• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Gangguan Kepribadian Dramatis Menggunakan Metode Learning Vector Quantization (LVQ)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Identifikasi Gangguan Kepribadian Dramatis Menggunakan Metode Learning Vector Quantization (LVQ)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

3103

Identifikasi Gangguan Kepribadian Dramatis Menggunakan Metode

Learning Vector Quantization

(LVQ)

M Kevin Pahlevi1, Budi Darma Setiawan2,Tri Afirianto3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1kevinplevi@gmail.com, 2s.budidarma@ub.ac.id, 3tri.afirianto@ub.ac.id

Abstrak

Gangguan kepribadian salah satu masalah kesehatan yang dialami dan dirasakan oleh masyarakat. Kelompok B atau yang disebut dramatis lebih sering terjadi dikarenakan tingkat bunuh diri yang masih meningkat, akses media sosial yang tinggi, masih terjadi tawuran dan kasus bully dimana-mana, lalu banyak fenomena tentang orang yang ingin mencuri perhatian dengan tampilan fisik atau gaya bahasa yang tidak biasa, hal ini dapat meningkatkan resiko masyarakat terkena gangguan kepribadian khususnya kelompok dramatis. Penelitian ini mencoba mengidentifikasi gangguan kepribadian dramatis. Gangguan kepribadian dramatis ini dibagi kedalam 4 kelas. Metode yang digunakan adalah

Learning Vector Quantization. Data didapatkan dari kuisioner dengan menggunakan 32 parameter dan berhasil mendapatkan data sebanyak 90 data. Peneilitan ini melakukan 4 skenario pengujian yang menghasilkan nilai learning rate 0,2, pengali learning rate 0,4, minimum learning rate 0,001 dan data latih sebesar 60. Hasil akurasi yang didapatkan sebesar 70%.

Kata kunci: gangguan kepribadian, klasifikasi, learning vector quantization

Abstract

Personality disorder is one of the health problems experienced and felt by the community. Group B or so-called dramatic is more common due to increased suicide rates, high social media access, still happening brawl and bullying all over, then many phenomena about people who want to steal attention with a physical look or style of language that is not commonly, this can increase the risk of people affected personality disorders, especially the dramatic group. This study try to identify dramatic personality disorders. This dramatic personality disorder is divided into 4 classes. The method used is Learning Vector Quantization. Data obtained from questionnaires using 32 parameters and managed to get data as much as 90 data. This research conducts 4 test scenarios that result in a learning rate of 0.2, a multiplier learning rate of 0.4, a minimum learning rate of 0.001, and a training data of 60. The result of accuracy is 70%.

Keywords: personality disorder, classification, learning vector quantization

1. PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan hal yang terpenting bagi manusia dalam kehidupan, kesehatan sendiri dibedakan menjadi kesehatan tubuh dan kesehatan jiwa, kesehatan yang susah dirasakan adalah kesehatan jiwa atau mental. Manusia sendiri merasa bahwa mereka sehat sehat saja soal kejiwaan dan salah satu contoh hal yang dapat merusak kesehatan jiwa adalah gangguan kepribadian.

Gangguan Kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental di mana penderita dalam berpikir, memahami situasi, dan

berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi. penderita gangguan kepribadian tidak jarang memiliki kesulitan dalam menjalin berhubungan sosial dengan orang di lingkungan rumah, sekolah, bisnis, atau pekerjaan yang menjadi terbatas. Bahkan dapat menyebabkan depresi yang dapat memicu bunuh diri

(2)

pelaku perkelahian atau tawuran, dan sebanyak 449 anak yang menjadi pelaku kekerasan di sekolah atau bulliying. Menurut hasil survei terhadap Data Statistik Pengguna Internet Indonesia tahun 2016 yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) didapatkan bahwa sebanyak 132,7 juta jiwa masyarakat indonesia menjadi pengguna aktif internet atau sekitar 51,5% dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 256,2 juta. Dan konten sosial media yang paling banyak dikunjungi adalah sosial media Facebook sebesar 71,6 juta pengguna atau 54% dan yang kedua adalah sosial media Instagram mencapai 19,9 juta pengguna atau sebesar 15%. Hal ini dapat meningkatkan resiko masyarakat Indonesia terkena gangguan kepribadian narsistik.

Indonesia berada pada peringkat delapan kasus bunuh diri terbanyak di Asia Tenggara. Dari data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2016, kasus bunuh diri di Indonesia telah mencapai 3,7% per 100.000 penduduk. Hal ini dapat di simpulkan bahwa masih ada masyarakat Indonesia yang beresiko mengalami gangguan kepribadian borderline atau ambang, Kemudian masih banyak fenomena sosial mengenai masyarakat yang ingin mencuri perhatian dengan tampilan fisik atau gaya bahasa yang tidak biasa yang merupakan ciri dari gangguan kepribadian histrionik.

2. LANDASAN KEPUSTAKAAN

2.1. Kajian Pustaka

Sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang topik gangguan kepribadian, salah satunya dengan judul “Aplikasi Diagnosa Gangguan Kepribadian” yang dilakukan oleh Ichsan Taufik. Pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode forward chaining dalam sistem pakar untuk mendiagnosa gangguan kepribadian ke dalam 10 kelas. Hasil penelitian ini sistem dapat membantu pengguna dalam mengenai diagnosa gangguan kepribadian serta memberikan gejala serta solusi yang baik(Taufik,2014).

Di era yang semakin maju dalam hal teknologi ini, teknik pengklasifikasian pun dapat dilakukan oleh komputer dengan menggunakan metode-metode yang berbagai macam. Teknik

Learning Vector Quantization atau LVQ adalah salah satunya. Metode ini telah di gunakan di penilitian dengan judul “Identifikasi Penyakit

Kulit Berdasarkan Kombinasi Segmentasi Warna Dan Analisis Tekstur Dengan Deteksi Binary Large Object (Blob) Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan-Learning Vector Quantization”. Hasil yang diberikan

memberikan rata-rata akurasi pada pelatihan sebesar 92,23% dan pada pengujian sebesar 41,42%, (Prabahata,2012).

Kemudian penelitian dengan judul “Klasifikasi Risiko Hipertensi Menggunakan Metode Learning Vector Quantization (LVQ)”.

Objek dari penelitian ini adalah penyakit hipertensi. Dalam peneletian ini dihasil beberapa nilai optimal yaitu 0,1 untuk learning rate, 0,2 untuk pengali learning rate, 6 untuk maksimum

epoch, 0,001 untuk minimum alpha, dan rata-bahwa kepribadian merupakan keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri yang kas dan prilaku seseorang. Pola yang dimaksud adalah sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu dilakukan secara terus-menerus dan sudah menjadi kebiasaan.

2.2.2. Pengertian Gangguan Kepribadian Gangguan Kepribadian pada buku PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi. Hanya sifat kepribadian yang dirasa mengganggu dirinya sendiri dan orang sekitar maka dapat dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian. Setiap individu memiliki kepribadian yang ditentukan oleh bagaimana cara mereka berpikir, merasakan, dan berperilaku.

2.2.3. Macam Gangguan Kepribadian

Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder edisi 4), aksis II, gangguan kepribadian ini dibagi menjadi 3 kelompok, yang pertama yaitu gangguan kepribadian kelompok A atau disebut kelompok aneh. Jenis-jenis yang terdapat pada kelompok ini adalah:

(3)

cenderung aneh, cara bicara yang tidak wajar, memiliki imajinasi yang tinggi dan sering berkhayal misalnya dirinya mempunyai kekuatan super yang tidak orang lain miliki. Dan lebih memilih menghindari dari sosial karena kerap merasa cemas.

b) Gangguan kepribadian skizoid. Penderita akan merasa susah dalam menjalani hal apapun dalam kehidupannya, cenderung tidak peduli ketika orang lain mengkritik atau bahkan memuji mereka, tidak tertarik dalam menjalin hubungan dengan lainnya dan lebih memilih menyendiri.

c) Gangguan kepribadian paranoid. Penderita akan mengalami kecurigaan yang berlebihan dan ketidakpercayaan terhadap orang lain, bahkan pada orang terdekat mereka seperti pasangan mereka, mereka juga merasa takut dimanfaatkan oleh orang lain.

Kelompok gangguan kepribadian yang 2 adalah kelompok B atau disebut kelompok dramatis. Jenis-jenis yang terdapat pada kelompok ini adalah:

a) Gangguan kepribadian ambang(borderline). Penderita ini terkadang memiliki niatan untuk menyakiti diri sendiri, perubahan emosi yang tidak menentu.

b) Gangguan kepribadian antisosial. Orang yang menderita kondisi ini sering mengabaikan norma-norma sosial di sekitar dan tidak punya rasa simpati terhadap orang lain, tidak mempunyai penyesalan terhadap perbuatan mereka yang lakukan.

c) Gangguan kepribadian narsistik. Penderita akan merasa sangat percaya diri dan yakin bahwa dirinya lebih unggul dibandingankan orang lain, terlalu berharap akan pujian orang lain. Mereka terlalu membanggakan dan melebih-lebihkan prestasi yang mereka dapatkan dan membuat orang lain mengetahuinya.

d) Gangguan kepribadian histrionik. Penderita ini terlalu memikirkan penampilannya, berperilaku dramatis dalam berbicara, selalu mencari perhatian terhadap sekitar, dan merasa hubungan dengan orang lain lebih dari sekedar teman padahal orang lain tidak merasa begitu.

Kelompok gangguan kepribadian ketiga adalah kelompok C atau kelompok takut. Jenis-jenis yang terdapat pada kelompok ini adalah: a) Gangguan kepribadian dependen. Penderita

sangat menggantungkan hidupnya pada

orang lain, bahkan merasa lemah bila ditinggalkan orang lain, susah untuk hidup mandiri, dan terkadang susah dalam mengambil keputusan dan cenderung tidak bertanggung jawab.

b) Gangguan kepribadian menghindar. Penderita sering melakukan penghindaran terhadap hubungan sosial, terutama dalam kegiatan dengan orang tidak dikenal, sifat ini dikarena mereka merasa tidak percaya diri dan malu terhadap sekitar, padahal sebenernya mereka mempunyai keinginan untuk menjalin hubungan itu namun mereka kesulitan dalam berbaur dan selalu khawatir terhadap penolakan yang akan terjadi. c) Gangguan kepribadian obsesif kompulsif.

Penderita ini memilih mengerjakan atau mengatur segala sesuatu dilakukan seorang diri, bersifat perfeksionis, dan sering merasa stress apabila hasil perkerjaan tidak sesuai yang diharapkan.

2.3. Learning Vector Quantization

LVQ merupakan metode klasifikasi pola masing-masing unit keluaran mewakili kategori atau kelas tertentu (beberapa unit keluaran seharusnya digunakan untuk masing-masing kelas). Keunggulan dari metode LVQ adalah kemampuannya untuk memberikan pelatihan terhadap lapisan-lapisan kompetitif sehingga secara otomatis dapat mengklasifikasikan vektor input yang diberikan(Hamidi,2017)

Gambar 1. Arsitektur jaringan LVQ

(4)

Pengarahan input yang dilakukan oleh bobot ini disesuaikan dengan perhitungan jarak terdekat dalam proses kompetisi tersebut, apabila terdapat jarak yang mendekati antara inputan dan bobot maka akan diarahkan pada kelas yang bobot tersebut, begitu pula sebaliknya, apabila jarak yang didapatkan berjauhan maka akan diarahkan pada kelas yang berbeda yang memiliki kedekatan yang lebih baik.

Langkah-langkah pelatihan metode Learning Vector Quantization adalah sebagai berikut (Ganidar, 2015):

1. Insialisasi nilai nilai learning rate (α),

pengali learning rate (dec α), jumlah data

latih, batas epoch maksimal, batas minimal

learning rate (min α), bobot awal(Wk) yang akan digunakan.

2. Inisialisasi epoch awal = 0

3. Lakukan langkah 4 hingga 5 bila epoch <

epoch maksimal dan α > minimal α.

4. Lakukan penambahan epoch

epoch = epoch + 1 (1)

5. Lakukan langkah 6 sampai 8 untuk vektor data input pada indeks ke i sampai N

6. Hitung jarak antara data dengan bobot-bobot untuk setiap kelas dengan persamaan:

D(k) = √∑ (𝑋𝑖 − 𝑊𝑖)𝑗𝑖=1 2 (2)

7. Tentukan nilai minimum dari jarak setiap kelas sehingga menjadi output (Ck).

8. Perbaiki bobot W dengan kententuan: Jika Ti = Cki maka:

9. Lakukan pengalian Lakukan pengalian α dengan dec α setiap sebelum penambahan

epoch. Dengan persamaan:

α (baru) = α (lama) x dec α (5)

Sedangkan untuk pengujian metode Learning Vector Quantization adalah sebagai berikut:

1. Insialisasi bobot awal menggunakan bobot akhir dari proses pelatihan.

2. Inisialisasi kondisi awal benar = 0

3. Lakukan langkah 6 sampai 8 untuk vektor data input pada indeks ke i sampai N

4. Hitung jarak antara data dengan bobot-bobot untuk setiap kelas dengan persamaan:

D(k) = √∑ (𝑋𝑖 − 𝑊𝑖)𝑗𝑖=1 2 (2)

5. Tentukan nilai minimum dari jarak setiap kelas sehingga menjadi output (Ck).

6. Melakukan pengecekan dengan kententuan

jika Ti = Cki maka:

𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 = 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 + 1 (6)

7. Menghitung nilai akurasi dengan perbandingan antara jumlah data(hasil output) yang benar dengan jumlah total data dengan persamaan:

Akurasi = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑡𝑎 x 100% (7)

Pada proses pengujian ini dapat dilihat apakah sistem “Identifikasi Gangguan Kepribadian Dramatis Menggunakan Metode

Learning Vector Quantization (LVQ)”

menghasilkan nilai akurasi baik atau buruk.

3. METODOLOGI

3.1. Data Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini didapatkan dengan cara melakukan kuisioner secara online, kuisioner ini berisi 32 pertanyaaan yang mencakup gejala-gejala yang terjadi pada ganggunan kepribadian dramatis, data yang berhasil didapatkan berjumlah 90 data, kemudian dari data ini diambil 30 data uji dan 60 untuk data latih. Dalam data yang ini terdapat 4 kelas yang masing-masing merupakan macam gangguan kepribadian dalam kelompok dramatis yaitu ambang(borderline), narsistik, antisosial dan histrionik.

3.2. Perancangan sistem

Perancangan sistem dilakukan untuk mempermudah proses implementasi. Pada prose perancangan sistem merupakan implementasi dari teori-teori yang ada, data yang digunakan serta ilmu ang sudah didapatkan untuk merancang sistem identifikasi gangguan kepribadian dengan metode Learning Vector Quantization. Cara kerja sistem akan menunggu pengguna memasukan gejala-gejala yang dialami. Kemudian sistem akan memproses inputan tersebut kedalam proses LVQ, lalu akan mengeluarkan hasil berupa kelas atau gangguan kepribadian yang sesuai dengan perhitungan menggunakan metode LVQ.

(5)

4. PERANCANGAN

4.1. Diagram Alir

Proses yang dijalankan pada sistem ini dimulai dengan memasukan input data dengan 32 atribut beserta bobotnya kemudian dilanjutkan dengan proses Learning Vector Quantization(LVQ) dan lalu didapatkan keluaran berupa hasil klasifikasi kemudian sistem akan berhenti.

Gambar 3. Rancangan kerja sistem.

4.2. Flowchart Pelatihan LVQ

Flowchart ini digunakan untuk membuat gambaran bagaimana proses perhitungan dalam

Learning Vector Quantization, pada pelatihan ini berguna untuk mendapatkan bobot optimal dari proses pelatihan yang akan dipakai untuk proses pengujian selanjutnya, dapat dilihat pada Gambar 4 untuk flowchat dari pelatihan metode LVQ sendiri.

4.3. Flowchart Pengujian LVQ

Flowchart ini digunakan untuk membuat gambaran bagaimana proses pengujian dalam

Learning Vector Quantization, pada pengujian ini berguna untuk mendapatkan nilai akurasi dari proses pengujian LVQ, dapat dilihat pada Gambar 5 untuk flowchart darii pengujian LVQ sendiri.

(6)

Gambar 5. Proses pengujian LVQ

5. Pengujian dan Analisis

Pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian perubahan nilai beberapa parameter yang terdapat pada LVQ terhadap nilai akurasi

yang dihasilkan. Inisialisasi awal dilakukan untuk, menentukan nilai awal dari setiap parameter yang dibutuhkan. Nilai dari paramater tersebut adalah:

1. Learning rate = 0,1 2. Pengali learning rate = 0.1 3. Maksimum epoch = 1000

4. Minimum learning rate = 0,000000001 5. Jumlah data latih sebanyak 30 di

lakukan perandoman sebanyak 5 kali diambil dari 60 data yang telah disiapkan sebagai data latih, maka akan terdapat 5 jenis data latih berbeda yang digunakan dalam pengujian.

6. Jumlah data uji sebanyak 30.

Selanjutnya akan dilakukan beberapa percobaan dari masing-masing kriteria untuk mempengaruhi perubahan nilai dari masing-masing tersebut terhadap nilai akurasi yang dihasilkan.

5.1. Pengujian Pengaruh nilai Learning rate

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan nilai learning rate terhadap nilai akurasi yang dihasilkan, pengujian menggunakan nilai learning rate dari 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, 0,5, 0,6, 0,7, 0,8, 0,9, dan 1. Proses dilakukan sebanyak 5 kali untuk setiap nilai

learning rate dengan menggunakan data latih dan data uji yang disiapkan sebelumnya.

Gambar 6. Grafik hasil pengujian learning rate

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai

learning rate 0,2 memiliki nilai akurasi terbaik, maka nilai tersebut akan digunakan untuk proses pengujian selanjutnya. Kemudian dapat disimpulkan bahwa nilai learning rate

(7)

maksimum epoch pada pengujian ini tidak berpengaruh besar karena rata-rata epoch tiap pengujian hanya berkisar 9 epoch maka diputuskan untuk tidak menggunakan epoch

untuk pengujian selanjutnya.

5.2 Pengujian Pengaruh nilai pengali Learning rate

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan nilai pengali learning rate

terhadap nilai akurasi yang dihasilkan, pengujian menggunakan nilai pengali learning rate dari 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, 0,5, 0,6, 0,7, 0,8, 0,9, dan 1. Proses dilakukan sebanyak 5 kali untuk setiap nilai pengali learning rate dengan menggunakan data latih dan data uji yang disiapkan sebelumnya

Gambar 7. Grafik hasil pengujian pengali learning rate

Pada proses pengujian pada saat pengali

learning rate bernilai satu terjadi proses yang tidak kunjung berhenti, diputuskan untuk menggunakan maksimum epoch 1000 dan menghasil nilai akurasi terkecil. Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai pengali learning rate 0,4 dan 0,9 memiliki nilai akurasi terbaik dan 1 memiliki nilai akurasi yang paling rendah. Lalu dapat disimpulkan bahwa nilai pengali learning rate

mempunyai pengaruh terhadap nilai akurasi karena nilai pengali learning rate berperan dalam proses perubahan nilai learning rate dan bila nilai pengali learning rate terlalu kecil maka nilai learning rate menjadi kecil dan bobot akan lebih kecil dari bobot optimal dan jika terlalu besar maka nilai learning rate menjadi besar dan bobot akan menjauhi bobot optimal yang mempengaruhi nilai akurasi. Dan didapatkan pengali learning rate 0,4 sebagai nilai terbaik dalam pengujian ini dan nilai tersebut akan digunakan pada pengujian selanjutnya.

5.3 Pengujian Pengaruh nilai minimum Learning rate

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan nilai minimum learning rate terhadap nilai akurasi yang dihasilkan, pengujian menggunakan minimum nilai

learning rate dari 0,01, 0,001, 0,0001, 0,00001, sampai 0,000000001. Proses dilakukan sebanyak 5 kali untuk setiap nilai minimum

learning rate dengan menggunakan data latih dan data uji yang disiapkan sebelumnya.

Gambar 8. Grafik hasil pengujian minimum learning rate

Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa nilai akurasi tertinggi didapatkan pada 0,001 sampai 0,000000001 sebesar 75,33%. Kemudian disimpulkan bahwa nilai minimum learning rate

mempunyai pengaruh terhadap nilai akurasi karena nilai minimum learning rate menjadi batasan proses sistem dimana semakin besar minimum learning rate maka proses akan cepat selesai dan mempengaruhi perubahan learning rate yang menyebabkan bobot akhir menjadi lebih kecil dari bobot optimal lalu semakin kecil minimum learning rate maka proses akan lebih lama dan mempengaruhi perubahan learning rate yang menyebabkan bobot akhir akan menjauhi bobot optimal yang berakibat pada nilai akurasi. jadi dalam pengujian ini 0,001 dipilih sebagai nilai minimum learning rate

terbaik dan akan digunakan pada pengujian selanjutnya.

5.4 Pengujian Pengaruh jumlah data latih

(8)

Gambar 9. Grafik hasil pengujian jumlah data latih

Pada Gambar 9 dapa dilihat bahwa nilai akurasi teringgi didapatkan pada data latih 60 dengan nilai akurasi 76,67%. Kemudian disimpulkan bahwa jumlah data latih mempengaruhi nilai akurasi dimana semakin sedikit data latih maka bobot akan semakin sedikit mengalami perubahan dimana dapat mengakibatkan nilai bobot akhir lebih kecil dari bobot optimal dan semakin banyak data latih maka bobot akan semakin banyak mengalami perubahan dimana dapat mengakibatkan nilai bobot akhir lebih kecil dari bobot optimal, kualitas data sendiri juga mempengaruhi dan hasil dari proses.

5.5 Pengujian Cross Validation

Pada pengujian terakhir ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan data latih dan data uji terhadap akurasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan 90 data yang dibagi menjadi 5 bagian, masing-masing memiliki jumlah data sebanyak 18 dan diberi nama masing-masing yaitu K1,K2,K3,K4, dan K5. Kemudian dilakukan pengujian dengan memilih 1 dataset untuk dijadikan sebagai data uji dan sisanya sebagai data latih sebanyak 5 kali pengujian atau fold.

Tabel 1. Hasil pengujian Cross Validation

Fold Data Latih Data

Rata-rata akurasi 70

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa akurasi yang dihasilkan setiap fold memiliki akurasi yang

berbeda dan akurasi terbaik pada fold ke 5 dimana dataset K5 sebagai data uji dan K1,K2,K3,K4 sebagai data latih. Kemudian dilakukan analisis dan didapatkan bahwa perubahan data latih dan data uji berpengaruh terhadap akurasi karena data yang digunakan sendiri belum cukup seimbang terhadap jumlah data tiap kelas yang dimiliki hal ini dapat mempengaruhi akurasi yang dihasilkan. Dan rata-rata akurasi yang didapatkan dari pengujian ini sebesar 70%.

6. PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil yaitu dari hasil pengujian yang dilakukan dengan 4 skenario yang menguji pengaruh perubahan nilai learning rate, pengali

learning rate, minimum learning rate dan perubahan nilai setiap kriteria yang diujikan memilki pengaruh terhadap nilai akurasi. Saran untuk pengembangan penelitian ini berikutnya adalah dapat menggunakan metode lain seperti LVQ 2 atau LVQ 3 yang dapat menghasilkan akurasi yang lebih dan melakukan optimasi bobot awal untuk metode LVQ dengan menggunakan metode lain untuk proses optimasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. Pengertian Gangguan Kepribadian.

[online] Tersedia di:

<http://www.alodokter.com/gangguan-kepribadian > [Diakses 10 September 2017].

Agustinus, I., Santoso, E., Rahayudi, B. 2018. Klasifikasi Risiko Hipertensi Menggunakan Metode Learning Vector Quantization (LVQ). Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya.

American Psychiatric Association, 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition DSM-IV-TR. Washington, DC: American Psychiatric Publishing.

(9)

Internet Indonesia Tahun 2016.

Azizi, M. F. Q., 2013. Perbandingan Antara metode Backpropagation Dengan Metode Learning Vector Quantization(LVQ) Pada Pengenalan Citra Barcode. S1. Universitas Negeri Semarang.

Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi III. Dirjen Pelayanan Medis RI. Jakarta.

Detik Health. 50 Fakta gangguan jiwa, [online]

Tersedia di:

<https://health.detik.com/healthypedia/50f aktagangguanjiwa/8209/depresi-picu-bunuh-diri> [Diakses 9 September 2017]. Docdoc. Apa itu Gangguan Kepribadian: Gejala,

Penyebab, Diagnosis, dan Cara Mengobati,[online] Tersedia di: <https://www.docdoc.com/id/info/conditio n/gangguan-kepribadian> [Diakses 10 September 2017].

Ganidar, F. R., Dewi, C. & Regasari, R. 2015. Pengklasifikasian Mutu Susu Sapi Menggunakan Learning Vektor Quantization (LVQ) (Studi Kasus: UPT Laboratorium Kesehatan Hewan Malang), Malang: Universitas Brawijaya.

Hamidi, R., Furqon, M. T. & Rahayudi, B. 2017. Implementasi Learning Vector Quantization (LVQ) untuk Klasifikasi Kualitas Air Sungai. Universitas Brawijaya. Hermawan, A. 2006. Jaringan Syaraf

Tiruan.Yogayakarta.

Kholis, I. 2015. Analisis Variasi Parameter Learning Vector Quantization Artificial Neural Network Terhadap Pengenalan Pola Data Odor. Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia)., 2016. Data Kasus Pengaduan Anak Tahun 2011-2016.

Maramis. (1990). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: UNAIR.

Prabahata, S A. 2012. Identifikasi Penyakit Kulit Berdasarkan Kombinasi Segmentasi Warna Dan Analisis Tekstur Dengan Deteksi Binary Large Object (Blob) Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan-Learning Vector Quantization. Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom.

Pramudiono, I. 2003, Pengantar Data Mining,

Ilmu Komputer, (Online),

(http://ikc.depsos.go.id/umum/iko-datamining.php, diakses 15 Februari 2011). Puspitaningrum, D. (2005). PENGANTAR JARINGAN SARAF TIRUAN. Jurnal Transformatika, 1(2), 114-124.

Schaefer, R. T., & Lamm, R. P. 1998. Sociology. McGraw-Hill.

Taufik, I. 2014. Aplikasi Diagnosa Gangguan Kepribadian. Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Gambar

Gambar 1. Arsitektur jaringan LVQ
Gambar 4. Proses pelatihan LVQ
Gambar 6. Grafik hasil pengujian learning rate
Gambar 8. Grafik hasil pengujian minimum  learning
+2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu produk penyaluran dana yang ada pada Baitul Qiradh Baiturrahman Cabang Ulee Kareng adalah pembiayaan murābahah, suatu pembiayaan untuk penambahan pembelian barang

aplikasi VROYSE berfungsi sebagai media informasi yang ditampilkan secara menarik dengan tampilan 3D yang membantu calon mahasiswa baru untuk mendapatkan informasi

pendampingan Desa pada tahun 2016 dilakukan melalui rekrutmen terbuka dengan memberikan kesempatan kepada pendamping eks PNPM-MPd dan seluruh masyarakat luas untuk

Pengaruh Karakteristik Individu Dan Motivasi Ekstrinsik terhadap Kinerja Dokter dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PT Perkebunan

Dwangsom (uang paksa) merupakan hukuman tambahan yang diberikan oleh hakim kepada pihak yang kalah untuk membayar sejumlah uang selain yang telah disebutkan dalam hukuman

Pada Material Aluminium-Magnesium Terhadap Beban Impak Dengan Variasi Sudut Kampuh V 60 o dan 90 o ” ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk

Upaya pengelolaan domain domain itu dilakukan dengan mengubah semua sumber daya batas (manusia, bahan, mesin, metode) untuk melaksanakan daerahnya. Namun canggihnya teknologi

The cells were then refed with fresh medium without sample for 46 hours; (ii) to assess the antiviral effect at the post entry step, HCV was inoculated to the cells