dasarnya work family conflict dapat terjadi baik pada laki-laki maupun wanita. Tetapi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa intensitas terjadinya work family conflict pada wanita lebih besar dibandingkan laki-laki (Apperson et al, 2002). Perawat rumah sakit di dominasi sebagian oleh tenaga kerja wanita, sehingga rentan mengalami konflik peran ganda antara pekerjaan dan keluarga. Konflik peran antara pekerjaan dan keluarga ini muncul jika karyawan merasa sulit untuk menyesuaikan kedua peran yaitu perannya sebagai anggota organisasi yang harus bertanggung jawab pada birokrasi organisasi dan perannya sebagai ibu rumah tangga yang harus bertanggung jawab pada keluarganya (Khan, 2000). Bertemunya dua peran (pekerjaan dan keluarga) sekaligus yang terjadi pada perawat wanita akan menciptakan tekanan-tekanan yang mengakibatkan stres kerja, apabila tekanan-tekanan tersebut terjadi secara terus menerus maka akan mengganggu kinerja dan berdampak pada rendahnya kepuasan kerja, meningkatkan absenteeism (kemangkiran kerja) dan menurunkan motivasi karyawan (Triaryati, 2002)

Melihat dampak negatif dari work family conflict dan stres kerja, maka diperlukan suatu upaya untuk menanggulanginya antara lain dengan menggunakan sumber-sumber positif yang ada di sekitar individu yaitu dukungan sosial (social support). Dukungan sosial diartikan sebagai tersedianya hubungan sosial, baik yang berasal dari keluarga/pasangan hidup, atasan, maupun rekan kerja lainnya (Isnivijanti, 2002). Dukungan sosial diperlukan seorang perawat untuk mengurangi terjadinya stres kerja. Menurut House (2000) seseorang memiliki dukungan sosial yang baik maka dia dapat meredam konflik dan stres yang terjadi dalam pekerjaan mereka. Apabila seorang karyawan memiliki dukungan sosial yang tinggi maka akan mengelola stres kerja yang dihadapi dengan baik dan memandang stres kerja dengan cara yang berbeda sehingga dapat memberikan dampak yang positif terhadap karyawan (Deeter & Ramsey, 1997)

Dari penelitian sebelumnya (Karatem, 2014) yang berjudul Pengaruh Konflik Peran Ganda terhadap Stres Kerja dan Dampaknya pada Kinerja Perawat Wanita dengan Dukungan

(17)

3

Sosial sebagai Variabel Moderasi, menyatakan bahwa konflik pekerjaan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap stress kerja, dan variabel dukungan sosial yang berasal dari pasangan hidup/keluarga dan atasan memoderasi konflik peran ganda dan stres, sedangkan dukungan sosial dari rekan kerja tidak memperkuat/memperlemah pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja. Objek dalam penelitian ini adalah perawat wanita di instalasi rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Perawat dipilih sebagai objek karena memiliki jam kerja yang padat dan adanya sistem kerja shift, yaitu pembagian kerja berdasarkan waktu yang terdiri pagi, siang, dan malam. Alasan memilih Rumah Sakit Mardi Rahayu karena merupakan rumah sakit swasta terbesar di Kabupaten Kudus dan sebagai rumah sakit pertama di Kabupaten Kudus yang telah memperoleh akreditasi paripurna (bintang lima), yaitu tingkat akreditasi tertinggi utuk sebuah rumah sakit.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka persoalan penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh work family conflict terhadap stres kerja dengan dukungan sosial sebagai variabel moderasi ? Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh work family conflict terhadap stres kerja dengan dukungan sosial sebagai variabel moderasi.

LANDASAN TEORITIS Work Family Conflict

Work Family Conflict yaitu konflik yang mengacu pada sejauh mana hubungan antara pekerjaan dan keluarga saling terganggu (Greenhaus & Beutell, 1985; Jimenez et al 2008). Grandey et al (2005) menyatakan bahwa work family conflict dapat menghabiskan waktu dan energi seseorang sehingga menyebabkan munculnya perasaan terancam dalam diri seseorang serta perilaku negatif dalam pekerjaannya. Work family conflict didefinisikan sebagai bentuk konflik peran dimana tuntutan peran dari pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal (Triaryani, 2003). Hal ini biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya, atau sebaliknya dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya. Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban kerja yang berlebihan dan waktu,

(18)

4

seperti: pekerjaan yang harus diselesaikan terburu-buru dan deadline (Aryati, 2002). Tuntutan keluarga berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas rumah tangga dan menjaga anak yang ditentukan oleh besarnya keluarga, komposisi keluarga dan jumlah anggota keluarga yang memiliki ketergantungan terhadap anggota lain (Shu-Chin, 2002). Menurut Carlson et al (2000) work family conflict sebagai terjadinya suatu konflik antar peran ketika pemenuhan salah satu peran bisa menekan perasaan yang lain, baik itu perannya di kehidupan pekerjaan ataupun keluarga. Work family conflict ini memiliki dua arah, yaitu work interference with family, yang terjadi ketika pengalaman di dalam pekerjaan mengganggu keluarga, dan family interference with work, yang terjadi karena kehidupan keluarga mengganggu pekerjaan.

Yang et al (2000) mengidentifikasikan tiga jenis work family conflict, yaitu: (1) Time-based conflict, waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan (keluarga atau pekerjaan) dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga), (2) Strain-based conflict, terjadi pada saat tekanan dari salah satu peran mempengaruhi kinerja peran yang lainnya, (3) Behavior-based conflict, berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga). Menurut Netemeyer et al (1996), indikator work family conflict adalah: (1) Tekanan pekerjaan (work demand). Hal ini mengacu pada tekanan yang timbul dari kelebihan beban kerja dan tekanan waktu dari pekerjaan seperti kesibukan dalam bekerja dan batas waktu pekerjaan, (2) Tekanan keluarga (family demand). Tekanan keluarga mengacu pada tekanan waktu yang berkaitan dengan tugas seperti mengurus rumah tangga dan menjaga anak.

Stres Kerja

Stres kerja menurut Rivai (2005) adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang pegawai. Menurut Soewondo (2003) stres kerja ialah suatu kondisi dimana terdapat satu atau beberapa faktor di tempat kerja yang berinteraksi dengan pekerja sehingga mengganggu kondisi fisiologis dan perilaku. Stres kerja sendiri dapat muncul apabila terdapat suatu kesenjangan antara kemampuan seorang individu dari tuntutan-tuntutan dari pekerjaannya, serta kesenjangan antara kebutuhan individu dengan pemenuhan dari lingkungan itu sendiri. Stres adalah suatu kondisi dinamik yang di dalamnya seorang individu

(19)

5

dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (constraints), atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting (Robbins, 2006). Menurut Vigoda (2002) stres kerja didefinisikan sebagai adanya gejolak diri sendiri baik itu secara fisik maupun non fisik yang timbul karena beban pekerjaan.

Sumber potensial stres, atau sering disebut juga dengan stressor menurut Badeni (2013) adalah situasi atau kejadian yang dapat menimbulkan stres. Stressor yang dikemukakan oleh Badeni (2013) dapat bersumber dari dalam lingkungan pekerjaan itu sendiri dan luar lingkungan pekerjaan. Stressor dari dalam lingkungan pekerjaan dapat berupa beban kerja, konflik peran, wewenang yang tidak seimbang, ketidakjelasan tugas, lingkungan kerja yang buruk, atasan yang tidak menyenangkan, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Sedangkan stressor yang berasal dari luar lingkungan pekerjaan, misalnya seperti kematian suami atau istri, perceraian, dan kenakalan anak-anak.

Handoko (2001) mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah kondisi kerja yang sering menyebabkan stres bagi para karyawan, diantaranya adalah:

1. Beban kerja yang berlebihan

2. Tekanan atau desakan waktu

3. Kualitas supervisi yang jelek

4. Iklim politis yang tidak aman

5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai

6. Peran ganda

7. Frustasi

8. Konflik antar pribadi dan antar kelompok

9. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan

(20)

6 Dukungan Sosial

Menurut Dalton et al (2001) dukungan sosial merupakan suatu kumpulan proses sosial, emosional, kognitif, dan perilaku yang terjadi dalam hubungan pribadi, dimana individu merasa mendapat bantuan dalam melakukan penyesuaian atas masalah yang dihadapi. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai tersedianya hubungan sosial baik yang berasal dari keluarga/pasangan hidup, atasan, maupun rekan kerja lainnya (Isnivijanti, 2002)

Menurut Gregorio (2007) mengemukakan dua alasan penting keberadaan dukungan sosial :

1. Individu membutuhkan orang lain bilamana tujuan atau aktifitas pekerjaan demikian luas dan kompleks sehingga tidak dapat menyelesaikan sendiri.

2. Hubungan antara karyawan itu mempunyai nilai sebagai tujuan yaitu pekerjaan yang menuntut saling membantu.

Dukungan sosial sebagai suatu transaksi interpersonal yang melibatkan perhatian emosional, bantuan instrumental informasi dan penilaian, serta bantuan yang diperoleh dalam hubungan interpersonal dibutuhkan dalam menunjang kelancaran organisasi (Apollo, 2007). Menurut House & Wells (2000) dukungan sosial adalah suatu transaksi interpersonal yang melibatkan affirmation atau bantuan dalam bentuk dukungan instrument yang diterima individu sebagai anggota jaringan sosial. Konsep dukungan sosial dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan sumber dukungan tersebut (Dunseath et al, 1995) berdasarkan bentuk, dukungan social terdiri dari : a) dukungan emosional yaitu memberi bantuan dalam bentuk sikap memberi perhatian, mendengarkan dan simpati terhadap orang lain. Dukungan sosial ini tampak pada sikap menghargai, percaya, peduli dan tanggap terhadap individu yang didukungnya. Dukungan ini yang paling sering muncul pada interaksi sosial antar individu, b) dukungan instrumental yaitu merupakan bantuan nyata dalam bentuk merespon kebutuhan yang khusus seperti pelayanan barang dan bantuan finansial, c) dukungan informasi yaitu berupa saran, nasehat atau berupa feedback individu yang mendukunganya, d) dukungan penilaian yaitu berupa penilaian yang berisi penghargaan yang positif, dorongan, atau persetujuan terhadap gagasan atau perasaan pada individu yang lain.

Ada tiga macam dukungan sosial yaitu: a) pasangan hidup/suami/istri merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi karyawan/pegawai yang telah berkeluarga. Seseorang

(21)

7

dapat berperan secara optimal baik dalam dunia karir maupun dalam kehidupan keluarga tergantung dari dukungan pasangannya. b) dukungan dari rekan kerja, misalnya rkan kerja membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam pekerjaan. c) dukungan dari atasan, misalnya atasan memberikan motivasi kepada karyawan agar karyawan bisa bekerja dengan baik.

Rumusan Hipotesis

Pengaruh Work Family Conflict terhadap Stres Kerja

Penelitian Karatem (2014) menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dan positif antara konflik pekerjaan-keluarga terhadap stres kerja. Semakin besar konflik yang terjadi antara pekerjaan-keluarga maka semakin meningkat stres kerja pada perawat wanita. Penelitian yang dilakukan Indriyani (2009) menyatakan bahwa konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh signifikan positif terhadap terjadinya stres kerja perawat wanita rumah sakit. Konflik pekerjaan-keluarga dapat mengarah pada stres kerja dikarenakan banyaknya waktu yang dibutuhkan dalam menangani urusan pekerjaan dan ini merupakan sumber potensial terjadinya stres kerja. Penelitian yang dilakukan Wirakristama (2011) menyatakan bahwa konflik peran ganda (pekerjaan-keluarga) berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja. Semakin besar konflik peran ganda (pekerjaan-keluarga) pada wanita maka akan semakin besar kecenderungan untuk mengalami stres.

H1 : Work Family Conflict (X) berpengaruh signifikan terhadap Stres Kerja (Z)

Pengaruh Work Family Conflict terhadap Stres Kerja dengan Dukungan Sosial sebagai Variabel Moderasi

Penelitian yang dilakukan Karatem (2014) yang berjudul “Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja dan Dampaknya pada Kinerja dengan Dukungan Sosial sebagai Variabel Moderasi” menunjukkan bahwa pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial yang berasal dari pasangan hidup dan atasan dapat diterima, Dukungan sosial yang tinggi dari pasangan hidup/ keluarga dan atasan dapat menurunkan stres kerja dan masalah kesehatan yang di hadapi, dukungan pasangan hidup/keluarga ini dapat disebut dengan sebagian sikap penuh perhatian yang ditunjukkan

(22)

8

dalam berbagai bentuk kerja sama yang positif, berbagi dalam menyelesaikan urusan pekerjaan dan keluarga. Penelitian yang dilakukan Murtiningrum (2005) menunjukkan bahwa pengaruh konflik pekerjaan-keluarga terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial dari rekan kerja dapat diterima. Dukungan sosial dari rekan kerja mampu membantu guru mendapatkan feedback positif dan peningkatan kemampuan dan ketrampilan sehingga lebih tahan terhadap timbulnya stres kerja yang berasal dari konflik pekerjaan-keluarga.

H2: Pengaruh Work Family Conflict terhadap Stres Kerja yang dimoderasi oleh Dukungan

Sosial Kerangka Teoritis H1 H2 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat kausal. Penelitian kausalitas adalah penelitian yang ingin mencari penjelasan dalam bentuk hubungan sebab akibat (cause-effect) antara beberapa konsep atau beberapa variabel yang dikembangkan (Ferdinand, 2006). Penelitian kausalitas diarahkan untuk menggambarkan adanya hubungan sebab akibat antara beberapa situasi yang digambarkan dalam variabel dan atas dasar itulah akan ditarik sebuah kesimpulan umum.

Work Family Conflict

Stres Kerja

Dukungan Sosial

(23)

9 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat wanita yang ada di instalasi rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Untuk pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan teknik sampling bertujuan (purposive sampling) yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti dimana sampel yang dipilih dengan menggunakan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian yang dikembangkan (Ferdinand, 2006). Adapun kriteria yang ditentukan yaitu perawat wanita yang telah menikah dan memiliki anak.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu melalui survey ke lapangan dengan memberikan kuesioner kepada perawat instalasi rawat inap untuk mengetahui pengaruh work family conflict terhadap stres kerja dengan dukungan soaial sebagai variabel moderasi. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006).

Teknis Analisis Data

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas dan Reliabilitas diperoleh dari uji coba kuesioner untuk memperoleh informasi mengenai sudah atau belumnya instrumen yang digunakan memenuhi persyaratan sebagai alat pengumpul data. Kuesioner dapat dikatakan memenuhi persyaratan apabila instrumen-instrumen dalam kuesioner tersebut valid dan reliabel.

a. Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2005). Untuk menguji apakah masing-masing instrumen yang digunakan dalam mengukur sebuah variabel dinyatakan valid atau tidak adalah dengan menggunakan Product Moment atau Pearson yaitu dengan membandingkan r hitung dan r tabel.

Apabila r hitung > r tabel maka instrumen yang digunakan valid, sebaliknya apabila r hitung

(24)

10 b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji tingkat seberapa besar suatu alat ukur, mengukur dengan stabil dan konsisten yang besarnya ditunjukkan oleh nilai koefisien reliabilitas (Jogiyanto, 2004). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan menggunakan metode Crobach’s Alpha (α) dengan bantuan program SPSS. Sebuah variabel disebut reliabel jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Ghozali, 2005) Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana , yaitu untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu antara work family conflict (X) terhadap stress kerja (Y). Untuk menguji pengaruh variabel moderasi menggunakan MRA (Moderated Regression Analysis). Untuk menguji pengaruh variabel moderasi menggunakan MRA (Moderated Regression Analysis). Untuk mengetahui dua hal pada hubungan antar variabel menggunakan crosstabulation (tabulasi silang).

Tabel 1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Indikator

Work Family Conflict Konflik yang mengacu pada sejauh mana hubungan antar pekerjaan dan keluarga saling terganggu (Greenhaus & Beutell, 1985; Jimenez et al 2008).

Work interference with family

Family interference with work

Stres kerja Suatu kondidi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang pegawai (Rivai, 2005)  Beban kerja  Konflik dengan atasan/rekan kerja  Ketegangan dan kesalahan

 Desakan waktu atau deadline

Dukungan sosial Dukungan sosial merupakan suatu kumpulan proses sosial, emosional, kognitif, dan perilaku yang terjadi dalam

 Dukungan dari pasangan hidup/keluarga

(25)

11 hubungan pribadi, dimana individu merasa mendapat bantuan dalam melakukan penyesuaian atas masalah yang dihadapi. (Dalton et al, 2001)

 Dukungan dari atasan

 Dukungan dari rekan kerja

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Singkat Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus

Rumah Sakit Mardi Rahayu berdiri tanggal 29 Januari 1969 yang berlokasi di Ds. Jati Wetan Kabupaten Kudus tepatnya di Jl. AKBP Agil Kusumadya no. 110. Nama Mardi Rahayu berasal dari dua kata yaitu “Mardi” yang berarti tempat berusaha dan “Rahayu” yang berarti selamat atau sejahtera. Keinginan untuk membuat rumah sakit berawal dari berkembangnya balai pengobatan sehingga diperlukan tempat yang lebih luas lagi untuk melayani pasien.

Pada awalnya Rumah Sakit Mardi Rahayu melayani pasien rawat inap dengan kapasitas 25 tempat tidur. Rumah sakit juga melayani persalinan dan perawatan anak-anak. Pada tahun 1974 bangunan Rumah Sakit Mardi Rahayu diperluas dan kapasitas tempat tidur ditambah menjadi 100 tempat tidur dan resmi dibuka untuk umum pada tanggal 17 Desember 1974.

Kini Rumah Sakit Mardi Rahayu sudah berkembang dengan sarana perawatan mencapai sekitar 376 tempat tidur dan menjadi rumah sakit swasta terbesar yang ada di Kabupaten Kudus. Rumah Sakit Mardi Rahayu saat ini dipimpin oleh Dr. Khrisna Nugraha Widjaja dan yang dulunya Yayasan Kesehatan Kristen (YKK) berubah nama menjadi Yayasan Kristen Kesejahteraan Mardi Rahayu (YKKMR) pada tanggal 28 September 2007 mengikuti aturan baru tentang Yayasan sesuai dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2001 dan Undang-Undang nomor 28 tahun 2004. Motto dari Rumah Sakit Mardi Rahayu yaitu “Kesembuhan dan Keselamatan Anda adalah Kebahagiaan Kami”. Dengan visi dan misinya yaitu, Visi: Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama di Jawa Tengah, dan Misi: Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang utuh dan bermutu bagi semua masyarakat yang membutuhkan sesuai dengan panggilan Gereja yaitu: Pelayanan, Persekutuan dan Kesaksian.

(26)

12

Pada tanggal 5 Mei 2016 setelah melalui rangkaian penilaian yang cukup panjang, RS Mardi Rahayu Kudus dinyatakan lulus akreditasi tingkat paripurna (bintang lima) oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Akreditasi paripurna merupakan tingkat akreditasi tertinggi untuk sebuah rumah sakit, yang menandakan bahwa sudah memenuhi syarat-syarat sebagai rumah sakit yang baik dalam pelayanan, dan RS Mardi Rahayu menjadi rumah sakit pertama di Kabupaten Kudus yang telah memperoleh akreditasi paripurna.

Gambaran Profil Responden

Untuk mendapatkan data dan informasi dalam penelitian ini adalah dengan cara membagikan kuesioner kepada perawat wanita di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus yang sudah menikah dan memiliki anak sebanyak 121 dan dikembalikan 104 dan yang terisi lengkap sebanyak 84 kuesioner.

Berdasarkan usia, perawat wanita yang ada di Rumah Sakit Mardi Rahayu didominasi oleh mereka yang berusia >35 tahun yaitu sebanyak 38 orang (45%) , jumlah ini tidak terpaut jauh dengan perawat wanita yang berusia antara 25-35 tahun yaitu sebanyak 37 orang (44%). Dari hasil ini menunjukkan bahwa perawat wanita di rumah sakit Mardi Rahayu pada umumnya diisi oleh perawat wanita dengan usia yang sudah tidak muda lagi, melainkan pada usia yang matang. Pada usia ini perawat wanita seharusnya lebih sedikit mengalami stres karena memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi dan menjadikan stres negatif menjadi stres yang positif.

Berdasarkan pendidikan terkahir, sebagian besar perawat wanita adalah lulusan D3 yaitu sebanyak 75 orang (89%), sedangkan untuk lulusan S1 hanya 9 orang (11%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat wanita di rumah sakit Mardi Rahayu berada pada tingkat pendidikan level sedang.

Berdasarkan masa kerja, tampak bahwa perawat wanita mayoritas telah bekerja lebih dari 10 tahun di rumah sakit Mardi Rahayu, yaitu sebanyak 46 orang (55%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat wanita telah bekerja cukup lama pada rumah sakit tersebut, dan dapat dikatakan bahwa pengalamannya dalam bekerja sudah matang sehingga dapat mengelola work family conflict dan stres kerja dengan baik.

Berdasarkan jumlah anak yang dimiliki, tampak bahwa 40 orang (48%) memiliki dua orang anak, dan 33 orang memiliki satu orang anak. Dengan semakin banyak jumlah anak

(27)

13

yang dimiliki, akan membutuhkan waktu dan perhatian dari orang tua lebih banyak dan hal tersebut bisa saja menimbulkan work family conflict apabila tidak bisa membagi perannya di dalam keluarga dan pekerjaan. Selengkapkapnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Gambaran Umum Responden

Karakteristik Kategori Jumlah Presentase

Usia <25 9 11% 25-35 37 44% >35 38 45% Total 84 100% Pendidikan Diploma 75 89% S1 9 11% S2 0 0% Total 84 100% Masa Kerja <5 14 17% 5 s/d 10 24 28% >10 46 55% Total 84 100% Jumlah Anak 1 orang 33 39% 2 orang 40 48% 3 orang 9 11% 4 orang 2 2% Total 84 100% Hasil Penelitian

Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Variabel Work Family Conflict meliputi dua unsur yaitu Work Interference with Family (WIF) dan Family Interference with Work (FIW). Work Interference with Family (WIF) terdiri dari 6 pernyataan dan Family Interference with Work terdiri dari 5 pernyataan, total ada 11 pernyataan. Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas tahap pertama menunjukkan bahwa semua pernyataan mempunyai nilai r hitung (nilai Pearson Correlation) >

r tabel (didapat dari tabelr) dengan nilai r tabel 0,2146 dan tingkat signifikansi 0,05 sehingga

(28)

14

reliabilitasnya, menunjukkan nilai Cronbach alpha sebesar 0,824 > 0,60 sehingga pernyataan-pernyataan tersebut dinyatakan reliabel..

Variabel Stres Kerja terdiri dari 9 pernyataan. Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas tahap pertama, dari 9 pernyataan ada 1 item yang dinyatakan tidak valid/gugur. Item yang tidak valid/gugur adalah item nomor 7, yang berisi “saya selalu minum obat untuk mengurangi kecemasan dalam bekerja” dengan hasilnya r hitung < r tabel

yaitu 0,116 < 0,2146. Untuk uji reliabilitasnya, menunjukkan nilai Cronbach alpha 0,700 > 0,60 sehingga pernyataan-pernyataan tersebut dinyatakan reliabel.

Variabel Dukungan Sosial terdiri dari 14 pernyataan. Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas variabel Dukungan Sosial tahap pertama, menunjukkan bahwa semua pernyataan mempunyai nilai r hitung > r tabel sehingga seluruh pernyataan tersebut

dinyatakan valid. Demikian halnya dengan uji reliabilitasnya, menunjukkan nilai Cronbach alpha sebesar 0,890 > 0,60, sehingga pernyataan-pernyataan tersebut reliabel.

Pengaruh Work Family Conflict terhadap Stres Kerja

Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan bahwa angka Kolmogorov-Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 1,024 dan mempunyai nilai signifikan sebesar 0,245 > 0,05 maka distribusi data residualnya adalah normal.

Tabel 3

(29)

15

Berdasarkan pengelolaan data SPSS dihasilkan persamaan regresi linier Y= 7.715+ 0.491X. Hasil uji t pada Tabel 3 diketahui bahwa work family conflict mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja perawat wanita di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung 9,757 > t tabel 1,989 dan angka signifikan 0,000 < 0,05

yang artinya H1 diterima. Pengaruh yang ditunjukkan mempunyai arah positif yang berarti bahwa semakin tinggi work family conflict maka semakin tinggi stres kerja pada perawat wanita, sebaliknya semakin rendah work family conflict maka semakin rendah stres kerja pada perawat wanita. Nilai dari R square adalah 0,537, artinya bahwa 53,7% variabel stres kerja dapat dijelaskan oleh variabel work family conflict sedangkan sisanya 46,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Pengaruh Work Family Conflict terhadap Stres Kerja Dimoderasi Dukungan Sosial Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan bahwa angka Kolmogorov-Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 0,927 dan mempunyai nilai signifikan sebesar 0,357 > 0,05 maka distribusi data residualnya adalah normal.

Tabel 4

(30)

16

Berdasarkan pengelolaan data SPSS dihasilkan persamaan regresi linier Y = 14.093 + 0.295X1 + -0.113X2 + 0.003X1.X2 dengan nilai koefisien yang positif sebesar 14.093 dan

angka signifikan sebesar 0,654 (lebih besar dari 0,05) dengan hasil tersebut disimpulkan bahwa H2 ditolak. Nilai dari R square adalah 0,539, artinya bahwa 53,9% variabel stres kerja dapat dijelaskan oleh variabel work family conflict dan dukungan sosial sedangkan sisanya 46,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Tabel 5

Skor Rata-rata Responden Terhadap Work Family Conflict

No Pernyataan Skor rata-rata

1. Jam kerja saya mengurangi waktu saya untuk bersama dengan keluarga

3,00 2. Tuntutan waktu pekerjaan kantor membuat saya

kesulitan untuk mengurus keluarga

2,67 3. Tuntutan waktu pekerjaan kantor membuat saya

kesulitan untuk mengurus tanggung jawab pribadi

2,54 4. Akibat bekerja saya tidak selalu dapat menemani

suami/istri/anak pada waktu yang dibutuhkan

3,10 5. Sesuatu yang ingin saya lakukan dirumah tidak

dapat terealisasi karena tuntutan dari pekerjaan kantor

2,67

6. Tuntutan pekerjaan kantor membawa kesulitan untuk bersantai dengan keluarga dirumah

2,69 7. Saya menunda melakukan pekerjaan kantor karena

tuntutan suami/istri saya

2,03 8. Saya menunda melakukan pekerjaan kantor karena

harus mengurus anak saya

2,05 9. Keluarga mengurangi waktu saya untuk

menyelesaikan pekerjaan kantor

1,98 10. Saya harus menunda melakukan hal-hal di tempat

kerja karena tuntutan waktu saya untuk keluarga

(31)

17

11. Sepulang kerja saya terlalu letih untuk menjalankan aktivitas bersama keluarga

2,75

Total rata-rata 2,49

Dari tabel diatas tampak bahwa skor rata-rata jawaban responden pada 11 item pernyataan untuk variabel work family conflict sebesar 2,49 dan masuk dalam kategori rendah. Angka rata-rata terendah pada variabel work family conflict yaitu item penyataan no 10 dengan nilai rata-rata 1,96 dan angka rata-rata tertinggi pada variabel work family conflict yaitu item pernyataan no 4 dengan nilai rata-rata 3,10

Tabel 6

Skor Rata-rata Responden Terhadap Stres Kerja

No Pernyataan Skor

rata-rata 1. Saya merasa pekerjaan yang saya hadapi menguras

tenaga saya

2,86 2. Saya merasa beban kerja yang diberikan kepada

saya terlalu banyak

2,52 3. Saya sering berfikir negatif berkaitan dengan

masalah-masalah pekerjaan

2,05 4. Saya sering mengalami depresi saat menghadapi

masalah-masalah pekerjaan

2,07 5. Saya merasa kelelahan secara emosi dalam bekerja 2,38 6. Saya merasa kelelahan secara fisik dalam bekerja 3,08 8. Saya merasa pola makan saya berubah saat

menghadapi pekerjaan

2,52 9. Saya merasa tersinggung saat ditegur oleh

atasan/rekan kerja

2,04

Total rata-rata 2,44

Dari tabel diatas tampak bahwa skor rata-rata jawaban responden pada 8 item pernyataan untuk variabel stres kerja sebesar 2,44 dan masuk dalam kategori rendah. Angka rata-rata terendah pada variabel stres kerja yaitu item pernyataan no 9 dengan nilai rata-rata

(32)

18

2,04 dan angka rata-rata tertinggi pada variabel stres kerja yaitu item pernyataan no 6 dengan nilai rata-rata 3,08.

Tabel 7

Skor Rata-rata Tanggapan Responden Terhadap Dukungan Sosial

No Pernyataan Skor rata-rata

1. Suami saya mau mendengarkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan saya

4,15 2. Suami saya menunjukkan perhatian yang mendalam

terhadap pekerjaan saya

3,95 3. Keluarga saya memberikan bantuan kepada saya

berkaitan dengan permasalahan kerja saya

3,73 4. Apabila saya mengalami konflik dengan rekan kerja

atau atasan, saya mendapatkan solusi penyelesaian dari keluarga saya

3,72

5. Atasan saya bersedia mendengarkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan saya

3,90 6. Atasan saya memberikan dorongan dalam bekerja 3,94 7. Atasan saya memberikan semangat dalam bekerja 3,97 8. Atasan saya menunjukkan perhatian yang mendalam

terhadap pekerjaan saya

3,73 9. Dalam pengambilan keputusan, atasan saya

bertindak secara adil dan bijaksana

3,70 10. Rekan kerja saya memberikan bantuan kepada saya

berkaitan dengan permasalahan yang saya hadapi

3,85 11. Rekan kerja saya bersedia mendengarkan

masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan saya

3,91 12 Rekan kerja selalu memberikan saran untuk

meningkatkan kualitas kerja saya

3,75 .13 Rekan kerja saya selalu memberikan semangat

kepada saya pada saat jam kerja

3,64 14. Rekan kerja saya bersedia membantu saya untuk

menyelesaikan masalah pekerjaan

3,76

Total rata-rata 3,83

Dari tabel diatas tampak bahwa skor rata-rata jawaban responden pada 14 item pernyataan untuk variabel dukungan sosial sebesar 3,83 dan masuk dalam kategori tinggi. Angka rata-rata terendah pada variabel dukungan sosial yaitu item penyataan no 13 dengan

(33)

19

nilai rata-rata 3,64 dan angka rata-rata tertinggi pada variabel dukungan sosial yaitu item pernyataan no 1 dengan nilai rata-rata 4,15.

Tabel 8

Crosstabulation Pendidikan dengan WFC

Berdasarkan uji tabulasi silang, dari 75 responden dengan pendidikan Diploma, 62,7% (47 responden) memiliki tingkat work family conflict yang rendah, dan 9 responden dengan pendidikan Strata 1, 55,6% (5 responden) juga memiliki tingkat work family conflict yang rendah. Ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi work family conflict, semakin tinggi tingkat pendidikan maka work family conflict semakin rendah. Nilai chi-squarenya yaitu 0,651 > 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan work family conflict.

(34)

20 Tabel 9

Crosstabulation Usia dengan WFC

Berdasarkan uji tabulasi silang, dari 38 responden yang berusia >35 tahun, 63,2% (24 responden) memiliki tingkat work family conflict yang rendah. Ini menunjukkan bahwa semakin tua usia (usia matang) maka tingkat work family conflict yang dialami semakin rendah, ini karena perawat wanita dapat menyeimbangkan perannya di dalam pekerjaan maupun di dalam keluarga. Nilai chi-squarenya yaitu 0,940 > 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara usia dengan work family conflict.

(35)

21 Tabel 10

Crosstabulation Jumlah Anak dengan WFC

Berdasarkan uji tabulasi silang, diketahui bahwa jumlah anak tidak mempengaruhi work family conflict. Berapun jumlah anak yang dimiliki, tingkat work family confllict yang dialami tergolong rendah. Nilai chi-squarenya yaitu 0,908 > 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara jumlah anak dengan work family conflict.

Tabel 11

(36)

22

Berdasarkan uji tabulasi silang, dari 9 responden dengan tingkat pendidikan Strata 1, 88,9% (8 responden) memiliki tingkat stres kerja yang rendah. Ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi stres kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah tingkat stres kerja yang dialami, dengan demikian bahwa semakin banyak ilmu yang diperoleh maka akan berdampak pada stres yang positif. Nilai chi-squarenya yaitu 0,415 > 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan stres kerja.

Tabel 12

(37)

23

Berdasarkan uji tabulasi silang, dari 38 respon yang berusia >35 tahun, 73,7% (28 responden) memiliki tingkat stres kerja yang rendah. Ini menunjukkan bahwa semakin tua usia (usia matang) maka stres kerja yang dirasakan semakin rendah, karena di usia yang matang bisa mengendalikan emosi dengan baik dan akan berdampak pada stres yang positif yaitu akan semakin tertantang dan termotivasi dalam bekerja. Nilai chi-squarenya 0,658 > 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara usia dengan stres kerja.

Tabel 13

Crosstabulation Usia dengan Dukungan Sosial

Berdasarkan uji tabulasi silang, 75,0% (6 responden) dengan usia 25-35 tahun memiliki dukungan sosial pada tingkat sedang, dan 66,7% (8 responden) dengan usia >35 tahun memiliki dukungan sosial yang sangat tinggi. Semakin tinggi tingkat usia maka dukungan sosial yang diperoleh juga semakin tinggi. Nilai chi-squarenya 0,306 > 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara usia dengan dukungan sosial.

(38)

24 Tabel 14

Crosstabulation Pendidikan dengan Dukungan Sosial

Berdasakan uji tabulasi silang, 88,9% (56 responden) dengan tingkat pendidikan diploma memiliki dukungan sosial yang tinggi, dan 11,7% (7 responden) dengan tingkat pendidikan Strata 1 juga memiliki dukungan sosial yang tinggi. Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka dukungan sosial yang di peroleh juga semakin tinggi. Nilai chi-squarenya 0,973 > 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan dukungan sosial.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan pada variabel work family conflict terhadap stres kerja, hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi work family conflict pada perawat wanita maka akan semakin tinggi tingkat stres kerja. Hasil ini diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indriyani (2009) bahwa konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh signifikan dan positif terhadap terjadinya stres kerja perawat wanita di rumah sakit Roemani Semarang dan penelitian oleh

(39)

25

Wirakristama (2011) bahwa konflik peran ganda (pekerjaan-keluarga) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap stres kerja pada karyawan wanita di PT. Nyonya Meneer Semarang.

Sebagai seorang perawat wanita, sangat berisiko dengan work family conflict apabila tidak bisa membagi perannya antara pekerjaan dan keluarga. Tugas sebagai seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki anak adalah mengurus keluarga. Tapi kenyataannya tidak sedikit wanita yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarga atau hanya ingin mengaktualisasikan kemampuannya. Apabila wanita tidak dapat menjalankan perannya (pekerjaan atau keluarga) dengan seimbang maka akan mengganggu peran yang lainnya (pekerjaan atau keluarga). Pendapat dari Greenhaus & Beutell yang menyatakan bahwa work family conflict mengacu pada sejauh mana hubungan antara pekerjaan dan keluarga saling terganggu. Dalam hal ini sebagai seorang perawat wanita diharuskan untuk dapat menyeimbangkan perannyanya di dalam pekerjaan maupun di dalam keluarga sehingga tidak terjadi work family conflict yang akibatnya akan menimbulkan stres kerja. Tugas sebagai seorang perawat memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pasien untuk itu diperlukan kesehatan fisik dan psikis untuk dapat melayani pasien dengan baik.

Salah satu yang menyebabkan work family conflict adalah beban kerja yang berlebihan sehingga menghabiskan waktu untuk bekerja dan waktu untuk keluarga berkurang, tetapi dalam hasil penelitian ini perawat wanita tidak merasa beban yang diberikan terlalu berlebih ini terbukti dari tingkat work family conflict yang terjadi di rumah sakit Mardi Rahayu Kudus tergolong rendah yaitu dengan skor rata-rata jawaban responden 2,44. Ini menunjukkan bahwa perawat wanita dapat menyeimbangkan perannya di dalam pekerjaan maupun di dalam keluarga. Saat bekerja fokus pada pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu, dan pada saat berada dirumah memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk melakukan kegiatan bersama keluarga. Dari 84 perawat wanita, 46 diantaranya sudah bekerja lebih dari 10 tahun sehingga pengalamannya dalam bekerja lebih banyak dan mampu untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, sehingga mempunyai waktu untuk bersama keluarga. Rendahnya tingkat work family conflict pada perawat wanita maka rendah juga tingkat stres kerja yang dirasakan, karena mengingat bahwa sebagian besar perawat wanita berusia lebih dari 35 tahun dan dianggap sudah matang dalam mengendalikan emosi, sehingga stres kerja yang dirasakan dapat berdampak positif yaitu semakin termotivasi dalam bekerja, hasil crosstab juga menujukkan bahwa semakin tinggi

(40)

26

tingkat pendidikan pada perawat wanita, maka semakin rendah stres kerja yang dialami, karena dengan semakin tingginya tingkat pendidikan maka semakin banyak pula pengetahuannya dalam mengelola stres.

Hasil penelitian dari work family conflict terhadap stres kerja yang dimoderasi oleh dukungan sosial diperoleh nilai koefisien regresi positif sebesar 1,183 dan angka signifikan 0,240. Variabel moderat yang merupakan interaksi antara work family conflict dan dukungan sosial memiliki nilai signifikansi 0,654 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel dukungan sosial bukanlah variabel moderasi dengan kata lain variabel dukungan sosial tidak akan memperkuat atau memperlemah pengaruh work family conflict terhadap stres kerja. Tidak didukungnya H2 ini menunjukkan bahwa dukungan sosial tidak memberikan efek

apapun terhadap terjadinya stres kerja yang diakibatkan adanya pengaruh work family conflict. Ada atau tidaknya dukungan sosial, work family conflict tetap berpengaruh terhadap stres kerja, dengan arah yang positif yaitu semakin rendah work family conflict maka semakin rendah stres kerja. Stres kerja yang terjadi pada perawat wanita, disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari individu itu sendiri. Ada perawat yang banyak mengalami tekanan tetapi tidak mengalami stres kerja, dan ada juga yang sedikit mengalami tekanan tetapi mengalami stres kerja yang berlebihan. Ini berarti dukungan sosial tidak berpengaruh terhadap stres stres kerja pada perawat wanita, stres kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor internal dari individu. Tidak semua masalah yang dihadapi perawat dapat diselesaikan dengan dukungan sosial. Ada masalah yang bersifat privasi sehingga tidak perlu diketahui oleh orang lain misalnya dalam masalah keluarga, sehingga dukungan sosial dari rekan kerja dan atasan tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Kurangnya sikap bersosialisasi antar perawat dan adanya sifat sungkan diantara perawat, sehingga merasa sungkan saat ingin meminta bantuan dan sebaliknya jika tidak diminta memberi bantuan tidak akan memberikan.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI TEORITIS

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) work family conflict mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap stres kerja perawat wanita di rumah sakit Mardi Rahayu Kudus, hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Indriyani (2009) dan Wirakristama (2011), (2) pengaruh work family conflict terhadap stres kerja yang dimoderasi oleh dukungan sosial

(41)

27

menunjukkan nilai yang positif tetapi tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa dukungan sosial tidak memoderasi pengaruh work family conflict terhadap stres kerja.

Implikasi teoritis dalam penelitian ini work family conflict berpengaruh signifikan terhadap stres kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan Indriyani (2009) dan Wirakristama (2011). Variabel dukungan sosial tidak memoderasi pengaruh work family conflict terhadap stres kerja. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Karatem (2014)

Keterbatasan Penelitian dan Penelitian Mendatang

Penelitian yang dilakukan ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan-keterbatasan. Salah satunya adalah dalam pengumpulan data yang membutuhkan waktu yang lama yaitu kurang lebih 2 bulan dan tidak kembali sesuai jumlah yang diharapkan (jumlah yang dibagikan) karena ada beberapa perawat yang mengambil cuti dan sedang mengikuti orientasi. Keterbatasan lainnya yaitu penelitian ini yang hanya mereplikasi dari penelitian sebelumnya yang mengganti objek rumah sakit negeri dengan rumah sakit swasta.

Atas dasar keterbatasan tersebut, maka untuk penelitian mendatang sebaiknya perlu menambah variabel lainnya yang dapat mempengaruhi stres kerja seperti lingkungan kerja, kecerdasan emosional, gaya kepemimpinan, dan faktor lainnya. Membandingkan antara rumah sakit negeri dan rumah sakit swasta tentang pengaruh work family conflict terhadap stres kerja dengan dukungan sosial sebagai variabel moderasi. Membandingkan antar departemen misalnya antara perawat UGD dengan perawat instalasi rawat inap, apakah memiliki tingkat stres kerja yang berbeda.

(42)

28 Daftar Pustaka

Almasitoh, U.H. 2011. Stres Kerja Ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial pada Perawat. Psikoislamika. Vol.8 No.1:63-82.

Apperson, M., Schimdt, H., Moore, S., Grunberg, L. & Greenberg, E. 2002. Women managers and the experience of work-family conflict. American Journal of Undergraduate Research. Vol.1 No.3: 9-16.

Apollo, S. 2007. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Perasaan Malu pada Remaja. Jurnal Ilmiah Universitas Katoik Widya Mandala.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta.

Aryati, N. T, 2002. Pengaruh Adaptasi Work Family Issue terhadap Absence dan Turnover. Jurnal Widya Manajemen. Vol 2 No.3:241-254.

Badeni. 2013. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung. Alfabeta.

Carlson, D.S., Kacmar, M.K, & Williams, L.J. 2000. Construction and Validation Of a Multidimentional Measure Of Work Family Conflict. Journal Of Vocational Behaviour, p249-276.

Deeter, D.R., & Ramsey, R.P. 1997.Considering Source and Types of Social Support : A Psychometric Evaluation oh the House and Wells (1978) Instrument. Journal of Personal Selling and Sales Management, Vol. XVII, No.1.1997.

Dunseath, J; Beehr, T A; King D W. 1995. Job Stress-Social Support BufferingEffects Across Gender, Education and Occupational Groups in Municipal Workforce. Journal of Public Personnel Administration. Winter 1995, p:60-83.

Ferdinand, A. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Skripsi, Tesis dan Disertai Ilmu Manajemen. Semarang. Universitas Diponegoro.

Ghozali, I., 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Greenhause, J.H., dan Beutell, N.J. 1985. Source of Conflict between Work and Family Roles. The Academy of Management Review, Vol.10 No.1, pp 76-88.

Gregorio. 2007. Conciliating Work and Family: a Catholic Social Teaching Perspective.Jurnal of Business Ethic,No. 88:513-524

Handoko, T.H. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. BPFE Indriyani, A. 2009. Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Stres Kerja Terhadap Kinerja

Perawat Wanita Rumah Sakit. Semarang. Universitas Diponegoro.

Isnivijanti, T. 2002. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Stres Kerja dan Kepuasan Kerja (Studi Kasus: Polres Pati Polda Jateng). Tesis. Semarang. Universitas Diponegoro.

(43)

29

Jimenez, B.M., Mayo, M, Vergel, A.I.S., Geurts, S., Munoz, A.R., Gartosa, E. 2008. Effect of Work Family Conflict on Employee’s Well-being : The Moderating Role of Recovery Experience. IE Business School Working Paper 8, 119-136.

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

Karatem, H.A. 2014. Pengarih Konflik Peran Ganda terhadap Stres Kerja dan Dampaknya pada Kinerja Perawat Wanita dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderasi di RSU Daerah Dr. M.Haulussy Ambon. Salatiga. Uksw.

Khan, R. L. 2000. Occupational stress: Studies in role conflict and ambiguity. New York. Wiley

Murtiningrum. 2005. Analisis Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga terhadap Stres Kerja dengan Dukungan Sosial sebagai Variabel Moderasi(Studi Kasus pada Guru Kelas 3 SMP Negeri di Kabupaten Kendal). Tesis. Semarang. Universitas Diponegoro.

Netemeyer, R., Boles,J., MCMurrian, R. 1996. Development and Validation of Work Family Conflict and Family Work Conflict Scales. Journal of Applied Psychology Vol 8 No.4 hal 400-410.

Rivai, V. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik.. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada.

Robbins, S. 2006. Perilaku Organisasi Edisi 10. Jakarta. Indeks Gramedia

Shu-Chin, C. 2002. Investigating the Relationship of Work-Family Conflicts Through the Self-Determination Theory. Electronical Theses Heap of NSYSU.

Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN..

Soewondo, S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung. Alfabeta.

Triaryati, N., 2003. Kiat Menangani Konflik. Jakarta. Prenhallindo.

Vigoda, E. 2002. Stress-related aftermaths to workplace politics: The Relationships Among Politics, Job Distress, and Aggressive Behavior in Organizations. Journal of Organizational Behavior, No.23: 571-591.

Wijono, S. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta. Prenadamedia Group.

Wirakristama, R.C. 2011. Analisis Pengaruh Konflik Peran Ganda (Pekerjaan-keluarga) Terhadap Kinerja Karyawan Wanita dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Intervening. (Studi pada PT.Nyonya Meneer Semarang). Semarang. Universitas Diponegoro.

Yang, N., Chen, C.C., dan Zou. 2000. Source of Work Family Conflict : a Sino- US. Comparison Of The Effect to Work and Family Demands. Academy of Management Journal Vol.43 No.1 : 113-123.

(44)

30 LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Dengan hormat

Dalam rangka menyusun tugas akhir perkuliahan yang menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Univeraitas Kristen Satya Wacana, saya :

Nama : Rode Yospran Anggraeni NIM : 212012184

Dengan ini memohon kesediaan responden untuk menjawab beberapa pertanyaan pada kuesioner ini. Mengingat keberhasilan penelitian ini sangat tergantung pada kelengkapan jawaban yang responden berikan, oleh karena itu saya memohon dengan sangat kiranya jangan sampai ada jawaban yang terlewatkan serta sesuai pendapat anda sebenarnya. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, mohon responden dapat menjawab sesuai dengan keadaan sebenarnya. Atas kesediaan anda, saya ucapkan terima kasih.

Petunjuk: Berilah tanda check () pada alternatif jawaban yang anda anggap paling tepat A. Gambaran Responden 1. Usia  <25 tahun  25-35 tahun  >35 tahun 2. Pendidikan Terakhir  Diploma  S1  S2 3. Lama bekerja  <5 tahun  5-10 tahun  >10 tahun 4. Jumlah anak : ………..

(45)

31 B. Daftar Pernyataan

Berikan pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat Anda sendiri (yang Anda alami atau rasakan) tentag pernyataan-pernyataan berikut ini dengan memberikan tanda contreng () pada kotak jawaban yang tersedia. Adapun pilihan jawaban sebagai berikut.

STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju

N : Netral S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Work Interference With Family STS TS N S SS

1. Jam kerja saya mengurangi waktu saya untuk bersama dengan keluarga

2. Tuntutan waktu pekerjaan kantor membuat saya kesulitan untuk mengurus keluarga

3. Tuntutan waktu pekerjaan kantor membuat saya kesulitan untuk mengurus tanggung jawab pribadi 4. Akibat bekerja saya tidak selalu dapat menemani

suami/istri/anak pada waktu yang dibutuhkan

5. Sesuatu yang ingin saya lakukan dirumah tidak dapat terealisasi karena tuntutan dari pekerjaan kantor

6. Tuntutan pekerjaan kantor membawa kesulitan untuk bersantai dengan keluarga dirumah

Family Interfererence With Work STS TS N S SS

1. Saya menunda melakukan pekerjaan kantor karena tuntutan suami/istri saya

2. Saya menunda melakukan pekerjaan kantor karena harus mengurus anak saya

3. Keluarga mengurangi waktu saya untuk menyelesaikan pekerjaan kantor

4. Saya harus menunda melakukan hal-hal di tempat kerja karena tuntutan waktu saya untuk keluarga

5. Sepulang kerja saya terlalu letih untuk menjalankan aktivitas bersama keluarga

Stres Kerja STS TS N S SS

1. Saya merasa pekerjaan yang saya hadapi menguras tenaga saya

2. Saya merasa beban kerja yang diberikan kepada saya terlalu banyak

(46)

masalah-32 masalah pekerjaan

4. Saya sering mengalami depresi saat menghadapi masalah-masalah pekerjaan

5. Saya merasa kelelahan secara emosi dalam bekerja 6. Saya merasa kelelahan secara fisik dalam bekerja 7. Saya selalu minum obat untuk mengurangi kecemasan

dalam bekerja

8. Saya merasa pola makan saya berubah saat menghadapi pekerjaan

9. Saya merasa tersinggung saat ditegur oleh atasan/rekan kerja

Dukungan Sosial (Dari suami keluarga) STS TS N S SS

1. Suami saya mau mendengarkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan saya

2. Suami saya menunjukkan perhatian yang mendalam terhadap pekerjaan saya

3. Keluarga saya memberikan bantuan kepada saya berkaitan dengan permasalahan kerja saya

4. Apabila saya mengalami konflik dengan rekan kerja atau atasan, saya mendapatkan solusi penyelesaian dari keluarga saya

Dukungan Sosial (Dari atasan ) STS TS N S SS

1. Atasan saya bersedia mendengarkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan saya

2. Atasan saya memberikan dorongan dalam bekerja 3. Atasan saya memberikan semangat dalam bekerja 4. Atasan saya menunjukkan perhatian yang mendalam

terhadap pekerjaan saya

5. Dalam pengambilan keputusan, atasan saya bertindak secara adil dan bijaksana

Dukungan Sosial (Dari rekan kerja ) STS TS N S SS

1. Rekan kerja saya memberikan bantuan kepada saya berkaitan dengan permasalahan yang saya hadapi 2. Rekan kerja saya bersedia mendengarkan

masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan saya 3. Rekan kerja selalu memberikan saran untuk

meningkatkan kualitas kerja saya

4. Rekan kerja saya selalu memberikan semangat kepada saya pada saat jam kerja

5. Rekan kerja saya bersedia membantu saya untuk menyelesaikan masalah pekerjaan

(47)

33 Lampiran 2. Data Jawaban Responden

No Work family conflict

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11 Total (X) 1 3 2 2 4 4 4 4 2 2 2 4 33 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 24 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 23 4 4 4 3 4 4 4 2 2 3 2 3 35 5 4 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 28 6 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 26 7 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 3 21 8 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 5 26 9 2 2 2 3 3 4 2 2 2 2 5 29 10 2 2 4 2 4 2 2 2 2 2 4 28 11 5 4 4 3 3 4 2 2 2 2 5 36 12 4 4 4 4 3 4 2 2 2 2 4 35 13 3 3 3 4 4 4 1 2 2 2 5 33 14 4 2 2 4 4 4 2 2 2 2 4 32 15 2 2 2 4 3 2 3 2 2 2 3 27 16 4 4 1 5 3 1 1 1 1 1 5 27 17 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 26 18 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 13 19 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 20 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 21 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 26 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 24 4 2 4 4 3 4 2 2 2 2 2 31 25 5 5 5 5 5 5 2 2 2 2 2 40 26 5 5 5 5 5 5 2 2 2 2 2 40 27 5 5 5 5 5 5 2 2 2 2 2 40 28 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 3 33 29 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 3 33 30 5 5 2 4 3 2 2 1 1 1 5 31 31 3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 1 33 32 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 33 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 26 34 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 27 35 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 36 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 37 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 38 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 39 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 40 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22

(48)

34 41 4 2 2 4 4 4 2 2 2 2 2 30 42 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 43 3 2 3 3 3 3 2 2 1 1 3 26 44 3 2 3 2 2 2 2 2 1 1 3 23 45 3 2 4 4 2 4 2 4 4 2 4 35 46 4 4 3 3 2 3 2 3 2 2 2 30 47 4 4 3 4 4 2 4 4 2 4 2 37 48 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 23 49 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 23 50 5 4 4 5 4 5 2 2 2 2 4 39 51 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 52 4 1 1 4 2 1 2 2 1 2 2 22 53 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 4 31 54 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 21 55 3 3 3 4 3 2 2 1 3 2 1 27 56 4 2 2 4 4 4 2 2 2 2 1 29 57 3 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 38 58 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 5 29 59 3 2 2 3 2 4 2 2 2 2 2 26 60 2 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 28 61 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 3 33 62 4 3 3 4 2 3 2 2 2 2 4 31 63 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 24 64 4 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 27 65 5 4 4 4 2 4 2 1 1 1 4 32 66 4 2 2 2 2 4 2 2 1 2 2 25 67 2 2 2 4 2 2 2 2 1 2 2 23 68 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 69 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 26 70 4 4 4 5 5 5 2 2 2 2 5 40 71 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 25 72 4 4 3 5 4 4 2 2 2 2 5 37 73 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 23 74 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 75 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 76 4 4 3 3 3 3 1 3 3 3 3 33 77 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 78 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 79 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 80 4 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 28 81 4 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 28 82 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 83 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 84 5 4 2 5 2 2 2 2 2 2 2 30

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan ini diambil karena BlackBerry itu sendiri sedang mengalami kondisi ketidakpastian yang disebabkan dengan semakin ketatnya saingannya yaitu Android, iOS serta Windows

Hal ini ditanggapi Kepala sekolah : dalam menyusun visi misi sekolah, kepala sekolah , guru dan komite sudah melakukan evaluasi diri bersama-sama sehingga visi sekolah

Dan penelitian yang dilakukan Tutus Rully dan Deiya Caesar Aldenia dengan judul “Penggunaan Metode Center Of Gravity Dalam Penentuan Lokasi Gudang Terhadap Meminimkan

Diantara koneksi database ini ada yang merupakan antarmuka berbasis Object ada juga yang tidak berbasis object, kedua paradigma ini, menggunakan mesin databse microsoft Jet,

Penekanan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu pada faktor fisiologis terutama pada antropometrik atlet Scorpio club bandung terhadap kemampuan Shooting

Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang KM 21 Jatinangor-Sumedang) Email: malik_ahh@yahoo.co.id 6 pelayanan kesehatan berikutnya, serta dapat digunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai event mlaku mlaku nang Tunjungan melalui media sosial Instagram

Semantik merupakan cabang lingustik yang mempelajari tentang arti atau makna yang terkandung pada suatu Bahasa. Setelah peneliti melakukan penelitian pada plat