Oleh WISDA ELENI *)
Dibawah bimbingan Milda Ernita, SSi. MP dan Yunis Marni, SP. MP *)
Program Studi Agroteknologi Fak. Pertanian Universitas Tamansiswa Padang
ABSTRAK
Percobaan tentang pengaruh kompos tandan kosong kelapa sawit pada pertumbuhan dan hasil kacang tanah telah dilaksanakan pada lahan kering di Jorong Merdeka Nagari Talu Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat, dimulai bulan Mei sampai September 2013. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan takaran kompos tandan kosong kelapa sawit pada pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perlakuan kompos tandan kosong kelapa sawit dengan 3 kelompok. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, persentase bintil akar, muncul bunga pertama, jumlah cabang primer, jumlah polong per rumpun, persentase polong bernas per rumpun, bobot kering biji, bobot 100 biji, bobot polong basah/plot, bobot polong kering/plot dan per hektar. Hasil berpengaruh nyata dan tidak berpengaruh dapat diambil kesimpulan bahwa komposisi yang tepat dari kompos tandan kosong kelapa sawit adalah perlakuan pada takaran 10 ton/ha dengan produksi tertinggi 2,3 ton/ha.
Kata kunci: Kompos TKKS dan kacang tanah PENDAHULUAN
Kacang tanah termasuk golongan tanaman palawija yang berumur pendek. Penggunaan kacang tanah sangat beragam, mulai dari olahan sederhana hingga produk olahan teknologi industri. Kacang tanah di bidang industri dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat keju, mentega, sabun, minyak goreng, biskuit, selai, susu, dan bubur. Setiap 1 g biji kacang tanah, mengandung 452 mg kalori, 25.3 mg protein, 42.8 mg lemak, 58 mg kalcium, 335 mg fosfor, 1.3 mg Besi, 0.3 mg vitamin B, 3 mg Vitamin C, dan 4 g Air. Sementara batang
dan daun mengandung karbohidrat dan klorofil yang berguna untuk makanan ternak (Adisarwanto, 2000).
Produksi kacang tanah selama kurun waktu lima tahun terakhir (2006-2011) cenderung terus menurun, khususnya dua tahun terakhir yaitu tahun 2009 produksi kacang tanah mencapai 770.054 ton/ha, pada tahun 2010 mengalami sedikit peningkatan yaitu 779.228 ton/ha, namun pada tahun 2011 produksi kacang tanah kembali menurun menjadi 676.889 ton/ha, hal ini disebabkan karena luas areal penanaman kacang tanah yang masih terbatas dan produksi per- hektarnya belum mencapai hasil yang maksimal. Untuk memenuhi kebutuhan kacang tanah dipenuhi dari impor sebesar 29.443 ton/tahun dan dirasakan masih kurang memadai untuk kebutuhan nasional (Anonim, 2013).
Menurut Suprapto (2002) beberapa kendala teknis yang mengakibatkan rendahnya produksi kacang tanah antara lain pengolahan tanah yang kurang optimal sehingga drainasenya menurun dan struktur tanahnya padat, pemeliharaan tanaman yang kurang optimal, serangan hama dan penyakit. Disamping itu pemupukan juga merupakan hal yang penting dalam meningkatkan produksi kacang tanah. Pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dan terus menerus dapat merusak tanah karena membuat tanah cepat mengeras, tidak gembur, dan cepat menjadi asam. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka kesuburan tanah perlu ditingkatkan melalui penggunakan pupuk organik. Salah satu limbah tanaman yang bisa dijadikan pupuk organik adalah tandan kosong kelapa sawit yang dikomposkan.
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) adalah Limbah Pabrik Kelapa Sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1 ton TBS menghasilkan 230 kg tandan kosong kelapa sawit. Pengolahan dan pemanfaatan TKKS oleh pabrik kelapa sawit masih sangat terbatas. Alternatif lain dengan menimbun (open dumping) untuk dijadikan mulsa di perkebunan kelapa sawit atau diolah menjadi kompos (Hanum, 2009).
Keunggulan kompos TKKS yaitu mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman antara lain K, P, Ca, Mg, C dan N. Kompos TKKS dapat memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada sembarang musim (Iwan, 2012).
Aplikasi penggunaan pupuk organik limbah kelapa sawit telah dilakukan oleh Muliawan (2007) di lahan masyarakat kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji Padang. Hasilnya menunjukkan dosis pupuk organik limbah kelapa sawit yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung adalah dosis 10 ton/ha. Begitu juga dengan penelitian Febrina (2007), di Kenagarian Kacang, Kabupaten Solok, menunjukkan bahwa dosis pupuk organik limbah kelapa sawit 30 ton/ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi selada. Aplikasi bahan organik seperti kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah 10 kg/pohon yang diaplikasikan 2 tahap dalam setahun (Firmansyah, 2010). Pemberian kompos TKKS juga dapat meningkatkan hasil berat kering biji kedelai dengan perlakuan kompos sebanyak 20 ton/Ha (Ermadani, Ali dan Itang, 2011). Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan takaran kompos tandan kosong kelapa sawit yang terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah.
BAHAN DAN METODE
Percobaan ini telah dilaksanakan pada lahan kering Jorong Merdeka Nagari Talu Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat yang berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah varietas Gajah, tandan kosong kelapa sawit, pupuk kandang, tepung tulang, pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk SP-36, Decis 2,5 EC, Dithane M-45.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 taraf perlakuan kompos tandan kosong kelapa sawit yaitu 5 t/ha setara dengan 1,08 kg/plot (K1), 10 t/ha setara dengan 2,16 kg/plot (K2), 15 t/ha setara dengan 3,24 kg/plot (K3), 20 t/ha setara dengan 4,32 kg/plot (K4) dan 3 kelompok,
sehingga terdapat 12 petak percobaan. Masing-masing plot terdiri dari 30 tanaman kacang tanah, 4 tanaman sebagai sampel dan 2 sebagai tanaman destruktif. Data rata-rata hasil pengamatan dianalisis secara sidik ragam pada taraf nyata 5%, dan jika F hitung besar dari F tabel 5%, dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test pada taraf nyata 5 % yang disajikan dalam bentuk tabel, sedangkan data pengamatan periodik disajikan dalam bentuk grafik.
Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, persentase bintil akar efektif, umur muncul bunga, jumlah cdabang primer, jumlah polong per rumpun, persentase polong bernas per rumpun, bobot kering biji, bobot 100 biji, bobot polong basah per plot, bobot polong kering per plot dan per hektar.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman
Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian kompos TKKS dengan takaran 5 t/ha menghasilkan tinggi tanaman 41.33 cm, memberi pengaruh yang sama dengan kompos takaran 10 t/ha, 15 t/ha dan 20 t/ha yaitu masing-masing meghasilkan tinggi tanaman 39.00 cm, 43.66 cm dan 44.66 cm.
Tabel 1. Tinggi tanaman kacang tanah pada pemberian beberapa takaran kompos TKKS pada umur 10 mst.
Kompos TKKS (t/ha) Tinggi Tanaman (cm) 5 10 15 20 41.33 39.00 43.66 44.66 KK (%) = 5.38
Angka pada lajur tinggi tanaman berbeda tidak nyata menurut Uji F pada taraf nyata 5%.
Hal ini disebabkan karena secara genetis deskripsi tanaman kacang tanah varietas gajah berkisar antara 40-50 cm, bila dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi kacang tanah dalam penelitian ini, maka masih berkisar pada pertumbuhan
yang normal. Menurut Lingga (1994) cit Kartika, Elly dan Antoni (2008) peranan utama N bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun. Sejalan dengan itu menurut Novizan (2003), senyawa N digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein, dan berperan dalam fotosintesis karena merupakan unsur yang membentuk klorofil.
Persentase Bintil Akar Efektif
Tabel 2 dapat dilihat bahwa semua takaran kompos TKKS memberikan pengaruh yang relatif sama terhadap persentase bintil akar efektif. Pemberian kompos TKKS pada takaran 5-20 t/ha tidak berpengaruh pada persentase bintil akar efektif. Pada takaran 5 t/ha menghasilkan persentase bintil akar 83.67% dan memberi pengaruh yang sama dengan takaran 10 t/ha,15 t/ha dan 20 t/ha yaitu masing-masingnya 85.00%, 86.33% dan 84.33%. Ini berarti pemberian takaran 5-20 ton/ha kompos TKKS tidak berbeda nyata terhadap pembentukan jumlah bintil akar.
Tabel 2. Persentase bintil efektif akar kacang tanah pada pemberian beberapa takaran kompos TKKS.
Kompos TKKS (t/ha) Persentase Bintil Akar efektif (%) 5 10 15 20 83.67 85.00 86.33 84.33 KK (%) = 2.22
Angka pada lajur persentase bintil akar berbeda tidak nyata menurut Uji F pada taraf nyata 5%.
Hal ini diduga karena inokulan Rhizobium sp. pada waktu penanaman mendukung kehidupan mikroorganisme tanah dan juga kondisi hara yang dikandung tanah dapat mendukung untuk berkembangnya bintil akar. Menurut pendapat Pitojo (2006) bahwa kelembapan dan suhu tanah yang cukup sangat mendukung pertumbuhan akar rambut yang merupakan titik awal dari proses pembentukan bintil akar. Oleh karena itu, semakin banyak volume akar yang terbentuk, semakin besar pula kemungkinan jumlah bintil akar atau nodul akar yang terjadi.
Umur muncul Bunga Pertama
Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian dengan takaran 5–20 t/ha kompos TKKS tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap umur muncul bunga pertama kacang tanah. Pada takaran 5 t/ha muncul bunga pertama tanaman kacang tanah yaitu 26.67 hst, memberi pengaruh yang sama dengan takaran kompos 10 t/ha, 15 t/ha dan 20 t/ha yaitu masing-masing muncul bunga pertama 26.67 hst, 26.33 hst dan 25.33 hst. Hal ini disebabkan muncul bunga pertama kacang tanah disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan tanaman itu sendiri.
Tabel 3. Umur muncul bunga pertama kacang tanah pada pemberian beberapa kompos TKKS.
Kompos TKKS (t/ha) Muncul Bunga Pertama (hari) 5 10 15 20 26.67 26.67 26.33 25.33 KK (%) = 4,16
Angka pada lajur umur muncul bunga pertama kacang tanah berbeda tidak nyata menurut Uji F pada taraf nyata 5%.
Menurut pernyataan Zulnedi (2002) faktor lingkungan yang menentukan proses pembungaan adalah cahaya. Dalam penelitian ini, pada saat proses pembentukan bunga, tanaman mendapatkan cahaya yang cukup. Menurut deskripsi umur berbunga kacang tanah varietas gajah berkisar 20-30 hari. Ini berarti munculnya bunga tanaman kacang tanah masih berada pada kisaran yang normal dalam proses pembungaan.
Jumlah Cabang Primer
Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian dengan takaran 5 ton/ha kompos TKKS menghasilkan jumlah cabang sebanyak 3.67 buah memberi pengaruh yang sama dengan takaran 10 ton/ha, 15 ton/ha dan 20 ton/ha yaitu masing-masing menghasilkan cabang sebanyak 4.33, 4.67, dan 5.00 buah. Hal ini diduga karena faktor internal.
Tabel 4. Jumlah cabang primer kacang tanah pada pemberian beberapa takaran kompos TKKS.
Kompos TKKS (t/ha) Jumlah cabang primer (buah) 5 10 15 20 3.67 4.33 4.67 5.00 KK (%) = 10,67
Angka pada lajur jumlah cabang kacang tanah berbeda tidak nyata menurut Uji F pada taraf nyata 5%.
Jumlah cabang yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan tinggi tanaman, sehingga pertumbuhan tinggi akan lebih dominan terhadap pertumbuhan cabang akibat terjadinya persaingan dalam pemanfaatan hasil fotosintesis antara batang dan cabang primer. Hasil penelitian Zainul (2002), mengenai penggunaan kompos jerami Trichoderma terhadap tanaman kacang tanah juga menghasilkan cabang yang sama.
Jumlah Polong/rumpun
Tabel 5 menunjukkan pada takaran 5 t/ha menghasilkan jumlah polong yaitu 21.33 buah memberi pengaruh yang sama dengan takaran 10 t/ha dan 15 ton/ha yaitu masing-masing 21.00 dan 23.33 buah, berbeda nyata dengan pemberian pada takaran 20 t/ha yaitu 19.33 buah.
Tabel 5. Jumlah polong kacang tanah pada pemberian beberapa pengaruh kompos TKKS.
Kompos TKKS (t/ha) Jumlah polong per rumpun (buah) 5 10 15 20 21.33 A 21.00 A 23.33 AB 19.33 B KK (%) = 7.86
Angka pada lajur jumlah polong per-rumpun kacang tanah yang diikuti oleh huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%.
Hal ini disebabkan karena kandungan unsur hara pada kompos TKKS seperti unsur kalium, fosfor dan nitrogen yang diberikan dapat dimanfaatkan tanaman dengan optimal. Nitrogen merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan dan pengisian polong disamping unsur lainya seperti kalium dan fofor.
Menurut Suprapto (2002), jumlah polong yang tebentuk per pohon bervariasi, tergantung varietas, kesuburan tanah dan jarak tanaman. Sedangkan unsur kalium dapat berperan penting dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, sehingga dapat mendorong produksi tanaman, begitu juga dengan fosfor dengan ketersediaan P yang cukup akan meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan (Hanafiah, 2005).
Persentase Polong Bernas/rumpun
Tabel 6 memperlihatkan bahwa pemberian takaran 5 t/ha kompos TKKS menghasilkan persentase polong bernas 81.00% dan memberi pengaruh yang sama dengan takaran 10 t/ha, 15 t/ha, dan 20 t/ha yaitu masing-masing 82.33%, 83.33%, dan 80.33%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian beberapa takaran kompos TKKS dapat meningkatkan persentase polong bernas/rumpun. Tabel 6. Persentase polong bernas/rumpun kacang tanah akibat pemberian
beberapa takaran kompos TKKS.
Kompos TKKS (t/ha) Persentase Polong Bernas (%) 5 10 15 20 81.00 82.33 83.33 80.33 KK (%) = 2,98
Angka pada lajur persentase polong bernas tanaman berbeda tidak nyata menurut Uji F pada taraf nyata 5%.
Kompos TKKS mengandung unsur fosfor (P) dan sangat berperan dalam pembentukan protein dan pati yang berguna untuk penyusunan bagian sel dan organ tanaman sehingga dapat meningkatkan persentase polong bernas tanaman
kacang tanah. Menurut Lingga (2003) fosfor dapat berguna sebagai bahan dasar protein dan penuaan buah.
Kekurangan fosfor dapat menyebabkan tanaman kerdil, memperlambat proses pematangan buah dan daun yang sudah yang sudah tua tampak menguning sebelum waktunya, serta hasil buah dan biji berkurang (Hanafiah, 2005).
Bobot Kering Biji pada Kadar Air 14%
Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian beberapa takaran kompos TKKS menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering biji tanaman kacang tanah. Pada takaran 5 t/ha kompos TKKS menghasilkan bobot kering biji 20.67 g dan memberi pengaruh yang sama dengan pemberian kompos takaran 20 t/ha yaitu 20.33 g, namun berbeda nyata dengan pemberian kompos pada takaran 10 t/ha dan 15 t/ha yaitu masing-masing menghasilkan bobot biji kering 31.67 g dan 34.00 g.
Tabel 7. Bobot kering biji pada kadar air 14% kacang tanah pada pemberian beberapa takaran kompos TKKS.
Kompos TKKS (t/ha) Bobot Kering Biji (g) 5 10 15 20 20.67 B 31.67 A 34.00 A 20.33 B KK (%) = 14.35
Angka pada lajur bobot kering biji kacang tanah yang diikuti oleh huruf besar yang sama berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%.
Berbeda nyatanya bobot kering biji kacang tanah tersebut disebabkan karna unsur hara yang terkandung dalam kompos dapat memberikan hasil yang optimal terhadap kebutuhan tanaman kacang tanah. Seiring dengan pendapat Lingga (2003) yang menyatakan bahwa kalium dapat meningkatkan berat biji dan mengurangi pengkerutan pada biji.
Bobot 100 Biji
Tabel 8 menunjukkan bahwa pada pemberian takaran kompos 5 t/ha menghasilkan bobot kering 100 biji yaitu 36.00 g memberi pengaruh yang sama dengan takaran 10 t/ha dan 20 t/ha yaitu masing-masing 37.00 g dan 36.00 g, namun berbeda nyata dengan takaran 15 t/ha yaitu 39.67 g. Hal ini disebakan karna unsur yang disumbangkan dari kompos TKKS berpengaruh baik terhadap pembentukan bobot kering 100 biji kacang tanah.
Tabel 8. Bobot kering 100 biji kacang tanah pada pemberian beberapa takaran kompos TKKS
Kompos TKKS (t/ha) Bobot 100 Biji (g) 5 10 15 20 36.00 B 37.00 AB 39.67 A 36.00 B KK (%) = 2.69
Angka pada lajur bobot kering 100 biji kacang tanah yang diikuti oleh huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%.
Kandungan kompos TKKS yaitu unsur Kalium dan fosfor yang tinggi. Unsur kalium dan fosfor ini sangat baik dalam pembentukan biji tanaman kacang tanah. Sesuai dengan pendapat Lingga (2003) yang menyatakan bahwa fosfor dapat mempercepat penuaan buah/ pemasakan biji serta meningkatkan hasil biji-bijian. Jika kekurangan unsur kalium dan fosfor maka dapat menyebabkan kematangan buah terlambat dan ukuran buah menjadi kecil (Novizan, 2002). Hasil Polong Basah/plot
Tabel 9 menunjukkan bahwa pemberian kompos TKKS pada takaran 5 ton/ha hasil polong basah/plot yaitu 835.70 g memberi pengaruh yang sama dengan takaran 10 t/ha yaitu 858.00 g dan berbeda sangat nyata dengan takaran 15 t/ha yaitu 1033.00 g, kemudian berbeda sangat nyata juga dengan takaran 20 t/ha yaitu 945.30 g. Hal ini disebabkan karna unsur hara yang tersedia pada kompos TKKS telah mencukupi kebutuhan tanaman kacang tanah seperti unsur P. dan K.
Tabel 9. Hasil polong basah/plot kacang tanah pada pemberian beberapa takaran kompos TKKS.
Kompos TKKS (t/ha) Polong Basah/plot (g) 5 10 15 20 835.70 C 858.00 C 1033.00 A 945.30 B KK (%) = 1.19
Angka pada lajur bobot polong basah per/plot yang diikuti oleh huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%.
Hara P sangat diperlukan bagi tanaman kacang tanah dalam proses pembungaan, semakin banyak bunga yang terbentuk pada setiap rumpun maka semakin banyak terbentuk polong, sedangkan unsur K diperlukan pada pembentukan polong kacang tanah meningkatnya jumlah polong yang terbentuk akan bertambah beratnya apabila pengisian polong sempurna yang ditandai dengan berkurangnya jumlah polong yang hampa (Sumarno, 2002). Begitu juga yang dikemukakan oleh Novizan (2002) kekurangan unsur P dan K menyebabkan kematangan buah terlambat dan ukuran buah menjadi kecil.
Hasil Polong Kering/plot dan Polong kering/ha
Tabel 10 menunjukkan bahwa pada takaran 5 t/ha kompos TKKS hasil polong kering/plot sebanyak 265.67 g dan hasil polong kering/hektar 1.2 g, berbeda sangat nyata dengan takaran 10 t/ha, 15 t/ha dan 20 t/ha yaitu hasil polong per-plot masing-masing 471.67 g, 492.33 g, 490.33 g dan hasil kering per- hektar masing-masing 2.1 t/ha, 2.3 t/ha, dan 2.3 ton/ha. Hal ini disebabkan karena unsur hara yang disumbangkan oleh kompos mencukupi kebutuhan tanaman kacang tanah.
Tabel 10. Hasil polong kering/plot dan hasil polong kering/hektar tanaman kacang tanah pada pemberian beberapa takaran kompos TKKS.
Kompos TKKS (t/ha) Polong Kering/plot (g) Polong Kering/ha (ton) 5 10 15 20 265.67 B 471.67 A 492.33 A 490.33 A 1.2 2.1 2.3 2.3 KK (%)= 7.51
Angka pada lajur hasil polong kering per/plot dan polong/ha yang diikuti oleh huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%.
Unsur hara yang terdapat pada kompos seperti P sangat dibutuhkan tanaman kacang tanah dalam proses pembungaan, sedangkan unsur K diperlukan dalam pembentukan polong kacang tanah. Meningkatnya jumlah polong yang terbentuk akan bertambah beratnya apabila pengisian polong sempurna yang ditandai dengan berkurangnya jumlah polong yang hampa. K penting dalam pengisian polong dan pengisian biji Sumarno (2002).
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Malang.74 hal.
Anonim, 2013. Pedoman Teknis Pengelolaan Kacang Tanah dan Aneka Kacang-kacangan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. Jakarta. 114 Hal.
Ermadani, Ali dan Itang. 2011. Pengaruh Residu Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Terhadap Beberapa Sifat Kimia Ultisol dan Hasil Kedelai. J. penelitian Universitas Jambi Seri Sains Volume 13,Nomor 2, Juli- Desember 2011. Hal 11-18.
Febrina, D. 2008. Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Organik Limbah Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). 47 hal.
Firmansyah, 2010. Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Kompos TTKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) Terhadap Pertumbuhan dan Kecambah
Kelapa Sawit ( Elaeis Gueneensis Jacq.) di Pre Nursery, Laporan BTKSK Sawit: Diakses Melalui http://www.deptan.go.id pada tanggal 29 Maret 2013.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 358 hal.
Hanum, 2009. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltasi. Skripsi Program Studi Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara. Medan. 141 Hal.
Iwan, R. 2012. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai Alternatif Pupuk Organik. http// blogger gaptek: Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai Alternatif Pupuk Organik. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Kartika E, I. Elly, dan Antony. 2008. Pengaruh Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
sebagai Substitusi Pupuk Anorganik (N, P dan K) terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) J. Agronomi 12 (1): 33-38. Lingga, P. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 78 hal. Muliawan. 2007. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Limbah kelapa Sawit yang
Terbaik terhadap Pertuumbuhan dan Hasil Tanaman Terung. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang. 43 Hal.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 130 hal.
Sumarno. 2002. Pengembangan Kacang Tanah. Yayasan Kanisius. Yogyakarta. 234 hal.
Suprapto. 2002. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.145 hal.
Pitojo, 2006. Budidaya Tanaman Kacang Tanah. PT. Gramedia. Jakarta.325 hal. Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai. Kanisius. Yokyakarta.122 hal.
Zainul. 2002. Peran Kompos dalam Berbagai Takaran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Faperta Unitas. Padang. 45 hal.
Zulnedi. 2002. Pengaruh Penambahan Pupuk Bintil Akar Kacang Tanah Sebagai Sumber Nitrogen dan Fosfor terhadap Populasi Chlorella sp. Skripsi Fakultas Pertanian Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Surabaya. 54 hal.