• Tidak ada hasil yang ditemukan

perfitri update Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia //Edisi ke // Menuju kongres regional pertama perfitri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "perfitri update Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia //Edisi ke // Menuju kongres regional pertama perfitri"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

perfitri update

Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia

//Edisi ke-2 2011//

Menuju kongres regional

pertama perfitri

1st Congress of Indonesian Association for In Vitro Fertilization (IA-IVF) endorsed by

ASPIRE and PFRS

Laporan FIV Indonesia 2010

Penggunaan kabergolin dalam OHSS

Normogram AMH dan umur biologis

Keberhasilan IVM di Indonesia

(2)

perfitri update

Buletin

Kata pengantar

Edisi ke-2 buletin Perfitri update akhirnya

dapat hadir di hadapan kita semua. Edisi

ini akan membahas tentang keinginan

Perfitri untuk menggelar kongres untuk

pertama kalinya di tahun 2012 nanti,

kongres ini lingkupnya tidak hanya

nasional akan tetapi meliputi regional

Asia-pasifik.

Laporan kegiatan pelayananan TRB di

seluruh Indonesia tahun 2010 juga disajikan di dalam buletin ini, Data

kami kumpulkan dari Laporan seluruh anggota unit TRB seluruh

Indo-nesia. Diharapkan dengan data ini Indonesia bisa berbicara lebih

banyak di tingkat regional maupun dunia, dan menunjukkan bahwa

perkembangan teknologi TRB di Indonesia memiliki potensi untuk

maju dan berkembang serta tidak kalah dengan negara tetangga.

Perfitri mengucapkan selamat kepada Pak Hasto Wardoyo

atas prestasinya yang telah berhasil memenangkan PILKADA

Kabu-paten Kulon Progo, semoga beliau dapat senantiasa amanah serta

diberikan kekuatan dan kesehatan dalam menjalankan tugas sebagai

Bupati.

Redaksi juga mengucapkan terima kasih atas sumbangan

tulisan dari rekan-rekan anggota. Redaksi mengundang kepada

rekan-rekan lain untuk dapat membagi tulisan/hasil penelitian yang

pastinya akan berguna untuk kemajuan kita semua.

Salam ICSI,

Redaksi.

Daftar isi

3

Kongres Perfitri Pertama

4

Laporan FIV Indonesia 2010 Liputan PIB Hiferi

8

11

Kabergolin dalam OHSS

Kegiatan PERFITRI Efektivitas biaya TRB

Dewan Redaksi

Pemimpin redaksi: Budi Wiweko Anggota: Valencia Yuwono, Nadia Shafira, Devi Marischa

Desain dan penyunting: M.D. Priangga, Produksi: PERFITRI

Buletin

6

Struktur Organisasi

Pembina: Farid A Moeloek M Anwar Akmal Taher Samsulhadi Noekman Moeloek Ketua: Soegiharto Soebijanto Wakil: Aucky Hinting Sekretaris: Budi Wiweko Wakil: Taufik Jamaan Etik: Nanang W Astarto Ilyas Angsar Anggota Bidang: Hendy H Hasto W Muchsin J Arief B Andon H Julianto W Noor Pramono Putra Adnyana Kanadi S Luki Hartanti Ivan RS Indra Anwar Delfi Luthan Yuslam F B Harijanto Binalwan Halim R Muharam Wiryawan P Nur Rasyid Ketua2 unit pelayanan TRB

11

Normogram AMH

12

IVM di Indonesia Selamat utk Pak Hasto

16

18

Mendapat dana penelitian

(3)

PIB HIFERI V telah diselenggarakan di Bali pada tanggal 24 - 26 Januari 2011 diawali dengan Workshop TRB & Work-shop Laparoscopy Hysteroscopy. Peserta WorkWork-shop TRB 56 orang dengan jumlah pembicara 19 orang (Profesor 1 orang), peserta Workshop Laparoscopy Hysteroscopy 33 orang dengan jumlah pembicara 13 orang (Profesor 3 orang), sedangkan peserta PIB 377 orang dengan jumlah pembicara 83 orang (Profesor 35 orang).

Dari 30 topik pada PIB tersebut terdapat 11 topik tentang TRB dengan rincian 5 pada Plennary Lecture, 1 pada Sponsored Symposium, 3 pada Plennary Session dan 2 pada Debate. Dua Memorial Lecture juga dari tokoh TRB yaitu Prof. Dr. dr. Sudradji Sumapradja, SpOG(K) pionir TRB dan Prof. dr. Ratna Suprapti Samil, SpOG(K) pakar Bioetik. Jumlah topik TRB tersebut cukup banyak diband-ing PIB sebelumnya tapi masih terlalu sedikit mengdiband-ingat perkembangan TRB yang begitu pesat.

Di Indonesia sendiri dalam satu dekade sudah terjadi peningkatan pelayanan TRB yang luar biasa. Data pasien TRB di Indonesia tahun 2002 dari 7 klinik (2 klinik tidak memberikan datanya) : 428 siklus dan pada 2010 (data dari dr Budi Wiweko, SpOGK) baru dari 10 klinik (saat ini ada 20 klinik) sudah mencapai 1692 siklus. Meli-hat data tersebut sudah waktunya PERFITRI membuat Pertemuan Ilmiah sendiri. Selama ini Kementerian Kesehatan selalu menyelenggarakan Pertemuan Bimbin-gan Teknis Pelayanan Teknologi Reproduksi Berbantu setiap bulan Desember di Bandung untuk undangan terbatas. Hasil pertemuan tersebut bisa disosialisasikan

sesegera mungkin ke anggota PERFITRI bila Pertemuan Ilmiah digabung dengan PIB HIFERI yang diselenggarakan bulan Januari. Masalahnya PIB HIFERI diselenggarakan 2 tahun sekali sedangkan Kementerian Kesehatan men-gadakan setiap tahun. Apakah PERFITRI akan menyeleng-garakan PIT atau PIB? Ditinjau dari perkembangan TRB yang sangat pesat tentu lebih baik PIT tetapi untuk mengetahui angka keberhasilan berdasarkan kelahiran bayi hidup dari masing-masing klinik tentu pilihannya PIB karena kelahiran bayi hidup baru diketahui 9 bulan kemu-dian setelah pelayanan TRB dilakukan. Penentuan Pertemuan Ilmiah PERFITRI merupakan wewenang Kongres yang rencananya akan diselenggarakan tahun depan.

Dari liputan PIB HIFERI V ini kita semua bisa menyimpulkan pentingnya PERFITRI sebagai organisasi baru untuk sesegera mungkin melakukan Kongres dan Pertemuan Ilmiah untuk memperkuat organisasi dan tampil di tingkat internasional.

Laporan pertemuan ilmiah

Pertemuan Ilmiah Berkala V HIFERI, Bali 2011

“Dari liputan PIB HIFERI V ini

kita semua bisa menyimpulkan

pentingnya PERFITRI sebagai

organisasi baru untuk sesegera

mungkin melakukan Kongres

dan Pertemuan Ilmiah untuk

memperkuat organisasi dan

tampil di tingkat internasional”

Ilyas A

ngsar

Ketua Panitia

PIB HIFERI V 2011

(4)

Menuju kongres

regional pertama

PERFITRI 2012

Kongres pertama PERFITRI

yang berafiliasi dengan ASPIRE

dan PFRS

PERFITRI dalam menyelenggrakan kongres bertaraf inter-nasional. Hal ini menunjukkan Indonesia dianggap memi-liki potensi dalam perkembangan teknologi FIV serta PERFITRI sudah memiliki kedekatan dengan pengurus ASPIRE, diharapkan nanti pada tahun 2016 Indonesia dapat dipercaya untuk menjadi tuan rumah kongres ASPIRE 2016.

Tema besar kongres pertama PERFITRI adalah “bersama menuju FIV yang lebih mudah, aman, terjang-kau dan sukses”. Kongres akan diadakan pada tanggal 13-15 Februari 2012 bertempat di Hotel Gran Melia, Jakarta. Acara kongres PERFITRI terdiri dari kursus pra-kongres dan kongres. Akan ada tiga bentuk kursus yaitu tentang transfer embrio, ovarian aging, Hands on ICSI and vitrification. Kursus akan berlangsung paralel pada tanggal 13 Februari 2012.

Rangkaian kursus

Kursus akan dipandu oleh pembicara luar negeri seperti Teraporn Vutyavanich (Thailand), Yoshiharu Morimoto (Japan), David Gardner (Australia), Shin Young Moon (Korea), Mulyoto Pangestu (Australia) dan Yuji Takehara (Japan) serta pembicara dalam negeri seperti Muchsin Jaffar, Aucky Hinting, Budi Wiweko, Hendy Hendarto, Andon Hestiantoro, Arief Boediono, Kanadi Sumapraja, Ita Fauziah Hanoum dan Harris Harlianto.

Pada kursus transfer embrio akan dipresentasi-kan faktor yang berkaitan dengan suksesnya suatu trans-fer embrio, bagaimana mempersiapkan pasien sebelum transfer embrio, peran embriologis dalam transfer embrio, penilaian nir-invasif embrio, serta topik yang PERFITRI dibentuk untuk meningkatkan kualitas

pelayanan dan penelitian dalam bidang fertilisasi in vitro (FIV) agar pelayanan FIV di Indonesia dapat bersaing pada era globalisasi. Organisasi ini telah terbentuk pada tahun 2009 dan sudah seharusnya mengadakan pertemuan ilmiah yang berkala nasional.

Tahun 2012 akan menjadi momen penting karena PERFITRI akan menyelenggarakan kongres pertama yang lingkupnya tidak hanya nasional akan tetapi mencakup regional Asia pasifik. Kongres pertama PERFITRI ini mendapat dukungan penuh dari Presiden ASPIRE (The Asia Pacific Initiative on Reproduction) Yoshi-haru Morimoto dan Presiden PRFS (Pacific Rim Society For Fertility and Sterility), mereka sangat menghargai upaya

1st Congress of Indonesian Association

for In Vitro Fertilization (IA-IVF)

Tempat kongres PERFITRI tahun 2012 berlokasi di Hotel Gran Melia Jakarta

Kongres PERFITRI 2012

Rangkaian acara kongres

Waktu: 13-15 Februari 2012

Tempat: Hotel Gran Melia, Jakarta

Acara:

1. Kursus pra-kongres (13 Februari 2012):

a. Transfer Embrio

b.

Ovarian Aging

c.

Hands on ICSI and vitrification

2. Kongres, berlangsung 2 hari

(14-15 Februari 2012)

(5)

Pembicara dalam negeri

Azen Salim

Soegiharto S

Subiyanto

Muchsin Jaffar

Yuslam Edi Fidianto

Andon Hestiantoro

Muharam N

Kanadi Sumapraja

Budi Wiweko

Gita Pratama

Eliza Mansyur

Ivan Sini

Arief Boediono

Tono Djuwantono

Harris Harlianto

Ita Fauziah Hanoum

Samsulhadi

Aucky Hinting

Hendy Hendarto

Tita Yuningsih

Siti Mariam

Endang Kurdiningsih

Pembicara luar negeri

Bruno Lunenfeld (USA)

Paul Devroey (Belgium)

David Gardner (Australia)

Moelyoto Pangestu (Australia)

Santiago Munne (USA)

Markus Montag (Germany)

Yoshiharu Morimoto (Japan)

Yuji Takehara (Japan)

Chii Ruey Tzeng (Taiwan)

Shin Young Moon (Korea)

Teraporn Vutyavanich (Thailand)

Vuong Thi Ngoc Lan (Vietnam)

Ng Huck Hui (Singapore)

Calvin KF Lee (Hongkong)

PC Wong (Singapore)

berkaitan dengan etik seperti apa yang dilakukan kepada embrio yang tidak terpakai.

Kursus ovarian aging akan diawali dengan pem-bahasan konsep cadangan ovarium, hubungan kualitas oosit dengan genetik, dan apakah oosit menjadi faktor utama penentu kualitas embrio, serta akan dibahas tentang peluang sel punca dan preservasi fungsi reproduksi pada perempuan.

Praktek langsung proses ICSI dan vitrifikasi juga akan dilaksanakan dalam kursus hands on ICSI and vitrifi-cation, peserta kursus akan dibimbing untuk melakukan tindakan ICSI dan juga melakukan vitrifikasi.

Rangkaian kongres

Puncak acara yaitu kongres akan dimulai pada Senin pagi tanggal 13 Februari 2012 dengan tiga kuliah

utama yang akan disajikan oleh Paul Devroey (Belgium) beliau berbicara tentang keamanan TRB, Soegiharto Soebijanto (Indonesia) tentang sejarah perkembangan TRB di Indonesia, dan David Gardner (Australia) yang akan memaparkan jalan menuju transfer embrio tunggal.

Bruno Lunenfeld (USA) yang merupakan penemu hMG akan memberikan kuliah tentang stimulasi ovarium dari hMG menuju rFSH dan rLH pada hari kedua kongres, serta akan dibahas FIV yang terjangkau untuk negara berkembang oleh Yuji Takehara (Japan), Samsulhadi (Indonesia) serta pembicara lainnya.

Topik-topik lain seputar sel punca dan reseptivi-tas endometrium, hiperstimulasi ovarium, seleksi embrio dan kultur juga akan dipaparkan mendalam. Semoga pelaksanaan kongres pertama PERFITRI tahun 2012 akan sukses dan memberi manfaat besar untuk kemajuan FIV di Indonesia.(Red)

Presiden ASPIRE Yoshiharu Morimoto (JAPAN) telah menyatalan kesediaanya menjadi pembicara pada kongres

Info lengkap dapat dilihat melalui situs ASPIRE di: - www.aspire-reproduction.org/Events/

(6)

Keberhasilan progran bayi tabung

Indonesia tahun 2010

Berlandaskan PERMENKES RI tentang penyelenggaraan pelayanan teknologi reproduksi berbantu (TRB) No.039/MENKES/PER/I/2010 yang menginstruksikan bahwa setiap unit pelayanan TRB harus memberikan laporan kegiatan per tahunnya, maka PERFITRI berusaha membantu memfasilitasi dengan mengumpulkan data dari laporan kegiatan seluruh unit pelayanan TRB di Indo-nesia. Laporan ini juga dapat berguna sebagai indikator perkembangan dan pencapaian pelayanan TRB di Indone-sia. Laporan ini disusun berdasarkan hasil laporan 10 unit pelayanan TRB di Indonesia (dari 15 unit pelayanan) yaitu Klinik Aster, Bandung; Klinik Melati, Jakarta; Halim Fertil-ity Centre, Medan; Family FertilFertil-ity Clinic, Jakarta; Graha Tunjung, Denpasar; Siloam, Surabaya; Klinik Royal IVF, Denpasar; Klinik Morula, Jakarta; Klinik Yasmin, RSCM Jakarta; serta Graha Amerta, Surabaya.

Total fresh cycles selama 2010 berjumlah 1692 siklus, frozen cycles sebanyak 168 siklus. serta sudah mulai dilakukan prosedur IVM sejumlah 26 siklus.

Dari gambar 1 dapat dilihat jumlah kasus FIV yang telah dikerjakan dibagi dalam 5 kelompok umur; < 35

Laporan FIV 2010 Indonesia

Gambar 1. Kasus FIV berdasar usia

Gambar 2. Kasus FIV dalam persentase

tahun, 35-37 tahun, 38-40 tahun , 41-42 tahun serta > 42 tahun. Siklus yang paling banyak dikerjakan terdapat pada kelompok umur <35 tahun sejumlah 792 siklus (48,8%).

Indikasi dilakukannya FIV dapat dilihat pada gambar 3 dan gambar 4. dari faktor perempuan kasus terbanyak disebabkan oleh faktor tuba dan faktor unex-plained infertility sebanyak 270 dan 272 siklus, diikuti oleh endometriosis 113 siklus, disfungsi ovulasi 67 siklus dan diminished ovarian reserve sejumlah 56 siklus. Indikasi dilakukan FIV juga disebabkan oleh faktor pada pria sebanyak 373 siklus (22,9%) maupun faktor kombi-nasi pada perempuan dan pria sejumlah 475 siklus (29,2%).

Data yang dilaporkan dari 9 unit pelayanan TRB juga melaporkan kejadian efek samping pada siklus FIV yang telah dikerjakan. Total kejadian efek samping yang terjadi adalah sejumlah 49 kasus atau 3% dari seluruh siklus, kejadian terbanyak adalah sindrom hiperstimulasi ringan sebanyak 29 kasus, terbanyak berikutnya yaitu sindrom hiperstimulasi sedang sejumlah 10 kasus, kemu-dian sindro, hiperstimulasi berat 7 kasus serta infeksi/perdarahan sebanyak 3 kasus.

Gambar 3. Indikasi FIV berdasarkan jenis kasus

(7)

Gambar 10. Keberhasilan kehamilan berdasarkan usia Gambar 5. Jenis siklus FIV

Pada gambar 10 disajikan keberhasilan kehamilan dalam persentae, didapatkan persentase kehamilan berbanding lurus dengan pertambahan umur, didapatkan persentase kehamilan yang tinggi pada kelompok umur yang lebih muda, <35 tahun didapatkan angka keberhasi-lan 8,68% , kemudian menurun pada kelompok umur 35-37 tahun sejumlah 42,29%% dan didapatkan angka 7,94% pada umur >42 tahun.

Bila dianalisis lebih lanjut melalui gambar 2 dida-patkan data bahwa kelompok umur >35 tahun berjumlah lebih dari separuh kasus FIV yang ditangani (54,3%),bila lebih banyak pasien datang dengan umur muda (<35 tahun) maka akan didapatkan angka keberhasilan kehami-lan yang lebih tinggi. Dengan masih banyaknya kasus FIV yang dikerjakan pada kelompok umur yang lanjut (>40

Gambar 6. Tindakan pada pria dalam siklus FIV

Gambar 7. Kejadian efek samping

Gambar 9. Jumlah kehamilan ganda berdasarkan umur Gambar 8. Jenis kehamilan yang terjadi

tahun) dapat mencerminkan masih adanya keterlam-batan penanganan kasus infertilitas. Untuk itu perlunya pelaksanaan penanganan infertilitas yang sesuai dengan strata pelayanan dan pelaksanaan sistem rujukan infertili-tas yang tepat, dan pelaksanaan FIV dengan metode low cost untuk menjangkau semua kalangan agar keberhasi-lan kehamikeberhasi-lan pada FIV dapat meningkat serta dapat meningkatkan siklus FIV di Indonesia yang sebenarnya berpotensi dapat mencapai 20.000 siklus per tahunnya.(Red)

(8)

Perbandingan antara penggunaan kabergolin

dengan albumin untuk pencegahan OHSS

derajat berat dalam siklus ART

serta penggantian dari protokol panjang dengan agonis gnRH dengan protokol pendek antagonis gnRH yang menggunakan albumin intravena, namun semua protokol tersebut tampaknya tidak dapat mengurangi risiko terjadinya OHSS. Akhir-akhir ini mulailah digunakan kabergoline ketimbang pemakaian albumin. Kabergolin, suatu agonis dopamin digunakan untuk mencegah terjadinya OHSS, namun hasil luaran penggunaannya dalam Fertilisasi In Vitro masih dipertanyakan. Dari hasil penelitian pada binatang, kabergolin diketahui sebagai suatu zat kompetitif aktif terhadap VEGF dalam interak-sinya dengan VEGR R2. Ia bekerja dengan melawan aksi peningkatan permeabilitas oleh VEGF dan pada dosis rendah tidak akan mengganggu proses angiogenesis sehingga ia sama sekali tidak memiliki dampak pada implantasi ataupun pada kehamilan. Oleh karena dampaknya masih dipertanyakan, maka diadakanlah penelitian untuk menemukan efisiensi dan efek dari pem-berian kabergolin pada Fertilisasi In Vitro.

Metode

Penelitian ini diadakan di Pusat Fertilitas Halim dan meli-batkan 30 responden yang kemudian akan dibagi menjadi

Pendahuluan

Sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS) dikenal sebagai salah satu komplikasi terberat dari stimulasi ovarium terkendali, dan juga menjadai salah satu komplikasi yang cukup menakutkan bagi dokter dan pasiennya. Angka kejadiannya berkisar antara 20-30 % dan OHSS derajat berat berkisar dari 0,5 – 2%. OHSS sendiri dalam derajat berat dapat mengancam jiwa pasien dan angka mortali-tasnya berkisar antara 1/45000 hingga 1/50000. Patofisi-ologi dari OHSS masih belum dapat diketahui secara pasti, namun sejauh ini dipercaya bahwa OHSS muncul akibat pemberian HCG untuk perangsangan kematangan sel telur. Sel granulosa tidak hanya menghasilkan hormon steroid namun juga memproduksi zat vasoaktif seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) yang akan meningkatkan permeabilitas vaskular dengan interaksi VEGF R2.

Pencegahan OHSS itu sendiri sangatlah penting, karena setelah diagnosis ditegakkan, tidak ada terapi definitif yang dapat dilakukan. Meskipun beberapa protokol telah diadakan untuk mengurangi risiko terjadinya OHSS seperti coasting, simpan beku dan mem-batalkan tanam embrio, mengurangi dosis HCG dan mengganti menjadi rHCG, stimulasi yang lebih ringan,

Penelitian

Tabel 1. Karakteristik dan data laboratorium *IMT: Indeks Massa Tubuh

(9)

dua kelompok, 15 responden diberikan kabergolin dan 15 lainnya diberikan albumin intravena. kriteria inklusi antara lain usia berkisar antara 20-35 tahun, memakai protokol panjang stimulasi ovarium, jumlah folikel preo-vulasi ≥ 15, metaphase II ovarium mencapai lebih dari 15 dan serum estradiol > 4000 pg/ml. Kriteria eksklusi adalah semua yang menjadi kontraindikasi kabergolin, kasus coasting dan kasus pembatalan tanam embrio.

Semua responden mengikuti protokol panjang yang akan memakai buserelin acecate 0.5 mg subkutan selama 14 hari dan/ atau estradiol kurang dari 50 pg/ml atau garis endometrial < 6 mm atau follicle < 10 mm. Stimulasi sendiri dilakukan dengan menggunakan gonadotropin rFSH 225 unit untuk usia < 37 dan 275 unit untuk usia >37. HCG 10000 unit diberikan saat minimal terdapat 3 folikel yang mencapai ukuran 17mm. Jumlah folikel preovulasi dihitung dan kadar estradiol diukur menggunakan Enzyme linked immunosorbent assay ( ELISA).

Petik oosit dilakukan 36 jam setelah injeksi HCG. Jumlah oosit tahap metaphase II dihitung dan sperma diinseminasi atau disuntikkan sesuai indikasi. Protokol kultur embrio dan tanam embrio pada kedua kelompok dilakukan dengan cara yang sama. Pada kelompok albu-min, diberikan albumin 20% sebanyak 100 ml setelah petik ovum dan pada kelompok kabergolin diberikan tablet kabergolin 0.5 mg setiap hari selama 6 hari dimulai dari hari petik ovum. Pasien dipantau terus selama 11 hari untuk mendeteksi adanya gejala sindroma hiperstimulasi ovarium dan gejala dari OHSS derajat berat.

Penunjang luteal diberikan dengan memberikan progesterone intramuskular setiap hari. Kehamilan klinis ditegakkan jika terdapat kantung gestasi atau gerakan jantung 3 minggu setelah tanam embrio. Tingkat kegugu-ran didefinisikan jika terdapat konsepsi yang gagal berkembang sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu.

Hasil

Sebagai hasilnya, ternyata didapatkan tidak ada perbe-daan bermakna antara kedua kelompok pada karakter usia, IMT, durasi infertilitas, kadar estradiol, jumlah folikel preovulasi, jumlah oosit yang berada pada metaphase II, jumlah embrio baik yang berhasil didapat dan jumlah embrio. Untuk hasil akhir dan komplikasi, hasilnya menun-jukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut mengenai jumlah kasus OHSS derajat berat sebanyak 6,67% pada kelompok kabergoline sedangkan pada kelompok albumin mencapai 46,67%. Jumlah pasien yang dirawat di RS dikarenakan OHSS dera-jat berat pada kelompok kabergolin adalah sebanyak 0 pasien sedangkan pada kelompok albumin lebih tinggi sebesar 46,7%. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut mengenai kehamilan klinis dan jumlah keguguran yang terjadi.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kabergolin pada pasien dengan risiko tinggi OHSS telah menurunkan jumlah kasus OHSS derajat berat dan jumlah pasien yang harus dirawat inap ke Rumah Sakit. Hasil yang sama juga telah ditunjukkan oleh Aflatoonian A dkk dan Soliman BS. Kesimpulan yang didapatkan, pemberian kabergolin jika dibandingkan dengan pemberian albumin, mempunyai hasil yang lebih efektif untuk mencegah onset awal dari OHSS derajat berat dan tidak mengganggu kehamilan itu sendiri.

Binarwan Halim Pusat Fertilitas Halim Div.Reproduksi

endokrinologi Infertilitas Dept.Obstetri&Ginekologi Fakultas Kedokteran ,USU, Medan

(10)
(11)

Momen PERFITRI 2010-2011

Dari PERFITRI menjadi Bupati

Bimbingan Teknis TRB antara Kemenkes RI dan PERFITRI, dilaksanakan pada 27-28 Desember 2010 di Hotel Ardjuna, Bandung. Membahas antara lain PP tentang TRB dan pengesahan buku panduan pelayanan TRB

PERFITRI patut berbangga, oleh karena salah satu anggotanya yaitu Pak Hasto Wardoyo terpilih menjadi bupati Kulon Progo 2011-2016 setelah memenangkan PILKADA Kulonprogo Juni 2011. Seluruh anggota PERFITRI mengucapkan selamat kepada Pak Hasto, semoga senan-tiasa diberikan kekuatan dan kesehatan dalam memimpin rakyat Kulon Progo.

Peserta bimbingan teknis sedang berdiskusi Sesi khusus mengenai PERFITRI saat PIB HIFERI V Rapat anggota PERFITRI saat PIB HIFERI V, membahas antara lain borang akreditasi TRB dan tingkat kompetensi tenaga kesehatan TRB.

Selamat Mas, kembangkan metode kehamilan pasca digigit lebah madu Kulonprogo, ati2 Mas...aku emoh kalo nanti nengok ke KPK...haaaa selamat..selamat..salah satu putra terbaik PERFITRI berkiprah di PEMDA. -Tono

Djuwantono-Mas Hasto, selamat memenangkan pemilihan bupati Kab. Kulon Progo ya. Semoga selalu

amanah di dalam memenuhi harapan2 wong cilik. Semoga seluruh program2 nya dapat dijalankan dengan baik. Dan ...jangan lupa sama teman2 di perfitri dan di hiferi ya ....hi3x... -Andon H-Selamat pak Hasto. Ternyata sdh banting setir jadi politikus. Mudah2an Kulon progo - Parang tritis tambah maju. Dan tdk ada warga yg dikirim jadi TKI. Selamat pak Bupati. -Taufik

(12)

Umur kronologis vs umur biologis ovarium

selalu ekuivalen. Fungsi reproduksi ternyata lebih banyak dipengaruhi oleh usia biologis ovarium daripada usia kronologisnya.

Dari berbagai studi disimpulkan bahwa perhitungan folikel antral basal dan kadar serum AMH lebih superior untuk menentukan cadangan ovarium, sedangkan FSH menunjukkan cadangan ovarium secara terlambat.

Pengetahuan akan usia biologis

Latar belakang

Walaupun usia kronologis merupakan faktor prediktor fertilitas dan respon ovarium yang sangat penting, ternyata angka penu-aan reproduksi (reproductive aging) sangat bervariasi di antara individu. Baik faktor genetik maupun lingkungan memberikan kontribusi terhadap penuaan ovarium secara biologis, yang menyebabkan cadangan ovarium berkurang. Akibatnya, usia kronologis dan biologis ovarium pada seorang perempuan tidak

Penelitian

ovarium seorang perempuan dan pola penurunannya di masa yang akan datang menjadi sangat penting dalam pelayanan teknologi reproduksi berbantu. Hal ini dapat menjadi dasar pengambilan keputusan dan pilihan prosedur yang sesuai untuk setiap perempuan.

Penelitian ini bertujuan untuk menilai korelasi antara usia kronologis dan usia biologis ovarium melalui suatu model grafik dan normogram untuk FAB, AMH, dan FSH dan melihat pola penurunan masing-masing variabel berdasarkan usia.

Metode

Dilakukan pengambilan data hasil perhi-tungan folikel antral basal pada pasien yang menjalani prosedur fertilisasi in vitro (FIV) dari rekam medis Klinik Yasmin RS Dr Cipto Mangunkusumo sejak Januari 2008 sampai dengan Desember 2010. Pasien yang didagnosis menderita Sindroma Ovarium Polikistik dikeluarkan dari sampel penelitian.

Seluruh pemeriksaan FSH dilaku-kan pada hari ke-2 atau ke-3 siklus haid di Makmal Imunoendokrinologi di FKUI/RSCM menggunakan Immulite 1000 FSH, Siemens Medical Solutions, UK. Pemeriksaan AMH dilakukan dalam waktu yang bervariasi selama siklus haid, meng-gunakan AMH Gen II ELISA dari

Budi Wiweko

“ Pengetahuan akan usia biologis

ovarium seorang perempuan

dan pola penurunannya di masa

yang akan datang menjadi

sangat penting dalam

pelayanan teknologi reproduksi

berbantu. ”

Beckman/Coulter, USA. Pasien dengan riwayat kemoterapi atau radiasi dikeluarkan dari sampel penelitian.

Ditentukan korelasi antara masing-masing variabel, yaitu FAB, AMH, dan FSH terhadap usia menggunakan uji korelasi Spearman dan analisis regresi. Kemudian dibuat model grafik berdasarkan persentil terhadap usia untuk masing-masing varia-bel menggunakan metode LMS (skewness, median,

dan coefficient of variation). Pem-buatan kurva persentil dilakukan menggunakan program LMS (The Institute of Child Health, London, UK) untuk mendapatkan 7 persen-til empirik, yaitu persenpersen-til 3, 10, 25, 50, 75, 90, dan 97. Dari grafik persentil yang didapat, kemudian dibuat tabel normogram untuk masing-masing variabel.

Hasil dan Diskusi

Jumlah subyek penelitian, sebaran usia, dan seba-ran pengukuseba-ran dapat dilihat pada tabel 1. Korelasi antara ketiga variabel yaitu FAB, AMH, dan FSH terhadap usia bermakna secara statistik seperti ditunjukkan pada tabel 1 dan gambar 1 (r > 0,3 dan p<0,001).

Dari gambar 1 didapatkan kurva bifasik pada penu-ruan FAB terhadap usia, sedangkan kadar serum AMH dan FSH berubah secara linear. Perbedaan ini sesuai dengan kontroversi dari berbagai penelitian yang menyebutkan bahwa dahulu diperkirakan penurunan fertilitas seorang wanita terjadi secara bifasik, namun saat ini dipercaya bahwa penurunan ini terjadi secara linear.

Tabel 3 menunjukkan bahwa untuk masing-masing persentil, kadar serum AMH memberikan titik

Variabel Jumlah

subjek SebaranUsia Sebarandata r² p FAB 366 22-48 0-20 0,397* 0,000 FSH 415 22-48 1,2-39 0,3* 0,000 AMH 1616 18-50 0,05-23,1 0,429* 0,000

Tabel 1. Jumlah dan sebaran data penelitrian

Budi Wiweko

(13)

Gambar 1. Korelasi antara folikel antral basal (FAB), Anti Mullerian Hormone (AMH), dan Follicle Stimulating hormone (FSH), terhadap usia

potong usia yang lebih awal untuk memberikan prediksi respon ovarium. Titik potong ini berdasarkan penelitian Wiweko, dkk sebelumnya yang mendapatkan nilai potong masing-masing variabel sesuai tabel 2. Serum FSH mem-berikan titik potong yang paling lambat bila dibandingkan dengan serum AMH dan FAB. Hal ini sejalan dengan pene-litian Gleicher dkk bahwa wanita dengan serum AMH dan FSH normal memproduksi oosit yang baik, sedangkan wanita dengan serum FSH normal namun AMH menurun, memproduksi oosit yang lebih sedikit secara bermakna. Hasil ini menunjukkan bahwa pemeriksaan AMH lebih bermakna dalam menentukan cadangan ovarium diband-ingkan dengan FSH, karena perubahan FSH terjadi lebih lambat.

Simpulan

Folikel antral basal (FAB) dan kadar serum anti mullerian hormone (AMH) menurun seiring dengan usia, sedangkan FSH menunjukkan peningkatan seiring dengan usia. Kurva model FAB berubah secara bifasik, sedangkan serum AMH dan FSH berubah secara linier.

Perubahan pada serum AMH terjadi lebih awal bila dibandingkan dengan FAB dan serum FSH, sehingga men-jadikannya prediktor yang lebih dini dalam menilai usia biologis ovarium.

Model kurva dan normogram yang didapat pada penelitian ini dapat dijadikan dasar konseling pada perempuan mengenai usia biologis ovariumnya diband-ingkan dengan usia kronologisnya. Namun studi longitu-dinal dengan jumlah sampel lebih besar dari populasi yang sama atau sebanding dibutuhkan untuk memvali-dasi normogram ini.

Tabel 3. Jumlah dan sebaran data penelitrian

Persentil FAB (th) AMH (th) FSH (th) 3 NA NA NA 10 NA 19 22 25 NA 23 34 50 33 34 43 75 40 34 48 90 43 40 NA 97 46 NA NA

www.jakinu2011.com

(14)

Keberhasilan Teknik In Vitro Maturation:

3 Bayi tabung pertama Indonesia

Pendahuluan

In Vitro Maturation (IVM) merupakan suatu teknik yang relatif baru dan populer akhir-akhir ini dalam program TRB. Pada IVM pematangan oosit dilakukan dilaboratorium (in vitro) dengan atau tanpa stimulasi ovarium sebelumnya, sedang pada IVF (In Vitro Fertilization) konvensional pematangan sel telur terjadi di dalam tubuh (in vivo) setelah stimulasi ovarium menggunakan obat hormonal.

Keuntungan dari IVM adalah cara dan lama pengobatan

Penelitian

yang lebih sederhana dan singkat. Pasien tidak perlu/sedikit sekali memerlukan pemberian obat hormonal untuk stimulasi ovarium. Dengan demikian biaya akan menjadi lebih murah, pasien akan merasa lebih nyaman dan dapat menghindarkan efek samping akibat penggunaan gonado-tropin, seperti peningkatan berat badan, perut kembung, nyeri payudara, mual, gangguan emosi, dan yang paling penting adalah menghindarkan terjadinya

sindroma hiperstimulasi ovarium yang dapat berakibat fatal. Oleh karena itu tampaknya tindakan IVM sangat bermanfaat pada pasien-pasien dengan OPK/SOPK atau pasien yang memi-liki toleransi yang buruk pada pemberian gonadotropin.

Dalam makalah ini kami hendak menunjukkan keber-hasilan kehamilan dan disertai dengan keberkeber-hasilan kelahiran 3

“ Kehamilan 33% per siklus

dengan teknik IVM yang kami

dapat adalah sebanding

dengan hasil yang didapat

dengan memakai teknik

fertil-isasi in vitro konvensional. ”

bayi pertama di Indonesia dengan menggunakan teknik IVM pada pasien OPK dan SOPK di Family Fertility Center, RSIA Family, Jakarta dalam kurun waktu 2008-2010

Bahan dan Cara Kerja

Sampel Penelitian dikumpukan dari delapan belas pasien dengan SOPK/ OPK yang telah mengikuti program bayi tabung dengan teknik IVM dari November 2008 hingga Maret 2010 sebanyak 18 siklus. Diagnosa SOPK ditegakkan berdasarkan konsensus Rotterdam. Pemeriksaan skrining dilakukan pada hari 2-3 haid dengan pemeriksaan USG transvaginal untuk menghi-tung jumlah folikel antral, serta profil hormon (FSH, LH, E2).

Priming FSH dan HCG

Pemberian injeksi gonadotropin 150 IU pada hari ke 8,9 dan 10. Dan pada hari ke 11 diberikan injeksi HCG 10.000 IU. Kecuali pada kasus dengan hiper-esponder dimana telah didapatkan folikel yang berukuran 12 mm pada hari ke 9 , pemberian prim-ming HCG dilakukan pada hari ke 10.

Ovum pick up (OPU) dilakukan 40 jam setelah injeksi HCG, dengan pemberian anestesi umum pada pasien. Pembila-san jarum atau tubing Pembila-sangat penting untuk dilakukan, setelah 2 atau 3 cairan folikel diaspirasi, pembilasan dilaku-kan dengan cairan NACl yang dicampur dengan heparin. Hal ini untuk mencegah terjadi bekuan bekuan di lumen jarum. Cairan yang didapat langsung di bawa ke lab untuk dicari kom-pleks kumulus oosit secara cermat

IVM, Fertilisasi, Kultur embrio, dan transfer embrio

Setelah pengambilan oosit imatur dari ovarium, oosit imatur tersebut di inkubasi dan dilakukan pematangan oosit selama 24 hingga 48 jam. Hanya oosit yang dijumpai badan polar I saja yang dikat-egorikan matang untuk selanjutnya dilakukan ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection). ICSI dilakukan dengan teknik laser (laser assisted ICSI). Fertilisasi kemudian dinilai 16-18 jam setelah ICSI dengan memperhatikan dibawah inverted microscope adanya dua pronuklei dan dua badan polar.Transfer embrio dilakukan 3 hari setelah pengambilan oosit

Hasil

Dari 18 pasien, yang terdeteksi menderita sindroma ovarium poli kistik adalah 11 pasien

Muchsin J, Yuslam EF, Hadi S, Soegiharto S, Dianing ASR, Malvin E

(15)

(61%). Pada laporan ini semua siklus FIV dengan protokol Maturasi In VItro tidak ada yang mengalami pembatalan. Dari 18 siklus maturasi in vitro telah dilakukan 390 pungsi folikel dan diperoleh 207 oosit imatur (53%). Sejumlah 164 oosit berhasil dimatangkan (79%) dalam 24-48 jam. Sebanyak 82 oosit terbuahi (55%) dari oosit MII yang dilakukan ICSI dan kemudian diperoleh 73 embrio (89%). Saat dilakukan transfer embrio, rerata tebal endometrium adalah 8.83 + 1.29 dan jumlah rerata embrio yang ditrans-fer adalah 2.44 + 0.78. Dari 18 transditrans-fer embrio yang dilakukan diperoleh 6 kehamilan klinis (33%) dengan laju implantasi 6/47 (13 %). Tiga bayi telah dilahirkan dari 3 ibu (50%) dan 3 pasien mengalami keguguran (50%). Semua tindakan pengambilan oosit diselesaikan dalam waktu 30 - 60 menit. Dan tidak dijumpai komplikasi terhadap semua pasien.

Diskusi

Dalam hal pengambilan oosit imatur saat OPU lebih sulit dilakukan pada teknik IVM sehingga memiliki beberapa modifikasi. Dimulai dari tekanan aspirasi yang diset 50 - 80 mmHg, dibandingkan dengan 80 - 100mm Hg pada IVF konvensional, teknik pengambilan juga berbeda, pada IVM gambaran folikel yang mengempis seperti terlihat pada teknik IVF konvensional tidak selalu terlihat, dan umumnya dinding folikel - folikel dengan diameter 10 - 12 mm lebih sulit ditembus oleh jarum dengan ukuran kecil, sehingga terkadang dibutuhkan tusukan maju - mundur disertai gerakan memutar dari ujung jarum dan dibantu juga tekanan pada perut bawah pasien oleh asisten untuk memfiksasi indung telur untuk mengatasi masalah ini.

Perdebatan mengenai perlu atau tidaknya prim-ing folikel diberikan masih berlangsung hprim-ingga saat ini. Beberapa senter di luar negeri melakukan priming FSH dan HCG untuk meningkatkan jumlah oosit yang didapat dan juga meningkatkan jumlah oosit yang matang dengan tujuan akhir meningkatkan angka kehamilan, kami melakukan pemberian FSH selama 3 hari dan dilanjutkan dengan pemberian HCG 34-36 jam sebelum pengambilan oosit, dengan protokol ini kami mendapatkan hasil 207 oosit imatur dengan rerata oosit imatur yang didapat 11.67+5.76, dengan persentasi maturasi oosit setelah 24-48 jam 79% . Hasil kami untuk rerata oosit yang dida-pat, dan persentase maturasi oosit, sebanding dan lebih baik dari beberapa penelitian lain di luar negeri untuk pasien OPK dan SOPK yang dikumpulkan oleh Jurema dkk. Dari 18 siklus maturasi in vitro yang dilakukan di klinik kami, angka kehamilan yang berhasil kami dapat setiap transfer embrio/siklus adalah 6 (33%) dengan keguguran cukup tinggi 3 pasien (50%). Hasil yang kami dapatkan lebih tinggi dengan beberapa penelitian di luar negeri dengan angka kehamilan rerata 25% . Pada klinik kami, 3 bayi hidup yang sehat telah lahir untuk pertama kalinya di Indonesia dengan menggunakan teknik ini.

Kehamilan 33% per siklus dengan teknik IVM yang kami dapat adalah sebanding dengan hasil yang didapat dengan memakai teknik fertilisasi in vitro konven-sional. Hasil diatas menurut kami merupakan suatu langkah maju untuk mulai mencoba melakukan beberapa pendekatan yang lebih sederhana, nyaman dan dapat menurunkan biaya obat - obat hormonal pada pasien - pasien yang mengalami masalah infertilitas. Pendekatan itu adalah dengan menggunakan teknik maturasi in vitro. Terutama dengan negara berkembang seperti Indonesia, masalah sosial - ekonomi merupakan kendala utama bagi pasangan tidak subur yang ingin memiliki keturunan.

Tindakan maturasi in vitro sementara ini baru menghasilkan kehamilan yang cukup tinggi pada pasien yang memiliki folikel antral yang banyak seperti pada pasien OPK/SOPK, dibandingkan pada pasien tanpa OPK/SOPK. Namun, kami yakin seiring dengan waktu dan pengalaman teknik maturasi in vitro akan terus berkem-bang dan tidak terbatas pada pasien OPK/SOPK. Seperti pada pasien kanker ovarium yang hendak di terapi radiasi tapi masih menginginkan keturunan, pasien dengan riwayat poor responder, usia muda dengan unexplained infertilitas dll. Dengan keberhasilan kami ini, hendaknya memacu kita dari negara berkembang untuk mulai memikirkan dan melakukan usaha yang dapat menjang-kau pasangan tidak subur yang lebih banyak lagi dengan melakukan tindakan fertilisasi in vitro yang lebih seder-hana, nyaman, murah biaya, dengan keberhasilan yang tinggi.

(16)

Kiat Mendapatkan

Dana Penelitian

Informasi mengenai sumber-sumber penyedia dana untuk penelitian baik dari dalam negeri ataupun luar negeri bisa didapatkan melalui website di internet atau-pun unit-unit penelitian. Di Indonesia saat ini telah berkembang lembaga-lembaga pemerintah, non-pemerintah, dan beberapa Universitas yang menyediakan sumber dana untuk penelitian.

Peneliti harus mengetahui persyaratan yang dikeluarkan oleh pihak penyandang dana dan memenuhi persyaratan administrasi, format serta tujuan yang ingin dicapai oleh pemberi dana. Seleksi biasanya dilakukan dua tahap, yaitu verifikasi administrasi, kemudian dilanjutkan penelaahan

Pendahuluan

Penelitian merupakan proses untuk mendapatkan suatu kebenaran ilmiah baru dengan serangkaian percobaan. Proses penelitian memerlukan alat, bahan, sumber daya manusia, dan membutuhkan waktu yang lama juga biaya yang relatif besar.

Artikel

oleh para pakar yang sesuai dengan bidang ilmunya.

Prinsip dasar dalam penulisan proposal

Proposal merupakan media yang menghubungkan peneliti dengan pihak pemberi dana. Terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu diketahui dalam pembuatan proposal antara lain:

1. Berpikir panjang dan perencanaan yang baik

Awali penulisan proposal dengan berpikir panjang dan perencanaan sistematis terlebih dahulu tentang tema, tujuan dan kegunaan penelitian, juga meliputi penggalian informasi terkait dengan penelitian, bahan dan perenca-naan terutama menyangkut kebutuhan anggaran secara terperinci. Sebaiknya peneliti mengetahui batas awal pengiriman proposal dan batas waktu akhir pengumpulan proposal yang ditentukan oleh sponsor.

2. Mengerti benar mengapa kita menulis proposal dan mengetahui kepada siapakah proposal akan kita tujukan Proposal ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan dan

membujuk orang lain agar mau memberikan sejumlah dana untuk membiayai proyek penelitian kita. Cantumkan juga bahwa penelitian tersebut mampu memberikan sumbangsih bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta memberikan manfaat untuk masyarakat luas.

Biasanya, terdapat dua jenis orang yang akan membaca proposal kita, yaitu:

a). Pembuat keputusan, meru-pakan orang yang akan mem-buat keputusan akhir proposal kita.

b). Seseorang yang ahli pada bidang penelitian yang akan kita lakukan. Ahli tersebut akan mengukur kompetensi teknis dari proposal yang kita tulis. Proposal yang kita tulis harus bersifat persuasif, secara teknis jelas, rapih, sistematis dan terperinci terutama menyangkut anggaran yang diajukan.

3. Mengenal dan memahami sumber penyedia dana/ sponsor

Beberapa hal yang biasanya diinginkan oleh penyedia dana dari rencana penelitian terdapat dalam proposal antara lain:

- Menghasilkan produk baru yang lebih baik, unik, dan memiliki nilai manfaat dalam banyak aspek (aspek ekonomi, sosial)

- Memberikan informasi, ilmu pengetahuan baru, dan aspek komersial baik untuk sponsor, ilmuwan lain, dan masyarakat.

“Peneliti harus mengetahui

persyara-tan yang dikeluarkan oleh pihak

penyandang dana dan memenuhi

persyaratan administrasi, format

serta tujuan yang ingin dicapai oleh

pemberi dana, Seleksi biasanya

dilakukan dua tahap, yaitu verifikasi

administrasi, kemudian dilanjutkan

penelaahan oleh para pakar ”

(17)

Penelitian kedokteran sebaiknya bersifat transla-sional, yaitu riset yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dasar/basic science untuk menghasilkan pilihan terapi baru untuk pasien atau menerjemahkan riset menjadi produk atau rejimen baru, dan menjamin bahwa hasil riset dapat dimanfaatkan dan diimplementasikan untuk kepentingan populasi yang dituju. Tujuan akhir yang ingin dicapai dari suatu riset translasional antara lain:

1. Menghasilkan terapi baru yang menjanjikan untuk digu-nakan secara aman atau dikomersialisasikan

2. Perbaikan akses kesehatan

Hal penting lainnya adalah perlunya untuk mengemas proposal dengan baik. Dengan demikian, kita harus mengetahui dan mengikuti format penulisan proposal yang diinginkan oleh pihak penyedia dana.

4. Mengenali diri kita sendiri

Kita perlu mengetahui identitas, mengenali kekuatan dan kelemahan, dan mampu menunjukkan pada sponsor bahwa kita memiliki catatan kinerja (track record) yang baik dan kompetensi yang tinggi dan sesuai dengan bidang penelitian. Tambahkan bahwa kita pernah melaku-kan penelitian sebelumnya, berkaitan dengan penelitian saat ini ataupun tidak, dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan pihak penyedia dana.

5. Merencanakan proyek penelitian

Penelitian yang kita ajukan sebaiknya mencerminkan : A. Permasalahan yang muncul di masyarakat sehingga penting untuk dilakukan.

B. Bersifat translasional yang menjanjikan solusi. C. Penelitian baru dan asli.

D. Hasil penelitian mampu dipublikasikan pada jurnal ilmiah nasional ataupun internasional dan menambah kekayaan ilmu pengetahuan.

E. Berorientasi HaKI (Hak Kekayaan Inte-lektual).

Rancangan penelitian harus memuat dengan jelas beberapa hal berikut:

A. Tujuan penelitian

Tujuan yang kita tuliskan dalam proposal akan menginfor-masikan kepada pihak penyedia dana akan beberapa hal, antara lain:

1. Apakah proyek penelitian sesuai dengan prioritas dari penyedia sumber dana;

2. Menggambarkan dengan jelas apa yang ingin kita capai;

3 . Apakah penelitian bersifat realistis atau tidak, bila ya, apakah penelitian kita memiliki dampak bagi masyarakat. B. Deskripsi proses-proses yang dilakukan untuk menca-pai tujuan

Perencanaan proses penelitian berisi detail bagaimana kegiatan penelitian dilakukan, waktu pelaksanaan, dana dan sumber daya yang diperlukan, juga ketersediaan sumber daya pelaksana kegiatan penelitian. Dalam menyusun rancangan penelitian, peneliti perlu memper-hatikan aturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pihak penyedia dana.

Dengan memperhatikan semua prinsip dasar tersebut, diharapkan akan tercipta proposal yang mampu mengajak pihak penyedia dana untuk memberi-kan dana penelitian kepada kita.

(Makalah ini pernah dipresentasikan pada: Seminar Penulisan Artikel Untuk Jurnal Ilmiah Kedokteran : Pra PIT POGI XVIII Hotel Shangri-la Jakarta 6 Juli 2010)

Tono Djuwantono Subbagian Fertilitas Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Padjajaran RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Telp: 022-032530.E-mail: djuwantono@yahoo.com Website: asterfertilityclinic.com

(18)

Efektivitas biaya pada Teknologi Reproduksi Berbantu :

dapatkah dibuat lebih terjangkau dan diterima ?

Artikel

Infertilitas atau sulit punya anak telah menjadi masalah yang komplek, diperkirakan diderita kurang lebih 120 juta orang didunia ini. Angka kejadian infertilitas berkisar 9 % merata di hampir seluruh negara, namun di beberapa negara Afrika prevalensi mencapai 20-40 % karena angka infeksi yang tinggi. Di Indonesia angka infertilitas sekitar 12 % dari 15 juta pasan-gan usia subur. Sejak keberhasilan program bayi tabung pertama Louis Brown 33 tahun yang lalu 3,5 juta bayi telah lahir menggunakan teknologi tersebut. Dengan angka lahir hidup per initiated cycle 20-40%, Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) telah diakui sebagai terapi efektif pada penatalaksanaan infer-tilitas. Namun biaya yang tinggi membuat teknologi ini menjadi terbatas, tidak semua pasangan infertil mampu mengikutinya. Di hampir semua negara berkembang termasuk Indonesia kendala biaya tersebut membuat pelayanan TRB sulit diakses. Walaupun sering dibahas namun sampai sejauh ini implikasi ekonomi dan utilisasi TRB belum banyak dievaluasi.

Evaluasi ekonomi pada TRB

Evaluasi ekonomi kesehatan pada TRB melibatkan evaluasi utilisasi, biaya dan kemampuan membayar / keterjangkauan. Utilisasi atau jumlah siklus TRB per juta populasi pertahun, tergantung pada demand, ketersediaan klinik dan biaya. Tingginya utilisasi berhubungan dengan tingginya kualitas pelayanan kesehatan. Menurut hukum pasar bila biaya pelayanan TRB diturunkan diperkirakan utilisasi akan mening-kat. Dengan menggunakan rumus Price elasticity yaitu persentase perubahan kuantitas utilisasi dibagi presentase perubahan biaya per siklus, didapatkan fakta bahwa penurunan

10% biaya TRB akan meningkat-kan utilisasi sebesar 30%. Keter-jangkauan (affordability) biaya TRB ditinjau dari perspektif pasien dihitung berdasarkan penghasilan pertahun, didapat-kan data di USA dan Jepang adalah 50% dan 12 % dari annual income nya. Berdasarkan perhitungan kami keterjang-kauan masyarakat Indonesia terhadap biaya TRB adalah 133 % dari penghasilan per tahun seorang pegawai negeri golon-gan III, sungguh luar biasa tinggi dan sulit terjangkau. Karena itu

pelaksanaan TRB dengan memperhatikan efektivi-tas biaya terutama dengan cara penggunaan biaya murah akan memberikan banyak keuntungan bagi pasangan infertil yang membutuhkan.

Usaha agar lebih terjangkau dan diterima

Berbagai usaha telah dilakukan agar biaya TRB bisa lebih terjangkau sehingga dapat diterima lebih luas di masyarakat, mulai dari pengurangan honor petu-gas, memakai stimulasi ovarium minimal, menghin-dari kehamilan kembar, penggunaan teknologi maturasi in vitro dan lain sebagainya. Pada pelaksa-naan TRB diketahui bahwa stimulasi ovarium meru-pakan sumber utama penentu besar biaya per siklus (61-68 %) karena relatif tingginya harga obat. Beban biaya obat akan meningkat seiring peningkatan usia pasangan wanita, baik dengan metode konven-sional maupun ICSI. Mengganti obat stimulasi ovarium bentuk injeksi dengan obat oral sangat bermanfaat menurunkan biaya TRB. Stimulasi ovarium minimal bertujuan mendapatkan folikel berkembang dengan jumlah sedikit tentunya akan menurunkan biaya dan sekaligus konsisten dengan transfer sedikit embrio sehingga mencegah kehami-lan multiple. Klomifen sitrat terbukti aman dan

Hendy Hendarto

Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga

Surabaya

(19)

Akreditasi PERFITRI

murah untuk stimulasi ovarium, dapat diberikan sendiri atau kombinasi dengan obat injeksi ternyata memberikan hasil cukup efektif dan bisa dipertanggung jawabkan. Angka kehamilan dengan metode stimulasi minimal kom-binasi klomifen sitrat dan gonadotropin tidak jauh berbeda dengan stimulasi protokol panjang (28,6% vs 30,6%). Selain itu pemeriksaan laboratorium hormon basal untuk mengukur cadangan ovarium dapat diganti dengan pemeriksaan hitung folikel antral dengan ultra-sonografi transvagina yang sekaligus dipakai untuk peman-tauan perkembangan folikel sehingga mengurangi beban biaya pemeriksaan laboratorium. Demikian gambaran beberapa usaha agar biaya TRB lebih terjangkau.

Hasil yang diharapkan dengan metode low-cost mungkin tidak akan sebagus metode yang mahal, namun bila kepentingan pasien diutamakan tentunya penurunan biaya dengan tetap mempertahankan angka keberhasilan akan membuat utilisasi pelayanan TRB meningkat yang berarti teknologi ini dapat diterima dan dinikmati semua lapisan masyarakat.

Bidang akreditasi di bawah pimpinan Prof. Anwar telah menyusun panduan borang akreditasi berdasarkan hasil rapat anggota PERFITRI yang telah diadakan sebelumnya serta hasil bahasan pokja borang akreditasi.

PERFITRI juga melakukan proses akredi-tasi kepada unit pelayanan TRB RS. Bali Royal, Denpasar pada Januari 2011 dan setelah dilaku-kan evaluasi oleh tim telah dinyatadilaku-kan lulus akreditasi.

Saat ini PERFITRI sedang melakukan proses akreditasi terhadap lima pusat pelayanan TRB yaitu: RS. Sammarie Basra, Jakarta; RS. Asri, Jakarta; RS. Limjati, Bandung; RS. Telogorejo, Semarang serta RS. Putri, Surabaya. Proses akreditasi ini senantiasa membawa semangat pembinaan agar pelayanan TRB di seluruh Indo-nesia dapat sesuai standar yang telah ditetapkan PERFITRI dan kemenkes RI sehingga dapat men-ingkatkan kualitas pelayanan TRB Indonesia.

Jakarta Infertility Update 2011 Simposium dan Workshop 6-8 Desember 2011 Hotel Borobudur, Jakarta www.jakinu2011.com

American Society for Reproductive Medicine 67th Annual Meeting

October 15-19, 2011, Orange County, Convention Center, Orlando, Florida

http://www.asrm.org/annualmeeting.aspx

14th World Congress on Controversies in Obstetrics, Gynecology & Infertility (COGI)

November 17-20, 2011 Paris, France

http://www.congressmed.com/cogi/

14th World Congress on Human Reproduction Melbourne, Australia

30 November – 3 December 2011

http://www.humanreproduction2011.com/ IAIVF Congress

The 1st Indonesian Association for In Vitro Fertilization Congress

13-15 February 2012 Gran Melia Hotel, Jakarta www.iaivfcongress2012.com

The 11th World Congress on Endometriosis Montpellier, France

4 - 7 September 2011. http://www.wce2011.com

16th World Congress on In Vitro Fertilization Tokyo, Japan

September 10-13, 2011. http://isivf2011.org/

(20)

Gambar

Gambar 3. Indikasi FIV berdasarkan jenis kasus
Gambar 9. Jumlah kehamilan ganda berdasarkan  umurGambar 8. Jenis kehamilan yang terjadi
Tabel 1. Karakteristik dan data laboratorium
Tabel 2. hasil
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa p akan terbaik untuk budidaya kepiting bakau dengan sistem batery adalah pakan pelet.Sedangkan Perbedaan pakan (Segar, Pelet) berupa ikan

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) Penilaian konsumen terhadap experiential marketing pada BreadTalk dinilai baik karena berada pada kategori baik

Pada pengujian kirim informasi pengiriman produk ini dilakukan berdasarkan kelengkapan data informasi pengiriman produk yang dimasukan oleh pengguna sistem dalam hal ini

Pendatang yang potensial ini akan mempengaruhi persaingan dalam industri karena pendatang baru ini berkeinginan untuk merebut pangsa pasar, ancaman masuknya

“Percaya, tetapi juga harus hati-hati. Kalau belanja di online shop terkadang apa yang dibeli bahannya tidak sesuai dengan kenyataan. Tapi selama saya transaksi di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan media sosial di Indonesia, karakteristik media sosial, peranan media sosial dalam pemasaran online, peranan pendidikan

Ada hal yang menjadi fokus bahasan yaitu tentang perkembangan media sosial, peranan media sosial sebagai upaya pemasaran bisnis online, motivasi bisnis para ibu rumah tangga,

Pada awal pembelajaran guru mengenalkan konteks angkot kepada siswa, guru juga menanyakan kepada siswa “Siapa diantara kalian yang pernah naik angkot?” tujuan