• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan sisa jaringan nekrotik, mikroorganisme dan produk lain sehingga menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi terjadinya penyembuhan jaringan periapikal (Sjogren dkk.,1997 & Soares dkk., 2006). Sebagian besar kegagalan perawatan saluran akar disebabkan oleh prosedur yang tidak adekuat. Mikroorganisme masih dapat berada di dalam saluran akar pada daerah yang tidak dapat dilakukan preparasi secara kemomekanik terutama pada segmen sepertiga apikal dengan saluran akar yang sempit dan bengkok. Saluran akar yang terinfeksi menunjukkan bakteri berada sepanjang dinding dentin saluran akar sampai 375µm masuk ke tubuli dentin, meskipun sebagian akan hancur pada pH 9,5 dan sebagian akan dapat bertahan hidup pada pH 11 atau lebih (Athanassiadis dkk.,2007).

Menurut Grossman (1995) perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahapan yaitu : preparasi saluran akar yang meliputi pembersihan dan pembentukan saluran akar, disinfeksi atau sterilisasi, dan obturasi saluran akar. Keberhasilan perawatan saluran akar salah satunya dipengaruhi oleh bahan sterilisasi saluran akar yang bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang tidak dapat dihancurkan dengan proses instrumentasi dan irigasi. Law (2004) menyatakan bahwa, sterilisasi saluran akar dapat dilakukan dengan kombinasi instrumen mekanis, irigasi dan penggunaan obat saluran akar sebagai dressing. Sterilisasi saluran akar merupakan salah satu prosedur perawatan saluran akar yang dibutuhkan untuk

(2)

menghilangkan semua populasi mikroorganisme sebelum dilakukan obturasi saluran akar.

Sterilisasi saluran akar yang banyak digunakan saat ini adalah kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Kalsium hidroksida banyak dipakai karena kalsium hidroksida memiliki alkalinitas yang tinggi hasil dari pemecahan dan pelepasan ion hidroksil dalam larutan dari bahan pencampur kalsium hidroksida. pH yang dihasilkan dari pelepasan ion hidroksil > 11 yaitu berkisar antara 12,5-12,8. Difusi ion hidroksil sebagai bahan sterilisasi saluran akar akan dapat meningkatkan alkalinitas dentin saluran akar melalui tubulus dentinalis (Athanassiadis dkk., 2007 & Whitbeck, 2011).

Ferreira dkk. (2004) dalam penelitianya menyebutkan bahwa, sifat alkalinitas dari kalsium hidroksida dalam jangka waktu singkat menyebabkan sebagian besar mikroorganisme yang ada di dalam saluran akar terinfeksi tidak

mampu bertahan setelah kontak langsung dengan bahan tersebut. Fava & Saunders (1999) menyatakan efek alkalinitas tinggi dari kalsium hidroksida dapat

merubah integritas membran sitoplasma yang akan menyebabkan kehancuran sel. Evans dkk. (2002) dalam penelitiannya melaporkan bahwa, setelah 30 menit paparan pasta kalsium hidroksida pada pH 11,1 beberapa mikroorganisme (0,4%) selamat, namun pada pH 11,5 mikroorganisme mati (99,99%).

Menurut Riitano (2005), jumlah tubulus dentinalis dari servikal ke apikal mengalami penurunan yang progresif dan menunjukkan kepadatan tubulus dentinalis yang lebih rendah. Ferreira dkk. (2004) menyatakan bahwa, anatomi

(3)

menentukan sifat permeabilitas dentin. Sifat permeabilitas dentin menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi difusi ion hidroksil dari penguraian kalsium hidroksida. Permeabilitas dentin semakin tinggi maka difusi ion hidroksil akan semakin cepat sehingga akan terjadi peningkatan pH disekitar dentin saluran akar secara cepat. Hasil penelitian Manocci dkk. (2004), Andreasen dkk. (2006), & Kawamoto dkk. (2008) menyebutkan bahwa, alkalinitas kalsium hidroksida dapat melemahkan atau merusak kolagen jaringan dentin dari hasil denaturasi gugus fosfat dan karboksilat matrik dentin sehingga gigi menjadi mudah fraktur.

Dentin saluran akar dalam kondisi terinfeksi memiliki pH yang berbeda untuk tiap segmennya tergantung jenis dan banyaknya jumlah mikroorganisme yang berada di dalam segmen saluran akar. Law. (2004) menyatakan bahwa, bahan sterilisasi dapat mempengaruhi struktur kimiawi dentin dan berfungsi untuk mencegah bakteri berproliferasi kembali. Menurut Economides dkk. (1999), penggunaan bahan sterilisasi saluran akar dapat merubah pH lingkungan dentin pada tiap segmen saluran akar tergantung dari : 1) jenis bahan sterilisasi tambahan yang digunakan, 2) penetrasi bahan sterilisasi saluran akar yang maksimal dapat masuk ke dalam saluran akar, 3) lama kontak bahan sterilisasi terhadap dinding saluran akar

Kalsium hidroksida tidak dapat dianggap sebagai bahan sterilisasi saluran akar universal karena tidak efektif terhadap semua spesies bakteri yang ditemukan dalam saluran akar (Pacios dkk.,2003). Serbuk kalsium hidroksida tidak dapat diaplikasikan ke dalam saluran akar dan harus ditambahkan dengan suatu larutan sebagai bahan pencampur untuk memudahkan peletakannya ke dalam saluran

(4)

akar. Bahan pencampur memegang peranan penting dalam aksi biologis kalsium hidroksida yang dipengaruhi oleh kecepatan pemecahan dan pelepasan ion dari kalsium hidroksida (Fava & Saunders,1999).

Tingkat pemecahan kalsium hidroksida menjadi ion kalsium dan ion hidroksil tergantung bahan pencampur yang digunakan untuk dapat dipersiapkan sebagai pasta. Bahan pencampur dapat mempengaruhi kecepatan penguraian ion kalsium hidroksida secara bertahap (Pacios dkk.,2003). Penambahan bahan pencampur bertujuan meningkatkan laju penetrasi ion hidroksil dari kalsium hidroksida ke dalam tubuli dentin, meningkatkan kapasitas antimikroba, radiopasitas, aliran dan konsistensi (Fava & Saunders,1999). Bahan pencampur harus dapat membawa ion hidroksil berdifusi masuk melalui tubuli dentin, foramen apikal, saluran aksesoris, mencapai daerah resorpsi akar, serta daerah yang terkontaminasi oleh mikroorganisme dan jaringan sekitarnya (Duarte dkk., 2000).

Bahan pencampur juga berperan penting dalam proses keseluruhan disinfektan karena yang menentukan kecepatan disosiasi ion, menyebabkan pasta yang yang akan dilarutkan dan diresorpsi di berbagai tingkatan di segmen saluran akar dan di jaringan periapikal (Anthony dkk.,1982 ; Ballal dkk., 2010). Duarte dkk. (2009) menyatakan bahwa, keberadaan ion hidroksil penting dalam peningkatan pH dentin sehingga tipe substansi pelarut yang ditambahkan pada kalsium hidroksida dapat mempengaruhi nilai pH dentin saluran akar. Menurut Economides dkk. (1999)

(5)

bahan pencampur kalsium hidroksida juga dapat digunakan sebagai bahan sterilisasi tambahan untuk meningkatkan efektifitas antimikroba kalsium hidroksida.

Efektivitas ion hidroksil dalam membunuh mikroorganisme tergantung dari disosiasi ion – ion di dalam pasta kalsium hidroksida dari bahan pencampur yang digunakan sebagai pembawa kalsium hidroksida (Robert dkk.,2005).Estrela dkk.(2003) menyatakan bahwa, dua efek medikasi dari kalsium hidroksida yaitu efek biologikal dan efek antimikrobial yang efeknya dapat berubah oleh pengaruh bahan pencampur dan lama kontak dalam mengontrol mikroba. Menurut Ballal dkk. (2010), bahan pencampur yang digunakan diharapkan tidak dapat mempengaruhi pH kalsium hidroksida yang bertanggung jawab terhadap aktivitas biologisnya.

Viskositas tipe bahan pencampur kalsium hidroksida memegang peranan penting dalam menentukan kecepatan penguraian ion kalsium dan ion hidroksil (George dkk.,2001). Menurut George dkk. (2001) & Gomes dkk. (2002) menyatakan bahwa, viskositas bahan pencampur kalsium hidroksida sebagai pelarut terbagi atas tiga yaitu larutan cair, kental dan berminyak. Menurut George dkk. (2001), semakin rendah viskositas bahan pencampur penguraian ion akan semakin cepat. Hasil penelitian Staehle dkk. (1995), Fava & saunders, (1999) melaporkan bahwa, pemilihan bahan pencampur kalsium hidroksida dalam bentuk cair menyebabkan ion hidroksil dan ion kalsium terurai dengan cepat serta menjadi mudah larut, mudah mengalir kemudian berdifusi ke dalam tubuli dentin saluran akar, mudah berkontak dengan jaringan dan cairan jaringan. Kondisi

(6)

tersebut akan dapat melengkapi pembersihan secara kemomekanik dentin saluran akar.

Difusi ion hidroksil dengan bahan pencampur cair dapat mempertahankan pH tinggi untuk waktu yang cukup lama di dalam saluran akar dan sebagai agen terapeutik dalam upaya untuk dapat mengubah sifat asam sisa-sisa jaringan dan mikroorganisme sehingga dapat mengeliminasi dan membunuh mikroorganisme aerob maupun anaerob terutama yang terdapat pada segmen 1/3 apikal saluran akar gigi (Safavi & Nakayama, 2000). Wakabayashi dkk. (1995) dan Athanassiadis dkk. (2007) menyatakan bahwa, ion hidroksil dapat berdifusi ke tubuli dentin sampai waktu 4 minggu pada saluran akar yang tidak dapat dilakukan preparasi secara kemomekanik. Peneltian Esberard dkk. (1996) menyatakan bahwa, pasta kalsium hidroksida sebagai sterilisasi saluran akar dapat mempertahankan pH tinggi dentin saluran akar sampai 120 hari.

Klorheksidin diglukonat cair dengan konsentrasi 2% baik digunakan sebagai bahan sterilisasi saluran akar. Sifat yang dimilikinya yaitu aktivitas spektrum yang relatif luas, toksisitas yang rendah dan pelepasan ion yang lambat sehingga dapat bertahan lama di dalam saluran akar ( Lindskog dkk., 1998; Heling dkk., 1992; Gomes dkk., 2001; Ferguson dkk., 2003; Signoretti dkk.,2011). Menurut Schfer dkk. (2005), larutan klorheksidin diglukonat cair 2% jauh lebih efisien dibandingkan klorheksidin konsentrasi lain dalam jangka waktu pendek dan sering dipakai sebagai irigan subgingival tanpa efek samping. Heling dkk. (1992) menyatakan bahwa, klorheksidin diglukonat cair dalam konsentrasi 0,2 –

(7)

Natrium klorida 0,9% atau yang lebih dikenal dengan larutan salin memiliki efek sebagai bahan antiseptik. Larutan salin lebih banyak disukai sebagai bahan campuran dengan serbuk kalsium hidroksida karena lebih mudah dicampur dibandingkan dengan air destilasi (Departemen kesehatan,1979). Menurut Safavi dkk. (1990), efek antiseptik pasta kalsium hidroksida dengan bahan pencampur salin efektif 1 minggu dan akan berjalan lambat hingga 2 minggu. Hasil penelitian Sjogren dkk. (1991) menyatakan bahwa, larutan salin cocok sebagai bahan pencampur kalsium hidroksida untuk dapat dipersiapkan sebagai pasta intrakanal jangka pendek dengan lesi periapikal selama 7 hari.

Sebagian besar larutan anestesi lokal memiliki pH asam (Athanassiadis dkk., 2007). Menurut Fava & Saunders (1999), lidokain dengan atau tanpa vasokonstriktor sebagai larutan anestesi lokal secara umum banyak digunakan sebagai bahan pencampur untuk pasta kalsium hidroksida. Kondisi klinis yang melibatkan kelainan jaringan periapikal, bila di kombinasikan dengan serbuk kalsium hidroksida dan diaplikasi selama 21 hari di dalam saluran akar, pH pasta campuran kombinasi bahan ini akan menunjukkan penurunan efektivitas antimikrobanya. Hasil penelitian Sjogren dkk. (1991) menyatakan bahwa, pasta kombinasi kalsium hidroksida dengan larutan anestesi lokal akan menghasilkan pH tinggi selama 7 hari. Kondisi tersebut disebabkan karena pH asam larutan anestesi lokal akan memiliki efek menetralkan kalsium hidroksida. Larutan anestesi dalam kondisi ini dapat direkomendasikan sebagai bahan pencampur dengan kalsium hidroksida.

(8)

Secara pasti masih belum diketahui efektif lama kontak yang dibutuhkan pasta kalsium hidroksida berada di dalam saluran akar, jenis bahan pencampur dan kebutuhan sterilisasi lainnya yang dapat menambahkan komponen kalsium hidroksida. Kemungkinan kondisi tersebut berhubungan dengan tipe mikroorganisme, lokasinya dalam saluran akar, ada atau tidaknya smear layer dan eksudat saluran akar (Estrela dkk., 1999; Gomes dkk., 2002). Sjogren dkk. (1991) melaporkan bahwa, sterilisasi intrakanal dengan pasta kalsium hidroksida selama 1 minggu efektif menghilangkan bakteri dalam saluran akar untuk 100% kasus.

Pengaruh berbagai tipe bahan pencampur kalsium hidroksida terhadap pH dentin terutama pada segmen sepertiga apikal perlu diteliti lebih lanjut. Semua pasta kombinasi kalsium hidroksida akan menghasilkan pH yang berbeda dari pelepasan ion hidroksil. Penggunaan bahan sterilisasi saluran akar mempunyai dampak yang sangat penting untuk meningkatkan keberhasilan perawatan selanjutnya (Bystrom dkk., 1985).

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang maka timbul permasalahan: apakah ada pengaruh lama kontak kalsium hidroksida dengan bahan pencampur klorheksidin diglukonat 2%, salin dan lidokain HCl 2% sebagai bahan sterilisasi terhadap pH dentin pada segmen sepertiga apikal saluran akar.

C. Tujuan Penelitian

(9)

salin dan lidokain HCl 2% sebagai bahan sterilisasi terhadap pH dentin pada segmen sepertiga apikal saluran akar.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menguji pengaruh lama kontak dan bahan pencampur kalsium hidroksida terhadap pH dentin pada segmen sepertiga apikal saluran akar selama 7 hari, 14 hari dan 28 hari dengan menggunakan metode yang berbeda. Penelitian yang sudah ada dan pernah dilakukan adalah :

1. Evaluasi kapasitas difusi kalsium hidroksida pasta melalui tubulus dentin (2009).

2. Pengaruh pH dentin pada klorheksidin gel 2% dan kalsium hidroksida saja atau dalam kombinasi (2010).

3. Penentuan pH dari pelepasan ion kalsium yang disediakan oleh pasta kalsium hidroksida (2011).

E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan:

1. Menjadi informasi ilmiah di bidang kedokteran gigi.

2. Sebagai pertimbangan klinis bagi operator dalam memilih lama kontak waktu yang tepat untuk aplikasi pasta kalsium hidroksida dengan bahan pencampur viskositas cair yang terbaik sebagai bahan sterilisasi saluran akar untuk aplikasi jangka pendek maupun jangka panjang sehingga mencegah infeksi berulang dan dapat meningkatkan keberhasilan perawatan selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah menyangkut hubungan antara warga Negara dan Negara serta pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) dalam pelaksanaanya selama

Sedangkan angkutan kereta api dari lokasi tambang menuju Pelabuhan Tarahan di Bandar Lampung dan Dermaga Kertapati di Palembang pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 4,28 juta

Aspek yang dapat menjadi kelemahan bagi suatu perusahaanadalah peralatan produksi yang sudah ketinggalan jaman atau tidak efisien, kesulitan pasokan bahan baku secara

Berdasarkan proses pengolahan data yang dilakukan padapenelitian ini, untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh variabel independen terhadap

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan dalam BAB IV penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada peserta didik kelas IV B SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta

Judul Skripsi :Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa dan Keterampilan Membaca Pemahaman Aksara Jawa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

Selain itu untuk mengurangi limbah radioaktif yang ada di hotcell PTBBN, maka PTBBN bekerja sama dengan PTKMR- BATAN untuk melakukan suatu kegiatan penelitian