• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ yang diperlukan untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme. Fungsi utama ginjal adalah mengeluarkan kotoran dari sistem saluran kemih. Selain itu fungsi ginjal adalah untuk menyaring kotoran dari darah dan menyerap banyak nutrisi penting ke aliran darah. Disisi lain fungsi ginjal yang dilakukan di saluran (tubulus) adalah menyeimbangkan jumlah garam dan air yang disimpan. Kegagalan ginjal dalam melaksanakan fungsi-fungsi vital menimbulkan keadaan yang disebut uremia atau Gagal Ginjal Kronik (GGK) stadium terminal. Perkembangan yang sejak tahun 1960 dari teknik dialysis dan transplantasi ginjal sebagai pengobatan stadium terminal GGK, merupakan alternatif dari resiko kematian (Aini & Aisiyah, 2013).

Kasus gagalginjal kronik (GGK) saat inimeningkat dengan cepat terutama dinegara-negara berkembang. GGKtelah menjadi masalah utamakesehatan di seluruh dunia, karenaselain merupakan faktor resikoterjadinya penyakit jantung danpembuluh darah akan meningkatkanangka kesakitan dan kematian (Setyaningsih dkk, 2013).

Tahun 2015 diperkirakan ada 36juta penduduk dunia yang meninggalakibat penyakit ginjal. Ancamankematian, penderita GGK akanberhadapan dengan konsekuensiuntuk menjalani cuci darah atau Hemodialisa (HD) 3 – 5 kaliseminggu seumur hidup.Berdasarkan data Badan KesehatanDunia (WHO) memperlihatkan yangmenderita gagal ginjal baik akutmaupun kronik mencapai 50%sedangkan yang diketahui danmendapatkan pengobatan hanya 25%dan 12,5% yang terobati denganbaik. Prevalensi gagal ginjal diIndonesia tercatat mencapai 31,7%dari populasi pada usia 18 tahunkeatas (Riskesdas, 2007).

Indonesiatermasuk negara dengan tingkatpenderita gagal ginjal cukup tinggi.Dari survey komunitas yangdilakukan Perhimpunan NefrologiIndonesia (PERNEFRI) didapatkanbahwa 12.5% dari populasi sudahmengalami

(2)

penurunan fungsi ginjal,yang ditandai oleh adanyaproteinuria yang persisten ataupenurunan laju filtasi glomerulus(LFG). Bila jumlah pendudukIndonesia saai ini kurang lebih 240juta, maka berarti 30 juta pendudukIndonesia mengalami penurunanfungsi ginjal. Hasil survey dariberbagai pusat dialysis didapatkankejadian baru PGTK yangmemerlikan dialysis sebesar 30.7%perjuta penduduk. Berarti setiaptahun terdapat 7.400 pasien baruPGTA (Setyaningsih dkk, 2013).

Pilihan terapi yang tersedia untuk pasien gagal ginjaltergantung pada onsetnya, akut atau kronik. Pada gagal ginjal kronik atau End Stage Renal Disease (ESRD) pilihan terapi meliputi hemodialisisdialisis peritoneal seperti Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), Intermitten Peritoneal Dialysis (IPD) dan Continuous Cyclic Peritoneal Dialysis (CCPD) atau transplantasi ginjal (Wibisono & Kandarini, 2007).

Hemodialisis merupakan pengobatan pengganti (replacement treatment) pada penderita gagal ginjal kronik stadium terminal, jadi fungsi ginjal digantikan oleh alat yang disebut Dyalizer (Artificial Kidney). Pada dialyzer ini terjadi proses perpindahan zat-zat terlarut dalam darah ke dalam cairan dialisat atau sebaliknya (Sumpena, 2004).Hemodialisis (cuci darah) terbukti sangat bermanfaat dalam memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup penderita gagal ginjal terminal(Wijaya, 2010).

Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang jumlahnya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry, suatu kegiatan registrasi dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia, dikatakan bahwa terjadi peningkatan klien HD sebesar 5,2% dari 2148 orang pada tahun 2007 menjadi 2260 orang pada tahun 2008 (Farida, 2010).

Keadaan ketergantungan pada mesin dialisa seumur hidup mengakibatkanterjadinya perubahan dalam kehidupan penderita gagal ginjal terminal yang melakukan terapi hemodialisa (Lubis 2006). Perubahan fisik akibat penurunan fungsi organ akan mempengaruhi masalah psikis. Hubungan interpersonal yang buruk akibat penurunan fungsi organ dan perubahan pada

(3)

kondisi fisiknya cenderung mengakibatkan gangguan konsep diri khususnya harga diri rendah (Sukarja dkk, 2008).

Konsepdiri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam hubungannya dengan orang lain. Konsep diri merupakan cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual (Suliswati dkk, 2005).Stuart & Sunden (1998) mengemukakan bahwa konsep diri terdiri atas beberapa komponen, yaitu: citra tubuh, ideal diri, penampilan peran, identitas personal dan harga diri.

Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan nilai ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetapi merasa sebagai orang yang penting dan berharga (Stuart & Sunden, 1998).

Pasien dengan gagal ginjal terminal sering kali merasa kehilangan kontrol akan dirinya. Mereka memerlukan waktu yang panjang untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan apa yang dialaminya,perubahan peran adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Sebagai contoh seorang pencari nafkah di keluarga harus berhenti bekerja karena sakitnya. Perasaan menjadi beban keluarga akan menjadi masalah buat pasien gagal ginjal terminal yaitu merasa sebagai orang yang tidak berharga atau mempunyai harga diri rendah (Andri, 2012).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap merupakan rumah sakit type B milik Pemerintah Daerah yang berada di tingkat kabupaten/kota dan telah terakreditasi. RSUD Cilacap ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 446/209/44.1 tanggal 27 Februari tahun 2008 tentang Perubahan Kelembagaan dan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Daerah (BLUD – RSUD). RSUD Cilacap mempunyai bangsal terapi hemodialisa. Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di RSUD Cilacap diketahui bahwa

(4)

jumlah pasien gagal ginjal kronik sampai dengan bulan Desember tahun 2013 adalah sebanyak 989 orang dimana 896 orang diantaranya melakukan terapi hemodialisa.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 pasien gagal ginjal kronik pada saat melakukan terapi hemodialisa 3 dari 5 pasien menyatakan bahwa dirinya merasa belum mampu menerima keadaaan dirinya saat ini dan merasa bahwa pasien sudah tidak berharga lagi dan hanya menjadi beban bagi keluarganya. Kemudian 2 dari 5 pasien menyatakan sudah pasrah dan dapat menerima kondisi dirinya dengan penyakit yang dideritanya sebagai cobaan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan : “Adakah hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap tahun 2014 ?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum ingin mengetahuihubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui status terapi hemodialisapasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap tahun 2014.

b. Mengetahui harga diri pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap tahun 2014.

(5)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah pustaka tentang hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik, dan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi ilmiah tentang konsep diri (harga diri) pasien gagal ginjal kronik dan juga dapat menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi RSUD Cilacap

Hasilpenelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi RSUD Cilacap mengenai hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien gagal ginjal kronik yang mengalami harga diri rendah sehingga pasien dapat lebih kuat dan mampu menghadapi semua akibat dari penurunan fungsi organ.

b. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi tentang hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik. Selain itu juga dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien gagal ginjal kronik yang mengalami harga diri rendah.

c. Bagi Pasien gagal Ginjal Kronik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri sehingga dapat dijadikan sebagai wacana dalam melakukan upaya meningkatkan harga dirinya sehingga tidak mengalami gangguan konsep diri khususnya harga diri rendah dan dapat lebih kuat dan mampu menghadapi semua akibat dari penurunan fungsi organ.

(6)

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik, mengaplikasikan mata kuliah Metodologi Riset dan Riset Keperawatan, serta merupakan pengalaman dalam melakukan penelitian.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang harga diri pada pasien gagal ginjal kronik yang pernah dilakukan adalahdengan judul “Harga diri dan koping pada pasien gagal ginjal kronis di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2007”, yang dilakukan oleh I Made Sukarja, I Wayan Suardana, dan V.M. Endang S.P Rahayu.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien yang mengalami gagal ginjal kronis yang dirawat di ruang rawat inap penyakit dalam dan ruang perawatan hemodialisa RSUP Sanglah Denpasar. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 86 orang dengan teknik pengambilan sampel consecutive sample. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan teknik analisis yang digunakan adalah chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien gagal ginjal kronis mengalami gangguan harga diri rendah yaitu sebanyak 63% (54 orang), sebagian besar yaitu sebanyak 63% (54 orang) pasien gagal ginjal kronis memiliki koping yang maladaptif. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara harga diri dengan koping pada pasien gagal ginjal kronis (p = 0,024, α = 0,05).

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel penelitian dimana variabel bebas adalah tindakan hemodialisa dan variabel terikat adalah harga diri dan objek penelitian dalam hal ini adalah di RSUD Cilacap. Sedangkan persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada desain penelitian yaitu dengan rancangan cross sectional, teknik pengambilan

(7)

sampel menggunakan consecutive sampling dan teknik analisis menggunakan uji chi-square.

Referensi

Dokumen terkait

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Persentase Daerah Kabupaten/kota dalam rangka Fasilitasi Pelaksanaan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD) 70 % daerah Kabupaten/kot a berkinerja tinggi berdasarkan

Tujuan dari isi paper ini adalah untuk menganalisa unjuk kerja sistem kompresi citra grayscale asli, apakah informasi data citra hasil rekonstruksi benar-benar dapat

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Penambahan konsentrasi karagenan pada jelly drink rosela-sirsak menyebabkan tingkat sineresis menurun karena terbentuk struktur double helix yang kuat sehingga dapat

Teman-teman FK angkatan 2010, 2011, 2012, 2015 yang selalu memberikan motivasi dan semangat pada penulis selama menempuh studi di Fakultas Kedokteran Universitas

a. Pembangunan komitmen Bupati, Perangkat Daerah Lintas Sektor, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Pati, Camat,