• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Program Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Remaja Puteri Di SMPN 4 wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru Program Evaluation Preventing and Countermeasures Anemia Among Adolescent Girls In SMPN 4 District Health Office Banjarbaru Theresi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Evaluasi Program Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Remaja Puteri Di SMPN 4 wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru Program Evaluation Preventing and Countermeasures Anemia Among Adolescent Girls In SMPN 4 District Health Office Banjarbaru Theresi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Program Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Remaja Puteri Di SMPN 4 wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru

Program Evaluation Preventing and Countermeasures Anemia Among Adolescent Girls In SMPN 4 District Health Office Banjarbaru

Theresia Villa Anggreini1, Husaini2, Ratna Setyaningrum3, Rudi Fakhriadi4, Dian Rosadi5 1

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 2

Departemen Kesehatan Lingkungan 3

Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja 4

Departemen Epidemiologi 5

Departemen Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Email: theresiav7@gmail.com

Abstrak

Provinsi Kalimantan Selatan terbagi menjadi 13 Kabupaten/Kota dengan jumlah remaja puteri tingkat SLTP sebanyak 161.354 remaja puteri dan 17.739 remaja puteri mendapatkan TTD berarti ada 10,99% remaja di provinsi Kalimantan Selatan menerima TTD. Prevelensi anemia remaja puteri di Kota Banjarbaru sebelum pemberian TTD sebanyak 58,75 menjadi 26,17% sesudah pemberian TTD, hal ini menunjukan sudah tercapainya target penurunan anemia sebesar 32,58%. Sekolah yang mendapatkan tablet tambah darah antara lain, SMPN 5, SMPN 9, SMPN 8, SMPN 3, SMPN 4 dan SMPN 10 Banjarbaru. Diantara keenam sekolah tersebut SMPN 10 Banjarbaru merupakan sekolah yang memiliki penurunan angka kejadian anemia dari 138 siswi atau 75% menjadi 43 siswi atau 23,37% dan SMPN 4 Banjarbaru merupakan sekolah yang memiliki penurunan paling rendah dari sekitar 82,4% atau 178 siswi yang mengalami anemia setelah diberikan tablet tambah darah masih ada 142 siswi atau 65,74% yang mengalami anemia. Penelitian ini adalah untuk melakukan Evaluasi Program berdasarkan input, proses dan output. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian yang berfokus pada pengalaman, interprestasi serta makna hidup seseorang yang mengalaminya. Pada penelitian ini, desain yang digunakan adalah desain grounded theory dengan informan berjumlah 7 orangdan keabsahan data penelitian cara credibility melalui triangulasi (sumber, waktu dan metode) dan dependabilitas. Analisis data dengan data reduction, dan data display. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krangnya capaian program pencegahan dan penanggulangan anemia remaja di SMPN 4 Banjarbaru disebabkan kurangnya pengawasan dari guru Pembina UKS dalam konsumsi TTD yang telah dibagikan.

Kata kunci : anemia, remaja puteri, evaluasi

Abstract

(2)

informants and validity of research data of credibility way through triangulation (source, time and method) and dependability. Data analysis with data reduction, and display data.

The results showed that the lack

of achievement of prevention and prevention programs of adolescent anemia in SMPN 4 Banjarbaru due

to lack of supervision from teachers UKS coach in consumption TTD has been distributed.

Key words: anemia, adolescent girls, evaluation

PENDAHULUAN

Menurut laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional Tahun 2013 menjabarkan prevalensi anemia dari 33 provinsi yang diketahui bahwa sebanyak 20 provinsi memiliki angka prevalensi anemia yang lebih besar daripada angka rata-rata Indonesia, salah satunya Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 10.9% (3). Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan mulai tahun 2013 mulai menyelenggarakan program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada remaja putri tingkat SMP, pada awalnya hanya empat kabupaten yang dijadikan percontohan. Memasuki tahun 2104 program ini dijalankan di seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten. Provinsi Kalimantan Selatan terdapat 13 Kabupaten/Kota yang masing-masing Kabupaten/Kota mendapatkan distribusi TTD sebanyak 1.200 kecuali Kabupaten Banjar, Barito kuala dan Kota Banjarmasin sebanyak 1.700, 1.239 dan 2.800 tablet tambah darah. Sehingga pada tahun 2015 terdapat 17.739 remaja puteri yang mendapat tablet tambah darah atau 10,99% dari jumlah remaja puteri tingka SLTP di Kalimantan Selatan (161.354 remaja puteri 10-14 tahun). Dari 17.739 remaja puteri yang mendapatkan tablet tambah darah, ternyata terdapat 5.021 siswi yang menderita Anemia, sehingga prevelensi anemia remaja di Kalimantan Selatan masih cukup tinggi yaitu sebesar 29,13% (5). Kabupaten/kota yang memiliki masalah anemia remaja puteri tertinggi adalah kota Banjarbaru. Dari Laporan Pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan Anemia ada Remaja Putri pada Tahun 2015 pada pemeriksaan Hb tahap I ditemukan sebesar 58,75% atau 705 siswi dari 1.200 siswi yang mendapatkan tablet tambah darah mengalami anemia. Setelah diberikan tablet tambah darah kemudian dilakukan pemeriksaan Hb tahap kedua dan ditemukan sebesar 26,17% atau 314 siswi yang mengalami anemia. Artinya terjadi penurunan angka kejadian anemia remaja setelah pemberian tablet tambah darah sebesar 32,86% (6). Sekolah yang mendapatkan tablet tambah darah antara lain, SMPN 5, SMPN 9, SMPN 8, SMPN 3, SMPN 4 dan SMPN 10 Banjarbaru. Diantara keenam sekolah tersebut SMPN 10 Banjarbaru merupakan sekolah yang memiliki penurunan angka kejadian anemia dari 138 siswi atau 75% menjadi 43 siswi atau 23,37% dan SMPN 4 Banjarbaru merupakan sekolah yang memiliki penurunan paling rendah dari sekitar 82,4% atau 178 siswi yang mengalami anemia setelah diberikan tablet tambah darah masih ada 135 siswi atau 62,5% yang mengalami anemia. Dari data tersebut bisa terlihat adanya perbedaan perubahan yang signifikan. Berdasarkan latar belakang perlu dilakukan penelitian tentang Evaluasi Program Pencegahan Anemia Remaja Puteri di SMPN 4 Banjarbaru wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru.

METODE

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian yang berfokus pada pengalaman, interprestasi serta makna hidup seseorang yang mengalaminya. Pada penelitian ini, desain yang digunakan adalah desain grounded theory, dimana peneliti ingin meneliti beberapa individu yang semuanya telah mengalami aktivitas, interaksi, atau proses dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif melalui studi dokumentasi dan wawancara mendalam. Penentuan responden penelitian dilakukan secara dengan pertimbangan bahwa subjek adalah sekelompok orang yang memiliki informasi yang dibutuhkan, juga merupakan sekelompok orang yang independen secara kepentingan penelitian dan akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi yang diteliti (7). Informan dalam penelitian terdiri dari Kepala Seksi Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Petugas puskesmas wilayah SLTP yang diteliti, Guru Pembina UKS SMPN 4 Banjarbaru, Siswi SMPN 4. Meningkatkan keabsahan data penelitian dapat dilakukan dengan cara credibility melalui triangulasi (sumber, waktu dan metode) dan dependabilitas (7). Analisis data menurut Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (1992) yaitu data reduction, datadisplay, dan conclusion drawing/verification (8).

HASIL DAN PEMBAHASAN

(3)

A. Input

1. Sumber Daya Manusia

Menunjukkan belum aktifnya guru pembina UKS SMPN 4 Banjarbaru yang seharusnya merupakan pihak sekolah yang bertanggung jawab memantau serta mengingatkan siswi untuk mengonsumsi tablet tambah darah yang telah dibagikan. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:

“Saya sebagai guru dan penanggung jawab UKS ga bisa mengingatkan terus mba, lagi pula saya mengajar. Jadi untuk waktunya sendiri kalo untuk mengingatkan ke satu persatu murid agak susah, cuman kadang waktu upacara diingatkan mba”

Belum adanya pelatihan yang diberikan Dinas Kesehatan Provinsi, pelatihan hanya diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru kepada pihak puskesmas dan guru-guru pembina UKS. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:

“kalo pelatihan sih ga ada, peremuan-pertemuan aja. Kalo pelatihannya tu ada kemaren untuk guru sama petugas puskesmas.”

Menurut Buku Pedoman Penanggulan dan Pencegahan Anemia Remaja Puteri dan Wanita Usia Subur tahun 2015 Petugas Dinas Kesehatan untuk program ini merupakan staf bagian kesehatan dasar yang sebelumnya sudah mendapatkan materi serta pelatihan dari Dinas Kesehatan Provinsi. Namun menurut petugas Dinas Kesehatan tidak pernah mendapatka pelatihan dari Dinas Kesehatan Provinsi (33).

2. Pembiayaan

Menunjukkan bahwa tidak mengalami kekurangan dana operasional alokasi dana yang diberikan pada masing-masing program sudah mencukupi dana yang diperlukan. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:

ya, alhamdulilah sesuai aja. pembiayaannya kan ada dari APBD kota dan provinsi

Pembiayaan yang cukup dalam program kesehatan remaja ini mempengaruhi turunnya angka kejadian anemia pada remaja puteri.

3. Bahan

Menunjukan bahan yang digunakan dalam program pencegahan dan penanggulangan adalah materi penyuluhan dengan media video sudah sesuai dengan standar yang disampaikan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru. Selain materi penyuluhan bahan dalam program ini adalah Tablet Tambah Darah (TTD). Menunjukan TTD yang sudah sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan standar TTD dari WHO. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:

“Tablet tambah darah tablet salut, banyaknya tiap anak dapat 30 tablet yang di konsumsi dihabiskan dalam 3 bulan. Yang wajib itu remaja itu mengonsumsi 10 biji dalam sebulan, ini sesuai lawan surat edaran waktu kegiatan dilakasnaakan”

Tablet tambah darah menurut WHO adalah suplemen zat besi yang mengandung 60 mg dan 0,25 mg asam folat. TTD bila diminum secara teratur dan sesuai aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi. Dosis dan cara pemberian TTD, pada WUS dianjurkan inum TTD secara rutin dengan dosis 1 tablet setia minggu dan 1 tablet setiap hari pada masa haid (34).

4. Metode

Menunjukan belum maksimalnya penyuluhan terkait anemia pada remaja dan konseling mengenai gizi, penyuluhan di laksanakan oleh pihak dinas kesehatan yang sebelumnya seharusnya sudah mendapatkan pelatihan tentang materi penyuluhan pencegahan anemia pada remaja puteri karena tidak adanya pelatihan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi. Selain penyuluhan pihak Dinas Kesehatan melakukan pemeriksaan Hb siswi. Pemeriksaan dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, pemeriksaan pertama dilakukan sebelum siswi mengonsumsi TTD dan pemeriksaan kedua setelah siswi mendapatkan TTD. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:

jadi semalam itu pemeriksaan Hb siswi dua kali dilakukan, pertama pas kami datang sebelum dibagikan TTD dan pemeriksaan kedua tu tiga bulan setelah TTD diberikan ke siswa”

Pemeriksaan Hb dilaksanakan sebelum dan sesudah pemberian TTD dengan tujuan mengetahui perubahan tingkat kejadian anemia sebelum dan sesudah konsumsi TTD sesuai arahan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

5. sarana/prasarana

(4)

pembagian tablet tambah darah untuk tempat dilakukannya penyuluhan sehingga kegiatan yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana semua nya menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:

pihak sekolah yang menyiapkan seperti ruangan, laptop, lcd, pengeras suaraB. Proses

1. Perencanaan

Menunjukan adanya koordinasi lintas sektor antara Dinas Kesehatan dan Pendidikan yang sudah sesuai sehingga sekolah yang menjadi sasaran program diambil secara acak untuk memenuhi arahan Dinas Kesehatan Provinsi sebanyak 1.200 anak yang mendapatkan TTD dalam program pencegahan dan penanggulangan anemia. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:

semalam itu arahan Dinas Kesehatan Provinsi kami disuruh melaksanakan program pemberian TTD dengan memeriksa sebelum dan sesudah konsumsi TTD kepada 1.200 siswi tingkat SLTP….. sekolah tuh acak aja, kami ambil sample. Yang diminta kan Banjarbaru ada 1.200 remja yang di periksa kadar Hb nya jadi kami tetapkan sekolah sampai memenuhi 1.200 remaja tu

Menunjukan bahwa Dinas Kesehatan Kota sudah menyediakan bahan pedoman/petunjuk pelaksanaan program bagi petugas yang ikut serta dalam program, mempersiapkan materi penyuluhan yang akan di berikan kepada siswi untuk meningkatkan pengetahuan terhadap kejadian anemia yang sudah menginguti arahan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:

“untuk pedoman program intinya menginguti arahan pihak Dinas Kesehatan Provinsi dan menyesuaikan permenkes”

Kegiatan yang dilaksanakan menginguti arahan serta Permenkes yang ada. Permenkes yang di pakai adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 tentang standar TTD bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil. Menujukan penetapan jadwal sudah sesuai dengan koordinasi pihak puskesmas maupun sekolah.

2. Pelaksanaan

Menunjukan sudah sesuai nya pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan serta dilaksanakannya konseling gizi bagi remaja puteri yang mengalami anemia. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:

“yang Hbnya rendah ya yang anemia. Hb nya misalnya 9. Itu yang di nasihati untuk makan makanan yang bisa menaikan Hb, istirahat cukup.

Konseling masalah gizi remaja puteri kepada petugas kesehatan. Selain melakukan penyuluhan Dinas Kesehatan di damping pihak puskesmas melakukan konseling gizi kepada siswi yang memiliki kadar Hb <12 (Anemia).

Menunjukan belum terlaksananya pemeriksaan berkala kadar Hb siswi yang diberikan Tablet Tambah Darah minimal 1 (satu) tahun sekali namun pemberian rutin Tablet Tambah Darah (TTD) tiap 7 bulan sekali, pada saat pembagian di jelaskan petunjuk penggunaan TTD yang selanjutnya dilaksanakan secara mandiri tetap dilaksanakan. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:

Ini tergantung anggaran pang, untuk tahun 2016 dan 2017 kami melakukan pembagain TTD aja tanpa melakuan pemeriksaan terebih dulu dan pemeriksaan sesudah mengonsumsi. Karena kalo kami anggarkan seperti itu jadinya kada semua sekolah yang dapat.”

Berdasarkan kutipan wawancara dapat disimpulkan kegiatan pemeriksaan tidak dilakukan setiap tahun namun TTD tetap rutin dibagikan dengan alasan agar semua sekolah menerima distribusi TTD. Untuk pemberian TTD rutin dilaksanakan namun pada saat ini pihak Dinas hanya memberikan stok TTD ke Puskesmas sesuai dengan jumlah siswa yang ada diwilayah puskesmas tersebut tanpa melakukan pemeriksaan sebelum dan sesudah konsumsi TTD. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan: “ga ada mba, pihak dinas sekarang mengedrop tablet aja kami yang membagi kesekolah sesuai banyak siswanya

C. Output

Menunjukan tidak adanya penilaian untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja puteri terhadap kejadian anemia. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:

kada ada pang, sekedar penyuluhan aja. Paling umpan balik aja, jadi habis kita penyuluhan kita adakan tanya jawab, keliatan jua lo disitu siswa tu paham atau kada tentang penyuluhannya. Ya jadi tanya jawab aja kada tertulis.”

(5)

penurunan prevelensi anemia remaja puteri target penurunan hingga 20% tingkat Provinsi namun menunjukan tercapainya penurunan 32,58% di tingkat Kota.

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia cakupan distribusi dan konsumsi TTD pada remaja puetri tingkat nasional minimal 10% remaja puteri yang menerima TTD. Provinsi Kalimantan Selatan terbagi menjadi 13 Kabupaten/Kota dengan jumlah remaja puteri tingkat SLTP sebanyak 161.354 remaja puteri dan 17.739 remaja puteri mendapatkan TTD berarti ada 10,99% remaja di provinsi Kalimantan Selatan menerima TTD. Kota Banjarbaru memiliki 23 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 13 SLTP merupakan sekolah negeri dan 10 SLTP merupakan sekolah swasta. Jumlah seluruh siswa SLTP di Banjarbaru sebanyak 8.742 dimana adalah siswa peteri. Hal ini ini menunjukan remaja puteri yang mendapatkan program pencegahan dan penanggulangan anemia sudah mencukupi cakupan program pemberian TTD sebanyak 13,73% remaja di Kota Banjarbaru (Dinkes Provinsi).

Program pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja puteri sesuai dengan peraturan menteri kesehatan tujuannya adalah menurunnya prevelensi anemia remaja puteri. Target penurunan angka prevalensi anemia pada remaja puteri hingga 20% yang nantinya akan mengurangi angka kematian ibu dan anak. Prevelensi anemia remaja puteri di Provinsi Kalimantan Selatan masih cukup tinggi yaitu sebesar 29,13% sebelum pemberian TTD dan menurun menjadi 13,64%, hal ini menunjukan belum tercapainya target capaian tingkat provinsi. Prevelensi anemia remaja puteri di Kota Banjarbaru sebelum pemberian TTD sebanyak 58,75 menjadi 26,17% sesudah pemberian TTD, hal ini menunjukan sudah tercapainya target penurunan anemia sebesar 32,58%.

Menunjukan rendahnya konsumsi TTD di SMPN 4, kurangnya kepatuhan konsumsi TTD disebabkan oleh berbagai persepsi siswi mengenai rasa dan efek samping dari konsumsi TTD dan kurang aktifnya guru Pembina UKS dalam melakukan pengawasan dan pendampingaan. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:

mereka itu kebanyakan ga diminum, dengan alasan ya itu tadi ada yang mual-mual yakan… kemudian ada yang susah tidur malam katanya kayak gitu, kemudian apa… ya banyak lah pokoknya keluhan anak anak seperti itu

Hal ini di dukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Susiloningtias yang mengatakan pemberian zat besi secara oral dapat menimbulkan efek samping pada saluran gastrointestinal pada sebagian orang, seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan diare. Frekuensi efek samping ini berkaitan langsung dengan dosis zat besi (68).

Keaktifan guru Pembina UKS juga menjadi salah satu hal yang berpengaruh terhadap capaian penurunan angka anemia remaja puteri, karena metode konsumsi TTD yang dilakukan guru dapat menjadi motivasi kepatuhan remaja puteri untuk konsumsi TTD secara rutin dan sesuai aturan (69). Hal ini di sampaikan oleh guru Pembina UKS yang memiliki metode berbeda dalam pemberian TTD, guru Pembina UKS secara aktif menjadwalkan konsumsi TTD semua remaja puteri yang ada di sekolah nya:

ya peran saya istilahnya, saya tetap sebagai pembantu atau pendamping agar anak anakdipastikan untuk minum obat tablet tambah darah. Jadi sebagai pendamping sekaligus pengawas lah istilahnya lah. Bukan cuman mengingatkan bukan, obat nya tuh saya yang bawa terus snack bar nya saya yang bawaterus saya yang bagikan tiap hari sesuai jadwal. Untuk diminum ditempat tiap anak 2 hari satu kali. Jadi pasti minum obat nya anak anak heheh…”

Berdasarkan kutipan wawancara dapat disimpulkan guru SMPN 10 lebih aktif untuk mengawasi serta mendampingi remaja puteri untuk konsumsi TTD, dengan cara menjadwalkan secara rutin dan meminum langsung di sekolah dapat meningkatkan kepatuhan remaja puteri untuk konsumsi TTD secara rutin dan sesuai aturan. Berbeda dengan guru Pembina UKS SMPN 4 yang mengatakan adanya kendala dalam pengawasan serta pendampingan konsumsi TTD remaja puteri :

Ada sih waktu pertemuan sebelum kegiatan pembagian itu ditayangkan video contoh guru yang sukses menurunkan anemia dengan cara minum bersama misalnya, mungkin itu salah satu cara Dinas Kesehatan memotivasi guru untuk mencontoh dari tayangan tersebut. Jadi melihat tayangan itu ya saya kagum juga soalnya Pembina UKS nya itu bapak-bapak malahan. Jadi teknik yang digunakan itu dengan tiap hari anak anak dipanggil, dipanggil disuruh minum didepan diabsen guru gitu, cuman saya bilang kalo saya nginguti kapan saya masuk kelas mengajar. Nah seandainya saya hanya khusus mengelola UKS tidak ada kegiatan apa apa mungkin bisa saya lakukan

(6)

Untuk guru pembina UKS SMPN 10 sendiri lebih mudah melaksanakan metode minum TTD bersama karena guru pembina UKS adalah guru olahraga di sekolah tersebut.

Dari hasil wawancara kepada kedua guru penanggung jawab UKS dapat dilihat ada perbedaan dalam keaktifan dalam mengingatkan dan mengawasi remaja puteri untuk rutin mengonsumsi TTD, sehingga berdampak pada ketaatan konsumsi TTD :

kada pernah ulun minum ka sekali tu aja pas setelah pemeriksaan, habis nya tu kada ingat lagi minum” Berdasarkan hasil wawancara siswi SMPN 4 dapat disimpulan ketidak taatan konsumsi TTD akibat dari kurang nya pengawasan dari pihak guru. Tablet Tambah Darah yang dikonsumsi secara rutin satu tablet tiap minggu dan tiap hari pada saat menstruasi mampu menaikan Hb seorang remaja puteri yang rentan mengalami anemia.

SIMPULAN

Hasil evaluasi program penanggulan dan pencegahan anemia aspek input, proses dan output. 1. Aspek Input

a. sumber daya manusia

Menunjukkan belum aktifnya guru pembina UKS SMPN 4 Banjarbaru yang seharusnya merupakan pihak sekolah yang bertanggung jawab memantau serta mengingatkan siswi untuk mengonsumsi tablet tambah darah yang telah dibagikan. Belum adanya pelatihan yang diberikan Dinas Kesehatan Provinsi, pelatihan hanya diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru kepada pihak puskesmas dan guru-guru pembina UKS.

b. Pembiayaan

Menunjukkan bahwa tidak mengalami kekurangan dana operasional alokasi dana yang diberikan pada masing-masing program sudah mencukupi dana yang diperlukan.

c. Bahan

Menunjukan bahan yang digunakan dalam program pencegahan dan penanggulangan adalah materi penyuluhan dengan media video dan TTD yang sudah sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan standar TTD dari WHO.

d. Metode

Menunjukan belum maksimalnya penyuluhan terkait anemia pada remaja dan konseling mengenai gizi, penyuluhan di laksanakan oleh pihak dinas kesehatan yang sebelumnya seharusnya sudah mendapatkan pelatihan tentang materi penyuluhan pencegahan anemia pada remaja puteri karena tidak adanya pelatihan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi. Pemeriksaan Hb dilaksanakan sebelum dan sesudah pemberian TTD dengan tujuan mengetahui perubahan tingkat kejadian anemia sebelum dan sesudah konsumsi TTD sesuai arahan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

e. Sarana/prasarana

Sarana penunjang keberhasilan program yang dilakukan adalah alat yang dipakai untuk membantu kelancaran program seperti laptop, LCD, dan microphone, alat untuk memeriksa Hb, sementara prasarana yang digunakan adalah ruang kelas di beberapa sekolah yang dipilih untuk menerima pembagian tablet tambah darah untuk tempat dilakukannya penyuluhan sehingga kegiatan yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana semua nya menjadi tanggung jawab pihak sekolah.

2. Aspek Proses

a. Perencanaan

Menunjukan adanya koordinasi lintas sektor antara Dinas Kesehatan dan Pendidikan yang sudah sesuai sehingga sekolah yang menjadi sasaran program diambil secara acak untuk memenuhi arahan Dinas Kesehatan Provinsi. Menunjukan bahwa Dinas Kesehatan Kota sudah menyediakan bahan pedoman/petunjuk pelaksanaan program bagi petugas yang ikut serta dalam program, mempersiapkan materi penyuluhan yang akan di berikan kepada siswi untuk meningkatkan pengetahuan terhadap kejadian anemia yang sudah menginguti arahan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 tentang standar TTD. Menujukan penetapan jadwal sudah sesuai dengan koordinasi pihak puskesmas maupun sekolah.

b. Pelaksanaan

(7)

tahun sekali namun pemberian rutin Tablet Tambah Darah (TTD) tiap 7 bulan sekali, pada saat pembagian di jelaskan petunjuk penggunaan TTD yang selanjutnya dilaksanakan secara mandiri tetap dilaksanakan.

3. Aspek Output

Menunjukan tidak adanya penilaian untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja puteri terhadap kejadian anemia. Menunjukan tercapainya capaian distribusi dan konsumsi TTD pada remaja puteri yang melebihi 10% tingkat provinsi Kalimantan Selatan dan Kota Banjarbaru. Menunjukan belum tercapainya tujuan penurunan prevelensi anemia remaja puteri target penurunan hingga 20% tingkat Provinsi namun menunjukan tercapainya penurunan 32,58% di tingkat Kota. Menunjukan rendahnya konsumsi TTD di SMPN 4, kurangnya kepatuhan konsumsi TTD disebabkan oleh berbagai persepsi siswi mengenai rasa dan efek samping dari konsumsi TTD dan kurang aktifnya guru Pembina UKS dalam melakukan pengawasan dan pendampingaan.

SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Dinas Kesehatan lebih meningkatkan program pencegahan dan penanggulangan anemia remaja puteri dengan mengevaluasi kegiatan penyuluhan dengan pretest dan posttest dan melakukan kegiatan pemeriksaan Hb remaja puteri secara rutin dan melakukan pelatihan kepada Pihak Dinas Kota agar optimalnya hasil atau capaian yang didapatkan.

2. Bagi Puskesmas lebih meningkatkan program kesehatan remaja seperti penyuluhan terkait anemia dan berperan aktif dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan anemia remaja puteri.

3. Bagi SMPN 4 Banjarbaru mempertimbangkan pemilian guru Pembina UKS agar kegiatan yang berakaitan UKS akan lebih terlaksana, lebih meningkatkan keaktifan guna mendukung program kesehatan remaja.

4. Bagi penelitian selanjutnya dapat meneliti efektifitas pemberian TTD ataupun variabel berbeda seperti pemberian vitamin C serta makanan tambahan dengan menggunakan metode kuantitatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013.

2. Kementian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Kesehatan, 2013.

3. Mariana W Dan Nur K. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di Smk Swadaya Wilayah Kerja Puskesmas Karangdoro Kota Semarang Tahun 2013. Jurnal Kebidanan, 2013; 2(4).

4. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2015.

5. Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru. Laporan Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Puteri, 2015.

6. Rachmaniar Py. Evaluasi Program Perbaikan Gizi Pada Balita Bawah Garis Merah (Bgm) Di Wilayah Kerja Puskesmas Landasan Ulin. Skripsi. Banjarbaru : Universitas Lambung Mangkurat, 2015.

7. Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru. Buku Pedoman Penanggulan Dan Pencegahan Anemia Remaja Puteri Dan Wanita Usia Subur Tahun 2015.

Referensi

Dokumen terkait

PENGEMBANGAN PRODUK EKSTRAK BAHAN AKTIF YANG MENGANDUNG SENYAWA OLIGORESVERATROL DARI TUMBUHAN MERANTI SEBAGAI OBAT KANKER 5.. Bidang Teknik Invensi : Obat-obatan (Therapeutics)

Strategi ini memberikan langkah-langkah yang memudahkan bagi pihak manajemen Asuransi JIwasraya dalam menjangkau konsumen yang luas, menentukan pasar potensial yang

Secara teoritis, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan konstruksi kekuatan agama dan kearifan lokal masyarakat Kasongan Bantul Yogyakarta yang mampu mendorong

Degradasi methanil yellow 6 mg/L secara fotolisis dengan penambahan 0,1000 g TiO 2 anatase optimum pada pH 5 dengan persentase degradasi mencapai 80,99% setelah 90 menit

kepada wakilnya. Pada kondisi ini Gubernur yang pada saat itu ditahan dan dinonaktifkan sementara. Gubenur Syamsul Arifin masih ditahan sekitar 2 atau 3 bulan

Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “Aplikasi integral dalam bidang teknik pertanian

Peneliti menggunakan data ini untuk memperoleh langsung data tentang sistem pendidikan pondok pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, data tentang upaya yang

dari penelitian ini yaitu: 1) perlu diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran IPA sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas