• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Semarang, Cet. I, 1993, hlm. 19. hlm.13. Semarang, 1999, hlm. 196

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Semarang, Cet. I, 1993, hlm. 19. hlm.13. Semarang, 1999, hlm. 196"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah kitabullah yang dijadikan pedoman oleh umat manusia dalam kehidupannya. Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk global dan umum yang perlu penjelasan dan penjabaran. Oleh karena itu tafsir menduduki tempat yang tinggi didalam upaya memahami al-Qur’an sebagai pedoman hidup.1

Al-Qur’an diturunkan Allah bukan hanya sekedar dokumen historis atau pedoman hidup dan tuntunan spiritual bagi umat manusia tetapi juga mitra dialog.2 Dari ayat-ayatnya terkandung dialog langsung dengan pembacanya agar menuntun, memperhatikan, merenungkan dan menekuni kandungannya, kemudian menarik sebagai pelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.3

Di antara kandungan al-Qur’an adalah perintah untuk mengimani kepada makhluk yang ghaib yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasakan oleh panca indera, yaitu jin, setan dan malaikat.4

Jin, setan dan malaikat merupakan makhluk halus yang hidup di alam ghaib. Di mana sumber pengetahuan manusia tentang makhluk-makhluk ghaib itu adalah petunjuk dari Allah melalui para Rasul-Nya, oleh karena itu

1 Ahmad Mosthafa Adnan, Problematika Menafsirkan Al-Qur’an, CV. Toha Putra, Semarang, Cet. I, 1993, hlm. 19

2 M. Nastur Arsyad, Seputar Al-Qur’an, Hadits dan Ilmu, Al-Bayan, Bandung, 1992, hlm.13

3 Ahmad Mosthafa Adnan, op. cit., hlm. 9

4 Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqi, Al-Islam I, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1999, hlm. 196

(2)

2

dasar yang pertama bagi usaha dalam mempelajari makhluk-makhluk ghaib itu adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya.5

Keimanan kepada makhluk-makhluk ghaib akan menimbulkan kewaspadaan dan kehati-hatian yang tinggi, walaupun tidak ada manusia lain yang menyaksikan karena malaikat petugas Allah yang setia, selalu mencatat dan merekam setiap amal perbuatan manusia serta iblis dan setan selalu pula berusaha menjerumuskan manusia kepada keinginannya dan kekafiran.6

Di antara makhluk ghaib yang penting untuk dikaji adalah malaikat. Bukan saja karena makhluk ini secara khusus disebut sebagai salah satu dari rangkaian rukun iman, tetapi juga kerena malaikat memiliki keterlibatan dengan seluruh manusia tanpa kecuali, taat atau durhaka, sejak lahir hingga wafat, bahkan hingga kehidupan di akhirat kelak.7

Beriman kepada malaikat merupakan salah satu rukun iman yang wajib diimani oleh setiap mukmin. Meyakini bahwa para malaikat adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Mereka tidak pernah melakukan kemaksiatan (membangkang) kepada Allah dalam segala perintah yang diberikan kepada mereka, dan selalu melaksanakan segala perintah-Nya dan bahwasanya mereka adalah perantara-perantara yang menghubungkan antara Allah dengan para Rasul yang diutusnya kepada manusia.8

Allah menjadikan malaikat agar mereka mempunyai hubungan erat dengan manusia secara rohani maupun jasmani. Para malaikat adalah bala tentara dan pembantu Allah yang mengatur kerajaan-Nya menurut kehendak dan kebijaksanaan-Nya.9

5 H.S. Zuardin Azzaino, Aqidah Ilahiah Ilmiah, Pustaka Hidayah, Jakarta, Cet. II, 1991, hlm.102

6 Bustanuddin Agus, Al-Islam, Buku Pedoman Kuliah Mahasiswa Untuk Mata Ajaran

Pendidikan Agama Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cet. I, 1993, hlm.15

7 Muhammad. Quraish Shihab, Yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam

Al-Qur’an-As-Sunnah serta wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, Lentera hati,

Cet. IV, Jakarta , 2000, hlm. xiii

8 Ahmad Bahjad, Mengenal Allah, Terj. Muhammad Abdul Ghofar E.M., Pustaka Hidayah, Bandung, Cet. I, 1998, hlm. 69

9 Yahya Saleh Basalamah, Manusia dan Alam Gaib, Pustaka Firdaus, Terj. Ahmad Rais Sinar, Pustaka Firdaus, Jakarta, Cet. I, 1991, hlm. 174

(3)

3

Menurut al-Qur’an secara umum malaikat di dunia mempunyai dua fungsi yaitu menggerakan kekuatan alam untuk melaksanakan tugas masing-masing dan membimbing manusia untuk berbuat baik.10

Ada sepuluh malaikat yang wajib diketahui oleh umat Islam yaitu Jibril (penyampai wahyu yang terpercaya), Mikail (pembagi rizqi dan hujan), Israfil (peniup terompet), Izrail (pencabut nyawa), Ridwan (penjaga surga), Malik (penjaga neraka), Munkar dan Nakir (penanya dalam kubur), Rakib dan Atib (penulis amal baik dan buruk setiap mukalaf). 11

Lafadz malaikat disebutkan dalam al-Qur’an 68 kali bila dihitung dengan bentuk perubahan kata-kata malaikat, malakun, malakaini, malakan,

malakin, seluruhnya 88 kali.12 Tetapi para mufasir berbeda pendapat

berkaitan dengan kata malakaini dalam surat al-Baqarah ayat 102 yaitu :

ﻴﱠﺸﻟا اْﻮُﻠْﺘَﺗﺎَﻣ اْﻮُﻌَﺒﱠﺗاَو

َﻦﻤْﻴَﻠُﺳ ِﻚْﻠُﻣ ﻰﻠَﻋ ُﻦْﻴِﻃ

ج

ﻤْﻴَﻠُﺳ َﺮَﻔَآ ﺎَﻣَو

َﺎ

ﻴﱠﺸﻟا ﱠﻦِﻜﻟَو ُن

َﻦْﻴِﻃ

َﺮْﺤِﺳ َسﺎﱠﻨﻟا َنْﻮُﻤﱢﻠَﻌُی اْوُﺮَﻔَآ

ق

ه َﻞِﺏﺎَﺒِﺏ ِﻦْﻴَﻜَﻠَﻤﻟا ﻰَﻠَﻋ َلِﺰْﻥُا ﺎَﻣَو

َﺎ

ﻣَو َتوُر

َﺎ

َتوُر

ط

ﱠﺘَﺡ ٍﺪَﺡَا ْﻦِﻣ ِنﺎَﻤِﻠَﻌُی ﺎَﻣَو

ْﺮُﻔْﻜَﺗ َﻼَﻓ ٌﺔَﻨْﺘِﻓ ُﻦْﺤَﻥ ﺎَﻤﱠﻥِا ﻵْﻮُﻘَی ﻰ

ط

ﺎَﻤُﻬْﻨِﻣ َنْﻮُﻤﱠﻠَﻌَﺘَﻴَﻓ

ِﻪِﺟْوَزَو ِءْﺮَﻤﻟا َﻦْﻴَﺏ ِﻪِﺏ َنْﻮُﻗِّﺮَﻔُی ﺎَﻣَو

ط

َﻀَﺏ ْﻢُهﺎَﻣَو

ِﷲا ِنْذِﺎِﺏ ﱠﻻِا ٍﺪَﺡَا ْﻦِﻣ ِﻪِﺏ َﻦْیِرﺎ

ط

ْﻢُﻬُﻌَﻔْﻨَی َﻻَو ْﻢُهﱡﺮُﻀَی ﺎَﻣ َنْﻮُﻤﱠﻠَﻌَﺘَیَو

ط

َﻟَو

ْﻦِﻣ ِةَﺮِﺧَﻻا ﻰِﻓ ﻪَﻟﺎَﻣ ُﻩَﺮَﺘْﺳِا ِﻦَﻤَﻟ اْﻮُﻤِﻠَﻋ ْﺪَﻘ

ٍﻖﻠَﺧ

ﻒﻗ

ْﻢُﻬَﺴُﻔْﻥَا ِﻪِﺏ ْوَﺮَﺵ ﺎَﻣ َﺲْﺌِﺒَﻟَو

ط

َنْﻮُﻤَﻠْﻌَی اْﻮُﻥﺎَآ ْﻮَﻟ

.

10 Syed Mahmudun Nasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Terj. Drs. Adang Affandi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, Cet.IV, 1994, hlm. 28

11 Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman,

Rukun Ihsan Secara Terpadu, Terj. Dr. Afif Muhammad M.A., Al-Bayan, Bandung, Cet. I, 1998,

hlm. 114

12 Departeman Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam di Indonesia, CV. Anda Utama, Jakarta, 1992, hlm. 687

(4)

4

Artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan kepada masa kerajaan sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir), mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seorang pun sebelum mengatakan : “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberikan mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan ijin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (Q.S. al-Baqarah : 102)13

Para mufasir dalam membaca kata malakaini berbeda pendapat, ada yang membaca dengan kasrah lamnya yang berarti dua raja, ada yang membacanya dengan fathah lamnya yang berarti dua malaikat, sehingga dalam menafsirkan surat al-Baqarah ayat 102 pun berbeda.14

Ada dua pendapat para mufasir tentang yang dimaksud dengan dua malaikat itu. Ada yang berpendapat mereka betul-betul malaikat seperti pendapatnya Abdurrahman Ibn Kamal Jalal al-Din as-Suyuti dalam tafsir

Durr al-Mantsur fi at-Tafsir bi al-Ma’tsur, al-Imam Abi al-Fadau al-Khafiz

Ibnu Katsir Damasyqi dalam tafsir Ibnu Katsir,Ahmad Mushtafa al-Maraghi dalam tafsir al-al-Maraghi, Abi Qasim Jarullah Mahmud Ibn Umaar al-Zamakhsyari dalam tafsir al-Kasysyaf dan al- Alamah al-Sayyidi Muhammad Husain At-thabari dalam tafsir Jami Bayan an Ta’wil Ayi

al-Qur’an, Mufasir yang berpendapat bahwa manusia yang memiliki sifat mulia

sehingga diserupakan dengan malaikat seperti pendapatnya Wahbah Zuhaili

13 Departeman Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Adi Grafika, Semarang , 1994, hlm. 28

(5)

5

dalam tafsir Munir, Muhammad Abduh dalam tafsir al-Manar dan Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya .Sedangkan mengenai mempelajari ilmu sihir, ada sebagian ulama yang membolehkan mempelajarinya dengan tidak menggunakannya, dan ada juga ulama yang mengharamkan mempelajari sihir apalagi mengamalkannya15

Adanya perbedaan pendapat tentang penafsiran Harut dan Marut menjadikan persoalan bahwa: kalau memang benar Harut dan Marut itu malaikat maka ia merupakan malaikat yang mempunyai fungsi yang unik, di mana mereka mengajarkan sihir kepada manusia yang dapat menyebabkan madharat bagi manusia. Namun mereka mengajarkan sihir berdasarkan izin dari Allah. Padahal malaikat sendiri selalu mengerjakan perintah Tuhan dan tidak pernah durhaka dan selalu dihubungkan dengan hal-hal manfaat bagi manusia. Tetapi apabila Harut dan Marut itu bukan malaikat, mengapa al-Qur’an menggunakan lafadz malakaini yang mempunyai arti dua malaikat.

Uraian di atas menunjukkan adanya perbedaan pendapat di kalangan para mufasir dalam menafsirkan Harut dan Marut dalam surat al-Baqarah ayat 102. Berawal dari perbedaan penafsiran tersebut penulis menganggap perlu menggali ulang petunjuk dan semangat al-Qur’an.

B. Pokok Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas supaya pembahasan dalam tulisan ini bisa terarah maka penulis membatasinya dengan satu pembahasan pokok di bawah ini.

1. Bagaimana penafsiran al-Qur’an tentang Harut dan Marut ?

15 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, PT. Ictiar Baru Van Voeve, Jakarta, 1993, hlm. 89

(6)

6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi 1. Tujuan Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu: a. Untuk mengetahui penafsiran al-Qur’an tentang harut dan Marut. 2. Manfaat Penulisan Skripsi

Adapun manfaat yang diambil dari penulisan skripsi ini adalah : a. Penulis dapat lebih meningkatkan apresiasi intelektual dan sikap

kritis terhadap hasil-hasil pemikiran para mufasir sehingga mampu memformulasikan sistensis baru.

b. Menambah khasanah keilmuan dalam bidang pemikiran Islam dan tafsir al-Qur’an di Fakultas Ushuluddin.

D. Tinjauan Pustaka

Malaikat merupakan makhluk ghaib yang wajib diimani oleh umat Islam dengan percaya bahwa Allah itu mempunyai makhluk yang dinamakan malaikat yang tidak pernah durhaka dan senantiasa taat menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Para ulama dan intelektual muslim telah menulis tema ini dengan karya-karya mereka, tulisan-tulisan itu antara lain : 1. Maulana Muhammad Ali MA. LLB., Islamologi (Dinul Islam) terj. R.

Kaelan dan HM. Bahrun, PT. Ictiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1977 Maulana Muhammad Ali MA. LLB. dalam buku tersebut menulis tentang malaikat. Malaikat merupakan makhluk immaterial yang diciptakan dari cahaya dan dikatakan sebagai dzat, tetapi malaikat tidak diberikan kekuatan membeda-bedakan seperti manusia. Memang dalam hal ini, malaikat bisa dikatakan lebih banyak bersifat kekuatan alam dari pada bersifat manusia, fungsi malaikat hanyalah taat dan malaikat tidak dapat durhaka kepada Allah. Menurutnya, hal ini bertentangan dengan

(7)

7

cerita tentang Harut dan Marut yang dikatakan sebagai malaikat yang memberontak sehingga tidak ada dasarnya sama sekali.

2. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqi, Al-Islam I, PT. Pustaka Rizqi Putra, Semarang, 1998

Pada bab II, Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqi menjelaskan bahwa malaikat itu ada. Umat Islam hanya wajib mengimankan adanya, tidak perlu mengetahui hakikatnya, demikian juga mereka tidak dapat menentukan bilangan, suku atau jenis dan macamnya. Membahas hakikat malaikat tidak dibenarkan ilmu, karena ilmu hanya membahas sesuatu yang dapat diperoleh sebab-sebabnya dan dapat dipelajari hakikatnya. Urusan ghaib hanya diketahui dengan perantara wahyu. Namun, tidak ada wahyu yang memberi keterangan tentang hakikat malaikat. Al-Qur’an hanya menerangkan bahwa malaikat itu selalu menjalankan perintah Allah, taat dan terhindar dari kesalahan. Adapun tentang kemalaikatan Harut dan Marut Teungku M. Hasbi Ash-Shiddiqi tidak membenarkannya.

3. M. Quraish-Shihab, Yang Tersembunyi, Iblis, Setan dan Malaikat dalam

Al-Qur’an-As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, Lentera Hati, Jakarta, Cet. IV, 2000

Quraish Shihab berpendapat bahwa Harut dan Marut merupakan malaikat yang tergelincir dan berdosa akibat rayuan wanita, maka ini adalah kasus Khusus. Ketika itu kedua malaikat tersebut telah dicabut darinya beberapa ciri malaikat dan diganti dengan potensi yang dimiliki manusia, sehingga pada hakikatnya mereka tidak lagi sepenuhnya memiliki sifat-sifat malaikat dan kisah ini dipahami sebagai kisah simbolik.

(8)

8

4. HM. Ali Usman, Makhluk-Makhluk Halus Menurut Al-Qur’an, Bulan Bintang, Jakarta, Cet. I,1975

Ali Usman beranggapan bahwa manusia akan menuju kapada kebaikan dan kejahatan. Banyaknya malaikat akan mendorongnya kepada kebaikan, begitu juga semakin banyak jumlah setan maka akan mendorong untuk melakukan kejahatan-kejahatan. Manusia tidak dapat membuktikan adanya makhluk ghaib itu dengan hanya menggunakan kecerdasan pikirannya saja, tetapi melalui wahyu baik dari al-Qur’an maupun Hadits.

Kekhususan dari skripsi ini adalah mengkaji penafsiran terhadap Harut dan Marut yang diperdebatkan oleh para mufasir. Selain buku di atas, belum ditemukan tulisan ilmiah lainnya yang khusus membahas tentang Harut dan Marut, hanya sedikit sekali disinggung dalam buku-buku ilmu kalam. Perbedaan kajian ini, dengan buku-buku yang sudah ada tentang pembahasan malaikat menurut hemat penulis terletak pada ruang lingkupnya. Dimana kajiannya lebih difokuskan pada surat al-Baqarah ayat 102 tentang penafsiran Harut dan Marut studi analisis. Maka penulis merasa perlu meneliti dan berupaya mengungkap tentang Harut dan Marut dalam Al-Qur’an yang masih diperdebatkan oleh para mufasir.

E. Metode Penulisan Skripsi

Penelitian ini berusaha mengungkap Harut dan Marut dalam al-Qur’an. Agar memperoleh karya ilmiah yang memenuhi kualitas dan kriteria yang ada maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Sumber Data

Penelitian ini bercorak Library research atau riset kepustakaan, dalam arti semua sumber datanya berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Adapun sumber data tersebut dibedakan menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

(9)

9

a. Sumber primer adalah sumber-sumber yang memberikan data langsung dari tangan pertama. Dalam penelitian ini sebagai sumber primernya adalah kitab-kitab tafsir seperti tafsir Jami' al-Bayan an

Ta’wil Ayi al-Qur’an karya Abi Ja’far Muhammad Ibn Jarir

At-Thabary , tafsir al-Dur al- Mansyur fi al-tafsir al- Ma’syur karya Abdurrahman Ibn al-Kamal Jalal al-Din as-Suyuti, tafsir al-Kabir karya Imam Muhammad al-Razy Fakhruddin Ibn al-Alamah Dhiyauddiyah Umar, tafsir Ibnu Katsir karya Imam Abi al-Fadau al-Khafidz Ibnu Katsir al-Damasyqy, tafsir al-Kasysyaf karya Abi al-Qasim Jarullah Muhammad Ibn Umar al-Zamakhsyari Khawarismi, tafsir Munir karya Wahbah Zuhaili, tafsir

al-Maraghi karya Ahmad Mushthafa al-al-Maraghi, Tafsir al-Manar

karya Muhammad abduh dan Rasyid Ridha, Tafsir al-Mizan karya Muhammad Husain al-Thaba’thabai, Qur’an Terjemahan dan

Tafsirnya karya Abdullah Yusuf Ali, Tafsir Misbah karya M.

Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’anul Majid (An-Nur) Karya Tengku Hasbi Ash-Shiddiqi, Tafsir Al-Azhar karya Hamka.

b. Sumber sekunder adalah sumber yang mengutip dari sumber lain, tidak langsung merupakan dokumen histories yang murni ditinjau dari kebutuhan penyelidikan.16 Sumber sekunder merupakan sumber yang dapat melengkapi sumber primer. Adapun sumber data sekunder adalah buku-buku atau karya ilmiah lain yang terkait dengan tema yang akan dikaji.

2. Metode Pengumpulan data

Obyek studi penelitian ini termasuk riset kepustakaan yaitu penelitian data, sehingga cara yang ditempuh adalah menggali dan mengumpulkannya. Oleh karena itu, metode pengumpulan data yang diterapkan adalah dengan membaca sumber-sumber tersebut.

16 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik, Tarsito, Bandung, 1980, hlm. 134

(10)

10

3. Metode Analisis Data

1. Metode Tahlili (Analitis)

Yang dimaksud dengan metode tahlili (analitis) ialah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung da dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.17

2. Content Analisis

Yaitu analisis isi berdasarkan fakta dan data-data yang menjadi isi atau materi suatu buku (kitab).18 Dalam konteks ini penulis mengumpulkan data-data dari kitab-kitab tafsir kemudian penulis analisis secara obyektif.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini menggunakan sistematika penulisan skripsi yang dibagi dalam tiga bagian yaitu; pertama bagian formalitas, kedua isi skripsi dan ketiga bagian akhir skripsi atau pelengkap. Masing-masing bagiannya adalah sebagai berikut :

Bagian pertama berisi halaman judul, nota pembimbing, lembar pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, abstraksi dan transliterasi.

Bagian kedua yang merupakan isi skripsi yang terdiri dari empat bagian yang terbagi dalam empat bab yaitu bab pertama dalam skripsi ini adalah pendahuluan yang terdiri penelusuran masalah dan metodologi

17 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. II, 2000, hlm. 151

18 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, UGM Press, Yogyakarta, Cet. V, 1991, hlm. 63

(11)

11

penulisan skripsi sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Untuk sub-sub bab pembahasan dalam pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah, sebagai kajian awal dalam penelusuran masalah. Pokok pembahasan menjadi sub bab selanjutnya untuk mempertegas paparan dalam latar belakang, tujuan dan manfaat penulisan skripsi merupakan hasil yang diharapkan dapat diambil dari skripsi ini yang dilanjutkan dengan tinjauan pustaka dan metode penulisan skripsi sebagai acuan penulisan dalam mengkaji skripsi, bab ini diakhiri dengan pengaturan tentang sistematika penulisan skripsi.

Setelah penelusuran pada bab I, selanjutnya pada bab II berisi gambaran umum surat al-Baqarah ayat 102. Pembahasan tentang gambaran umum ini meliputi telaah bahasa, latar belakang turunnya ayat dan berbagai pemahaman dari para ulama tentang Harut dan Marut. Uraian dalam bab II ini merupakan landasan teori pembahasan penafsiran para mufasir terhadap Harut dan Marut dalam perspektif al-Qur’an dalam bab III.

Kemudian kajian terhadap Harut dan Marut wacana mufasir, akan diuraikan dalam bab III yang meliputi pandangan umum tentang yang menyatakan malaikat dan pandangan umum tentang harut dan marut yang menyatakan manusia.

Untuk mengakhiri seluruh pembahasan dalam tulisan ini, dalam bab IV akan disampaikan hasil-hasil penelitian berupa kesimpulan dari pembahasan sebelumnya, juga dikemukakan saran-saran yang diharapkan dapat memberi masukan pada data-data penelitian yang ada.Untuk mengakhiri rangkaian pembahasan ditulis kata penutup.

Selanjutnya adalah bagian ketiga yang merupakan pelengkap dari skripsi yang berisi, daftar pustaka dan biografi penulis serta lampiran-lampiran.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperoleh data tentang apa yang akan diteliti oleh peneliti yakni dengan cara pengumpulan data. Karena pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis

Jadi pengaruh intensitas membaca Al-Qur’an terhadap kecerdasan spiritual santri adalah suatu kesungguhan dan kebulatan tekad yang dikerahkan santri untuk mendekatkan diri kepada

Penelitian ini, bagi pihak sekolah, diharapkan dapat memberikan masukan yang positif serta sebagai bahan acuan bagi sekolah untuk melakukan hubungan secara

menganalisis vegetasi bambu serta diharapkan dapat dijadikan data dasar untuk masyarakat secara umum, dan pihak - pihak yang membutuhkan terkait dengan Vegetasi Bambu

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan alat analisis SWOT dengan menentukan kekuatan dan kelemahan (internal)

Permasalahan diteliti berkenaan dengan pesan dakwah yang dibagikan melalui gambar akun instagram @haditksu dan interpretasi dakwah yang dikaitkan dengan unsur

Usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin dapat dilakukan dengan perawatan atau pemijatan payudara, pijat oksitosin, membersihkan puting, menyusui dini dan

Kamardi Arief, “Fungsi Sosial-Ekonomi Pasar Tradisional”, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya, 2013.. besar, tapi kehidupan mereka