• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS : Studi Eksperimen Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS : Studi Eksperimen Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING

TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM

PERMAINAN BULUTANGKIS

( Studi Eksperimen Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Olahraga

oleh

Hadi Haerul Umam

0900297

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

PEER TEACHING

TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAIAN

BULUTANGKIS

(

Studi eksperimen di Sekolah Menengah Atas Negeri 4

Bandung)

Oleh Hadi Haerul Umam

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Hadi Haerul Umam 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

HADI HAERUL UMAM

0900297

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

( Studi Eksperimen Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung )

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I

Yusuf Hidayat, M.Si

NIP. 196808301999031001

Pembimbing II

Alit Rahmat, M.Pd

NIP. 197208262005011007

Mengetahui :

Ketua Program Studi

(4)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dr. Bambang Abduljabar M.Pd

(5)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PegaruhModel Pembelajaran Peer teaching Terhadap Hasil Belajar Dalam Permainan Bulutangkis

(studi eksperimen siswa Kelas Xl SMA Negeri 4 Bandung).

Pembimbing I :YusufHidayat, M.SI,

Pembimbing II :AlitRahmatM.Pd.

Hadi Haaerul Umam 0900297

model pembelajaran yang membuat siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang membuat siswa turut berperan aktif, yaitu dengan model pembelajaran peer teaching. Tujuanpenelitian iniuntuk menguji pengaruh modelpeer teaching terhadap hasilbelajardalam aktifitas permainan bulutangkis di SMA Negeri 4 Bandung. Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen, desain yang digunakan pada penelitian ini adalah pretest-postest control group design. Populasi siswa kelas Xl SMA Negeri 4 Bandung, sedangkan sampel penelitian ini yang secarapurposive sampling,yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 48 oranag untuk kelompok kontrol dan eksperimen. Hasil pengolahan data dan analisis data menunjukkan bahwa data pada kelompok eksperimen maupun kontrol berdistribusi normal. Pada uji kesamaann varians menggunakan uji F didapat hasil Fhitung 1,83 < Ftabel 2,01 untuk data Fhitung 1,20 < Ftabel 2,01 untuk data. Karena Fhitung < Ftabel, maka kedua kelas memiliki varians yang homogen baik. Lalu, Hasil uji perbedaan dua rata-rata data

posttest menggunakan uji t diperoleh thitung 3,27 > ttabel 1,68. nilai thitung> ttabel, maka dapat disimpulkan rata-rata skor kemampuan lob bertahan kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran peer teaching memberikan pengaruh terhadap hasil belajar bulutangkis di kelas Xl SMA 4 Bandung.

Kata Kunci : Lob Bertahan, Peer Teaching

(6)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Influence of teaching Against Peer teaching Model Learning Outcomes In Games Badminton (experimental studies class XI student of SMAN 4 Bandung).

Advisor I : Yusuf Hidayat, M.SI

Advisor II : Alit Rahmat, M.Pd

HadiHaerulUmam

0900297

model of learning which make students actively participate in learning activities. Learning model that makes students take an active role, namely the peer teaching learning model. The purpose of this study was to examine the influence of peer teaching model of the learning outcomes in a game of badminton activity in SMAN 4 Bandung. The method used is the method of experimental research, the design used in this study was pretest-posttest control group design. Xl grade student population SMAN 4 Bandung, while the samples of this study is purposive sampling, men totaled 48 oranag for the control and experimental groups. The data processing and analysis of data shows that the data in the experimental group and the control normal distribution. At variance equality test using test results obtained Fhitung F 1,83<F table for data Fhitung 2.01 1.20 <Ftabel 2.01 to data. Because of F <F table, then both classes have a good homogeneous variance. Then, two different test results mean posttest of data using the t test obtained t 3.27> 1.68 ttabel. tcount>ttable, it can be concluded the average score lob ability to survive the experimental group was higher than the control group. It can be concluded that the learning model peer teaching influence on learning outcomes badminton in class XI SMA 4 Bandung.

Keywords: Lob Defense, Peer Teaching

(7)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

(8)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Pendidikan Jasmani ... 9

2. Belajar Dan Pembelajaran ... 10

3. Model pembelajaran...15

(9)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Hasil Belajar ... 34

B. Kerangka Pemikiran ... 39

C. Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN... 43

A. Desain Penelitian ... 43

B. Tujuan Penelitian... 46

C. Populasi Dan Sampel ... 46

D. Instrumen Penelitian ... 49

E. Metode Penelitian ... 52

F. Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 57

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Uji Normalitas ... 58

2. Analisis Homogenitas Varian ... 59

3. Analilis Kesamaan Dua Rata-Rata...60

4. Analisis data postes...61

5. Analisis Perbedaan Dua Rata-rata ... 59

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65

(10)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 3.2 perbandingan mengajar guru dan mengajar teman sebaya ... 30

Tabel 3.3 Kerugian dari model peer teaching ... 31

Tabel 3.4 pretest – postest contol group design ... 44

Tabel 4.1 langkah-langkah penelitian ... 45

Tabel 4.2 pembagian kelompok ... 48

Tabel 4.3 hasil penghitungan rata-rata dan simpangan baku ... 57

Tabel 4.4 Uji Normalitas ... 58

Tabel 4.5 Pengujian Hasil Homogenitas...59

(11)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Pre-test and Post-test Group Desain (Arikunto 2010, hlm.

124) ... 44

(12)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Rencana Program Pembelajaran Model Pembelajaran Peer

Teaching ...

Lampiran II Data Hasil Pre-test & Post-tes...

Lampiran III Surat Keterangan Pembimbing ...

Lampiran IV Surat Izin Penelitian ...

Lampiran V Surat Keterangan Bukti Penelitian ...

(13)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya adalah upaya sadar yang dilakukan oleh orang

yang sudah dewasa kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan.

Orang yang sudah dewasa disini maksudnya adalah seorang guru atau orang tua,

karena mereka telah berpengalaman dalam kehidupan di dunia ini sehingga bisa

memberi tahu mana yang harus dilakukan dan yang tidak harus dilakukan, mana

prilaku yang terpuji dan patut ditiru dan mana prilaku yang tercela. Namun pada

kenyataannya pada saat peneliti melakukan pengamatan di beberapa sekolah

masih banyak para pelajar yang melakukan prilaku tercela seperti tawuran antar

sekolah dan pemalakan di sekolah. Pendidikan di Indonesia tentunya tidak bisa

dikatakan gagal dalam memperbaiki moral orang-orang Indonesia itu sendiri,

karena pendidikan yang diberikan tidak hanya di sekolah saja tetapi pendidikan di

keluarga juga sangat berpengaruh terhadap perilaku anggota keluarganya.

Dalam arti sempit pendidikan bersifat terbatas baik dari segi waktu, materi

atau isi pembelajaran, ruang lingkup kegiatan maupun tujuan yang ingin dicapai.

Pendidikan hanyalah usaha sekolah dalam mengupayakan terjadinya proses

pembelajaran dalam kurun waktu yang ditentukan dan disesuaikan menurut

program kurikulum. Ruang lingkup dan pola pikir guru dan siswa hanya apa yang

terjadi di sekolah setelah sebelumnya direncanakan, jadi segala sesuatu yang

menyangkut pembelajaran hanyalah kegiatan interaksi antara guru dan siswa

dengan ditunjang oleh unsur-unsur yang lainnya seperti sarana dan prasarana yang

terdapat di sekolah. Sedangkan pengertian pendidikan secara luas adalah semua

pengalaman hidup yang bersifat merubah sikap seseorang kearah yang lebih baik

(14)

2

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Pendidikan tentunya erat sekali hubungannya dengan belajar, karena belajar

merupakan salah satu proses dari pendidikan. Pada hakekatnya belajar merupakan

proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat

dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat

melalui pengalaman. Belajar juga dapat dikatakan sebagai proses transfer ilmu

baik itu dari guru, bahan bacaan, media elektronik, maupun dari pengalaman dan

merubah wawasan seseorang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Karena belajar

merupakan proses transfer ilmu yang bisa diperoleh dari mana saja, bukan berarti

peran guru tidak terlalu penting, tetapi seorang guru juga diharapkan bisa

memberikan budaya atau kebiasaan memperoleh informasi dari mana saja,

terutama membudayakan gemar membaca sehinga siswa tersebut apapun akan

dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang mata pelajaran di sekolahnya,

baik itu dari bahan bacaan maupun media elektronik.

Proses pembalajaran tidak hanya untuk menambah wawasan saja, tetapi

proses pembelajaran juga dapat merubah tingkah laku seseorang yang tentunya ke

arah yang lebih baik, Sutikno (2013, hlm.10) mengatakan bahwa:

Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk membangun kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Sejalan dengan itu sudah barang tentu bahwa seseorang yang akan

melakukan pembelajaran perlu dilakukannya pengulangan agar informasi yang

didapat bisa tersimpan dalam memori jangka panjang.

Proses belajar megajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar

mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep ilmu

kependidikan. Oleh karena itu perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi

dalam berbagai model. Joyce dan Weil mengemukakan 22 model mengajar yang

di kelompokan ke dalam 4 hal, yaitu : Proses informasi, perkembangan pribadi,

interaksi sosial dan modifikasi tingkah laku (Joyce & Weil, Models of Teaching,

(15)

3

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau

hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi

berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar

mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan

siswa, tetapi berupa interaksi edukatif, dalam hal ini bukan hanya penyampaian

pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri

siswa yang sedang belajar. Proses belajar mengajar memiliki makna dan

pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar semata. Dalam proses

belajar mengajar tersirat adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan

antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini

terjalin interaksi yang saling menunjang.

Sehubungan dengan hal tersebut, pembelajaran pendidikan jasmani harus

memiliki tujuan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yang mana

tujuan ini berguna serta berkontribusi yang sangat berharga bagi kelangsungan

dan kesejahteraan hidup manusia. Makna tujuan yang terkandung dalam

pendidikan jasmani bukan hanya mendidik secara fisik melainkan hampir semua

aspek dikembangkan antara lain aspek kognitif, aspek apektif serta aspek sosial.

Pendidikan jasmani juga merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik,

perkembangan psikis, keterampilan motorik, penghayatan nilai-nilai (sikap,

mental, emosional, sportivitas, spiritual dan sosial) serta pembiasaan pola hidup

sehat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis

yang seimbang.

Adanya pendidikan jasmani di sekolah juga diharapkan siswa dapat

membudayakan pola hidup sehat dan rutin melakukan aktivitas jasmani di luar

sekolah. Apa bila seorang siswa malas melakukan aktivitas jasmani maka bisa

dipastikan kebugaran jasmaninya rendah, dengan rendahnya kebugaran

jasmaninya, maka berbagai macam penyakit obesitas dan darah tinggi akan lebih

mudah datang. Sejalan dengan itu menurut Tarigan (2012, hlm. 15) menyebutkan

(16)

4

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak”. Maka dari itu penyakit-penyakit tersebut tidak lagi hanya menyerang orang tua atau orang dewasa saja,

tetapi juga bisa menyerang anak-anak dan remaja.

Pendidikan jasmani atau penjas merupakan mata pelajaran yang harus

ditempuh oleh siswa, baik itu SD, SMP, atau SMA karena mata pelajaran penjas

terdapat dalam kurikulum. Akantetapi masih banyak pembelajaran penjas di

sekolah yang kurang efektif yang salah satunya disebabkan oleh kurang tepatnya

seorang guru menerapkan model pembelajaran, dan mengakibatkan kurang

pahamnya siswa dalam melakukan pembelajaran.

Siedentop (dalam Subroto dkk., 2008, hlm.69) mengatakan “education

through and physical activities” yang artinya pendidikan melalui dan dari

aktivitas jasmani. Sejalan dengan itu pendidikan jasmani pada dasarnya

merupakan media untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum ke dalam

aktivitas fisik itu sendiri.

Dalam pembelajaran, seorang guru harus dapat menerapkan berbagai model

pembelajaran dengan tujuan agar proses belajar mengajar lebih terencana dan

menjadi bervariasi serta tidak membosankan. Dalam konteks pembelajaran, Joyce

dan Weil (Winataputra, 2001, hlm.115) mendefinisikan model sebagai kerangka

konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.

Jadi model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu.

Model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

pendidikan jasmani menurut Metzler (2000: hlm.159) menjelaskan bahwa :

There are seven instruction models that have shown to be effective in teaching physical education : Direct Instruction Model, Personalized for Instruction Model, Cooperative Learning Model, The Sport Education Model, Peer Teaching Model, Inquiry Teaching Model and The Tactical Games Model.

Jadi menurut Metzler terdapat tujuh model pembelajaran dalam pendidikan

jasmani yaitu : (1) Model Pembelajaran Langsung (2) Model Pembelajaran

(17)

5

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Olahraga (5) Model Pembelajaran Kelompok (6) Model Pembelajaran Inkuiri (7)

Model Pembelajaran Taktis.

Peer teaching merupakan pembelajaran yang menyertakan teman sebaya

sebagai tutornya, seperti yang dikatakan oleh Juliantine (2011, hlm.147) “peer teaching adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyertakan

teman sebaya sebagai tutornya”. Teman sebaya di sini tentunya seorang siswa yang akan menjadi tutor yang memiliki kemampuan atau pengetahuan yang lebih

unggul dari teman-temannya. Keunggulan model pembelajaran ini adalah ketika

dalam satu kelas terdapat banyak siswa sehingga seorang guru merasa kesulitan

dalam memfasilitasi dan membimbing setiap siswanya. Dengan model

pembelajaran ini guru cukup memanggil beberapa siswa yang dianggap memiliki

kemampuan lebih dibandingkan teman-temannya, kemudian para tutor ini diberi

pengarahan tentang materi pembelajaran yang akan disampaikan. Setelah guru

dirasa cukup memberikan pengarahannya, maka selanjutnya para tutor

menyampaikan materi pembelajaran kepada teman-temannya yang sudah

dikelompokan sebelumnya.

Model pembelajaran ini pun tentunya memiliki kekurangan, yaitu dimana

para teman sebaya yang menjadi tutor tidak memiliki kompetensi sebagai

pengajar, atau dengan kata lain para tutor ini tidak memiliki ilmu tentang

bagaimana menyampaikan informasi yang benar kepada orang sehingga dapat

lebih mudah dimengerti.

Dari pemaparan di atas, penulis ingin menerapkan model pembelajaran peer

teaching terhadap hasil belajar siswa dalam permainan bulutangkis. Adapun

alasan mengapa model ini menjadi pilihan untuk dikaji oleh penulis, karena hasil

observasi masih kurangnya inovasi guru pendidikan jasmani dan hal ini juga di

kemukakan oleh Ayi Suherman dalam jurnalnya (2012, hlm 114) bahwa:

“pengelolaan penjas oleh guru saat ini, belum menunjukan kearah efektif

dan efisien. Berdasarkan pengamatan penelitian dilapangan, ditemukan guru

penjas dalam kegiatan bersifat monoton, berpusat pada guru, hanya menggunakan

pendekatan drill,dan hanya menekan penguasaan motorik saja sedangkan aspek

(18)

6

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

siswa cenderung acuh tak acuh, kurang motipasi dalam belajar, merasa bosan dan

kurang kreaatif. Kemudian penulis beranggapan bahwa seorang siswa tidak akan

segan atau canggung apabila bertanya kepada teman sebayanya.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis tertarik untuk meneliti dengan

mengambil judul, Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap

Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Permainan Bulutangkis (Studi Kuasi

Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung )”.

B.Indentifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang permasalahan, dapat diidentifikasi terkait dengan

aktivitas pembelajaran permainan bulutangkis dalam mata pelajaran Penjaskes

kelas XI di SMA Negeri 4 Bandung adalah sebagai berikut:

1) Guru belum memahami dengan baik pengertian antara aktivitas

pembelajaran permainan bulutangkis dengan pelatihan cabang olahraga

bulutangkis.

2) Guru Penjaskes cenderung memberikan aktivitas pelatihan cabang olahraga

bulutangkis, bukan memberikan pembelajaran aktifitas permainan

bulutangkis.

3) Guru menggunakan gaya, metode dan model mengajar yang cenderung

monoton.

4) Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang tepat dan cenderung

monoton pada pembelajaran aktifitas permainan bulutangkis

5) Masih jarang guru Penjaskes yang menerapkan model mengajar peer

teaching dalam aktivitas pembelajaran permainan bulutangkis.

6) Siswa cenderung pasif dan menunggu pengarahan dari guru.

7) Siswa terlalu bergantung kepada intruski guru dalam pembelajaran.

(19)

7

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

C. Rumusan Masalah

Dengan mengacu kepada latar belakang masalah tersebut, maka penulis

merumuskan permasalahan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah penerapan

model pembelajaran peer teaching memberikan pengaruh yang lebih signifikan

terhadap hasil belajar lob bertahan dalam aktifitas pembelajaran bulutangkis di

kelas XI SMA Negeri 4 Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk

kegiatan selanjutnya untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan rumusan

masalah diatas maka penulis menetapkan tujuan penelitian adalah: Untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran peer teaching terhadap

hasil belajar lob bertahan dalam aktifitas pembelajaran bulutangkis.

E. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka manfaat yang didapat dari penelitian

ini diantaranya :

1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk

bahan pengajaran dan pembelajaran permainan bulutangkis kelas XI di

SMA Negeri 4 Bandung, bahwa melalui penerapan model pembelajaran

peer teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

permainan bulutangkis kelas XI di SMA Negeri 4 Bandung.

2. Secara Praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam proses

pembelajaran atau pemberian materi pembelajaran permainan bulutangkis

agar dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

F. Pembatasan Penelitian

1. Variabel bebas atau Variabel independen adalah variabel yang

(20)

8

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

variabel terikat. Variabel independennya yaitu model pembelajaran peer

teaching.

2. Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

variabel dependennya yaitu hasil belajar lob bertahan dalam permainan

bulutangkis.

3. Penelitian ini hanya terbatas pada pengaruh model pembelajaran peer

teaching terhadap hasil belajar lob bertahan dalam permainan bulutangkis.

4. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA

Negeri 4 Bandung yang berjumlah 48 orang.

5. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah di SMA Negeri 4 Bandung

dilakukan diluar jam pembelajaran.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur penulisan skripsi ini terdiri dari BAB I Pendahuluan yang terdiri dari

latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat/signifikasi penelitian dan struktur organisasi skripsi. BAB II Kajian

Pustaka, Kerangka pemikiran. BAB III Metode Penelitian yang terdiri dari

populasi dan sample penelitian,desain penelitian, definisi oprasional, instrumen

penelitian, langkah-langkah penelitian dan teknik analisis data. BAB IV Hasil

Penelitian dan Pembahasan yang memaparkan hasil penelitian serta pembahasan.

(21)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitan Dan Langkah-langkah Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain pengertian merupakan rancangan tentang cara, proses, dan

menganalisis data agar dapat dilaksanakan dengan mudah dan sesuai dengan

tujuan penelitian. Nasution (2004, hlm 40) menyatakan bahwa,”desain penelitian

merupakan suatu tentang cara mengumpulkan dan menganalisis dta sesuai dengan

tujuan penelitian”.

Menurut Sugiyono (2008, hlm73) terdapat beberapa bentuk desain

eksperimen antara lain: “pre-ekperimental design; true experimental design;

factorial design; dan quasi eksperimental design.” Peneliti menggunakan bentuk desain eksperimen quasi eksperimental design. Dikatakan quasi

eksperimental design, “Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang

mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”, (Sugiyono, 2008, hlm 75). Lanjut lagi Sugiyono (2008, hlm 75) menjelaskan bahwa “quasi eksperimental design,

digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kontrol yang digunakan

untuk penelitian,”

Menurut Sugiyono (2008, hlm 75) quasi eksperimental design dibagi ke

dalam dua bentuk desain yaitu: ”time-series design dan non equivalent control group design.

Desain penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest

control group design yaitu kelompok diberi tes awal untuk mengukur kondisi

awal. Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (X). Sesudah

selesai perlakuan kedua kelompok diberi tes lagi sebagai tes akhir. Dari

penjelasan tersebut peneliti menempatkan subjek penelitian ke dalam dua

kelompok kelas yang terdiri dari kelompok eksperimen pendekatan taktis dan

pendekatan teknis yang dipilih secara acak. Mekanisme penelitian dari dua kelas

(22)

44

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Pretest-Postest Control Group Design

Kelompok Tes awal Perlakuan Post tes

R1 O1 X1 O2

R2 O3 X2 O4

Sumber : Sugiyono (2012, hlm 112)

Keterangan

R1 : kelompok tratment (model peer teaching)

R2 : kelompok kontrol

O1 : tes awal kelompok treatment

O3 : tes awal kontrol

X1 : perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model peer

teaching

X2 : pembelajaran konvensional

O2 : tes akhir kelompok treatment

O4 : tes akhir kelompok kontrol

Adapun prosedur rancangan penelitian sebelum dilakukannya sebuah

penelitian sampai berakhirnya penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan/persiapan

1) Merumuskan masalah dan tujuan penelitian

2) Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan

penelitian.

3) Menghubungi pihak sekolah dan menghubungi guru/pelatih

ekstrakurikuler bersangkutan.

4) Membuat izin penelitian.

5) Menentukan sampel penelitian.

b. Pelaksanaan

1) Pelaksanaan pre test pada sampel yang akan diberikan perlakuan. Hal

(23)

45

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

dan pemahaman terhadap materi yang akan diajarkan atau

disampaikan.

2) Memberikan perlakuan pada sampel penelitian yaitu dengan

menerapkan pembelajaran menggunakan model peer teaching.

3) Memberikan post test pada sampel penelitian untuk mengetahui

apakah ada peningkatan hasil belajar setelah pemberian perlakuan.

c. Evaluasi

1) Mengolah data dan menganalisis data hasil pretest dan posttest.

2) Menganalisis hasil penelitian.

3) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan

data untuk menjawab permasalahan penelitian.

2. langkah-langkah penelitian

Secara skematis, langkah penelitian tersebut tersusun dalam bagan berikut:

(24)

46

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

B. Tujuan Penelitian

Secara operasional, penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Model

Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Hasil Belajar Dalam Permainan

Bulutangkis Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Waktu :

Tempat :

C. Populasi dan Sampel

Populasi

Dalam setiap penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti, terlebih dahulu

perlu menentukan populasi yang dijadikan sebagai sumber data untuk kebutuhan

penelitiannya. Populasinya dapat berbentuk manusia, nilai-nilai dokumen dan

peristiwa yang menjadikan objek penelitian.

Mengenai populasi Sugiyono (2008, hlm. 80) menjelaskan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Arikunto (2002, hlm.108)

menjelaskan bahwa "Populasi adalah keseluruhan objek penelitian".Dalam

menentukan populasi diperlukan pertimbangan yang baik sehingga s umber data

yang diperoleh sesuai atau cocok dengan masalah yang diteliti. Jadi populasi

dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI SMAN 4 Bandung.

Sampel

Setelah seorang peneliti menentukan populasi yang akan ditelitinya,

penelitipun harus menentukan sampel yang akan ditelitinya sehingga

memudahkan peneliti untuk meneliti penelitiannya.Menurut Arikunto (2002, hlm

109) menyatakan bahwa "Sampel adalah sebagian dari populasi". Selanjutnya

(25)

47

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

"Sebagai sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika

jumlah subjeknya besar dapat diambil 10% sampai 15%. atau 20 sampai 25% atau

lebih".

Penelitian terhadap populasi dengan jumlah yang besar namun terkendala

biaya, waktu dan sebagainya, maka dapat dilakukan pengambilan sampel. Seperti

yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013, hlm.118) bahwa:

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dana waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambi dari populasi itu.

Jadi dapat disimpulkan populasi itu adalah suatu objek penelitian yang

menpunyai kriteria-kriteria tertentu, sedangkan sampel adalah bagian dari objek

penelitian yang menpunyai kriteria-kriteria tertentu

Jumlah sampel diambil dari penelitin ini adalah 15% dari 324 orang, hal ini

dikarnakan keterbatasan peneliti mengenai waktu dan tenaga, jadi yang menjadi

sampel dalam penelitian ini adalah 48 orang dari jumlah populasi sebesar 324

siswa kelas XI SMA Negeri 4 Bandung

Menurut Sugiyono (2012,hlm.124) menyatakan bahwa “teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel

dengan penentuan pertimbangan tertentu dijadikan sebagai sampel”. Alasan mengapa peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam penelitian ini,

karena siswa yang akan menjadi sampel harus memiliki kriteria-kriteria sebagai

berikut :

1. Siswa yang menjadi sampel adalah siswa kelas XI SMAN 4 Bandung.

2. Siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjenis kelamin

laki-laki, karena pembelajaran pendidikan jasmani di SMA 4 Bandung

dilaksanakan secara terpisah antara siswa laki-laki dan siswa perempuan

3. Adapun peneliti memilih sampel berjenis klamin laki-laki karena

mempunyai keunggulan lebih dari segi motorik.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria diatas

(26)

48

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

yaitu 24 orang untuk kelompok treatment (peer teaching) dan 24 orang untuk

kelompok kontrol. Untuk menentukan sampel berada di kelompok kontrol atau

treament maka pertama-tama peneliti melakukan pretest, kemudian peneliti

membuat ranking keaktifan siswa dari yang paling aktif sampai ke yang paling

tidak aktif. Kemudian setelah peneliti mendapatkan data ranking keaktifan siswa

maka peneliti membagi kedalam kedua kelompok, yakni kelompok A dan

kelompok B, dengan kriteria seperti berikut:

 Ranking 1 ditempatkan di kelompok A  Ranking 2 ditempatkan di kelompok B  Ranking 3 ditempatkan di kelompok B  Ranking 4 ditempatkan di kelompok A

 Ranking 5 ditempatkan di kelompok A, dan seterusnya.

Selengkapnya lihat tabel 3.2

Tabel 3.2

Pembagian Kelompok

Kelompok A Kelompok B

(27)

49

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Untuk menentukan kelompok treatment berada di kelompok A atau B, maka

dilakukan undian dengan menggunakan koin.

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat

ukur yang baik. Alat ukur yang dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen

penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm 102) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”.

Instrumen penelitian

Sesuai dengan jumlah dalam penelitian ini, maka ada satu instrument

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes penguasaan keterampilan

teknik dasar lob bertahan. Tes tersebut, penulis adaptasi dari instrument tes

keterampilan lob bertahan yang dikkembangkan dan dimodifikasi oleh Hidayat

(2012) di adopsi dari skripsi abdul azis 2013 yaitu sebagai berikut:

Untuk memperoleh data mengenai keterampilan lob bertahan siswa dalam

hal penelitian ini menggunakan prosedur tes yang sudah baku.

a. Deskripsi tes

Jenis tes keterampilandasar memukul yang dilakukan dari atas

(28)

50

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

belakang lapangan lawan dengan tujuan untuk bertahan atau

mendapatkan keseimbangan pada posisi semula.

b. Tujuan tes

Mengukur ketepatan memukul keterampilan hasil belajar siswa/atlet

dalam melakukan keterampilan dasar lob bertahan kearah sasaran

terutama dengan arah kok melambung kebagian belakang lawan.

c. Peralatan

Lapangan bulutangkis setandar, raket, satelkok, meteran, dua buah

tiang besi setinggi 2, 72 meter, vita yang direntangkan dengan jarak

4,27 meter, dan tinggi 3 meter dari lantai, alat tulis dan formulir

pengisian sekor.

d. Petugas pelaksanaan pengetesan

Terdiri dari 5 orang, dua orang sebagai pengumpan, satu penghitung

pencatat, dan pengambil satelkok.

e. Pelaksanaan tes

1) Penyaji berdiri ditengah-tengah lapangan atau pada titik

yang sudah ditentukan paling dekat dengan net 3,35 meter

dari net.

2) Testi atau partisipan mengambil tempat dan berdiri pada

zona yang telah ditentukan paling dekat 3,35 meter dari net.

3) Penyaji melakukan servis kejona partisipan dan bergerak

memukul satelkok sehingga melewati tali setinggi 3 meter

dari permukaan lantai yang dipasang dibbelakang daerah

area sekor.

4) Setiap partisipan mendapat duakali kesempatan, dan

setiapkali kesempatan disediakan 6 satelkok, sehingga

partisipan mendapat 12 kesempatan untuk melakukan

pukulan.

5) Apabila sateklkok mengenai tali setinggi 3 meter dari

permukaan lantai yang dipasang pada tiang net dan

selanjutnya tidak sampai pada jona sekor maka di adakan

(29)

51

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

Gambar lapanganuntuk pelaksanaan tes lob bertahan

Gambar 3.3. Lapangan untuk pelaksanaan tes lobbertahan

(sumber. Pengaruh intervensi strategi multiteknik terhadap hasil belajar

keterampilan dasar bermain bulutangkis, motivasi olahraga, dan kepercayaan diri,

Hidayat, 2012,hlm. 139 dalam Fauzi, 2013,hlm. 31)

Valid dapat digunakan untuk mengukur berat dan tepat, karena timbangan

memang alat untuk mengukur berat. Timbangan tersebut menjadi tidak valid jika

digunakan untuk mengukur panjang. Sementara Reriabel menurut Abduljabar dan

Darajat (2012, hlm 49) adalah “ Instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.

Mengadaptasi instrumentyang telah dikembangkan oleh Hiayaat (2004, hlm 140)

yang memodifikasi pusat kebugaran jasmani dan rekreasi departemen pendidikan

dan kebudayaan bekerja sama dengan pusat pembinaan dan pelatihan bulutangkis

usia dini bm77 bandung,keterampilan dasar lob bertahan memiliki paliditas 0,74

dan setelah diujicoba kan oleh peneliti memperoleh nilai realibitas tes retes

dengan menggunakan korelasi prodact moment sebesar 0,99 ini artinya instrumen

tersebut mempunyai kriteria instrumen yang handal yang dapat digunakan sebagai

(30)

52

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

perpustakaan.upi.edu

E. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2012, hlm 2) “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Selanjutnya Sugiyono (2012, hlm 72) menambahkan bahwa “metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk melakukan

penelitian atau bisa disebut juga sebagai penolong untuk mencari satu kebenaran

dari apa yang sedang kita teliti. Pada metode penelitian eksperimen peneliti akan

memberikan perlakuan (treatment) kepada sampelnya, perlakuan yang diberikan

dalam penelitian ini adalah menggunakan model peer teaching pada

pembelajaran pendidikan jasmani khususnya permainan bulu tangkis. Kemudian

Sugiyono (2012, hlm 39) menyatakan bahwa “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya. Maka berdasarkan penjelasan tersebut, yang terdapat dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel independen atau bebas

Menurut Sugiyono (2012, hlm 39) “variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat)”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah model peer

teacing.

1. Variabel dependen atau terikat

(31)

53

F. Teknik Analisis Data

Setelah tes dilaksanakan selanjutnya adalah mengumpulkan dan menganalisis

data yang telah didapat agar memberikan informasi yang dapat menggambarkan

tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2011, hlm 207) menyatakan bahwa:

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan uji statistik yang sesuai agar dapat menguji hipotesisdan

memberikan kesimpulan yang tepat. Adapun langkah-langkah yang akan

ditempuh dalam pengolahan data ini adalah sebagai berikut:

1. Mencari nilai rata-rata

x = ∑xᵢ n

Keterangan:

x : rata-rata kelompok

n : jumlah sampel

xᵢ : nilai data

∑xᵢ : jumlah nilai sampel suatu kelompok

2. Mencari simpangan baku

S = ∑( − )

2

�−1 Keterangan:

S : simpangan baku

n : jumlah sampel

∑( − )2 : jumlah dari nilai data dikurangi rata-rata dikuadratkan

(32)

54

Uji normalitas dengan uji liliefors, dimana pengujian adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, ... X2 dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ... Zn dengan

menggunakan rumus:

Zi = � − �

b. Untuk bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung F (Zi) = P (Z < Zi)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ... Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan S (Zi), maka:

S (Zi) = � � 1, 2,…, � �� ≤ � �

d. Menghitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut

(L0)

f. Untuk menolak atau menerima hipotesis, membandingkan L0 dengan nilai

kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Data tidak berdistribusi normal jika L0 yang diperoleh lebih besar dari data pengamatan

L dari daftar tabel, sedangkan dalam hal lainnya data berdistribusi normal.

4. Menguji homogenitas varians memiliki varians yang homogen. Sedangkan dalam hal lainnya kedua kelas

memiliki varians yang tidak homogen.

5. Pengujian signifikan

Pengujian signifikan dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan

(33)

55

taktis dengan kelompok pembelajaran sepakbola menggunaka pendekatan teknis,

dengan sebagai berikut:

S merupakan varians gabungan yang dihitung dengan rumus:

S2 = �1−1 �12 + �2−1 �22

�1+ �2−2

Keterangan:

t = distribusi t

x1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen

x2 = nilai rata-rata kelompok kontrol

n1 = banyak sampel kelompok eksperimen

n2 = banyak sampel kelompok kontrol

S = simpangan baku gabungan

S2 = varians gabungan

S12 = varians kelompok eksperimen

S22 = varians kelompok kontrol

Mengetahui perolehan hasil thitung dengan menggunakan derajat keabsahan

(dk) = n1+n2-2; dan taraf signifikansi α = 0,05 kriteria pengujian hipotesis ini adalah H0 diterima atau H1 ditolak apabila -thitung<ttabel<thitung dan untuk melihat

pembelajaran bulu tangkis mana yang paling berhasil dilihat dari nilai rata-rata

yang diperoleh dari pembelajaran yang menggunakan model pembelajarn peer

teaching dan pembelajaran konvensional.

Tetapi bila distribusi datanya tidak normal, pengujian hipotesis

menggunakan analisis tes non parametrik dengan uji wilcoxon. Adapun

langkah-langkah yang ditempuh dalam uji wilcoxon menurut Abduljabar dan

Kusumah(2010, hlm 368)adalah sebagai berikut:

a. Beri nomor urut untuk setiap harga mutlak selisih (Xi-Yi). Harga mutlak

yang terkecil diberi nomor urut atau peringkat 1, harga mutlak selisih

(34)

56

nomor urut n. Jika terdapat selisih yang harga mutlaknya sama besar, untuk

nomor urut diambil rata-ratanya.

b. Untuk tiap nomor urut yang berikan pula tanda yang didapat selisih (X-Y).

c. Hitunglah jumlah nomor urut yang bertanda positif dan juga jumlah nomor

urut yang bertanda negatif.

d. Untuk jumlah nomor urut yang didapat di c), ambilah angka harga

mutlaknya paling kecil, sebutlah jumlah ini sama dengan J. Jumlah yang

dipakai untuk menguji hipotesis.

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran

peer teaching dengan model pembelajaran konvensional

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran peer

teaching dengan model pembelajaran konvensional

Untuk mengetahui hipotesis diatas dengan taraf nyata α = 0,01 atau α = 0,05 kita

bandingkan J diatas dengan J yang diperoleh dari daftar tabel J jika J dari

perhitungan lebih kecil atau sama dengan Jtabel berdasarkan taraf nyata yang

(35)

HADI HAERUL UMAM, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan serta analisis data yang telah

dilakukan, maka hasil kesimpulan dari penelitian ini yaitu, model pembelajaran

peer teaching memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar lob

bertahan dalam permainan bulutangkis di sekolah

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis

akan memberikan sumbang saran dan pemikiran yang dapat dipertimbangkan oleh

lembaga sekolah, guru dan pelatih serta peneliti yang lainya sebagai berikuut:

1. Bagi Guru

Pendidikan jasmani atau pelatih diharapkan untuk dapat menerapkan berbagai

model pembelajaran dalam peroses pembelajarannya, terutama dalam proses

pembelajaran bulutangkis hususnya lob bertahan.

2. Bagi Lembaga Sekolah

Diharapkan dapat lebeih memperhatikan model pembelajaran yang ada pada

peroses pembelajaran yang dilaksanakan di lapangan.

3. Bagi Peneliti dan Pembaca

Diharapkan dapat melakukan penelitian yang akan lebih jauh meneliti tentang

model pembelajaran, alangkah lebih baik menghubungkan dengan aspek

pisikologinya juga, seperti mental atau motivasi siswa saat melakukan

Gambar

Gambar lapanganuntuk pelaksanaan tes lob bertahan

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran Reciprocal Teaching lebih mengutamakan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar, siswa mampu memahami dengan berfikir kreatif terhadap

Pembelajaran sekarang ini didesain untuk membuat siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai pusat

Model cooperative learning teknik NHT (Numbered Head Together) sebagai alat bantu dalam pembelajaran akuntansi yang membuat siswa lebih aktif, sehingga siswa mampu

dapat berlangsung dengan aktif dan adanya penggunaan model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif.Peneliti berharap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Proses pembelajaran diharapkan dapat terselenggara secara inspiratif, interaktif, menyenangkan, mampu memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif didalam kelas, serta

Model Problem Based Learning dan permainan Lucky Wheel ini mampu melibatkan siswa secara aktif melalui kegiatan pembelajaran yang tidak membosankan, membuat siswa lebih

Penerapan model pembelajaran quantum dapat membuat siswa ikut aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran akan menjadi lebih

Supaya membuat siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran materi segi empat bangun trapesium di kelas, maka dapat menerapkan model Brain Based Learning dimana siswa diminta aktif