• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN

PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM

Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886

e-mail: dinirizka2906@gmail.com

ABSTRAK

Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia, khususnya daerah perkotaan mendorong berkembangnya sarana pendukung telekomunikasi. Salah satu diantaranya adalah menara telekomunikasi yang biasa disebut Base Transceiver Station (BTS). Kota Mataram merupakan salah satu kota yang belum memiliki peraturan daerah mengenai peletakan bangunan BTS. Sehingga, beberapa BTS yang ada di Kota Mataram berada lokasi yang seharusnya tidak diperbolehkan. Hal tersebut diperparah karena belum adanya kesamaan persepsi serta kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk pendirian BTS di Kota Mataram. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan kajian tentang Potensi Lokasi Base Transceiver Station (BTS) berdasarkan pemerintah dan mayarakat di Kota Mataram. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) berdasarkan persepsi dari perwakilan informan pemerintah dan masyarakat. Penelitian ini menggunakan empat belas variabel penentuan lokasi BTS yaitu Variabel Guna Lahan (Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jaringan Jalan, Perdagangan dan Jasa, Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan, dan Perkantoran), Topografi (Kelerengan Lahan), Jumlah Penduduk (Kepadatan Penduduk), Estetika Lingkungan (Menara Bersama dan Lokasi BTS Eksisiting), dan Keselamatan (Ketinggian Menara, Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar Budaya, dan Kepadatan Bangunan). Setelah melalui AHP kemudian akan diperoleh beberapa variabel khusus yang kemudian dilakukan Analisis Tumpang Susun (Overlay) menggunakan GIS dari masing-masing hasil AHP berdasarkan persepsi dari perwakilan informan pemerintah dan masyarakat secara terpisah dan terakhir menggabungkan kedua hasil overlay dari kedua persepsi tersebut sehingga menghasilkan lokasi-lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Kata Kunci : Base Transceiver Station (BTS), Pemerintah, Masyarakat, Lokasi

ABSTRACT

Base Transceiver Station (BTS) is one of telecommunication facilities which had built for supporting communication technology development. However, the placement of Base Transceiver Station (BTS) often located at inappropriate location so it needs more specific regulation for placement BTS. Mataram city is one of the cities that doesn’t have local regulations regarding the placement of BTS which caused some BTS located at inappropriate place. Based on those conditions, it needs to match the perception from both the government and the society for determining the appropriate location for BTS in Mataram city. The method used in this study is the Analytic Hierarchy Process (HAP) which used government and society representatives as informants. This study uses 14 variables determining the location of BTS that are Land Use Variables (Green Open Space, The Road Network, Commerce and Service, Education, Worship, Health, and Office), Topology (Land Slope), The Population (Population Density), Environmental Aesthetics (Joint Tower and The location of BTS Eksisiting), Safety (The Height of The Tower, The Safety of Flight Operations and cultural heritage, and Density of Buildings). The result of AHP method is priority variables from both of government and society perceptions that would be represent in spatial using overlay method (GIS approach). Then, the result of overlay method which combined perceptions of government and society informants was potential locations for placement of BTS in Mataram city.

Keywords: Base Transceiver Station (BTS), Government, Society, Location.

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia semakin meluas disertai dengan bertambahnya jumlah penduduk dan bertambahnya permintaan masyarakat sebagai pengguna telekomunikasi, sehingga mendorong

untuk berkembangnya sarana pendukung telekomunikasi yang salah satu diantaranya adalah menara telekomunikasi yang biasa disebut Base Transceiver Station (BTS).

Base Transceiver Station (BTS) adalah salah satu bagian dari sistem telekomunikasi bergerak yang bisa mempermudah para pemakai

(2)

ponsel untuk tetap bisa begerak berpindah-pindah tempat tanpa terjadi pemutusan hubungan. Secara garis besar dalam sebuah sistem selular (cellular system) kedudukan sebagai penghubung antara mobile station (ponsel) dengan MSC.

Peletakan Base Transceiver Station (BTS) yang berada langsung di sekitar permukiman masyarakat dengan radius keamanan, menim-bulkan wacana terganggunya kenyamanan dan kekhawatiran bagi masyarakat setempat, selain itu peletakan BTS juga tidak memperhatikan penataan ruang dan estetika lingkungan disekitarnya.

Peraturan Menkominfo

No.2/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi, berdasarkan penompang dasarnya, menara telekomunikasi dibedakan menjadi Menara yang peletakannya diatas tanah (Greenfield) dan Menara yang peletakkannya di atas/menempel gedung atau bangunan (rooftop).

Kota Mataram merupakan salah satu kota yang belum memiliki peraturan daerah mengenai peletakan bangunan BTS, sehingga beberapa BTS yang ada di Kota Mataram juga berada di beberapa lokasi yang seharusnya tidak diperbolehkan untuk didirikan BTS di tempat tersebut, selain itu juga belum adanya pemikiran yang sama atau kesamaan persepsi serta kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat dalam kesepakatan untuk lokasi-lokasi yang sesuai atau tidak sesuai untuk pendirian BTS di Kota Mataram.

Peletakan BTS di Kota Mataram harus disesuaikan dengan faktor-faktor penentu yang sesuai untuk peletakan BTS, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui faktor khusus dalam penentuan lokasi yang berpotensi untuk peletakan BTS. Penelitian ini diawali dengan mengetahui terlebih dahulu semua faktor peletakan bangunan BTS, setelah memperoleh beberapa faktor atau variabel yang akan digunakan kemudian mengambil beberapa perwakilan dari pemerintah dan masyarakat untuk memberikan persepsi terhadap beberapa factor yang telah disajikan agar dapat mengetahui faktor yang lebih berpengaruh dari beberapa faktor yang ada dalam hal penentuan lokasi untuk peletakan suatu BTS di Kota Mataram.

Penggunaan pemerintah dan masyarakat dalam penelitian ini sebagai informan dikarenakan sering terjadinya ketidaksamaan antara keinginan dari pihak pemerintah dan masyarakat dalam hal penentuan peletakan lokasi BTS. Sehingga dilakukan suatu penelitian yang berjudul “Potensi Lokasi Base Transceiver

Station (BTS) berdasarkan pemerintah dan mayarakat di Kota Mataram”, yang nantinya dari penelitian ini dapat diketahui variabel apa saja yang lebih utama dari masing-masing pihak pemerintah dan masyarakat yang lebih utama dalam penentuan lokasi BTS yang kemudian akan dilakukan beberapa análisis sehingga diperoleh lokasi-lokasi yang dapat dijadikan sebagai tempat peletakan BTS di Kota Mataram.

Penentuan peletakan bangunan BTS diperlukan untuk terciptanya estetika lingkungan yang selaras dengan lingkungan. Penentuan peletakan bangunan BTS tidak hanya dapat ditentukan dengan variabel teknis saja, tetapi bias dari persepsi pemerintah dan masyarakat.

METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui variabel-variabel yang menentukan lokasi potensial untuk peletakan BTS sehingga bisa mengetahui lokasi-lokasi yang potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: Analisis Deskriptif Karakteristik Fisik dan Persebaran BTS Berdasarkan Variabel Penentuan Lokasi BTS di Kota Mataram

Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil survey primer yang mencakup persebaran BTS berdasarkan variabel-variabel penentuan lokasi peletakan BTS serta karakteristik fisik yang ada di Kota Mataram. Analisis ini dilakukan untuk memperjelas data yang diperoleh dari hasil survey primer tersebut dan bisa digunakan untuk analisis selanjutnya.

Analisis Evaluatif dengan Analytic Hierarchy

Process (AHP) untuk Mengetahui Variable

Terpilih yang Mempengaruhi Lokasi Peletakan BTS di Kota Mataram

Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem (Saaty,1994). Metode ini dilakukan dengan kuisioner ke pemerintah dan masyarakat yang memahami tentang variable peletakan BTS. Variabel-variabel yang digunakan dalam metode AHP yaitu Variabel Guna Lahan (Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jaringan Jalan, Perdagangan dan Jasa, Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan, dan Perkantoran), Topografi (Kelerengan Lahan), Jumlah Penduduk (Kepadatan Penduduk), Estetika Lingkungan (Menara Bersama dan Lokasi BTS Eksisiting), dan Keselamatan (Ketinggian Menara, Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar

(3)

Budaya, dan Kepadatan Bangunan). Dari emmpat belas variabel tersebut akan diperoleh peringkat tertinggi yang kemudian akan diambil lima variabel dengan nilai tertinggi untuk digunakan pada analisis selanjutnya.

Analisis Evaluatif dengan Overlay dengan Bantuan Peta Pada Sistem Informasi Geografi (SIG)

Pada analisis ini digunakan variabel-variabel pada analisis sebelumnya yaitu analisis AHP. Analisis Tumpang Susun (Overlay) (Purwadhi,2008) ini dilakukan terlebih dahulu untuk masing-masing variabel yaitu dari perwakilan informan pemerintah dan dari perwakilan informan masyarakat. Setelah masing-masing memperoleh lokasi potensial masing-masing dari hasil persepsi tersebut kemudian dilakukan overlay gabungan dari kedua persepsi informan pemerintah dan informan masyarakat yang kemudian akan menghasilkan tujuan akhir dari penelitian ini yaitu lokasi potensial peletakan BTS berdasarkan persepsi pemerintah dan masyarakat Kota Mataram. Lokasi potensial yang dihasilkan untuk penggabungan kedua persepsi ini merupakan lokasi hanya untuk menara Green Field saja atau menara yang langsung berada di atas tanah, karena untuk penelitian ini memiliki batas penelitian hanya untuk menara Green Field tanpa membahas peraturan lokasi untuk menara Rooftop atau menara yang berada di atas gedung.

HASIL DAN PEMBAHASAN Wilayah Studi

Lokasi penelitian yang diambil dalam studi ini berada di 6 kecamatan di Kota Mataram. Yaitu Kecamatan Ampenan, Kecamatan Cakranegara, Kecamatan Mataram, Kecamatan Sandubaya, Kecamatan Sekarbela dan Kecamatan Selaparang. Luas wilayah keseluruhan sebesar 6.130 Ha atau 61,30 Km².

Gambar 1. Peta administrasi Kota Mataram

Analisis Deskriptif Karakteristik Fisik dan Persebaran BTS Berdasarkan Empat Belas Variabel Penentuan Peletakan Base Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram

Jumlah Base Transceiver Station (BTS) ekisting yang ada di Kota Mataram adalah 87 BTS dengan persebarannya berada di setiap Kecamatan berbeda-beda yaitu di Kecamatan Selaparang sebanyak 15 BTS, Kecamatan Sandu-baya sebanyak 14 BTS , Kecamatan Mataram sebanyak 12 BTS , Kecamatan Sekarbela se-banyak 11 BTS, Kecamatan Ampenan sese-banyak 19 BTS, dan Kecamatan Cakranegara sebanyak 16 BTS. Dari persebaran BTS yang ada di Kota Mataram terlihat persebaran terbanyak berada di Kecamatan Ampenan yaitu 19 BTS, Dari jumlah BTS di Kota Mataram yaitu 87 BTS, 45 BTS berada di area permukiman masyarakat. Selain itu, 40 BTS merupakan BTS triangular tower dan 47 merupakan BTS rectangular tower.

BTS yang peletakannya diatas tanah (Green Field) sejumlah 6 buah, sedangkan BTS yang peletakannya di atas/menempel di gedung atau bangunan (Rooftop) sejumlah 1 buah berada di Kecamatan Sandubaya.

Gambar 2. Persebaran BTS berdasarkan penopang dasarnya di Kota Mataram Persebaran BTS eksisting berdasarkan variabel penetuan lokasi potensial BTS di Kota Mataram yaitu, untuk variabel RTH, 11 BTS berada di kawasan pertanian dan 5 BTS berada di area vegetasi; Variabel Jaringan Jalan, Jalan Arteri Primer sebanyak 6 BTS, di Jalan Kolektor sebanyak 23 BTS, Jalan Lokal dan Lingkungan sebanyak 37 BTS; Variabel Perdagangan dan Jasa, 4 BTS yang berada disekitar area Perdagangan dan Jasa; variabel Pendidikan, 4 BTS berada disekitar area pendidikan; variabel Peribadatan, 1 BTS berada disekitar area peribadatan; variabel Kesehatan, 2 BTS eksisting berada disekitar area kesehatan; 6 BTS berada disekitar area perkantoran; variabel Kelerengan

(4)

Lahan, di kelerengan 0-8% sebanyak 64 BTS, sedangkan 22 BTS berada pada ketinggian 9-15% dan hanya 1 BTS saja yang berada pada kelerengan 16-25%; variabel Jumlah Penduduk, berkepadatan sedang sebanyak 30 BTS, kepa-datan penduduk rendah sebanyak 25 BTS dan kepadatan penduduk sangat rendah sebanyak 32 BTS; variabel Menara Bersama, 11 BTS yang digunakan sebagai menara Bersama; variabel Ketinggian Menara BTS dengan ketinggian ≤40m sebanyak 52 BTS , BTS dengan ketinggian >40-50 m sebanyak 22 BTS, dan BTS dengan ketinggian >50 m sebanyak 13 BTS; variabel KKOP, 3 BTS eksistingnya berada pada area Bandar Udara Selaparang; dan untuk variabel Kepadatan Bangunan berkepadatan sedang sebanyak 4 BTS, berkepadatan rendah terdapat 41 BTS dan pada kepadatan sangat rendah terdapat 42 BTS.

Gambar 3. Persebaran BTS berdasarkan penggunaan sebagai menara bersama di Kota

Mataram

Analisis Evaluatif Variabel Peletakan Base

Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram

Pada tahap pertama menggunakan metode AHP ini dilakukan dengan pengisian kuisioner AHP oleh informan. Informan tersebut dibagi menjadi dua yaitu informan dari perwakilan Pemerintah dan Perwakilan Masyarakat di Kota Mataram yang telah ditentukan sebelumnya. Perwakilan dari pemerintah Kota Mataram antara lain ahli Bappeda Kota Mataram (Bpk. H. Amir Wisuda,ST.,MT.), Dinas Tata Kota Mataram bagian Perizinan (Bpk. L. Agus Supriyandi,ST.,MT.), Dinas Perhubungan Kota Mataram (Bpk. Sumarno,ST), Balai Monitoring Frekuensi Radio dan Menara (BALMON) Kota Mataram (Bpk. Kasno,ST.), dan Operator Jaringan Telekomunikasi Seluler (Bpk. Agung Tri Wibowo).

Perwakilan dari informan Masyarakat yaitu Ir. Rini Serilina Saptaningtyas (Dosen Arsitek Universitas Mataram), Tety Handayani,ST.,MA. (Dosen Arsitek Universitas Mataram), Suthami Ariessaputra, ST., M.Eng. (Dosen Elektro Universitas Mataram), Paniran,ST.,MT. (Dosen Elektro Universitas Mataram), Irfan Akbar,ST.,M.Eng (Dosen Sipil Universitas Mataram), Ardi Firmanto Nugroho (Vendor BTS), Rana Yulistia (Mahasiswa Jurusan Elektro Universitas Mataram),dan Mizar Febrian (Mahasiswa Jurusan Elektro Universitas Mataram).

Tabel 1. Priority Vector, Eigen Value &

Consistency Index hasil gabungan pendapat

perwakilan Pemerintah terhadap variabel penentu lokasi peletakan Base Tranceiver

Station (BTS) di kota Mataram

Variabel Total Normalisasi Gabungan Pendapat Priority Vector (VP) Rating Prioritas RTH 0.86 0.06169 VI Jaringan Jalan 0.83 0.05930 IX Perdagangan dan Jasa 0.93 0.06224 IV Pendidikan 0.87 0.06179 V Peribadatan 0.83 0.05947 VIII Kesehatan 0.88 0.05863 X Perkantoran 0.81 0.05821 XII Kelerengan Lahan 0.67 0.04441 XIV Kepadatan

Penduduk

1.97 0.14037 I Menara Bersama 0.74 0.04938 XIII Lokasi BTS Eksisting 0.82 0.05862 XI Ketinggian Menara 0.85 0.06100 VII Kawasan Keselamatan Operasional III Penerbangan dan Cagar Budaya 1.32 0.08796 Kepadatan Bangunan 1.61 0.11533 II

Hasil dari analisis AHP untuk persepsi dari informan pemerintah ini diambil 2 variabel yang menjadi urutan paling penting atau paling tinggi berdasarkan Priority Vector yang merupakan urutan perioritas dari gabungan pendapat informan pemerintah, pengambilan 2 variabel ini dilakukan dengan mengambil variabel yang memiliki nilai prioritas tinggi ≥0,1. Berdasarkan urutan yang telah dihasilkan maka untuk analisis selanjutnya digunakan 2 variabel menurut persepsi dari informan perwakilan pemerintah yaitu variabel Kepadatan Penduduk dan variabel Kepadatan Bangunan.

(5)

Tabel 2. Priority Vector, Eigen Value &

Consistency Index Hasil Gabungan Pendapat

Perwakilan Masyarakat terhadap Variabel Penentu Lokasi Peletakan Base Tranceiver

Station (BTS) di Kota Mataram

Variabel Total Normalisasi Gabungan Pendapat Priority Vector (VP) Rating Prioritas RTH 0.75 0.05329 X Jaringan Jalan 0.66 0.04711 XI Perdagangan dan Jasa 1.41 0.10040 IV Pendidikan 0.63 0.04523 XIII Peribadatan 0.63 0.04530 XII Kesehatan 1.27 0.09053 V Perkantoran 0.62 0.04413 XIV Kelerengan Lahan 1.16 0.08303 VI Kepadatan Penduduk 1.78 0.12716 II Menara Bersama 0.90 0.06418 VIII Lokasi BTS Eksisting 0.90 0.06419 VII Ketinggian Menara 0.88 0.06273 IX Kawasan 1.70 0.12161 III Keselamatan Operasional Penerbangan dan Cagar Budaya Kepadatan Bangunan 2.58 0.18434 I Hasil dari analisis AHP ini diambil 4 variabel yang menjadi urutan paling penting atau paling tinggi berdasarkan Priority Vector yang merupakan urutan perioritas dari gabungan pendapat informan masyarakat, pengambilan 4 variabel ini dilakukan dengan mengambil variabel yang memiliki nilai prioritas tinggi ≥0,1. Berdasarkan urutan yang telah dihasilkan maka untuk analisis selanjutnya menggunakan 4 variabel berdasarkan persepsi informan dari masyarakat yaitu variabel Kepadatan Bangunan, variabel Jumlah Penduduk, variabel Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar Budaya, dan variabel Perdagangan dan Jasa.

Analisis Lokasi Potensial Peletakan Base Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram

Pada tahap ini dilakukan dengan menggunakan analisis overlay dengan GIS. Overlay dilakukan dengan menggunakan input data dari hasil analisis AHP yaitu menggunakan variabel-variabel khusus berdasarkan informan perwakilan dari pemerintah dan masyarakat. Adapun kriteria potensial dan tidak potensial dalam peletakan BTS di Kota Mataram dapat dilihat pada tabel 3.

Proses overlay yang dilakukan untuk tahap analisis kedua ini, langkah pertama yaitu overlay dengan menggabungkan 2 variabel hasil AHP dari Informan Pemerintah yaitu variabel

Kepadatan Penduduk dan variabel Kepadatan Bangunan (Gambar 4). Overlay dari hasil AHP persepsi informan masyarakat yang juga menggunakan 4 variabel yaitu variabel Kepadatan Bangunan, variabel Kepadatan Penduduk, variabel Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP), dan variabel Perdagangan dan Jasa (Gambar 5).

Berdasarkan hasil overlay yang telah dilakukan sebelumnya yaitu overlay dari hasil persepsi informan dari pemerintah dan overlay persepsi informan dari masyarakat yang memper-oleh masing-masing lokasi potensial berdasarkan variabelnya, setelah itu dilakukan overlay gabungan dari kedua hasil overlay tersebut sehingga memperoleh lokasi yang potensial untuk peletakan BTS berdasarkan kedua persepsi tersebut yang digunakan sebagai lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Berdasarkan hasil overlay gabungan dari variabel Informan Pemerintah dan Masyarakat menghasilkan lokasi-lokasi Potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram (Gambar 6).

Gambar 4. Peta Overlay lima variabel berdasarkan persepsi informan dari Pemerintah di

kota Mataram

Gambar 5. Peta Overlay Lima Variabel Berdasarkan Persepsi Informan dari Masyarakat

(6)

Lokasi yang memiliki area paling luas untuk potensial peletakan BTS adalah di Kecamatan Cakranegara yaitu seluas 421,4 Ha atau 21% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri dari 70% Kawasan pertanian, dan 30% permukiman, lokasi potensial yang berada di Kecamatan Cakranegara tersebar di Kelurahan Sayang-sayang, Kelurahan Cilinaya, Kelurahan Sapta Marga, Kelurahan Cakranegara Selatan, Kelurahan Cakranegara Selatan Baru.

Lokasi potensial terendah berada di Kecamatan Ampenan yaitu seluas 104,7 Ha atau

10% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri dari 70% permukiman dan 30% kawasan pertanian, lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan Pejeruk dan Kelurahan Kebon Sari. Keseluruhan lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram sebagian besar merupakan wilayah permukiman dan kawasan pertanian yang ada di masing-masing berada di setiap Kecamatan di Kota Mataram.

Tabel 3. Kriteria potensial dan tidak potensial untuk lokasi peletakan Base Transceiver Station (BTS) di kota Mataram No Variabel Kriteria 1 Ruang Terbuka Hijau (RTH) I : II :

Tidak Potensial, jika berada pada Lapangan Olahraga dan vegetasi esuai dengan Juknis Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi, 2011.

Potensial, jika berada pada Lahan Kosong, Pemakaman Umum dan Kawasan Pertanian sesuai dengan Juknis Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi, 2011.

2 Jaringan Jalan

I : II :

Tidak Potensial, jika berada pada badan jalan dan ruwas jalan utama yaitu jalan arteri dan jalan kolektor. Potensial, jika berada diluar badan jalan dan diluar ruwas jalan utama yaitu jalan arteri dan jalan kolektor, dengan jarak dari sisi tepi badan jalan dengan ruwas disesuaikan dengan jenis jaringan jalan, dan jika berada pada jalan lokal dan jalan lingkungan

3 Perdagangan dan Jasa

I : II :

Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada bangunan perdagangan dan jasa.

Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan perdagangan dan jasa (Komalawati,2009). 4 Pendidikan I :

II :

Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada bangunan Pendidikan. Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Pendidikan. 5 Peribadatan I :

II :

Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Peribadatan. Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Peribadatan. 6 Kesehatan I :

II :

Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Kesehatan. Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Kesehatan. 7 Perkantoran I :

II :

Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Perkantoran. Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Perkantoran. 8 Kelerengan

Lahan

I : II :

Tidak Potensial, jika kelerengan lahan 8-25% di kelurahan tertentu Potensial, jika kelerengan lahan 0-8 % di kelurahan tertentu. 9 Kepadatan

Penduduk I : II :

Tidak Potensial, jika BTS berada di kepadatan penduduk rendah dan sangat rendah di kelurahan tertentu. Potensial, jika BTS berada di kepadatan penduduk sedang dan tinggi di kelurahan tertentu.

10 Menara Bersama

I : II :

Tidak Potensial, jika suatu BTS berada pada ketinggian ≤ 40 m, maka tidak berpotensi sebagai lokasi penambahan operator pada BTS tersebut.

Potensial, jika kondisi pada eksisting BTS berada pada ketinggian >40-50 m tetapi hanya terdapat satu operator saja pada BTS tersebut, maka berpotensi sebagai lokasi penambahan operator pada BTS tersebut. Selain itu, apabila ketinggian suatu BTS >50m, maka berpotensi untuk penambahan operator pada BTS tersebut.

11 Lokasi BTS Eksisting

I : II :

Tidak Potensial, jika jarak antara BTS eksisting dengan lokasi peletakan BTS baru adalah <500 m. Potensial, jika jarak antara BTS eksisting dengan lokasi peletakan BTS baru adalah ≥500 m. 12 Ketinggian

Menara I :

II :

Tidak Potensial, jika jarak BTS eksisting dengan BTS baru tidak sesuai dengan ketinggiannya yang juga merupakan area/lingkup perizinan yang diperbolehkan untuk mendirikan BTS (jika tinggi BTS 30 m, 50 m, atau 72 m dst., maka area buffer juga < 30m, < 50m, atau < 72 m dst. Sesuai dengan ketinggian menara eksisting. Potensial, jika jarak BTS eksisting dengan BTS baru sesuai dengan ketinggiannya yang juga merupakan area/lingkup perizinan yang diperbolehkan untuk mendirikan BTS (jika tinggi BTS 30 m, 50 m, atau 72 m dst.,maka area buffer juga ≥ 30m, ≥ 50m, atau ≥72m dst. sesuai dengan ketinggian menara eksisting.

13 Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan dan Cagar Budaya I : II :

Tidak Potensial, jika berada pada Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) serta di sekitar kawasan bandara dengan jarak 1.100 meter, berada di kawasan bahaya kecelakaan dan kawasan lepas landas, serta jika berada di kawasan cagar budaya.

Potensial, jika berada diluar Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dengan jarak 1.100 meter, berada diluar kawasan bahaya kecelakaan dan kawasan lepas landas, serta jika berada diluar kawasan cagar budaya.

14 Kepadatan Bangunan

I : II :

Tidak Potensial, jika kepadatan bangunansedang dan tinggi di kelurahan tertentu. Potensial, jika kepadatan bangunan sangat rendah dan rendah di kelurahan tertentu.

(7)

Gambar 6. Peta Overlay berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di kota Mataram

Gambar 7. Peta Overlay kecamatan Ampenan berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di kota Mataram

Gambar 8. Peta Overlay kecamatan Sekarbela berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di kota Mataram

Gambar 9. Peta Overlay kecamatan Mataram berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di kota Mataram

Gambar 10. Peta Overlay kecamatan Selaparang berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan masyarakat di Kota Mataram

(8)

Gambar 11. Peta Overlay kecamatan Cakranegara berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di

kota Mataram

Gambar 12. Peta Overlay kecamatan Sandubaya berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di kota Mataram Tabel 4. Luas lokasi potensial peletakan Base

Transceiver Station (BTS) di setiap kecamatan

kota Mataram

No Kecamatan Luas Lokasi Potensial (Ha) 1 Ampenan 104,7 2 Sekarbela 267,9 3 Mataram 168,1 4 Selaparang 124,8 5 Cakranegara 421,4 6 Sandubaya 164,2 Jumlah 1.251,1

Gambar 13. Persentase Luas Lokasi Potensial Peletakan BTS di setiapKecamatan Kota

Mataram

Kota Mataram secara keseluruhan memiliki luas 6.130 Ha, dari total luas Kota Mataram tersebut 1.251,1 Ha adalah lokasi po-tensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram. SIMPULAN

Variabel untuk penentuan lokasi potensial peletakan BTS di Kota Mataram menggunakan empat belas variabel yang kemudian dianalisis terlebih dahulu menggunakan Analytical Hierarchy Proces (AHP) untuk memperoleh variabel khusus yang akan digunakan untuk analisis overlay penentuan lokasi potensial peletakan BTS. Variabel berdasarkan hasil Analytical Hierarchy Proces (AHP) dari masing-masing pemerintah dan masyarakat adalah untuk perwakilan informan pemerintah menggunakan variabel Kepadatan Penduduk dan variabel Kepadatan Bangunan. Sedangkan untuk perwakilan informan masyarakat menggunakan variabel Kepadatan Bangunan, variabel Kepadatan Penduduk, variabel Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP), dan variabel Perdagangan dan Jasa.

Lokasi potensial peletakan bangunan Base Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram berdasarkan hasil overlay gabungan dari variabel Informan Pemerintah dan Masyarakat menghasilkan lokasi-lokasi Potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram sebagai berikut:

 Kecamatan Ampenan seluas 104,7 Ha.

 Kecamatan Sekarbela seluas 267,9 Ha.

 Kecamatan Mataram seluas 168,1 Ha.

 Kecamatan Selaparang seluas 124,8 Ha.

 Kecamatan Cakranegara seluas 421,4 Ha.

 Kecamatan Sandubaya seluas 164,2 Ha. Kota Mataram secara keseluruhan memiliki luas 6.130 Ha, dari total luas Kota Mataram tersebut 1.251,1 Ha adalah lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Lokasi yang memiliki area paling luas untuk potensial peletakan BTS adalah di Kecamatan Cakranegara yaitu seluas 421,4 Ha atau 21% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri dari 70% Kawasan pertanian, dan 30% permukiman, lokasi potensial yang berada di Kecamatan Cakranegara tersebar di Kelurahan Sayang-sayang, Kelurahan Cilinaya, Kelurahan Sapta Marga, Kelurahan Cakranegara Selatan, Kelurahan Cakranegara Selatan Baru. Lokasi potensial terendah berada di Kecamatan Ampenan yaitu seluas 104,7 Ha atau 10% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri dari 70% permukiman dan 30% kawasan pertanian, lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan

(9)

Pejeruk dan Kelurahan Kebon Sari. Keseluruhan lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram sebagian besar merupakan wilayah permukiman dan kawasan pertanian yang ada di masing-masing berada di setiap Kecamatan di Kota Mataram.

Saran

Guna menyempurnakan penelitian ini terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan, antara lain:

1. Pemerintah dapat menjadikan sedikit acuan kepada pemerintah Kota Mataram dalam peletakan BTS di setiap kecamatan di Kota Mataram dan bisa di jadikan refrensi dalam pembuatan peraturan BTS tentang penetapan dan pengendaliannya di Kota Mataram yang sampai saat ini masih belum memiliki peraturan yang jelas dalam penentuan lokasi untuk BTS.

2. Masyarakat di Kota Mataram ikut membantu dan berpartisipasi untuk member masukan dan membantu pemerintah dalam perizinan untuk lokasi yang sesuai atau tidak dalam peletakan BTS yang sesuai agar masyarakat juga bisa tetap merasa aman dan tidak terganggu dengan lokasi peletakan BTS tersebut.

3. Penelitian ini hanya membahas mengenai lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram berdasarkan persepsi dari perwakilan informan pemerintah dan masyarakat. Penelitian ini masih belum mengacu pada peraturan pemerintah Kota Mataram mengenai BTS yang dikarenakan belum tersusunya peraturan pemerintah tersebut. Penelitian ini hanya membahas

lokasi yang tidak memperhatikan aturan mengenai peletakan BTS Rooftop, hanya khusus untuk BTS Green Field. Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk perlunya dilakukan penelitian lanjutan yang memperhatikan peraturan pemerintah jika telah dibuat nantinya serta melakukan penelitian yang lebih mendetail mengenai lokasi yang spesifik untuk peletakannya sebagai menara Rooftop dan Green Field serta jumlah BTS yang boleh diletakkan pada lokasi yang telah diperoleh agar untuk pendirian BTS memiliki batasan jumlah yang diperbolehkan sesuai variabel-variabel dalam penentuan peletakan BTS. Selain itu, untuk penelitian selanjutkan harus disertakan dengan data jenis-jenis RTH untuk sekala RT atau RW untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA

Komalawati, Ayu . 2009. Pengendalian Dan Penataan Bangunan BTS di Kota Malang. Skripsi. Malang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya. Tidak Diterbitkan

Purwadhi, hardiyanti Prof.dr.f.sri, dkk. 2008. Pengantar Interpretasi Citra Pengindraan Jauh. Semarang: Lembaga penerbangan dan antariksa nasional dan universitas negeri semarang.

Saaty, Thomas. 1994. Pengembangan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo

(10)

Gambar

Gambar 2. Persebaran BTS berdasarkan  penopang dasarnya di Kota Mataram
Gambar 3. Persebaran BTS berdasarkan  penggunaan sebagai menara bersama di Kota
Tabel  2.  Priority  Vector,  Eigen  Value  &amp;
Gambar 7. Peta Overlay kecamatan Ampenan  berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan  persepsi informan Masyarakat di kota Mataram
+2

Referensi

Dokumen terkait

Rata-Rata Jumlah Daun Kakao Terhadap Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi POC Urin Kelinci Pada Umur 4 Minggu Setelah Tanam (cm)… 55. Tabel

Perangkat yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu RPP, buku petunjuk guru, buku siswa, lembar aktivitas siswa (LAS) serta tes kemampuan pemecahan masalah dan

Resep individu adalah resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem ini biasanya digunakan oleh rumah sakit kecil dan atau rumah sakit pribadi, karena memudahkan cara

Berdasarkan pengamatan awal di Puskesmas Kecamatan Kadupandak penulis menemukan beberapa kendala dalam pelaksanaan kebijakan program JAMKESMAS yaitu sosialisasi

(1) Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Koperasi UMKM dan Perdagangandipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada

Jumbo Power International masih secara manual sales marketing masih memberikan brosur atau preselis kepada customer sebagai media menawarkan produk kepada customer dan sering

Telah dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Duyung Kecamatan trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur dengan mitra kelompok petani budidaya jamur tiram. Tujuan dari

sistem pakar diagnosa penyulit kehamilan dapat memaksimalkan deteksi dini mengenai penyulit kehamilan berdasarkan usia kandungan ibu hamil atau trimester kehamilan