• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Bertindak dan menilai proses keselamatan kerja : Apabila ada pekerja yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. Bertindak dan menilai proses keselamatan kerja : Apabila ada pekerja yang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 2.1.1 Keselamatan Kerja

Perlindungan tenaga kerja memiliki beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan keselamatan, perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjanya secara aman melakukan kerjanya sehari-hari untuk meningkatkan produktivitas. Menurut Wijaya, (2015) Keselamatan Kerja adalah perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik maupun mental dalam lingkungan pekerjaan.

 Tujuan keselamatan kerja adalah :

1. Mencegah terjadinya kecelakaan dan timbulnya penyakit akibat/pekerjaan 2. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan

bangunan-bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi dsb 3. Meningkatkan produktifitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin

kehidupan produktifnya

4. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber produktif lainnya sewaktu kerja dsb

5. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja

6. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri serta pembangunan

 Contoh Keselamatan Kerja :

1. Melakukan pengontrolan pada perlatan-peralatan kerja dengan berkala : Hal ini bermanfaat untuk mengetahui mana sebagian perlengkapan yang mengalami kerusakan agar dapat diperbaiki dan tidak memberi bahaya pada karyawannya. 2. Bertindak dan menilai proses keselamatan kerja : Apabila ada pekerja yang

mengalami kecelakaan, perusahaan harus meninjak lanjuti tentang hal itu. Baik dari sisi tanggung jawab pada karyawan itu, dan juga mencari tahu apa penyebab kecelakaan itu terjadi agar tidak terulang pada karyawannya yang lain.

(2)

 Alasan Pentingnya Keselamatan Kerja

Terdapat tiga alasan keselamatan kerja merupakan keharusan bagi setiap perusahaan untuk melaksanakannya, antara lain :

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.

2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. 3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas perusahaan.

2.1.2 Kesehatan kerja

Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya kesehatan yang baikakan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik, (Anjani, 2014)

 Fungsi Kesehatan Kerja :

1. Melindungi pekerja terhadap kesehatan yang mungkin timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja.

2. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaan baik fisik maupun mental serta menyadari kewajiban terhadap pekerjaannya.

3. Memperbaiki memelihara keadaan fisik mental maupun sosial pekerja sebaik mungkin.

 Tujuan Utama Kesehatan Kerja :

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja. 3. Perawatan dan efisiensi dan produktifitas tenaga kerja.

(3)

4. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.

5. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk kesehatan.

 Contoh Kesehatan Kerja

1. Melakukan pengontrolan pada lingkungan kerja dengan berkala : Kebersihan lingkungan perusahaan pasti akan melindungi kesehatan para karyawannya. Karena lingkungan yang kurang bersih akan membawa penyakit.

2. Memelihara sebagian perlengkapan kerja : Perusahaan harus senantiasa memelihara kondisi perlengkapan agar senantiasa dalam kondisi yang baik. Karena jika ada yang salah dalam sebagian perlengkapan kerja karyawan, dapat memberi dampak yang buruk pada karyawan itu.

3. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja.

2.1.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah seseorang terbebas dari celaka dan nyaris celaka dimanapun dia berada dan sehat secara rohani, jasmani maupun di lingkungan sosial.

2.2 Human Error

Human error didefinisikan sebagai suatu keputusan atau tindakan yang mengurangi atau potensial untuk mengurangi efektifitas, keamanan atau performansi suatu sistem. Human Error adalah suatu penyimpangan dari suatu performansi standart yang telah ditentukan sebelumnya, yang mengakibatkan

(4)

adanya penundaan waktu yang tidak diinginkan, kesulitan, masalah, insiden, kegagalan. Namun pada penyelidikan lebih lanjut human error dapat dikategorikan juga sebagai ketidaksesuaian kerja yang bukan hanya akibat dari kesalahan manusia, tetapi juga karena adanya kesalahan pada perancangan dan prosedur kerja. Kesalahan yang diakibatkan oleh faktor manusia kemungkinan disebabkan oleh pekerjaan yang berulang-ulang (repetitive) dengan kemungkinan kesalahan sebesar 1%. Klasifikasi Human Error Pada dasarnya terdapat klasifikasi untuk mengidentifikasi penyebab kesalahan tersebut. Menurut Iftikar. Z. Sutalaksana (1979) klasifikasi tersebut secara umum ada 3 penyebab terjadinya human error yaitu sebagai berikut :

1. Induced Human Error System

Induced Human Error System adalah dimana mekanisme suatu sistem memungkinkan manusia melakukan kesalahan, misalnya peraturan manajemen yang tidak menerapkan disiplin secara baik dan ketat

2. Induced Human Error Design

Induced Human Error Design adalah perancangan atau desain sistem kerja yang kurang baik memungkinkan pekerja melakukan kesalahan, bila peralatan dirancang tidak sesuai dengan pengguna (dalam hal ergonomis), maka terdapat kemungkinan akan terjadi ketidaksesuaian dalam pemakaian peralatan tersebut, yang berpotensi menimbulkan human error.

3. Pure Human Error

Pure Human Error adalah suatu kesalahan yang terjadi murni berasal dari dalam manusia itu sendiri, misalnya karena skill, pengalaman, dan psikologis serta kurangnya pemahaman tentang basic knowledge suatu pekerjaan tersebut.

 Contoh Penyebab Human Error

1. Desain sistem yang tidak memadai seperti, peraturan dari manajemen kurang ketat atau manajemen kurang menerapkan kedisiplinan

2. Situasi kerja yang buruk seperti, tata letak fasilitas, mesin, dan peralatan yang kurang nyaman.

3. Karakteristik perilaku manusia seperti, kurangnya pengalaman kerja, kelalaian, dan aspek psikologis.

(5)

4. Kelelahan fisik dan mental seperti, pemberlakua waktu kerja over time (lembur).

5. Lingkungan fisik kerja seperti, suara bising dan, pencahayaan dalam ruang kerja.

2.3 Metode Systematic Human Error Reduction And Prediction Approach (SHERPA)

SHERPA merupakan teknik yang dikembangkan oleh Embrey (1986) sebagai teknik untuk memprediksi human error yang juga menganalisis pekerjaan dan mengidentifikasi solusi-solusi potensi untuk megatasi error dalam cara yang terstruktur. Teknik ini berdasarkan taksonomi human error dan pada bentuk aslinya dikhususkan pada mekanisme psikologi yang berimplikasi pada error. Error didalam SHERPA dikelompokan menjadi beberapa klasifikasi yaitu Action, Checking, Retrieval, Information communication, Selection.

Selain mengidentifikasi error tersebut, maka dapat dilakukan juga beberapa analisis seperti analisis terhadap kemungkinan yang dapat terjadi apabila error dilakukan oleh operator, analisis terhadap tindakan yang dianggap kritis, serta strategi. Terdapat 8 (delapan) langkah dalam menggunakan SHERPA, yaitu (Stanton, 2002):

1. Kolom pertama adalah langkah pengerjaan (task step). Kolom ini diisi oleh nomor dari langkah pekerjaan yang dilakukan. Nomor ini diambil dari level terendah Hierarchical Task Analysis (HTA).

2. Kolom kedua adalah mode error (Error Mode). Terdapat 5 (lima) kategori yang bisa dipilih adalah tindakan (action), pemeriksaan (checking), penerimaan informasi (retrieval), pengkomunikasian (communication), dan pemilihan (selection).

3. Kolom ketiga adalah penjelasan error yang mungkin terjadi (description). Kolom ini merupakan penjelasan dari error yang mungkin terjadi dari kolom kedua.

4. Kolom keempat akibat (consequence). Kolom ini menjelaskan prediksi mengenai akibat yang mungkin terjadi apabila error tersebut dilakukan

(6)

5. Kolom kelima adalah perbaikan (recovery). Kolom ini menyatakan apakah error tersebut terdapat perbaikannya atau tidak pada langkah pekerjaan berikutnya.

6. Kolom keenam adalah P (probability). Kolom ini menentukan peluang terjadinya error. Nilai probabilitas berurutan dituliskan sebagai low (rendah), medium (sedang), atau high (tinggi). Apabila error tidak pernah muncul maka probabilitasnya low (L). Jika error pernah muncul pada peristiwa sebelumnya, maka probabilitasnya medium (M). jika error tersebut seringkali terjadi maka probabilitasnya adalah high (H). Klasifikasi tersebut dibuat berdasarkan data historis dan atau pendapat para ahli.

7. Kolom ketujuh adalah C (tingkat kekritisan). Kolom ini menentukan tingkat kekritisan error. Apabila konsekuensinya dianggap kritis (mengakibatkan kerugian yang tidak dapat diterima), maka dibuat suatu catatan dan kekritisan dituliskan dalam cara biner. Jika error menyebabkan peristiwa yang serius maka akan dilabeli kritis dengan tanda (!). Apabila tidak maka dinotasikan dengan tanda strip (-).

8. Kolom kedelapan adalah strategi perbaikan (remedial measures). Kolom terakhir ini dijelaskan tentang usulan perbaikan agar error tersebut dapat diminimasi. (Putro, 2015)

2.4 Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA)

Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA) merupakan salah satu metode identifikasi kecelakaan kerja dengan penilaian risiko sebagai salah satu poin penting untuk mengimplementasikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dilakukannya HIRA bertujuan untuk mengidentifikasi potensi-potensi bahaya yang terdapat di suatu perusahaan untuk dinilai besarnya peluang terjadinya suatu kecelakaan atau kerugian. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko serta pengontrolannya harus dilakukan diseluruh aktifitas perusahaan, termasuk aktifitas rutin dan non rutin, baik pekerjaan tersebut dilakukan oleh karyawan langsung maupun karyawan kontrak, supplier dan kontraktor, serta aktifitas fasilitas atau personal yang masuk ke dalam tempat kerja.

(7)

Cara melakukan identifikasi bahaya dengan mengidentifikasi seluruh proses/ area yang ada dalam segala kegiatan, mengidentifikasi sebanyak mungkin aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap proses/ area yang telah diidentifikasi sebelumnya dan identifikasi K3 dilakukan pada suatu proses kerja baik pada kondisi normal, abnormal, emergency, dan maintenance.

Proses identifikasi menggunakan HIRA ini adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi Bahaya

2. Risk Assessment (Analisa risiko)

3. Determine Controls (Menetapkan tindakan pengendalian)

4. Documentation Socialization and Implementing Controls (Pendokumentasian sosialisasi dan pelaksanaan tindakan pengendalian).

Mengelola risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan manajemen risiko sebagaimana terlihat dalam Risk Management Standard AS/NZS 4360 yang meliputi penentuan konteks, identifikasi risiko, analisa risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko, komunikasi, dan pemantauan dan tinjauan ulang. (Panjaitan, 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh dari penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri yang dilaksanakan di SDN Tawangheman 01 pada siswa kelas IV yang berjumlah 27

SUCIYONO SMPN SATU ATAP 1 KAMPAKBIMBINGAN DAN KONSELING (KONSELOR) 5 Tidak hadir 6 11051781011032 RETNANINGTYAS SMP N 1 DONGKO BIMBINGAN DAN KONSELING (KONSELOR) 5 Syarat

Pada penelitian ini telah dilakukan percobaan untuk mempelajari kinetika reaksi pelarutan nikel dari kalsin nikel laterit ke dalam larutan asam sulfat. Kalsin

variabel random diskrit yang berdistribusi Poisson dan memperhatikan faktor spasial, maka hubungan antara variabel respon dalam hal ini jumlah kematian bayi dan variabel

SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, PENGENDALIAN INTERN, DAN KOMITMEN MANAJEMEN TERHADAP KETERANDALAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH (Studi pada

Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Pengawas Perikanan Bidang Pembudidayaan Ikan ini merupakan pedoman bagi pengawas perikanan bidang pembudidayaan, pengelola

Tipe administratif kepemimpinan ini mampu menyelengarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pimpinannya biasanya terdiri dari teknokrat dan

[r]