• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI XI IPA 2 SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI XI IPA 2 SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA"

Copied!
267
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE

TWO STAY TWO STRAY

UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

SISTEM REPRODUKSI XI IPA 2 SMA NEGERI 4

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Khatarina Aprilia Susilomurti NIM : 1014343022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE

TWO STAY TWO STRAY

UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

SISTEM REPRODUKSI XI IPA 2 SMA NEGERI 4

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Khatarina Aprilia Susilomurti NIM : 1014343022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

o Kedua orangtuaku dan adikku yang selalu setia mendoakan, mensuport dengan sekuat tenaga demi pendidikanku

o Ignatius Martino Sanditya, yang selalu menemani dan membantu selama penelitian

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

Khatarina Aprilia Susilomurti. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Reproduksi XI IPA 2 SMA Negeri 4

Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Tingkat aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta tahun 2012/2013 pada materi sistem reproduksi manusia belum mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan oleh sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar untuk siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray.

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta dengan materi sistem reproduksi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2014. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus memiliki empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi, hasil tes pada tiap siklus, kuisioner dan wawancara. Data dianalisis secara deskrisptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh pada aspek aktivitas belajar siswa pada siklus I memiliki kategori tinggi sebesar 95,65%; kategori sedang sebesar 4,35% dan kategori rendah sebesar 0%. Sedangkan pada siklus II diperoleh hasil dengan kategori tinggi 100%. Kuisioner dan wawancara di akhir siklus menunjukkan kategori siswa yang sangat aktif hingga 100%. Ketercapaian KKM pada siklus I yakni 13,04%; sedangkan pada siklus 2 sebesar 60,86%. Peningkatan juga terlihat pada nilai rata-rata dari 65,22 pada siklus I menjadi 78,26.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta pada materi sistem reproduksi.

Kata Kunci:

(9)

viii

ABSTRACT

Khatarina Aprilia Susilomurti. (2014). The Implementation of Cooperative Learning Style by Using Two Stay Two Stray Type to Increase Students’ Learning Activities and Achievements on Reproduction System Topic for XI Science 2

Students in SMA Negeri 4 Yogyakarta. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

The activity level and learning result of Grade XI Science 2 students’ of

SMA Negeri 4 Yogyakarta on the human reproductive system material were not able to reach the passing grade which has set by the school. Therefore, this research aims to improve the activity and results of the study for the students of grade XI Science 2 of SMA Negeri 4 Yogyakarta school year 2013/2014 by using cooperative learning model, type Two Stay Two Stray.

This research aims to improve the activity and results of the study for the students of Class XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta school year 2013/2014 by using cooperative learning model, type Two Stay Two Stray.

The form this of research is Classroom Action Research (CAR) and the research subject is the students of Class XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta by using the reproductionsystem material. The research was conducted in Mei - June 2014. This research is carried out in 2 cycles, where each cycle has four stages: planning, implementation, observation, and reflection. Data collection was carried out by using a sheet of observations, test results at each cycle, the questionnaire and the interview. The data analysis techniques which were used in the study of this class action is with the descriptive qualitative and quantitative analysis.

The research results obtained on the learning activities of students on a first cycle which has a high category is of 95,65%; the middle category is4,35% and 0% of low category. While on cycle II retrieved results with high category of 100%; the lowest category is 0%. As the supporting data, the researcher used questionnaires and interview at the end of the cycle. The result of the questionnaires showed that the category of very active students are up to 100%. It came from the Post Test on cycle I and cycle II. The achievement of Minimum Passing Grade on the first cycle is 13,04%; While on the second cycle, the Minimum Passing Grade is up to 60,86%. An increase was also seen in the average score on cycle I was 65.22 became 78,26.

Based on the result, this research showed that the implementation the use of Two Stay Two Stray technique can improve the activities and the learning achievement of XI Grade students of Science department in SMA Negeri 4 Yogyakarta.

Keywords:

Two Stay Two Stray, students’ activities, learning achievements, reproduction

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat

dan rahmat yang telah diberikan oleh-Nya, sehingga skripsi berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Reproduksi

XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta” dapat saya selesaikan dengan baik.

Skripsi ini dapat tersusun atas bantun, dorongan, dan bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc., sebagai Ketua Program Studi

Pendidikan Biologi yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tanda penulis telah menyelesaikan studi.

2. Ibu Maslichah Asy’ar selaku dosen pembimbing skripsi yang rela mengorbankan waktu, tenaga, telah begitu sabar membimbing dan

membantu peneliti dalam penulisan skripsi ini.

3. Kepala SMA Negeri 4 Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 4. Ibu Wardhani Indah Evyati, S.Pd, ibu guru sekaligus rekan yang luar biasa

yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di kelas beliau dan juga tak segan untuk selalu memberikan berbagai kisah

inspiratifnya.

5. Siswa-siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta atas kerjasama dan

(11)
(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Hipotesis ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Prinsip Belajar ... 9

3. Tujuan Belajar ... 10

B. Pembelajaran ... 11

C. Pembelajaran Kooperatif... 13

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 13

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 15

3. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif ... 15

4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 18

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray……. 20

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stray Two Stray... 20

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray... 20

3. Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stay... 23

(13)

xii

E. Aktivitas Belajar Siswa ... 27

F. Hasil Belajar ... 28

1. Pengertian Hasil Belajar ... 28

2. Faktor-faktor yang Menentukan Pencapaian Hasil Belajar .. 29

G. Materi Sistem Reproduksi ... 33

H. Hasil Penelitian yang relevan ... 34

I. Kerangka Berpikir ... 36

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian dan Variabel Penelitian ... 38

B. Seting Penelitian ... 39

1. Obyek Penelitian ... 39

2. Subyek Penelitian ... 39

3. Tempat Penelitian ... 39

4. Waktu Penelitian ... 39

C. Rancangan Penelitian ... 39

1. Persiapan Penelitian ... 40

2. Siklus I ... 41

3. Siklus II ... 45

D. Instrumen Penelitian ... 49

1. Instrumen Pembelajaran ... 49

2. Instrumen Penelitian ... 50

3. Metode Pengumpulan Data ... 51

E. Metode Analisa Data ... 57

1. Hasil Belajar... 57

2. Observasi Aktivitas Siswa ... 59

3. Kuisioner ... 60

4. Pengolahan Data Hasil Wawancara ... 61

5. Indikator Keberhasilan ... 63

F. Personalia... 63

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ………..……….. 64

1. Deskripsi Siklus I ... 64

2. Deskripsi Siklus II ... 75

B. Hasil Penelitian………... 81

1. Hasil Analisis Peningkatan Hasil Belajar ... 81

2. Analisa Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 83

3. Respon Siswa Terhadap Proses Pembelajaran ... 84

4. Wawancara ... 85

C. Pembahasan………. 86

1. Peningkatan Hasil Belajar ... 86

2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa ... 89

(14)

xiii

Tipe Two Stay Two Stray ...

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……… 96

B. Saran………... 97

DAFTAR PUSTAKA………. 99

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jenis dan Analisa Data……….... 51

Tabel 3.2 Kriteria Aktivitas Siswa……… 60

Tabel 3.3 Panduan Pemberian Skor Kuisioner……….. 60

Tabel 3.4 Kategori Sikap Siswa………. 61

Tabel 3.5 Indikator Keberhasilan Siswa………..63

Tabel 4.1 Hasil Analisis Nilai Pre Test Siswa……… 81

Tabel 4.2 Hasil Analisis Nilai Post Test Siklus I……… 82

Tabel 4.3 Hasil Analisis Nilai Post Test Siklus II………82

Tabel 4.4 Hasil Observasi aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I……….83

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II………….... 84

Tabel 4.6 Hasil Analisis Kategori Keaktifan Siswa ………….………..84

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Prosedur Penelitian Tindakan ...40 Gambar 4.1 Para siswa sedang mencari informasi dari referensi yang ada…….. 67 Gambar 4.2 Para siswa sedang menerapkan Two Stay Two Stray……… 69 Gambar 4.3 Aktivitas siswa saat ada kelompok yang mempresentasikan hasil

diskusi………

73

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus... 101

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1... 106

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa 1... 116

Lampiran 4. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 1... 122

Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa 2... 129

Lampiran 6. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 2... 133

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2... 136

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa 3... 145

Lampiran 9. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 3... 149

Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa 4... 155

Lampiran 11. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 4... 159

Lampiran 12. Kisi-kisi Soal Pre Test... 162

Lampiran 13. Soal Pre Test... 164

Lampiran 14. Kunci Jawaban dan Penilaian Pre Test... 169

Lampiran 15. Kisi-kisi Soal Post Test 1…... 170

Lampiran 16. Soal Post Test 1... 172

Lampiran 17. Kunci Jawaban dan Penilaian Post Test 1... 176

Lampiran 18. Kisi-kisi Soal Post Test 2... 177

Lampiran 19. Soal Post Test 2... 178

Lampiran 20. Kunci Jawaban dan Penilaian Post Test 2... 182

Lampiran 21. Kisi-kisi Kuisioner... 183

Lampiran 22. Kuisioner... 185

Lampiran 23. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1... 188

Lampiran 24. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2... 190

Lampiran 25. Pedoman Wawancara... 192

Lampiran 26. Hasil Analisis Nilai Tes Siswa... 193

Lampiran 27. Hasil Analisa Aktivitas Siswa Siklus 1... 195

Lampiran 28. Hasil Analisa Aktivitas Siswa Siklus 2... 197

Lampiran 29. Data Hasil Pengolahan Kuisioner di Akhir Siklus... 199

Lampiran 30. Hasil Wawancara... 204

Lampiran 31. Contoh Pekerjaan PreTes Siswa yang Mendapat Nilai Rendah ... 201

Lampiran 32. Contoh Pekerjaan Pre Tes Siswa yang Mendapat Nilai Tinggi ... 210

Lampiran 33. Contoh Pekerjaan Pos Tes Siswa Siklus 1 yang Mendapat Nilai Rendah ... 225

Lampiran 34. Contoh Pekerjaan Pos Tes Siswa Siklus 1 yang Mendapat Nilai Tinggi ... 230

Lampiran 35. Contoh Pekerjaan Pos Tes Siswa Siklus 2 yang Mendapat Nilai Rendah ... 235

Lampiran 36. Contoh Pekerjaan Pos Tes Siswa Siklus 2 yang Mendapat Nilai Tinggi ... 239

(18)

xvii

Lampiran 38. Contoh Hasil Observasi Siswa Siklus 1 ... 242

Lampiran 39. Contoh Hasil Observasi Siswa Siklus 2 ...244

Lampiran 40. Surat Ijin Penelitian ... 246

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran biologi sebagai bahan dari bidang sains, menuntut kompetensi belajar pada ranah pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif.

Namun, dalam kenyataan saat ini siswa cenderung menghafal daripada memahami, padahal pemahaman merupakan modal dasar bagi penguasaan

selanjutnya. Siswa dikatakan memahami apabila ia dapat menunjukkan unjuk kerja pemahaman tersebut pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi, baik pada konteks yang sama maupun pada konteks yang berbeda (Wena,2009).

Seperti yang diungkapkan oleh Sudijono (2011:50), bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami

sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia

dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan

jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

(20)

baik, yakni yang dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan siswa yang tidak

hanya menekankan apa yang dipelajari tetapi menekankan bagaimana ia harus belajar. Menurut Amir Akhsan (dalam Latuheru 1988:1-2), komunikasi dalam

suatu kegiatan pembelajaran atau dalam suatu PBM, hendaklah merupakan suatu komunikasi timbal balik, atau komunikasi interaktif edukatif, yang bukan terjadi dengan sendirinya, akan tetapi harus diciptakan oleh guru dan

murid (siswa)nya.

Keterlibatan siswa sangat mendukung adanya proses belajar

mengajar yang kondusif dan dinamis. Keterlibatan siswa bisa diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:56-60), keaktifan siswa

dapat didorong oleh peran guru. Guru berupaya untuk memberi kesempatan siswa untuk aktif, baik aktif mencari, memproses dan mengelola perolehan

belajarnya.

Untuk dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, guru dapat melakukannya dengan terlibat secara langsung terhadap

siswa baik secara individual maupun kelompok, penciptaan peluang yang mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan

siswa atau memberi tugas kepada siswa untuk memperoleh informasi dari sumber luar kelas atau sekolah serta upaya melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran. Keterlibatan siswa

(21)

Faktor internal meliputi faktor fisik, motivasi dalam belajar, kepentingan dalam aktivitas yang diberikan, kecerdasan dan sebagainya. Sedangkan faktor

eksternal meliputi guru, materi pembelajaran, model pembelajaran, media, alokasi waktu, fasilitas dan sebagainya.

Model pembelajaran yang diterapkan juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa sehingga dapat dikatakan bahwa

model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa dan hasil belajar siswa. Salah satu modelpembelajaran yang mendukung

ketercapaian pembelajaran yang kondusif yakni tipe Two Stay Two

Stray(TSTS). Model pembelajaran dengan tipe Two Stay Two Stray

mempunyai tujuan untuk mendukung komunikasi yang antara siswa dengan

siswa. Dengan tipe ini siswa mampu belajar untuk berbicara atau menjelaskan mengenai materi yang sudah didiskusikan bersama teman-teman

kelompoknya kepada kelompok lainnya.

Berdasarkan wawancara dengan guru Biologi kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta, proses pembelajaran materi biasanya disampaikan dengan

metode ceramah dan diskusi. Kegiatan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 4 Yogyakarta terdiri atas 5 kelas XI IPA. Berdasarkan hasil observasi

yang telah dilakukan pada kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta, terlihat dalam pembelajaran guru sudah memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, akan tetapi siswa cenderung kurang berani untuk bertanya pada

(22)

pertanyaan atau memberikan tanggapan sebanyak 10% (10 orang), itu pun karena ditunjuk oleh guru dan bukan karena kesadaran siswa sendiri. Hal ini

menunjukkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih rendah, sehingga keadaan kelas perlu ditingkatkan kembali. Dilihat dari nilai ulangan mengenai

materi sistem reproduksi rata-ratanya 67,50 padahal KKMnya 78, dan yang mencapai KKM hanya 25% dari 30 siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan di kelas serta wawancara dengan guru

dan siswa, dapat diidentifikasikan permasalahan yang terjadi adalah sebagai berikut: siswa perlu dirangsang untuk aktif bertanya agar proses pembelajaran

dapat berlangsung dengan aktif dan adanya penggunaan model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif.Peneliti berharap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray untuk pokok bahasan sistem reproduksi, mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi kelas XI IPA.Sehubungan dengan maksud tersebut maka penulis menetapkan

judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay

Two Stray untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa materi

Sistem Reproduksi XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah:

1. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014.

(23)

a. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem reproduksi pada KD 3.7 yakni menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan

proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, dan pemberian ASI serta kelainan/penyakit yang

dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia

b. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aspek kognitif yaitu pada materi sistem reproduksi dengan jenjang soal pengetahuan

(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).

c. Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah berupa bertanya,

menjawab, membaca, berdiskusi dan mencatat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA

Negeri 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 materi sistem

reproduksi?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA

(24)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

dalam penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4

Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 materi sistem reproduksi.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta tahun 2013/2014 pada materi sistem reproduksi.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar untuk siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu untuk peneliti , guru, kepala sekolah, dan guru-guru lain.

(25)

Manfaat bagi peneliti yaitu menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa untuk siswa SMA.

2. Untuk Guru

Manfaat bagi guru Biologi yakni untuk menambah referensi pengembangan pembelajaran Biologi SMA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.

3. Untuk Siswa

Siswa kelas XI IPA dapat memahami materi Biologi secara menyenangkan dan tidak membosankan, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

4. Untuk kepala sekolah

Bagi kepala sekolah manfaatnya sebagai bahan evaluasi mengenai

(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Definisi belajar yakni suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan

mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencangkup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya (Dalyono, 2010:49).

Bruner (dalam Dahar, 2011:77) mengemukakan bahwa belajar adalah pengembangan kategorisasi dengan melibatkan kategori-kategori

yang dibutuhkan bagi pemfungsian manusia. Selanjutnya kategori-kategori tersebut dapat membawa ke tingkat yang lebih tinggi daripada informasi yang diberikan. Dalam hal ini terdapat 3 proses yang

berlangsung secara bersamaan, salah satunya yakni menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan, dalam hal ini siswa dapat menguji relevansi dan

ketepatan pengetahuan dengan menilai apakah cara siswa memperlakukan pengetahuan itu cocok dengan tugas yang ada.

Sedangkan menurut Slameto (2010:2), belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

(27)

Dari pengertian-pengertian di atas, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh individu sehingga mengakibatkan perubahan

pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku dalam dirinya sebagai hasil pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan.

2. Prinsip Belajar

Suprijono (2009:4) memaparkan beberapa prinsip belajar yaitu

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan

perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

a. sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang

disadari

b. kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c. fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup

d. positif atau berakumulasi

e. aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan

f. permanen atau tetap g. bertujuan dan terarah

h. mencangkup keseluruhan potensi kemanusiaan

Kedua¸belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik

(28)

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara siswa dengan lingkungannya.

Bruner (dalam Dahar, 2011:79) menganggap bahwa, belajar

untuk menemukan sesuatu (penemuan) sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari

pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan agar

siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk

memperolehpengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

Pengetahuan yang didapat dengan belajar dari teori Bruner

menunjukkan beberapa kebaikan seperti pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan

pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain; hasil belajar dari penemuan siswa mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya; dan secara menyeluruh dapat meningkatkan penalaran

siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.

3. Tujuan Belajar

(29)

keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai

tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan

demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan

konsekuensi logis dari siswa “menghidupi” (live in) suatu sistem

lingkungan belajar tertentu.

B.Pembelajaran

Menurut Gagne dan Brigga (dalam Majid, 2013:283), pembelajaran adalah rangkaian peristiwa (events) yang memengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran tidak hanya terbatas pada event-event yang dilakukan oleh guru, tetapi mencangkup semua events yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputi kejadian-kejadian yang diturunkan dari bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan

tersebut.

Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna

sebagai “upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui

berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah

pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Pembelajaran dapat pula

(30)

Dengan demikian, pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan

terencana yang mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, kegiatan

pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama, bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar.

Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan

melalui kegiatan mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa makna pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar yang antara lain dilakukan oleh

guru dalam mengkondisikan seseorang untuk belajar.

Dalam pembelajaran, terjadi proses komunikasi untuk

menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta perubahan tingkah laku. Dengan demikian, keberhasilan kegiatan

pembelajaran sangat tergantung kepada efektivitas proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut (Majid,2013:284).

Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendiknas

(31)

C. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,2010:37).

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran

kooperatif menurut Lie (dalam Sugiyanto,2010:40) adalah a. Saling ketergantungan positif.

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: saling ketergantungan

mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran,

saling ketergantungan hadiah. b. Interaksi tatap muka.

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam

kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialong tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena

(32)

c. Akuntabilitas individual.

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang

memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan

atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu, tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok.

d. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi.

Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani

mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin

hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam

(33)

bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar semua anggota dapat

belajar secara maksimal.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas (dalam Taniredja,2011:60), tujuan pertama pembelajaran kooperatif,

yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi

nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran

kooperatif membuat peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat

sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan siswa yang

dimaksud adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

3. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David (dalam Suprijono, 2009:58) mengatakan bahwa

(34)

pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah

sebagai berikut.

a. Positive interdependence (Saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota

kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

b. Personal responsibility (Tanggung jawab perseorangan)

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap

keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua

anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok

harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan

positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang

(35)

wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling

memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

d. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)

Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima

dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

e. Group processing (pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan

kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak

membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan

kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.

Fokus dalam penelitian ini yakni yang pertama pada unsur saling ketergantungan positif dimana semua siswa mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan menjamin kelompok secara individu

(36)

antaranggota, komunikasi di sini siswa mampu berkomunikasi secara

akurat. Kondisi yang cocok dalam penelitian ini yakni komunikasi antaranggota, karena berkomunikasi dengan dengan teman lebih

memudahkan siswa untuk bisa mengasah kemampuan siswa untuk aktif dalam berpendapat.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Suprijono (2009:65) memaparkan sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut.

a. Fase pertama

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru

mengklasifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.

b. Fase kedua

Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi

akademik. c. Fase ketiga

Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di

dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas

(37)

yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu

lainnya. d. Fase keempat

Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,

pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.

e. Fase kelima

Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi

yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. f. Fase keenam

(38)

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two

Stray

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Two

Stay Two Stray. “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh

Spencer Kagarn 1992. Struktur Two Stay Two Stray yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain, hal ini

menunjukkan bahwa empat elemen proses belajar kooperatif yang terdiri atas: saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,

akuntabilitas individual, keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Pada saat anggota kelompok bertamu ke kelompok lain maka akan terjadi proses pertukaran informasi yang bersifat saling melengkapi, dan

pada saat kegiatan dilaksanakan maka akan terjadi proses tatap muka antar siswa dimana akan terjadi komunikasi baik dalam kelompok

maupun antar kelompok sehingga siswa tetap mempunyai tanggung jawab perseorangan (Lie, 2010:61-62).

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Menurut Wijaya (dalam Fitrianto,2013:16), ciri-ciri model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yaitu

(39)

b. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

c. bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelamin yang berbeda.

d. penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu. Dalam model pembelajaran ini, siswa dihadapkan pada kegiatan

mendengarkan apa yang diutaraakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk

menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak

materi pada siswa.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran

kooperatif yang telah dibahas sebelumnya. Siswa diajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model

pembelajaran Two Stay Two Strayakan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskn oleh teman. Selain itu, alasan

menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok,

(40)

Pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa

yang menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh

kelompoknya, maka tentu siswa yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang dijelaskan oleh temannya, materi kepada teman lain. Demikian juga ketika siswa kembali ke

kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang didapat dari kelompok yang dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan

materi yang didapat dari kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan oleh temannya.

Dalam proses pembelajaran dengan tipe ini, secara sadar ataupun tidak sadar, siswa akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi kajian untuk ditingkatkan yaitu keterampilan

menyimak. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Two

Stay Two Stray seperti itu, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan

menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh. Dengan penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray, siswa juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif).

(41)

mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu

konsep dengan pola pikir narasumber. Kemudian bagi guru atau peneliti, menjadi acuan evaluasi berapa persenkah keberhasilan

penggunaan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray ini dalam meningkatkan keterampilan menyimak siswa.

3. Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Menurut Fitrianto (2013:19), pembelajaran kooperatif model

Two Stay Two Stray terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut

a. Persiapan.

Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat

silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota

kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.

b. Presentasi guru.

Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana

pembelajaran yang telah dibuat. c. Kegiatan kelompok.

(42)

berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep

materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut

bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari

masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam

kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota

yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

d. Formalisasi.

Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan

yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan

mengarahkan siswa ke bentuk formal. e. Evaluasi kelompok dan penghargaan.

(43)

Stay Two Stray. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model Two

Stay Two Stray, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian

penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.

4. Kelebihan dan Kekurangan dari Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Two Stay Two Stray

Menurut Santoso (dalam Fitrianto,2013:21), suatu model

pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut.

a. Dapat diterapkan pada semua kelas tingkatan

b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna

c. Lebih berorientasi pada keaktifan

d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya

e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah:

a. Membutuhkan waktu yang lama;

(44)

c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan

tenaga);

d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas, untuk

mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang

heterogen ditinjau dari segi kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompok harus ada

siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang

berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan

kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang

yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok lain.

Kondisi yang cocok pada penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray dalam penelitian ini yakni dapat diterapkan pada semua kelas tingkatan atau pembentukan kelompok

(45)

kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis

tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok lain.

E. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin

terjadi (Sardiman,2008:97).

Banyak jenis aktivitas yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas

siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B.Diedrich (dalam Sardiman,

2008:101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain digolongkan sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato..

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,

(46)

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activitites, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bergairah, berani, tenang, gugup.

F. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Setiap melaksanakan kegiatan tertentu akan diperoleh suatu hasil, begitu pula dengan hasil belajar. Hasil kegiatan belajar biasa dikenal

sebagai hasil belajar. Hasil belajar mempunyai ukuran keberhasilan peserta didik melaksanakan belajar.

Hasil belajar ini diperoleh melalui seperangkat tes dan hasil tesnya akan memberikan informasi apa yang telah dikuasai peserta didik. Hasil belajar (achievement) diartikan sebagai tingkat keberhasilan dengan mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumalh mata

(47)

2. Faktor-faktor yang Menentukan Pencapaian Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu

berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Di bawah ini dikemukakan oleh Dalyono (2010). Faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar.

a. Faktor Internal 1)Kesehatan.

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat,

sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.

Jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya mengalami

gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainnya, ini dapat

mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar

dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar. 2) Intelegensi dan Bakat

(48)

mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga

prestasi belajarnya pun rendah. Bakat, juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar.

Selanjutnya, bila seseorang mempunyai inteligensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses bila dibandingkan dengan

orang yang memiliki bakat saja tetapi inteligensinya rendah. 3) Minat dan Motivasi

Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu

merupakan modal yang besar artinya untuk

mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain

karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan

bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

Motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Seseorang yang belajar dengan motivasi

(49)

mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan

pelajaran.

Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi

keberhasilannya. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus

dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan

belajar. 4) Cara Belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperolah

hasil yang kurang memuaskan. b. Faktor Eksternal

a. Keluarga

Faktor orangtua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan

orangtua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orangtua, rukun atau tidaknya kedua

(50)

itu, faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi

keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau tidak peralatan/media belajar seperti papan tulis, gambar,

peta, ada atau tidak kamar atau meja belajar, dan sebagainya, semuanya itu juga turut menentukan keberhasilan belajar seseorang.

b. Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat

keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan

fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Bila

suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para guru dan

akibatnya merak tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah. Demikian pula jika jumlah murid per kelas

terlalu banyak (50-60 orang), dapat mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru dengan murid kurang akrab, control guru

(51)

c. Masyarakat

Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya

rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya, baik, hail ini akanmendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal,

tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang

sehingga motivasi belajar berkurang. d. Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk pikuk orang di sekitar, suara pabrik,

polusi udara, iklim yang terlalu panas akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi, iklim yang

sejuk, akan menunjang proses belajar.

Fokus dalam penelitian ini yakni faktor internal dan faktor eksternal yakni sekolah terutama pada metode mengajar.

G. Materi Sistem Reproduksi

(52)

serta pada kompetensi dasarnya yaitu menjelaskan keterkaitan antara struktur,

fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, dan pemberian ASI serta kelainan/penyakit

yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.

Materi yang tercakup pada sistem reproduksi adalah 1. Struktur organ reproduksi pria

2. Struktur organ reproduksi wanita 3. Proses oogenesis dan ovulasi

4. Siklus menstruasi 5. Proses spermatogenesis

6. Fertilisasi dan kehamilan 7. Teknologi Keluarga Berencana

8. Kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia

H. Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang

dilaksanakan. Hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk pengembangan terhadap penelitian yang dilaksanakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Agung Fitrianto (2013) yaitu tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Kalitengah

(53)

dibanding yang menggunakan pembelajaran ekspositori hanya 52,1%. Hasil

belajar yang menggunakan model pembelajaran TSTS meningkat dari awalnya memiliki rata nilai 55,24 (kurang dari KKM) maka nilai

rata-rata menjadi 81,90. Hasil analisis dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil hitung sebesar 3,25 dan koefisien tersebut signifikan pada tariff 5% dan dk = 42, maka diperoleh t tabel sebesar 2,025 ternyata nilai thitung>ttabel sehingga

ada perbedaan rata-rata hasil belajar Pkn yang mendapatkan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran TSTS dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa. Kesimpulan yang didapat yaitu model pembelajaran ini mempengaruhi hasil belajar siswa kelas IV SD N 01

Kalitengah Banjarnegara.

Penelitian yang dilakukan oleh Firmando (2012) yaitu tentang Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Materi Pengelolaan Lingkungan

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Siswa Kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran

2011-2012. Berdasarkan analisis bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan: 1) aktivitas siswa dalam 5 unsur pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray dari siklus I ke siklus II, yaitu pada tingkat K sebesar 17,9% menjadi 7,3% tingkat C sebesar 44,3% menjadi 33,9%, dan tingkat B

(54)

dan ketuntasan belajar klasikal diperoleh hasil (20,68%; 30% dan 83,3%).

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray (TSTS).

I. Kerangka Berpikir

Permasalahan yang dihadapi di kelas XI IPA 2

Siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar yang didapat masih kurang dari KKM

Pertimbangannya karena pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two

Stay Two Stray (TSTS) karena memiliki keunggulan bahwa siswa berani

mengungkapkan pendapatnya dengan percaya diri dan meningkatkan hasil

belajar.

Solusinya yaitu dengan menggunakan pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Alasan memilih model ini

Model ini dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Pembagian kelompok secara heterogen 2. Membagi tugas untuk tiap-tiap kelompok

3. Diskusi kelompok awal

4. 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan

(55)

kerja dan informasi ke tamu

5. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya dan melaporkan temuannya serta

mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Dengan adanya perlakuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay

Two Stray (TSTS) diharapkan indikator-indikator yang diamati seperti

membaca buku, merespon pertanyaan dari guru, mengerjakan tugas dari

guru, mencatat penjelasan dari guru, mengerjakan tugas dari guru, membaca buku atau sumber lain, bekerja sama dengan teman,

mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide dalam kelompok, menjelaskan materi ke kelompok lain, mencatat penjelasan materi dari kelompok lain, mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, mendengarkan presentasi

(56)

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian dan Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dalam Penelitian

Tindakan Kelas, peneliti terlibat langsung dalam pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dengan cara merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif.

Dua jenis variabel yang sering digunakan dalam penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan aktivitas siswa dalam materi sistem reproduksi.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

mengedepankan kerjasama kelompok serta mengunggulkan komunikasi yang terjalin baik, yakni siswa dapat berbicara atau menjelaskan kepada

(57)

B. Seting Penelitian

1. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi sistem reproduksi kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 4 Yogyakarta.

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta yang terdiri dari 30 siswa, namun ternyata yang aktif

mengikuti semua proses dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray hanya 23 siswa.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian di SMA Negeri 4 Yogyakarta. Jl. Magelang, Karangwaru Lor, Tegalrejo, Yogyakarta.

4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni tahun 2014.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas menekankan pada perbaikan proses

pembelajaran, dilaksanakan seiring dengan kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan oleh sekolah itu sendiri.

(58)

Perubahan perencanaan dari siklus ke siklus berikutnya tergantung dari hasil refleksi pada siklus sebelumnya digambarkan dalam diagram

berikut ini.

Gambar 3.1 Diagram Prosedur Penelitian Tindakan

1. Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, kegiatan yang dilakukan dalam persiapan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Meminta izin untuk melakukan observasi penelitian kepada Wakasek

Kurikulum dan Guru Pengampu Biologi kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 4 Yogyakarta.

(59)

wawancara dengan guru bidang studi Biologi, teman yang pernah PPL di tempat tersebut dan siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4

Yogyakarta.

c. Analisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul

penelitian.

d. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen, hingga memperoleh persetujuan untuk melakukan penelitian dari

dosen yang bersangkutan.

2. Siklus I

Rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus I dilaksankan dalam 2 kali pertemuan sebanyak 4 x 45 menit, terdiri dari beberapa tahapan, adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai

berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Rencana tindakan siklus I adalah sebagai berikut:

1) Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, LKS, dan alat bahan yang menunjang pembelajaran

2) Menyusun instrumen berupa soal evaluasi awal dan akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar awal dan akhir siswa pada siklus

I.

(60)

4) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk mengelompokkan para siswa berdasarkan jenis kelamin,

kemampuan, dan membagi siswa secara heterogen menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut.

1) Persiapan

Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah

membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap

anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.

2) Presentasi guru

Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana

pembelajaran yang telah dibuat. 3) Kegiatan kelompok

Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang

(61)

konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut

bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan

dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang

tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2

anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

4) Formalisasi

Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan

permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya.

Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.

5) Evaluasi kelompok dan penghargaan

Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh

(62)

Two Stay Two Stray. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan

model Two Stay Two Stray, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan

skor rata-rata tertinggi.

c. Observasi (Observation)

Tahap observasi ini dilaksanakan oleh peneliti, guru pengamat

dan observer. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan para siswa yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

penelitian. Selain itu, dalam tahap ini observer melakukan kegiatan pengamatan atas dampak dan hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.

Aktivitas belajar siswa didapatkan melalui lembar observasi yang dilakukan oleh observer pada siklus I.

Observasi ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Biologi pada materi sistem reproduksiyang dilaksanakan peneliti dan siswa. Peneliti dan observer mengamati,

mengenali dan mendokumentasikan proses, hasil pengaruh dan kemungkinan permasalahan baru yang muncul selama tindakan kelas

dilakukan. Data hasil hasil tes kognitif dan lembar observasi aktivitas siswa akan dijadikan bahan analisis atau dasar refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bagi penyusunan

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Prosedur Penelitian Tindakan
Tabel 3.1 Jenis dan Analisis Data
Tabel 3.2 Kriteria Aktivitas Siswa
Tabel 3.3 Panduan Pemberian Skor Kuisioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Selain dengan tes, penelitian ini menggunakan instrumen pengembangan bahan ajar berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kedua kelas yang digunakan untuk

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN

[r]

Sedangkan other investment inflow dua triwulan , direct investment outflow satu dan dua triwulan, portfolio investment outflow satu triwulan yang lalu menyebabkan nilai

Memberikan tanggapan dan saran sederhana terhadap suatu masalah dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat.. - Mendata masalah yang terjadi di sekitar

Reliablitas Kesejahteraan Psikologis Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized.. Items N

Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kegiatan melipat kertas dengan kreativitas anak terbukti adanya peningkatan dari minggu pertama sampai minggu keenam dalam semua aspek