• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSTRAKSI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN GAUSSIAN DAN MULTI-BLOCK LOCAL BINARY PATTERN UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT FANNY RISNURAINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSTRAKSI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN GAUSSIAN DAN MULTI-BLOCK LOCAL BINARY PATTERN UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT FANNY RISNURAINI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAKSI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN

DAN MULTI-BLOCK

IDENTIFIKASI TUMBUHAN

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

EKSTRAKSI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN GAUSSIAN

BLOCK LOCAL BINARY PATTERN UNTUK

IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT

FANNY RISNURAINI

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

GAUSSIAN

UNTUK

(2)

ABSTRACT

FANNY RISNURAINI. Extraction of Image Texture Using Gaussian and Multi-Block Local Binary Pattern for Medicinal Plants Identification. Under the supervision of YENI HERDIYENI.

Plants identification automatically is still a uses for recognizing various kinds of house plant species and medicinal plants. This research uses a method Multi-Block Local Binary Pattern (MBLBP) descriptor to extract texture feature and Probabilistic Neural Network (PNN) classifying for identifying a house plants and medicinal plants automatically. There are three kinds of MBLBP descriptor used in this research, i.e., , ,  ,, and  ,. For training and testing, this research uses database of 1440 medicinal plant leaf images and 300 tree images belonging to 30 different types and obtained from Biofarmaka IPB, Cikabayan Farm, Green house Center Ex-Situ Conservation of Medicinal Plant Indonesia Tropical Forest, and Gunung Leutik. The experimental result shows that the concatination of , has the best accuracy in identifying house plants with an accuracy of 77.78%. It shows that MBLBP method is better than LBP method in identifying house plants based on the increase accuracy by 4.45%.

Keywords: plant extraction, multi-block local binary pattern, texture feature, probalistic neural network.

(3)

EKSTRAKSI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN GAUSSIAN

DAN MULTI-BLOCK LOCAL BINARY PATTERN UNTUK

IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT

FANNY RISNURAINI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komputer pada

Departemen Ilmu Komputer

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(4)

Penguji : Dr. Ir. Sri Nurdiarti, M.Sc. Aziz Kustiyo, S.Si., M.Kom.

(5)

Judul : Ekstraksi Tekstur Citra Menggunakan Gaussian dan Multi-Block Local Binary Pattern untuk Identifikasi Tumbuhan Obat

Nama : Fanny Risnuraini NRP : G64070023

Menyetujui:

Pembimbing

Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si., M.Kom. NIP 19750923 200012 2 001

Mengetahui:

Ketua Departeman Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc. NIP 19601126 198601 2 001

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Ekstraksi Tekstur Citra Menggunakan Gaussian dan Multi-Block Local Binary Pattern untuk Identifikasi Tumbuhan Obat dengan lancar dan baik. Penelitian ini dilaksanakan mulai Maret 2011 sampai dengan Agustus 2011, bertempat di Departemen Ilmu Komputer.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bentuan baik yang bersifat moral maupun materi. Atas bentuan tersebut, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda dan ibunda tercinta, serta adik-adikku atas semua nasehat, kasih sayang, do’a yang tulus, kesabaran, serta kata-kata bijak yang dapat menjadikan motivasi dan inspirasi, 2. Ibu Dr. Yeni Herdiyeni. S.Si., M.Kom, selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan saran,

3. Ibu Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc dan Bapak Aziz Kustiyo S.Si., M.Kom selaku penguji yang telah memberi banyak masukan terhadap tugas akhir yang saya kerjakan,

4. Teman satu Laboratorium CI yaitu Fani Valerina, Iyos Kusmana, Dimpy Adira Ratu, Windy Widowati, Yoga Herawan, Kristina Paskianti dan Ella Rizkita. Terima kasih sudah memberi dukungan, perhatian, saran, kerjasamanya, pengertian dan waktunya,

5. Arif Nofyan Syah, Monica, Puput Yanita Senja, dan Ade Irma. Terima kasih atas pengetian, kasih sayang, saran, kehangatan, kritik, dukungan, perhatian dan waktunya,

6. Yoga Permana, Fani Wulandari, Yuridhis Kurniawan, Kristina P, Ira Nurazizah, Ria Astriratma, Inne Larasati, Aprilia Ramadhina, Laras M. Diva, Tri Setiowati, Woro Indriyani, Ayi Immaduddin, Fadly Hilman, Huswantoro Anggit, Wiwiek Dewi, A, Dedek A, Sulma Mardiah dan rekan-rekan ilkomerz 44 atas persahabatan, bantuan, doa, dukungan dan semangat yang selalu diberikan selama kuliah hingga penelitian ini selesai, serta kebersamaan yang diberikan selama 3 tahun ini,

7. Seluruh pihak yang turut membantu dalam penyelesaian penelitian ini baik secara langsung ataupun tidak.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. Terima kasih.

Bogor, Agustus 2011

(7)

iv RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1989 merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari ayahanda bernama Risdal dan ibunda bernama Nurlaila.

Penulis pada tahun 2007 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) 12 Jakarta Timur. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswi Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Rangkaian Digital pada tahun 2009, asisten praktikum Basis Data, Sistem Operasi, dan Rekayasa Perangkat Lunak pada tahun 2010, serta asisten Penerapan Komputer, asisten Rekayasa Perangkat Lunak, dan asisten Basis Data pada tahun 2011.

Pada tanggal 28 Juni 2010 sampai tanggal 13 Juli 2010, penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

(8)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2 Pohon ... 2 Daun ... 2 Ekstraksi Fitur ... 2 Tekstur ... 2 Image Enhancement ... 2 Gaussian Filtering ... 2

Multi-Block Local Binary Pattern ... 3

Local Binary Pattern ... 4

Rotation Invariant ... 5

Uniform Patterns ... 5

Rotation Invariant Uniform Patterns (, ) ... 5

Rotation Invariant Variance Measure (LBPVar) ... 6

LBP Variance (LBPV) ... 6

Penggabungan Operator ... 6

Probabilistic Neural Network (PNN) ... 6

METODE PENELITIAN ... 7

Data Citra Tumbuhan ... 7

Praproses ... 7

Image Enhancement dengan Gaussian ... 7

Ekstraksi Tekstur dengan Local Binary Pattern ... 7

Ekstraksi Tekstur dengan Multi-Block Local Binary Pattern ... 9

Penggabungan Operator ... 10

Klasifikasi dengan Probabilistic Neural Network (PNN) ... 11

Pengujian Sistem ... 11

Perangkat Keras dan Perangkat Lunak ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

Hasil Praproses ... 11

Image Enhancement dengan Gaussian ... 12

Hasil Ekstraksi Tekstur dengan , , , dan Penggabungan , ... 12

Hasil Ekstraksi Tekstur dengan LBP ,, MBLBP ,dan Penggabungan MBLBP , ... 13

Hasil Ekstraksi Tekstur dengan  , ,  , dan Penggabungan  , ... 14

Ekstraksi Tekstur Tumbuhan Obat ... 15

Identifikasi Citra Operator LBP ... 15

Identifikasi Citra Tanaman Hias Menggunakan Operator MBLBP dan Penggabungan Operator MBLBP ... 16

Identifikasi Citra Tumbuhan Obat Menggunakan Operator MBLBP………...17

Pengujian Data ... 18

KESIMPULAN……….18

Kesimpulan... 19

(9)

vi DAFTAR PUSTAKA ... 20 LAMPIRAN……….21

(10)

vii DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Plot perspektif pada kurva Gaussian. ... 3

2 Ilustrasi dari MBLBP fitur. ... 3

3 Circular neighborhood delapan ketetanggaan. ... 4

4 Berbagai macam ukuran sampling points dan radius. ... 4

5 Contoh operasi pada LBP. ... 4

6 Rotation Invariant LBP. ... 5

7 Tekstur Uniform Patterns. ... 5

8 Struktur PNN. ... 7

9 Metode Penelitian ... 8

10 Pembentukan histogram. ... 10

11 Hasil praproses citra daun (a) dan Hasil praproses citra pohon (b)... 12

12 Hasil image enhancement menggunakan Gaussian . ... 12

13 Citra Aglaonema sp (a), Histogram citra Aglaonema sp pada operator , (b), Histogram citra Aglaonema sp pada operator , (c) dan Histogram citra Aglaonema sp pada operator , + ,  (d). ...12

14 Citra Aglaonema sp (a), Histogram citra Aglaonema sp pada operator  , (b), Histogram citra Aglaonema sp pada operator  , (c), dan Histogram citra Aglaonema sp pada operator  ,+  , (d). ...13

15 Citra Aglaonema sp (a), Histogram citra Aglaonema sp pada operator  ,(b), Histogram citra Aglaonema sp pada operator  , (c), dan Histogram citra Aglaonema sp pada operator  , +  , (d). ...14

16 Citra Handeleum (a) dan Histogram citra Handeleum pada operator ,  +  , (b). ...15

17 Perbandingan hasil identifikasi , , , dan penggabungan operator , . .. 17

18 Histogram citra tanaman hias pada operator , (a) , dan Histogram citra tanaman hias pada operator , (b). ... 17

19 Citra tanaman hias Dendrobium chaopraya moonlight (a), Citra tanaman hias Asplenium nidus (b), dan citra tanaman hias Begonia sp (c). ...17

20 Histogram citra tumbuhan obat pada operator ,  +  , . ... 18

21 Tampilan ekstraksi pada sistem Herbalism (a), dan Tampilan identifikasi pada sistem Herbalism (b). ... 18

22 Hasil akurasi identifikasi setiap kelas citra tanaman hias pada operator ,  (a), Hasil akurasi identifikasi setiap kelas citra tanaman hias pada operator  , (b), Hasil akurasi identifikasi setiap kelas citra tanaman hias pada operator  , (c), dan Hasil akurasi identifikasi setiap kelas citra tanaman hias pada operator ,  +  , (d). .19 23 Kelas citra yang terklasifikasi dengan benar yang memiliki akurasi di atas 70% (a) dan kelas citra yang memiliki rata-rata akurasi terendah (b). ... 19

(11)

viii DAFTAR TABEL

Halaman

1 Operator LBP ... 8

2 Berbagai macam Operator MBLBP ... 9

3 Penggabungan operator pada , ... 10

4 Penggabungan operator pada  , ... 11

5 Penggabungan operator pada  , ... 11

6 Akurasi klasifikasi PNN tiga descriptor ... 15

7 Akurasi klasifikasi PNN seluruh MBLBP descriptor citra tanaman hias ... 16

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Tiga puluh jenis citra tanaman hias ... 22

2 Tiga puluh citra tumbuhan obat ... 26

(12)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari beragamnya jenis flora yang terdapat di Indonesia dan membuat Indonesia termasuk ke dalam sepuluh negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi, atau dikenal dengan megadiversity country. Diketahui bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman tumbuhan obat peringkat kedua di wilayah Asia Tenggara yang memiliki lebih dari 38.000 spesies tanaman (Bappenas 2003). Tahun 2001 Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan IPB telah mendata dari berbagai laporan dan literatur tidak kurang dari 2039 spesies adalah tumbuhan obat (Zuhud 2009).

Menurut hasil penelitian, dari sekian banyak jenis tumbuhan obat hanya sekitar 20-22% yang telah dibudidayakan, sedangkan sekitar 78% diperoleh melalui pengambilan langsung dari hutan (Masyhud 2010). Proses pengidentifikasian tumbuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya melalui taksonom dengan bantuan herbarium dan text book. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan ciri dari herbarium terhadap objek aslinya, misalnya dengan identifikasi manual menggunakan organ generatif buah dan bunga akan diperoleh hasil dalam waktu yang cukup lama. Pada kenyataanya organ generatif buah dan bunga jarang ditemui dan tidak dapat diketahui waktu yang pasti kemunculannya. Organ vegetatif seperti daun yang kemudian banyak diteliti karena paling sering ditemui dalam waktu kapan pun. Pengidentifikasian tumbuhan juga dapat dilakukan melalui keseluruhan bagian tumbuhan atau pohon. Pengambilan citra pohon dapat memudahkan pengguna dalam karena tidak perlu memilih bagian tumbuhan secara spesifik.

Sistem yang mampu melakukan identifikasi tumbuhan secara automatis manjadi kebutuhan yang sangat penting pada masa sekarang. Beberapa sistem identifikasi tumbuhan melalui keseluruhan bagian tumbuhan (pohon) telah dikembangkan, salah satunya oleh Kulsum (2010) yaitu dengan penelitian Identifikasi Tanaman Hias Secara Automatis Menggunakan Metode Local Binary Pattern Descriptor dan Probabilistic

Neural Network (PNN) dengan akurasi terbaik mencapai 73,33%. Pada tahun 2011 telah dilakukan identifikasi citra daun tumbuhan obat menggunakan fitur citra morfologi, tekstur dan bentuk dengan klasifikasi PNN oleh Nurfadhilah (2011) dengan akurasi rata-rata fitur tekstur mencapai 53%.

Metode Local Binary Pattern (LBP) merupakan metode ekstraksi ciri berdasarkan ciri tekstur pada mode warna grayscale. Cara kerja LBP yaitu dengan membagi citra ke dalam beberapa local region dan mengektraksinya untuk mendapatkan pola biner lokal. LBP mempunyai kelebihan yaitu memiliki komputasi yang sederhana (Ahonen et al. 2006) dan juga di dalam prosesnya informasi spasial dan frekuensi distribusi masih dapat disimpan dengan baik. Namun LBP mempunyai beberapa keterbatasan yaitu hanya mampu mengkodekan mikrostruktur dari pola citra namun belum mampu mengkodekan makrostruktur dari pola citra yang mungkin terdapat fitur dominan di dalamnya.

Zhang et al. (2007) telah melakukan penelitian mengenai face recognition menggunakan Multi-Block Local Binary

Pattern (MBLBP). MBLBP descriptor

merupakan metode ekstraksi ciri dengan mengkodekan intensitas area persegi dengan LBP operator, dan menghasilkan pola biner yang dapat menggambarkan perbedaan struktur lokal pada citra. MBLBP dapat menangkap struktur dalam skala besar yang mungkin menjadi fitur yang dominan dari citra.

Penelitian ini akan menggunakan objek citra tanaman hias dan tumbuhan obat dengan menerapkan metode Gaussian pada proses

image enhancement, menggunakan metode

Multi-Block Local Binary Pattern (MBLBP) untuk ekstraksi ciri tekstur serta menggunakan Probabilistic Neural Network (PNN) pada proses klasifikasinya. Hasil dari penelitian ini akan dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kulsum (2010).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sistem identifikasi tumbuhan obat secara automatis menggunakan Gaussian filtering dan Multi-Block Local Binary Pattern descriptor serta Probabilistic Neural Network.

(13)

2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini adalah: 1. Objek citra adalah data citra daun

tumbuhan obat dan citra pohon tanaman hias di Indonesia.

2. Dalam penelitian ini operator MBLBP yang digunakan dalam penggabungan dibatasi paling banyak tiga.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah meningkatkan akurasi identifikasi tumbuhan berbasiskan citra sehingga dapat dilakukan identifikasi secara automatis.

TINJAUAN PUSTAKA Pohon

Pohon merupakan sesuatu yang penting dalam penggambaran tumbuhan secara keseluruhan. Bagian dari pohon di antaranya daun, batang, bunga, buah, dan akar. Identifikasi tumbuhan melalui pohon dapat diketahui dengan mudah karena pohon menggambarkan keseluruhan bagian pada tumbuhan.

Daun

Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang umumnya berwarna hijau dan organ vegetatif yang tidak bergantung pada musim. Daun sangat cocok sebagai alat identifikasi tumbuhan karena jumlah daun yang sangat banyak dan dapat ditemui dalam waktu kapan pun, dibandingkan dengan organ lain seperti bunga dan buah.

Daun yang ada sangat bervariatif sehingga dapat digunakan sebagai penciri dari tumbuhan. Ciri-ciri daun yang dapat diambil di antaranya morfologi, tekstur, dan bentuk daun. Pengidentifikasian melalui tekstur daun harapannya akan lebih bagus untuk pengenalan tumbuhan.

Ekstraksi Fitur

Ekstraksi fitur adalah proses memperoleh fitur atau penciri dari suatu citra. Secara umum, fitur citra berupa warna, bentuk, dan tekstur. Acharya dan Ray (2005) mendefinisikan fitur bentuk sebagai pendeskripsi suatu objek yang bebas terhadap posisi, orientasi, dan ukuran. Fitur tekstur didefinisikan sebagai pengulangan pola atau

pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas.

Tekstur

Tekstur adalah gambaran visual dari sebuah permukaan atau bahan. Tekstur dicirikan dengan variasi intensitas pada sebuah citra. Variasi intensitas dapat disebabkan oleh kekasaran atau perbedaan warna pada suatu permukaan. Selain itu tekstur juga merupakan properti dari area. Properti-properti dari tekstur citra meliputi: keseragaman, kepadatan, kekasaran, keberaturan dan frekuensi. Penampilan tekstur dipengaruhi oleh skala dan arah pandangan, serta lingkungan dan kondisi pencahayaan (Mäenpää 2003).

Image Enhancement

Prinsip dari perbaikan citra (image

enhancement) adalah memproses citra

sehingga menghasilkan citra yang lebih baik untuk digunakan daripada citra asli sebelumnya. Perbaikan citra dikategorikan menjadi dua yaitu perbaikan citra pada ruang spasial dan pada ruang frekuensi. Perbaikan citra pada ruang spasial merujuk pada citra tersebut dan pendekatan ini didasarkan pada memanipulasi langsung piksel dalam sebuah citra. Perbaikan citra pada ruang frekuensi didasarkan pada mengubah sebuah citra menggunakan modifikasi Fourier Transform (Gonzales 2002).

Gaussian Filtering

Gaussian Filtering adalah salah satu proses perbaikan citra bertujuan untuk menormalkan frekuensi distribusi dari suatu citra. Gaussian Filtering dapat diformulasikan sebagai berikut:

(,  =   !"#

$ (1)

dengan  adalah jarak dari titik pusat pada sumbu horizontal,  adalah jarak dari titik pusat ke sumbu vertikal dan % adalah standar deviasi dari distribusi Gaussian. Perspektif bentuk dari kurva Gaussian akan diperlihatkan pada Gambar 1.

(14)

3 Gambar 1 Plot perspektif pada kurva

Gaussian.

Tujuan dari penggunaan fungsi Gaussian pada perbaikan citra adalah memperhalus distribusi frekuensi yang dimiliki oleh citra. Pada citra wajah manusia Gaussian Filtering dapat digunakan untuk mengurangi garis-garis halus pada kulit dan noda-noda kecil yang akhirnya citra tersebut akan terlihat lebih halus. Gonzales (2002) menyatakan bahwa Gaussian filtering dapat digunakan pada sistem analisis yang mencari untuk mencari fitur yang dominan pada suatu citra.

Multi-Block Local Binary Pattern

Multi-Block Local Binary Pattern adalah metode mendeskripsikan tekstur pada mode warna grayscale dengan mengkodekan intensitas area persegi dengan LBP operator, dan menghasilkan pola biner yang dapat menggambarkan perbedaan struktur lokal pada citra. Li serta tim penelitinya pertama kali memperkenalkan MBLBP pada tahun 2007 untuk mengkodekan area persegi (sub-region) menggunakan Local Binary Pattern (LBP) operator pada proses pengenalan wajah. Dibandingkan dengan LBP asli yang dihitung berdasarkan 3x3 piksel ketetanggaan, MBLBP dapat mengambil struktur skala yang lebih luas yang mungkin menjadi fitur yang dominan dari struktur suatu citra (Huang et al. 2009).

Pada MBLBP perbandingan antara single piksel LBP digantikan oleh nilai rata-rata dari sub-regions. Sub-regions merupakan hasil rata-rata dari single piksel yang berbentuk persegi. LBP mendefinisikan setiap piksel citra dan menggunakan 3x3 nilai piksel ketetanggaan dengan piksel pusat sebagai thresholding. Nilai single piksel dari MBLBP akan digantikan oleh nilai rata-rata piksel dari blok sub-regions. Pembobotan MBLBP diperoleh dengan membandingkan nilai sub-region piksel pusat (& dengan ketetanggaan

sub-regions yang lain '(, … , *.

Pembobotan yang diperoleh adalah pembobotan biner. Ilustrasi dari MBLBP dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Ilustrasi dari MBLBP fitur. Pada Gambar 2 nilai threshold dari sub-regions yang pertama sebesar 6.67, setelah dilakukan thresholding akan menghasilkan pola MBLBP yaitu 00111100 yang akan dikalikan dengan pembobotan biner sesuai dengan posisi piksel ketetanggaan tersebut berada maka nilai MBLBP sebesar 60.

Nilai dari MBLBP dari diformulasikan sebagai berikut:

 +  = ∑/ 0 (-( + &2 (2)

- ( = 11, 34  5 00, 34  7 08 (3) dengan & adalah nilai rata-rata dari piksel pusat blok sub-region,  (3 = 0, … , 8 adalah ketetanggaan sub-regions dan - adalah sign (kode biner).

Gambar 2 menunjukkan operasi dasar MBLBP. Nilai MBLBP dapat dihasilkan dengan mengalikan nilai piksel yang telah melalui proses thresholding dan pembobotan biner sesuai dengan posisi piksel ketetanggan tersebut berada. Pola-pola biner pada MBLBP merepresentasikan berbagai struktur pola citra seperti pola tepi, titik, garis, flat areas, dan corner, pada lokasi dan skala yang berbeda.

Selanjutnya kode MBLBP

direpresentasikan melalui histogram. Histogram menunjukkan frekuensi kejadian berbagai nilai MBLBP. Ukuran citra NxM.

(15)

4 Setelah mendapatkan nilai MBLBP pada

satiap ketetanggaan (blok(3, :)), keseluruhan tekstur citra direpresentasikan dengan membentuk histogram dengan formula sebagai berikut: ;(< = ∑ ∑A 4((3, :, <, < ∈ >0, ?@ B0 C 0( (4) 4(,  = 1 1,  = 0, -D 3E8 (5) dengan K merupakan nilai MBLBP terbesar.

MBLBP bekerja menggunakan delapan ketetanggan yang tersebar melingkar (circular neighborhoods) dengan pusat piksel berada di tengah seperti ditunjukkan oleh Gambar 3. Notasi  merupakan nilai grey-level dari sub-region piksel ketetanggaan.

Gambar 3 Circular neighborhood delapan ketetanggaan.

Terdapat berbagai macam operator MBLBP dengan berbagai ukuran sampling points dan radius yang ditunjukkan pada Gambar 4. Beragamnya operator ini digunakan untuk membuat ukuran lokal tekstur yang berbeda-beda. Selanjutnya notasi (P,R) akan digunakan untuk piksel ketetanggaan dengan P merupakan sampling points yang melingkar dan R merupakan radius.

(8,1) (16,2) (8,2) Gambar 4 Berbagai macam ukuran sampling

points dan radius.

Local Binary Pattern

Local Binary Pattern (LBP) merupakan metode ekstraksi dengan menjumlahkan struktur lokal pada citra yang bekerja pada mode warna grayscale. LBP pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 oleh Timo Ojala. LBP digunakan untuk mencari pola-pola tekstur lokal pada citra (texture in local neighborhood) (Mäenpää 2003). LBP banyak diterapkan pada banyak aplikasi di antaranya pada image retrieval, face detection, facial

expression analysis dan berbagai macam aplikasi lainnya.

LBP bekerja menggunakan delapan ketetanggaan yang tersebar secara melingkar (circular neighborhoods) dengan pusat piksel berada di tengah. Rataan seluruh piksel (piksel ketetanggaan dan piksel pusat) digunakan sebagai nilai ambang batas (threshold). Nilai LBP dihasilkan dengan mengalikan nilai piksel yang telah melalui tahap pemotongan dengan pembobotan biner sesuai posisi piksel ketetanggaan tersebut berada.

Gambar 5 Contoh operasi pada LBP. Gambar 5 menunjukkan operasi dasar LBP. Perbedaan mendasar di antara MBLBP dengan LBP adalah struktur lokal pada MBLBP direpresentasikan oleh nilai rata-rata dari setiap sub-regions, sedangkan pada LBP struktur lokal direpresentasikan oleh nlai

single piksel. Pola-pola biner LBP

merepesentasikan bermacam-macam pola tepi, titik, flat areas, dan sebagainya. Nilai LBP menunjukkan kode local binary pattern. LBP dapat diformulasikan sebagai berikut:

LBP I,J (&, & =

K -(L+µ2L  

L0(

(6)

-( = M1  ≥ 00  < 08 (7)

dengan & dan & adalah koordinat pusat piksel ketetanggaan, N adalah circular

sampling points,  adalah banyaknya

sampling points, L adalah nilai keabuan dari N, μ adalah nilai rata-rata piksel ketetanggaan dan piksel pusat, dan - adalah sign (kode biner).

Kode LBP direpresentasikan melalui histogram. Histogram menunjukkan frekuensi kejadian berbagai nilai LBP. Ukuran citra adalah NxM. Setelah mendapatkan nilai LBP pada setiap neighborhood (blok 3, :), keseluruhan tekstur citra direpresentasikan dengan membentuk histogram:

(16)

5 ;< = K K 4P,3, :,<Q, < ∈ >0, ?@ A B0 C 0( (8) 4,  = 11,  = 0, -D 3EE 8 (9)

dengan K merupakan nilai LBP terbesar. Operator LBP mengalami perkembangan dengan dimodelkannya operator menggunakan berbagai ukuran sampling points dan radius. Beragamnya operator ini digunakan untuk membuat ukuran lokal tekstur yang berbeda-beda. Selanjutnya notasi (P,R) akan digunakan untuk piksel ketetanggaan dengan P merupakan sampling points yang melingkar dan R merupakan radius.

LBP pada dasarnya hanya dapat mengkodekan pola mikrostruktur dari suatu citra. Hal tersebut mengakibatkan citra tanaman yang memiliki daun yang jarang sulit dikenali, karena makrokstuktur dari suatu citra belum dapat teridentifikasi dengan baik. Multi-Block Local Binary Pattern (MBLBP) merupakan suatu metode ekstraksi ciri dengan mengkodekan area persegi citra dengan LBP operator untuk mengetahui pola makrostrukstur dari suatu citra.

Rotation Invariant

Struktur piksel ketetanggaan LBP berbentuk melingkar, untuk itu dibuat suatu cara agar pola-pola LBP tidak sensitif terhadap perubahan rotasi. Istilah ini dinamakan rotation invariant.

Contoh: LBP = 00001111 = 15 dapat direpresentasikan dengan circular neighborhood pada Gambar 6.

Gambar 6 Rotation Invariant LBP. Rotation invariant didefinisikan sebagai nilai minimum dari rotasi (RSR) -bit biner yang dilakukan sebanyak 3 kali:

, = minWRSRP,,3Q X 3 = 0, 1,… , − 1 }

(10) dengan 3 menunjukkan rotation invariant.

Nilai dan pola-pola LBP pada Gambar 6 dapat berbeda-beda, tetapi memiliki struktur rotasi yang sama. Setiap pola LBP akan

mempunyai  pola yang berbeda jika dirotasi searah jarum jam ataupun berlawanan arah jarum jam (Pietikäinen 2000).

Uniform Patterns

Pola-pola LBP mencerminkan suatu karakteristik dari sebuah tekstur. Pola-pola yang memiliki informasi penting ini dinamakan “uniform patterns”. Suatu pola dikatakan uniform jika struktur melingkar pola-pola binernya paling banyak terdiri atas dua transisi bit dari 0 ke 1 atau sebaliknya. Sebagai contoh 00000000 (0 transisi), 011111111 (1 transisi), 01110000 (2 transisi), dan 11001111 (2 transisi) merupakan uniform patterns, sedangkan 11001001 (4 transisi) dan 01010011 (6 transisi) bukan merupakan uniform patterns atau disebut nonuniform patterns. Uniform patterns berfungsi untuk mengidentifikasi noda (spot), flat area atau dark spot, sudut, dan tepi (Ojala et al. 2002).

Spot Spot/flat Line end Edge Corner

Gambar 7 Tekstur uniform patterns. Gambar 7 menunjukkan definisi dari pola-pola uniform. Untuk mengidentifikasi uniform patterns digunakan formulasi sebagai berikut:

YP,Q = |- − & − -(− &|

+ ∑ L0|-PL− &Q − -PL − &Q|

(11) dengan YP,Q merupakan uniform patterns dari P banyaknya sampling points dan radius R, N adalah circular sampling points, L adalah nilai keabuan dari N, dan & adalah nilai keabuan rata-rata seluruh piksel neighborhood.

Rotation Invariant Uniform Patterns

[\]],^_`ab)

Penggabungan antara uniform patterns dengan rotation invariant dilambangkan , . Notasi ri menunjukkan rotation invariant dan u2 untuk uniform patterns pada sampling points P dan radius R. , merupakan ukuran ketidaksensitifan (invariant) terhadap perubahan grayscale. , merupakan ukuran yang digunakan untuk menggambarkan pola spasial. Jumlah pola yang dihasilkan uniform patterns adalah  − 1 + 2 bins. Ketika uniform patterns

(17)

6 dirotasi sampai ke nilai minimum yang

dimilikinya, jumlah pola yang dihasilkan menjadi  + 1 bins. Rotation invariant uniform patterns diformulasikan sebagai berikut:

, = c∑ -PL− &Q

 

L0( , 34 YP,Q ≤ 2

 + 1 , -D 3EE 8

Jika pola yang diidentifikasi termasuk uniform patterns, akan dihitung banyaknya bit satu pada pola tersebut yang menentukan letak bin uniform patterns berada. Jika banyaknya sampling points sama dengan delapan, nilai , adalah nol sampai dengan sembilan. Jika non uniform patterns akan masuk ke dalam bin terakhir, yaitu bin ke-sembilan yang merupakan single bin non uniform patterns (Mäenpää 2003).

Rotation Invariant Variance Measure (VAR)

, tidak mendefinisikan lokal kontras tekstur dalam perhitungannya VAR merupakan suatu descriptor untuk mengukur lokal kontras tekstur pada suatu citra. VAR tidak sensitif terhadap perubahan grayscale. VAR berhubungan dengan kondisi pencahayaan suatu citra. Untuk mengukur lokal kontras tekstur pada suatu citra digunakan rotation invariant local variance dengan formula sebagai berikut:

eR,=K Pgg− µQ   L0( (13) dengan μ =K gg   L0( (14) dengan merupakan rata-rata sampling points circular neighborhood. Hasil perhitungan VAR menghasilkan nilai continuous yang perlu dikuantisasi berdasarkan persebaran pola tekstur (Guo et al. 2009).

LBP Variance (LBPV)

LBPV descriptor secara sederhana

menggabungkan distribusi frekuensi nilai LBP dan lokal kontras. Variance berhubungan dengan fitur tekstur. Pada umumnya frekuensi tekstur region yang tinggi akan mempunyai variance yang lebih tinggi dan variance tersebut lebih berkontribusi terhadap perbedaan tekstur suatu citra (Guo et al. 2009). Oleh karena itu, variance eR, dapat digunakan sebagai bobot yang dapat beradaptasi untuk mengatur kontribusi nilai LBP pada perhitungan histogram. Histogram

LBPV dihitung menggunakan formula sebagai berikut:  ,(< = K K hP, (3,:, <Q, < ∈ >0.?@ A B0 C 0 (15) dengan hP,3, :, <Q = 1 eR,0, 3, :, -D 3EE , 3, : = <8 (16) Penggabungan Operator

Penggabungan beberapa N operator dengan nilai sampling points P dan radius R yang bervariasi adalah salah satu cara untuk memperbesar dukungan area spasial dari MBLBP. Penggabungan operator yang digunakan adalah dengan menggunakan concatenation (Guo et al. 2009). Cara kerja concatenation yaitu pada awalnya histogram dari N operator dihitung secara terpisah, kemudian histogram dari masing-masing operator dirangkaikan menjadi satu buah histogram. Pada penggabungan dengan menggunakan concatenation banyaknya bin histogram yang dihasilkan mengalami peningkatan secara linear terhadap pertumbuhan P atau sampling point. Sebagai contoh penggabungan , dengan ,  , akan menghasilkan histogram dengan panjang bin 10 dijumlahkan dengan 18 bin yaitu sebesar 28 bin.

Probabilistic Neural Network (PNN)

PNN merupakan Artificial Neural Network (ANN) yang menggunakan teorema probabilitas klasik (pengklasifikasian Bayes). PNN diperkenalkan oleh Donald Specht pada tahun 1990. PNN menggunakan pelatihan (training) supervised. Pelatihan data pada PNN mudah dan cepat. Bobot bukan merupakan hasil pelatihan melainkan nilai yang dimasukkan (tersedia). Menurut Wu et al. (2007) PNN memiliki struktur sederhana dan pelatihan data yang cepat karena tidak perlu memperbaharui bobot.

Struktur PNN terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan masukan, lapisan pola, lapisan penjumlahan, dan lapisan keputusan/keluaran. Lapisan masukan merupakan objek  yang terdiri atas < nilai ciri yang akan diklasifikasikan pada E kelas. Struktur PNN ditunjukkan pada Gambar 8. Proses-proses yang terjadi setelah lapisan masukan adalah:

(18)

7 Gambar 8 Struktur PNN.

1. Lapisan pola (pattern layer)

Lapisan pola menggunakan 1 node untuk setiap data pelatihan yang digunakan. Setiap node pola merupakan selisih antara vektor masukan j yang akan diklasifikasikan dengan vektor bobot mmmmj, kl yaitu n = j + mmmmj, nkl kemudian dibagi dengan bias tertentu (σ) dan selanjutnya dimasukkan ke dalam fungsi radial basis, yaitu  op -(E = exp (+E  . Dengan demikian, persamaan yang digunakan pada lapisan pola adalah.

4(j = N t+(uj ummmmmmjvwx(uj ummmmmmjvw

 y (17)

2. Lapisan penjumlahan (summation layer) Menerima masukan dari node lapisan pola yang terkait dengan kelas yang ada. Persamaan yang digunakan pada lapisan ini adalah: N(j = 1 2z{ %{ | K exp− j − mmmmjkl}j − mmmmjkl 2%  ~ 0 (18) 3. Lapisan keluaran (output layer)

Menentukan kelas dari input yang diberikan. Input x akan masuk ke Y jika nilai N paling besar dibandingkan kelas lainnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut diselesaikan

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Data Citra Tumbuhan

Citra yang digunakan diperoleh dari pemotretan tiga puluh jenis citra pohon yang terdapat di Kebun Raya Bogor serta tiga puluh jenis citra daun, depan dan belakang (masing-masing kelas 48 citra) yang terdapat di kebun Biofarmaka IPB Cikabayan dan rumah kaca Pusat Konservasi Ex-situ Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia, Fahutan IPB. Citra yang digunakan berformat JPG. Total citra pohon yang digunakan 300 citra yang terdiri atas 30 kelas masing-masing kelas terdiri atas 10 citra yang dapat dilihat pada Lampiran 1 serta total citra daun yang digunakan sebanyak 1.440 citra yang terdiri atas 30 kelas, depan dan belakang (masing-masing kelas 48 citra) dapat dilihat pada Lampiran 2. Praproses

Pada tahap awal praproses, dilakukan perbaikan data pohon dengan memotong citra untuk mendapatkan objek tanaman dan memperkecil ukuran citra menjadi 270x210 piksel. Citra tersebut diperoleh dari hasil cropping dengan bertujuan agar citra focus kepada objek dari citra itu sendiri. Pada data daun dilakukan praproses data dengan mengambil objek setiap satu daun dan memperkecil ukuran citra menjadi 270x240 piksel. Kemudian mode warna citra diubah menjadi grayscale untuk proses ekstraksi selanjutnya.

Image Enhancement dengan Gaussian

Proses perbaikan citra menggunakan fungsi Gaussian. Sebelum masuk ke tahap ekstraksi, citra diubah ke dalam mode warna grayscale. Tahap selanjutnya citra diproses dengan mengalikan fungsi Gaussian yang ditunjukkan pada persamaan (1) bertujuan untuk memperhalus distribusi frekuensi citra. Ekstraksi Tekstur dengan Local Binary

Pattern

Ekstraksi tektur pada citra daun hanya dilakukan pada piksel yang menyusun citra tersebut. Citra dikonversi ke mode warna grayscale. Selanjutnya membagi citra ke dalam beberapa local region sesuai dengan sampling points dan radius yang digunakan.

(19)

8 Citra Grayscale Image Enhancement dengan Gaussian Ekstraksi Tekstur Citra Kueri Histogram Citra Tumbuhan

Citra Pohon Citra Daun

Citra Grayscale Image Enhancement dengan Gaussian Ekstraksi tekstur dengan LBP Ekstraksi tekstur dengan MBLBP

LBPRiu VAR LBPV Tanpa

Penggabungan Penggabungan Operator MBLBPRiu MBLBPVAR MBLBPV MBLBP Tanpa Penggabungan Penggabungan Operator MBLBPRiu MBLBPVAR MBLBPV PNN PNN PNN PNN PNN Perbadingan Hasil LBP dengan MBLBP Model Klasifikasi Model Klasifikasi Hasil Identifikasi Hasil Identifikasi Praproses Praproses

Gambar 9 Metode Penelitian Tabel 1 Operator LBP Operator (P,R) Ukuran Blok (piksel) Kuantisasi sudut (8,1) 3 x 3 45 derajat (8,2) 5 x 5 45 derajat (16,2) 5 x 5 22.5 derajat (24,3) 7 x 7 15 derajat

Ekstraksi tekstur dilakukan dengan konvolusi menggunakan operator yang disajikan pada Tabel 1. Nilai LBP akan direpresentasikan melalui histogram yang merupakan gambaran frekuensi nilai LBP pada sebuah citra. Ekstraksi tekstur yang digunakan sebanyak tiga descriptor yaitu , , VAR, dan LBPV.

1. Ekstraksi tekstur dengan ,

Ekstraksi tekstur menggunakan , mengolah setiap piksel dari citra yang dilakukan dengan menggunakan persamaan (12). Histogram

(20)

9 , menghasilkan  + 2 bin dengan 

merupakan banyaknya sampling points yang digunakan. Bin pertama sampai dengan  + 1 merupakan bin uniform patterns, sedangkan bin terakhir ( + 2) merupakan single bin untuk non uniform patterns. Ekstraksi tekstur menggunakan , diolah menggunakan empat operator, yaitu (8,1), (8,2), (16,2), dan (24,3).

2. Ekstraksi tekstur dengan eR

Ekstraksi tekstur menggunakan eR,

descriptor dilakukan dengan menggunakan

persamaan (13) dan (14). Setiap nilai gray value piksel ketetanggaan dibandingkan dengan nilai rata-rata piksel ketetanggaan itu sendiri. Semakin besar nilai eR, pada suatu local region, maka semakin kontras local region tersebut.

Hasil pengolahan dari setiap local region menghasilkan matriks nilai eR,. Nilai eR,yang dihasilkan merupakan nilai kontinu yang harus dikuantisasi. Pengkuantisasian dilakukan dengan mengelompokkan nilai-nilai eR, dalam rentang kelipatan 100 yang dilihat berdasarkan kemiripan tekstur. Hal ini dilakukan untuk mempermudah perhitungan frekuensi nilai-nilai eR dalam suatu citra. Selanjutnya nilai yang telah dikuantisasi direpresentasikan melalui histogram. Histogram descriptor eR memiliki 150 bin. Penentuan banyaknya bin ini tidak baku. Penentuan banyaknya bin pada penelitian ini dilihat dari sebaran nilai terbesar eR pada suatu citra. Ekstraksi tekstur menggunakan eR diolah menggunakan empat operator, yaitu (8,1), (8,2), (16,2), dan (24,3).

3. Ekstraksi tekstur dengan 

Ekstraksi tekstur menggunakan  descriptor memanfaatkan keseluruhan hasil nilai-nilai local region , dan hasil nilai-nilai local

region eR. Ekstraksi dilakukan dengan

menggabungkan nilai , dan eR menggunakan persamaan (15) dan (16). Setiap nilai local region yang ada di , merujuk pada nilai local region eR pada posisi local region yang sama. Sampling points dan radius (operator) yang digunakan , dan eR harus sama. Hal ini dikarenakan  descriptor bekerja dengan mencocokkan posisi local region.

Hasil dari penggabungan local region , dengan eR menghasilkan vektor frekuensi nilai  yang direpresentasikan melalui histogram. Pembentukan histogram LBPV descriptor sama seperti , . Histogram  descriptor memiliki  + 2 bin dengan  banyaknya sampling points yang digunakan. Ekstraksi tekstur menggunakan  juga diolah menggunakan

empat operator, yaitu (8,1), (8,2), (16,2), dan (24,3).

Ekstraksi tekstur dengan Multi-Block Local

Binary Pattern

Hasil distribusi citra setelah diproses pada image enhancement dengan Gaussian filrering selanjutnya dilakukan tahap ekstraksi dengan Multi-Block Local Binary Pattern (MBLBP). Pada proses ekstraksi tekstur pada penelitian ini menggunakan tiga descriptor, yaitu , ,  eR,, dan  . Pengolahan selanjutnya membagi citra ke dalam beberapa operator sesuai dengan sampling points dan radius yang digunakan. Penelitian ini menggunakan empat macam operator yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Berbagai macam Operator MBLBP

Operator (P, R) Ukuran Blok besar (piksel) Ukuran blok kecil (sub-region) Kuantisasi Sudut (8,1) 9 x 9 3 x 3 45 derajat (8,2) 15 x15 3 x 3 45 derajat (16,2) 15 x 15 3 x 3 22,5 derajat (24,3) 21 x 21 3 x 3 15 derajat

Penentuan ukuran blok besar dan kuantisasi sudut yang digunakan menggunakan formula berikut:

pD€< p-  =  o3-  2 + 1 (19)

< E|3- -3 -o| =  (20) Ekstraksi tekstur dilakukan menggunakan berbagai macam operator dengan sub-regions berukuran 3x3 ketetanggaan. Sub-regions merupakan hasil nilai rata-rata setiap single piksel yang berbentuk persegi. Setiap sub-regions

overlapping dengan sub-regions berikutnya

dengan jarak satu piksel. Ekstraksi tekstur yang digunakan sebanyak tiga descriptor yaitu:

1. Ekstraksi tekstur dengan , ) Ekstraksi tekstur menggunakan , descriptor mengolah setiap blok besar yang terdiri atas sub-regions pada suatu citra menggunakan persamaan (12). Hasil dari pengolahan setiap blok besar menghasilkan pola biner MBLBP. Kemudian pola biner MBLBP setiap blok besar diidentifikasi ke dalam uniform patterns atau non uniform patterns. Jika termasuk uniform patterns, dihitung banyaknya bit satu yang terdapat pada pola tersebut

(21)

10 yang akan menentukan letak bin uniform patterns

tersebut berada.

Gambar 10 Pembentukan histogram. Hasil dari pengolahan setiap blok direpresentasikan melalui histogram yang merupakan frekuensi nilai , seluruh blok besar pada suatu citra. Ilustrasi pembentukan histogram ditunjukkan pada Gambar 10. Histogram , descriptor memiliki  + 2 bin dengan  merupakan banyaknya sampling points yang digunakan. Bin pertama sampai dengan  + 1 merupakan bin uniform patterns, sedangkan bin terakhir ( + 2) merupakan single bin untuk

nonuniform patterns. Ekstraksi tekstur

menggunakan , diolah menggunakan empat operator yaitu (8,1), (8,2), (16,2), dan (24,3). 2. Ekstraksi tekstur dengan  ,

Ekstraksi tekstur menggunakan  , descriptor dilakukan menggunakan persamaan (13) dan (14). Setiap nilai sub-regions ketetanggaan dibandingkan dengan nilai rata-rata piksel ketetanggaan itu sendiri. Semakin besar nilai  , pada suatu local region, maka semakin kontras local region tersebut.

Hasil pengolahan dari setiap local region menghasilkan matriks nilai  ,. Nilai  ,yang dihasilkan merupakan nilai kontinu yang harus dikuantisasi. Pengkuantisasian dilakukan dengan mengelompokkan nilai-nilai  , dalam rentang kelipatan 500 yang dilihat berdasarkan kemiripan tekstur. Hal ini dilakukan untuk mempermudah perhitungan frekuensi nilai-nilai  , dalam suatu citra. Selanjutnya nilai yang telah dikuantisasi direpresentasikan melalui histogram. Histogram

descriptor  , memiliki 128 bin.

Penentuan banyaknya bin ini tidak baku. Penentuan banyaknya bin pada penelitian ini dilihat dari sebaran nilai terbesar  , pada suatu citra. Ekstraksi tekstur menggunakan  , diolah menggunakan empat operator, yaitu (8,1), (8,2), (16,2), dan (24,3). 3. Ekstraksi tekstur dengan 

Ekstraksi tekstur menggunakan  descriptor memanfaatkan keseluruhan hasil nilai-nilai local region (blok besar) , dan  ,. Ekstraksi dilakukan dengan menggabungkan nilai , dan

 , menggunakan persamaan (15) dan (16).  descriptor bekerja dengan mencocokkan posisi local region. Setiap nilai local region yang ada di , merujuk pada nilai local region  , pada posisi local region yang sama. Sampling points dan radius yang digunakan , dan  ,harus sama.

Hasil dari penggabungan local region , dengan  , menghasilkan vektor frekuensi nilai  yang direpresentasikan melalui histogram. Pembentukan histogram MBLBPV descriptor sama seperti , . Histogram  descriptor memiliki  + 2 bin dengan  banyaknya sampling points yang digunakan. Ekstraksi tekstur menggunakan  juga diolah menggunakan empat operator, yaitu (8,1), (8,2), (16,2) dan (24,3). Penggabungan Operator

Tahap penggabungan operator dilakukan dengan menggunakan perangkaian (concatenation) beberapa buah histogram sesuai dengan operator yang dirangkaikan. Banyaknya operator yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi paling banyak adalah tiga. Hasil dari penggabungan beberapa operator menghasilkan sebuah histogram dengan panjang bin yang merupakan penjumlahan dari bin-bin histogram yang digabungkan. Histogram hasil penggabungan maupun tanpa penggabungan operator selanjutnya akan dijadikan input untuk proses klasifikasi. Penggabungan operator yang digunakan sebanyak tiga descriptor yaitu , ,  ,, dan MBLBPV. 1. Penggabungan operator dengan , )

Setiap histogram yang telah dihasilkan oleh empat operator, yaitu (8,1), (8,2), (16,2) dan (24,3) dilakukan proses penggabungan dengan menggabungkan setiap histogram pada setiap operator. Kombinasi penggabungan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Penggabungan operator pada,

Operator P,R Jumlah Bin , (8,1) + (8,2) 10+10 (8,1) + (16,2) 10+18 (8,1) + (24,3) 10+26 (8,2) + (16,2) 10+18 (8,2) + (24,3) 10+26 (16,2) + (24,3) 18+26 (8,1) + (8,2) + (24,3) 10+10+26 (8,1) + (16,2) + (24,3) 10+18+26

(22)

11 Panjang bin dari setiap penggabungan

disesuaikan dengan skala yang digunakan, misalnya penggabungan , + ,  maka panjang bin yang dihasilkan sebesar 28 bin. 2. Penggabungan operator dengan

 ,

Setiap histogram yang telah dihasilkan oleh empat operator, yaitu (8,1), (8,2), (16,2) dan (24,3) dilakukan proses penggabungan dengan menggabungkan setiap histogram pada setiap operator. Kombinasi penggabungan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Penggabungan operator pada  , Operator P,R Jumlah Bin  , (8,1) + (8,2) 128+128 (8,1) + (16,2) 128+128 (8,1) + (24,3) 128+128 (8,2) + (16,2) 128+128 (8,2) + (24,3) 128+128 (16,2) + (24,3) 128+128 (8,1) + (8,2) + (24,3) 128+128 +128 (8,1) + (16,2) + (24,3) 128+128 +128

Panjang bin dari setiap skala sebesar 128 bin. Panjang bin pada setiap penggabungan disesuaikan dengan operator yang digunakan, misalnya penggabungan  , +  , maka panjang bin yang dihasilkan sebesar 256 bin. 3. Penggabungan operator dengan 

Setiap histogram yang telah dihasilkan oleh empat operator, yaitu (8,1), (8,2), (16,2) dan (24,3) dilakukan proses penggabungan dengan menggabungkan setiap histogram pada setiap operator. Kombinasi penggabungan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Penggabungan operator pada 

Operator P,R Jumlah Bin

 (8,1) + (8,2) 10+10 (8,1) + (16,2) 10+18 (8,1) + (24,3) 10+26 (8,2) + (16,2) 10+18 (8,2) + (24,3) 10+26 (16,2) + (24,3) 18+26 (8,1) + (8,2) + (24,3) 10+10+26 (8,1) + (16,2) + (24,3) 10+18+26

Panjang bin pada setiap penggabungan disesuaikan dengan operator yang digunakan, misalnya penggabungan  ,+ , , maka panjang bin yang dihasilkan sebesar 28 bin.

Klasifikasi dengan Probabilistic Neural Network (PNN)

Setelah proses ekstraksi citra dilakukan, diperoleh hasil vektor histogram untuk setiap operator. Tahap selanjutnya adalah mengklasifikasi vektor-vektor histogram tersebut dengan PNN. Klasifikasi dilakukan pada vektor histogram penggabungan maupun tanpa penggabungan. Klasifikasi dilakukan dengan membagi data latih dan data uji masing-masing 70% dan 30% untuk data pohon serta 80% dan 20% untuk data daun. Selanjutnya diperoleh model klasifikasi dari hasil pelatihan data.

Model klasifikasi digunakan untuk proses pengujian. Pada penggabungan operator maupun tanpa penggabungan operator harus diekstraksi terlebih dahulu. Hasil identifikasi citra pohon menggunakan MBLBP akan dibandingkan dengan hasil identifikasi citra pohon menggunakan LBP. Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan PNN dengan menerapkan bias yang berbeda-beda untuk setiap operator karena dimensi vektor histogram setiap operator berbeda-beda. Normalisasi dilakukan pada vektor histogram agar perhitungan tidak menghasilkan bilangan yang terlalu besar atau kecil yang tidak bisa dilakukan oleh mesin komputer.

Pengujian Sistem

Pengujian data dilakuan oleh sistem, yaitu dengan penilaian tingkat keberhasilan klasifikasi terhadap citra kueri. Evaluasi dari kinerja model klasifikasi didasarkan pada banyaknya data uji yang diprediksi secara benar dan tidak benar oleh model. Hal ini dapat dihitung menggunakan akurasi yang didefinisikan sebagai berikut:

< -3 =‚ƒ„…ƒ{„…ƒ L†‡ {ˆ …ƒ„‰ ‚†„ƒ~Š~ƒ‹ ‚ƒ„…ƒ{„…ƒ L†‡ {ˆ × 100% (22)

Perangkat Keras dan Perangkat Lunak

Perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini adalah Processor intel® Core™ 2 Duo 2.00 GHz, memori DDR3 RAM 1.00 GB dan hardisk 320 GB. Perangkat lunak yang digunakan adalah Sistem Operasi Windows7, Library OpenCV 2.1, dan Visual C++.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Praproses

Pada tahap awal praproses, dilakukan perbaikan data citra pohon dengan memotong citra untuk mendapatkan objek tanaman dan memperkecil ukuran citra menjadi 270x210 piksel. Pada data

(23)

citra daun dilakukan praproses data dengan mengambil objek setiap satu daun dan memperkecil ukuran citra menjadi 270x240 piksel. Kemudian mode warna citra diubah menjadi grayscale untuk proses ekstraksi selanjutnya. praproses data bertujuan untuk mengurangi waktu pemrosesan data (running time). Hasil praproses data dapat dilihat pada Gambar 11.

(a)

(b)

Gambar 11 Hasil praproses citra daun (a) praproses citra pohon (b).

Image Enhancement dengan Gaussian

Hasil dari praproses dimasukkan ke dalam fungsi Gaussian yang bertujuan untuk menormalkan distribusi frekuensi dari suatu citra. Hasil perbaikan citra yaitu citra hasil akan lebih blur dari citra sebelumnya dan distribusi frekuens dari citra akan semakin halus yang ditunjukkan pada Gambar 12.

Gambar 12 Hasil image enhancement menggunakan Gaussian

Hasil Ekstraksi tekstur dengan

Ž\[\]],^_`ab dan Penggabungan Ž\[\]

Ekstraksi tekstur dengan ,

pada setiap operator yang disajikan pada Tabel 2. Hasil ekstraksi dengan , direpresentasikan dengan histogram. Histogram 

operator P=8, R=1 diperlihatkan pada Gambar 12.

Aglaonema sp (a)

daun dilakukan praproses data dengan mengambil objek setiap satu daun dan 270x240 piksel. Kemudian mode warna citra diubah menjadi untuk proses ekstraksi selanjutnya. Hasil praproses data bertujuan untuk mengurangi waktu ). Hasil praproses

(a) dan Hasil

Image Enhancement dengan Gaussian

Hasil dari praproses dimasukkan ke dalam yang bertujuan untuk menormalkan distribusi frekuensi dari suatu citra. citra hasil akan lebih dari citra sebelumnya dan distribusi frekuensi dari citra akan semakin halus yang ditunjukkan

image enhancement

Gaussian .

dengan [\]],_`ab^ ,

Ž\[\]],^_`ab  dilakukan pada setiap operator yang disajikan pada Tabel 2. direpresentasikan , untuk diperlihatkan pada Gambar 12.

Operator ,  (b) Operator , (c) Operator ,    (d) Gambar 13 Citra Aglaonema sp

citra Aglaonema sp

, (b), Histogram citra

Aglaonema sp pada operator

, 

(c) dan

Aglaonema sp pada operator

, 

+  Histogram pada Gambar 13

  1 nilai uniform patterns dan satu nilai uniform patterns, dimana non uniform pattern berada pada single bin terakhir. Bin

patterns memiliki frekuensi yang paling tinggi karena pola-pola non uniform yang ditemukan hanya ditempatkan pada satu bin.

12  ,  (a), Histogram pada operator Histogram citra pada operator Histogram citra pada operator ,  (d). 3 menunjukkan dan satu nilai non uniform patterns

Bin non uniform memiliki frekuensi yang paling tinggi yang ditemukan hanya ditempatkan pada satu bin. Bin ini

(24)

13 menggabungkan seluruh non uniform patterns yang

ada pada tekstur citra. Non uniform pattern memiliki informasi yang kurang informatif, sehingga bukan merupakan karakteristik utama dari tekstur lokal suatu citra.

Dapat dilihat ekstraksi tekstur dengan ,



dapat meningkatkan frekuensi bin pada uniform pattern. Terlihat hampir pada semua bin

uniform pattern mengalami peningkatan. Hal

tersebut menunjukkan bahwa ekstraksi dengan , dapat menunjukkan hasil yang lebih informatif daripada ekstraksi menggunakan ,

 .

Pada penggabungan operator , berusaha memperbanyak informasi yang diperoleh oleh beberapa operator. Hal tersebut dapat dilihat bahwa bin uniform pattern memiliki frekuensi yang tinggi dibandingkan dengan ekstraksi , yang menandakan bahwa histogram yang dihasilkan juga lebih informatif. Banyaknya bin pada penggabungan , dengan ,



menghasilkan jumlah bin sebanyak 28 bin. Hasil ekstraksi tekstur menggunakan ,



menunjukkan bahwa pola deteksi tepi (00001111)2 merupakan pola yang sering muncul. Hal tersebut dapat dilihat pada bin uniform bin ke empat memiliki frekuensi yang tertinggi.

Hasil Ekstraksi Tekstur dengan LBP ^],^, Ž\[\]‘_],^ dan Penggabungan

Ž\[\]‘_],^

Ekstraksi dengan eR, dilakukan pada setiap operator. Histogram yang dihasilkan oleh ekstraksi dengan  , menghasilkan histogram sepanjang 128 bin. Aglaonema sp. (a) Operator  eR, (b) Operator  , (c) Operator  ,  , (d)

Gambar 14 Citra Aglaonema sp (a), Histogram citra Aglaonema sp pada operator  eR, (b), Histogram citra

Aglaonema sp pada operator

 , (c), dan Histogram citra Aglaonema sp pada operator  ,  , (d). eR, bekerja pada perubahan pencahayaan (illumination) yang mengakibatkan perbedaan kontras pada tekstur suatu citra. Histogram yang dihasilkan mendeskripsikan kontras suatu citra. Perbedaan yang terjadi hanya pada intensitas setiap bin untuk masing-masing operator. eR,

(25)

14 mendreskripsikan nilai kontras dari intensitas

terendah (direpresentasikan dengan bin ke-satu) sampai intensitas tertinggi (bin terakhir). Histogram pada Gambar 14 menunjukkan histogram yang dihasilkan pada citra Aglaonema sp.

Pada Gambar 14 ditunjukkan bahwa histogram operator  eR, memiliki kontras yang rendah. Hal ini dapat diamati dari banyaknya frekuensi tinggi pada bin-bin awal. Namun pada operator  , tidak hanya pada bin awal memiliki frekuensi yang tinggi, bin setelahnya juga mengalami peningkatan frekuensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstraksi tekstur dengan operator  , memiliki kontras yang lebih baik dari operator LBP. Penggabungan operator  , dengan  , berusaha memperbanyak informasi yang diperoleh oleh beberapa operator. Penggabungan operator  , memiliki frekuensi yang tinggi pada bin awal namun frekuensi yang tinggi juga dapat ditemukan pada bin setelahnya. Hal tersebut menandakan penggabungan operator  , memiliki kontras yang tidak lebih rendah dari operator  eR,.

Hasil Ekstraksi Tekstur dengan [\]],^ , Ž\[\]],^ dan Penggabungan Ž\[\]],^

Ekstraksi dengan  , dilakukan pada setiap operator. Nilai-nilai local region hasil ekstraksi ,



dan  eR, merupakan masukan bagi  , descriptor. Histogram yang dihasilkan oleh ekstraksi dengan  , memiliki   2 bin.

Hasil ekstraksi dengan  , menghasilkan histogram dengan pola yang menyerupai , karena  , memiliki rentang nilai ,

 yang mengacu kepada nilai  eR, di posisi region yang sama. Berarti hasil ekstraksi dengan  , juga menghasilkan histogram dengan pola yang menyerupai ,



karena  , memiliki rentang nilai ,

 yang mengacu kepada nilai  eR, di posisi region yang sama

Aglaonema sp. (a) Operator  , (b) Operator  , (c) Operator  ,  , (d)

Gambar 15 Citra Aglaonema sp (a), Histogram citra Aglaonema sp pada operator  , (b), Histogram citra

Aglaonema sp pada operator

 , (c), dan Histogram citra

Aglaonema sp pada operator

 , +  , (d). Histogram yang dihasilkan mendeskripsikan pola tekstur spasial dengan kontras lokal tertentu pada suatu citra. Gambar 15 menunjukkan histogram yang dihasilkan pada citra Aglaonema sp. Operator  , mendeskripsikan pola

(26)

15 tekstur spasial dan lokal kontras yang lebih baik

dibandingkan dengan operator  ,. Hal ini dapat dilihat pada histogram operator  , yang menunjukkan perbedaan antar pola-pola tekstur yang terlihat nyata dan dapat diamati dari frekuensi bin-bin uniform patterns yang lebih tinggi dibandingkan operator lainnya. Terjadi peningkatan kontribusi uniform patterns dari  , ke penggabungan operator  , dan  , . Hal tersebut dapat diamati dari frekuensi bin-bin uniform patterns yang lebih informatif.

Ekstraksi tekstur menggunakan  , dan  , dan penggabungan  , melengkapi pola-pola tekstur spasial lokal dengan intensitas kontras tekstur lokal yang memainkan peranan penting pada texture discrimination, sehingga bersifat rotation invariant (tidak sensitif terhadap perubahan rotasi) dan tahan terhadap perubahan pencahayaan.

Ekstraksi Tekstur Tumbuhan Obat

Ekstraksi tekstur menggunakan tumbuhan obat dilakukan menggunakan operator MBLBP dan penggabungan operator MBLBP yang terbaik dari hasil ekstraksi citra tanaman hias yaitu operator ,



+  , 

. Hasil ekstraksi dengan penggabungan operator ,  dengan  , direpresentasikan dengan histogram diperlihatkan pada Gambar 16.

Handeuleum (a) Operator ,  +  ,  (b)

Gambar 16 Citra Handeleum (a) dan Histogram citra Handeleum pada operator ,



+  , 

(b).

Histogram pada Gambar 16 menunjukkan  1 nilai uniform patterns dan satu nilai non uniform patterns, dimana non uniform patterns berada pada single bin terakhir. Bin non uniform patterns memiliki frekuensi yang paling tinggi karena pola-pola non uniform yang ditemukan hanya ditempatkan pada satu bin. Bin ini menggabungkan seluruh non uniform patterns yang ada pada tekstur citra. Non uniform pattern memiliki informasi yang kurang informatif, sehingga bukan merupakan karakteristik utama dari tekstur lokal suatu citra. Pada penggabungan operator MBLBP terlihat bahwa lebih banyak informasi bin-bin uniform patterns. Pada histogram Gambar 16 dapat dilihat bahwa pola tekstur tepi (0000000011111111)2 merupakan pola yang sering muncul dapat dilihat bahwa pada bin uniform pattern bin ke delapan adalah bin yang memiliki frekuensi yang tinggi.

Identifikasi Citra Operator LBP

Identifikasi citra dilakukan dengan klasifikasi menggunakan Probabilistic Neural Network (PNN). Hasil ekstraksi 300 citra yang terdiri atas 10 jenis citra tanaman hias menggunakan , , eR,, dan  , descriptor menghasilkan vektor-vektor histogram citra tanaman hias. Vektor-vektor tersebut menjadi masukan bagi klasifikasi citra menggunakan PNN.

Klasifikasi dilakukan dengan membagi data latih dan data uji masing-masing 70% dan 30 %. Untuk setiap jenis tanaman hias, tiga di antaranya menjadi data uji untuk melihat akurasi klasifikasi. Masing-masing descriptor dengan empat operator menghasilkan nilai akurasi dalam satuan persen yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Akurasi klasifikasi PNN tiga descriptor

Descriptor P=8, R=1 P=8, R=2 P=16, R=2 P=24, R=3 [\]],^ _`ab 0.5778 0.5889 0.5333 0.5333 ^],^ 0.7000 0.6778 0.7000 0.6778 [\]],^ 0.6778 0.7333 0.6667 0.6000

Dari Tabel 6, akurasi tertinggi untuk ,  dan  , descriptor berada pada operator (8,2), sedangkan untuk eR, descriptor berada pada operator (8,1) dan (16,2). Pada operator (8,2) terjadi peningkatan nilai akurasi dari ,

 , eR,, hingga  , yang menjadikan operator (8,2) merupakan operator terbaik pada klasifikasi citra menggunakan PNN. Operator tersebut akan digunakan untuk pengujian identifiksi citra tanaman hias oleh sistem. Dari ke tiga LBP descriptor,  , memiliki akurasi yang paling

(27)

16 baik yaitu sebesar 73.33% yang berada pada

operator (8,2).

Identifikasi Citra Tanaman Hias Operator MBLBP dan Penggabungan Operator MBLBP

Identifikasi citra dilakukan dengan menggunakan Probabilistic Neural Network (PNN) classifier. Hasil ekstraksi 300 citra tanaman hias menggunakan seluruh operator MBLBP descriptor menghasilkan vektor-vektor histogram citra tanaman hias. Klasifikasi pada citra tanaman hias dilakukan dengan membagi data latih dibandingkan data uji yaitu 70% dibanding 30%. Hasil identifikasi oleh seluruh operator MBLBP descriptor pada tanaman hias disajikan pada Tabel 7.

Dilihat dari Tabel 7, akurasi tertinggi pada operator , yaitu pada operator penggabungan (16,2) dan (24,3). Akurasi tertinggi pada operator  , yaitu pada operator (16,2) dan (24,3). Akurasi tertinggi pada operator  , yaitu pada operator (16,2). Terlihat bahwa operator MBLBP (16,2) menjadi operator yang baik pada setiap operator dalam klasifikasi dengan PNN.

Pada klasifikasi menggunakan operator  , terlihat bahwa dihasilkan akurasi yang kurang baik dibandingkan dengan operator ,



dan  ,. Hal ini dikarenakan data citra pohon tanaman hias memiliki kontras yang cenderung seragam. ,

 menghasilkan akurasi yang paling baik karena data citra pohon memiliki pola tekstur yang bervariasi. Bervariasinya pola-pola tekstur pada citra tanaman hias menjadikan diskriminanya menjadi tinggi.

Dapat dilhat pada operator , 

(8,1) memiliki akurasi sebesar 66.67%, sedangkan pada ,



(8,2) memiliki akurasi sebesar 52.22%. Terlihat bahwa terjadi penurunan akurasi, hal tersebut disebabkan semakin besar sampling points atau radius menyebabkan ukuran potongan gambar semakin besar sehingga potongan gambar tidak mirip satu dengan yang lain. Pada operator , (8,1) dan (24,3) memiliki akurasi sebesar 63.33%, namun setelah dilakukan penggabungan operator , (8,1), (16,2) dan (24,3) akurasi yang dimiliki tidak mengalami kenaikan. Hal tersebut menunjukkan penambahan informasi operator tidak selalu meningkatkan akurasi.

Tabel 7 Akurasi klasifikasi PNN seluruh MBLBP descriptor citra tanaman hias

Descriptor P, R Jumlah Bin Akurasi Ž\[\]],^_`ab 8,1 10 66.67% 8,2 10 52.22% 16,2 18 75.56% 24,3 26 71.11% 8,1+8,2 10+10 66.67% 8,1+16,2 10+18 68.89% 8,1+24,3 10+26 74.44% 8,2+16,2 10+18 68.89% 8,2+24,3 10+26 71.11% 16,2+24,3 18+26 77.78% 8,1+8,2+24,3 10+10+26 73.33% 8,1+16,2+24,3 10+18+26 74.44% Ž\[\]‘_],^ 8,1 10 27.78% 8,2 10 26.67% 16,2 18 33.33% 24,3 26 33.33% 8,1+8,2 10+10 25.56% 8,1+16,2 10+18 25.56% 8,1+24,3 10+26 27.78% 8,2+16,2 10+18 26.67% 8,2+24,3 10+26 26.67% 16,2+24,3 18+26 26.67% 8,1+8,2+24,3 10+10+26 24.44% 8,1+16,2+24,3 10+18+26 24.44% Ž\[\]],^ 8,1 10 54.44% 8,2 10 58.89% 16,2 18 63.33% 24,3 26 62.22% 8,1+8,2 10+10 48.89% 8,1+16,2 10+18 52.22% 8,1+24,3 10+26 47.78% 8,2+16,2 10+18 60% 8,2+24,3 10+26 61.11% 16,2+24,3 18+26 55.56% 8,1+8,2+24,3 10+10+26 52.22% 8,1+16,2+24,3 10+18+26 51.11%

Pada penelitian ini akurasi terbaik yang dihasilkan yaitu pada penggabungan operator , (16,2) dan (24,3) menghasilkan akurasi

Gambar

Gambar  2  menunjukkan  operasi  dasar  MBLBP.  Nilai  MBLBP  dapat  dihasilkan  dengan  mengalikan  nilai  piksel  yang  telah  melalui  proses  thresholding  dan  pembobotan  biner  sesuai  dengan  posisi  piksel  ketetanggan  tersebut berada
Gambar 3 Circular neighborhood delapan  ketetanggaan.
Gambar 9 Metode Penelitian Tabel 1 Operator LBP  Operator  (P,R)  Ukuran Blok (piksel)  Kuantisasi sudut  (8,1)  3 x 3  45 derajat  (8,2)  5 x 5  45 derajat  (16,2)  5 x 5  22.5 derajat  (24,3)  7 x 7  15 derajat
Tabel 2 Berbagai macam Operator MBLBP Operator  (P, R)  Ukuran Blok  besar  (piksel)  Ukuran blok kecil  (sub-region)  Kuantisasi Sudut   (8,1)  9 x 9  3 x 3  45 derajat  (8,2)  15 x15  3 x 3  45 derajat  (16,2)  15 x 15  3 x 3  22,5 derajat  (24,3)  21 x
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang UMKM produksi kue opak jepit dan juga beberapa penelitian sebelumnya, maka pada peneltian ini akan di rancang pengembangan desain mesin

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu: hanya dibahas mengenai tanggung jawab pengangkut angkutan udara serta hanya

Kesimpulan dari penelitian ini ialah pada budidaya tanaman mawar tidak semua hasil panen memiliki kualitas yang bagus melainkan terdapat penyimpangan terhadap mutu

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Sardjito terhadap pengobatan dan memperbaiki kontrol glikemik kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompokkontrol dengan masing-masingnilai p adalah 0,023(p&lt;0,05)

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul