TIMBANGAN DIGITAL BERBASIS EPROM
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Elektro
Oleh Heri Nugraha NIM : 015114012
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
DIGITAL WEIGHING MACHINE BASED ON EPROM
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree
In Electrical Engineering Study Program
By:
Name : Heri Nugraha Student Number : 015114012
ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
DEPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2007
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini
kupersembahkan dengan penuh cinta kasih kepada
Bapak FX Suhirdjan dan Ibu M Sukarmi
Kakakku sekeluarga (‘si kecil Alvin & Allysa’)
Almamaterku
MOTTO
1. Syukur dan kerja keras adalah kunci dalam hidup ini. Maka apapun yang kita peroleh dengan cara kerja keras kita wajib mensyukurinya.
2. Jika engkau tidak sanggup bekerja dengan cinta, hanya dengan enggan maka akan lebih baik bagimu duduk dengan mengulurkan tangan (Khalil Gibran).
LOVE, PE
LOVE, PE
LOVE, PE
LOVE, PEACE, and RESPECT
ACE, and RESPECT
ACE, and RESPECT
ACE, and RESPECT
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Oktober 2007 Penulis
ABSTRAK Heri Nugraha
Timbangan Digital Berbasis EPROM
Berat adalah suatu nilai yang dimiliki oleh suatu benda dengan jumlah tertentu. Pengukuran berat benda sering kali dilakukan untuk mengetahui nilai dari benda tersebut, terutama dalam proses perdagangan. Yang menjadi sumber berat adalah suatu beban yang mempunyai berat 1 ons. Rancangan alat ukur ini ditampilkan dalam bentuk digital dengan menggunakan 7 segment 2 digit sebagai media penampil. Sensor yang digunakan pada alat ini adalah sebuah potensiometer. Hasil yang diharapkan dari alat ini adalah suatu penampil berat benda dengan jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya dengan bantuan sebuah IC memori sebagai media penyimpan data sementara.
ABSTRACT Heri Nugraha
Digital Weighing-Machine Base on EPROM
Weight is a value had by an object with certain quantity. Heavy measurement to an object is frequently to know the value from the object,especially in course of commerce.becoming the source of weight is a burden which have a weight 1 ounce.This measuring instrument device is presented in the form of digitalwith two digit of 7 segment.Censor used in this appliance is a potenhometer.Result expected from this appliance is presented a weight of an object with a constructively a IC memory as a media for look up table.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Timbangan Digital Berbasis EPROM” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat dukungan, bantuan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung antara lain :
1. Ir Greg. HeliarkoS.J.,S.S.,B.S.T.,M.A.,M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk menulis skripsi ini dan menyelesaikan studi di Fakultas Teknik;
2. Ag. Bayu Primawan, S.T. M.Eng, selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam menyusun skripsi ini;
3. Ir. Th. Prima Ari Setiyani, M.T, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing dan membantu penulis serta memberi kesempatan dan kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini;
4. Para dosen Teknik Elektro yang telah membantu dan mendidik penulis; 5. Para laboran Teknik Elektro dan MIPA atas bantuan dan kerjasamanya; 6. Para karyawan dan karyawati sekretariat Fakultas Teknik dan Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma yang telah membantu penulis selama ini;
7. Bapak dan Ibu yang telah membesarkan, mendidik, dan memberikan dukungan materiil maupun spiritual kepada penulis selama ini;
8. Kakakku dan keluarga yang telah memberikan dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini;
9. Semua keluarga besarku dan saudara sepupuku atas bantuannya selama ini; 10. Semua temanku di Teknik Elektro : Tri, Diaz “Dre”, Eling, Rinto Ginting,
Nomo, Frankie, Sulist, Cahyo “Bajuri”, Tyo, Toni, Erik, Hadi, Roy, Freddy, dan tak terkecuali Leo (S. Ing);
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual.
Penulis menyadari bahwa skipsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati bersedia menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, Oktober 2007
Penulis,
Heri Nugraha
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ……… i
Title ………. ii
Persetujuan Pembimbing ……… iii
Pengesahan ………. iv
Persembahan ……….. v
Motto ……….. vi
Pernyataan Keaslian Karya ………. vii
ABSTRAK ……….. viii
ABSTRACT ……….. ix
Kata Pengantar ………. x
Daftar Isi ……….. xii
Daftar Gambar ………. xiv
Daftar Tabel ………. xv BAB I PENDAHULUAN ……… 1 1.1 Latar Belakang ……… 1 1.2 Batasan Masalah ………. 3 1.3 Tujuan Penelitian ……… 3 1.4 Manfaat Penelitian ……….. 3 1.5 Sistematika Penulisan ………. 4
BAB II DASAR TEORI ……… 5
2.1 Potensiometer ……….. 5
2.2 Pengkondisi Sinyal ……….. 6
2.3 ADC (Analog to Digital Converter) ……… 7
2.4 Clock ……… 10
2.5 EPROM (Erasable Programmable Read Only Memories) …………. 11
2.6 Penggerak BCD ke 7 Segment (Dekoder) ……… 13
2.7 Penampil (7 Segment) ……….. 13
BAB III PERANCANGAN ALAT ……… 16
3.1 Alat Ukur ……….. 17
3.4 ADC (Analog to Digital Converter) ……… 21
3.5 EPROM ……… 23
3.6 Penggerak BCD ke 7 Segment ………. 26
BAB IV ANALISA ALAT ……… 30
4.1 Pengamatan dengan Potensiometer ………. 30
4.2 Pengamatan ADC (Analog to Digital Converter) ……….. 31
4.3 PengamatanEPROM (Erasable Programmable Read Only Memories) 35 BAB V PENUTUP ……… 37 5.1 Kesimpulan ………. 37 5.2 Saran ……… 37 DAFTAR PUSTAKA ……… 38 LAMPIRAN I ……… 39 LAMPIRAN II ……….. 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gambar rangkaian potensiometer ………. 6
Gambar 2.2. Gambar diagram blok ADC ………. 8
Gambar 2.3. Gambar isi dari IC 555 ………. 10
Gambar 2.4. Gambar kaki-kaki pada IC 7447 ……….. 13
Gambar 2.5. Gambar sistem identifikasi pada 7 segment ………. 14
Gambar 2.6. Gambar rangkaian pembacaan pada 7 segment ……… 14
Gambar 3.1. Gambar bentuk timbangan ……… 16
Gambar 3.2. Gambar blok diagram alat ………. 17
Gambar 3.3. Gambar rangkaian sensor berat ………. 20
Gambar 3.4. Gambar rangkaian ADC 0804 ke EPROM ………... 23
Gambar 3.5. Gambar rangkaian EPROM ke dekoder ……… 26
Gambar 3.6. Gambar IC 7447 ke 7 segment ……….. 26
Gambar 3.7. Gambar penyandi BCD ke 7 segment ……… 28
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Tabel resistansi dan tegangan keluaran pada sensor ……… 18
Tabel 3.2. Tabel alamat dan data EPROM ……… 24
Tabel 3.3. Tabel segment yang menyala pada LED ……….. 27
Tabel 4.1. Tabel hasil pengamatan tegangan masukan ADC ……… 31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem digital sekarang ini merupakan suatu teknologi di bidang elektronika yang berkembang pesat. Segala sesuatu yang banyak dibutuhkan manusia dalam berbagai bidang kehidupan sudah menggunakan teknik-teknik digital dalam penggunaannya. Hal ini disebabkan karena suatu peralatan dengan teknik digital memiliki berbagai keunggulan, misalnya hasilnya lebih memuaskan, lebih teliti, dan lebih baik dalam tampilannya. Dari berbagai sarana elektronika yang digunakan oleh manusia banyak yang menggunakan teknologi digital sehingga teknologi ini akan terus berkembang dan berinovasi untuk menciptakan alat-alat yang baru yang bermanfaat dan banyak dibutuhkan manusia dan memperingan pekerjaan manusia.
Sedangkan untuk teknologi yang masih bersifat analog walaupun masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari, apabila dilihat dari segi tampilan dan ketelitiannya sangat berbeda dengan teknologi yang sudah berbasis teknologi digital.
Sebelum ditemukan suatu alat yang digunakan untuk mengukur berat suatu benda atau barang, jarang diketahui berapa berat suatu benda karena berat suatu benda mungkin tidak terlalu penting dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan dan semakin diperlukannya data dari suatu benda secara lengkap maka saat ini banyak ditemukan alat-alat yang berguna untuk mengetahui berat suatu benda dengan bermacam-macam model dan bentuk. Karena itu penulis mencoba merancang suatu alat yang berbasis pada teknologi digital dengan membuat alat berupa sebuah timbangan digital dengan menggunakan bantuan
memori berupa EPROM. Alasan pemakaian EPROM supaya data yang didapat saat melakukan penimbangan dapat disimpan dalam sebuah memori sehingga data tersebut suatu saat dapat ditampilkan kembali, karena IC EPROM memiliki kemampuan menyimpan data sampai 10 tahun dengan suhu maksimal mencapai 70o C. Dengan timbangan digital maka berat benda yang ditimbang dapat langsung diketahui beratnya karena menggunakan tampilan angka pada suatu layar yang telah dipasang sebagai bagian dari alat tersebut, sehingga dapat dilihat langsung tanpa harus melakukan pengamatan dan menentukan skala seperti pada timbangan yang menggunakan tampilan analog yang biasanya masih menggunakan sebuah jarum penunjuk untuk mengetahui angka yang tepat.
Kegunaan suatu alat yang disebut timbangan sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Alat ini biasanya banyak digunakan terutama dalam bidang perdagangan yang memang sangat memerlukan data suatu benda atau barang untuk dapat diluhat dari beratnya bukan hanya dilihat dari segi bentuk dan ukurannya saja. Alat rancangan ini hanya dapat mengukur berat suatu benda hanya bila benda tersebut diletakkan pada suatu tempat yang berhubungan langsung dengan timbangan tersebut.
1.2 Batasan Masalah
1. Berat benda yang ditimbang minimal 1 ons dan maksimal 40 ons, karena adanya keterbatasan pada keakuratan potensiometer yang digunakan sebagai sensor berat pada rangkaian.
2. Perubahan nilai resistansi yang digunakan adalah setiap perubahan berat sebesar 1 ons.
3. Menggunakan EPROM sebagai penyimpan data look up table. 4. Penampil data berupa 7 segment dengan 2 digit angka.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Membuat suatu alat yang dapat berfungsi sebagai timbangan digital dalam bentuk yang lain.
2. Menerapkan teknologi digital yang digunakan untuk memicu data yang disimpan pada suatu memori.
1.4 Manfaat Penelitian
Timbangan sangat bermanfaat terutama di bidang perdagangan. Untuk itu alat ini dirancang agar diperoleh suatu data yang akurat tentang suatu benda ataupun barang terutama dilihat dari beratnya, serta memberikan alternatif lain tentang cara pengukuran berat benda di luar berbagai cara yang sudah biasa digunakan.
Disamping itu perancangan alat ini juga dapat menghasilkan beberapa manfaat antara lain dapat memberikan hasil yang akurat tentang berat suatu benda.
1.5 Sistematika Penulisan
a. BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
b. BAB II : Dasar Teori, berisi teori teori yang mendukung perancangan alat berdasarkan gambar blok diagram.
c. BAB III : Perancangan Alat, berisi tentang proses-proses perancangan alat serta data-data yang didapatkan dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan oleh penulis.
d. BAB IV : Analisa Alat, berisi data-data hasil pengamatan dan analisanya. e. BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
DASAR TEORI
Pada bab ini berisi penjelasan umum tentang teori-teori dasar dari perangkat-perangkat yang mendukung dalam proses perancangan alat, khususnya yang berhubungan langsung dengan alat yang akan dirancang. Bagian-bagian yang berhubungan dengan alat ini antara lain penggunaan potensiometer sebagai sensor, pengkondisi sinyal pada suatu rangkaian digital, ADC yang digunakan dalam merancang suatu rangkaian digital agar data-data analog dapat diubah kedalam bentuk data digital, rangkaian clock untuk melakukan konversi data, memori yang digunakan sebagai media penyimpan data, serta tampilan akhir yang digunakan pada suatu rangkaian digital.
2.1 Potensiometer
Pada alat ini potensiometer berfungsi sebagai sensor untuk mengetahui perubahan berat beban yang diukur dengan cara mencari nilai resistansi pada potensiometer yang berubah seiring dengan perubahan berat beban. Potensiometer adalah suatu komponen yang digunakan untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui dengan cara perbandingan dengan tegangan yang diketahui.
Tegangan yang diketahui dapat disuplai dari sebuah sel standar atau setiap sumber tegangan referensi yang diketahui. Pengukuran-pengukuran dengan menggunakan cara pebandingan mampu menghasilkan tingkat ketelitian yang sangat tinggi sebab hasil yang diperoleh tidak tergantung pada defleksi aktual jarum penunjuk sebagaimana halnya pada instrument kumparan putar, tetapi hanya bergantung pada
ketelitian tegangan standar yang diketahui. Karena potensiometer memanfaatkan kondisi setimbang atau disebut juga kondisi nol maka bila instrument tersebut dibuat setimbang menyebabkan tidak ada daya yang diambil dari rangkaian yang mengandung ggl yang tidak diketahui, akibatnya penentuan tegangan tidak bergantung dari hambatan sumber. Walaupun potensiometerr mengukur tegangan, dapat juga digunakan untuk menentukan arus dengan hanya mengukur penurunan tegangan yang dihasilkan oleh arus tersebut melalui sebuah hambatan yang diketahui.
2.2 Pengkondisi Sinyal
Pengkondisi sinyal adalah rangkaian yang dapat mengubah suatu perubahan pada masukan dan mengubah keluarannya dalam bentuk yang berbeda, dalam hal ini dapat berupa tegangan atau arus. Dalam rangkaian pengkondisi sinyal memakai rangkaian sebuah resistor dan sebuah potensiometer yang dipasang secara seri dengan sebuah sumber tegangan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Rangkaian ini juga digunakan sebagai rangkaian untuk mengukur setiap kenaikan berat beban. Nilai tegangan keluaran dari potensiometer pada rangkaian tersebut akan digunakan sebagai masukan sinyal pada rangkaian ADC.
Potensiometer pada gambar rangkaian 2.1 tersebut berfungsi sebagai sensor terhadap perubahan beban, sedangkan Vo adalah tegangan keluaran dari rangkaian atau tegangan pada potensiometer tersebut.
Dari gambar 2.1 tersebut dapat diperoleh persamaan-persamaan sebagai berikut : V = V1 + V2
= I x R1 + I x R2
= I (R1 + R2)………...………..(2-1) Maka :
V2 = I x R2………..….……….(2-2)
Nilai tegangan keluaran dari rangkaian tersebut akan masuk pada rangkaian ADC, selanjutnya ADC mengubah perubahan Vo dalam bentuk biner yang selanjutnya digunakan sebagai masukan alamat pada EPROM, dan perubahan nilai resistansi (R) yang berasal dari potensiometer digunakan sebagai data pada EPROM dengan alamat masukan dari perubahan berat beban.
2.3 ADC (Analog to Digital Converter)
Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal-sinyal digital. IC ADC 0804 dianggap dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC jenis ini bekerja secara cermat dengan menambahkan sedikit komponen sesuai dengan spesifikasi yang harus diberikan dan dapat mengkonversi secara cepat suatu masukan tegangan. Hal–hal yang juga perlu diperhatikan dalam penggunaan ADC ini adalah tegangan maksimum yang dapat dikonversikan oleh ADC dari rangkaian pengkondisi sinyal, resolusi, pewaktu eksternal ADC, tipe keluaran, ketepatan, dan waktu konversinya.
1. Waktu konversi 2. Resolusi 3. Ketidaklinieran 4. Akurasi
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital yang nilainya proporsional. Jenis ADC yang biasa digunakan dalam perancangan adalah jenis successive approximation convertion atau pendekatan bertingkat yang memiliki waktu konversi jauh lebih singkat dan tidak tergantung pada nilai masukan analognya atau sinyal yang akan diubah. Dalam Gambar 2.2 memperlihatkan diagram blok ADC tersebut.
Gambar 2.2: Diagram Blok ADC
Secara singkat prinsip kerja dari konverter A/D adalah semua bit-bit diset kemudian diuji, dan bilamana perlu sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan. Dengan rangkaian yang paling cepat, konversi akan diselesaikan sesudah 8 clock, dan keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekivalen dengan nilai register SAR. Apabila konversi telah dilaksanakan, rangkaian kembali mengirim sinyal selesai konversi yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan data digital yang ekivalen ke dalam register buffer. Dengan demikian, keluaran digital akan tetap tersimpan sekalipun akan dimulai siklus konversi yang baru. IC ADC 0804
masukan diferensial. Masukan analog sebenarnya (Vin) sama dengan selisih antara tegangan-tegangan yang dihubungkan dengan ke dua pin masukan yaitu Vin= Vin (+) – Vin (-). Kalau masukan analog berupa tegangan tunggal, tegangan ini harus dihubungkan dengan Vin (+), sedangkanVin (-) digroundkan. Untuk operasi normal, ADC 0804 menggunakan Vcc = +5 Volt sebagai tegangan referensi. Dalam hal ini jangkauan masukan analog mulai dari 0 Volt sampai 5 Volt (skala penuh), karena IC ini adalah SAC 8-bit, resolusinya akan sama dengan :
dengan n menyatakan jumlah bit keluaran biner IC analog to digital converter IC ADC 0804 memiliki generator clock internal yang harus diaktifkan dengan
menghubungkan sebuah resistor eksternal (R) antara pin CLK OUT dan CLK IN serta sebuah kapasitor eksternal (C) antara CLK IN dan ground digital. Frekuensi clock yang diperoleh di pin CLK OUT sama dengan :
………(2-3)
Untuk sinyal clock ini dapat juga digunakan sinyal eksternal yang dihubungkan ke pin CLK IN. ADC 0804 memiliki 8 keluaran digital sehingga dapat langsung dihubungkan dengan saluran data mikrokomputer. Masukan (chip select, aktif rendah) digunakan untuk mengaktifkan ADC 0804. Jika berlogika tinggi, ADC 0804 tidak aktif (disable) dan semua keluaran berada dalam keadaan impedansi tinggi. Masukan (write atau start convertion) digunakan untuk memulai proses konversi. Untuk itu harus diberi pulsa logika 0. Sedangkan keluaran (interrupt atau end of
convertion) menyatakan akhir konversi. Pada saat dimulai konversi, akan berubah ke logika 1. Di akhir konversi akan kembali ke logika 0.
2.4 Clock
Semua rangkaian analog ke digital menggunakan rangkaian clock untuk melakukan konversi data. Tanpa clock maka pengubah analog ke digital tidak dapat bekerja walaupun di dalam pengubah analog ke digital sudah tersedia clock internal dari CLK IN dan CLK R, sehingga membutuhkan clock eksternal agar ADC dapat mengkonversi isyarat analog menjadi data digital. Beberapa contoh IC yang bisa digunakan sebagai clock antara lain IC timer 555 dan IC 7400.
Rb Ra C 5 8 U2 SRFF S R Q Q out U1 U4 NOT 1 2 U1 8 3 2 1 7 5 7 C2 VCC 5K 5K 5K
Gambar 2.3 : Isi dari IC 555
IC timer 555 berfungsi sebagai sumber clock. IC ini mempunyai dua buah pembanding flip-flop RS dan transistor seperti yang ditunjukkan pada gambar . Pada prinsipnya rangkaian astable dirancang agar dapat memicu dirinya sendiri secara berulang-ulang sehingga dapat menghasilkan sinyal osilasi pada keluarannya. Rangkaian astable seperti pada gambar 2.3 dan prinsip kerja dari rangkaian astable ini adalah pada saat power supply ON, kapasirtor C mulai terisi melalui Ra dan Rb
sampai mencapai tegangan 2/3 Vcc. Setelah tegangan ini tercapai maka komparator A mulai bekerja mereset flip-flop dan selanjutnya membuat Q1 manjadi ON. Pada saat transistor Q1 ON resistor Rb seolah dihubung singkat ke ground sehingga terjadi pengosongan muatan (discharge) pada kapasitor C melalui resistor Rb dan pada saat ini keluaran pada pin 3 manjadi 0 (ground). Dan untuk memperjelas dapat dilihat dari gambar 2.3. Gambar 2.3 menggambarkan isi IC 555 yang digunakan pada rangkaian astable.
Pada saat pengosongan muatan maka tegangan pada pin 2 akan terus turun sampai mencapai 1/3 Vcc. Setelah tegangan ini tercapai maka komparator B yang bekerja dan kembali memicu transistor Q1 menjadi OFF sehingga menyebabkan keluaran pada pin 3 kambali menjadi tinggi (Vcc). Demikian seterusnya terjadi berulang-ulang sehingga akan terbentuk sinyal osilasi pada keluaran pin 3. Sinyal pemicu (trigger) dari kedua komparator akan bekerja secara bergantian pada tegangan antara 1/3 Vcc sampai dengan 2/3 Vcc.
Dari data yang diperoleh pada data sheet IC timer 555 membutuhkan sumber tegangan searah sebesar 4,5 V sampai dengan 18 V, sedangkan untuk mengetahui besarnya frekuensi clock yang dihasilkan dapat diperoleh dengan rumus :
F ═ 1 / T
= 1,44 / (Ra + 2 Rb) x C………(2-4)
2.5 EPROM (Erasable Programmable Read Only Memories)
EPROM merupakan ROM yang dapat dihapus dan diprogram kembali, cara penghapusan pada EPROM dengan menggunakan sinar ultraviolet. EPROM bersifat non volatile dan dapat menerima informasi tersandi biner dan banyak digunakan pada sistem komputer mikro, sehingga pengguna dapat menghapus data yang telah tersimpan dan dapat diprogram ulang dengan data yang baru. Untuk menyimpan data
pada EPROM, digunakan sarana yang disebut dengan pengacara EPROM (EPROM Programmer). Langkah –langkah melakukan pemrograman EPROm adalah sebagai berikut :
1. Berikan tegangan sebesar 12 V pada Vpp.
2. Hubungkan kaki OE pada logika 1, sehingga akan mendisable keluaran. 3. Berikan alamat lokasi yang akan deprogram ke dalam masukan-masukan
alamat dari kaki A0 sampai dengan A9.
4. Gunakan masukan data atau pin keluaran (D1/O0 – D1/O7) sebagai masukan, selanjutnya berikan bit-bit data untuk menentukan bit-bit mana saja yang akan diprogram sebagai “1” dan “0”.
5. Berikan pulsa kedalam kaki masukan PD/PGM.
6. Ulangi langkah-langkah tersebut untuk lokasi-lokasi yang lain.
Apabila program sudah tersimpan maka “jendela’ yang ada pada EPROM harus ditutup dengan suatu stiker yang biasa disebut stiker opak untuk melindungi sel memorinya. IC ini dapat mempertahankan data selama lebih dari 10 tahun dengan batas maksimal suhu sampai dengan 70o C. Program yang telah tersimpan dapat dihapus dengan cara menyinari sel memori dengan sinar ultra ungu (ultraviolet) melalui “jendela” yang ada pada IC EPROM tersebut antara 20 sampai 30 menit. Setelah proses ini IC tersebut dalam keadaan kosong kembali. Tetapi IC ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
1. Keseluruhan isi memori harus dihapus sebelum diprogram ulang, sehingga penghapusan sebagian isi memori saat terjadi kesalahan dalam melakukan pemrograman tidak bisa dilakukan.
2. IC ini harus dilepaskan dari rangkaian lebih dahulu apabila akan disinari atau pada saat akan dihapus isi programnya.
2.6 Penggerak BCD ke 7 segment (Dekoder)
Penggerak BCD ke 7 segment menggunakan IC 7447. IC ini mempunyai jalan keluar kolektor terbuka. IC ini mempunyai 4 alamat masukan yaitu A0, A1, A2, A3, dan 7 alamat keluaran yaitu a, b, c, d, e, f, g, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4 yang langsung berhubungan dengan 7 segment. Alamat ini yang akan menjadi kode biner yang nantinya akan diubah menjadi kode desimal dengan masukan akan dikenal atau disandi dengan logika rendah atau logika tinggi saja, misalnya 0000 maka keluarannya yaitu 0, jika 0001 maka keluarannya 1 dan seterusnya. IC ini bekerja pada tegangan 5 volt dan sangat kompatibel dengan IC CMOS, TTL atau piranti yang lain misalnya 7 segment atau LED.
Gambar 2.4 : Kaki-kaki pada IC 7447
2.7 Penampil (7 Segment)
Seven segment merupakan cacah segment minimum yang diperlukan untuk menampilkan angka 0 sampai 9. Tampilan pada 7 segment mempunyai 2 tipe yaitu light emiting dioda (LED) dan liquid crystal display (LCD). Tipe LCD memerlukan daya yang lebih kecil tetapi harus memerlukan cahaya yang cukup disekitarnya agar dapat terlihat tampilannya. Pada perancangan alat ini digunakan tipe LED karena tampilannya dapat dilihat dalam kegelapan dan mudah didapatkan. Disamping itu tipe LED sudah biasa dipakai dan tidak sulit cara menggunakannya, walaupun tipe ini
memerlukan daya yang lebih besar. Karena tampilan yang diharapkan dalam alat ini maksimalnya 2 digit maka harus menggunakan 7 segment sebanyak 2 buah sebagai tampilannya.
Gambar 2.5: Sistem identifikasi pada 7 segment
Untuk memperagakan suatu lambang, penampil ini bekerja dengan cara menyalakan batang-batang atau ruas-ruas yang berkaitan dengan lambang tertentu. Semua angka desimal mulai dari 0 sampai dengan 9 dapat ditampilkan oleh 7 segment. Sebagai contoh untuk memperagakan angka 0, harus menyalakan ruas a sampai dengan f (lihat gambar 2.5). LED merupakan suatu sumber cahaya yang biasa digunakan pada proses pembacaan 7 ruas (7 segment) tersebut. Pada 7 segment memerlukan suatu rangkaian yang berguna untuk pembacaan seperti pada gambar 2.6.
1 2 1 2 R R 1 2 1 2 R 1 2 R R R VCC R 1 2 1 2
Gambar 2.6 : Rangkaian pembacaan pada 7 segment
Secara umum tegangan penyedia mencatu anoda-anoda pada LED tersebut. Apabila suatu saklar tertutup (lihat gambar 2.6) LED yang bersangkutan berprategangan maju
dan mengemisikan cahaya. Hambatan-hambatan seri merupakan hambatan pembatas arus yang dibutuhkan untuk mengatur arus-arus yang masuk pada LED agar tidak terjadi arus yang labih besar daripada batas maksimal arus yang diijinkan.
Arus yang diijinkan pada 7 segment sekitar 5 mA sampai dengan 10 mA, sehingga dibutuhkan resistor sebagai pembatas arus. Nilai resistor dapat ditentukan dengan rumus :
V = I x R………(2-5) Sehingga untuk menentukan nilai R dapat dicari dengan rumus :
BAB III
PERANCANGAN ALAT
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang proses-proses perancangan alat dan bagian-bagian yang mendukung terbentuknya timbangan digital berbasis EPROM. Sebelum melakukan perancangan alat, penulis terlebih dahulu melakukan beberapa percobaan kecil antara lain percobaan untuk mengetahui perbandingan antara perubahan berat beban dengan perubahan hambatan (resistansi) pada potensiometer yang berfungsi sebagai sensor. Dalam hal ini menggunakan sebuah timbangan analog yang telah dilakukan sedikit modifikasi dengan menambahkan sebuah potensiometer yang dipasang pada timbangan tersebut seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 : Bentuk Timbangan
Pada bab ini terdiri dari beberapa bagian yang mendukung proses pembuatan alat yang terdiri dari alat ukur yang digunakan untuk melakukan percobaan
perubahan resistansi, sensor yang digunakan agar dapat menghasilkan keluaran berupa tegangan, rangkaian clock yang digunakan agar rangkaian digital dapat bekerja dengan baik, ADC yang digunakan sebagai pengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal digital, EPROM sebagai penyimpan data sementara, penggerak BCD ke 7 segment agar dapat menghasilkan tampilan akhir seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2 yaitu gambar blok diagram alat yang akan dirancang. Berikut ini akan dijelaskan bagian-bagian yang mendukung proses perancangan alat.
Gambar 3.2 : Blok Diagram Alat
3.1 Alat Ukur
Sebelum melakukan perancangan terlebih dahulu melakukan beberapa kali percobaan dengan sebuah timbangan analog dengan menambahkan sebuah potensiometer putar sebesar 5 K ohm dengan menambahkan roda gigi pada timbangan dan pada potensiometer tersebut. Potensiometer tersebut akan berputar seiring dengan perubahan berat beban yang terjadi sehingga menyebabkan nilai resistansinya
Beban Sensor (Potensiometer) ADC
(Internal Clock)
EPROM
Dekoder
Penampil (7 segment)
berubah. Timbangan yang digunakan mempunyai skala antara 1 sampai dengan 4 kg. Bagian dari timbangan ini tidak digunakan seluruhnya tetapi hanya diambil rangkaian mekanisnya saja. Setelah melakukan percobaan dengan timbangan analog tersebut dapat diketahui perbandingan antara perubahan berat beban dan perubahan hambatan (resistansi) pada potensiometer yang dapat dilihat dengan bantuan sebuah multimeter digital sehingga dapat diketahui hasilnya seperti yang terlihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 : Tabel resistansi dan tegangan keluaran pada sensor Berat
(ons)
Hambatan Sensor (ohm) Tegangan Sensor (mV) Output ADC
1 2 10 0000 0000 2 2 10 0000 0000 3 2 10 0000 0000 4 2 10 0000 0000 5 2 10 0000 0000 6 11 54 0000 0010 7 13 64 0000 0011 8 14 69 0000 0011 9 14 69 0000 0011 10 14 69 0000 0011 11 38 183 0000 1001 12 48 229 0000 1011 13 64 300 0000 1111 14 75 348 0001 0001 15 92 421 0001 0101 16 186 784 0010 1000 17 208 860 0010 1011 18 290 1124 0011 1001 19 407 1446 0100 1001 20 460 1575 0101 0000 21 500 1666 0101 0101 22 532 1736 0101 1000 23 633 1938 0110 0010 24 634 1940 0110 0010 25 672 2009 0110 0110 26 756 2152 0110 1101 27 775 2183 0110 1111 28 786 2200 0111 0000 29 804 2228 0111 0001 30 877 2336 0111 0111
Tabel 3.1 (lanjutan) : Tabel resistansi dan tegangan keluaran pada sensor Berat
(ons)
Hambatan Sensor (ohm) Tegangan Sensor (mV) Output ADC
31 982 2477 0111 1110 32 987 2483 0111 1110 33 988 2484 0111 1110 34 991 2488 0111 1110 35 995 2493 0111 1111 36 996 2494 0111 1111 37 1002 2502 0111 1111 38 1010 2512 1000 0000 39 1012 2514 1000 0000 40 1563 3049 1001 1011
Dari data pada tabel 3.1 dapat diketahui bahwa perubahan kenaikan nilai hambatan pada potensiometer tidak linear sehingga dalam pembuatan alat menggunakan bantuan EPROM karena apabila langsung dikonversi ke dalam bentuk digital hasil yang didapatkan akan mempunyai banyak kesalahan (error).
3.2 Sensor
Sensor yang dimaksud pada alat ini adalah sebuah pendeteksi perubahan berat beban. Sensor yang digunakan adalah sebuah potensiometer putar yang dipasang pada timbangan dengan menambahkan roda gigi pada ujungnya agar dapat bergesekan dengan roda gigi yang terpasang pada timbangan sehingga saat timbangan bergerak turun saat diberi beban maka roda gigi pada timbangan akan berputar dan menyebabkan potensiometer juga akan berputar sehingga dapat berfungsi untuk mengubah berat beban ke dalam bentuk yang lain, bisa berupa arus, tegangan, atau hambatan. Karena dalam perancangan alat ini menggunakan sebuah potensiometar putar maka berat beban yang berubah akan diubah menjadi tegangan dan arus. Keluaran dari sensor ini berupa tegangan yang nantinya akan menjadi masukan untuk rangkaian ADC.
Gambar 3.3 : Rangkaian Sensor Berat
Dari gambar 3.3 di atas dan berdasarkan perubahan nilai resistansi pada potensiometer R2 seperti pada tabel 3.1 maka nilai V2 yaitu nilai tegangan pada potensiometer R2 dari rangkaian tersebut dapat dicari dengan cara melakukan pengukuran langsung pada potensiometer tersebut dengan menggunakan voltmeter digital atau dengan cara perhitungan secara teori dengan menggunakan prinsip pembagi tegangan seperti pada rumus 2.1. Sistem sensor yang dipasang pada sistem mekanik timbangan tersebut bertujuan untuk menghasilkan suatu tegangan dari setiap beban yang diberikan pada timbangan tersebut.
Dalam hal ini menggunakan rangkaian berupa sebuah resistor dan sebuah potensiometer yang dipasang secara seri dengan sebuah sumber tegangan. Nilai V2 juga dapat ditentukan dari perubahan hambatan (resistansi) pada potensiometer seiring dengan perubahan berat beban yang ditimbang.
Untuk menentukan nilai V2 dapat juga dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
V = V1 + V2 = I x R1 + I x R2 = I (R1 + R2) Maka :
V2 = V – V1 atau V2 = I x R2
Dengan menentukan nilai dari resistor R1 maka nilai dari V2 atau tegangan pada potensiometer R2 dapat dicari dengan menggunakan rumus (2-1) dan rumus (2-2). Tetapi dalam perancangan ini data tegangan pada potensiometer yang berfungsi sebgai sensor didapatkan dengan cara melakukan pengukuran langsung pada potensiometer tersebut. Data yang akan diambil adalah perubahan tegangan pada potensiometer R2 terhadap kenaikan berat beban seperti yang ditampilkan pada tabel 3.1.
3.3 Clock
Rangkaian clock sangat penting dalam suatu rangkaian digital terutama sebagai rangkaian pembangkit pulsa agar IC digital dapat bekerja dengan baik. Rangkaian clock juga sangat dibutuhkan oleh IC ADC untuk mengubah data-data analog ke dalam bentuk data digital walaupun di dalam IC ADC tersebut sudah terdapat internal clock. Rangkaian clock yang digunakan untuk melakukan konversi data analog ke dalam bentuk data digital pada ADC 0804 menggunakan rangkaian internal clock yang ada pada ADC 0804 itu sendiri. Untuk menentukan frekuensi clock dari ADC 0804 dapat dilakukan berdasarkan rumus 2-3. Pada perancangan alat ini menggunakan internal clock yang sudah disediakan oleh ADC 0804 itu sendiri, yaitu menggunakan sebuah resistor 10 k Ohm dan kapasitor 150 pF.
3.4 ADC (Analog to Digital Converter)
Analog to digital converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal-sinyal digital. Sinyal analog yang diubah menjadi sinyal digital adalah sinyal yang dibangkitkan oleh pengkondisi sinyal
pada rangkaian penguat. Sebagai contoh adalah perubahan berat beban yang diubah ke dalam bermacam-macam hambatan seperti yang ditunjukkan dalam tabel 3.1. Berdasarkan tabel 3.1 tersebut nilai dari Vo dari potensiometer yang digunakan sebagai sensor berfungsi sebagai tegangan masukan pada ADC, sehingga didapatkan tegangan keluaran dari ADC dalam bentuk biner yang didapatkan berdasarkan resolusi dari ADC 0804 (19,6 mV) dengan cara membandingkan dengan tegangan masukan (Vi) dari ADC tersebut seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1 dari data tegangan yang dihasilkan dari sensor tersebut.
Dalam perancangan alat ini menggunakan jenis IC ADC 0804 sebagai pengubah tegangan analog menjadi bentuk digital. IC ADC 0804 mempunyai dua masukan analog yaitu pada kaki Vin (+) dan Vin(-) dengan tegangan masukan yang diinginkan berkisar antara 0 V sampai dengan 5 V dan setiap perubahan pada tegangan masukan analog akan dibaca dan dikonversi ke dalam bentuk digital.
Pada kaki CLK R dan CLK IN menggunakan sebuah resistor 10 k ohm dan sebuah kapasitor 150 pF yang berfungsi sebagai clock internal pada ADC 0804, sedangkan kaki CS dan RD dihubungkan ke ground karena tidak dihubungkan dengan sistem mikroprosessor atau IC mikrokontroler.
Karena dalam perancangan ini menggunakan IC EPROM maka kaki CS dan RD dihubungkan ke ground karena pada saat konversi data harus selalu dalam keadaan LOW atau nol.
Pada bagian input, kaki masukan Vref/2 dihubungkan ke sumber tegangan 2,5 volt karena menggunakan tegangan referensi sebesar 5 volt. Tegangan referensi berfungsi untuk mengurangi kesalahan saat konversi data analog ke dalam bentuk data digital. Keluaran dari ADC 0804 ini selanjutnya akan berfungsi sebagai masukan pada IC EPROM seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 : Rangkaian ADC 0804 ke EPROM
Masukan pada EPROM berasal dari semua kaki-kaki keluaran yaitu kaki DB0 sampai dengan DB7 yang berupa data biner atau desimal. Karena IC ADC 0804 ini memiliki keluaran data 8 bit maka banyaknya data yang dihasilkan oleh ADC 0804 ini sebanyak 255 data (2^8-1=255), tetapi pada perancangan alat ini keluaran data yang dibutuhkan hanya sebesar 6 bit sehingga dapat menghasilkan sebanyak 63 data (2^6-1=63 data) karena data yang akan diproses sebanyak 40 data.
3.5 EPROM
EPROM adalah sebuah ROM yang dapat dihapus dan diprogram kembali. EPROM bersifat non-volatile (tak sumirna) dan dapat menerima informasi tersandi biner serta banyak digunakan pada sistem komputer mikro. Untuk menyimpan data kedalam EPROM menggunakan suatu alat yang disebut pengacara EPROM (EPROM Programmer) dan data tersebut dapat bertahan selama 10 tahun pada suhu maksimal mencapai 70o C. Apabila akan menghapus data maka “jendela” (lubang ) yang ada
pada bagian atas EPROM harus disinari dengan sinar ultraviolet sehingga EPROM dapat diprogram ulang. EPROM yang akan digunakan dalam perancangan alat ini adalah jenis EPROM 27256 yang mempunyai 256 Kbit data (32 K x 8) serta mempunyai 15 masukan data (A0 ampai A14) dengan 8 kaki keluaran (O0 sampai O7). Dari 15 masukan tersebut hanya digunakan sebanyak 8 masukan (A0 sampai A7) dan menggunakan 8 keluaran data seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6. Setelah EPROM mengalami penghapusan data, maka semau bit berada pada logika 1 (HIGH) dan data awal pada saat pemrograman berubah menjadi 0 (LOW). EPROM 27256 berada pada mode pemrograman saat tegangan input pada Vpp sebesar 12,5 volt dan kaki E pada TTL berada pada kondisi LOW. Setelah proses penghapusan dan pemrograman tersebut maka “jendela” yang berada pada bagian atas EPROM harus ditutup dengan sebuah stiker gelap yang berfungsi untuk melindungi EPROM dari sinar ultraviolet dan matahari, seperti yang terlihat pada gambar 3.6 yaitu gambar rangkaian EPROM.
Keluaran dari ADC merupakan alamat masukan bagi EPROM dan data dari perubahan nilai resistansi pada potensiometer merupakan data EPROM sehingga tampilan akhir adalah data pada EPROM seperti yang terlihat di tabel 3.2.
Tabel 3.2 : Alamat dan Data EPROM Alamat Berat (ons) A7A6A5A4A3A2A1A0 Data EPROM 1 0000 0000 0000 0000 2 0000 0000 0000 0001 3 0000 0000 0000 0011 4 0000 0000 0000 0100 5 0000 0000 0000 0101 6 0000 0010 0000 0110 7 0000 0011 0000 0111 8 0000 0011 0000 1000 9 0000 0011 0000 1001 10 0000 0011 0001 0000
Tabel 3.2 (lanjutan): Alamat dan Data EPROM Alamat Berat (ons) A7A6A5A4A3A2A1A0 Data EPROM 11 0000 1001 0001 0001 12 0000 1011 0001 0010 13 0000 1111 0001 0011 14 0001 0001 0001 0100 15 0001 0101 0001 0101 16 0010 1000 0001 0110 17 0010 1011 0001 0111 18 0011 1001 0001 1000 19 0100 1001 0001 1001 20 0101 0000 0010 0000 21 0101 0101 0010 0001 22 0101 1000 0010 0010 23 0110 0010 0010 0011 24 0110 0010 0010 0100 25 0110 0110 0010 0101 26 0110 1101 0010 0110 27 0110 1111 0010 0111 28 0111 0000 0010 1000 29 0111 0001 0010 1001 30 0111 0111 0011 0000 31 0111 1110 0011 0001 32 0111 1110 0011 0010 33 0111 1110 0011 0011 34 0111 1110 0011 0100 35 0111 1111 0011 0101 36 0111 1111 0011 0110 37 0111 1111 0011 0111 38 1000 0000 0011 1000 39 1000 0000 0011 1001 40 1001 1011 0100 0000
Data masukan untuk EPROM berasal dari data keluaran ADC dan data dari perubahan nilai resistansi pada potensiometer, sehingga tampilan akhir adalah data dari EPROM tersebut.
Pada penggerak BCD ke 7 segment mengharuskan masukan berupa sandi BCD agar dapat ditampilkan pada 7 segment, karena itu data pada EPROM berupa data dalam bentuk BCD. Setelah semua keluaran dari EPROM berupa sandi BCD seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.5 maka dapat digunakan sebagai masukan pada
rangkaian penyandi BCD ke 7 segment sehingga tampilan akhir pada 7 segment berupa angka desimal yang tepat seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 : Rangkaian EPROM ke dekoder
3.6 Penggerak BCD ke 7 Segment
Penggerak BCD ke 7 segment berfungsi untuk mengubah kode-kode desimal dan menampilkannya ke dalam 7 segment dengan tampilan berupa angka-angka desimal. IC 7447 adalah salah satu jenis IC yang berfungsi sebagai penggerak BCD ke 7 segment dan pada perancangan alat ini menggunakan jenis IC tersebut.
Untuk menambah keakuratan dalam mengkodekan BCD ke 7 segment IC 7447 mempunyai beberapa fitur-fitur tambahan yaitu pada kaki LT, RB1, B1/RB0 seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6.
Dalam IC ini semua kaki keluaran (a sampai g) dalam kondisi aktif LOW sehingga semua keluarannya dapat langsung ditampilkan ke dalam 7 segment common anoda. Saat kondisi LOW diaplikasikan pada input LT dan B1/RB0 dalam kondisi HIGH, maka semua 7 segment akan menyala. Kaki LT (Lamp Test) juga digunakan untuk mendeteksi bahwa semua segment dalam keadaan baik atau tidak ada yang rusak/terbakar.
Semua keluaran dari segment pada dekoder ini akan berada dalam kondisi tidak aktif (HIGH) apabila masukan dari BCD adalah nol (0000) dan kaki RB1 pada kondisi LOW, sehingga tidak ada yang ditampilkan di 7 segment atau 7 segment dalam kondisi tidak aktif.
Agar kode BCD dapat ditampilkan pada 7 segment maka semua kode BCD harus terlebih dahulu diubah kedalam bentuk biner. Setelah semua kode BCD diubah kedalam bentuk biner maka dapat dilanjutkan dengan memasang penampil 7 segment seperti pada gambar 3.7, dengan demikian maka tampilan akhir pada 7 segment adalah bilangan desimal. Pada tampilan 7 segment yang terdiri dari 7 bagian yaitu a, b, c, d, e, f, dan g pada setiap ruasnya dapat menyala sehingga dapat menunjukkan suatu angka tertentu. Misalnya untuk menampilkan angka 2 maka ruas yang menyala adalah ruas a, b, g, e, d, seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 : Tabel segment yang menyala pada LED cacahan segment yang menyala
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 a, b, c, d, e, f b, c a, b, g, e, d a, b, g, c, d f, g, b, c a, f, g, c, d a, f, e, d, c, g a, b, c a, b, c, d, e, f, g a, b, g, f, c
Dari tabel 3.6 tentang segment yang menyala pada LED dengan tampilan pada 7 segment maka bisa dilanjutkan dengan pemasangan penampil 7 segment. Penampil menggunakan dua buah 7 segment karena tampilan akhir yang diharapkan adalah 2 digit bilangan. Karena menggunakan dua buah 7 segment maka memerlukan dua buah IC 7447 juga sebagai penggerak BCD ke 7 segment seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.7. O2 O6 O3 U2 7segment 5 4 3 2 1 10 9 8 7 6 O7 O1 U2 7segment 5 4 3 2 1 10 9 8 7 6 VCC 7447 A1 A2 LT B1/RB0 RB1 A3 A0 GND VCC f g a b c d e 7447 A1 A2 LT B1/RB0 RB1 A3 A0 GND VCC f g a b c d e O5 O4 O0
Gambar 3.7 : Penyandi BCD ke 7 Segment
Karena IC 7447 memerlukan tegangan masukan sebesar 5 volt dan arus yang dianjurkan sebesar 2,5 mA maka dibutuhkan resistor yang berfungsi sebagai penyangga agar 7 segment tidak rusak atau terbakar. Nilai resistor dapat ditentukan berdasarkan rumus (2-5) dan rumus (2-6) sebagai berikut :
V = I x R Maka :
R =V / I
=5 / 2,5 x 10-3 = 2 K ohm
Agar didapatkan arus yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh 7 segment maka memerlukan hambatan sebesar 2 K ohm. Karena di pasaran tidak terdapat resistor sebesar 2 K ohm maka resistor yang digunakan sebesar 2,2 K ohm.
BAB IV
ANALISA ALAT
Timbangan digital berbasis EPROM dirancang sebagai alat yang dapat menampilkan berat beban yang ditimbang dari sebuah timbangan analog biasa, tetapi dengan berbagai keterbatasan. Alat ini dapat membantu untuk membandingkan hasil pengukuran biasa yang dilakukan secara manual dengan sebuah timbangan yang tidak dimodifikasi dengan penambahan IC EPROM yang berfungsi sebagai penyimpan data sementara (look up table) dan beberapa rangkaian digital lainnya.
4.1 Pengamatan Dengan Potensiometer
Data yang dihasilkan dari pengamatan dengan menggunakan potensiometer dapat dilihat pada tabel 3.1. Dari tabel tersebut dilihat bahwa pada salah satu percobaan pengukuran, perubahan nilai resistansi pada potensiometer tidak pernah selalu stabil atau linear sehingga apabila dibuat sebuah grafik tidak dapat menghasilkan grafik yang linear. Hal ini disebabkan oleh karena kepekaan potensiometer atau sensor yang digunakan dalam rangkaian ini tidak terlalu sensitif terhadap perubahan berat beban yang diberikan.
Potensiometer juga tidak dapat sampai pada nilai minimal (nilai nol) pada resistansinya karena sistem mekanis pada timbangan sangat mempengaruhinya.
4.2 Pengamatan ADC (Analog to Digital Converter)
ADC pada rangkaian mendapatkan masukan berupa tegangan analog yang dihasilkan dari sensor potensiometer dengan prinsip pembagi tegangan. Dari sensor tersebut, dilakukan pengamatan pada saat seluruh rangkaian terpasang, sehingga penulis dapat memperoleh data-data tegangan keluaran dari sensor dengan melakukan sebanyak lima kali pengamatan dan pengambilan data pada masing-masing beban sehingga dapat diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 : Tabel hasil pengamatan tegangan masukan ADC Hasil Pengukuran Tegangan
Berat (ons) I (mV) II (mV) III (mV) IV (mV) V (mV) Rata-rata (mV) 1 5 4 4 44 4 12,2 2 5 5 5 55 4 14,8 3 37 5 5 111 5 32,6 4 39 37 5 157 40 55,6 5 48 44 5 200 49 69,2 6 53 45 35 270 53 91,2 7 140 110 48 310 121 145,8 8 226 180 76 410 189 216,2 9 271 230 91 570 242 280,8 10 300 270 140 770 287 353,4 11 578 300 278 880 351 477,4 12 690 350 357 1080 543 604 13 825 590 460 1230 737 768,4 14 976 790 530 1290 840 885,2 15 1170 900 776 1340 1015 1040,2 16 1255 1070 890 1360 1140 1143 17 1265 1190 974 1560 1210 1239,8 18 1360 1290 1054 1600 1280 1316,8 19 1454 1390 1236 1620 1460 1432 20 1640 1470 1326 1640 1510 1517,2 21 1660 1510 1405 1660 1590 1565 22 1670 1670 1503 1680 1640 1632,6 23 1755 1750 1561 1740 1700 1701,2 24 1865 1780 1625 1800 1740 1762 25 1920 1850 1672 1840 1810 1818,4 26 1942 1900 1730 1880 1860 1862,4 27 1975 1960 1825 1930 1900 1918 28 2040 1990 1844 1960 1960 1958,8 29 2060 2050 1878 1990 2020 1999,6 30 2150 2090 1950 2020 2060 2054
Tabel 4.1(lanjutan) : Tabel hasil pengamatan tegangan masukan ADC
Hasil Pengukuran Tegangan Berat (ons) I (mV) II (mV) III (mV) IV (mV) V (mV) Rata-rata (mV) 31 2180 2140 2010 2040 2100 2094 32 2200 2160 2020 2090 2110 2116 33 2240 2220 2050 2130 2170 2162 34 2250 2260 2070 2170 2210 2192 35 2260 2290 2120 2180 2230 2216 36 2270 2300 2150 2210 2240 2234 37 2280 2320 2180 2230 2220 2246 38 2300 2320 2200 2250 2220 2258 39 2310 2320 2230 2250 2220 2266 40 2320 2320 2250 2250 2230 2274
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut hasil yang didapatkan digunakan untuk membandingkan dengan hasil perancangan alat. Dalam hal ini data yang digunakan sebagai pembanding dari hasil perancangan adalah data pada saat pengambilan data yang pertama seperti yang ditabelkan pada tabel 4.2. Dari data pada tabel 4.1 terdapat data yang nilai tegangannya sangat besar, hal ini terjadi karena pada saat melakukan pengamatan, posisi potensiometer yang digunakan sebagai sensor berat tidak berada pada posisi minimum karena pada saat melakukan proses pengambilan data, penulis tidak memperhatikan posisi potensiometer tersebut. Data-data masukan yang berupa tegangan analog tersebut selanjutnya akan dikonversi oleh ADC menjadi data-data digital berupa bilangan biner 8 bit, seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1 yang didapatkan dengan cara penghitungan secara teori berdasarkan pada nilai resolusi dari ADC 0804 yang digunakan pada rangkaian yaitu sebesar 19,6 mV. Jadi setiap perubahan tegangan sebesar 19,6 mV akan terjadi perubahan sebesar 1 bit dari nilai keluaran ADC nya. Dari hasil pengamatan pada rangkaian dengan menggunakan tampilan berupa 8 buah LED yang dirangkai seperti pada gambar 4.1.
D2 ADC 0804 D8 LED 17 16 15 VCC 11 18 13 14 5 V D7 12 D6 D4 D5 D3
Gambar 4.1 : Rangkaian LED
Dari hasil pengamatan pada rangkaian LED seperti pada gambar 3.1 didapatkan hasil seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.2 pada bagian pengamatan.
Tabel 4.2 : Tabel Keluaran ADC hasil perancangan dan pengamatan Perancangan Pengamatan Berat (ons) Vi (mV) Output ADC V (mV) Output ADC Error (%) 1 10 0000 0000 5 0000 0000 50 2 10 0000 0000 5 0000 0000 50 3 10 0000 0000 37 0000 0000 270 4 10 0000 0000 39 0000 0010 290 5 10 0000 0000 48 0000 0011 380 6 54 0000 0010 53 0000 0011 1,8 7 64 0000 0011 140 0000 0011 118 8 69 0000 0011 226 0000 0011 227 9 69 0000 0011 271 0000 0110 292 10 69 0000 0011 300 0000 0011 334 11 183 0000 1001 578 0001 0001 215 12 229 0000 1011 690 0001 0010 201 13 300 0000 1111 825 0001 0101 175 14 348 0001 0001 976 0010 0111 180 15 421 0001 0101 1170 0010 1011 177 16 784 0010 1000 1255 0011 0110 60 17 860 0010 1011 1265 0100 0011 47 18 1124 0011 1001 1360 0101 0010 20 19 1446 0100 1001 1454 0101 0101 0,5 20 1575 0101 0000 1640 0101 1010 4 21 1666 0101 0101 1660 0110 0010 0,3 22 1736 0101 1000 1670 0110 0101 3,8 23 1938 0110 0010 1755 0110 1101 9,4 24 1940 0110 0010 1865 0111 0001 3,8 25 2009 0110 0110 1920 0111 0100 4,4 26 2152 0110 1101 1942 0111 1110 9,7 27 2183 0110 1111 1975 0111 1111 9,5
Tabel 4.2(lanjutan) : Tabel Keluaran ADC hasil perancangan dan pengamatan Perancangan Pengamatan Berat (ons) Vi (mV) Output ADC V (mV) Output ADC Error (%) 28 2200 0111 0000 2040 1000 0101 7,2 29 2228 0111 0001 2060 1000 0110 7,5 30 2336 0111 0111 2150 1000 1001 7,9 31 2477 0111 1110 2180 1000 1100 11,9 32 2483 0111 1110 2200 1001 0001 11,3 33 2484 0111 1110 2240 1001 0101 9,8 34 2488 0111 1110 2250 1001 1000 9,5 35 2493 0111 1111 2260 1001 1010 9,3 36 2494 0111 1111 2270 1001 1100 8,9 37 2502 0111 1111 2280 1001 1100 8,8 38 2512 1000 0000 2300 1001 1100 8,4 39 2514 1000 0000 2310 1001 1101 8,1 40 3049 1001 1011 2320 1001 1101 23
Dengan metode pengamatan yang digunakan yaitu saat LED menyala berarti “0” dan saat LED padam berarti “1”. Berdasarkan tabel perbandingan keluaran ADC hasil perancangan dan pengamatan dapat dicari nilai kesalahan (error) dengan rumus sebagai berikut :
% error = {(Vperancangan – Vrata-ratapengamatan)/Vperancangan} x 100 %
Dari tabel 4.2 juga dpat dilihat bahwa ADC yang terpasang pada rangkaian, antara hasil perancangan dan hasil pengamatan terdapat banyak perbedaan data yang dihasilkan sehingga menyebabkan terjadinya nilai kesalahan (error) yang sangat mencolok. Untuk nilai kesalahan (error), nilai error terkecil adalah 0,3 % sedangkan nilai error terbesar mencapai 380 %. Kesalahan yang terbesar dapat terjadi karena potensiometer yang berfungsi sebagai sensor tidak mampu mendeteksi adanya perubahan beban terutama untuk beban yang beratnya kecil karena kurang sensitifnya potensiometer tersebut, sehingga potensiometer yang digunakan sebagai sensor tidak mampu mengubah tegangan sesuai dengan resolusi yang dimiliki oleh ADC 0804 tersebut.
Hasil yang didapatkan pada keluaran ADC yang diperoleh dengan cara pengamatan dan dengan cara penghitungan secara teoritis terdapat banyak perbedaan karena pada saat penghitungan secara teori banyak menggunakan sistem pembulatan angka dari hasil yang didapatkan untuk lebih mempermudah dalam proses perhitungan.
4.3 Pengamatan EPROM (Erasable Programmable Read Only
Memories)
Setelah melakukan pengamatan pada ADC maka dilanjutkan dengan pengamatan keluaran pada IC EPROM yang digunakan pada rangkaian. Metode pengamatan pada IC EPROM menggunakan cara yang sama seperti yang dilakukan saat penulis melakukan pengamatan pada ADC yaitu dengan menggunakan LED yang terpasang seperti pada gambar 4.1. Pada saat melakukan pengamatan, EPROM yang digunakan tidak dapat bekerja sehingga tidak ada data yang dihasilkan dari pengamatan tersebut. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena IC EPROM yang digunakan mengalami kerusakan pada saat akan dilakukan proses pengisian data kembali. Karena sebelumnya IC tersebut sudah diberi masukan data seperti yang ditunjukkan pada tabel 4 pada bagian lampiran 1. Data yang dihasilkan dari keluaran EPROM yang ditunjukkan pada tabel pada lampiran merupakan data yang dihasilkan dengan masukan EPROM seperti yang ditunjukkan pada tabel 5 pada lampiran 1.
Data keluaran pada IC EPROM yang didapatkan pada saat pengamatan apabila dibandingkan dengan data pada waktu perancangan seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.5, pada saat dalam keadaan tanpa beban atau saat beban telah diberikan terdapat beberapa kesamaan dengan hasil perancangan. Misalnya saat dalam keadaan tanpa beban data yang diharapkan pada EPROM adalah 0000 0000 dan keluaran yang terjadi pada EPROM juga data 0000 0000. Tetapi pada keadaan selanjutnya banyak
terdapat perbedaan antara data yang diharapkan pada saat perancangan dengan data yang terjadi setelah dilakukan pengamatan. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi karena pengaruh dari keluaran ADC yang tidak sempurna sehingga memicu masukan pada IC EPROM sehingga EPROM tidak dapat bekerja dengan baik disamping Karena pengaruh sensor yang digunakan pada rangkaian yang tidak bisa memicu ADC dengan sempurna.
Karena hasil keluaran pada EPROM tidak sesuai dengan data pada saat perancangan selanjutnya penulis mencoba untuk melakukan proses mengganti data masukkan pada EPROM dengan data-data keluaran yang dihasilkan oleh ADC pada saat melakukan pengamatan seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.2. Tetapi pada saat melakukan proses pengisian, IC EPROM yang digunakan mengalami kerusakan sehingga pada akhirnya hasil keluaran dari EPROM tersebut tidak ada, sehingga mempengaruhi hasil dari keseluruhan alat.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan alat yang sudah dibuat dan hasil pengukuran maka dapat disimpulkan bahwa alat tidak berhasil seperti yang diharapkan oleh penulis pada saat perancangan.
5.2 SARAN
Alat ini masih dapat dikembangkan dengan aplikasi dan fasilitas yang lain, seperti pada bagian sensor dapat menggunakan sensor berat atau sensor yang lain yang peka terhadap suatu perubahan dan menggunakan media tampilan yang lain, misalnya LCD atau LED matriks. Selain itu untuk media penyimpan data sementara dapat juga menggunakan IC mikrokontroler.
DAFTAR PUSTAKA
Budiharto, Widodo dan Sigit Firmansyah. 2005. ElektronikaDigital dan Mikroprosessor. Yogyakarta : Andy Offset.
Cooper, W.D. 1985. Instrumentasi Elektronika dan Teknik Pengukuran. Jakarta : Erlangga.
Ibrahim, K.F. 1996. Teknik Digital. Yogyakarta : Andi Offset.
Malvino, Albert Paul dan Donald P. Leach. 1994. Prinsip-prinsip dan Penerapan Digital. Jakarta : Erlangga.
Roger, L.T. Prinsip-prinsip Digital. Surabaya : Erlangga.
Sapiie, Soedjana dan Osamu Nishimo.1994. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik. Jakarta : Erlangga.
Thomas, L.F. 1997. Digital Fundamental. Prentice Hall International Inc.
Tokheim, Roger L. 2003. Digital Electronic Principles and Applications. Mc Graw Hill.
5 4 7447 A1 A2 LT B1/RB0 RB1 A3 A0 GND VCC f g a b c d e 5 V U2 7segment 5 4 3 2 1 10 9 8 7 6 C1 150pF PORTNO-R 10 K VCC 7447 A1 A2 LT B1/RB0 RB1 A3 A0 GND VCC f g a b c d e 0.01uF Gambar Rangkaian Total 1K U2 ADC0804 6 7 9 11 12 13 14 15 16 17 18 19 4 5 1 2 3 +IN -IN VREF/2 DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0 CLKR CLKIN INTR CS RD WR U2 7segment 5 4 3 2 1 10 9 8 7 6 1 3 2 R1 1K U1 27256 10 9 8 7 6 5 4 3 25 24 21 23 2 26 27 20 22 1 11 12 13 15 16 17 18 19 A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 CE OE VPP O0 O1 O2 O3 O4 O5 O6 O7 RB 2200 ohm 1 3 2 U2 LM555 2 5 3 7 6 4 TR CV Q DIS THR R C RA 10 Kohm
Pada lampiran ini, Penulis mencoba menunjukkan data-data yang didapatkan pada saat melakukan perancangan awal, yaitu dengan menggunakan sensor berupa potesiometer geser 10 k Ohm.
Data – data tersebut ditampilkan dalam beberapa tabel berikut ini :
Tabel 1 : Tabel perubahan berat beban dengan perubahan resistansi pada potensiometer pada semua percobaan
Percobaan I II III IV V No Berat (ons) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Rata-rata Resistansi (K ohm) 1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,010 2 2 0,02 0,01 0,01 0,02 0,02 0,016 3 3 0,02 0,02 0,02 0,03 0,02 0,022 4 4 0,03 0,04 0,04 0,04 0,03 0,036 5 5 0,04 0,04 0,04 0,05 0,04 0,042 6 6 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,050 7 7 0,06 0,07 0,06 0,06 0,06 0,062 8 8 0,07 0,07 0,06 0,07 0,07 0,068 9 9 0,08 0,08 0,07 0,08 0,08 0,078 10 10 0,10 0,09 0,09 0,09 0,09 0,092 11 11 0,10 0,11 0,09 0,10 0,10 0,10 12 12 0,10 0,11 0,10 0,11 0,11 0,106 13 13 0,12 0,12 0,11 0,11 0,12 0,116 14 14 0,12 0,13 0,13 0,13 0,14 0,13 15 15 0,13 0,15 0,15 0,15 0,15 0,146 16 16 0,15 0,16 0,16 0,16 0,17 0,16 17 17 0,20 0,18 0,18 0,18 0,19 0,186 18 18 0,22 0,20 0,21 0,20 0,20 0,206 19 19 0,24 0,22 0,23 0,22 0,23 0,228 20 20 0,33 0,25 0,25 0,30 0,25 0,275 21 21 0,40 0,36 0,36 0,41 0,40 0,386 22 22 0,47 0,46 0,43 0,48 0,55 0,478 23 23 0,52 0,56 0,54 0,53 0,55 0,54 24 24 0,62 0,65 0,60 0,64 0,73 0,648 25 25 0,71 0,76 0,73 0,73 0,76 0,738 26 26 0,82 0,96 0,79 0,80 0,86 0,846 27 27 0,93 0,98 0,91 0,88 0,93 0,926 28 28 0,97 1,05 0,96 1,02 1,09 1,018 29 29 1,11 1,18 1,07 1,08 1,10 1,108 30 30 1,22 1,31 1,12 1,20 1,22 1,214
Tabel 1 (lanjutan) : Tabel perubahan berat beban dengan perubahan resistansi pada potensiometer pada semua percobaan
Percobaan I II III IV V No Berat (ons) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Rata-rata Resistansi (K ohm 31 31 1,27 1,35 1,25 1,28 1,31 1,292 32 32 1,42 1,48 1,34 1,36 1,41 1,402 33 33 1,51 1,55 1,42 1,42 1,52 1,484 34 34 1,63 1,65 1,54 1,55 1,60 1,594 35 35 1,66 1,73 1,62 1,62 1,74 1,674 36 36 1,78 1,89 1,72 1,70 1,76 1,77 37 37 1,84 1,93 1,80 1,82 1,90 1,858 38 38 1,95 2,05 1,95 1,93 1,98 1,972 39 39 2,03 2,10 2,01 2,05 2,02 2,042 40 40 2,13 2,21 2,09 2,12 2,09 2,128
Tabel 2 : Tabel Tegangan Keluaran dari Sensor Potensiometer Percobaan I II III IV V No Berat (ons) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Rata-rata Vo (milivolt) 1 1 90 80 80 80 70 80 2 2 130 130 130 120 110 124 3 3 160 160 170 160 160 162 4 4 180 190 220 200 190 196 5 5 230 240 240 230 220 232 6 6 270 270 290 280 260 274 7 7 280 310 320 320 290 304 8 8 340 340 360 350 320 342 9 9 380 370 390 380 370 378 10 10 420 410 420 410 400 412 11 11 460 410 460 450 440 444 12 12 510 500 500 490 480 496 13 13 540 540 550 530 530 538 14 14 590 590 600 590 570 588 15 15 640 670 650 630 650 648 16 16 710 740 710 710 710 716 17 17 760 800 800 800 760 784 18 18 850 980 870 870 900 894 19 19 1170 1270 1170 1160 1170 1188
Tabel 2 (lanjutan): Tabel Tegangan Keluaran dari Sensor Potensiometer Percobaan I II III IV V No Berat (ons) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Rata-rata Vo (milivolt) 20 20 1310 1390 1330 1350 1180 1312 21 21 1520 1570 1530 1540 1480 1528 22 22 1630 1700 1630 1630 1610 1640 23 23 1750 1880 1770 1840 1760 1800 24 24 1890 1980 1880 1920 1830 1900 25 25 2010 2100 2020 2030 1980 2028 26 26 2090 2180 2110 2130 2000 2102 27 27 2230 2270 2200 2240 2100 2208 28 28 2320 2350 2300 2350 2200 2304 29 29 2410 2450 2400 2450 2260 2394 30 30 2450 2540 2460 2510 2360 2464 31 31 2540 2610 2520 2580 2450 2540 32 32 2610 2660 2620 2640 2500 2606 33 33 2660 2710 2670 2690 2540 2654 34 34 2720 2760 2700 2750 2600 2706 35 35 2760 2820 2780 2790 2650 2760 36 36 2810 2880 2820 2820 2710 2808 37 37 2840 2900 2850 2880 2750 2844 38 38 2870 2940 2870 2900 2770 2870 39 39 2890 2980 2920 2910 2770 2894 40 40 2900 3000 2940 2970 2790 2920
Tabel 3 : Tabel konversi beban tegangan input ADC menjadi output ADC untuk nilai rata-rata Berat (ons) Vi (mV) Rata-rata Vo ADC 1 80 0000 0100 2 124 0000 0110 3 162 0000 1000 4 196 0000 1010 5 232 0000 1011 6 274 0000 1101 7 304 0000 1111 8 342 0001 0001 9 378 0001 0011 10 412 0001 0101
Tabel 3 (lanjutan): Tabel konversi beban tegangan input ADC menjadi output ADC untuk nilai rata-rata
Berat (ons) Vi (mV) Rata-rata Vo ADC 11 444 0001 0110 12 496 0001 1001 13 538 0001 1011 14 588 0001 1110 15 648 0010 0001 16 716 0010 0100 17 784 0010 1000 18 894 0010 1101 19 1188 0011 1100 20 1312 0100 0010 21 1528 0100 1011 22 1640 0101 0011 23 1800 0101 1011 24 1900 0110 0000 25 2028 0110 0111 26 2102 0110 1011 27 2208 0111 0000 28 2304 0111 0101 29 2394 0111 1010 30 2464 0111 1101 31 2540 1000 0001 32 2606 1000 0101 33 2654 1000 0111 34 2706 1000 1010 35 2760 1000 1100 36 2808 1000 1111 37 2844 1001 0001 38 2870 1001 0010 39 2894 1001 0011 40 2920 1001 0100
Tabel 4 : Alamat dan Data EPROM
Alamat Berat (ons) A7A6A5A4A3A2A1A0 Data EPROM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 s.d. 0 0 0 0 0 0 1 0 0000 0000 1 0 0 0 0 0 0 1 1 s.d. 0 0 0 0 0 1 0 0 0000 0001
Tabel 4 (lanjutan 1): Alamat dan Data EPROM Alamat Berat (ons) A7A6A5A4A3A2A1A0 Data EPROM 2 0 0 0 0 0 1 0 1 s.d. 0 0 0 0 0 1 1 0 0000 0010 3 0 0 0 0 0 1 1 1 s.d. 0 0 0 0 1 0 0 0 0000 0011 4 0 0 0 0 1 0 0 1 s.d. 0 0 0 0 1 0 1 0 0000 0100 5 0 0 0 0 1 0 1 1 s.d. 0 0 0 0 1 1 0 0 0000 0101 6 0 0 0 0 1 1 0 1 s.d. 0 0 0 0 1 1 1 0 0000 0110 7 0 0 0 0 1 1 1 1 s.d. 0 0 0 1 0 0 0 0 0000 0111 8 0 0 0 1 0 0 0 1 s.d. 0 0 0 1 0 0 1 0 0000 1000 9 0 0 0 1 0 0 1 1 0000 1001 10 0 0 0 1 0 1 0 0 s.d. 0 0 0 1 0 1 0 1 0001 0000 11 0 0 0 1 0 1 1 0 s.d. 0 0 0 1 0 1 1 1 0001 0001 12 0 0 0 1 1 0 0 0 s.d. 0 0 0 1 1 0 1 0 0001 0010 13 0 0 0 1 1 0 1 1 s.d. 0 0 0 1 1 1 0 0 0001 0011 14 0 0 0 1 1 1 0 1 s.d. 0 0 0 1 1 1 1 0 0001 0100 15 0 0 1 0 1 1 1 1 s.d. 0 0 1 0 0 0 1 0 0001 0101 16 0 0 1 0 0 0 1 1 s.d. 0 0 1 0 0 1 0 1 0001 0110
Tabel 4 (lanjutan 2): Alamat dan Data EPROM Alamat Berat (ons) A7A6A5A4A3A2A1A0 Data EPROM 17 0 0 1 0 0 1 1 0 s.d. 0 0 1 0 1 0 0 0 0001 0111 18 0 0 1 0 1 0 0 1 s.d. 0 0 1 0 1 1 0 0 0001 1000 19 0 0 1 0 1 1 0 1 s.d. 0 0 1 1 1 0 1 1 0001 1001 20 0 0 1 1 1 1 0 0 s.d. 0 1 0 0 0 1 1 0 0010 0000 21 0 1 0 0 0 0 0 1 s.d. 0 1 0 1 0 0 0 0 0010 0001 22 0 1 0 1 0 0 0 1 s.d. 0 1 0 1 0 1 1 0 0010 0010 23 0 1 0 1 0 1 1 1 s.d. 0 1 0 1 1 1 1 1 0010 0011 24 0 1 1 0 0 0 0 0 s.d. 0 1 1 0 0 1 0 1 0010 0100 25 0 1 1 0 0 1 1 0 s.d. 0 1 1 0 1 0 1 1 0010 0101 26 0 1 1 0 1 1 0 0 s.d. 0 1 1 0 1 1 1 1 0010 0110 27 0 1 1 1 0 0 0 0 s.d. 0 1 1 1 0 0 1 1 0010 0111 28 0 1 1 1 0 1 0 0 s.d. 0 1 1 1 0 1 1 1 0010 1000 29 0 1 1 1 1 0 0 0 s.d. 0 1 1 1 1 1 0 1 0010 1001 30 0 1 1 1 1 1 1 0 s.d. 1 0 0 0 0 0 0 1 0011 0000
Tabel 4 (lanjutan 3): Alamat dan Data EPROM Alamat Berat (ons) A7A6A5A4A3A2A1A0 Data EPROM 31 1 0 0 0 0 0 1 0 s.d. 1 0 0 0 0 1 0 1 0011 0001 32 1 0 0 0 0 1 1 0 s.d. 1 0 0 0 0 1 1 1 0011 0010 33 1 0 0 0 1 0 0 0 s.d. 1 0 0 0 1 0 1 0 0011 0011 34 1 0 0 0 1 0 1 0 s.d. 1 0 0 0 1 1 0 0 0011 0100 35 1 0 0 0 1 1 0 1 s.d. 1 0 0 0 1 1 1 1 0011 0101 36 1 0 0 1 0 0 0 0 s.d. 1 0 0 1 0 0 1 0 0011 0110 37 1 0 0 1 0 0 1 1 0011 0111 38 1 0 0 1 0 1 0 0 s.d. 1 0 0 1 0 1 1 0 0011 1000 39 1 0 0 1 0 1 1 1 s.d. 1 0 0 1 1 0 0 0 0011 1001 40 1 0 0 1 1 0 0 1 s.d. 1 1 1 1 1 1 1 1 0100 0000
Tabel 5 : Tabel perbandingan antara keluaran ADC dan keluaran EPROM Output ADC Output EPROM
D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Q7 Q6 Q5 Q4 Q3 Q2 Q1 Q0 0000 0000 0000 0000 0000 0000 0000 0000 0000 0000 0000 0000 0000 0010 0000 0000 0000 0011 0000 0000 0000 0011 0000 0000 0000 0011 0000 0000 0000 0011 0000 0000
Tabel 5 (lanjutan): Tabel perbandingan antara keluaran ADC dan keluaran EPROM Output ADC Output EPROM
D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Q7 Q6 Q5 Q4 Q3 Q2 Q1 Q0 0000 0110 0000 0001 0000 0011 0000 0001 0001 0001 0000 0001 0001 0010 0001 1001 0001 0101 0001 1001 0010 0111 0000 0001 0010 1011 0000 0001 0011 0110 0000 0000 0100 0011 0000 0001 0101 0010 0001 1000 0101 0101 0000 0000 0101 1010 0001 1001 0110 0010 0000 1001 0110 0101 0001 1001 0110 1101 0000 0000 0111 0001 1001 1011 0111 0100 1000 0001 0111 1110 0000 0000 0111 1111 0000 0000 1000 0101 1000 0001 1000 0110 1000 0001 1000 1001 0000 0000 1000 1100 1001 1001 1001 0001 1001 1001 1001 0101 0000 0000 1001 1000 1001 0001 1001 1010 1001 1001 1001 1100 1000 0001 1001 1100 1001 0001 1001 1100 1001 1000 1001 1101 1001 1000 1001 1101 1000 0001