• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik (Kompos)

Salah satu cara untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia adalah pemakaian kompos atau pupuk organik lainnya. Di dalam tanah pupuk organik dirombak mikroba menjadi humus atau bahan organik tanah yang berguna sebagai pengikat butiran-butiran primer tanah menjadi butiran sekunder (Setyorini, 2005). Kondisi ini pegang peranan penting di dalam menjaga porositas, penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan suhu dalam tanah (Setyorini, 2005).

Pengomposan merupakan suatu teknik pengolahan limbah padat yang mengandung bahan organik biodegradable (dapat diuraikan mikroorganisme). Selain menjadi pupuk organik maka kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah dalam menyerap air dan menahan air serta zat-zat hara lain. Pengkomposan alami akan memakan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 2-3 bulan bahkan 6-12 bulan. Pengkomposan dapat berlangsung dengan fermentasi yang lebih cepat dengan bantuan mikro organisme (Saptoadi, 2003).

Proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan telah dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan, antara lain dengan menggunakan aktivator sehingga pengomposan berjalan dengan lebih cepat dan efisien (Arisha, 2003).

Peluang penggunaan pupuk organik pada masa mendatang cukup besar. Hal ini dikarenakan oleh berbagai hal, antara lain: harga pupuk kimia semakin mahal akibat pengurangan subsisi pupuk oleh pemerintah, tingkat kesuburan tanah semakin menurun, kesadaran petani terhadap bahaya residu pupuk

(2)

5

kimia semakin tinggi dan adanya trenpertanian organik yang semakin tinggi (Musnamar, 2003).

Tidak dapat dipungkiri bahwa pupuk organik mampu meningkatkan produksi, tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif bila diterapkan secara berlebihan dan terus menerus, apalagi bila bahan bakunya mengandung bahan-bahan berbahaya seperti logam berat dan asam-asam organik (Setyorini, 2005).

2.1.1 Manfaat Pupuk Organik

Menurut Musnamar (2003) dan Suriawiria (2002) pupuk organik mempunyai berbagai manfaat, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan kesuburan tanah

Pupuk organik mengandung unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca, Mg, Fe, Mn, Bo, S, Zn dan Co) yang dapat memperbaiki struktur dan porositas tanah. Pemakaian pupuk organik pada tanah liat akan mengurangi kelengketan sehingga mudah diolah, sedang pada tanah berpasir dapat meningkatkan daya ikat tanah terhadap air dan udara. Bahan organik dapat bereaksi dengan ion logam membentuk senyawa kompleks sehingga ion-ion logam yamg bersifat racun terhadap tanaman atau menghambat penyediaan unsur hara misalnya Al, Fe dan Mn dapat berkurang (Setyorini, 2005).

2. Memperbaiki kondisi kimia, fisik dan biologi tanah

Kehadiran pupuk organik akan menyebabkan terjadinya sistem pengikatan dan pelepasan ion dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Kemampuan pupuk organik untuk mengikat air dapat meningkatkan porositas tanah sehingga memperbaiki respirasi dan pertumbuhan akar tanaman. Pupuk organik merangsang mikroorganisme tanah yang menguntungkan, misal rhizobium, mikoriza dan bakteri.

(3)

6 3. Aman bagi manusia dan lingkungan

Pemakaian pupuk organik tidak menimbulkan residu pada hasil panen sehingga tidak membahayakan manusia dan lingkungan.

4. Mengendalikan penyakit-penyakit tertentu

Penyakit busuk akar pada tanaman bunga yang disebabkan oleh Phytophthora sp dapat diberantas dengan kompos yang mempunyai C/N rasio tinggi selefektif dengan penggunaan fungisida (Hoitink, 1991). Kompos juga menghambat penyakit Fusarium sp. (Hoitink, 1997). Ekstrak kompos pada konsentrasi 5-15% dapat menghambat pertumbuhan jamur patogenik (R. lignosus, S. rolfsii, C. gloeosporioides dan F. oxysporum ).

Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Sedangkan pemberian pupuk anorganik dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun (Lingga, 2008).

2.1.2 Karakteristik dan Mutu Kompos

Kandungan nutrisi kompos dari berbagai daerah produsen kompos berbeda-beda. Penyebabnya adalah bahan baku yang digunakan untuk pengomposan berbeda antara satu produsen dengan produsen lainnya. Menurut Suriawiria (2002), dalam kompos kandungan unsur-unsur seperti N, P, K dan sebagainya sangat sedikit, tapi masih mengandung unsur-unsur yang tidak dimiliki oleh pupuk buatan atau pupuk pabrik. unsur-unsur ini disebut unsur mikro (mikroelemen), seperti besi (Fe), magnesium (Mg), dan tembaga (Cu), serta vitamin sebagai zat pengatur tumbuh.

(4)

7

Pada proses pengomposan terjadi berbagai perubahan, yaitu (Indriani, 2005):

1. Karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan air.

2. Protein menjadi amonia, CO2 dan air.

3. Senyawa organik terurai menjadi senyawa yang siap diserap oleh akar tanaman.

2.2 Pelepah Kelapa Sawit

Pemanfaatan yang lain dari limbah pelepah kelapa sawit salah satunya adalah dengan mengkonversinya menjadi pupuk organik. Hal ini lebih memungkinkan mengingat proses yang cukup mudah dan biaya relatif murah. Selain itu, produk hasil konversinya dapat langsung dimanfaatkan di areal kebun sebagai tambahan zat hara pada tanah. Sayangnya, pemanfaatan menjadi pupuk organik di lapangan belum cukup masif dilakukan, baik pada perkebunan milik rakyat maupun industri (Kala, 2009).

Kompos pelepah kelapa sawit adalah pupuk dari bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi akibat adanya interaksi mikroorganisme yang bekerja di dalamnya. Dari hasil analisis kandungan kompos pelepah sawit mengandung unsur hara antara lain: Nitrogen 0,75%, Fosfor 0,47%, dan Kalium 0,80%. Kompos pelepah kelapa sawit baik kualitasnya karena terbuat dari bahan alami yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman yang dibudidayakan (Raja, 2009).

Simanihuruk (2008), menyatakan bahwa pada saat panen tandan buah segar, 1–2 pelepah kelapa sawit dipotong dengan tujuan memperlancar penyerbukan dan mempermudah panen berikutnya. Lahan seluas 1 ha diperkirakan terdapat 138 batang kelapa sawit dengan jarak tanam 9 x 9 m, dengan demikian luas lahan 2.372.402 ha dapat diperkirakan menghasilkan 654.782.952 pelepah/ha/panen.

(5)

8

Pelepah daun kelapa sawit yang selama ini kurang dimanfaatkan oleh masyarakat dan lebih bersifat limbah karena biasanya pelepah ini hanya ditumpuk disekitar pohon saja. Pelepah daun kelapa sawit ini berpotensi untuk digunakan sebagai bahan kompos. Berdasarkan hasil penelitian Syahfitri (2008), kandungan unsur hara pada pelepah kelapa sawit yaitu sebagai berikut: N 2,6-2,9(%); P 0,16-0,19(%); K 1,1-1,3(%); Ca 0,5-0,7(%); Mg 0,3-0,45(%); S 0,25-0,40(%); Cl 0,5-0,7(%); B 15-25 1); Cu 5-8 (µg-1) dan Zn 12-18 (µg-(µg-1).

Pelepah kelapa sawit terbagi atas 3 bagian yaitu petiole (pangkal batang), Rachis (batang tempat munculnya daun) dan leaflets (daun). Sejak umur 4 tahun tanaman kelapa sawit menghasilkan 18-24 pelepah per tanaman per tahun. Pelepah kelapa sawit tumbuh dan berkembang selama 30 bulan. Pelepah kelapa sawit memiliki panjang 7-8 m dengan panjang petiole 1.5 m dan rachis 5.5-6.5 m. Jumlah biomassa yang diperoleh dari pelepah dapat diukur berdasarkan luas (lebar x ketebalan) dari petiole (Corley, 1971).

2.3 Dedak Padi

Menurut Damayanthi (2006), dedak merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi yang terdiri dari lapisan sebelah luar dari butiran padi dengan sejumlah lembaga biji, sementara bekatul adalah lapisan sebelah dalam dari butiran padi, termasuk sebagian kecil endosperm berpati. Karena alat penggilingan tidak memisahkan antara dedak dan bekatul, maka umumnya dedak dan bekatul ini bercampur menjadi satu yang disebut dengan dedak atau bekatul.

Peningkatan kandungan asam lemak dalam minyak akan menyebabkan minyak tengik. Semakin tinggi nilai FFA akan menyebabkan kualitas dari minyak dedak semakin rendah, ekstraksi minyak dedak menjadi kurang

(6)

9

ekonomis, dan pemurnian minyak dedak semakin sulit dilakukan (Danielski, 2005).

Pemeriksaan fisik dedak adalah dilakukan melalui baunya, bau tengik atau bau tidak normal pertanda dedak mulai rusak, bila berwarna coklat terang adalah baik tetapi bila sudah berwarna keputih-putihan atau kehijau-hijauan pertanda dedak itu sudah rusak (Rasyaf, 1990).

2.4 Studi Kelayakan

Proyek investasi pada umumnya membutuhkan dana yang tidak sedikit dan berpengaruh bagi perusahaan dalam jangka waktu yang panjang, karena itu perlu dilakukan studi kelayakan bisnis agar dana yang telah diinvestasikan tidak terbuang percuma. Studi kelayakan bisnis dapat diartikan sebagai penelitian tentang akan didirikan atau perluasan suatu proyek guna mengetahui apakah layak atau tidaknya proyek tersebut dilaksanakan atau menguntungkan. Studi kelayakan bisnis bila dilakukan secara professional akan dapat berperan penting dalam proses pengambilan keputusan investasi.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Sedangkan bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian Studi Kelayakan Bisnis (SKB) adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yanga akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Menurut Sunyoto (2014), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.

(7)

10 2.5 Pentingnya Analisis Kelayakan Usaha

Kasmir dan Jakfar (2007) mengatakan bahwa sebelum menjalankan suatu usaha, Studi Kelayakan Usaha penting dilakukan agar: (1) Menghindari resiko kerugian; (2) Memudahkan perencanaan; (3) Memudahkan pelaksanaan pekerjaan; (4) Memudahkan pengawasan serta; (5) Memudahkan pengendalian.

2.5.1 Menghindari resiko kerugian

perlu dilakukan melalui berbagai upaya karena memang ada berbagai kondisi ketidakpastian yang dapat ditemui dimasa datang. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan kemungkinan terjadinya dimasa yang akan datang. Tetapi upaya antisipatif yang tepat dapat mencegah perusahan mengalami kerugian, atau melakukan usaha yang tepat akan memberikan keuntungan.

2.5.2 Memudahkan perencanaan

yaitu meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan berbagai aktivitas yang perlu dilakukan. Melalui perencanaan tersebut dapat ditentukan berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi proyek akan dibangun, siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara, berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh serta, bagaimana mengawasinya agar tidak terjadi penyimpangan, atau kalau penyimpangan dapat memperbaikinya.

2.5.3 Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Dalam studi kelayakan, dapat diketahui bahwa bisnis dilaksanakan untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian maka langkah-langkah selanjutnya dapat lebih mudah ditentukan melalui perencanaan dan kemudian memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Dengan rencana yang baik, pelaksanaan akan lebih mudah dan efisiensi.

(8)

11 2.5.4 Memudahkan pengawasan

yaitu suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya suatu usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.

2.5.5 Memudahkan pengendalian

Dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka apabila terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan bisa dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai. Ibrahim (2009) menyatakan bahwa, begitu pentingnya perananan studi kelayakan usaha dilihat dari: (1) segi perbankan dan lembaga keuangan lainnya; (2) bagi penanam modal; (3) kegiatan kemasyarakatan; (4) segi pembangunan nasional.

2.6 Analisis Kelayakan Proyek

Menurut Gittinger (1986), proyek yang bergerak dibidang pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang modal yang dapat menghasilkan keuntungan dan manfaat lebih setelah beberapa periode.

Menurut Gittinger (1986), bahwa terdapat enam tujuan analisis finansial untuk proyek-proyek pertanian, yaitu :

1. Penilaian pengaruh finansial. Tujuan analisis finansial adalah menilai pengaruh-pengaruh proyek terhadap para petani, pengusaha swasta, dan umum, badan-badan pemerintah turut serta dalam proyek tersebut. 2. Penilaian penggunaan sumberdaya terbatas. Analisa kelayakan finansial

memberikan informasi mengenai penggunaan sumberdaya-sumberdaya suatu proyek.

(9)

12

3. Penilaian insentif (Penarik). Pengamatan secara finansial sangat dibutuhkan dalam penilaian insentif pada para petani, manajer, dan pemilik yang ikut dalam proyek.

4. Ketetapan suatu rencana pembelanjaan. Salah satu tujuan dasar analisa finansial adalah menghasilkan suatu rencana yang menggambarkan keadaan finansial dari berbagi proyek peserta proyek serta proyek itu sendiri. Rencana finansial adalah dasar untuk menentukan jumlah dan waktu pelaksanaan investasi dan penentuan tingkat pembayaran serta kemungkinan penambahan kredit untuk mendukung investasi yang ada. 5. Koordinasi kontribusi finansial. Rencana finansial mengikuti koordinasi

kontribusi finansial dari berbagai peserta proyek. Koordinasi tersebut dibuat dari dasar proyeksi seluruh finansial untuk proyek sebagai suatu keseluruhan.

6. Penilian kecakapan mengelola keuangan. Atas dasar proyeksi neraca finansial, khususnya untuk perusahaan-perusahaan besar dan kesatuan (entity) proyek, analisis dapat membuat penilaian tentang kerumitan pengelolaan finansial proyek dan kemampuan pimpinan dalam mengelola proyek.

2.7 Analisis Kelayakan Finansial

Menurut Husnan dan Suwarno (2000), analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek.

2.8 Biaya Produksi

Biaya produksi adalah semua pengeluaran ekonomis yang harus dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang. Untuk menghitung biaya produksi digunakan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2006).

Rumus Biaya :

(10)

13 Keterangan : TC = Biaya Total (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp)

VC = Biaya Variable (Rp)

2.8.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap atau tidak berubah dalam rentang waktu tertentu, berapapun besarnya penjualan atau produksi perusahaan (Kuswadi, 2005).

2.8.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Biaya tidak tetap adalah biaya yang dalam rentang waktu dan sampai batas-batas tertentu jumlahnya berubah-ubah secara proporsional (Kuswadi, 2005).

2.8.3 Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Biaya overhead pabrik adalah semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (Kuswadi, 2005).

2.8.4 Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan sebagai akibat pemanfaatan tenaga kerja dalam melakukan proses produksi pembuatan kompos.

2.9 Pendapatan

Menurut Soemarso (2003), Pendapatan adalah peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukkan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Rumus Pendapatan :

(11)

14 Keterangan: TR = Total Revenue

P = Price Q = Quantity

2.10 Revenue/Cost Ratio (R/C Ratio)

Revenue/Cost Ratio adalah merupakan perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya dengan rumusan sebagai berikut (Soekartawi, 2006).

Rumus R/C :

R/C = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 (𝐑𝐩)

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 (𝐑𝐩)

Jika R/C Ratio > 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan atau layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Selanjutnya jika R/C Ratio = 1, maka usaha berada pada titik impas (Break Event Point).

2.11 Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit/Cost Ratio merupakan alat analisa untuk mengukur tingkat kelayakan di dalam proses produksi usahatani. (Soekartawi, 2006).

Rumus B/C Ratio :

B/C = 𝐁

𝐂

Keterangan : B = Benefit (Keuntungan) C = Cost (Biaya)

Jika B/C Ratio > 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan atau prospek untuk dikembangkan. Jika B/C Ratio < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Selanjutnya jika B/C Ratio = 1 maka usaha berada pada titik impas (Break Event Point).

(12)

15 2.12 Break Event Point (BEP)

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan/profit. Berikut rumus untuk menghitung BEP (Soekartawi, 2006). Ada dua jenis perhitungan BEP, yaitu BEP Produksi dan BEP Harga.

BEP Produksi = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 (𝐑𝐩)

𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐉𝐮𝐚𝐥 (𝐑𝐩)

BEP Harga = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 (𝐑𝐩)

Referensi

Dokumen terkait

Dari output diagram path t test di atas menunjukkan hubungan antara variable laten kepemimpinan mempunyai hubungan yang signifikan dengan variable observed X26, X27

Mes- kipun di sisi yang lain, reaktualisasi filsafat Islam, khususnya dalam rangka reintegrasi keilmuan di perguruan tinggi Islam menjadi sangat krusial mengingat umat

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan teknik Product Moment dengan menggunakan program SPSS 15 for windows dapat di ketahui nilai korelasi (r) sebesar

elektronik terutama Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) sangat penting karena seiring dengan berkembang pesatnya teknologi informasi pengaruh alat pembayaran ini

Hal yang dapat disimpulkan tentang teori iklim kerja sebagai strategi manajemen dalam suatu lingkungan kerja yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

Desain penelitian yang dijadikan kerangka acuan dalam melakukan penelitian ini adalah two group pretest-posttest design.. Metode penelitian yang digunakan adalah

Melaksanakan  Algoritma  berarti  mengerjakan  langkah‐langkah  di  dalam  Algoritma  tersebut.  Pemroses  mengerjakan  proses  sesuai  dengan  algoritma  yang