• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPPLH dan. Kepalaa BPS Kabup. paten/kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPPLH dan. Kepalaa BPS Kabup. paten/kota"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Bu

B

ku I. P

BADAN P

LIN

Pedoma

K

PUSAT

P

NGKU

an Kep

Kepala

T STATIS

PERIL

NGAN

pala BP

a BPS K

STIK

S

LAKU

N HID

PS Pro

Kabup

SPPLH 20

SURV

PED

DUP 20

ovinsi

paten/K

013

VEI

ULI

013

dan

Kota

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka menyediakan data mengenai perilaku penduduk yang merusak atau mencemari lingkungan hidup maupun perilaku penduduk yang ramah lingkungan, BPS sebagai lembaga penyedia data akan melakukan Survei Perilaku Peduli Lingkungan Hidup (SPPLH) 2013 dengan pendekatan rumah tangga. Kegiatan SPPLH 2013 merupakan bentuk kepedulian BPS terhadap kondisi lingkungan hidup di Indonesia.

Buku pedoman ini menjelaskan panduan kerja bagi Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota dalam melaksanakan kegiatan SPPLH 2013. Fokus utama buku pedoman ini adalah penjelasan mengenai metodologi, mekanisme di lapangan, dan struktur organisasi. Diharapkan buku pedoman ini dapat memberikan gambaran kepada semua pihak terkait untuk sejak dini merancang pembagian tugas bagi para pelaksana dengan sebaik-baiknya, sehingga semua kegiatan dapat diselesaikan tepat waktu dan menghasilkan data yang berkualitas.

Selamat bertugas.

Jakarta, Mei 2013

Deputi Bidang Statistik Sosial

Wynandin Imawan

(4)
(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 1

1.3. Landasan Hukum ... 2

1.4. Ruang Lingkup ... 2

1.5. Dokumen yang Digunakan ... 2

1.6. Arus Dokumen ... 3 1.7. Jadwal Kegiatan ... 5 1.8. Pembiayaan ... 5 II. METODOLOGI ... 6 2.1. Kerangka Sampel ... 6 2.2. Desain Sampel ... 6 2.3. Teknik Estimasi ... 7 2.3.1 Skema Sampling ... 7 2.3.2 Design Weight ... 8 2.3.3 Estimasi Karakteristik... 8 2.4. Mekanisme Pencacahan ... 8

III. STRUKTUR ORGANISASI ... 10

3.1. Struktur Organisasi ... 10

3.2. Tugas dan Tanggung Jawab ... 11

3.3. Persyaratan Petugas Lapangan... 14

IV. PELATIHAN ... 15

4.1. Pelatihan Calon Innas ... 15

4.2. Pelatihan Petugas Lapangan ... 15

V. PENGAWASAN/PEMERIKSAAN ... 17

5.1. Pengawasan oleh BPS Pusat ... 17

(6)

5.3. Pengawasan oleh BPS Kabupaten/Kota ... 18

5.4. Pengawasan oleh PML ... 19

VI. PENGOLAHAN ... 20

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanasan global dan perubahan iklim yang melanda dunia memberikan dampak serius pada kehidupan sosial, ekonomi, lingkungan serta budaya. Pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi tidak hanya ditimbulkan oleh rangkaian kejadian alam biasa, akan tetapi lebih diakibatkan oleh perilaku manusia. Hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 2007 memastikan bahwa perubahan iklim global terjadi akibat atmosfer bumi dipenuhi oleh gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas karbon dioksida dihasilkan dari proses

pembakaran bahan bakar fosil yang digunakan oleh kendaraan bermotor dan industri serta gas hasil kebakaran hutan, sementara gas metana dihasilkan dari aktivitas pembuangan sampah dan peternakan. Ditegaskannya perilaku manusia sebagai penyebab utama timbulnya pemanasan global dan perubahan iklim menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Indonesia, sebagai negara terpadat keempat di dunia, untuk menjadikan penduduknya lebih berperilaku peduli lingkungan.

Pada dasarnya kepedulian penduduk terhadap lingkungan tidak dapat tercipta dengan sendirinya. Diperlukan berbagai perangkat untuk mewujudkannya, seperti penegakan hukum, infrastruktur yang memadai, dan program-program edukasi. Perangkat tersebut akan lebih tepat guna baik pada saat perencanaan, monitoring maupun evaluasi, jika data terkait sejauh mana kepedulian penduduk terhadap lingkungannya diketahui.

Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan di berbagai bidang baik sektoral maupun lintas sektoral, Badan Pusat Statistik (BPS) berupaya menyediakan data mengenai perilaku penduduk yang merusak atau mencemari lingkungan hidup maupun perilaku penduduk yang ramah lingkungan. Untuk itu BPS melakukan Survei Perilaku Peduli Lingkungan Hidup (SPPLH) 2013 dengan pendekatan rumah tangga.

SPPLH 2013 adalah survei terkait perilaku peduli lingkungan hidup yang keduakalinya dilakukan oleh BPS dengan cakupan sampel yang lebih besar dari survei sebelumnya. Oleh karena itu, buku pedoman ini disusun untuk memberikan panduan kerja bagi Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota guna melaksanakan kegiatan SPPLH 2013. Semua pihak terkait diharapkan dapat merancang sejak dini pembagian tugas bagi para pelaksana dengan sebaik-baiknya, sehingga semua kegiatan dapat diselesaikan tepat waktu. Selain itu, perhatian dan pengawasan pada saat pelaksanaan lapangan sangat diperlukan untuk memperoleh data yang berkualitas.

1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan SPPLH 2013 adalah untuk mendapatkan data lingkungan hidup skala mikro yaitu pada level rumah tangga. Karakteristik data yang ingin diperoleh adalah data yang menggambarkan perilaku rumah tangga terhadap lingkungan hidup baik perilaku ramah ataupun yang

(8)

sifatnya merusak lingkungan hidup, baik secara langsung atau tidak langsung berdampak pada lingkungan.

Data yang tersedia tersebut nantinya diharapkan dapat memberi masukan untuk perencanaan program-program kerja pemerintah di bidang lingkungan hidup dengan sasaran rumah tangga, sekaligus untuk memonitor dan mengevaluasi program pembangunan di bidang lingkungan hidup.

1.3 Landasan Hukum

Pelaksanaan SPPLH 2013 didasarkan pada :

1. Undang Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik,

2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik,

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2007 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen,

4. Keputusan Kepala BPS Nomor 007 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPS, 5. UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

1.4 Ruang Lingkup

SPPLH 2013 dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dengan sampel sebanyak 75.000 rumah tangga. Jumlah sampel ini setara dengan jumlah sampel Susenas dalam satu triwulan. Data hasil SPPLH 2013 dapat disajikan untuk level provinsi maupun level nasional.

1.5 Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam pelaksanaan lapangan SPPLH 2013 terdiri dari tiga jenis buku pedoman dan dua jenis daftar. Jenis dan kegunaan masing-masing dokumen dijelaskan dalam Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1 Jenis dan Kegunaan Dokumen SPPLH 2013

No Instrumen Kegunaan Digunakan Oleh

(1) (2) (3) (4)

1. Buku I. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota

Merupakan acuan bagi Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota dalam

melaksanakan pendataan SPPLH 2013

Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS

Kabupaten/Kota

2. Buku II. Pedoman

Pencacahan Merupakan acuan bagi pencacah dalam melaksanakan pendataan SPPLH 2013

Pencacah (PCL) dan Pengawas/Pemeriksa (PML)

3. Buku III. Pedoman

Pengawasan/Pemeriksaan Merupakan acuan bagi pengawas/ pemeriksa dalam mengawasi/ memeriksa pendataan SPPLH di lapangan

(9)

No Instrumen Kegunaan Digunakan Oleh

(1) (2) (3) (4)

4. SPPLH13.DSRT Daftar Sampel Rumah Tangga

Terpilih SPPLH 2013. PML dan PCL 5. SPPLH13.RT Pencacahan Rumah Tangga PCL Contoh dari daftar kuesioner dapat dilihat pada Lampiran.

1.6 Arus Dokumen

Pengolahan dokumen hasil pencacahan SPPLH 2013 akan dilakukan di BPS Daerah. Oleh karena itu, hasil pencacahan SPPLH 2013 yang dikirimkan ke BPS RI sudah dalam bentuk soft copy. Arus dokumen kecuali buku pedoman dari sebelum sampai dengan pasca pencacahan lapangan SPPLH 2013 dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1. Arus pengiriman Dokumen SPPLH 2013

Keterangan :

 : Dokumen  : Soft File

*) Peta blok sensus hasil SP 2010 (SP2010-WB) disiapkan oleh BPS Kabupaten/Kota (di-print dari peta blok sensus digital).

- Tulisan dalam bagan yang dicetak tebal menunjukkan bahwa dokumen sudah ada isian.

BPS RI BPS PROVINSI Petugas Pengawas/Pencacah BPS KAB/KOTA  DSBS SPPLH  SPPLH13.RT    DSBS SPPLH  SPPLH13.RT  SPPLH13.RT        VSEN13.P TRIWULAN II  Peta SP2010.WB*)  SPPLH13.DSRT  SPPLH13.RT    SPPLH13.DSRT (1)  SPPLH13.RT      SPPLH13.DSRT(2)  SPPLH13.RT

(10)

Penjelasan :

1. BPS RI mengirim DSBS SPPLH 2013 berupa soft file dan Daftar SPPLH13.RT untuk pencacahan ke BPS Provinsi.

2. BPS Provinsi mengirim soft file DSBS SPPLH 2013 dan Daftar SPPLH13.RT ke BPS Kabupaten/ Kota. Jumlah Daftar SPPLH13.RT yang didistribusikan ke BPS Kabupaten/Kota adalah sebesar 110% jumlah sampel rumah tangga. Kelebihan daftar dimaksudkan sebagai pengganti jika terdapat daftar yang rusak atau diperlukan penambahan Daftar SPPLH13.RT pada rumah tangga sampel yang jumlah ARTnya lebih dari sepuluh.

3. Blok sensus yang terpilih dalam pelaksanaan SPPLH 2013 adalah blok sensus yang terpilih dalam Susenas Triwulan II tahun 2013. Oleh karena itu di BPS Kabupaten/Kota telah tersedia:

a. Daftar VSEN13P Triwulan II tahun 2013 yang sudah dilakukan updating. BPS Kabupaten/Kota menyediakan Daftar VSEN13P Triwulan II tahun 2013 hasil updating atau mencetaknya dari program pemilihan sampel. Daftar VSEN13P Triwulan II tahun 2013 diperlukan untuk memudahkan petugas menemukan rumah tangga yang terpilih sebagai sampel SPPLH 2013.

b. Peta blok sensus hasil SP 2010 (SP2010-WB), BPS Kabupaten/Kota dapat mencetak kembali dari peta blok sensus digital atau bisa menggunakan peta yang digunakan pada saat pencacahan Susenas Triwulan II tahun 2013.

c. SPPLH13.DSRT, BPS Kabupaten/Kota mencetak daftar ini sebanyak dua rangkap dari program pemilihan sampel yang digunakan pada waktu pelaksanaan pengambilan sampel Susenas Triwulan II tahun 2013.

Semua daftar yang ada di BPS Kabupaten/Kota yaitu VSEN13P Triwulan II, Peta SP2010 WB, SPPLH13.DSRT, dan SPPLH13.RT didistribusikan ke Pengawas (PML) sesuai dengan jumlah BS yang menjadi tanggung jawab PML untuk selanjutnya diserahkan ke petugas pencacah (PCL) untuk digunakan ketika pencacahan lapangan.

4. Pasca pencacahan lapangan, PCL menyerahkan kembali daftar SPPLH13.DSRT dan SPPLH13.RT hasil pencacahan kepada PML guna dilakukan pemeriksaan. Setelah dipastikan tidak ditemukan kesalahan maka daftar diserahkan ke BPS Kabupaten/Kota untuk selanjutnya dilakukan proses pengolahan. Daftar yang diserahkan untuk tiap blok sensus harus lengkap yang terdiri dari 2 (dua) rangkap Daftar SPPLH13.DSRT dan 10 (sepuluh) Daftar SPPLH13.RT yang berisi keterangan rumah tangga sampel terpilih.

5. BPS Kabupaten/Kota melaporkan hasil pencacahan SPPLH 2013 disertai dengan pengiriman soft

file hasil pengolahan SPPLH13.RT yang telah clean dan 1 rangkap SPPLH13.DSRT. Sementara

sisa 1 rangkap SPPLH13.DSRT disimpan di BPS Kab/Kota sebagai arsip.

6. Setelah data dievaluasi dan dikompilasi di tingkat provinsi, maka soft file hasil pengolahan SPPLH 2013.RT dikirim ke Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data, Direktorat Sistem Informasi Statistik, BPS RI.

(11)

1.7 Jadwal Kegiatan

Pelaksanaan SPPLH 2013 terdiri dari beberapa tahap kegiatan yang dilaksanakan di BPS pusat dan daerah. Berikut tabel kegiatan beserta jadwal SPPLH 2013.

Tabel 1.2 Jadwal Kegiatan SPPLH 2013

Kegiatan Jadwal A. Persiapan

1. Penyempurnaan pedoman dan kuesioner

2. Pencetakan kuesioner dan buku pedoman SPPLH 3. Pengiriman kuesioner dan buku pedoman SPPLH ke

daerah 4. Workshop Intama 5. Pelatihan Innas 6. Pelatihan Petugas 7. Supervisi Pelatihan B. Pelaksanaan

8. Pencacahan rumah tangga sampel 9. Pengawasan/pemeriksaan

10. Penyerahan hasil pencacahan ke BPS Kab/Kota C. Pengolahan

11. Receiving & Batching

12. Pengolahan data (editing, coding, entry, validasi) dan pengecekan kualitas data di BPS Kab/Kota

13. Pengiriman data ke BPS Provinsi

14. Pengecekan kualitas data dan kelengkapan data oleh BPS Provinsi

15. Pengiriman raw data ke Pusat 16. Kompilasi data di Pusat D. Evaluasi Hasil dan Publikasi

17. Evaluasi dan pembahasan hasil 18. Publikasi 22 Mar – 26 Apr 2013 6 – 12 Mei 2013 13 – 24 Mei 2013 3 - 4 Juni 2013 17 - 20 Juni 2013 24 - 30 Juni 2013 24 - 30 Juni 2013 1 Juli – 15 Juli 2013 1 – 20 Juli 2013 15 – 25 Jui 2013 15 Juli – 25 Juli 2013 20 Juli – 20 Agust 2013 21 – 23 Agust 2013 26 – 30 Agust 2013 2 – 6 Sept 2013 9 – 20 Sept 2013 Okt – Nov 2013 Desember 2013 1.8 Pembiayaan

Seluruh biaya kegiatan survei dibebankan pada anggaran BPS. Rincian biaya BPS Pusat terdapat dalam Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Subdirektorat Statistik Lingkungan Hidup. Rincian biaya daerah terdapat pada POK BPS Provinsi dan POK BPS Kabupaten/Kota.

(12)

BAB II

METODOLOGI

Jumlah sampel rumah tangga SPPLH 2013 sebanyak 75.000 rumah tangga dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Jumlah ini sama dengan jumlah sampel Susenas Triwulan II Tahun 2013. Dengan pertimbangan kesamaan target survei, jumlah sampel, dan dekatnya waktu pelaksanaan lapangan SPPLH 2013 (berjarak satu bulan dengan pelaksanaan Susenas Triwulan II Tahun 2013) maka seluruh blok sensus terpilih dalam Susenas Triwulan II digunakan sebagai wilayah pencacahan SPPLH 2013. Oleh karena itu, metodologi SPPLH 2013 sama dengan metodologi yang digunakan oleh Susenas.

2.1 Kerangka Sampel

Kerangka sampel yang digunakan terdiri dari tiga jenis, yaitu :

a. Kerangka sampel pemilihan tahap pertama adalah daftar wilayah pencacahan (wilcah) SP2010 yang disertai dengan informasi banyaknya rumah tangga hasil listing SP2010 (Daftar RBL1), muatan blok sensus dominan (pemukiman biasa, pemukiman mewah, pemukiman kumuh), informasi daerah sulit/tidak sulit, dan klasifikasi desa/kelurahan (rural/urban).

b. Kerangka sampel pemilihan tahap kedua adalah daftar blok sensus pada setiap wilcah terpilih.

c. Kerangka sampel pemilihan tahap ketiga adalah daftar rumah tangga biasa tidak termasuk

institutional household (panti asuhan, barak polisi/militer, penjara, dsb) dalam setiap blok

sensus sampel hasil pencacahan lengkap SP2010 (SP2010-C1) yang telah dimutakhirkan setiap menjelang pelaksanaan survei.

2.2 Desain Sampel

Seperti yang diterapkan dalam Susenas, penarikan sampel dalam SPPLH 2013 adalah tiga tahap berstrata (three stage stratified sampling). Tahapan dari metode ini diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap pertama, memilih wilayah cacah (wilcah) secara pps-wr (Probability Proportional to

Size with replacement) dengan size banyaknya rumah tangga SP2010 (Mi). Wilayah cacah

terpilih tersebut sebanyak 30.000 (nh=30.000) selanjutnya dijadikan master sampel atau

primary sampling unit (PSU). Dari 30.000 PSU tersebut kemudian dipilih kembali secara

sistematik sehingga diperoleh 12.000 PSU untuk kegiatan Susenas dan Riskesdas, dan sisanya 18.000 untuk kegiatan Susenas saja.

b. Tahap kedua, memilih tiga BS pada setiap wilcah terpilih Susenas. Pemilihan BS dilakukan secara pps dengan size jumlah rumah tangga SP2010-RBL1. Selanjutnya blok terpilih Susenas dialokasikan ke 4 triwulan sebanyak masing-masing 7500 blok sensus. Seluruh

(13)

blok sensus yang tealokasi untuk Susenas Triwulan II tahun 2013 adalah blok sensus yang menjadi wilayah pencacahan SPPLH 2013.

c. Tahap ketiga, dari setiap blok sensus terpilih untuk Susenas Triwulan II tahun 2013 dipilih 20 rumah tangga biasa secara sistematik berdasarkan hasil pemutakhiran rumah tangga SP2010, dengan rincian 10 rumah tangga untuk sampel Susenas dan 10 rumah tangga untuk sampel SPPLH 2013.

Tahap pertama dan kedua sudah dilakukan di BPS RI, sementara tahap ketiga dilaksanakan oleh BPS Kabupaten/Kota pada saat proses penarikan sampel Susenas Triwulan II tahun 2013. Sama halnya dengan prosedur Susenas, dalam pelaksanaan SPPLH 2013 tidak diijinkan adanya penggantian sampel.

2.3 Teknik Estimasi 2.3.1 Skema Sampling:

Tahap/

Phase Unit

Jumlah unit kab/kota

d strata h penarikan Metode

sampel Peluang pemilihan sampel Fraksi sampling Populasi Sampel 1 PSU Pps-wr

Phase 1: Sampel Wilcah dialokasikan secara acak dan berukuran sama ke setiap triwulan dalam tahun survei (t: 1, 2, 3,4)

PSU acak 1

2 Blok Sensus 2 pps 2

Phase 2: Sampel Blok Sensus dialokasikan secara acak dan berukuran sama untuk Susenas dan Riskesdas (s: 1, 2)

Blok Sensus 2 1 acak 1

2

1 2

3 Rumah tangga 20 sistematik 1 20

Phase 3: Sampel rumah tangga dialokasikan secara acak dan berukuran sama untuk Susenas dan SPPLH (r: 1, 2)

Rumah tangga 20 10 acak 1

2

1 2

(14)

2.3.2 Design Weight

Design weight rumah tangga k, blok sensus j, wilcah i, strata h, kabupaten/kota d pada suatu provinsi

adalah sebagai berikut:

Dengan:

dhijk

w : weight rumah tangga k, blok sensus j, wilcah i, strata h, kabupaten/kota d

0

dh

M : banyaknya populasi rumah tangga di strata h, kabupaten/kota d hij

M

: banyaknya rumah tangga blok sensus j, wilcah i, strata h

: banyaknya rumah tangga hasil pemutakhiran blok sensus j, wilcah i, strata h : banyaknya sampel blok sensus di strata h

m

: banyaknya sampel rumah tangga di setiap blok sensus 2.3.3 Estimasi Karakteristik

Misalkan dan adalah nilai-nilai karakteristik X dan Y untuk rumah tangga k, blok sensus j, wilcah i, strata h, kabupaten/kota d hasil pencacahan SPPLH, dan diketahui total rumah tangga dari sumber sekunder (misalnya hasil proyeksi) pada strata h triwulan 2 dinyatakan sebagai , maka estimasi total X, Y, dan rasio Y/X berikut variansnya adalah sebagai berikut:

a. Estimasi total nilai karakteristik X

, , , ,

, , , ,

 

b. Estimasi total nilai karakteristik Y:

, , , , , , , ,   c. Estimasi rasio

X

Y

R

ˆ =

ˆ

ˆ

(15)

d. Estimasi varians rasio

    ∑ ∑ ;

:

2.4 Mekanisme Pencacahan

Mekanisme pencacahan SPPLH 2013 adalah sebagai berikut: 1. Pencacahan SPPLH dilakukan oleh staf BPS Kabupaten/Kota.

2. Pencacahan di setiap rumah tangga terpilih dilakukan melalui wawancara langsung antara pencacah lapangan (PCL) dengan responden.

3. Responden yang diwawancarai adalah anggota rumah tangga yang berumur 15 tahun ke atas. Dalam hal ini diutamakan kepala rumah tangga /pasangannya atau anak yang berumur 15 tahun ke atas. Dalam SPPLH 2013 tidak diperkenankan mewawancarai tetangga dari rumah tangga responden.

4. Sebelum melakukan pencacahan, PCL bersama PML mempelajari peta blok sensus hasil SP 2010 (SP2010-WB) dan menyediakan daftar updating listing Susenas Triwulan II Tahun 2013 (daftar VSEN13.P) guna mengetahui posisi responden SPPLH 2013.

5. PCL mengunjungi setiap rumah tangga yang terpilih dalam SPPLH 2013 berdasarkan nama kepala rumah tangga yang telah tercetak dalam daftar SPPLH13.DSRT. Saat mewawancarai responden pertama, pengawas lapangan (PML) diharapkan mendampingi PCL.

6. Jika dalam beberapa kali kunjungan ada rumah tangga sampel SPPLH 2013 yang nonrespon baik karena tidak dapat ditemui ataupun menolak, PCL harus melaporkan hal tersebut kepada PML.

7. PML dan Kasie Statistik Sosial melakukan verifikasi lapangan secara berjenjang untuk memastikan bahwa rumah tangga tersebut memang benar-benar nonrespon.

8. Hasil pencacahan lapangan yang sudah selesai langsung diserahkan ke PML untuk dikoreksi tanpa harus menunggu selesai semuanya.

9. PML mengecek kelengkapan, kewajaran dan konsistensi isian Daftar SPPLH 2013.

10. Jika masih terjadi kesalahan setelah dicek, maka PML menyerahkan kembali hasil pencacahan kepada PCL untuk diperbaiki kembali di lapangan

11. Jika Dokumen dan isian sudah lengkap wajar dan konsisten, maka dokumen bisa langsung diserahkan kepada PML ke BPS Kabupaten/kota untuk dilakukan proses pengolahan (receiving ,

bathcing, editing, coding dan entri data SPPLH13.RT).

(16)

BAB III

STRUKTUR ORGANISASI

3.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah seperti ditunjukkan pada bagan di bawah ini :

Gambar 3.1. Struktur Organisasi SPPLH 2013

Tingkat Pusat Kepala BPS RI

Direktur Sistem

Informasi Statistik Ketahanan Sosial Direktur Statistik Deputi Bidang

Metodologi Informasi dan Statistik

Deputi Bidang Statistik Sosial

Kepala Subdit. Integrasi

Pengolahan Data  Kepala Subdit. Statistik Lingkungan Hidup Direktur Pengembangan

Metodologi Sensus dan Survei

Kepala Subdit. Pengembangan Desain

Sensus dan Survei

Tingkat Daerah

Kepala BPS Provinsi

Kabag. TU Kabid. Stat. Kabid. IPDS

Sosial

PML PCL Kepala BPS Kabupaten/Kota

(17)

Tingkat Pusat

1) Pengarah adalah Kepala BPS, Deputi Bidang Statistik Sosial, dan Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik.

2) Penanggung jawab survei adalah Direktur Statistik Ketahanan Sosial. Penanggung jawab metodologi survei adalah Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei. Penanggung jawab pengolahan survei adalah Direktur Sistem Informasi Statistik

3) Penanggung jawab teknis adalah Kepala Subdirektorat Statistik Lingkungan Hidup dibantu oleh kepala subdirektorat dari beberapa direktorat terkait.

Tingkat Daerah

1) Pengarah adalah Kepala BPS Provinsi. Penanggung jawab survei di tingkat Kabupaten/Kota adalah Kepala BPS Kabupaten/Kota.

2) Penanggung jawab teknis daerah adalah Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi dan Kepala Bidang IPDS BPS Provinsi.

3) Instruktur Nasional adalah Kepala Seksi/Staf Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi atau Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota dan beberapa Instruktur dari BPS Pusat.

4) Pengawas/pemeriksa lapangan adalah Kepala Seksi/Staf Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi atau Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota.

5) Pencacah rumah tangga adalah staf/KSK/mitra BPS Kabupaten/Kota. Banyaknya pencacah rumah tangga SPPLH di setiap Kabupaten/Kota tergantung dari banyaknya sampel Blok Sensus untuk tiap Kabupaten/Kota.

3.2 Tugas dan Tanggung Jawab Direktur Statistik Ketahanan Sosial

1) Memberikan pertimbangan dan saran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan SPPLH 2013.

2) Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan SPPLH 2013. 3) Mengkoordinasikan kegiatan persiapan SPPLH 2013.

4) Menyusun rencana survei beserta seluruh tahapan kegiatannya. 5) Menyusun jadwal kegiatan.

6) Membuat laporan perkembangan pelaksanaan SPPLH 2013. Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei 1) Bertanggung jawab atas Metodologi SPPLH 2013.

2) Mengirimkan daftar sampel ke BPS Provinsi sebelum pelaksanaan pelatihan dan lapangan. 3) Memberikan tanggapan pertanyaan BPS Daerah terkait sampel.

(18)

Direktur Sistem dan Informasi Statistik (SIS)

1) Menyusun sistem dan program pengolahan SPPLH 2013. 2) Mendistribusikan sistem dan program pengolahan ke daerah.

3) Memantau pelaksanaan pengolahan data yang dilaksanakan di daerah. 4) Menerima hasil pengolahan dari daerah.

5) Mengkonsolidasikan seluruh hasil pengolahan. Kepala Subdirektorat Statistik Lingkungan Hidup 1) Menyusun anggaran kegiatan.

2) Menyusun kuesioner dan buku pedoman. 3) Menyelenggarakan pelatihan innas di pusat. 4) Mengatur pengadaan dan pengiriman dokumen. 5) Merancang kegiatan supervisi.

6) Membuat laporan teknis pelaksanaan SPPLH 2013. 7) Menyusun publikasi.

Kepala BPS Provinsi

1) Melaksanakan koordinasi teknis dengan Kabid Statistik Sosial dan Kabid IPDS sebagai penanggungjawab teknis di BPS Provinsi.

2) Melaksanakan koordinasi, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan lapangan. 3) Mengelola anggaran kegiatan survei.

4) Menyelenggarakan pelatihan petugas di daerah. Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi 1) Menetapkan jumlah petugas lapangan. 2) Mengelola anggaran kegiatan survei. 3) Mengatur pendistribusian dokumen.

4) Merencanakan dan melaksanakan pengawasan lapangan. 5) Menyusun laporan pelaksanaan SPPLH 2013.

6) Mengevaluasi hasil pengolahan sebelum dikirim oleh Kabid IPDS ke Subdit. Integrasi Pengolahan Data BPS RI.

Kepala Bidang IPDS BPS Provinsi

1) Mengatur dan melaksanakan pengolahan di daerah.

2) Mengirim hasil entri data SPPLH 2013 setelah dievaluasi oleh Kabid Statistik Sosial ke Subdit Integrasi Pengolahan Data.

(19)

Kepala BPS Kabupaten/Kota

1) Kepala BPS Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas kegiatan SPPLH 2013 secara keseluruhan di BPS Kabupaten/Kota.

2) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan dan menjamin kehandalan mutu data yang dihasilkan.

3) Melakukan rekruitmen petugas lapangan.

4) Mengirim hasil pengolahan dalam bentuk soft file ke BPS Provinsi Pengawas/Pemeriksa (PML)

1) Seorang PML akan membawahi sekitar 3 PCL. 2) Mengikuti pelatihan petugas lapangan SPPLH 2013.

3) Membuat jadwal pengawasan lapangan untuk setiap pencacah.

4) Mengkoordinir pelaksanaan pencacahan pada semua PCL yang menjadi tanggung jawabnya. 5) Mendampingi setiap PCL saat melakukan pencacahan. Pengawasan dimulai dari pencacah yang

dinilai paling lemah dan dilakukan sedini mungkin pada awal pencacahan, sehingga kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dapat dihindari.

6) Mengawasi pelaksanaan lapangan.

7) Jika terdapat rumah tangga nonrespon baik disebabkan tidak ditemukan atau menolak, PML wajib memverifikasi lapangan untuk benar-benar memastikan bahwa rumah tangga tersebut memang berstatus nonrespon. Setelah dilakukan verifikasi tuliskan alasan mengapa rumah tangga tersebut nonrespon di Blok IV.Catatan Daftar SPPLH13.DSRT.

8) Membantu memecahkan masalah yang ditemui PCL dalam pelaksanaan pencacahan. 9) Memeriksa hasil pencacahan yang dilakukan PCL.

10) Mengumpulkan dokumen hasil pencacahan (Daftar SPPLH13.RT dan SPPLH13.DSRT) untuk selanjutnya diolah di BPS Kabupaen/Kota.

11) Melaksanakan seluruh tugas sesuai jadwal yang telah ditentukan. Pencacah (PCL)

1) Mengikuti pelatihan petugas lapangan SPPLH 2013.

2) Menelusuri rumah tangga sampel bersama pengawas/pemeriksa.

3) Menerima identitas rumah tangga sampel terpilih yang disiapkan oleh pengawas/pemeriksa pada setiap blok sensus yang menjadi tanggung jawabnya.

4) Melakukan wawancara terhadap responden pada rumah tangga sampel dengan Daftar SPPLH13.RT berdasarkan Daftar SPPLH13.DSRT.

5) Menjalin kerja sama dengan pengawas/pemeriksa dan semua responden. 6) Melakukan kunjungan ulang untuk wawancara yang belum selesai.

7) Mengoreksi dan memastikan kewajaran serta kelengkapan isian untuk meyakinkan bahwa semua pertanyaan telah diajukan ke responden dan semua jawaban responden telah dicatat dengan benar.

(20)

8) Mendiskusikan masalah yang ditemui dalam pelaksanaan lapangan bersama pengawas/pemeriksa.

9) Menyerahkan seluruh dokumen hasil pencacahan kepada pengawas/pemeriksa secara bertahap, tanpa menunggu satu Blok Sensus selesai semuanya.

3.3 Persyaratan Petugas Lapangan

Petugas lapangan SPPLH 2013 terdiri dari Pengawas/Pemeriksa dan Pencacah (alokasi jumlah petugas ada pada lampiran). Pengawas/Pemeriksa berasal dari Kepala seksi/staf Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi atau Kepala Seksi/staf Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota yang telah berpengalaman sebagai petugas survei/penelitian. Pencacah berasal dari staf Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi atau staf Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota atau KSK atau mitra yang telah berpengalaman sebagai petugas survei/penelitian. Penugasan seseorang sebagai petugas lapangan SPPLH 2013 harus mempertimbangkan beban survei yang diemban, calon petugas merupakan orang yang siap bekerja, bertanggung jawab, amanah, dan mentaati semua peraturan/kesepakatan yang telah ditentukan.

(21)

BAB IV

PELATIHAN

Pelatihan pada setiap survei bertujuan untuk menyamakan persepsi antar petugas terhadap pemahaman konsep dan definisi operasional dari variabel-variabel yang ditanyakan dalam survei. Pada pelaksanaan SPPLH 2013, pelatihan dilakukan secara berjenjang. Pelatihan dimulai dengan Pelatihan Instruktur Utama (Intama), dilanjutkan dengan pelatihan Instruktur Nasional (Innas). Kedua kegiatan ini dilakukan di Pusat dengan penanggung jawab penyelenggaraan adalah Sub Direktorat Statistik Lingkungan Hidup, Direktorat Statistik Ketahanan Sosial. Untuk selanjutnya, pelatihan petugas lapangan yang terdiri dari Pengawas/Pemeriksa dan Pencacah akan dilakukan di daerah dengan penanggung jawab penyelenggaraan adalah Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi.

4.1 Pelatihan Calon Innas

Pelatihan calon Innas akan dilangsungkan selama 3 (tiga) hari dan pelaksanaannya dijadwalkan pada pertengahan bulan Juni. Dalam memilih peserta pelatihan Innas SPPLH 2013 harus mempertimbangkan kriteria calon innas, yaitu sehat, memiliki daya tangkap yang bagus, memiliki pengetahuan dan pengalaman pada kegiatan survei/penelitian, mempunyai kemampuan mengajar, serta siap memecahkan kasus-kasus yang timbul dalam pelaksanaan lapangan. Calon Innas yang diajukan adalah Kepala Seksi/Staf Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi atau Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota.

Metode pelatihan dilakukan dengan cara lokakarya (workshop) yang lebih banyak ditekankan pada diskusi mengenai konsep dan definisi serta operasional lapangan. Pada pelatihan Innas, hal pokok yang diajarkan adalah pemahaman calon Innas terhadap kegiatan survei, konsep dan definisi yang digunakan, dan kemampuan untuk mentransfer pengetahuan yang telah diperoleh kepada calon petugas lapangan.

4.2 Pelatihan Petugas Lapangan

Pelatihan petugas lapangan diselenggarakan oleh BPS Provinsi selama 2 (dua) hari pada minggu keempat bulan Juni 2013. Peserta pelatihan terdiri dari petugas pengawas/pemeriksa dan petugas pencacah. Keberhasilan penyelenggaraan pelatihan petugas merupakan kunci awal diperolehnya hasil survei yang berkualitas. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraannya perlu diperhatikan beberapa hal terkait :

1. Kedisiplinan petugas untuk mengikuti jadwal pelatihan dengan tertib;

2. Pengaturan tempat duduk petugas saat pelatihan yang sebaiknya disandingkan antara pengawas dan pencacah. Pencacah yang belum memiliki pengalaman survei atau relatif baru disandingkan dengan pengawas atau petugas lainnya yang sudah berpengalaman;

(22)

3. Ketersediaan ruangan dan akomodasi lainnya yang mendukung proses belajar mengajar; 4. Interaksi antara Innas dan peserta di kelas.

Pada saat proses belajar mengajar Innas ditekankan untuk memberikan pemahaman konsep/definisi, pemahaman prosedur survei, dan pemahaman terhadap pengisian daftar. Hal ini dapat dilakukan Innas dengan cara memberikan contoh kasus di lapangan untuk rincian-rincian tertentu sebagai umpan untuk menghidupkan suasana kelas sehingga diharapkan semua peserta dapat berperan aktif. Khusus untuk peserta yang dianggap lemah atau bahkan peserta yang belum pernah/masih memiliki pengalaman yang sedikit terkait survei harus diberikan umpan pertanyaan ataupun contoh kasus yang dapat memperluas pemahaman mereka terkait tata cara bertanya yang baik, perlu tidaknya probing dilakukan, dan tata cara pengisian dokumen yang benar.

Pada akhir pelatihan tidak dilaksanakan pendalaman namun dilaksanakan role playing di kelas. Hal ini dipandang efektif untuk latihan wawancara dan pengisian kuesioner. Innas harus terlibat secara langsung untuk memandu jalannya role playing. Setelah role playing selesai, Innas harus memberikan evaluasi.

(23)

BAB V

PENGAWASAN / PEMERIKSAAN

Kegiatan pengawasan lapangan dan pemeriksaan daftar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan lapangan. Kegiatan ini merupakan faktor penting dalam upaya menjaga kualitas data yang dikumpulkan. Proses pengawasan tidak hanya dilakukan pada saat kegiatan lapangan, tetapi sudah dimulai pada saat persiapan kegiatan dan berlanjut sampai pasca pencacahan. Dalam pelaksanaan SPPLH 2013, proses pengawasan dilakukan baik oleh BPS Pusat, BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota.

Prinsip pengawasan dan pemeriksaan dokumen SPPLH 2013 adalah dalam rangka mendapatkan data yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya (reliable) dan yang akurat (valid), serta tuntas (clean). Hal-hal yang dipantau dalam pengawasan diarahkan pada kedisiplinan menjalankan semua prosedur, metode, dan jadwal pencacahan. Khusus untuk pemeriksaan daftar, hal-hal yang dicermati adalah tata cara pengisian/penulisan, kelengkapan, kewajaran isian, ketelitian dan konsistensi isian.

5.1 Pengawasan oleh BPS Pusat

Pengawasan oleh BPS Pusat dilaksanakan oleh pejabat setingkat eselon II sampai IV di BPS. Pengawasan ini utamanya berfungsi memastikan jalannya koordinasi antara BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota. Beberapa kegiatan penting yang akan dilaksanakan oleh BPS Pusat dalam rangka pengawasan adalah :

1. Pengawasan terhadap pencetakan dokumen dari segi jumlah, kualitas dan ketepatan jadwal. Pencetakan semua dokumen dilakukan oleh bagian pencetakan, akan tetapi Subdirektorat Statistik Lingkungan Hidup sebagai subject matter bertanggung jawab terhadap ketersediaan dokumen agar sesuai dengan kebutuhan dan dicetak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan,

2. Pengawasan terhadap pengiriman dokumen ke BPS Provinsi dari segi alokasi dokumen dan ketepatan jadwal,

3. Pengawasan terhadap pelatihan petugas terkait materi, rencana pelatihan di daerah dan kelancaran pelaksanaan pelatihan,

4. Pengawasan terhadap kinerja petugas di lapangan terkait mekanisme lapangan yang telah ditetapkan dan ketepatan jadwal penyelesaian,

5. Pengawasan terhadap kualitas hasil lapangan terkait kualitas data SPPLH 2013 yang dikumpulkan. 5.2 Pengawasan oleh BPS Provinsi

Pengawasan oleh BPS provinsi dilaksanakan oleh pejabat dari Eselon II dan III di lingkungan BPS Provinsi, Eselon IV atau Pejabat Fungsional senior. Pengawasan ini berfungsi memastikan jalannya

(24)

koordinasi antara BPS Kabupaten/Kota dan Pengawas. Beberapa kegiatan penting yang akan dilaksanakan oleh BPS Provinsi dalam rangka pengawasan adalah:

1. Pengawasan terhadap kelengkapan dokumen pelaksanaan terkait kecukupan alokasi dokumen dan ketepatan pengiriman dari BPS RI ke BPS Provinsi dan pengiriman dari BPS Provinsi ke BPS Kabupaten/Kota.

2. Pengawasan terhadap kualitas petugas yang direkrut terkait kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki.

3. Pengawasan terhadap pelatihan petugas terkait : akomodasi yang mendukung lancarnya pelatihan, proses belajar mengajar, kedisiplinan dalam mematuhi jadwal dan absensi peserta pelatihan, dan hal lainnya terkait kelancaran pelaksanaan pelatihan.

4. Pengawasan terhadap kinerja petugas di lapangan terkait mekanisme lapangan yang telah ditetapkan dan ketepatan jadwal penyelesaian.

5. Pengawasan terhadap kualitas hasil lapangan terkait kualitas data SPPLH 2013 yang dikumpulkan. 6. Pengawasan terhadap dokumen hasil pelaksanaan SPPLH 2013 yang akan dikirimkan ke BPS

Kabupaten/Kota baik terkait kelengkapan dokumen maupun ketepatan jadwal pengiriman. 7. Pengawasan terhadap pengolahan yang dilakukan di BPS Kabupaten/Kota.

5.3 Pengawasan oleh BPS Kabupaten/Kota

Pengawasan dilaksanakan oleh Kepala BPS Kabupaten/Kota dan pejabat eselon IV di lingkungan BPS Kabupaten/Kota. Pengawasan ini berfungsi memastikan jalannya koordinasi antara Pengawas dan Pencacah. Beberapa kegiatan penting yang akan dilaksanakan oleh BPS Kabupaten/Kota dalam rangka pengawasan adalah:

1. Pengawasan terhadap kelengkapan dokumen pelaksanaan terkait kecukupan alokasi dokumen dan ketepatan pengiriman dari BPS Provinsi.

2. Pengawasan terhadap kualitas petugas yang direkrut terkait kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki.

3. Pengawasan terhadap kinerja petugas di lapangan terkait mekanisme lapangan yang telah ditetapkan dan ketepatan jadwal penyelesaian.

4. Pengawasan terhadap kualitas hasil lapangan terkait kualitas data SPPLH 2013 yang dikumpulkan. 5. Pengawasan terhadap dokumen hasil pelaksanaan SPPLH 2013 yang akan dikirimkan ke BPS

Kabupaten/Kota baik terkait kelengkapan dokumen maupun ketepatan jadwal pengiriman. 6. Pengawasan terhadap pengolahan yang dilaksanakan di BPS Kabupaten/Kota

(25)

5.4 Pengawasan oleh PML

Petugas pengawas lapangan (PML) mempunyai tiga jenis tugas yaitu sebagai administrator, pengawas lapangan dan pemeriksa, yaitu:

1. Pengawas sebagai administrator berarti harus mengenal PCL dan wilayah kerja yang berada di bawah tanggung jawabnya dengan baik. Selain itu, pengawas juga bertanggung jawab terhadap kelengkapan dokumen yang diterima oleh petugas pencacah terkait kecukupan dokumen untuk pelaksanaan lapangan,

2. Pengawas berfungsi sebagai pengawas lapangan artinya pengawas tidak boleh hanya menunggu laporan dari pencacahan dan hanya menunggu dokumen masuk dari pencacah tapi harus aktif mengunjungi setiap pencacah dan memastikan setiap pencacah sudah bekerja sesuai prosedur. Pengawasan dilakukan terhadap kinerja petugas di lapangan terkait mekanisme lapangan yang telah ditetapkan dan ketepatan jadwal penyelesaian,

3. Pengawas sebagai pemeriksa berarti setiap dokumen yang masuk dari pencacah harus diperiksa terkait kelengkapan konten isian, dan apabila terdapat kesalahan isian pada dokumen hasil pencacahan maka wajib diperbaiki.

(26)

BAB VI

PENGOLAHAN

Dokumen SPPLH13.RT hasil pencacahan yang telah diperiksa oleh pengawas/pemeriksa dikirim ke BPS Kabupaten/Kota untuk dilakukan pengolahan. Pengolahan yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan database hasil SPPLH 2013 yang berguna untuk tabulasi data.

Kegiatan pengolahan SPPLH 2013 terdiri dari beberapa tahap, mulai dari receving-batching dokumen, lalu dilanjutkan dengan editing-coding dokumen dan kemudian dilakukan entry data. Program

entry data dan buku pedoman pengolahan disusun oleh Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data,

Direktorat Sistem Informasi Statistik. Standard Operational Procedure (SOP) Pengolahan dapat dilihat dalam lampiran.

Program yang dibuat untuk pengolahan SPPLH 2013 pada dasarnya sama dengan program yang digunakan untuk pengolahan survei lainnya. Oleh karena itu, tidak dilakukan pelatihan petugas pengolahan. Akan tetapi, dalam pelatihan Innas SPPLH 2013, khususnya pada sesi penjelasan tata cara pemeriksaan/pengawasan, aplikasi program pengolahan akan dijelaskan dan dipraktikkan.

(27)

Lampiran 1

Standard Operational Procedure (SOP) Pencacahan dan Pemeriksaan

Dalam menjalankan pencacahan lapangan, PCL harus benar-benar menjalankan tugasnya sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP) Pencacahan yang telah ditentukan sehingga diharapkan nantinya akan dihasilkan data yang bagus dan berkualitas.

Pencacahan Rumah Tangga PCL

Pengawasan/Pemeriksaan Dok. SPPLH 2013 PML

(Cek kelengkapan, kewajaran dan konsistensi isian)

Dokumen dan Isian sudah lengkap

Ya 

Pengolahan Dok. SPPLH Seksi IPDS BPS Kab/Kota

(28)

Lampiran 2

Standard Operational Procedure (SOP) Pengolahan

Benar Salah Tidak Ya Ya Tidak Pengolahan

(Receiving, Batching, Editing, dan Coding)

VALIDASI PML Entri Data Data Clean   BPS Provinsi

RE VALIDASI DAN TABULASI

Evaluasi dan Kompilasi sudah

lengkap

(29)

Lampiran 3

Jumlah Sampel dan Petugas SPPLH 2013

No. Provinsi

Jumlah Sampel Jumlah Petugas Jumlah

Kelas Pela-tihan

Jumlah Innas Blok

Sensus Tangga Rumah PCL PML Jumlah Daerah Pusat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Aceh 292 2 920 81 36 117 3 2 - 2 Sumatera Utara 474 4 740 128 55 183 5 2 1 3 Sumatera Barat 255 2 550 70 30 100 3 2 - 4 Riau 191 1 910 53 24 77 2 1 - 5 Jambi 157 1 570 43 21 64 2 1 - 6 Sumatera Selatan 239 2 390 67 29 96 3 2 - 7 Bengkulu 128 1 280 35 15 50 2 1 - 8 Lampung 233 2 330 63 28 91 3 2 -

9 Kepulauan Bangka Belitung 90 900 26 12 38 1 1 -

10 Kepulauan Riau 90 900 25 11 36 1 1 - 11 DKI Jakarta 130 1 300 34 14 48 2 1 - 12 Jawa Barat 599 5 990 159 65 224 6 2 1 13 Jawa Tengah 688 6 880 184 70 254 7 2 2 14 DI Yogyakarta 94 940 25 10 35 1 1 - 15 Jawa Timur 749 7 490 201 79 280 7 2 2 16 Banten 169 1 690 47 18 65 2 1 - 17 Bali 144 1 440 39 18 57 2 1 -

18 Nusa Tenggara Barat 158 1 580 42 18 60 2 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 272 2 720 76 34 110 3 2 -

20 Kalimantan Barat 201 2 010 56 27 83 2 1 - 21 Kalimantan Tengah 173 1 730 47 19 66 2 1 - 22 Kalimantan Selatan 188 1 880 53 25 78 2 1 - 23 Kalimantan Timur 183 1 830 52 22 74 2 1 - 24 Sulawesi Utara 185 1 850 52 22 74 2 1 - 25 Sulawesi Tengah 150 1 500 42 20 62 2 1 - 26 Sulawesi Selatan 346 3 460 97 45 142 4 2 - 27 Sulawesi Tenggara 149 1 490 42 18 60 2 1 - 28 Gorontalo 76 760 21 9 30 1 1 - 29 Sulawesi Barat 66 660 17 7 24 1 1 - 30 Maluku 124 1 240 35 13 48 2 1 - 31 Maluku Utara 100 1 000 28 11 39 1 1 - 32 Papua Barat 100 1 000 29 13 42 2 1 - 33 Papua 307 3 070 87 35 122 3 2 - Jumlah 7 500 75 000 2 056 873 2 929 85 44 6

(30)
(31)
(32)

Lampiran 5

SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN HIDUP 2013

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK

RAHASIA

4. Tanda Tangan

*) Coret yang tidak perlu

III. KETERANGAN PETUGAS

Uraian Pengawas/Pemeriksa 2. Jabatan ……… Pencacah 1. Nama I. KETERANGAN TEMPAT 1 Provinsi 3 Kecamatan 4 Desa/Kelurahan*) 5 Klasifikasi Desa/Kelurahan 6 2 Kabupaten/Kota *) 7 8

Nomor Blok Sensus

Nama Kepala Rumah Tangga Alamat (nama jalan/gang, RT/RW/dusun)

12 Pemberi Informasi

2. No. Urut ART (Disalin dari Blok IV Kol.1) 1. Nama :

II. RINGKASAN (Diisi setelah Blok IV terisi)

1 Banyaknya anggota rumah tangga

Tanggal Bulan

1. Staf BPS Provinsi 3. KSK 2. Staf BPS Kab/Kota 4. Mitra

1. Perkotaan 2. Perdesaan

3. Tanggal Pencacahan/Pemeriksaan 9

Nomor Kode Sampel (NKS)

10

Nomor Urut Sampel Rumah Tangga

11 Status Pencacahan 1. Berhasil dicacah 2. Tidak ditemukan 3. Menolak ……… Tanggal Bulan 1. Staf BPS Provinsi 3. KSK 2. Staf BPS Kab/Kota 4. Mitra 2 Banyaknya anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas

 

(33)

Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota   27  Ped om an Kep ala BPS Provinsi d an K epa la BPS Kabupaten /Kota 27

(34)
(35)
(36)
(37)

Gambar

Tabel 1.1 Jenis dan Kegunaan Dokumen SPPLH 2013
Gambar 1.1. Arus pengiriman Dokumen SPPLH 2013  Keterangan :
Tabel 1.2  Jadwal Kegiatan SPPLH 2013
Gambar 3.1. Struktur Organisasi SPPLH 2013

Referensi

Dokumen terkait

Kerangka sampel untuk pemilihan sampel rumah tangga, yaitu daftar nama kepala rumah tangga usaha ternak di setiap blok sensus terpilih yang diurutkan menurut jenis ternak utama,

Selanjutnya petugas MK memilih 7 rumah tangga usaha pertanian dari setiap blok sensus terpilih untuk dilakukan monitoring dengan Daftar ST2013-MK1 dan 3 rumah tangga bukan

Estimasi total karakteristik Y berdasarkan hasil pencacahan sampel rumah tanggaMisalkan Yhij adalah nilai karakteristik Y hasil rumah tangga pada terpilih ke-j pada blok sensus

1) Kunjungi rumah tangga yang tercantum pada Daftar ST2013-SPI.DSRT dimulai dari nomor urut sampel rumah tangga usaha penangkapan ikan dari jenis kapal/perahu terpilih

Listing/pendaftaran bangunan dan rumah tangga dilakukan pada setiap blok sensus terpilih bertujuan untuk memperoleh kerangka sampel rumah tangga peternakan menurut jenis

 Kode 4: Rumah Tangga Baru adalah kondisi dimana rumah tangga ditemukan pada saat pemutakhiran tetapi tidak tercantum dalam Daftar SUPAS2015-P, pada umumnya

Pelaksanaan pencacahan rumah tangga dilakukan oleh Pencacah berdasarkan identitas rumah tangga sampel pada VSEN2010.DSRT, maupun SP2010-L1, dan sketsa peta blok sensus, dengan cara:

Apabila rumah tangga terpilih benar-benar tidak dapat ditemui saat pencacahan, maka penggantian rumah tangga sampel dapat dilakukan dengan rumah tangga dari kelompok pengeluaran