• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk meningkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak keuntungan. Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang disebut juga sebagai investor. Para investor melakukan berbagai teknik analisis dalam menentukan investasi dimana semakin tinggi kemungkinan suatu perusahaan menghasilkan laba dan semakin kecil resiko yang dihadapi maka semakin tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya.

Tujuan pasar modal adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Selain untuk kesejahteraan rakyat pasar modal juga mempunyai peranan strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha, sedangkan di sisi lain pasar modal juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal; kecil dan menengah. Keikutsertaan masyarakat melalui instrumen pasar modal diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi secara nasional dengan mengoptimalkan dana yang berlebih atau tersedia. 1

Berbicara mengenai pasar modal yang merupakan tempat favorit untuk dijadikan sebagai tempat berlangsungnya kejahatan. Salah satu kejahatan tersebut

1

Bismar Nasution, “Modul Perkuliahan : Hukum Pasar Modal”, (Medan : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 11.

(2)

adalah pasar modal dijadikan tempat pencuci uang. Lembaga yang melakukan pengawasan pada pasar modal adalah Badan Pengawas Pasar Modal yang merupakan salah satu Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Menurut D. T. Hartono tentang

money laundering mengakui bahwa bursa efek berpotensi menjadi tempat idola untuk

mencuci uang kotor.2

Kemajuan teknologi informasi dan globalisasi keuangan saat ini mengakibatkan semakin mendunianya perdagangan barang dan jasa serta arus finansial yang mengikutinya. Kemajuan yang dirasakan ternyata dalam prakteknya tidak selalu berdampak positif bagi negara dan masyarakat, melainkan seringkali justru menjadi sarana yang subur bagi berkembangnya kejahatan, khususnya kejahatan kerah putih (white collar crime).3

Kejahatan kerah putih tersebut sekarang tidak hanya terjadi di dalam negeri saja, melainkan sudah pada taraf Trans Nasional4 yang tidak lagi mengenal adanya batas-batas negara. Oleh karena itu, sudah menembus batas negara maka bentuk dari kejahatan tersebut semakin canggih dan sangat terorganisir sehingga aparat penegak

2

D. T. Hartono, “Bisakah Pasar Modal Sebagai Lahan Money Laundering?”, http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/warta/2005_pebruari/money_launderin g.pdf., diakses pada 19 November 2010.

3

Munir Fuady dalam bukunya yang berjudul “Bisnis Kotor : Anatomi Kejahatan Kerah Putih” di halaman 9 menjelaskan pengertian white collar crime sebagai suatu perbuatan (atau tidak berbuat) dalam sekelompok kejahatan yang spesifik yang bertentangan dengan hukum pidana yang dilakukan oleh pihak profesional, baik oleh individu, organisasi, sindikat kejahatan maupun yang dilakukan oleh badan hukum. Biasanya kejahatan tersebut sangat berkaitan dengan pekerjaannya sehari-hari dengan tujuan untuk melindungi kepentingan bisnis atau kepentingan pribadi, untuk mendapatkan uang, harta benda maupun jasa, atau kedudukan dan jabatan tertentu, perbuatan mana dilakukkan oleh pelakunya bukan dengan cara-cara kasar seperti mengancam, merusak atau memaksa secara fisik, melainkan dilakukan dengan cara-cara halus dan canggih, yakni dengan jalan menutup-nutupi, menipu, menyuap, atau menerima suap, atau memainkan perhitungan akuntansi yang biasanya (tetapi tidak selamanya) dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi dalam masyarakat dan mempunyai keahlian tertentu, dan biasanya pula perbuatan tersebut dilakukan ketika pelakunya sedang menjalankan tugas atau profesinya, sumber : Munir Fuady, Bisnis Kotor : Anatomi

Kejahatan Kerah Putih, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2004), hal. 9.

4

(3)

hukum seringkali mengalami kesulitan mendeteksinya. Salah satu contohnya adalah kejahatan di bidang pasar modal yang sedang marak akhir-akhir ini.5

Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh pelaku pasar modal dalam kegiatan pasar modal. Secara internasional, kasus-kasus kejahatan di bidang pasar modal bermodus tidak jauh berbeda dengan kejahatan konvensional lainnya. Pemerintah Indonesia, melalui Badan Pengawas Pasar Modal (selanjutnya disingkat BAPEPAM-LK) berupaya keras untuk mengatasi dan mencegah tindak kejahatan di pasar modal Indonesia dengan berbagai cara, antara lain : menertibkan dan membina pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif yaitu pencegahan terjadinya kejahatan, dan menuntaskan kejahatan di bidang pasar modal sebagai tindakan represif yaitu penegakan hukum.6

Sebagai tindakan pencegahan BAPEPAM-LK mengeluarkan peraturan mengenai prinsip mengenal nasabah terlebih dahulu sebelum memasuki pasar yaitu Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. Kep-476/BL/2009 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal. Pada Lampiran Keputusan, Angka 11 huruf a dan b ini menyebutkan bahwa :

”sebelum Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal menerima suatu Pihak menjadi Nasabah yang berinvestasi di Pasar Modal, baik melalui atau tanpa melalui pembukaan rekening Efek, Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan pertemuan langsung (face to face) dengan calon Nasabah dan meminta informasi mengenai :

1) Latar belakang dan identitas calon nasabah;

2) Maksud dan tujuan pembukaan rekening Efek calon nasabah;

5

Jurnal Hukum Bisnis, “Menyikapi Globalisasi Pencucian Uang”, Volume 22, No. 3, 2003, hal. 4.

6

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal, (Jakarta : Prenada Media, 2004), hal. 257.

(4)

3) Informasi lain yang memungkinkan Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal untuk dapat mengetahui profil calon Nasabah; dan

4) Identitas Pihak Lain (beneficial owner), dalam hal calon Nasabah bertindak untuk dan atas nama Pihak Lain (beneficial owner).

Informasi mengenai nasabah tersebut harus dapat dibuktikan dengan keberadaan dokumen-dokumen pendukung”.

Tugas yang diemban oleh BAPEPAM-LK tidaklah ringan, oleh karena itu BAPEPAM-LK diberikan kewenangan untuk melakukan penyelidikan, pemeriksaan, penyidikan sampai dengan meneruskan penuntutan kepada kejaksaan atas dugaan terjadinya tindak kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, BAPEPAM-LK mempunyai kewenangan melakukan pemeriksaan, penyidikan sampai pemberian sanksi administratif.7 Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan efektivitas penegakan peraturan di bidang pasar modal, maka dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Perubahan UUPM ditegaskan beberapa ketentuan penambahan kewenangan BAPEPAM-LK dan perumusan sanksi secara lebih tegas lagi. Ketentuan mengenai perubahan yang diusulkan antara lain meliputi penambahan kewenangan bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk melakukan cegah dan tangkal, sanksi pidana bagi perusahaan efek dan penasihat investasi atau pihak terafiliasinya yang memberikan keterangan mengenai nama dan kegiatan nasabah tanpa hak, serta sanksi pidana bagi kustodian atau pihak terafiliasinya yang memberikan keterangan mengenai rekening efek tanpa hak.8

Kejahatan pasar modal sebenarnya sudah cukup lama ada di berbagai negara, meskipun jika dibandingkan dengan kejahatan di bidang lain, terutama kejahatan

7 Ibid. 8

BAPEPAM-LK, Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 – 2009, (Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2005), hal. 34.

(5)

konvensional, tentu saja kejahatan pasar modal tergolong kejahatan baru. Di London, Inggris, sejak tahun 1285 telah ada peraturan yang mewajibkan para pialang saham mendapat izin terlebih dahulu sebelum menjalankan pekerjaannya sebagai pialang saham. Pelanggaran terhadap keharusan mendapatkan izin tersebut dianggap sebagai kejahatan pasar modal.9

Di Prancis, antara tahun 1834 sampai dengan tahun 1836 telah terjadi penyuapan terhadap operator dari Optical Telegraph oleh 2 (dua) orang banker Prancis agar dapat mengeluarkan informasi tidak benar tentang saham sehingga para penyuap mendapatkan keuntungan tertentu atas beban pihak investor lain. Tahun 1869, di Amerika Serikat terjadi ”cornering”10 oleh Jay Gould, James Fiske dan Daniel Drew terhadap pasar emas sehingga harga emas turun mendadak yang memicu terjadinya peristiwa ”Black Friday”. Black Friday ini merupakan salah satu kepanikan finansial terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Berbagai macam kejahatan di pasar modal terus saja terjadi dengan berbagai modus operandinya, dimana pada abad ke-19 dan abad ke-20 serta dalam memasuki abad ke-21, intensitas kejahatan pasar modal semakin tinggi, bahkan dengan cara-cara yang semakin lama semakin canggih sehingga sangat susah untuk dideteksi, yang kesemuanya bertujuan untuk mengecoh investor.11

9

Munir Fuady, Op.cit., hal. 115. 10

Munir Fuady dalam bukunya yang berjudul Pasar Modal Modern di halaman 163 menjelaskan cornering sebagai perbuatan dimana saham dikuasai oleh seseorang sampai terjadi

shortage di pasar dan kemudian dia dapat mengontrol harga. Sering cornering dilakukan dengan cara

terlebih dahulu melakukan penjualan dengan tidak memiliki efek (short selling), dengan cara meminjamkan efek dari cornering kepada pelaku short selling, tetapi kemudian menarik kembali saham dalam pinjaman tersebut sehingga pihak pelaku short selling harus mencarinya di pasar, sumber : Munir Fuady, Pasar Modal Modern, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 163.

11

(6)

Berbeda dengan di Indonesia dimana setiap orang yang melakukan tindak pidana kejahatan biasanya melakukan pencucian uang di pasar modal agar uang tersebut kelihatan bersih dengan cara membuat kesepakatan bisnis yang tampak aneh dan tidak normal yang sudah bukan rahasia lagi bahwa kini banyak beredar dana-dana liar yang asal muasalnya tidak jelas. Ada bersumber dari hasil korupsi, ada yang berasal dari transaksi ilegal seperti transaksi narkoba, penyelundupan, dan berbagai bentuk kejahatan kerah putih lainnya.12 Uang haram atau uang kotor yang tidak jelas asal-usulnya ini dari hari ke hari kian menumpuk dan sulit keluar dari brankas dengan warna bersih dan cemerlang. Karena itulah pemilik uang kotor rela menyusutkan nilainya asal bisa keluar dari brankas dengan aman dan bisa dipergunakan sebagaimana layaknya.13

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pasar modal adalah seperti juga jenis pasar lainnya dimana di dalamnya berkumpul orang-orang untuk melakukan jual beli, tetapi yang menjadi objeknya adalah Efek. Dengan demikian pasar modal berarti suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal diperdagangkan. Karena di dalam pasar modal banyak uang yang beredar, maka orang-orang ramai untuk bergabung dengan perannya yang berbeda-beda satu sama lain. Ada di antara mereka yang merupakan pemain yang baik, tetapi banyak pula di antara mereka yang hanya sekedar mencari untung seketika dengan menghalalkan segala macam cara, sehingga mereka menjadi pelaku kejahatan di pasar modal.

12

Harian Ekonomi Neraca, “B.E.I Perketat Pencucian Uang”, tanggal 13 Juni 2010, http://www.neraca.co.id/2010/06/13/bei-perketat-pencucian-uang/., diakses pada 21 November 2010. Memberitakan bahwa Gayus Tambunan terlibat dalam kasus penggelapan dan pencucian uang pajak di Pasar Modal Indonesia.

13

M. Tri Agustiyadi, “Praktek Money Laundering pada Pasar Modal (Pasar Modal Bukan Mesin Cuci Uang)”, http://triagus.multiply.com/reviews/item/33., diakses pada 19 November 2010.

(7)

Banyak yang berpendapat bahwa pasar modal tidak terkait dengan pencucian uang, mengingat transaksi yang terjadi di pasar modal bukanlah transaksi yang melibatkan uang tunai. Dengan kata lain, untuk bertransaksi di pasar modal, pelaku harus terlebih dahulu menyetorkan uang tunai ke sistem perbankan, sehingga indikasi pencucian uang terdeteksi dan dicegah di pihak bank. Namun, demikian sebenarnya kegiatan pencucian uang sangatlah mungkin dilakukan di pasar modal, dimana kegiatannya tidak hanya melibatkan arus uang (flow of fund) tetapi juga arus efek (flow of securities).14

Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, kegiatan pencucian uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana yang kemudian diubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah.15

Saat ini, banyak orang sudah menggunakan internet sebagai alat untuk berkomunikasi dalam hal jual beli Efek di Pasar Modal. Ironisnya, internet itu juga semakin meluas digunakan oleh para penjahat berdasi tersebut untuk melakukan kejahatan di pasar modal. Internet memang sangat menstimulasi orang untuk melakukan kejahatan pasar modal. Pertama, karena penggunaan internet relatif murah, kedua, karena internet sudah merata digunakan oleh orang-orang berdasi, dan

14 Ibid. 15

Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5164.

(8)

yang ketiga adalah karena penggunaan internet tidak terlalu sulit, cukup sambil istirahat di rumah pribadi menekan beberapa tombol maka pekerjaan penjahat pasar modal sudah selesai.16

Kejahatan pasar modal merupakan salah satu kejahatan tercanggih di dunia yang umumnya dilakukan dengan modus operandi yang sangat rumit dan tidak gampang untuk dilacak. Di samping modus operandinya yang canggih-canggih, para pelaku kejahatan pasar modal juga umumnya terdiri dari orang-orang terpelajar sehingga dikatakan bahwa kejahatan pasar modal termasuk ke golongan kejahatan kerah putih (white collar crime). Karena itu kejahatan pasar modal sulit untuk dibuktikan apalagi jika penegak hukum masih menggunakan metode-metode konvensional dalam melakukan law enforcement.17

Persoalan terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan berdasarkan beberapa alasan, yaitu kesalahan pelaku, kelemahan aparat yang mencakup integritas dan profesionalisme dan kelemahan peraturan. Untuk itu BAPEPAM-LK berkewajiban selalu melakukan penelaahan hukum yang menyangkut perlindungan hukum dan penegakan hukum yang semakin penting. Dikatakan penting karena Lembaga Pasar Modal merupakan lembaga kepercayaan, yaitu sebagai lembaga perantara (intermediary) yang menghubungkan kepentingan pemakai dana (issuer, ultimate borrower) dan para pemilik dana (pemodal, ultimate lender). 18 Dengan demikian, penelitian aspek hukum, yaitu perangkat peraturan

16

Munir Fuady, Bisnis Kotor : Anatomi Kejahatan Kerah Putih, Op.cit., hal. 116. 17

Ibid., hal. 118. 18

Lembaga Pasar Modal merupakan lembaga kepercayaan maka untuk itu diperlukan prinsip keterbukaan. Seperti yang dikemukakan oleh Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta : Universitas Indonesia, 2001), hal. 76.

(9)

undangan yang mengatur tentang pasar modal akan memberikan kontribusi positif bagi penegakan hukum dalam memberikan jaminan dan kepastian hukum kepada pelaku pasar modal.19 Tantangannya yang dihadapi oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil BAPEPAM-LK sebagai aparat penegak hukum yang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan saat ini dan masa yang akan datang akan semakin berat seiring dengan semakin canggihnya teknik tindak pidana di bidang pasar modal.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut “UUPM”) telah menggariskan jenis-jenis tindak pidana di bidang pasar modal, seperti penipuan, manipulasi pasar dan perdagangan orang dalam (insider trading), UUPM juga menetapkan sanksi pidana bagi para pelaku tindak pidana tersebut yaitu denda dan pidana penjara/kurungan.20

Tindak pidana di bidang pasar modal memiliki karakteristik yang khas, yaitu antara lain adalah “barang” yang menjadi objek dari tindak pidana adalah “informasi”, selain itu pelaku tindak pidana tersebut bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya pencurian dan perampokan mobil, akan tetapi lebih mengandalkan pada kemampuan membaca situasi pasar serta memanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Selain itu, karakteristik lainnya yang membedakan dengan tindak pidana lain yaitu pembuktianya yang cenderung sulit dan dampak pelanggaran dapat berakibat fatal dan luas.21

19

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op.cit., hal. 259. 20

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3608.

21

(10)

Pada kejahatan di bidang pencucian uang, uang hasil kejahatan biasanya diputar atau diusahakan di pasar modal agar uang tersebut nampak berasal dari sebab yang halal. Uang merupakan nafas dari kejahatan, jika pelaku tindak pidana tidak mempunyai uang maka tidak akan terjadi tindak pidana lanjutan. Hal ini dilihat dari perspektif kejahatan kerah putih yang semua tindak kejahatannya membutuhkan uang untuk melakukan tindak kejahatan.22

Lembaga yang berfungsi untuk melacak uang kejahatan tersebut adalah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi (PPATK) yang merupakan struktur dari Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. PPATK dapat berkolaborasi dengan BAPEPAM-LK dalam pemberantasan pencucian uang di pasar modal untuk memperoleh informasi lengkap terkait dengan dugaan tindak pidana pencucian uang di bursa saham. Menurut Yanuar Rizky, peneliti Aspirasi Indonesia Research Institute, menilai “pelaku pasar modal berpotensi melakukan tindak pidana pencucian uang dalam jumlah besar, misalnya melalui modus menggoreng saham”.23

Masalahnya adalah dugaan praktek pencucian uang itu jarang dilaporkan ke PPATK, meski BAPEPAM-LK sudah pasti mengetahui berbagai masalah pencucian uang tersebut. Ketua PPATK, Yunus Husein mengungkapkan bahwa : “PPATK menemukan sejumlah kecil praktek pencucian uang di pasar modal berkaitan dengan

22

Bismar Nasution, ”Catatan Perkuliahan : Hukum Anti Money Laundering”, (Medan : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009).

23

Anugerah Perkasa, ”PPATK Bisa Menggandeng BAPEPAM-LK Terkait Pencucian Uang di Bursa”, http://bataviase.co.id/node/371225., diakses pada 19 November 2010.

(11)

rendahnya pelaporan Suspicious Transaction Report (STR) kepada lembaga PPATK”.24

Para pelaku kejahatan di bidang pasar modal berupaya agar uang hasil kejahatannya dapat diselamatkan. Salah satu cara adalah melalui mekanisme pencucian uang (money laundering). Dengan cara tersebut, para pelaku kejahatan berusaha mengubah atau mencuci sesuatu yang didapat secara illegal menjadi legal. Pencucian uang ini dilakukan terhadap uang hasil tindak pidana perdagangan narkotika, korupsi, penyelundupan senjata, perjudian, penggelapan pajak, dan insider

trading dalam transaksi saham di pasar modal.25 Dengan pencucian uang ini, pelaku kejahatan dapat menyembunyikan asal-usul yang sebenarnya dana atau uang hasil kejahatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan ini pula para pelaku kejahatan dapat menikmati dan menggunakan hasil kejahatannya secara bebas seolah-olah tampak sebagai hasil kegiatan yang legal.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka judul penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) Dalam Penanganan Money Laundering di Pasar Modal”.

B. Rumusan Masalah

Mengingat luasnya lingkup tindak pidana di bidang pasar modal, maka ruang lingkup pembahasan dalam penulisan ini difokuskan pada tindak pidana pencucian uang di pasar modal Indonesia sebagai predicate crime. Berdasarkan uraian latar

24 Ibid. 25

(12)

belakang di atas, selanjutnya dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana terjadinya praktek money laundering di pasar modal?

2. Bagaimana kewenangan BAPEPAM-LK terhadap penanganan praktek money

laundering di pasar modal?

3. Bagaimana kendala Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang terhadap praktek money

laundering di pasar modal?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peranan hukum dalam pembangunan ekonomi di Indonesia terkait dengan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK). Bertolak dari rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini, antara lain :

1. Untuk mengetahui terjadinya praktek money laundering di pasar modal; 2. Untuk mengetahui kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM-LK) terhadap penanganan praktek money laundering di pasar modal; dan 3. Untuk menganalisis kendala dan hambatan dari Undang-Undang No. 8 Tahun

2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang terhadap praktek money laundering di pasar modal.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu : 1. Secara Teoritis

(13)

a. Sebagai bahan informasi bagi para akademisi maupun sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lanjutan.

b. Memperkaya khasanah kepustakaan. 2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) dalam mengambil langkah yang ditempuh untuk mencegah terjadinya pencucian uang di Pasar Modal Indoensia.

b. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat (pelaku pasar) agar terbentuk peraturan atau kebijakan yang mampu menciptakan kestabilan, keterprediksian, dan keadilan bagi seluruh anggota masyarakat.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran studi kepustakaan khususnya pada lingkungan Perpustakaan Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, bahwa penelitian dengan judul “Kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) Dalam Penanganan Money laundering di Pasar Modal” sudah pernah dilakukan, antara lain :

1. Tesis dengan judul “Kebijakan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dalam Penanggulangan Pencucian Uang di Pasar Modal” yang dilakukan di Medan pada tahun 2008 oleh Mega Kartika;

2. Tesis dengan Judul “Penegakan Hukum Pidana di Bidang Pasar Modal”, yang dilakukan di Medan pada tahun 2009 oleh Budi Satrio; dan

(14)

3. Skripsi dengan judul “Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal melalui Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. 476/BL/2009” oleh Ika Rahayu di Medan pada tahun 2010.

Keduanya memiliki rumusan permasalahan dan kajian yang berbeda. Penelitian lanjutan ini mengkaji mengenai kewenangan BAPEPAM-LK khususnya masalah pencucian uang dan upaya penanggulangannya. Penelitian ini juga menjunjung tinggi kode etik penulisan karya ilmiah, oleh karena itu penelitian ini adalah benar keasliannya baik dilihat dari materi, permasalahan, dan kajian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teoritis dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam peneltian ini, digunakan teori sistem hukum yang dikemukan oleh Lawrence M. Friedman, yang memandang hukum sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub-sistem substansi hukum, struktur hukum dan kultur hukum. Penggunaan teori ini didasarkan pada pandangan bahwa pembahasan terhadap penegakan hukum anti pencucian uang (money laundering) tidak bisa disandarkan pada analisis aspek substansi peraturan perundang-undangan saja, tetapi juga harus dipandang dalam suatu kerangka sistemik yang juga meliputi pembahasan terhadap struktur hukumnya yang meliputi lembaga-lembaga terkait dalam penegakannya, seperti PPATK, Kepolisian, Kejaksaan dan BAPEPAM-LK khusus terkait dengan tindak pidana pencucian uang yang terjadi di

(15)

pasar modal. Di samping itu perlu pula diperhatikan aspek kultural, yang dalam penelitian ini lebih difokuskan pada kultur aparaturnya lebih khusus lagi terkait masih adanya budaya menerima suap pada oknum aparatur. Dengan pendekatan teori sistem ini diharapkan didapatkan suatu gambaran (deskripsi) yang utuh tentang berbagai aspek yang dirumuskan dalam permasalahan.

Dengan demikian, beberapa alasan menggunakan teori sistem hukum dari Lawrence M. Friedman untuk menjawab permasalahan utama berupa kewenangan BAPEPAM-LK dalam penanganan money laundering di pasar modal, dapat dikemukakan sebagai berikut :

(1) Diasumsikan bahwa salah satu letak permasalahan sulitnnya penanganan money

laundering di pasar modal adalah karena lemahnya substansi Undang-Undang

No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang;

(2) Secara struktural lembaga yang berwenang dalam penanganan pemberantasan tindak pidana pencucian uang adalah PPATK, kepolisian dan kejaksaan. Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 secara eksplisit tidak melibatkan BAPEPAM-LK sebagai otoritas pasar modal.

(3) Masih adanya budaya menerima suap di kalangan oknum aparatur sehingga membuat tidak efektifnya penegakan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

(4) Menggunakan teori sistem dapat menggambarkan secara utuh aspek substansi, struktur dan kultur hukum dimaksud.

(16)

Teori sistem hukum ini dipergunakan sebagai teori umum, yang diperkuat oleh sejumlah teori-teori yang dipergunakan untuk menjawab hal-hal yang lebih bersifat aplikasi/terapan. Teori dimaksud digali dari teori-teori di bidang disiplin ilmu hukum pasar modal dan hukum tindak pidana pencucian uang.

Lawrence M. Friedman membagi sistem hukum dalam tiga unsur yakni : struktur, substansi dan kultur hukum. Struktur dari sistem hukum terdiri dari unsur berikut ini : jumlah dan ukuran pengadilan, yurisdiksinya (yaitu jenis perkara yang mereka periksa, dan bagaimana serta mengapa), dan cara naik banding dari satu pengadilan ke pengadilan lainnya. Struktur juga berarti bagaimana badan legislatif ditata, berapa banyak anggota yang duduk di Komisi Dagang Federal, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seorang presiden, prosedur apa yang diikuti oleh departemen kepolisian dan sebagainya.26

Struktur hukum dengan demikian adalah bagaimana agensi-agensi, organ-organ, pejabat-pejabat, badan atau lembaga yang mengawasi peraturan hukum dan melaksanakan fungsi struktural tersebut yang diawasi dengan sebuah sistem pengawasan yang memadai.27 Setiap peraturan perundang-undangan harus mempunyai lembaga pengawas untuk menegakkan undang-undang tersebut agar tegaknya hukum yang dibuat. Struktur hukum disini adalah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) dan Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). BAPEPAM-LK untuk mengawasi pasar modal dan PPATK untuk mengawasi tindak pidana pencucian uang atau money laundering.

26

Lawrence M. Friedman. American Law An Introduction, (Second Edition), diterjemahkan oleh Wishnu Basuki, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, (Jakarta : Tata Nusa, 2001), hal.7

27

(17)

Setiap lembaga pengawas tersebut memiliki fungsi, wewenang, dan peran masing-masing.

Substansi hukum adalah aturan, norma, peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam masyarakat, dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Substansi hukum tidak hanya menyangkut peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam kitab-kitab hukum (law in books) dalam hal ini berbicara mengenai pasar modal dan tindak pidana pencucian uang, maka tidak terlepas dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Undang-Undang-Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, tetapi juga pada hukum yang hidup (living law) termasuk di dalamnya ”produk” yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem itu, misalnya keputusan-keputusan yang mereka keluarkan dan aturan-aturan yang mereka susun.28 Substansi hukum itu adalah alur jalan atau peraturan untuk melaksanakan aturan main dalam pasar modal dan tindak pidana pencucian uang. Substansi hukum berguna untuk mencapai kepastian hukum.

Kultur hukum (budaya hukum) menyangkut sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum, bisa meliputi persoalan-persoalan kepercayaan, nilai, pemikiran dan harapan manusia terhadap hukum dan sistem hukum. Budaya hukum dapat diartikan pula sebagai suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan. Budaya hukum sangat dipengaruhi oleh ”sub-budaya hukum” seperti sub-budaya orang kulit putih, orang kulit hitam, orang-orang Katholik, Protestan, Yahudi, polisi, penjahat, penasehat

28

(18)

hukum, pengusaha, dan lain sebagainya. Sub-budaya hukum yang sangat menonjol dan sangat berpengaruh terhadap hukum adalah budaya hukum dari ”orang dalam” (insiders) yaitu hakim dan para penegak hukum yang bekerja dalam sistem hukum itu.29 Kultur hukum adalah budaya hukum suatu masyarakat untuk menegakkan hukum tersebut yang sudah dibuat, diawasi, ditegakkan oleh lembaga-lembaga yang tersebut di atas. Budaya hukum merupakan ”kunci starter” atas jalannya hukum itu. Budaya hukum setiap masyarakat jelas berbeda-beda. Inilah yang dituntut oleh masyarakat agar para pejabat publik yang berfungsi sebagai penyidik dalam hal

money laundering agar memiliki budaya hukum yang baik demi menegakkan

peraturan perundang-undangan.

Unsur-unsur sistem hukum bekerja secara terintegral satu dengan yang lainnya agar tujuan dari hukum dapat tercapai, yaitu : keadilan, kepastian, dan manfaat. Tercapainya tujuan hukum dapat menekan para pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya.

Penelitian tesis ini difokuskan pada aspek sistem hukum dalam penegakan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, khususnya yang terjadi dalam kegiatan pasar modal. Struktur hukum yang terkait langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di pasar modal adalah PPATK, kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Namun, oleh karena kejahatan yang diteliti ini terkait dengan praktek di pasar modal, maka mau tidak mau harus bersentuhan dengan BAPEPAM-LK sebagai otoritas pasar modal. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di pasar

29

(19)

modal akan efektif dengan adanya keterlibatan aktif dari BAPEPAM-LK sebagai otoritas di pasar modal. Lembaga ini memiliki banyak hal yang dibutuhkan untuk tercapainya secara efektif pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di pasar modal. Permasalahannya adalah substansi hukum yang ada, dalam hal ini Undang-Undang No. 8 Tahun 2010, kurang melibatkan peran serta aktif dari BAPEPAM-LK. Dalam konteks ini ingin disampaikan bahwa terdapat kekurangan dalam subsistim substansi dan struktur hukum dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di pasar modal. Hal ini diperburuk oleh masih adanya budaya mau menerima suap dari oknum aparatur.

Selanjutnya teori sistem hukum didukung oleh uraian-uraian teoritis terkait praktek pencucian uang, sehingga dapat dijelaskan hal-hal yang lebih praktis atau lebih bersifat hukum terapan.

Para pelaku kejahatan di pasar modal sering juga disebut sebagai white collar

crime karena perbuatannya merupakan akumulasi dari berbagai macam faktor antara

lain kecerdikan, kelihaian, jaringan, kekuatan modal, kecepatan informasi, dan sasaran kejahatannya yang berkaitan dengan nilai keuntungan yang akan didapat oleh para pelaku kejahatan tersebut. Karena keuntungan yang didapat sangatlah besar, maka para pelaku kejahatan mempunyai kecenderungan untuk melakukan pratek pencucian uang sehingga hasil kejahatannya seolah-olah dianggap sebagai uang yang legal.

Pada umumnya terdapat 3 (tiga) metode yang digunakan dalam pencucian uang, metode tersebut digunakan secara kumulatif ataupun alternatif. Salah satu dari tiga tersebut jika dilakukan untuk melakukan tindak pidana money laundering, berarti

(20)

sudah bisa dikatakan pencucian uang atau money laundering. Ketiga hal tersebut antara lain :

a. ”Penempatan (placement) merupakan menempatkan uang tunai yang berasal dari tindak pidana ke dalam sistem keuangan (financial system) atau upaya menempatkan uang giral (cheque, wesel bank, sertifikat deposito, dan lain-lain) kembali ke dalam sistem keuangan, terutama sistem perbankan. Dalam proses penempatan uang tunai ke dalam sistem keuangan ini, terdapat pergerakan fisik uang tunai baik melalui penyelundupan uang tunai dari suatu negara ke negara lain, penggabungan antara uang tunai yang berasal dari kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah, atau cara-cara lain seperti pembukaan deposito, pembelian saham-saham atau juga mengkonversikannya ke dalam mata uang negara lain;

b. Transfer (layering) merupakan upaya untuk mentransfer harta kekayaan, berupa benda bergerak atau tidak bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud, yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk ke dalam sistem keuangan melalui penempatan (placement). Dalam proses ini terdapat rekayasa untuk memisahkan uang hasil kejahatan dari sumbernya melalui pengalihan dana hasil placement ke beberapa rekening atau lokasi tertentu lainnya dengan serangkaian transaksi yang kompleks yang didesain untuk menyamarkan/mengelabui sumber dana ”haram” tersebut. Layering dapat pula dilakukan dengan transaksi jaringan internasional baik melalui bisnis yang sah atau perusahaan-perusahaan ”shell” (perusahaan mempunyai nama dan badan hukum namun tidak melakukan kegiatan usaha apapun);

(21)

c. Menggunakan harta kekayaan (integration), suatu upaya menggunakan harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk ke dalam sistem keuangan melalui placement atau layering sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan “halal”. Proses ini merupakan upaya untuk mengembalikan uang yang telah dikaburkan jejaknya sehingga pemilik semula dapat menggunakan dengan aman. Disini uang yang di ‘cuci’ melalui

placement maupun layering dialihkan ke dalam kegiatan-kegiatan resmi

sehingga tampak seperti tidak berhubungan sama sekali dengan aktivitas kejahatan yang menjadi sumber dari uang tersebut”.30

Dengan melihat apa yang telah diuraikan di atas, BAPEPAM-LK sebagai otoritas di bidang pasar modal harus tanggap dalam menyikapi praktek kejahatan tersebut. Dengan demikian diperlukan kerjasama yang baik antar lembaga dan aparat penegak hukum di bidang pasar modal dan bidang lainnya yang terkait, seperti : PPATK, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan lain sebagainya sehingga segala bentuk tindak pidana di bidang pasar modal dapat diatasi bersama.

2. Kerangka Konsep

Dalam melakukan penelitian tesis ini, perlu dijelaskan beberapa istilah di bawah ini sebagai definisi operasional dari konsep-konsep yang dipergunakan, yaitu :

30

Bismar Nasution, Rejim Anti-Money Laundering di Indonesia, (Bandung : Book Terrace & Library, 2005).

(22)

1. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) adalah suatu badan yang diberi kewenangan dan kewajiban untuk membina, mengatur dan mengawasi setiap pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal. Semua itu dilakukan dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.31

2. Wewenang BAPEPAM-LK adalah melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari di Pasar Modal Indonesia. Menurut Pasal 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa BAPEPAM-LK berwenang untuk32 :

a. Memberi :

1) Izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek;

2) Izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan

3) Persetujuan bagi Bank Kustodian.

b. Mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat;

c. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur

31

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3608, pada Pasal 3-4.

32

(23)

serta menunjuk manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris atau direktur yang baru;

d. Menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan, Pendaftaran serta menyatakan, menunda atau membatalkan efektifnya Pernyataan Pendaftaran;

e. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap undang-undang dan atau peraturan pelaksanaannya;

f. Mewajibkan setiap pihak untuk :

1) Menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan di Pasar Modal; atau

2) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud.

g. Melakukan pemeriksaan terhadap :

1) Setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau 2) Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang

perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan undang-undang.

h. Menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud huruf g;

(24)

i. Mengumumkan hasil pemeriksaan;

j. Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau menghentikan transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemilik modal; k. Menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu

tertentu dalam hal keadaan darurat;

l. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud;

m. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal; n. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian

masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar Modal;

o. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal atau peraturan pelaksanaannya;

p. Menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal; dan

q. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

(25)

3. Fungsi BAPEPAM-LK adalah seperti yang dijelaskan dalam Pasal 3 Kepmenkeu RI No. 503/KMK.01/1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal, antara lain :

a. Penyusunan peraturan di bidang Pasar Modal;

b. Pembinaan dan pengawasan terhadap Pihak yang memperoleh izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari Bapepam dan Pihak lain yagn bergerak di Pasar Modal;

c. Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi Emiten di Perusahaan Publik;

d. Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;

e. Penetapan ketentuan akuntansi di bidang Pasar Modal;

f. Pengamanan teknis pelaksanaan tugas pokok Bapepam sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Tujuan BAPEPAM-LK adalah memperkuat pengawasan Pasar Modal, meningkatkan kepastian hukum di Pasar Modal, meningkatkan peran dan kualitas pelaku Pasar Modal, memperluas alternatif investasi dan pembiayaan di Pasar Modal, dan mengembangkan Pasar Modal berbasis syariah.33

5. Kepastian hukum adalah landasan hukum yang kukuh, setiap pihak baik langsung maupun tidak langsung wajib untuk menghormati dan menegakkan

33

(26)

substansi hukum yang berlaku dengan tujuan untuk menjamin dan meningkatkan kepercayaan pemodal terhadap industri efek nasional.34

6. Pencucian Uang atau Money Laundering adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang.35

7. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.36 8. Transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak atau kewajiban atau

menyebabkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau lebih, termasuk kegiatan pentransferan dan/atau pemindahbukuan dana yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan.37

9. Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah38 :

a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan; b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan

dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini;

34

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, Cet. 3, Ed. Revisi, (Bandung : Book Terrace & Library, 2009).

35

Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Op.cit., Pasal 1 angka 1.

36

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op.cit. 37

Loc.cit., angka 3. 38

(27)

c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari Hasil Tindak Pidana; atau

d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.

10. Uang haram adalah uang hasil tindak pidana kejahatan atau uang yang didapat dari tindakan melawan hukum.

11. Predicate Crime adalah tindak pidana asal dan atau dasar pidana sebelum terjadinya pencucian uang.

12. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjutnya disebut PPATK adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.39

13. Penegakan Hukum adalah proses hukum itu diterapkan untuk menciptakan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat.

14. Penyidikan adalah penelitian terhadap suatu kasus tindak pidana, dalam hal ini adalah TPPU atau money laundering. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, penyidikan dilakukan terhadap tindak pidana asal.40

39

Ibid., angka 2 40

Ibid., Penjelasan Pasal 74, yang mengatakan bahwa : Yang dimaksud dengan “penyidik tindak pidana asal” adalah penjabat dari instansi yang oleh undang-undang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan, yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Narkotika Nasional (BNN), serta Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Penyidik tindak pidana asal dapat melakukan penyidikan tindak pidana pencucian uang apabila menemukan bukti permulaan

(28)

G. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan juridis normatif empiris.41 Dengan demikian objek penelitian adalah norma hukum yang terwujud dalam kaidah-kaidah hukum dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah dalam sejumlah peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang terkait secara langsung dengan kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal Indonesia.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) dalam melakukan pengkajian kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) dalam menangani Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal Indonesia. Pendekatan tersebut berkaitan dengan pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan teori hukum murni yang berupaya membatasi pengertian hukum pada bidang-bidang hukum saja, bukan karena hukum itu mengabaikan atau memungkiri pengertian-pengertian yang berkaitan, melainkan karena pendekatan seperti ini menghindari pencampuradukan berbagai disiplin ilmu yang berlainan metodologi

yang cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang saat melakukan penyidikan tindak pidana asal sesuai kewenangannya.

41

Adapun tahap-tahap dalam analisis juridis normatif adalah : merumuskan azas-azas hukum dari data hukum positif tertulis; merumuskan pengertian-pengertian hukum; pembentukan standar-standar hukum; dan perumusan kaidah-kaidah hukum. Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode

(29)

(sinkretisme metodologi) yang mengaburkan esensi ilmu hukum dan meniadakan batas-batas yang ditetapkan pada hukum itu oleh sifat pokok bahasannya.42

Sifat penelitian adalah penelitian deskriptif analisis yang ditujukan untuk menggambarkan secara tepat, akurat, dan sistematis gejala-gejala hukum terkait dengan peranan hukum dalam pembangunan ekonomi studi terhadap kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) dalam menangani Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal Indonesia.

2. Sumber Bahan Hukum

Penelitian hukum normatif yang menitikberatkan pada penelitian kepustakaan dan berdasarkan pada data sekunder, maka sumber bahan hukum yang digunakan dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu :

1. Bahan hukum primer, meliputi seluruh peraturan perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, antara lain : Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Undang-Undang-Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait seperti Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK).

2. Bahan hukum sekunder digunakan untuk membantu memahami berbagai konsep hukum dalam bahan hukum primer, analisis bahan hukum primer dibantu oleh bahan hukum sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber baik

42

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni : Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, disunting oleh Nurainun Mangunsong, (Bandung : Nusamedia & Nuansa, Cet. III, 2007).

(30)

jurnal, buku-buku, makalah, serta karya ilmiah mengenai pasar modal dan pencucian uang, berita, dan ulasan media, juga sumber-sumber lain yang relevan dengan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK), Tindak Pidana Pencucian Uang, dan Pasar Modal.

3. Bahan hukum tertier diperlukan dipergunakan untuk berbagai hal dalam hal penjelasan makna-makna kata dari bahan hukum sekunder dan bahan hukum primer, khususnya kamus-kamus hukum dan ekonomi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Seluruh bahan hukum dikumpulkan dengan menggunakan tehnik studi kepustakaan43 (library research) dan studi dokumen dari berbagai sumber yang dipandang relevan, antara lain instansi terkait dan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK). Perpustakaan yang digunakan adalah Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Analisis Data

Data-data tersebut di atas berupa bahan-bahan hukum dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Dilihat dari tujuan analisis, maka

43

Menurut Bambang Sunggono, studi kepustakaan dapat membantu peneliti dalam berbagai keperluan, misalnya : a) Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sejenis dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti; b) Mendapatkan metode, teknik, atau cara pendekatan pemecahan permasalahan yang digunakan; c) Sebagai sumber data sekunder; d) Mengetahui historis dan perspektif dari permasalahan penelitiannya; e) Mendapatkan informasi tentang cara evaluasi atau analisis data yang dapat digunakan; f) Memperkaya ide-ide baru; dan g) Mengetahui siapa saja peneliti lain di bidang yang sama dan siapa pemakai hasil penelitian tersebut, seperti yang dikemukakan Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Press, 2010), hal. 112-113.

(31)

ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitatif, yaitu : 1) Menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena hukum dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut; dan 2) Menganalisis makna yang ada di balik informasi, data, dan proses suatu fenomena.44 Bahan hukum primer yang terinventarisasi terlebih dahulu disistematisasikan sesuai dengan substansi yang diatur dengan mempertimbangkan relevansinya terhadap rumusan permasalahan dan tujuan penelitian. Kemudian dilakukan prediktabilitas hukum, mencari keadilan hukum, perlindungan hukum, dan lain-lain.45

Analisis dilakukan secara holistik46 dan integral untuk menemukan hubungan logis antara berbagai konsep hukum yang sudah ditemukan dengan menggunakan kerangka teoritis yang relevan. Dalam hal ini yang akan diuji hubungan logisnya antara lain meliputi hubungan antara Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK), Pasar Modal, peran ekonomi Pelaku Usaha dalam Pasar Modal, Tindak Pidana Pencucian Uang, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), dan lain-lain yang ditemukan dalam penelitian.

Melalui pendekatan holistik dalam ilmu hukum, maka ilmu hukum dapat menjalankan perkembangannya sebagai suatu ilmu pengetahuan yang lebih utuh dan tidak terintegrasi ke dalam ilmu-ilmu lain yang nantinya akan berakibat bagi

44

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu

Sosial Lainnya, Ed. 1, Cet. 3, (Jakarta : Kencana, 2009), hal. 153.

45

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda, 2006), hal. 248, dalam Burhan Bungin, Ibid., hal. 144-145.

46

Menurut Dilthey, holistik adalah hubungan melingkar antara part (bagian) dan whole (keseluruhan) sebagai perputaran antara bagian dan keseluruhan dalam memahami sesuatu. Bagian yang satu dapat dipahami apabila direlasikan dengan bagian yang lain sehingga membentuk totalitas atau keseluruhan, dalam Yusran Darmawan, ”Membincang Holistik dalam Antropologi”, http://timurangin.blogspot.com/2009/08/membincang-holistik-dalam-antropologi.html., diakses pada 13 Agustus 2010.

(32)

perkembangan ilmu hukum itu sendiri, oleh sebab itu paradigma tersebut tentunya akan mengubah peta hukum dan pembelajaran hukum selama ini memandu kita dalam setiap kajian-kajian ilmu hukum yang lebih baik dalam prinsip keilmuan.47 Pendekatan secara integral maksudnya adalah suatu konsep yang meliputi seluruh bagian dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) agar menjadikan sebuah penelitian itu lengkap dan sempurna.48

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir deduktif – induktif yaitu dilakukan dengan teori yang digunakan dijadikan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian. Deduktif artinya menggunakan teori sebagai alat, ukuran dan bahkan instrumen untuk membangun hipotesis, sehingga secara tidak langsung akan menggunakan teori sebagai pisau analisis dalam melihat masalah dalam kebijakan yang dibuat oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK). Teorisasi induktif adalah menggunakan data sebagai awal pijakan melakukan penelitian, bahkan dalam format induktif tidak mengenal teorisasi sama sekali artinya teori dan teorisasi bukan hal yang penting untuk dilakukan. Maka deduktif – induktif adalah penarikan kesimpulan didasarkan pada teori yang digunakan pada awal penelitian dan data-data yang didapat sebagai tunjangan pembuktian teori tersebut apakah : 1) hasil-hasil penelitian ternyata mendukung teori tersebut sehingga hasil penelitian dapat memperkuat teori yang ada; 2) apakah teori dalam posisi dapat dikritik karena telah mengalami perubahan-perubahan disebabkan karena waktu yang

47

Satjipto Rahardjo, “Pendekatan Holistik Terhadap Hukum”, (Jurnal Progresif, Vol. 1 No. 2), hal. 5, dalam Ronny Junaidy K., “Ilmu Hukum dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan Modern”, http://www.legalitas.org/content/ilmu-hukum-dalam-perspektif-ilmu-pengetahuan-modern., diakses pada 13 Agustus 2010.

48

Departemen Pendidikan Nasional, “Integral”, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php., diakses pada 13 Agustus 2010.

(33)

berbeda, lingkungan yang berbeda, atau fenomena yang telah berubah, untuk itu perlu dikritik dan direvisi teori yang digunakan tadi; 3) apakah membantah teori yang digunakan untuk penelitian berdasarkan hasil penelitian, maka semua aspek teori tidak dapat dipertahankan karena waktu, lingkungan, dan fenomena yang berbeda, dengan demikian teori tidak dapat dipertahankan atau direvisi lagi, karena itu teori tersebut harus ditolak kebenarannya dengan menggunakan teori baru.49

49

Referensi

Dokumen terkait

Selama periode pengamatan hanya variabel biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) yang berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (return on assets) dengan

dan juga pada hasil feed back (AISAS) responden rata-rata menjawab setuju dengan pertanyaan tentang AISAS, sehingga dapat diartikan bahwa media sosial instagram

Pembelajaran dengan menggunakan representasi majemuk selain akan memberikan manfaat lebih terutama dalam mengasah kemampuan intelegensi (kecerdasan) peserta didik secara

Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan WholeSale and Retail Trade Yang Terdaftar

Upaya untuk mengatasi tingginya tingkat pengangguran di Kota Palembang tertuang dalam.. RPJM Kota Palembang Tahun

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat dan rahmat Allah SWT sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Penulisan Hukum

Dalam uji coba produk bahan ajar Akidah Akhlak (bahan ajar komik) ini, yang menjadi subjek uji coba adalah siswa-siswa kelas V MIN Model Palangka Raya yang

Pada sampel sedimen laut dari seluruh lokasi sampling di Pantai Timur Indramayu, hasil pengukuran unsur logam berat menunjukan konsentrasi yang lebih tinggi