HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING
TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM
PERMAINAN BULUTANGKIS
( Studi Eksperimen Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung )
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Olahraga
oleh
Hadi Haerul Umam
0900297
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
PEER TEACHING
TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAIAN
BULUTANGKIS
(
Studi eksperimen di Sekolah Menengah Atas Negeri 4
Bandung)
Oleh Hadi Haerul Umam
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Hadi Haerul Umam 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
HADI HAERUL UMAM
0900297
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS
( Studi Eksperimen Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung )
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I
Yusuf Hidayat, M.Si
NIP. 196808301999031001
Pembimbing II
Alit Rahmat, M.Pd
NIP. 197208262005011007
Mengetahui :
Ketua Program Studi
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dr. Bambang Abduljabar M.Pd
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PegaruhModel Pembelajaran Peer teaching Terhadap Hasil Belajar Dalam Permainan Bulutangkis
(studi eksperimen siswa Kelas Xl SMA Negeri 4 Bandung).
Pembimbing I :YusufHidayat, M.SI,
Pembimbing II :AlitRahmatM.Pd.
Hadi Haaerul Umam 0900297
model pembelajaran yang membuat siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang membuat siswa turut berperan aktif, yaitu dengan model pembelajaran peer teaching. Tujuanpenelitian iniuntuk menguji pengaruh modelpeer teaching terhadap hasilbelajardalam aktifitas permainan bulutangkis di SMA Negeri 4 Bandung. Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen, desain yang digunakan pada penelitian ini adalah pretest-postest control group design. Populasi siswa kelas Xl SMA Negeri 4 Bandung, sedangkan sampel penelitian ini yang secarapurposive sampling,yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 48 oranag untuk kelompok kontrol dan eksperimen. Hasil pengolahan data dan analisis data menunjukkan bahwa data pada kelompok eksperimen maupun kontrol berdistribusi normal. Pada uji kesamaann varians menggunakan uji F didapat hasil Fhitung 1,83 < Ftabel 2,01 untuk data Fhitung 1,20 < Ftabel 2,01 untuk data. Karena Fhitung < Ftabel, maka kedua kelas memiliki varians yang homogen baik. Lalu, Hasil uji perbedaan dua rata-rata data
posttest menggunakan uji t diperoleh thitung 3,27 > ttabel 1,68. nilai thitung> ttabel, maka dapat disimpulkan rata-rata skor kemampuan lob bertahan kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran peer teaching memberikan pengaruh terhadap hasil belajar bulutangkis di kelas Xl SMA 4 Bandung.
Kata Kunci : Lob Bertahan, Peer Teaching
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Influence of teaching Against Peer teaching Model Learning Outcomes In Games Badminton (experimental studies class XI student of SMAN 4 Bandung).
Advisor I : Yusuf Hidayat, M.SI
Advisor II : Alit Rahmat, M.Pd
HadiHaerulUmam
0900297
model of learning which make students actively participate in learning activities. Learning model that makes students take an active role, namely the peer teaching learning model. The purpose of this study was to examine the influence of peer teaching model of the learning outcomes in a game of badminton activity in SMAN 4 Bandung. The method used is the method of experimental research, the design used in this study was pretest-posttest control group design. Xl grade student population SMAN 4 Bandung, while the samples of this study is purposive sampling, men totaled 48 oranag for the control and experimental groups. The data processing and analysis of data shows that the data in the experimental group and the control normal distribution. At variance equality test using test results obtained Fhitung F 1,83<F table for data Fhitung 2.01 1.20 <Ftabel 2.01 to data. Because of F <F table, then both classes have a good homogeneous variance. Then, two different test results mean posttest of data using the t test obtained t 3.27> 1.68 ttabel. tcount>ttable, it can be concluded the average score lob ability to survive the experimental group was higher than the control group. It can be concluded that the learning model peer teaching influence on learning outcomes badminton in class XI SMA 4 Bandung.
Keywords: Lob Defense, Peer Teaching
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9
A. Kajian Pustaka ... 9
1. Pendidikan Jasmani ... 9
2. Belajar Dan Pembelajaran ... 10
3. Model pembelajaran...15
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Hasil Belajar ... 34
B. Kerangka Pemikiran ... 39
C. Hipotesis Penelitian ... 42
BAB III METODE PENELITIAN... 43
A. Desain Penelitian ... 43
B. Tujuan Penelitian... 46
C. Populasi Dan Sampel ... 46
D. Instrumen Penelitian ... 49
E. Metode Penelitian ... 52
F. Analisis Data ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 57
A. Hasil Penelitian ... 57
1. Uji Normalitas ... 58
2. Analisis Homogenitas Varian ... 59
3. Analilis Kesamaan Dua Rata-Rata...60
4. Analisis data postes...61
5. Analisis Perbedaan Dua Rata-rata ... 59
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 65
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 3.2 perbandingan mengajar guru dan mengajar teman sebaya ... 30
Tabel 3.3 Kerugian dari model peer teaching ... 31
Tabel 3.4 pretest – postest contol group design ... 44
Tabel 4.1 langkah-langkah penelitian ... 45
Tabel 4.2 pembagian kelompok ... 48
Tabel 4.3 hasil penghitungan rata-rata dan simpangan baku ... 57
Tabel 4.4 Uji Normalitas ... 58
Tabel 4.5 Pengujian Hasil Homogenitas...59
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Pre-test and Post-test Group Desain (Arikunto 2010, hlm.
124) ... 44
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Rencana Program Pembelajaran Model Pembelajaran Peer
Teaching ...
Lampiran II Data Hasil Pre-test & Post-tes...
Lampiran III Surat Keterangan Pembimbing ...
Lampiran IV Surat Izin Penelitian ...
Lampiran V Surat Keterangan Bukti Penelitian ...
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya adalah upaya sadar yang dilakukan oleh orang
yang sudah dewasa kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan.
Orang yang sudah dewasa disini maksudnya adalah seorang guru atau orang tua,
karena mereka telah berpengalaman dalam kehidupan di dunia ini sehingga bisa
memberi tahu mana yang harus dilakukan dan yang tidak harus dilakukan, mana
prilaku yang terpuji dan patut ditiru dan mana prilaku yang tercela. Namun pada
kenyataannya pada saat peneliti melakukan pengamatan di beberapa sekolah
masih banyak para pelajar yang melakukan prilaku tercela seperti tawuran antar
sekolah dan pemalakan di sekolah. Pendidikan di Indonesia tentunya tidak bisa
dikatakan gagal dalam memperbaiki moral orang-orang Indonesia itu sendiri,
karena pendidikan yang diberikan tidak hanya di sekolah saja tetapi pendidikan di
keluarga juga sangat berpengaruh terhadap perilaku anggota keluarganya.
Dalam arti sempit pendidikan bersifat terbatas baik dari segi waktu, materi
atau isi pembelajaran, ruang lingkup kegiatan maupun tujuan yang ingin dicapai.
Pendidikan hanyalah usaha sekolah dalam mengupayakan terjadinya proses
pembelajaran dalam kurun waktu yang ditentukan dan disesuaikan menurut
program kurikulum. Ruang lingkup dan pola pikir guru dan siswa hanya apa yang
terjadi di sekolah setelah sebelumnya direncanakan, jadi segala sesuatu yang
menyangkut pembelajaran hanyalah kegiatan interaksi antara guru dan siswa
dengan ditunjang oleh unsur-unsur yang lainnya seperti sarana dan prasarana yang
terdapat di sekolah. Sedangkan pengertian pendidikan secara luas adalah semua
pengalaman hidup yang bersifat merubah sikap seseorang kearah yang lebih baik
2
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pendidikan tentunya erat sekali hubungannya dengan belajar, karena belajar
merupakan salah satu proses dari pendidikan. Pada hakekatnya belajar merupakan
proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat
dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat
melalui pengalaman. Belajar juga dapat dikatakan sebagai proses transfer ilmu
baik itu dari guru, bahan bacaan, media elektronik, maupun dari pengalaman dan
merubah wawasan seseorang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Karena belajar
merupakan proses transfer ilmu yang bisa diperoleh dari mana saja, bukan berarti
peran guru tidak terlalu penting, tetapi seorang guru juga diharapkan bisa
memberikan budaya atau kebiasaan memperoleh informasi dari mana saja,
terutama membudayakan gemar membaca sehinga siswa tersebut apapun akan
dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang mata pelajaran di sekolahnya,
baik itu dari bahan bacaan maupun media elektronik.
Proses pembalajaran tidak hanya untuk menambah wawasan saja, tetapi
proses pembelajaran juga dapat merubah tingkah laku seseorang yang tentunya ke
arah yang lebih baik, Sutikno (2013, hlm.10) mengatakan bahwa:
Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk membangun kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Sejalan dengan itu sudah barang tentu bahwa seseorang yang akan
melakukan pembelajaran perlu dilakukannya pengulangan agar informasi yang
didapat bisa tersimpan dalam memori jangka panjang.
Proses belajar megajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar
mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep ilmu
kependidikan. Oleh karena itu perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi
dalam berbagai model. Joyce dan Weil mengemukakan 22 model mengajar yang
di kelompokan ke dalam 4 hal, yaitu : Proses informasi, perkembangan pribadi,
interaksi sosial dan modifikasi tingkah laku (Joyce & Weil, Models of Teaching,
3
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar
mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan
siswa, tetapi berupa interaksi edukatif, dalam hal ini bukan hanya penyampaian
pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri
siswa yang sedang belajar. Proses belajar mengajar memiliki makna dan
pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar semata. Dalam proses
belajar mengajar tersirat adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan
antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini
terjalin interaksi yang saling menunjang.
Sehubungan dengan hal tersebut, pembelajaran pendidikan jasmani harus
memiliki tujuan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yang mana
tujuan ini berguna serta berkontribusi yang sangat berharga bagi kelangsungan
dan kesejahteraan hidup manusia. Makna tujuan yang terkandung dalam
pendidikan jasmani bukan hanya mendidik secara fisik melainkan hampir semua
aspek dikembangkan antara lain aspek kognitif, aspek apektif serta aspek sosial.
Pendidikan jasmani juga merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik,
perkembangan psikis, keterampilan motorik, penghayatan nilai-nilai (sikap,
mental, emosional, sportivitas, spiritual dan sosial) serta pembiasaan pola hidup
sehat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis
yang seimbang.
Adanya pendidikan jasmani di sekolah juga diharapkan siswa dapat
membudayakan pola hidup sehat dan rutin melakukan aktivitas jasmani di luar
sekolah. Apa bila seorang siswa malas melakukan aktivitas jasmani maka bisa
dipastikan kebugaran jasmaninya rendah, dengan rendahnya kebugaran
jasmaninya, maka berbagai macam penyakit obesitas dan darah tinggi akan lebih
mudah datang. Sejalan dengan itu menurut Tarigan (2012, hlm. 15) menyebutkan
4
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak”. Maka dari itu penyakit-penyakit tersebut tidak lagi hanya menyerang orang tua atau orang dewasa saja,
tetapi juga bisa menyerang anak-anak dan remaja.
Pendidikan jasmani atau penjas merupakan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh siswa, baik itu SD, SMP, atau SMA karena mata pelajaran penjas
terdapat dalam kurikulum. Akantetapi masih banyak pembelajaran penjas di
sekolah yang kurang efektif yang salah satunya disebabkan oleh kurang tepatnya
seorang guru menerapkan model pembelajaran, dan mengakibatkan kurang
pahamnya siswa dalam melakukan pembelajaran.
Siedentop (dalam Subroto dkk., 2008, hlm.69) mengatakan “education
through and physical activities” yang artinya pendidikan melalui dan dari
aktivitas jasmani. Sejalan dengan itu pendidikan jasmani pada dasarnya
merupakan media untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum ke dalam
aktivitas fisik itu sendiri.
Dalam pembelajaran, seorang guru harus dapat menerapkan berbagai model
pembelajaran dengan tujuan agar proses belajar mengajar lebih terencana dan
menjadi bervariasi serta tidak membosankan. Dalam konteks pembelajaran, Joyce
dan Weil (Winataputra, 2001, hlm.115) mendefinisikan model sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.
Jadi model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu.
Model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
pendidikan jasmani menurut Metzler (2000: hlm.159) menjelaskan bahwa :
There are seven instruction models that have shown to be effective in teaching physical education : Direct Instruction Model, Personalized for Instruction Model, Cooperative Learning Model, The Sport Education Model, Peer Teaching Model, Inquiry Teaching Model and The Tactical Games Model.
Jadi menurut Metzler terdapat tujuh model pembelajaran dalam pendidikan
jasmani yaitu : (1) Model Pembelajaran Langsung (2) Model Pembelajaran
5
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Olahraga (5) Model Pembelajaran Kelompok (6) Model Pembelajaran Inkuiri (7)
Model Pembelajaran Taktis.
Peer teaching merupakan pembelajaran yang menyertakan teman sebaya
sebagai tutornya, seperti yang dikatakan oleh Juliantine (2011, hlm.147) “peer teaching adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyertakan
teman sebaya sebagai tutornya”. Teman sebaya di sini tentunya seorang siswa yang akan menjadi tutor yang memiliki kemampuan atau pengetahuan yang lebih
unggul dari teman-temannya. Keunggulan model pembelajaran ini adalah ketika
dalam satu kelas terdapat banyak siswa sehingga seorang guru merasa kesulitan
dalam memfasilitasi dan membimbing setiap siswanya. Dengan model
pembelajaran ini guru cukup memanggil beberapa siswa yang dianggap memiliki
kemampuan lebih dibandingkan teman-temannya, kemudian para tutor ini diberi
pengarahan tentang materi pembelajaran yang akan disampaikan. Setelah guru
dirasa cukup memberikan pengarahannya, maka selanjutnya para tutor
menyampaikan materi pembelajaran kepada teman-temannya yang sudah
dikelompokan sebelumnya.
Model pembelajaran ini pun tentunya memiliki kekurangan, yaitu dimana
para teman sebaya yang menjadi tutor tidak memiliki kompetensi sebagai
pengajar, atau dengan kata lain para tutor ini tidak memiliki ilmu tentang
bagaimana menyampaikan informasi yang benar kepada orang sehingga dapat
lebih mudah dimengerti.
Dari pemaparan di atas, penulis ingin menerapkan model pembelajaran peer
teaching terhadap hasil belajar siswa dalam permainan bulutangkis. Adapun
alasan mengapa model ini menjadi pilihan untuk dikaji oleh penulis, karena hasil
observasi masih kurangnya inovasi guru pendidikan jasmani dan hal ini juga di
kemukakan oleh Ayi Suherman dalam jurnalnya (2012, hlm 114) bahwa:
“pengelolaan penjas oleh guru saat ini, belum menunjukan kearah efektif
dan efisien. Berdasarkan pengamatan penelitian dilapangan, ditemukan guru
penjas dalam kegiatan bersifat monoton, berpusat pada guru, hanya menggunakan
pendekatan drill,dan hanya menekan penguasaan motorik saja sedangkan aspek
6
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
siswa cenderung acuh tak acuh, kurang motipasi dalam belajar, merasa bosan dan
kurang kreaatif. Kemudian penulis beranggapan bahwa seorang siswa tidak akan
segan atau canggung apabila bertanya kepada teman sebayanya.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis tertarik untuk meneliti dengan
mengambil judul, “Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap
Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Permainan Bulutangkis (Studi Kuasi
Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung )”.
B.Indentifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang permasalahan, dapat diidentifikasi terkait dengan
aktivitas pembelajaran permainan bulutangkis dalam mata pelajaran Penjaskes
kelas XI di SMA Negeri 4 Bandung adalah sebagai berikut:
1) Guru belum memahami dengan baik pengertian antara aktivitas
pembelajaran permainan bulutangkis dengan pelatihan cabang olahraga
bulutangkis.
2) Guru Penjaskes cenderung memberikan aktivitas pelatihan cabang olahraga
bulutangkis, bukan memberikan pembelajaran aktifitas permainan
bulutangkis.
3) Guru menggunakan gaya, metode dan model mengajar yang cenderung
monoton.
4) Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang tepat dan cenderung
monoton pada pembelajaran aktifitas permainan bulutangkis
5) Masih jarang guru Penjaskes yang menerapkan model mengajar peer
teaching dalam aktivitas pembelajaran permainan bulutangkis.
6) Siswa cenderung pasif dan menunggu pengarahan dari guru.
7) Siswa terlalu bergantung kepada intruski guru dalam pembelajaran.
7
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
C. Rumusan Masalah
Dengan mengacu kepada latar belakang masalah tersebut, maka penulis
merumuskan permasalahan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah penerapan
model pembelajaran peer teaching memberikan pengaruh yang lebih signifikan
terhadap hasil belajar lob bertahan dalam aktifitas pembelajaran bulutangkis di
kelas XI SMA Negeri 4 Bandung?
D. Tujuan Penelitian
Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk
kegiatan selanjutnya untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan rumusan
masalah diatas maka penulis menetapkan tujuan penelitian adalah: Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran peer teaching terhadap
hasil belajar lob bertahan dalam aktifitas pembelajaran bulutangkis.
E. Manfaat Penelitian
Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka manfaat yang didapat dari penelitian
ini diantaranya :
1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk
bahan pengajaran dan pembelajaran permainan bulutangkis kelas XI di
SMA Negeri 4 Bandung, bahwa melalui penerapan model pembelajaran
peer teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
permainan bulutangkis kelas XI di SMA Negeri 4 Bandung.
2. Secara Praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam proses
pembelajaran atau pemberian materi pembelajaran permainan bulutangkis
agar dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
F. Pembatasan Penelitian
1. Variabel bebas atau Variabel independen adalah variabel yang
8
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
variabel terikat. Variabel independennya yaitu model pembelajaran peer
teaching.
2. Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
variabel dependennya yaitu hasil belajar lob bertahan dalam permainan
bulutangkis.
3. Penelitian ini hanya terbatas pada pengaruh model pembelajaran peer
teaching terhadap hasil belajar lob bertahan dalam permainan bulutangkis.
4. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA
Negeri 4 Bandung yang berjumlah 48 orang.
5. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah di SMA Negeri 4 Bandung
dilakukan diluar jam pembelajaran.
G. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur penulisan skripsi ini terdiri dari BAB I Pendahuluan yang terdiri dari
latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat/signifikasi penelitian dan struktur organisasi skripsi. BAB II Kajian
Pustaka, Kerangka pemikiran. BAB III Metode Penelitian yang terdiri dari
populasi dan sample penelitian,desain penelitian, definisi oprasional, instrumen
penelitian, langkah-langkah penelitian dan teknik analisis data. BAB IV Hasil
Penelitian dan Pembahasan yang memaparkan hasil penelitian serta pembahasan.
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitan Dan Langkah-langkah Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain pengertian merupakan rancangan tentang cara, proses, dan
menganalisis data agar dapat dilaksanakan dengan mudah dan sesuai dengan
tujuan penelitian. Nasution (2004, hlm 40) menyatakan bahwa,”desain penelitian
merupakan suatu tentang cara mengumpulkan dan menganalisis dta sesuai dengan
tujuan penelitian”.
Menurut Sugiyono (2008, hlm73) terdapat beberapa bentuk desain
eksperimen antara lain: “pre-ekperimental design; true experimental design;
factorial design; dan quasi eksperimental design.” Peneliti menggunakan bentuk desain eksperimen quasi eksperimental design. Dikatakan quasi
eksperimental design, “Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”, (Sugiyono, 2008, hlm 75). Lanjut lagi Sugiyono (2008, hlm 75) menjelaskan bahwa “quasi eksperimental design,
digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kontrol yang digunakan
untuk penelitian,”
Menurut Sugiyono (2008, hlm 75) quasi eksperimental design dibagi ke
dalam dua bentuk desain yaitu: ”time-series design dan non equivalent control group design.”
Desain penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest
control group design yaitu kelompok diberi tes awal untuk mengukur kondisi
awal. Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (X). Sesudah
selesai perlakuan kedua kelompok diberi tes lagi sebagai tes akhir. Dari
penjelasan tersebut peneliti menempatkan subjek penelitian ke dalam dua
kelompok kelas yang terdiri dari kelompok eksperimen pendekatan taktis dan
pendekatan teknis yang dipilih secara acak. Mekanisme penelitian dari dua kelas
44
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1
Pretest-Postest Control Group Design
Kelompok Tes awal Perlakuan Post tes
R1 O1 X1 O2
R2 O3 X2 O4
Sumber : Sugiyono (2012, hlm 112)
Keterangan
R1 : kelompok tratment (model peer teaching)
R2 : kelompok kontrol
O1 : tes awal kelompok treatment
O3 : tes awal kontrol
X1 : perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model peer
teaching
X2 : pembelajaran konvensional
O2 : tes akhir kelompok treatment
O4 : tes akhir kelompok kontrol
Adapun prosedur rancangan penelitian sebelum dilakukannya sebuah
penelitian sampai berakhirnya penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan/persiapan
1) Merumuskan masalah dan tujuan penelitian
2) Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan
penelitian.
3) Menghubungi pihak sekolah dan menghubungi guru/pelatih
ekstrakurikuler bersangkutan.
4) Membuat izin penelitian.
5) Menentukan sampel penelitian.
b. Pelaksanaan
1) Pelaksanaan pre test pada sampel yang akan diberikan perlakuan. Hal
45
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dan pemahaman terhadap materi yang akan diajarkan atau
disampaikan.
2) Memberikan perlakuan pada sampel penelitian yaitu dengan
menerapkan pembelajaran menggunakan model peer teaching.
3) Memberikan post test pada sampel penelitian untuk mengetahui
apakah ada peningkatan hasil belajar setelah pemberian perlakuan.
c. Evaluasi
1) Mengolah data dan menganalisis data hasil pretest dan posttest.
2) Menganalisis hasil penelitian.
3) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan
data untuk menjawab permasalahan penelitian.
2. langkah-langkah penelitian
Secara skematis, langkah penelitian tersebut tersusun dalam bagan berikut:
46
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
B. Tujuan Penelitian
Secara operasional, penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Model
Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Hasil Belajar Dalam Permainan
Bulutangkis Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu dan tempat di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Waktu :
Tempat :
C. Populasi dan Sampel
Populasi
Dalam setiap penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti, terlebih dahulu
perlu menentukan populasi yang dijadikan sebagai sumber data untuk kebutuhan
penelitiannya. Populasinya dapat berbentuk manusia, nilai-nilai dokumen dan
peristiwa yang menjadikan objek penelitian.
Mengenai populasi Sugiyono (2008, hlm. 80) menjelaskan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Arikunto (2002, hlm.108)
menjelaskan bahwa "Populasi adalah keseluruhan objek penelitian".Dalam
menentukan populasi diperlukan pertimbangan yang baik sehingga s umber data
yang diperoleh sesuai atau cocok dengan masalah yang diteliti. Jadi populasi
dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI SMAN 4 Bandung.
Sampel
Setelah seorang peneliti menentukan populasi yang akan ditelitinya,
penelitipun harus menentukan sampel yang akan ditelitinya sehingga
memudahkan peneliti untuk meneliti penelitiannya.Menurut Arikunto (2002, hlm
109) menyatakan bahwa "Sampel adalah sebagian dari populasi". Selanjutnya
47
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
"Sebagai sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika
jumlah subjeknya besar dapat diambil 10% sampai 15%. atau 20 sampai 25% atau
lebih".
Penelitian terhadap populasi dengan jumlah yang besar namun terkendala
biaya, waktu dan sebagainya, maka dapat dilakukan pengambilan sampel. Seperti
yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013, hlm.118) bahwa:
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dana waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambi dari populasi itu.
Jadi dapat disimpulkan populasi itu adalah suatu objek penelitian yang
menpunyai kriteria-kriteria tertentu, sedangkan sampel adalah bagian dari objek
penelitian yang menpunyai kriteria-kriteria tertentu
Jumlah sampel diambil dari penelitin ini adalah 15% dari 324 orang, hal ini
dikarnakan keterbatasan peneliti mengenai waktu dan tenaga, jadi yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah 48 orang dari jumlah populasi sebesar 324
siswa kelas XI SMA Negeri 4 Bandung
Menurut Sugiyono (2012,hlm.124) menyatakan bahwa “teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel
dengan penentuan pertimbangan tertentu dijadikan sebagai sampel”. Alasan mengapa peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam penelitian ini,
karena siswa yang akan menjadi sampel harus memiliki kriteria-kriteria sebagai
berikut :
1. Siswa yang menjadi sampel adalah siswa kelas XI SMAN 4 Bandung.
2. Siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjenis kelamin
laki-laki, karena pembelajaran pendidikan jasmani di SMA 4 Bandung
dilaksanakan secara terpisah antara siswa laki-laki dan siswa perempuan
3. Adapun peneliti memilih sampel berjenis klamin laki-laki karena
mempunyai keunggulan lebih dari segi motorik.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria diatas
48
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
yaitu 24 orang untuk kelompok treatment (peer teaching) dan 24 orang untuk
kelompok kontrol. Untuk menentukan sampel berada di kelompok kontrol atau
treament maka pertama-tama peneliti melakukan pretest, kemudian peneliti
membuat ranking keaktifan siswa dari yang paling aktif sampai ke yang paling
tidak aktif. Kemudian setelah peneliti mendapatkan data ranking keaktifan siswa
maka peneliti membagi kedalam kedua kelompok, yakni kelompok A dan
kelompok B, dengan kriteria seperti berikut:
Ranking 1 ditempatkan di kelompok A Ranking 2 ditempatkan di kelompok B Ranking 3 ditempatkan di kelompok B Ranking 4 ditempatkan di kelompok A
Ranking 5 ditempatkan di kelompok A, dan seterusnya.
Selengkapnya lihat tabel 3.2
Tabel 3.2
Pembagian Kelompok
Kelompok A Kelompok B
49
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Untuk menentukan kelompok treatment berada di kelompok A atau B, maka
dilakukan undian dengan menggunakan koin.
D. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat
ukur yang baik. Alat ukur yang dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm 102) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”.
Instrumen penelitian
Sesuai dengan jumlah dalam penelitian ini, maka ada satu instrument
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes penguasaan keterampilan
teknik dasar lob bertahan. Tes tersebut, penulis adaptasi dari instrument tes
keterampilan lob bertahan yang dikkembangkan dan dimodifikasi oleh Hidayat
(2012) di adopsi dari skripsi abdul azis 2013 yaitu sebagai berikut:
Untuk memperoleh data mengenai keterampilan lob bertahan siswa dalam
hal penelitian ini menggunakan prosedur tes yang sudah baku.
a. Deskripsi tes
Jenis tes keterampilandasar memukul yang dilakukan dari atas
50
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
belakang lapangan lawan dengan tujuan untuk bertahan atau
mendapatkan keseimbangan pada posisi semula.
b. Tujuan tes
Mengukur ketepatan memukul keterampilan hasil belajar siswa/atlet
dalam melakukan keterampilan dasar lob bertahan kearah sasaran
terutama dengan arah kok melambung kebagian belakang lawan.
c. Peralatan
Lapangan bulutangkis setandar, raket, satelkok, meteran, dua buah
tiang besi setinggi 2, 72 meter, vita yang direntangkan dengan jarak
4,27 meter, dan tinggi 3 meter dari lantai, alat tulis dan formulir
pengisian sekor.
d. Petugas pelaksanaan pengetesan
Terdiri dari 5 orang, dua orang sebagai pengumpan, satu penghitung
pencatat, dan pengambil satelkok.
e. Pelaksanaan tes
1) Penyaji berdiri ditengah-tengah lapangan atau pada titik
yang sudah ditentukan paling dekat dengan net 3,35 meter
dari net.
2) Testi atau partisipan mengambil tempat dan berdiri pada
zona yang telah ditentukan paling dekat 3,35 meter dari net.
3) Penyaji melakukan servis kejona partisipan dan bergerak
memukul satelkok sehingga melewati tali setinggi 3 meter
dari permukaan lantai yang dipasang dibbelakang daerah
area sekor.
4) Setiap partisipan mendapat duakali kesempatan, dan
setiapkali kesempatan disediakan 6 satelkok, sehingga
partisipan mendapat 12 kesempatan untuk melakukan
pukulan.
5) Apabila sateklkok mengenai tali setinggi 3 meter dari
permukaan lantai yang dipasang pada tiang net dan
selanjutnya tidak sampai pada jona sekor maka di adakan
51
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gambar lapanganuntuk pelaksanaan tes lob bertahan
Gambar 3.3. Lapangan untuk pelaksanaan tes lobbertahan
(sumber. Pengaruh intervensi strategi multiteknik terhadap hasil belajar
keterampilan dasar bermain bulutangkis, motivasi olahraga, dan kepercayaan diri,
Hidayat, 2012,hlm. 139 dalam Fauzi, 2013,hlm. 31)
Valid dapat digunakan untuk mengukur berat dan tepat, karena timbangan
memang alat untuk mengukur berat. Timbangan tersebut menjadi tidak valid jika
digunakan untuk mengukur panjang. Sementara Reriabel menurut Abduljabar dan
Darajat (2012, hlm 49) adalah “ Instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.
Mengadaptasi instrumentyang telah dikembangkan oleh Hiayaat (2004, hlm 140)
yang memodifikasi pusat kebugaran jasmani dan rekreasi departemen pendidikan
dan kebudayaan bekerja sama dengan pusat pembinaan dan pelatihan bulutangkis
usia dini bm77 bandung,keterampilan dasar lob bertahan memiliki paliditas 0,74
dan setelah diujicoba kan oleh peneliti memperoleh nilai realibitas tes retes
dengan menggunakan korelasi prodact moment sebesar 0,99 ini artinya instrumen
tersebut mempunyai kriteria instrumen yang handal yang dapat digunakan sebagai
52
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
E. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2012, hlm 2) “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Selanjutnya Sugiyono (2012, hlm 72) menambahkan bahwa “metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.
Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk melakukan
penelitian atau bisa disebut juga sebagai penolong untuk mencari satu kebenaran
dari apa yang sedang kita teliti. Pada metode penelitian eksperimen peneliti akan
memberikan perlakuan (treatment) kepada sampelnya, perlakuan yang diberikan
dalam penelitian ini adalah menggunakan model peer teaching pada
pembelajaran pendidikan jasmani khususnya permainan bulu tangkis. Kemudian
Sugiyono (2012, hlm 39) menyatakan bahwa “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Maka berdasarkan penjelasan tersebut, yang terdapat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel independen atau bebas
Menurut Sugiyono (2012, hlm 39) “variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat)”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah model peer
teacing.
1. Variabel dependen atau terikat
53
F. Teknik Analisis Data
Setelah tes dilaksanakan selanjutnya adalah mengumpulkan dan menganalisis
data yang telah didapat agar memberikan informasi yang dapat menggambarkan
tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2011, hlm 207) menyatakan bahwa:
Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji statistik yang sesuai agar dapat menguji hipotesisdan
memberikan kesimpulan yang tepat. Adapun langkah-langkah yang akan
ditempuh dalam pengolahan data ini adalah sebagai berikut:
1. Mencari nilai rata-rata
x = ∑xᵢ n
Keterangan:
x : rata-rata kelompok
n : jumlah sampel
xᵢ : nilai data
∑xᵢ : jumlah nilai sampel suatu kelompok
2. Mencari simpangan baku
S = ∑( − )
2
�−1 Keterangan:
S : simpangan baku
n : jumlah sampel
∑( − )2 : jumlah dari nilai data dikurangi rata-rata dikuadratkan
54
Uji normalitas dengan uji liliefors, dimana pengujian adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X2, ... X2 dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ... Zn dengan
menggunakan rumus:
Zi = � − �
b. Untuk bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung F (Zi) = P (Z < Zi)
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ... Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan S (Zi), maka:
S (Zi) = � � 1, 2,…, � �� ≤ � �
d. Menghitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut
(L0)
f. Untuk menolak atau menerima hipotesis, membandingkan L0 dengan nilai
kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Data tidak berdistribusi normal jika L0 yang diperoleh lebih besar dari data pengamatan
L dari daftar tabel, sedangkan dalam hal lainnya data berdistribusi normal.
4. Menguji homogenitas varians memiliki varians yang homogen. Sedangkan dalam hal lainnya kedua kelas
memiliki varians yang tidak homogen.
5. Pengujian signifikan
Pengujian signifikan dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan
55
taktis dengan kelompok pembelajaran sepakbola menggunaka pendekatan teknis,
dengan sebagai berikut:
S merupakan varians gabungan yang dihitung dengan rumus:
S2 = �1−1 �12 + �2−1 �22
�1+ �2−2
Keterangan:
t = distribusi t
x1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen
x2 = nilai rata-rata kelompok kontrol
n1 = banyak sampel kelompok eksperimen
n2 = banyak sampel kelompok kontrol
S = simpangan baku gabungan
S2 = varians gabungan
S12 = varians kelompok eksperimen
S22 = varians kelompok kontrol
Mengetahui perolehan hasil thitung dengan menggunakan derajat keabsahan
(dk) = n1+n2-2; dan taraf signifikansi α = 0,05 kriteria pengujian hipotesis ini adalah H0 diterima atau H1 ditolak apabila -thitung<ttabel<thitung dan untuk melihat
pembelajaran bulu tangkis mana yang paling berhasil dilihat dari nilai rata-rata
yang diperoleh dari pembelajaran yang menggunakan model pembelajarn peer
teaching dan pembelajaran konvensional.
Tetapi bila distribusi datanya tidak normal, pengujian hipotesis
menggunakan analisis tes non parametrik dengan uji wilcoxon. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh dalam uji wilcoxon menurut Abduljabar dan
Kusumah(2010, hlm 368)adalah sebagai berikut:
a. Beri nomor urut untuk setiap harga mutlak selisih (Xi-Yi). Harga mutlak
yang terkecil diberi nomor urut atau peringkat 1, harga mutlak selisih
56
nomor urut n. Jika terdapat selisih yang harga mutlaknya sama besar, untuk
nomor urut diambil rata-ratanya.
b. Untuk tiap nomor urut yang berikan pula tanda yang didapat selisih (X-Y).
c. Hitunglah jumlah nomor urut yang bertanda positif dan juga jumlah nomor
urut yang bertanda negatif.
d. Untuk jumlah nomor urut yang didapat di c), ambilah angka harga
mutlaknya paling kecil, sebutlah jumlah ini sama dengan J. Jumlah yang
dipakai untuk menguji hipotesis.
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran
peer teaching dengan model pembelajaran konvensional
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran peer
teaching dengan model pembelajaran konvensional
Untuk mengetahui hipotesis diatas dengan taraf nyata α = 0,01 atau α = 0,05 kita
bandingkan J diatas dengan J yang diperoleh dari daftar tabel J jika J dari
perhitungan lebih kecil atau sama dengan Jtabel berdasarkan taraf nyata yang
HADI HAERUL UMAM, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan serta analisis data yang telah
dilakukan, maka hasil kesimpulan dari penelitian ini yaitu, model pembelajaran
peer teaching memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar lob
bertahan dalam permainan bulutangkis di sekolah
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis
akan memberikan sumbang saran dan pemikiran yang dapat dipertimbangkan oleh
lembaga sekolah, guru dan pelatih serta peneliti yang lainya sebagai berikuut:
1. Bagi Guru
Pendidikan jasmani atau pelatih diharapkan untuk dapat menerapkan berbagai
model pembelajaran dalam peroses pembelajarannya, terutama dalam proses
pembelajaran bulutangkis hususnya lob bertahan.
2. Bagi Lembaga Sekolah
Diharapkan dapat lebeih memperhatikan model pembelajaran yang ada pada
peroses pembelajaran yang dilaksanakan di lapangan.
3. Bagi Peneliti dan Pembaca
Diharapkan dapat melakukan penelitian yang akan lebih jauh meneliti tentang
model pembelajaran, alangkah lebih baik menghubungkan dengan aspek
pisikologinya juga, seperti mental atau motivasi siswa saat melakukan