• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAKETANOL BIJI DENGAN BATANG PEPAYA (Carica papaya L.) Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Dengan Batang Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Bakteri Shigella Dysenteriae Dan Staphylococcus Epidermid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAKETANOL BIJI DENGAN BATANG PEPAYA (Carica papaya L.) Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Dengan Batang Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Bakteri Shigella Dysenteriae Dan Staphylococcus Epidermid"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

ETANOL BIJI DENGAN BATANG PEPAYA (

Carica papaya

L.)

TERHADAP BAKTERI

Shigella dysenteriae

DAN

Staphylococcus epidermidis

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

NIKEN DWI MULYASARI

K 100 110 025

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)
(3)

PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI

DENGAN BATANG PEPAYA (Carica papayaL.) TERHADAP BAKTERIShigella

dysenteriaeDANStaphylococcus epidermidis

COMPARISON OF ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF ETHANOLIC EXTRACT

OF PAPAYA (Carica papayaL. ) SEEDS WITH STEM AGAINSTShigella

dysenteriaeANDStaphylococcus epidermidis

Niken Dwi Mulyasari* dan Ratna Yuliani

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102

*Email: nikendmulya@gmail.com

ABSTRAK

Tanaman pepaya adalah tumbuhan tropis yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan dimanfaatkan untuk mengatasi beberapa penyakit. Diketahui dari penelitian sebelumnya, bahwa biji dan batang pepaya memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dengan batang pepaya terhadap bakteri Shigella dysenteriae dan

Staphylococcus epidermidis serta untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang berkhasiat sebagai antibakteri. Metode penyarian yang digunakan adalah maserasi. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi disk menggunakan seri konsentrasi sebesar 10.000 µg, 5.000 µg, 2.500 µg dan 1.250 µg. Analisis kandungan senyawa kimia menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan bioautografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 10.000 µg ekstrak biji pepaya memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik daripada ekstrak batang pepaya terhadap Shigella dysenteriae dengan diameter zona hambat sebesar 17,0±0 mm. Ekstrak etanol batang pepaya konsentrasi 10.000 µg, 2.500 µg, dan 1.250 µg memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik dibandingkan ekstrak biji pepaya terhadap penghambatan

Staphylococcus epidermidisdengan diameter zona hambat 16,5±2,12, 15,5±0,71 dan 12,0±2,82 mm. Hasil uji KLT menunjukkan ekstrak batang pepaya mengandung tanin dan triterpen. Hasil bioautografi menunjukkan senyawa tanin dalam ekstrak batang papaya bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada Staphylococcus epidermidis. Senyawa yang berperan dalam penghambatan pertumbuhan Shigella dysenteriaetidak diketahui.

Kata kunci :biji, batang, Carica papaya L., antibakteri, Shigella dysenteriae, Staphylococcus epidermidis

ABSTRACT

Papaya is a tropical plant that is widely cultivated in Indonesia and is used to overcome some diseases. Based on previous research, papaya seeds and stems have antibacterial activity. This study aimed to compare the antibacterial activity of ethanolic extract of papaya seed with stem against Shigella dysenteriae and Staphylococcus epidermidis, and to know content of chemical compounds that have antibacterial activity. Powder of papaya seed and stem were macerated in 70% ethanol. Antibacterial activity was tested by disk diffusion method with concentration 10,000 µg, 5,000 µg, 2,500 µg, and 1,250 µg. Analysis of chemical compounds was conducted using Thin Layer Chromatography (TLC) and bioautography. The results showed that ethanolic extract of papaya seeds with concentration of 10,000 µg was significantly have the antibacterial activity better than stem extract againstShigella dysenteriaewith a diameter of inhibition zone of 17,0±0 mm. The ethanolic extract of papaya stem with concentration of 10,000 µg, 2,500 µg and 1,250 µg have better antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis when compared with papaya seed extract with a diameter of inhibition zone of 16,5±2,12, 15,5±0,71 dan 12,0±2,82 mm. TLC test showed that stem papaya extract contains tannins and triterpenes. Bioautography results showed tannins in the stem extract of papaya was responsible for antibacterial activity against

Staphylococcus epidermidis. Chemical compounds that contributed in inhibiting the growth of Shigella dysenteriaestill unknown.

(4)

PENDAHULUAN

Infeksi merupakan penyakit yang terus berkembang dan dapat menular (Jawetz et al., 1991). Infeksi terutama disebabkan oleh mikroorganisme seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus (Jawetz et al., 2001) yang melakukan pertumbuhan dan bereplikasi dalam sel inang (Pratiwi, 2008). Bakteri menimbulkan berbagai perubahan kimiawi pada substansi yang ditumbuhinya (Pelczar dan Chan, 1986). Contoh bakteri yang dapat menyebabkan infeksi adalahShigella dysenteriaedanStaphylococcus epidermidis(Jawetzet al., 2005).

Shigella dysenteriae menyebabkan penyakit disentri (Dwijoseputro, 2005) yang paling parah dibanding Shigella lainnya (WHO, 2005). Menurut survei Departemen Kesehatan RI (2011) morbiditas dan mortalitas penyakit yang ditimbulkan oleh Shigella dysenteriae tergolong tinggi. Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal yang hidup pada kulit dan mukosa pada manusia normal (Jawetz et al., 2005) namun bakteri tersebut dapat menjadi patogen oportunistik pada kondisi tertentu (Pratiwi, 2008).

Staphylococcus epidermidisadalah penyebab endokarditis bakterial, terutama pada pasien dengan katup jantung buatan dan pada pecandu narkotika. Bakteri ini juga menyebabkan infeksi traktus urinarius akibat pemakaian alat-alat implan plastik yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia seperti kateter (Elliot et al., 2013). Alternatif yang bisa digunakan untuk menekan angka kejadian infeksi bakteri adalah obat yang berasal dari tamanan.

Salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri adalah pepaya (Sukadanaet al., 2008). Tanaman pepaya memiliki kemampuan melawan pertumbuhan bakteri (Alabi et al., 2012). Ekstrak etanol biji pepaya memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Enterococcus faecalis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosadan spesiesProteus(Akujobiet al.,2010). Ekstrakn-heksan biji pepaya mengandung senyawa golongan triterpenoid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli (10 mm) dan Staphylococcus aureus (7 mm) (Sukadana et al.,

2008). Ekstrak metanol batang pepaya mengandung alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella thypi (Oladimeji et al., 2007), Micrococcus luteus, Proteus mirabilis, Salmonella paratyphidanShigella flexneri(Rahmanet al.,2011). Ekstrak etanol batang pepaya mengandung senyawa saponin dan antrakuinon yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli multiresisten antibiotik (Setyawan, 2009).

(5)

dilakukan oleh Martiasihet al. (2014) memperoleh hasil bahwa ekstrak etanol biji pepaya dengan konsentrasi 10 mg/mL (700 µg) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Streptococcus pyogenes dan Escherichia coli dengan diameter zona hambat masing-masing sebesar 9 mm dan 8,5 mm, sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Rahman

et al. (2011) menunjukkan bahwa ekstrak etanol batang pepaya dengan konsentrasi 10 mg/mL (5000 µg) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli dengan diameter zona hambat yang sama yaitu sebesar 12 mm. Dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol batang pepaya memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar dibanding ekstrak etanol biji pepaya. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dengan batang pepaya terhadap bakteri yang mewakili Gram negatif yaitu

Shigella dysenteriaedan bakteri Gram positif yaituStaphylococcus epidermidis.

METODE PENELITIAN Alat

Alat-alat gelas (Pyrex), mikropipet (Socorex), autoklaf (My Life), oven (Memmert), rotary evaporator (Heidolph), waterbath (Memmert), Laminar Air Flow

(Astari Niagara), blender (LG), inkubator (Memmert), vortek (Thermolyne Corporation), ose steril, bunsen, mikroskop (Olympus), neraca analitik (Precisa),deck glass,object glass, bejana elusi, pinset,sprayer, lampu UV254nm, dan UV366nm.

Bahan

Biji dan batang pepaya diperoleh dari perkebunan pepaya Dusun Ringinsari, Desa Randusari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, bakteri Shigella dysenteriae dan Staphylococcus epidermidis dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, etanol 70%, akuades, Mueller Hinton (MH) (Oxoid),Kligler Iron agar( KIA) (Oxoid),Lysine Iron Agar (LIA) (Oxoid), Motility Indol Ornithine (MIO) (Difco), Brain Heart Infussion(BHI) (Oxoid), danManitol Salt Agar(MSA) (Oxoid), NaCl, cat Gram A, cat Gram B, cat Gram C, cat Gram D, formalin 1%, minyak imersi, yellow tips, blue tips,

white tips,blank disc, disk antibiotik (streptomisin dan tetrasiklin), silika gel GF254nm, etil asetat, metanol, kloroform, uap amonia, pereaksi semprot FeCl3, Liebermann-Burchard (LB), KOH etanolik dan Dragendorff.

Jalannya penelitian

Ekstraksi

(6)

Bahan-bahan tersebut selanjutnya dimaserasi selama 5 hari atau sampai diperoleh ekstrak dari biji dan batang pepaya. Ekstrak yang diperoleh disaring dan dipisahkan dari penyari dengan cara evaporasi sampai semua etanol menguap dan hanya tersisa air. Untuk memperoleh ekstrak yang kental hasil evaporasi dipanaskan di atas waterbath pada suhu 60ºC untuk menghilangkan sisa air.

Identifikasi bakteri a. Pewarnaan bakteri

Preparat diambil dari biakan murni dan digoreskan di atas objeck glass steril dan dipanaskan di atas nyala api bunsen sampai preparat kering kemudian ditetesi formalin 1%. Preparat didiamkan selama 5 menit dan dikeringkan. Preparat yang siap dicat digenangi dengan cat Gram A selama 1-3 menit, cat dibuang tanpa dicuci dengan air, lalu preparat kembali digenangi dengan cat Gram B selama 0,5-1 menit, cat dibuang dan dicuci air. Preparat ditetesi dengan cat Gram C sampai warna cat tepat dilunturkan, preparat kemudian digenangi cat Gram D selama 1-2 menit, dicuci dengan air dan dikeringkan pada suhu kamar dengan posisi miring. Setelah kering preparat ditetesi minyak imersi dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x.

b. IdentifikasiShigella dysenteriae

Bakteri ditusukkan dan digoreskan ke media Kligler Iron Agar (KIA), Lysine Iron Agar (LIA) dan Motility Indol Ornithine (MIO) kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam.

c. IdentifikasiStaphylococcus epidermidis

Bakteri ditusukan dan digoreskan pada mediaManitol Salt Agar (MSA) kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam.

Uji aktivitas antibakteri

Seri konsentrasi ekstrak biji/batang pepaya yang digunakan adalah 10.000 µg, 5.000 µg, 2.500 µg dan 1.250 µg. Kontrol positif streptomisin 10 µg digunakan untuk pengujian bakteri Staphylococcus epidermidis dan tetrasiklin 30 µg untuk pengujian bakteri Shigella dysenteriae. Kontrol negatif yaitu etanol 70%. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi disk. Masing-masing disk kosong yang berisi 20 µL ekstrak etanol biji/batang dan kontrol negatif diletakkan diatas media yang telah diinokulasikan dengan 300 µL suspensi bakteri. Media diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Adanya zona hambat menunjukkan adanya aktivitas antibakteri.

(7)

Ekstrak etanol biji dan batang pepaya sebanyak 750 mg dilarutkan dalam etanol 70% sampai volume 750 µL, lalu ditotolkan sebanyak 10 µL pada fase diam yaitu silika gel GF245nm yang terlebih dahulu diaktifkan dengan pemanasan dalam oven pada suhu 100˚C selama 30 menit, dan dielusi menggunakan fase gerak kloroform-metanol (3:7) untuk batang dan etil asetat-metanol-air (100:11:19). untuk biji. Silika dibiarkan sampai kering dan diamati pada UV254 nm dan UV366 nm, dan direaksikan pereaksi uap amonia, pereaksi semprot FeCl3, Liebermann-Burchard (LB), Dragendorff, dan KOH etanolik. Bioautografi

Lempeng KLT yang telah dielusi diletakkan di atas permukaan media MH yang telah diinokulasi dengan bakteri selama 20 menit, lalu lempeng diambil dengan pinset steril. Media diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Letak senyawa aktif yang memiliki aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan adanya zona hambat yang terlihat jernih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi

Hasil maserasi diperoleh sebesar 105,40 gram ekstrak kental dari 455,81 gram serbuk batang pepaya dan dari 312,0 gram serbuk biji pepaya diperoleh ekstrak kental sebanyak 91,80 gram. Rendemen ekstrak etanol batang dan biji pepaya masing-masing sebesar 23,12% b/b dan 29,42% b/b.

Identifikasi bakteri

a. IdentifikasiShigella dysenteriae

Bakteri Shigella dysenteriae merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang, tersebar dan berwarna merah. Hasil pengecatan menunjukkan bakteri tidak tahan terhadap alkohol yang merupakan decolorizing agent (senyawa peluntur warna), dan mengikat warna safranin pada cat Gram D sehingga tampak berwarna merah (Pratiwi, 2008). Hasil identifikasi menggunakan media KIA menunjukkan Shigella dysenteriae tidak memfermentasi laktosa sehingga tidak menunjukkan perubahan warna pada media.

Shigella dysenteriaetidak menghasilkan H2S dan gas ditandai dengan tidak terdapat warna hitam dan gelembung pada media KIA. Hasil uji dengan media LIA didapatkan hasil bahwa bakteri tidak mendekarboksilasi lisin dan tidak mampu mendeaminasi lisin yang ditunjukkan pada daerah tegak berwarna kuning dan warna ungu pada daerah miring.

(8)

tidak memiliki aktifitas dekarboksilasi ornitin ditunjukkan dengan tidak terdapat warna ungu pada bagian atas, setelah ditetesi reagen kovac’s tidak terbentuk cincin merah yang

menunjukkan bahwa Shigella dysenteriae memiliki reaksi indol negatif. Shigella dysenteriae bersifat fakultatif anaerob, tidak dapat meragikan laktosa, tidak membentuk H2S, tidak bergerak (Jawetz et al., 1996), tidak mendekarboksilasi lisin dan tidak menghasilkan gas (PHE, 2014).

b. IdentifikasiStaphylococcus epidermidis

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram positif, berwarna ungu (Pratiwi, 2008), berbentuk bulat dan bergerombol (Jawetz et al., 2001). Hasil pengamatan bakteri

Staphylococcus epidermidis menunjukkan bakteri berbentuk bulat, bergerombol dan dan berwarna ungu. Hasil pengecatan Gram menunjukkan Staphylococcus epidermidis tahan terhadap alkohol, bakteri tetap mengikat warna cat Gram A (cristal violet) sehingga tampak berwarna ungu. Media Manitol Salt Agar (MSA) merupakan media yang digunakan untuk identifikasi bakteri Staphylococcus epidermidis. Hasil pengamatan memperlihatkan tidak terjadi perubahan warna pada media MSA yang ditanami

Staphylococcus epidermidis. Hal tersebut dikarenakan Staphylococcus epidermidis tidak dapat memfermentasi manitol (Jawetzet al., 1996; Sujudi,et al., 1994).

Uji aktivitas antibakteri

Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode Kirby Bauer (difusi disk) dengan menggunakan kertas samir (disk) berdiameter 6 mm. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dan batang pepaya diukur berdasarkan diameter zona hambat disekitar disk dari masing-masing bakteri (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dan batang pepaya terhadap bakteri Shigella dysenteriae dan Staphylococcus epidermidis

Sampel Konsentrasi Zona hambat (mm) ± SD Ket. Shigella dysenteriae Staphylococcus epidermidis

Diameter zona hambat termasuk diameter disk (6 mm)

Hasil pengamatan uji aktivitas antibakteri terhadap Shigella dysenteriae

(9)

disekitar disk yang masih ditemukan adanya pertumbuhan bakteri namun terlihat jarang jika dibandingkan dengan daerah yang jauh dari disk. Untuk mengetahui perbandingan aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dan batang pepaya terhadap bakteri uji, dilakukan analisa menggunakan analisis independent sample t test. Pengambilan keputusan dalam analisis uji T dilakukan dengan cara membandingkan nilai signifikansi (0,05) dengan nilai signifikasi atau nilai probabilitas (p) hasil penelitian. Hasil dikatakan signifikan apabila nilai p kurang dari nilai signifikasi (p<0,05).

Berdasarkan hasil uji T, ekstrak etanol biji dan batang pepaya pada konsentrasi tertinggi (10.000 µg) menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) dengan p-value

0,038. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji dengan batang pepaya pada konsentrasi ekstrak 10.000 µg mempunyai perbedaan yang bermakna pada aktivitas antibakteri terhadapShigella dysenteriae. Dilihat dari rata-rata diameter zona hambat, pada konsentrasi 10.000 µg ekstrak etanol biji pepaya cenderung lebih besar daripada ekstrak etanol batang pepaya. Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol biji adalah sebesar 17,0±0 mm sedangkan ekstrak etanol batang sebesar 14,5±0,71 mm. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol biji pepaya pada konsentrasi 10.000 µg memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan Shigella dysenteriae yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol batang pepaya. Hasil uji T ekstrak etanol biji dan batang pepaya pada konsentrasi 5.000 µg, 2.500 µg dan 1.250 µg menunjukkan hasil yang berbeda tidak signifikan (p>0,05). Nilai signifikasi dari konsentrasi 5.000 µg, 2.500 µg dan 1.250 µg berturut-turut sebesar 0,106, 0,733 dan 0,553. Nilai signifikasi penelitian tersebut lebih besar dari nilai signifikasi (0,05) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dari ekstrak etanol biji dengan batang pepaya dengan masing-masing konsentrasi pada aktivitas antibakteri terhadapShigella dysenteriae.

Ekstrak etanol biji dan batang pepaya sama-sama menunjukkan aktivitas penghambatan pertumbuhan terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Zona hambat yang dihasilkan bersifat irradikal, terlihat pada area disekitar disk yang mengandung ekstrak tampak belum jernih dan dimungkinkan masih terdapat bakteri yang tumbuh pada area tersebut. Hasil pengamatan menunjukkan diameter zona hambat terhadap bakteri

(10)

senyawa antibakteri ke media MH sehingga menyebabkan diameter zona hambat pada konsentrasi terkecil lebih besar daripada konsentrasi yang lebih besar.

Berdasarkan hasil uji T dari ekstrak etanol biji pepaya dibandingkan ekstrak etanol batang pepaya pada konsentrasi 10.000 µg menunjukkan hasil berbeda signifikan (p<0,05) dengan nilai signifikasi 0,030. Hasil berbeda tidak signifikan juga ditunjukkan pada konsentrasi 2.500 µg dan 1.250 µg, kedua konsentrasi tersebut pada uji T menunjukkan hasil perbedaan yang signifikan (p<0.05) dengan nilai signifikasi masing-masing sebesar 0,019 dan 0,095. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dari aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dengan ekstrak etanol batang pepaya pada konsentrasi 10.000 µg, 2.500 µg, dan 1.250 µg terhadap Staphylococcus epidermidis. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh konsentrasi 5.000 µg. Berdasarkan hasl uji T menunjukkan nilai signifikasi konsentrasi 5.000 µg adalah sebesar 0,859 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari kemampuan antibakteri ekstrak etanol biji dan batang pepaya pada konsentrasi 5.000 µg, artinya ekstrak etanol biji dan batang pepaya memiliki kekuatan daya hambat yang sama terhadap bakteri

Staphylococcus epidermidispada konsentrasi 5.000 µg.

Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri, rata-rata diameter zona hambat yang dihasilkan dari ekstrak etanol batang konsentrasi 10.000 µg, 2.500 µg dan 1.250 µg lebih besar dibandingkan ekstrak etanol biji pada konsentrasi yang sama (Tabel 1). Dilihat dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 10.000 µg, 2.500 µg, dan 1.250 µg ekstrak etanol batang pepaya memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik daripada ekstrak etanol biji pepaya terhadapStaphylococcus epidermidis.

Kromatografi lapis tipis (KLT)

Kandungan senyawa ekstrak etanol biji dan batang pepaya dapat diketahui melalui uji KLT secara kualitatif. Hasil optimasi mendapatkan bahwa fase gerak etil asetat-metanol-air (100:11:19) v/v dapat memisahkan ekstrak etanol biji pepaya dan fase gerak kloroform-metanol (3:7) v/v dapat digunakan untuk memisahkan ekstrak etanol batang pepaya.

(11)

(Wagner dan Bladt, 1996). Pada hasil tidak terlihat warna yang dimaksud, sehingga hasilnya negatif alkaloid. Flavonoid diidentifikasi dengan pereaksi uap amonia yang akan menunjukkan warna kuning pada sinar tampak (Kumalasari & Sulistyani (2011) cit

Robinson (1995)). Plat KLT dielusi menggunakan fase gerak kemudian diletakkan di atas tabung reaksi yang berisi amonia. Hasil dari uji ini tidak memperlihatkan adanya warna kuning yang menunjukkan ekstrak etanol batang pepaya tidak mengandung senyawa flavonoid. Hasil uji memperlihatkan adanya warna kehitaman pada hRf 41 setelah disemprot menggunakan FeCl3 (Tabel 2). Tanin akan memperlihatkan warna biru, biru-hitam, hijau atau biru-hijau (Farnsworth, 1966). Hasil menunjukkan ekstrak batang pepaya mengandung senyawa tanin karena terlihat adanya warna kehitaman pada bercak setelah disemprot dengan FeCl3. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Oladimejiet al. (2007), yang menyatakan bahwa batang pepaya memiliki aktivitas antibakteri dengan kandungan senyawa kimia tanin, saponin dan flavonoid yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram positif (B. subtillis) dan bakteri Gram negatif (S. aureus).

Identifikasi seyawa triterpen dan steroid menggunakan pereaksi semprot LB dengan pengamatan dibawah lampu UV366. Triterpen akan menunjukkan warna merah, merah muda, ungu atau violet dan steroid akan memperlihatkan warna biru atau biru-hijau (Farnsworth, 1966). Hasil uji menunjukkan adanya warna merah muda pada hRf 50 dan kebiruan pada hRf 5 (Tabel 2), diduga warna yang teramati tersebut merupakan senyawa triterpen.

(12)

Tabel 2. Hasil uji KLT ekstrak etanol batang pepaya dengan fase gerak kloroform-metanol (3:7)

No hRf

Deteksi

Perkiraan senyawa

Vis UV UV DRG FeCl3 LB Amonia EtanolikKOH

254 366 (vis) (vis) (366) (vis) (vis)

(13)

Tabel 3. hasil KLT ekstrak etanol biji pepaya dengan fase gerak etil asetat-metanol-air (100:11:19)

No hRf

Deteksi

Perkiraan senyawa

Vis UV UV DRG FeCl3 LB Amonia EtanolikKOH

254 366 (vis) (vis) (366) (vis) (vis)

Hasil penelitian menunjukkan adanya aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dan batang pepaya sehingga perlu dilakukan uji bioautografi untuk mengetahui senyawa yang berperan dalam penghambatan pertumbuhan bakteri. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa senyawa kimia dari ekstrak berdifusi pada media MH. Difusi dari ekstrak ke media akan terganggu dengan adanya gelembung udara (Yuliantyet al., 2011). Parameter yang digunakan untuk menentukan hasil bioautografi adalah adanya zona hambat dipermukaan media MH dari bercak hasil elusi KLT, jika terdapat zona jernih disekitar bercak maka bercak tersebut diduga terdapat senyawa aktif yang memiliki aktivitas antibakteri.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada uji bioautografi terhadap Shigella dysenteriaezona hambat tidak dapat diamati dengan jelas karena plat KLT tidak menempel dengan baik di atas permukaan media. Plat KLT yang tidak dapat menempel dengan baik dipermukaan media menyebabkan senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol biji dan batang pepaya tidak dapat berdifusi maksimal ke media (Kusumaningtyas et al., 2008). Pada kedua plat yang ditotol dengan ekstrak etanol biji dan batang pepaya teramati adanya area yang lebih jernih daripada area lainnya, namun tidak dapat ditentukan apakah area tersebut merupakan zona hambat yang ditimbulkan oleh senyawa kimia hasil uji KLT atau tidak, karena zona pengamatan tidak merata. Hasil yang diperoleh tidak dapat dibandingkan dengan kontrol negatif, karena pada kontrol negatif terlihat zona jernih dan pertumbuhan bakteri yang tidak merata.

(14)

Gram negatif (Bacilus subtillis, Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae) dan bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus). Menurut Juliana et al. (2009) tanin menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat protein sehingga menghambat pembentukan dinding sel bakteri. Hasil bioautografi yang diperoleh didukung oleh hasil uji KLT yang menunjukkan bahwa pada hRf 41 terdapat senyawa tanin dalam ekstrak etanol batang pepaya.

Pada plat yang ditotol dengan ekstrak etanol biji pepaya zona hambat tidak dapat teramati dengan baik. Zona jernih yang teramati tidak teratur dan berada disepanjang 3-5 cm diatas totolan awal. Hal ini dikarenakan sampel ekstrak biji pepaya yang dielusi tidak dapat memisah dengan baik (tailing), sehingga senyawa yang terkandung dalam ekstrak biji pepaya menyebar dan menghasilkan zona jernih yang tidak teratur. Terjadinyatailing

disebabkan karena volume ekstrak yang ditotolkan pada fase diam terlalu banyak. Jumlah penotolan sampel yang berlebihan menyebabkan terjadinya pemisahan yang tidak sempurna atautailing(Sastrohamidjojo, 2002).

Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol batang pepaya mengandung senyawa tanin yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan hasil uji KLT ekstrak etanol biji pepaya mengandung senyawa tanin, tetapi pada uji bioautografi zona hambat tidak dapat teramati dengan jelas karena terjadinya tailing pada plat hasil elusi, sehingga senyawa tanin dalam ekstrak etanol biji pepaya tidak dapat teramati dengan jelas aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus epidermidis. Senyawa yang berperan dalam penghambatan pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae belum diketahui. Berdasarkan hasil pengamatan pada uji bioautografi zona hambat tidak dapat terlihat jelas karena plat KLT tidak menempel dengan baik di atas permukaan media.

KESIMPULAN

Ekstrak etanol biji pepaya konsentrasi 10.000 µg mempunyai aktivitas antibakteri yang secara signifikan lebih baik daripada ekstrak etanol batang pepaya terhadap bakteri

(15)

SARAN

Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait optimasi fase gerak untuk memisahkan kandungan senyawa kimia dalam ekstrak etanol biji dan batang pepaya agar mendapatkan pemisahan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Akujobi, C. N., Ofodeme, C. N. & Enweani, C. O., 2010, Determination of Antbacterial Activity of Carica papaya L. (Paw-Paw) Extracts, Nigerian Journal of Clinical Practice,13 (1), 55-57.

Alabi, O. A., Haruna, M. T., Anokwuru, C. P., Jegede, T., Abia, H., Okegbe, V. U.,et al., 2012, Comparative Studies on Antimicrobial Properties of Extracts of Fresh and Dried Leaves of Carica papaya (L) on Clinical Bacterial and Fungal Isolates,

Pelagia Research Library,3 (5), 3107-3114.

Departemen Kesehatan RI, 2011, Buletin Diare,

http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%Diare_Final(1) (diakses tanggal 18

April 2014)

Dwidjoseputro, D., 2005,Dasar-dasar Mikrobiologi, 189, Malang, Penerbit Djambatan. Elliot, T., Worthington, T., Osman, H. & Gill, M., 2013, Mikrobiologi Kedokteran &

Infeksi, Edisi 4, diterjemahkan oleh Pendit, B. U., 26-27, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Farnswort, N. R., 1966, Biological and Phytochemical Screening of Plants,

Pharmaceutical Science,55 (3), 225-269.

Gandjar, I. G. & Rohman, A.,Kimia Farmasi Analisis, 335-336, 360, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Jawetz, E., Melnick, J. L. & Adelberg, E. A., 1991, Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta, Salemba Medika.

__________, 1996,Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta, Salemba Medika.

__________, 2001,Mikrobiologi Kedokteran, Edisi XXII, Jakarta, Salemba Medika. __________, 2005,Mikrobiologi Kedokteran, Edisi I, Jakarta, Salemba Medika.

Juliana R. F., Citra M. D. A., Nirwani B., NurmasitohT., Bowo E. T., 2009. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif.Jurnal kedokteran dan kesehatan Indonesia.

(16)

Kusumaningtyas, E., Astuti, E. & Darmono, 2008, Sensitivitas Metode Bioautografi Kontak dan Agar Overlay Dalam Penentuan Senyawa Antikapang, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 6 (2), 75-79.

Lusiana, K., Magatra, P. & Martono, Y., 2012, Ekstrak Limbah Biji Pepaya (Carica Papaya Seeds) Anti Penyakit Jantung Koroner, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VII UKSW, Salatiga, 3 (1), 194–198.

Martiasih, M., Sidharta, B. B. R. & Atmodjo, P. K., 2014, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Papaya (Carica papaya L.) Terhadap Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes,Artikel, Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Nayak, B. S., Ramdeen, R., Adogwa, A., Ramsubhag, A. & Marshall, J. R., 2012,

Wound-healing Potential of An Ethanol Extract of Carica papaya (Caricaceae) Seeds,

International Wound Journal, 10, 1111.

Oladimeji, O. H., Nia, R., Ndukwe, K., & Attih, E., 2007,In VitroBiological Activities of

Carica papaya,Research Journal of Medicinal Plant, 1 (3), 92-99.

Pelczar, M. J. & Chan, E. C. S., 1986,Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, 46-47, Diterjemahkan oleh Hadisoetomo, R. S., Jakarta, UI Press.

PHE, 2014, UK Standards for Microbiology Investigations Identification of Shigella species, 1-15, London, Public Health England.

Pratiwi, S. T., 2008,Mikrobiologi Farmasi, 16-18, 174- 175, Jakarta, Erlangga.

Rahayu, T., 2006, Potensi Antibiotik Isolat Bakteri Rizosfer Terhadap Bakteri Escherichia coli Multiresisten Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 7 (2), 81-91.

Rahman, S., Imran, M., Muhammad N., Hassan, N., Chisthi, A. K., Khan, A. F., et al., 2011, Antibacterial Screening of Leaves and Stem of Carica papaya, Jurnal of Medicinal Plants Research,5 (20), 5167-5171.

Sastrohamidjojo, 2002,Kromatografi, Universitas Gadjah Mada press, Yogyakarta.

Setyawan, W., 2009, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Pepaya (Carica papaya

L.) TerhadapStaphylococcus aureus Dan Escherichia coli Multiresisten Antibiotik,

Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sujudi, Syahrurachman, A., Chatim, A., Soebandrio, A. W. K., Karuniawati, A., Santoso, A. U. S. et al., 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi, Jakarta, Binarupa Aksara.

(17)

Wagner, H. & Bladt, S., 1996,Plant Drug Analysis A Thin Layer Chromatography Atlas, 2ndedition, Germany, Springer.

WHO, 2005,Guidelines for the control of shigellosis including epidemics due to Shigella dysenteriae 1, 1-2, Geneva, World Health Organization.

Gambar

Tabel 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dan batang pepaya terhadap bakteri Shigella dysenteriae danStaphylococcus epidermidis
Tabel 2. Hasil uji KLT ekstrak etanol batang pepaya dengan fase gerak kloroform-metanol  (3:7)

Referensi

Dokumen terkait

“Pertuturan Pada Upacara Tujuh Bulan atau Tingkeban dalam Adat Jawa di Desa Sukarame Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara”.. Fakultas

Dalam penelitian yang berjudul pengaruh olahraga renang terhadap perkembangan motorik kasar pada anak autis di slb Al-.. Hikmah Bandung ” terdapat dua variabel,

Untuk mengetahui manfaat terapi latihan dalam meningkatkan kekuatan- kekuatan dan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul pada post operasi sectio

Bab II membahas tentang perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) yang mencakup didalamnya kerangka teoretik perlindungan HaKI secara umum ,perlindungan HaKI dalam

Masalah rekonstruksi citra konduktansi (yang lebih dikenal sebagai tomografi impedans) ialah mendapatkan gambaran spasial konduktifitas di dalam sebuah obyek dari pengukuran

Karena biaya dan waktu yang terbatas bagi penelitian, maka penelitian yang dilakukan hanya tentang sejauh mana faktor lingkungan, faktor individu, dan faktor komunikasi

Serial port not found. Problem uploading to board. First, check that your board is connected to your computer and is indicating good power with a lit LED marked ON. With this

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa selama ini pengangkatan pejabat struktural di lingkungan PNS di