2 - 1
Kabupaten Tanah Bumbu merupakan Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Induknya
Kabupaten Kotabaru pada tahun 2003. Kabupaten Tanah Bumbu ini memiliki potensi
sumberdaya alam yang berlimpah, yaitu dari dataran tinggi (up land), daerah tengah (middle
land), hingga ke dataran rendah (low land) yang berada pada daerah pesisir. Kabupaten
Tanah Bumbu merupakan salah satu Kabupaten dari 13 Kabupaten yang terdapat di Provinsi
Kalimantan Selatan, Kabupaten Tanah Bumbu dalam sistemfungsi kota-kota di Kalimantan
Selatan secara nasional (RTRWN) berperan sebagai PKN Sekunder dengan pusatnya adalah
Batulicin. Dalam Sistem Perkotaan Nasional ini, Pusat Kegiatan Nasional terletak di Kota
Banjarmasin. Kabupaten Tanah Bumbu dalam sistem perkotaan nasional sebagaimana
ditetapkan dalam RTRW Provinsi Kalimantan Selatan, bahwa Batulicin sebagai pusat
Kabupaten Tanah Bumbu diarahkan sebagai PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), ada beberapa arahan yang terkait dengan
Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, yaitu:
1. Arahan pengembangan sistem kota, adalah:
Mendukung pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Banjarmasin
Mengembangkan Pusat Kegiatan Lokal (PKL), meliputi: Batu Licin
2. Arah kebijakan pengembangan jaringan transportasi nasional, maka penataan sistem
transportasi yang terkait dengan wilayah Kabupaten Tanah Laut, meliputi:
a. Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan meliputi: Pelaihari Pagatan
-Batulicin
b. Pemantapan Pelabuhan Nasional Batulicin.
Untuk memberikan gambaran terhadap Kabupaten Tanah Bumbu secara tuntas, dalam
penyusunan Bantek Recana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) maka di jelaskan
sebagai berikut:
P
2 - 2
2.1. LETAK GEOGRAFIS DAN BATAS ADMINISTRASI
Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak antara 2º52’ - 3º47’ lintang
selatan dan 115º15’ - 116º04’ Bujur Timur. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu dari
13 (tiga belas) Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung
tenggara Pulau Kalimantan. Wilayahnya berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Kota baru
SebelahTimur : Kabupaten Kota Baru
Sebelah Selatan : Laut Jawa
Sebelah Barat : Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut.
Kabupaten yang beribukota di Batulicin ini memiliki 10 (sepuluh) Kecamatan yaitu
Kecamatan Kusan Hilir, Sungai Loban, Satui, Kusan Hulu, Batulicin, Karang Bintang, Simpang
Empat, Mantewe, Kuranji dan Angsana. Lima Kecamatan yang terakhir disebutkan adalah
kecamatan hasil pemekaran pada pertengahan 2005 lalu.
Tabel. 2.1.
Luas Daerah Menurut Kecamatan
Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014
Sejak keluarnya Undang-undang Nomor 2 Tahun 2003, wilayah Kabupaten Tanah Bumbu meliputi 10 Kecamatan (sebelumnya hanya 5 kecamatan), yang terdiri dari 150 desa. Kabupaten Tanah Bumbu memiliki Luas wilayah 5.066,96 km2 (506.696 Ha) atau 13,56 persen dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Kusan Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 31,76 % dari luas keseluruhan Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Kuranji memiliki luas wilayah terkecil sebesar 110,24 atau 2,18 % dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu.Berturut-turut dari kecamatan terluas setelah Kusan Hulu adalah Mantewe, Satui, Kusan Hilir, Sungai Loban, Simpang Empat, Angsana, Batulicin, Karang Bintang dan Kuranji.
Peta. 2.1.
Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu
2 - 4 Tabel. 2.2.
Desa-Desa di Tiap Kecamatan, Kabupaten Tanah Bumbu
No. Kecamatan Desa
I. Kusan Hilir 1. Kota Pagatan 2. Batuah 3. Rantau Panjang Hilir 4. Pejala 5. Rantau Panjang Hulu 6. Gusunge 7. Pagaruyung 8. Sei Lembu 9. Upt. Karya Bakti 10. Serdangan 11. Betung 12. Mekar Jaya 13. Pulau Salak 14. Mudalang 15. Beringin 16. Manurung 17. Baru Gelang 18. Pulau Satu 19. Juku Eja 20. Muara Pagatan 21. Pulau Tanjug 22. Muara Pagatan Tengah 23. Saring Sei Binjai 24. Tannete
25. Wiritasi 26. Penyolongan 27. Pasar Baru 28. Kampung Baru 29. Salimuran 30. Pakatellu 31. Saring Sei Bubu 32. Sepunggur 33. Batarang 34. Api-api 35. Satiung
2 Sungai Loban 1. Sebamban Baru 2. Batu Meranti 3. Sebamban Lama 4. Tri Martani 5. Dwi Marga Utama 6. Sari Utama
7. Sungai Dua Laut 8. Damar Indah (Desa Pers) 9. Marga Mulya 10. Sumber Sari (Desa Pers) 11. Sungai Loban 12. Biduri Bersujud (Desa Pers) 13. Sari Mulya 14. Wanasari (Desa Pers) 15. Tri Mulya 16. Sumber Makmur (Desa Pers) 17. Kerta Buana
3 Satui 1. Sungai Cuka 2. Sekapuk
3. Bukit Baru 4. Sumber makmur 5. Jombang 6. Wono rejo 7. Sungai danau 8. Sumber Arum 9. Satui Timur 10. Makmur Mulia 11. Satui Barat 12. Al Kautsar
13. Setarap 14. Sinar Bulan (Desa Pers) 15. Tegal Sari 16. Pendamaran Jaya (Desa Pers) 4 Kusan Hulu 1. Bakarangan 2. Timbarau Panjang
3. Karang Mulya 4. Tapus 5. Harapan Jaya 6. Guntung 7. Lasung 8. Darasan Binjai 9. Sungai Rukam 10. Teluk Kepayang 11. Manuntung 12. Hati’if
13. Anjir Baru 14. Mangkalapi 15. Binawara 16. Tamunih 17. Pacakan 18. Batu Bulan 19. Wonorejo 20. Ringkit
21. Karang Sari 22. Dadap Kusan Raya 5 Batulicin 1. Segumbang 2. Danau Indah (Desa Pers)
2 - 5
No. Kecamatan Desa
5. Kersik Putih 6. Maju Bersama (Desa Pers) 7. Batulicin (Kelurahan) 8. Sukamaju (Desa Pers) 9. Kusambi
6 Angsana 1. Angsana 2. Manunggal 3. Pandan Sari 4. Harapan Maju 5. Rejo Winangun 6. Sumber Wangi 7. Selaselilau 8. Maduretno
9. Pematang Ulin 10. Karang Rejo (Desa Pers) 11. Batulicin Irigasi
7 Simpang Empat 1. Kampung Baru 2. Mekar Sari 3. Tungkaran Pangeran 4. Sungai Dua 5. Sarigadung 6. Batu Ampar 8 Mantewe 1. Mantewe 2. Karya bakti
3. Dukuh Rejo 4. Sari Mulya 5. Rejo Sari 6. Sepakat
7. Suka Damai 8. Mantawakan Mulia
9. Bulu Rejo 10. Gunung Hatalau Meratus Raya 11. Sido Mulya 12. Gunung Raya (Desa Pers) 13. Emil Baru
9 Kuranji 1. Kuranji 2. Mustika 3. Giri Mulya 4. Indra Loka Jaya 5. Waringin Tunggal 6. Karang Intan 10 Angsana 1. Angsana 2. Banjar Sari
3. Purwodadi 4. Bayan Sari 5. Sumber Baru 6. Makmur 7. Karang Indah 8. Mekar Jaya 9. Bunati
Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014
2.2. KARAKTERISTIK FISIK
Karakteristik fisik wilayah menjadi penting dalam pembahsan, karena pembangunan
infrastruktur wilayah akan sangat bergantung pada kondisi tersebut. Maka perlu diketahui
kondisi topografi dan ketinggian, klimatologi, jenis tanah, geologi, hidrologi.
2.2.1. TOPOGRAFI DAN KETINGGIAN
Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu secara topografi terdiri atas daerah pantai,
dataran rendah, dan perbukitan. Dataran rendah (termasuk mangrove dan rawa) seluas
43%, dataran tinggi 19,25%, pegunungan 31,20% serta wilayah perairan termasuk sungai
5,55%, sedangkan laut diperhitungkan seluas lebih dari 3.700 Km2 dengan panjang pantai 114 Km.
Menurut ketinggian dari permukaan laut, daerah dengan ketinggian lebih dari 25-100 m
merupakan daerah terluas yaitu seluas ±210.233 Ha. Sedangkan daerah dengan ketinggian
2 - 6
lebih dari 1.000 m yaitu Gunung Walungin dan Gunung Kandis masing-masing ketinggiannya
1.184 m dan 1.170 m, dengan jumlah gunung seluruhnya 15 buah. Sebagian besar wilayah
Kabupaten Tanah Bumbu berada di kelas ketinggian 25 - 100 meter dan di kemiringan 2 - 15
persen. Berdasarkan klasifikasi ketinggian, Kabupaten Tanah Bumbu di dominasi oleh jenis
lereng pedataran (0 -100 m dpl), sedangkan untuk lereng perbukitan (> 100 - 500 m dpl) dan
pegunungan meratus (> 1000 m dpl) hanya tersebar di bagian paling utara Kabupaten Tanah
Bumbu. Luas lahan menurut kelerengan; 0 s.d. 2 %; 69.974 ha, 2 s.d. 15%,; 241.821 ha, 15
s.d. 40%; 164.903 Ha, dan di atas 40%; 29.998 Ha. Sedangkan Luas Lahan menurut
Ketinggian; 0 s.d 7 meter 6.055 ha, 7 s.d. 25 meter 133.298 Ha, 25 s.d. 100 meter 210.203
Ha, 100 s.d. 500 meter 155.446 Ha, 500-1000 meter 1.671 Ha, dan di atas 1000 meter 23
Ha.
Tabel. 2.3.
Luas Kabupaten Tanah Bumbu Menurut Kelas KetinggianTahun 2014
Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014
2.2.2. KLIMATOLOGI
Iklim di Kabupaten Tanah Bumbu dikelompokkan sebagai Afaw (menurut sistem koppen) yaitu iklim isotermal hujan tropik dengan musim kemarau yang panas, dengan kondisi klimatologi berdasarkan hasil pantauan Stasiun Meteorologi Stagen tahun 2014 sebagai berikut:
Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 86 persen sampai 93 % dengan kelembaban maksimum tertinggi sebesar 98 % di bulan juli dan Agustus. Kelembaban minimum terendah terjadi di bulan Februari sebesar 76 %
Temperature udara rata-rata selama tahun 2014 berkisar antara 26,1ºC dan 27,3ºC, dengan suhu udara maksimum tertinggi pada bulan oktober sebesar 34,2ºC dan minimum terendah sebesar 15,4º di bulan Juli
Curah hujan tertinggi terjadi di bulan juli yaitu 608,6 mm. sedangkan jumlah hari hujan terbanyak yaitu selama 30 hari terjadi di bulan oktober
Kecepatan Angin rata-rata berkisar antara 2-7 Knot Penyinaran matahari berkisar antara 47%-72%.
2 - 7
Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu selama periode 2009 - 2014 menunjukkan musim barat
terjadi peningkatan tekanan udara dan menurun pada musim timur, di mana maksimum
terjadi pada bulan Desember (1.010,7 mbar) dan terendah terjadi Nopember (1.009,7
mbar). Melihat penyebaran curah hujan di Kabupaten Tanah Bumbu, faktor iklim sedikit
mengurangi pengembangan pertanian terutama tanaman palawija/hortikultura,
dikarenakan penyebaran curah hujan kurang rata setiap bulannya. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu penyesuaian musim tanam dengan curah hujan.
2.2.3. JENIS TANAH
Jenis dan sifat tanah sangat tergantung pada faktor-faktor pembentuk tanah seperti
suhu, iklim, bahan induk, dan waktu. Jenis tanah di KabupatenTanah Bumbu didominasi
oleh jenis tanah PMKL dengan luas 161.028 Ha (31,78%). Berdasarkan hasil analisis Peta
RePPRoT, tinjauan lapangan oleh konsultan (data primer) dan hasil studi sebelumnya (data
sekunder), jenis tanah di KabupatenTanah Bumbu secara garis besar terdiri dari 5 jenis
tanah yaitu tanah PMKL, KPMK, Alluvial, Latosol, dan PMK, dengan penyebaran sebagai
berikut :
Jenis Tanah PMKL terdapat di semua kecamatan dengan luas 132.516,21 Ha
Jenis tanah KPMK terdapat di Kecamatan Satui dan Kecamatan Kusan Hulu dengan luas 127.651,83 hektar
Jenis tanah aluvial terdapat di semua kecamatan dengan luas 99.437,05
Jenis Tanah Latosol terdapat di Kecamatan Karang Bintang, Kecamatan Satui, Kecamatan Kusan Hilir, Kecamatan Batulicin, Kecamatan Simpang Empat dan
Kecamatan Kusan Hulu dengan luas 80.327,01 hektar
Jenis tanah PMK terdapat di Kecamatan Karang Bintang, Kecamatan Batulicin, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan Mantewe
dengan luas 66.763,92 hektar.
Tabel. 2.4.
Luas Daerah Menurut Jenis Tanah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2014
No. Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase
1 PMKL 159.120 31.40
Peta. 2.2.
Topografi Kabupaten Tanah Bumbu
Peta. 2.3.
Jenis Tanah Kabupaten Tanah Bumbu
Peta. 2.4.
Jenis Tanah Kabupaten Tanah Bumbu
2 - 11 2.2.4. GEOLOGI
A. Geologi Umum
Struktur geologi Kabupaten Tanah Bumbu Berdasarkan Peta Geologi Lembar 1712
Banjarmasin dan 1812 Kotabaru (P3G 1994) didominasi oleh Formasi Tanjung dan jenis
batuan lainnya terdiri dari batuan endapan permukaan, formasi Dahor, formasi Warukin,
formasi Berai, formasi Pamaluan, formasi Manunggal, Anggota Paau Manunggal, Formasi
Pitap, anggota Haruyan, formasi Pitap, Batuan Ultramatik dan Batuan Malihan.
B. Geologi Bencana
Kawasan bencana yang diakibatkan oleh gerakan tanah yang menimbulkan gempa bumi
bersumber dari patahan/sesar. Jalur patahan naik terdapat di wilayah Kecamatan Simpang
Empat dan sekitarnya, sedangkan jalur patahan geser jurus berada di wilayah utara
Kabupaten Tanah Bumbu. Untuk sinklin (lembah) banyak terdapat di sekitar Kecamatan
Batulicin, dan untuk antiklin (pegunungan) berada di sekitar Batulicin, Simpang Empat dan
Mantewe.Sementara untuk daerah rawan banjir berada di daerah Pagatan.
2.2.5. HIDROLOGI
Sumber daya air di kabupaten tanah bumbu di bagi ke dalam dua bagian yaitu air
permukaan dan air tanah.
A. Air Permukaan (Sungai)
Di Kabupaten Tanah Bumbu terdapat empat Daerah Aliran Sungai (DAS) besar yang menjadi
jantung kebutuhan air dan cukup besar untuk dimanfaatkan terutama bagi pengairan, yaitu:
DAS Angsana, DAS Loban, DAS Sitiung dan DAS Batulicin. Sistem DAS yang terdapat di
Kabupaten Tanah Bumbu akan berpengaruh terhadap sistem drainase yang pada akhirnya
mempengaruhi sistem kegiatan di Kabupaten Tanah Bumbu. Di Kabupaten Tanah Bumbu
terdapat beberapa tempat yang mempunyai debit air yang sangat tinggi yaitu di
Pegunungan Meratus yang merupakan sumber mata air setempat. Sungai terluas terdapat
di daerah Sungai Sitiung dan Sungai Batulicin, hal ini dapat memberikan kemudahan bagi
warga untuk memenuhi kebutuhan air.Sungai Batulicin dapat melayani kebutuhan air untuk
warga Kecamatan Batulicin, Angsana, Kampung Baru, Mentewe, Simpang Empat.Sungai
Sitiung dapat melayani kebutuhan air untuk warga Kecamatan Kusan Hilir, Kusan Hulu dan
Kuranji. Kebutuhan akan air warga Kecamatan Sungai Loban dan Angsana dapat dilayani
oleh Sungai Loban sedangkan warga Kecamatan Angsana akan dilayani oleh Sungai Angsana.
Secara umum pola sungai di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu adalah berpola dendritik
2 - 12
daerah aliran sungai, maka puncak banjirnya akan sedemikian tinggi hingga berpotensi
besar untuk menggenangi daerah yang ada di sekitar aliran sungai, baik pada bagian hulu
maupun pada bagian hilir sungai dari DAS Tanah Bumbu (DAS Satui, DAS Kusan dan DAS
Batulicin). Panjang DAS Satui ± 26 Km dan Lebar 25 m, DAS Kusan ± 81 Km dan Lebar 30 m,
dan panjang DAS Batulicin ± 50 Km dan Lebar 26 m. Daerah Aliran Sungai tersebut memiliki
banyak anak sungai yang digunakan sebagai sumber air dan transportasi sungai. Air sungai
tersebut telah dimanfaatkan oleh penduduk untuk mandi, cuci, kakus, air minum serta
irigasi persawahan. Kecenderungan konsumsi air bersih di Kabupaten Tanah Bumbu secara
ekspansia akan terus meningkat setiap tahunnya, sedangkan ketersediaan air bersih
cenderung mengalami penurunan sebagai akibat adanya aktivitas pemanfaatan sumber
daya alam yang tidak terkendali, sehingga berakibat pada kerusakan alam dan pencemaran.
Pemenuhan kebutuhan air bersih bagi Kabupaten Tanah Bumbu menjadi hal yang sangat
mendesak sesuai dengan tingkat kepadatan dan kemajuan Kabupaten Tanah Bumbu,
sedangkan disisi lain banyak perusahaan baik perkebunan, pertambangan maupun industri
lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung limbah industri yang dihasilkan akan
masuk / mengalir ke sungai dimana banyak penduduk Kabupaten Tanah Bumbu yang hidup
disepanjang Daerah Aliran Sungai tersebut. Secara umum dapat dilihat kondisi kualitas air
pada 3 (tiga) DAS yaitu serta 2 (dua) sungai di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yaitu DAS
Satui, DAS Kusan, DAS Batulicin, Sungai Sebamban dan Sungai Setarap pada tahun 2011
tidak jauh berbeda dengan hasil analisa pada tahun-tahun sebelumnya. Berikut hasil analisa
pengukuran kualitas air sungai:
Dari hasil analisa kualitas air di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, yang meliputi DAS Satui,
DAS Kusan, DAS Batulicin, Sungai Sebamban dan Sungai Setarap pada tahun ini ada
beberapa parameter penting yang mengalami perubahan konsentrasi. Sebagian menurun
dan ada yang sebagian yang meningkat konsentrasinya. Pada tabel terlihat parameter yang
melebihi baku mutu yaitu TSS, TDS, Tembaga (Cu), Mangan (Mn) dan Besi (Fe). Sedangkan
parameter pH dan DO, pada beberapa DAS mengalami penurunan dari baku mutu yang
dipersyaratkan. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Namun
pada tahun 2011 ada beberapa parameter kunci yang tidak dapat dianalisa diantaranya
adalah parameter Mercury (Hg), Timbal (Pb), BOD, COD serta minyak dan lemak. Hal
tersebut dikarenakan pada tahun ini proses analisa sampel air sungai dilakukan di
Laboratorium Lingkungan Hidup Bapedalda Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan di tahun
sebelumnya sampel dianalisa pada Balai Riset dan Standardisasi Provinsi Kalsel, mengingat
masih terbatasnya peralatan analisa kualitas air khususnya parameter logam berat seperti
2 - 13
dibandingkan dengan hasil analisa tahun sebelumnya.
Konsentrasi parameter - parameter kualitas air yang melebihi atau di bawah Baku Mutu
Kualitas Air (tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan) pada DAS Satui, DAS Kusan, DAS
Batulicin, Sungai Sebamban dan Sungai Setarap, meliputi: TSS, TDS, Tembaga (Cu), Mangan
(Mn), Besi (Fe), DO (Oksigen Terlarut), dan pH.
Hasil analisa tersebut menggambarkan bahwa perubahan beberapa konsentrasi tersebut
diindikasikan karena adanya pengaruh perubahan iklim yang tidak menentu dan diperparah
dengan makin banyaknya kegiatan eksploitasi SDA yang tidak memperhatikan daya dukung
lingkungan, khususnya DAS.
Dapat disimpulkan peruntukan DAS Satui, DAS Kusan, DAS Batulicin, Sungai Sebamban dan
Sungai Setarap sebagai Air Baku untuk pengolahan air minum dinilai kurang layak,
mengingat konsentrasi logam - logam berat seperti Mn (Mangan), Fe (Besi), Air Raksa (Hg)
dan Tembaga (Cu) sudah mencemari perairan tersebut.
Kecenderungan debit air pada das lingkup kabupaten tanah bumbu yang mengalami
fluktuatif yang signifikan. Faktor-faktor penyebab menurunnya kualitas air sungai tersebut
diantaranya adalah:
1. Pengaruh musim hujan dan musim kemarau/kondisi iklim yang ekstrim beberapa bulan
terakhir
2. Tekanan jumlah penduduk yang semakin besar
3. Perluasan dan pengembangan areal industri
4. Alih fungsi lahan dan kegiatan pertambangan tanpa ijin (peti) serta perambahan hutan
tanpa ijin (illegal logging) yang tanpa mengindahkan fungsi lingkungan sebagai
penyangga kehidupan (lift buffer).
Salah satu solusi untuk hal tersebut di atas adalah data dan informasi indikator lingkungan
yang lengkap dan valid khususnya kualitas air, dimana informasi ini sangatlah penting
mengingat sebagai salah satu acuan status lingkungan hidup di kabupaten tanah bumbu.
Melihat kondisi kualitas sumber daya air di kabupaten tanah bumbu yang cenderung
mengalami penurunan walaupun masih dalam batas normal, maka pemerintah kabupaten
tanah bumbu perlu merespon keadaan tersebut agar tidak menimbulkan kerusakan
lingkungan yang lebih berat. Adapun kebijakan yang dilakukan dalam menanggulangi hal-hal
yang disebutkan diatas adalah:
1. Lebih meningkatkan intensitas pemantauan kualitas air secara berkala
2. Melakukan monitoring dan evaluasi serta pengawasan terhadap perusahaan yang wajib
amdal dan ukl-upl agar dalam pengelolaan industri mengelola limbah sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku
3. Menindak tegas terhadap pelaku illegal logging, menertibkan penambang-penambang
Peta. 2.5.
Geologi Kabupaten Tanah Bumbu
Peta. 2.6.
Hidrologi Kabupaten Tanah Bumbu
2 - 16 B. Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antar
butir tanah atau batuan yang membentuknya dalam retak-retak batuan. Air tanah di
Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari air tanah dangkal dan air tanah pegunungan (dalam).
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu ada
yang menggunakan air tanah, akan tetapi setiap datang musim kemarau air tanah tersebut
akan mengering. Kondisi akuifer di Kabupaten Tanah Bumbu dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas. Akuifer dengan keterusan rendah
hingga sedang, muka air tanah beragam; debit sumur umumnya kurang dari 5 l/det.
Akuifer jenis ini terdapat di sekitar kecamatan Angsana
2. Akuifer dengan produtivitas rendah, setempat berarti umumnya keterusan rendah,
setempat sedang; setempat air tanah dalam jumlah yang cukup dapat diperoleh
terutama di lembah-lembah atau zona sesar dan pelapukan. Jenis ini berada di sekitar
Kecamatan Batulicin dan Mantewe.
2.3. PENGGUNAAN LAHAN
2.3.1. PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN TANAH BUMBU
Kabupaten Tanah Bumbu penggunaan lahan mencapai ± 506.696 Ha), lahan yang
digunakan sebagai lahan hutan tercatat paling luas yaitu ± 454.011,75 Ha, digunakan untuk
kebun mencapai ± 84.807,45 Ha. Penggunaan lahan terkecil adalah untuk perairan darat
(rawa dan kolam) mencapai ± 125 Ha. Data tahun 2014 bahwa penggunaan lahan di Tanah
Bumbu mencapai ±506.696 Ha, terdiri dari Lahan hutan seluas ±319.470 Ha, padang/semak
belukar/alang-alang ±65.439 Ha, Perkebunan ±42.380 Ha, Kebun ±40.321 Ha, Lahan kering
±1.810 Ha, Persawahan ±14.600 Ha, Pertambangan ±1.600 Ha, Industri ±820 Ha,
Pemukiman ±7.831 Ha, Perairan darat ± 932 Ha, Lain-lain ± 11.700 Ha, dan ±98 Ha tanah
terbuka rusak. Penggunaan ini telah mengalami penggeseran fungsi dari tahun sebelumnya,
peningkatan terjadi pada penggunaan hutan, Kebun, industri, pertambangan, dan perairan
2 - 17 Tabel. 2.5.
Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2014
No. Penggunaan Lahan 2014 (Ha) 8 Padang (Semak, Alang, Rumput) 65.439 9 Hutan 319.470 10 Perairan Darat 932 11 Tanah Terbuka 98 12 Lain - lain 11.700
Tanah Bumbu 506.696
Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014
2.3.2. KAWASAN LINDUNG DAN LAHAN KRITIS
Kabupaten Tanah Bumbu merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi
sumber daya hutan yang cukup besar, besarnya potensi sumber daya hutan yang tercermin
dari luas kawasan hutannya menempatkan sektor kehutanan sebagai sektor andalan yang
sangat strategis dan potensional dalam mendukung pembangunan otonomi daerah di
Kabupaten Tanah Bumbu. Karena itu, untuk memacu pertumbuhan ekonomi (economic
growth) dalam meningkatkan devisa atau pendapatan asli daerah, maka baik pemerintah
maupun pemerintah daerah melakukan kebijakan pembangunan di berbagai sektor, yaitu di
bidang kehutanan, perkebunan, pertanian, transmigrasi, pertambangan dan pariwisata.
Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dengan cara membuka kawasan-kawasan hutan menjadi
kawasan budidaya yang dalam proses pelaksanaannya kegiatannya rawan terjadinya
perubahan ekologi, kebakaran hutan dan lahan.
Setiap tahunnya terjadi kerusakan hutan dan lahan dengan tingkat kerusakan yang
sangat mengkhawatirkan serta degradasi hutan/lahan dan perubahan status hutan/lahan
yang terus mengalami peningkatan yang signifikan sebagaimana kondisi luas kawasan
hutanmenurut fungsinya berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor: 453/Kpts-II/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi
Kalimantan Selatan yang pada tahun 2009-2010 total luas hutan 506.950,00 Ha, sedangkan
Peta. 2.7.
Penggunaan Lahan Kabupaten Tanah Bumbu
2 - 19 2 Hutan Produksi Terbatas 26.085,40 26.085,40 3 Hutan Produksi Konservasi 26.933,81 26.933,81
C Hutan Kota 2
-Total Luas Hutan 310.106,2 310.104,20
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Tanah Bumbu Tahun 20012/2013 dan Data Tahun 2012/2013 Kep.Menhutbun No. 453/KPTS-11/1999
Faktor pembanding lainnya yang menunjukkan peningkatan laju kerusakan hutan adalah
dilihat dari data luas lahan kritis pada tahun 20010-20011 sebesar 50.517,235 ha menjadi
72.260,2 ha pada tahun 20012-2013.
Tabel. 6.7.
Luas Lahan Kritis Kabupaten Tanah Bumbu
No. Lokasi / Kecamatan Luas (Ha)
Tahun 2012 Tahun 2013
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Bumbu Balai Pemantapan Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Selatan
Hal ini mengindikasikan bahwa kerusakan lahan dan hutan dan tahun ke tahun bukannya
menurun, tetapi sebaliknya. Beberapa faktor penyebab lajunya kerusakan lahan dan hutan
di kabupaten tanah bumbu diantaranya yaitu:
1. Konversi hutan (pengubahan fungsi kawasan hutan) atau pelepasan kawasan hutan
untuk keperluan non kehutanan atau tukar-menukar kawasan menjadi perkebunan,
pertanian, pertambangan dan pemukiman serta transmigrasi, penebangan ilegal (illegal
logging)
2. Kebakaran hutan dan lahan yang masih banyak terjadi tiap tahunnya di areal
2 - 20
Dampak yang ditimbulkan dari kerusakan hutan dan lahan tersebut terdiri dari 2 (dua)
dampak yaitu:
1. Dampak langsung, meliputi:
a. Penurunan struktur tanah dan ekosistem
b. Perusakan sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati (plasma nutfah)
c. Penyempitan daerah tangkapan air (dta)
d. Pendangkalan air sungai, erosi dan sedimentasi, meningkatnya breading place
e. Penambahan luas lahan kritis dan terjadinya banjir
2. Dampak tidak langsung, meliputi:
a. Terjadinya tingkat erosi permukaan yang lebih tinggi yang berakibat tanah
kehilangan sifat plastisnya, penurunan porositas dan irifiltrasi tanah, berkurangnya
daya tangkap tanah terhadap air
b. Terjadinya perubahan ph tanah secara drastis dan terganggunya keseimbangan
unsur hara, semua dampak ini akan terasa setelah beberapa tahun kemudian dan
akan lebih mengalami kerusakan secara global.
Melihat kondisi kerusakan hutan dan lahan yang semakin meningkat, pemerintah daerah
kabupaten tanah bumbu melalui dinas/instansi terkait terus melakukan upaya-upaya
perbaikan, diantaranya adalah:
1. Upaya rehabilitasi lahan dan hutan yang rusak
2. Reboisasi pada loa (land over area) atau areal kosong dan terlantar
3. Mengatur perijinan alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan
4. Sosialisasi siaga bencana kebakaran hutan dan lahan serta pencegahan dan
penaggulangannya baik kepada maupun pihak perusahaan
5. Pengawasan secara intensif aktivitas pembukaan lahan dengan mengeluarkan aturan
mengenai pembakaran lahan dan hutan
6. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang konservasi hutan dan lahan
7. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian kebakaran hutan serta
2 - 21 2.3.3. LAUT, PESISIR DAN PANTAI
Sebagian besar kecamatan di kabupaten tanah bumbu berada di sekitar wilayah laut
dan pesisir. Hal ini juga mempengaruhi mata pencaharian penduduk yang banyak
menggantungkan hidup dari hasil laut dengan menjadi nelayan atau petani kolam/tambak.
Dari 10 kecamatan, terdapat 6 (enam) kecamatan diantaranya berada disekitar pesisir dan
laut dengan jumlah desa sebanyak 30 (tiga puluh).
Secara umum kondisi kawasan pesisir dan laut di kabupaten tanah bumbu belum
terindikasi pencemaran akibat industri atau kegiatan usaha lainnya, tetapi potensi
kerusakan yang terjadi di pesisir dan laut sudah mulai terlihat, diantaranya kerusakan
ekosistem bakau (mangrove) akibat adanya pembukaan areal tambak rakyat yang tak
terkendali, penebangan kayu baku untuk bahan bangunan dan arang, konversi areal
mangrove untuk pembangunan infrastruktur pelabuhan khusus pengangkutan batu bara
serta kerusakan pesisir dan laut lainnya.
Bentuk profil kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari dua bentuk
yakni di bagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang berhadapan dengan Laut
Jawa. Pada perairan Selat Laut, menunjukkan di daerah pesisir Kabupaten Tanah Bumbu
lebih curam terutama dari Pulau Suwangi sampai ke muara Selat Laut, jika dibandingkan
dengan kedalaman di pesisir Pulau Laut (Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini
banyak terbentuk delta sebagai akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut
Peta. 2.8.
Kawasan Lindung Kabupaten Tanah Bumbu
2 - 23
Kondisi profil kedalaman di muara Selat Laut (terutama Tanjung Petang)
menunjukkan lebih dalam dan curam (>2o), dimana kedalaman 10 m hanya berjarak100 m dari garis pantai dan kedalaman maksimum mencapai 20 m, hal ini disebabkan karena
pengaruh gelombang dan arus yang sangat besar di daerah ini, sehingga menyebabkan
sedimen jauh terbawa ke daerah lain. Profil kedalaman di bagian selatan lebih beragam,
dimana pada kedalaman 5 m berkisar pada jarak 1-5 Km dan kedalaman 10 m pada jarak
6-16 Km. Ini menunjukkan pengaruh gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama
pada musim timur (angin dominan dari arah tenggara).
Proses perubahan garis pantai dan kedalaman sangat tergantung oleh dinamika
hidrooseanografi baik dari laut maupun dari darat yang melalui aliran sungai. Akibat proses
ini, sehingga profil kedalaman di perairan ini tidak beraturan, di mana banyak terdapat
sand dune(gumuk pasir) yang tidak beraturan sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus
pasut baik dari sungai maupun laut. Selain itu profil batimetri juga sangat dipengaruhi oleh
pola sebaran sedimen dari laut maupun daratan yang menyebabkan adanya sedimentasi
yang mengendap pada daerah-daerah tenang (pada daerah dengan kecepatan arus sangat
lemah). Bentuk kontur kedalaman dan garis pantai pada daerah ini sering berubah-ubah,
akibat proses sedimentasi maupun abrasi pada setiap perubahan musim. Adanya pohon
mangrove dengan ketebalan yang sangat besar di sepanjang pantai, cukup besar
pengaruhnya dalam meredam gelombang maupun kecepatan arus. Mangrove tersebut
sebagai perangkap sedimen, dengan hal ini akan menyebabkan sedimentasi yang cukup
besar terutama di Pulau Tampakan dan sekitarnya.
Tabel. 2.8. 2 Batulicin 1.456 384 266 287,633 - -3 Kusan Hilir 1.313 333 345 1.520,68 - -4 Sei. Loban 2.952 237 638 622,34 - -5 Angsana 2.217 516.5 15 252,789 - -6 Satui 4.430,5 1.406 538 871,761 - -Total 17.587,5 3.601 2.138 7.012,003 -
2 - 24 Tabel. 2.9.
Luas Tutupan Dan Kondisi Terumbu Karang
No. Kec. Luas
Jumlah 321,07 - 178.5 87.5 64 - 43,26 46,16 89,78 141,87
Sumbe : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu
Dari data pada tabel diatas terlihat bahwa pada beberapa kecamatan ada yang
mengalami penurunan kerusakan ekosistem mangrove meskipun angka penurunannya
sangat kecil. Dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 meskipun luas tutupan lahan tidak
ada perubahan, namun terlihat angka presentase luas tutupan dan kondisi terumbu karang
sedikit mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa selain sudah digalakkannya
berbagai macam program pengelolaan lingkungan oleh Pemerintah Daerah tetapi masih
banyak kegiatan-kegiatan yang berpotensi mengakibatkan kerusakan lingkungan. Adanya
potensi kerusakan mangrove tersebut jelas sangat menganggu fungsi ekologi hutan
mangrove sebagai perangkap sedimen dan merupakan habitat berbagai jenis satwa baik
sebagai habitat pokok maupun sebagai habitat sementara dan juga dari fungsi ekonomis,
dapat bermanfaat sebagai sumber penghasil kayu, bahan arang, alat tangkap ikan dan
sumber bahan lain seperti tannin dan pewarna. Mangrove juga mempunyai peran penting
sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut. Oleh karena itu, keberadaan
dan kelestarian hutan mangrove sangatlah penting untuk kesejahteraan manusia dan
memerlukan perhatian dan kepedulian dari Pemerintah Daerah setempat maupun
masyarakat sekitar.
Untuk daerah cakupan perairan Kabupaten Tanah Bumbu bagian selatan (perairan
Laut Jawa), berdasarkan data yang diperoleh dari Satelit Cersat selama 10 tahun terakhir
yakni tahun 2002 - 2012 (www.satelitcersat.com) pada ketinggian 10 m dpl menunjukkan
arah angin maksimum sebagian besar dari arah selatan (25,83%), kemudian dari arah
tenggara (20%), dengan kecepatan angin maksimum sebagian besar berkisar pada interval
5,4-7,9 m/s (45%) dan 7,9-10,7 m/s (22,50%). Selama periode 10 tahun terakhir ini
menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan kecepatan angin maksimum rata-rata 4,5 m/s.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim global telah mempengaruhi kawasan pesisir
2 - 25
Kondisi hidroosenografi di perairan Kabupaten Tanah Bumbu, sangat dipengaruhi oleh
musim, dimana pada musim barat gelombang yang terbentuk lebih banyak berasal dari arah
barat (42.31%) dengan tinggi dan periode gelombang berkisar pada interval 1.2 m - 2.1 m
dan 5.5 s - 6.6 s. Pada musim timur gelombang sudah berubah arah yakni dari arah selatan
(46.15%), dengan tinggi dan periode gelombang berkisar pada interval 1.5 m - 2.7 m dan 6.9
s - 8.3 s. Tinggi dan periode gelombang maksimum terjadi dari arah tenggara yakni 2.9 m
dan 8.2 s
Sedangkan di perairan Selat Laut, oleh karena posisinya terlindung oleh Pulau Laut,
sehingga pengaruh gelombang lebih tenang, dimana gelombang tertinggi terjadi dari arah
selatan yakni bisa mencapai 0.5 m dan 2.9 pada bulan Agustus - September.
Pola arus di perairan Selat Laut sangat dipengaruhi oleh pergerak massa air dari Selat
Makassar dan pasang surut, posisi selat yang sangat sempit, menyebabkan arus akan
mengalir dengan deras. Hal tersebut juga sangat dipengaruhi oleh adanya massa air dari
sungai yang membujur barat laut - tenggara. Dengan besarnya debit sungai dari daratan
akan mendorong sedimen terbawa jauh ke laut.
Bilangan Formzahl (F) diperoleh sebesar 2.13 atau berdasarkan kriteria courtier
range nilai tersebut termasuk dalam tipe pasang surut tipe campuran condong keharian
tunggal (mixed tide prevailing diurnal), menunjukkan bahwa dalam satu hari/piantan
pengamatan terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk
sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang
sangat berbeda, untuk perairan bagian selatan yang berbatasan dengan perairan Kabupaten
Tanah Laut. Sedangkan di perairan Selat Laut diperoleh Bilangan Formzahl (F) sebesar 0,84
atau tipe pasang surut merupakan campuran condong keharian ganda (mixed tide prevailing
semidiurnal). Hal ini menunjukkan pengaruh perairan Laut Jawa bertipe campuran condong
keharian tunggal dan Selat Makassar bertipe campuran condong keharian ganda, sangat
mempengaruhi perairan Kabupaten Tanah Bumbu.Lahan Budidaya Luas lahan budidaya
khususnya budidaya air payau berupa tambak tersebar di 3 kecamatan yaitu: Kusan Hilir,
Sungai Loban dan Satui. Total luas tambak di Kabupaten Tanah Bumbu pada tahun 2013
2 - 26 Tabel. 2.10.
Data Luasan Tambak Tahun 2014 Kabupaten Tanah Bumbu No. Kecamatan Luas Tambak (Ha)
1 Kusan Hilir 415,1 2 Sungai Loban 506 3 Satui 749,8
Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014
Pada usaha budidaya kolam, tambak dan keramba terjadi penurunan produksi yang
disebabkan antara lain:
1. Faktor alam yaitu adanya bencana banjir dan disamping itu masih banyak petani
pembudidaya yang tidak memasang pagar keliling kolam dan tambak sehingga
memudahkan ikan keluar dari lokasi pemeliharaan.
2. Musim kemarau yang panjang sehingga air didalam kolam sangat sedikit bahkan ada
yang lokasinya kekeringan sehingga ikan tidak bisa ditebar.
Beberapa kegiatan masyarakat yang berpotensi menyebabkan kerusakan pesisir dan pantai
diantaranya adalah:
1. Pembuatan kolam dan tambak di wilayah pesisir
2. Penggundulan hutan di daerah hulu
3. Kegiatan pengembangan di daerah pantai yang tidak mengindahkan dinamika pantai
4. Kegiatan kehutanan yang sering menggunakan sungai sebagai transportasi untuk
mendistribusikan hasil-hasil kayunya
5. Kegiatan pertambangan liar (illegal rninning) yang menggunakan merkuri yang langsung
di buang ke sungai sehingga akhirnya sampai ke laut yang menyebabkan polusi bagi
ekosistem laut (mengakibatkan terjadinya erosi dan sedimentasi)
6. Meningkatnya aktifitas lalu lintas air yang menimbulkan adanya ceceran minyak dari
alat transportasi air sehingga mengakibatkan terganggunya ekosistem biota perairan
dan kebisingan bagi fauna sekitarnya
7. Pembangunan sarana prasarana pelabuhan khusus yang kurang memperhatikan tata
ruang, sehingga kawasan konservasi khususnya terumbu karang di desa bunati
kecamatan angsana dan desa sei. Loban kecamatan sei. Loban kurang terlindungi
8. Kegiatan-kegiatan lainnya meliputi pembuangan limbah rumah tangga, industri yang
tidak mengikuti kaidah lingkungan menyebabkan air laut mudah tercemar, kegiatan
2 - 27
Dampak utama yang ditimbulkan akibat dari kerusakan pesisir dan laut adalah:
1. Terjadinya abrasi di pesisir
2. Terganggunya ekosistem peraian
3. Berpindahnya ground fishing
4. Berkurangnya tempat berlindung dan bertelur ikan, udang dan kepiting
5. Adanya keluhan masyarakat tentang tingginya kadar timbal (pb) di tambak yang
mengakibatkan kegagalan panen ikan.
2.4. TRANSPORTASI
2.4.1. PERHUBUNGAN DARAT
Panjang jalan diseluruh wilayah Kabupaten Tanah Bumbu pada tahun 2014 adalah
921,99 Km yang terbagi atas 99,8 Km merupakan jalan provinsi dan 692,79 Km yang
merupakan jalan kabupaten. Keadaan tahun 2014, jalan yang diaspal sepanjang 420,78 Km,
jalan kerikil 402,18 Km dan jalan tanah 92,52 Km. Keseluruhan panjang jalan di Kabupaten
Tanah Bumbu, 249,11 Km berkondisi baik, 273,96 Km berkondisi sedang, 316,21 Km
berkondisi rusak dan 82,7 Km berkondisi rusak berat.
Tabel. 2.11.
Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan, Kondisi dan Keras Jalan Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2014
Aspek Yang Diamati Jalan Negara (m) Jalan Provinsi (m) Jalan Kabupaten (m) Total (m) Jenis Permukaan
Aspal 127.400 99.800 193.583 420.783 Kerikil - - 402.187 402.187 Tanah - - 92.528 92.528 Lainnya 2000 - 4.495 6.495 Jumlah 1 129.400 99.800 692.793 921.993
Kondisi Jalan :
Baik 8.880 49.800 190.431 249.111 Sedang 43.400 3.700 226.863 273.963 Rusak 65.230 26.000 224.985 316.215 Rusak Berat 11.890 20.300 50.514 82.704 Jumlah 2 129.400 99.800 692.793 921.993
Peta. 2.9.
Morfologi Laut Kabupaten Tanah Bumbu
Peta. 2.10.
Ekosistem Pesisir Kabupaten Tanah Bumbu
2 - 30
Prasarana perhubungan darat yang dimiliki oleh Kabupaten Tanah Bumbu berupa
jalan darat sepanjang 1.596.850 km yang terdiri dari 134,85 km jalan negara, 97 Km jalan
provinsi dan 1.365 km jalan kabupaten. Keadaan tahun 2007-2009, dari keseluruhan
panjang jalan di Kabupaten Tanah Bumbu, 300,123 Km berkondisi baik, 368,995 km
berkondisi sedang, 462,602 Km berkondisi rusak dan 294,31 Km berkondisi rusak berat. Jika
dipersentasekan maka jalan rusak yang melintasi Kabupaten Tanah Bumbu hanya sebesar
0,02% dari total panjang jalan kabupaten yang ada. Ini berarti pada tahun 2011-2014 kondisi
jalan propinsi yang melintasi Kabupaten Tanah Bumbu kurang lebih 100% beraspal.
Tabel. 6.12.
Panjang Jalan Menurut Status Jalan Setiap Kecamatan Tahun 2014 (m) Kecamatan Jalan
Kusan Hilir 24.800 - 68.282 93.082 Sungai Loban 24.900 - 80.026 104.926 Satui 27.500 - 73.023 100.523 Angsana 16.200 - 41.116 57.316 Kusan Hulu - - 146.346 146.346 Kuranji - - 39.435 39.435 Batulicin 9.500 - 23.773 33.273 Simpang Empat 26.500 10.5 48.519 85.519 Karang Bintang - 11.5 70.161 81.661 Mantewe - 77.8 102.112 179.912 Tanah Bumbu 129.400 99.800 692.793 921.993
2 0 14 129.400 99.800 692.793 921.993
2 0 13 129.400 99.800 784.430 1.013.630
2 0 12 0 118.800 1.306.690 1.425.490
2 0 11 0 118.800 1.306.690 1.425.490
Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014
Sedangkan panjang jalan di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2014 adalah ± 921.993
m, dengan rincian ± 99.800 m merupakan Jalan Propinsi dan ± 692.793 m merupakan Jalan
Kabupaten. Kondisi jalan yang demikian semakin memperlancar arus lalu lintas dan
diharapkan kedepannya kondisi ini semakin memperlancar aktifitas perekonomian. Pada
jaringan jalan di daerah perbatasan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur yang
berpangkal di koridor jalan Batulicin-Sengayam, terdiri atas: jalan yang berujung di Bakau,
jalan yang berujung di Sungai Durian, jalan yang berujung di Gunung Batu Besar-Tanjung
Samalantakan, jalan yang berujung di Hampang, jalan yang berujung di Tanjung Batu-Pudi
2 - 31 Gambar. 2.1.
Presentase Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan Jalan Tahun 2014
Pada tahun 2014 ini, ada beberapa titik ruas jalan yang mengalami beberapa
kerusakan diantaranya di kecamatan Simpang Empat, Batulicin, Kusan Hilir dan Sebamban.
Sampai sejauh ini sudah dilakukan upaya-upaya pemeliharaan jalan oleh dinas/instansi
terkait meskipun belum secara keseluruhan dan diharapkan pada tahun-tahun mendatang
pemeliharaan jalan dilakukan secara cepat dan menyeluruh untuk menghindari kerusakan
jalan yang semakin parah. Disamping prasarana angkutan jalan darat ketersediaan
prasarana laut dan sungai juga memegang peranan penting. Hal ini ditandai dengan
keberadaan Pelabuhan Samudera di Batulicin, Pelabuhan Lokal di Pagatan, dan Pelabuhan di
Satui yang merupakan pintu gerbang masuk ke Kabupaten Tanah Bumbu melalui laut. Untuk
mendukung aktifitas perekonomian yang semakin tinggi, maka saat ini Kabupaten Tanah
Bumbu telah melengkapi diri dengan prasarana angkutan udara yang cukup memadai dan
akan terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Jaringan sungai dan
penyeberangan di Kabupaten Tanah Bumbu merupakan jembatan lintas kabupaten/kota
yang di Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu)-Tanjung Serdang (Kabupaten Kotabaru). Sungai
yang dapat di layari di wilayah Kalimantan Selatan khususnya Batulicin.
2.4.2. PERHUBUNGAN LAUT
Pelabuhan merupakan pintu gerbang keluar masuknya kapal, baik yang mengangkut
penumpang orang maupun barang kesatu wilayah tujuan. Di Kabupaten Tanah Bumbu
terdapat banyak jenis dan jumlah pelabuhan, diantaranya Pelabuhan Samudera,
Penyeberangan Ferry, Speed Boat, pendaratan dan pelelangan ikan serta pelabuhan khusus
2 - 32
Selama tahun 2014, tercatat jumlah kapal masuk ke Pelabuhan Batulicin sebanyak 5.211
buah dengan barang yang dibongkar seberat 1.602.196 Ton, dan barang yang dimuat
seberat 11.804.567 Ton, sedangkan jumlah kapal masuk ke pelabuhan Pagatan sebanyak
138 buah dengan barang yang dibongkar seberat 20.047 Ton. Di Pelabuhan Sei Danau
Satui selama 2013 terdapat aktifitas bongkar barang dengan volume mencapai 1.362.898
Ton dan muat barang 33.278.362 Ton. Di Kecamatan Batulicin terdapat aktifitas
penyeberangan dengan menggunakan kapal motor ferry Batulicin-Tanjung Serdang
(Kabupaten Kotabaru). Untuk pergerakan penumpang/manusia melalui pelabuhan Batulicin
melayani 4 trayek, yaitu:
1. Batulicin-Tg. Serdang
2. Batulicin-Surabaya
3. Batulicin-Balikpapan
4. Batulicin-Makasar
Selama tahun 2014, tercatat jumlah kapal masuk ke Pelabuhan Batulicin sebanyak
5.211 buah dengan barang yang dibongkar seberat 1.602.196 Ton, dan barang yang dimuat
seberat 11.804.567 Ton, sedangkan jumlah kapal masuk ke pelabuhan Pagatan sebanyak
138 buah dengan barang yang dibongkar seberat 30.539.73 Ton. Di Pelabuhan Sei Danau
Satui terdapat aktifitas bongkar barang dengan volume memuat barang mencapai
1.362.898 Ton dan bongkar barang 33.278.362 Ton.Di Kecamatan Batulicin aktifitas
penyeberangan dengan menggunakan kapal motor Ferry Batulicin-Tanjung Serdang
Kabupaten Kotabaru).
Gambar. 2.2.
2 - 33 2.4.3. PERHUBUNGAN UDARA
Bandar udara Bersujud Batulicin merupakan satu-satunya bandar udara yang
melakukan aktifitas penerbangan sipil dan komersil di Kabupaten Tanah Bumbu, dimana
termasuk kategori bandar udara pengumpan (spoke) khusus. Armada pesawat yang
digunakan adalah pesawat carteran yang melayani rute perjalanan Batulicin-Banjarmasin.
Pada Tahun 2014, selama tahun tersebut aktifitas penerbangan paling padat pada bulan
November dengan frekuensi pesawat mendarat dan berangkat masing-masing 99 kali.
Tabel. 2.13.
Lalu Lintas Pesawat Dan Jumlah Penumpang Di Bandara Batulicin 2014
Bulan Pesawat Penumpang Jumlah
Mendarat Berangkat Datang Berangkat
Januari 70 70 558 575 1.333 Pebruari 75 75 689 611 1.300 Maret 86 86 815 964 1.779 April 71 71 1.469 1.663 3.132 Mei 64 64 1.652 1.893 3.545 Juni 61 61 1.613 1.818 3.431 Juli 63 63 1.724 1.850 3.574 Agustus 70 70 1.442 1.507 2.949 September 77 77 1.656 1.848 3.504 Oktober 91 91 1.835 2.023 3.858 Nopember 99 99 1.870 1.878 3.748 Desember 65 65 644 838 1.482
Jumlah 2014 892 892 15.967 17.468 33.435
Peta. 2.11.
Prasarana Transportasi Kabupaten Tanah Bumbu
Peta. 2.12.
Jaringan Jalan Kabupaten Tanah Bumbu
2 - 36
2.5. KEPENDUDUKAN
2.5.1. JUMLAH PENDUDUK
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Tanah
Bumbu sebanyak 267.929 jiwa yang tersebar di 10 (sepuluh) kecamatan. Konsentrasi
penduduk berada di Kecamatan Simpang Empat, Satui dan Kusan Hilir. Tahun 2014
berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Tanah bumbu mencapai 306.185
atau naik sekitar 3,78 %.
Sebaran penduduk terbanyak tiap kecamatan (2014) terdapat di kecamatan Simpang
Empat sebanyak 82.913 jiwa atau 27% dari jumlah penduduk tanah bumbu, sedangkan
sebaran terkecil terdapat di kecamatan Kuranji sebanyak 8.252 jiwa atau hanya 3 %. Dengan
demikian kepadatan penduduk mencapai jiwa per km (2007) yang kembali meningkat
ditahun 2014 mencapai 32 jiwa per km. Tahun 2014 tingkat kepadatan antar kecamatan
cukup variatif, Kecamatan Simpang Empat mempunyai tingkat kepadatan tertinggi sebesar
275 jiwa per km, sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Kusan hulu yang hanya 12
jiwa per Km nya.
Tabel. 2.14.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2007-2014
No. Kecamatan Rate Pertumbuhan Penduduk (%) Rata-Rata Rate (%) 2007-2008 2009-2010 2011-2012 2003-2014
1 Kusan Hilir 3,05 24,48 4,21 -18,84 3,23 2 Sungai Loban 1,32 34,87 -2,61 -16,95 4,16 3 Satui 1,66 38,60 -1,39 3,61 10,62 4 Kusan Hulu 1,91 53,66 0,89 -26,46 7,50 5 Batulicin 6,96 30,09 -1,25 -11,05 6,19 6 Simpang Empat 1,76 4,53 8,30 1,95 4,14 7 Karang Bintang 2,23 35,26 -0,81 -28,34 2,08 8 Mantewe 1,69 42,44 3,07 -36,69 2,63 9 Kuranji 3,57 21,74 11,03 -21,31 3,76 10 Angsana 2,35 53,05 -3,42 -18,36 8,40
Jumlah 2,31 28,39 2,27 -13,29 4,92
Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014
2.5.2. STRUKTUR PENDUDUK
Struktur umur penduduk (2014) sebagaimana struktur umur pada umumnya
umumnya yaitu berstruktur umur muda (0-14 tahun) 94.591 jiwa (31%). struktur umur
Produktif (15-64) 202.361 jiwa (66 %) dan umur non produktif (65+) 9.233 jiwa atau 3.%.
Persentase penduduk miskin pada tahun 2013 sebesar atau 5,20 % telah menurun
dibanding tahun sebelumnya 2012 yakni sebesar 5,47%. Sedangkan jumlah penduduk
2 - 37
Sebagai indikator dari pembangunan di bidang kependudukan dapat dilihat dari
perkembangan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Kabupaten Tanah
Bumbu menunjukkan perbaikan, yaitu dari 71,09 pada tahun 2013 menjadi 71,82 pada
tahun 2014. Kabupaten Tanah Bumbu berada pada posisi ke 9 se-Propinsi Kalimantan
Selatan pada tahun 2013 dan tahun 2014. Dengan demikian kondisi kualitas SDM
Kabupaten Tanah Bumbu masih tertinggal. Hal ini akan menyulitkan apabila akan masuk
pada lingkungan global jika tidak segera dilakukan perbaikan. Sementara itu dari segi
pembentukan IPM, indikator harapan hidup penduduk Tanah Bumbu telah meningkat dari
65,68 tahun (tahun 2013) menjadi 68,86 tahun di tahun 2014. Angka melek huruf juga
meningkat dari 95,25% tahun 2013 menjadi 96,59% tahun 2014 dan Rata-rata lama sekolah
juga meningkat dari 7,56 tahun menjadi 7,73 tahun ditahun 2014.
Capaian tingkat pendidikan tertinggi penduduk Kabupaten Tanah Bumbu masih
tergolong rendah. Pada tahun 2007 penduduk yang tidak/belum pernah sekolah mencapai
20.743 (laki-laki) dan 21.303 (perempuan), tidak/belum tamat SD 24.011 (laki-laki) dan
25.671 (perempuan), SD/MI 15.230 (laki-laki) dan 13.940 (perempuan), SLTP/MTs 4.601
9laki-laki) dan 4.458 (perempuan), SLTA/MA 2.657 (laki-laki) dan 2112 (perempuan),
Akademi/diploma 1.068 (laki-laki) dan 576 (perempuan), Universitas 852 (laki-laki) dan 435
(perempuan). Faktor lain yang menentukan pembangunan manusia adalah tingkat
pengeluaran riil perkapita dimana Kabupaten Tanah Bumbu pada tahun 2013 sebesar Rp.
641.200,- lebih tinggi dari Propinsi Kalimantan Selatan yang sebesar Rp. 619.800,-. Tahun
2007 meningkat menjadi Rp. 623.000,- sementara Propinsi Kalimantan Selatan sebesar Rp.
622.700,-. Untuk nasional pada tahun 2014 sebesar Rp. 644.100. Ini berarti rata-rata
pengeluaran riil perkapita untuk Kabupaten Tanah Bumbu lebih tinggi daripada rata-rata
untuk Propinsi Kalimantan Selatan dan rata-rata nasional.
2.5.3. KEPADATAN PENDUDUK
Kuantitas Penduduk Tanah bumbu selama kurun waktu 20 tahun kedepan
berdasarkan perkembangan 10 tahun terakhir, maka penduduk akan tumbuh 60,55%
dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 2,52%, capaian pertumbuhan dalam 5
tahunan diproyeksikan tahun 2010 sebanyak 247.258 jiwa, dan di tahun 2025 sebesar
343.366 jiwa dengan rasio 118, yaitu diantara 100 penduduk perempuan sebanding dengan
118 penduduk laki-laki. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2014, jumlah penduduk
2 - 38
Kepadatan penduduk di Kabupaten Tanah Bumbu merupakan perbandingan antara
jumlah penduduk dengan luas wilayah perencanaan. Kecamatan yang memiliki kepadatan
yang cukup besar adalah Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Karang Bintang,
dengan rata-rata kepadatan penduduknya sebesar 225 jiwa/Km2 untuk kecamatan yang memiliki kepadatan cukup rendah adalah Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan Mantewe,
rata-rata kepadatan penduduknya 12-17 jiwa/Km2.
Tabel. 2.15.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan KecamatanTahun 2014
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka 2014
Tabel. 2.16.
Jumlah Kepadatan Penduduk Menurut KecamatanTahun 2014
Kecamatan Penduduk (Jiwa) Luas (Km2) Kepadatan (Jiwa/Km2)
Kusan Hilir 47366 401,54 117.89
2 - 39
2.6. EKONOMI
Kondisi makro ekonomi di Kabupaten Tanah Bumbu digambarkan dengan melalui
Pendapatan Daerah, Investasi Daerah, PDRB, APBD dan Struktur Ekonomi.
2.6.1. PENDAPATAN DAERAH
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Pemerintah yang digunakan untuk
membiayai pembangunan. Di Kabupaten Tanah Bumbu ada beberapa pos penerimaan
daerah, di antaranya berupa Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Selama tahun 2008
penerimaan daerah dari pos BBN-KB dan PKB berturut- turut sebesar Rp 19,87 milyar dan
Rp 9,40 milyar.
Target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada tahun 2011, sebesar
25,355 milyar rupiah, sedangkan realisasinya telah melebihi target yakni sebesar 30,887
milyar rupiah (121,82 persen). Sumber penerimaan PBB terbesar berasal dari sektor
pertambangan yang mencapai 21,686 Milyar Rupiah.
Sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanah Bumbu selama tahun 2014 yang
berasal dari Retribusi IMB yakni sebesar 1,171 Milyar Rupiah. Angka ini kurang dari target
1,223 Miliyar Rupiah. Sumber lain yang memberikan kontribusi tinggi adalah Pajak Bahan
Galian Golongan C.
2.6.2. INVESTASI
Investasi merupakan salah satu hal yang turut mendorong hidupnya sektor riil di
suatu wilayah, melalui instrumen tersebut jugalah terjadinya penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan volume produksi. Sesuai data yang tercatat di BKPMD provinsi Kalimantan
Selatan, pada tahun 2011, jumlah proyek yang teralokasi di Kabupaten Tanah Bumbu 65
proyek, dengan nilai investasi sebesar 904 Milyar Rupiah yang terdiri dari Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) Penanaman Modal Asing (PMA). Dari nilai investasi tersebut
terserap 8.792 tenaga kerja Indonesia. Nilai investasi ini diharapkan akan semakin
bertambah ke depannya, mengingat Kabupaten Tanah Bumbu dikenal memiliki potensi
sumber daya alam yang melimpah. Hal ini menjadi tanggung jawab tersendiri bagi
pemerintah daerah guna menarik investor untuk menanamkan modalnya di wilayah
2 - 40 2.6.3. PDRB Dan APBD
Pada tahun 2014, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tanah Bumbu
atas dasar harga berlaku, sebesar 8,947 trilyun Rupiah. Sedangkan menurut harga konstan
2000, PDRB Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 3,88 trilyun rupiah. Sektor yang paling besar
peranannya dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tanah Bumbu adalah sektor
Pertambangan dan Penggalian (43,87,11 persen), kemudian disusul sektor Pertanian
sebesar 13,54 persen. Laju pertumbuhan PDRB Tanah Bumbu pada tahun 2014 sebesar 5,58
persen. Sektor yang mencatat pertumbuhan terbesar adalah sektor keuangan sebesar 11,77
persen, sedangkan yang terendah pertumbuhannya adalah sektor Listrik dan Air Minum,
yakni 1,26 persen.
Gambar. 2.3.
Struktur Perekonomian Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2014
Sumber: Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014
Selama kurun waktu lima tahun terakhir, perekonomian Tanah Bumbu menunjukkan
struktur yang relatif tetap. Sektor-sektor primer (pertanian dan pertambangan) tetap
menunjukkan dominasinya dalam perekonomian Tanah Bumbu, disusul sektor sekunder
(industri, konstruksi, listrik dan air bersih) dan tersier (perdagangan, pengangkutan
telekomunikasi, bank dan jasa-jasa). Hal inilah yang membentuk corak ekonomi Tanah
Bumbu sebagai daerah agraris. Lokomotif pertumbuhan ekonomi Tanah Bumbu juga masih
dikendalikan oleh sektor primer. Apalagi selama dua tahun terahir ini, sejak krisis keuangan
global terjadi, banyak peta perubahan arah konsumsi negara dunia, yang mulai mengalihkan
orientasi konsumsinya ke produk-produk primer dan energi, seperti karet, sawit dan
batubara. Tentunya momentum seperti ini menguntungkan daerah-daerah seperti Tanah
2 - 41
Perekonomian Tanah Bumbu tahun 2014 mengalami pertumbuhan 5,58%. Pertumbuhan ini
lebih lambat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 6,10%. Pertumbuhan ekonomi Tanah
Bumbu yang cukup tinggi tersebut dipicu oleh membaiknya kinerja beberapa
sektor/lapangan usaha, yang menjadi sumber pertumbuhan seperti pertambangan,
pertanian, perdagangan, industri dan transportasi.
Kemampuan keuangan daerah pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu melalui
Pendapatan Asli Daerah (PAD) nampak terlihat meningkat dengan stabil. Setelah menjadi
Kabupaten Tanah Bumbu PAD mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 sebesar
Rp. 164.488.336.621,- dan pada tahun 2014 naik menjadi Rp. 248.141.276.461,56,-. PAD
tersebut bersumber dari Pendapatan Daerah/Pajak Daerah, Retribusi Daerah.
Dana perimbangan yang diterima pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2014 sebesar
Rp. 718.759.640.999 dana perimbangan tahun 2014 ini terbagi atas Dana Alokasi Khusus;
Dana Alokasi Umum; Bagi Hasil Pajak; Bagi Hasil Bukan Pajak; Dana Penyeimbang dari
Propinsi dan Dana Penyeimbang dari Pemerintah.
2.7. SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Sumberdaya mineral yang merupakan sumberdaya alam tak terbarukan (exhaustible
atau nonreneweble resources) Di Kabupaten Tanah Bumbu diantaranya berupa kandungan
batu gamping, marmer, kaolin, pospat, perindotit, emas, intan, pasir kuarsa, lempung dan
batubara. Potensi Sumberdaya Mineral Batubara yang terbanyak terdapat di Kecamatan
Satui dan Kec.Batulicin. Perusahaan yang telah mengekploitasi adalah PT. Arutmin
mengelola lokasi di dua wilayah, yaitu Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu. Selain itu
terdapat tidak kurang dari 58 badan usaha yang melakukan kegiatan penambangan ini.
Kemudian disadari bahwa dari sejumlah produksi tersebut belum menghasilkan nilai
tambah produk yang berarti, belum memberikan bagihasil produk yang berarti bagi daerah,
bahkan masih belum sepenuhnya dapat terkelola dan terkendali dengan baik terutama
kelestarian fungsi lingkungan hidup sehingga terjadi penurunan daya dukung lingkungan
2 - 42 Tabel. 2.17.
Penyebaran Dan Potensi Bahan Galian Dan Tambang
No. Bahan Galian Lokasi Potensi/cadangan
1. Batu Gamping a.Daerah trans.blok A2, B2 & E2 Kec.Batulicin
b.Ds. Mentewe Kec.Batulicin 3. Kaolin Ds.Sei.Dua Kec.Batulicin 100.000 ton 4. Pospat Daerah trans blok A2 Kec. Batulicin 1.25 ton 5. Perindotit a.Ds.Aib Kec.Kusan Hulu
b.G.Kukusan Kec.Batulicin 8. Pasir Kuarsa Sekapuk Kec.Satui 112.500 ton 9. Lempung a.Ds.Sebamban Kec.Satui
Sumber : Kanwil Pertambangan dan Energi Kalsel
Sumberdaya Hutan merupakan sumberdaya alam terbesar/terluas kedua setelah
batubara di Kabupaten Tanah Bumbu. Keberadaan sumberdaya alam tersebut tidak lepas
dari suatu permasalahan sebagai akibat dari dampak kegiatan pemanfaatan sumberdaya
alam oleh manusia. Perubahan pola hubungan manusia dengan sumberdaya alam dari pola
hubungan kooperasi kepola hubungan eksploitasi memunculkan adanya degradasi
sumberdaya alam dan dehumanisasi manusia yang tinggal di dalam dan di sekitarnya.
Degradasi dan dehumanisasi tersebut disebabkan oleh pesatnya deforestasi sumberdaya
hutan akibat penebangan liar, kegiatan perladangan, kebakaran hutan, perubahan fungsi
hutan, penebangan oleh IUPHHKHA, dan kegiatan pertambangan.
Konversi hutan menjadi suatu bentuk penutupan lahan non-hutan secara
besar-besaran untuk pertambangan ,perkebunan, hutan produksi, hutan tanaman industri,
transmigrasi, perladangan non-tradisonal telah memberikan dampak terhadap kondisi
hidrologi (tata air dan aliran air) kawasan yang spesifik untuk Kabupaten Tanah Bumbu
2 - 43
Sumberdaya air untuk Kabupaten Tanah Bumbu berasal dari Satuan Wilayah Sungai (SWS)
Cengal-Batulicin seluas 18.651,167 Km2, yang meliputi Sungai Cengal, Sungai Satui, Sungai
Batulicin, Sungai Sebamban, Sungai Kusan, Sungai Batu Laki, dan Sungai Kintap.
Kemampuan DAS ini bersifat pluktuatif. Pada musim hujan kemampuan DAS ini sangat
terbatas dalam menampung curah hujan yang tinggi, sehingga terkadang menimbulkan
banjir. Akan tetapi jika musim kemarau disaat debit air rendah makasupplyair untuk PDAM
jadi terhambat.
Di Kabupaten Tanah Bumbu pemanfaatan sumberdaya air secara langsung
mencakup pemanfaatan untuk irigasi dan air bersih. Secara tidak langsung adalah untuk
transportasi sungai dan pariwisata. Untuk air bersih selain langsung digunakan oleh
masyarakat maka sumberdaya air tersebut dikelola oleh PDAM sebagai sumber air baku
PDAM yang digunakan oleh 3.352 pelanggan. Pemanfaatan lainnya dalam bentuk perairan
umum yang digunakan untuk perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pemanfaatan
sumberdaya air melalui sistem irigasi dihadapkan pada kendala kurang berakarnya sistem
pengelolaan irigasi berbasis pada masyarakat sehingga muncul adanya krisis kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah, rendahnya partisifasi kelompok Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A), dan tuntutan ganti rugi tanah.Selain itu kondisi saluran irigasi dan
peralatan yang digunakan untuk operasi dan pemeliharaan irigasi sebagian juga mengalami
Peta. 2.13.
Sebaran Pertambangan Kabupaten Tanah Bumbu
Peta. 2.14.
Kawasan Hutan Kabupaten Tanah Bumbu
2 - 46
2.8. POTENSI DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA
Pariwisata merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dapat
memberikan kontribusi besar dalam upaya mendorong pertumbuhan wilayah Kabupaten
Tanah Bumbu yang sedang tumbuh dan berkembang, khususnya dalam memacu
penerimaan devisa Negara dan pendapatan asli daerah. Peluang pengembangan sektor
pariwisata di Kabupaten Tanah Bumbu masih sangat terbuka lebar dan dapat dijadikan
sebagai salah satu unggulan. Keunggulan tersebut antara lain sebagai daerah tujuan wisata
dengan beberapa obyek berupa wisata bahari (terumbu karang), wisata alam, wisata
panorama, dan wisata budaya.
Selain itu karena posisinya yang strategis, kabupaten Tanah Bumbu dapat berfungsi
sebagai pintu gerbang pariwisata regional khususnya di Provinsi Kalimantan Selatan. Seiring
dengan perkembangan ekonomi nasional serta terbukanya jalur transportasi yang
menghubungkan wilayah-wilayah Kalimantan Selatan, perkembangan obyek wisata di
daerah pesisir Kabupaten Tanah Bumbu diprediksikan akan dapat berkembang dengan
pesat. Peluang investasi disektor pariwisata diarahkan untuk pengembangan infrastruktur di
area wisata pesisir Kabupaten Tanah Bumbu terutama infrastruktur transportasi. Peluang
pengembangan investasi lainnya berupa penyediaan fasilitas akomodasi seperti hotel dan
guest house, biro perjalanan wisata, dan toko cinderamata.
Akomodasi adalah tempat orang menginap untuk sementara waktu. Akomodasi
yang dicatat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Bumbu adalah hotel,
penginapan, wisma dan pondok. Fasilitas akomodasi yang terdapat di Kabupaten Tanah
Bumbu mayoritas berlokasi di Kecamatan Simpang Empat, Satui dan Kusan Hilir. Diantara 41
akomodasi yang terdaftar, ada 7 (tujuh) hotel kelas bintang yaitu Hotel Surya, Nugraha
Batulicin, Ebony, Friendship, Putri Duyung Resort, Grand Central dan Satui Adygraha. Dua di
antara hotel kelas bintang tersebut berlokasi di Kecamatan Batulicin.
Dengan adanya fasilitas akomodasi yang tersedia, sangat mendukung bagi
kepariwisataan di Kabupaten Tanah Bumbu. Akomodasi menjadi tempat penginapan bagi
wisatawan yang berkunjung ke wilayah ini. Di Kabupaten Tanah Bumbu sendiri terdapat
banyak jenis objek wisata, di antaranya objek wisata alam berupa Pantai Pagatan dan Pantai
Bunati, objek wisata alam seperti Cek Dam dan Pondok Lesehan, serta objek wisata budaya
seperti Mapparentasi dan Makam Pangeran Muhammad Nafis.
Kabupaten Tanah Bumbu sendiri terdapat banyak lokasi yang menjadi potensi
pengembangan kegiatan pariwisata, baik objek wisata alam dan wisata budaya yang
diharapkan dapat dipromosikan sebagai daerah yang menarik minat wisatawan, baik
2 - 47
Potensi wisata yang dapat dipromosikan ke dalam paket wisata, yaitu:
1. Pantai Pagatan
Terletak di Pagatan, ± 5 jam dari Banjarmasin. Pantai ini merupakan tempat
dilaksanakannya acara adat “Mappanretasi”. Pantai Pagatan mempunyai panjang ± 25
km dari ujung timur sampai ujung barat. Fasilitas yang tersedia di obyek wisata Pantai
Pagatan antara lain pintu gerbang utama Selamat Datang, ruang istirahat (rest area),
toko oleh-oleh/souvenir dangazebo.
2. Pantai Pulau Salak
Cemara laut menjadi ciri khas dari pantai ini, pantai ini pun sangat cocok untuk tempat
berkemah. Pantai ini berjarak ± 5 km dari Kota Pagatan.
3. Pantai Tanjung Petang
Merupakan tempat wisata seluas ± 12 ha, tempat ini sudah dilengkapi dengan sarana
dan prasarana penunjang pariwisata. Pantai ini berjarak ± 6 km dari Pagatan. Di pantai
ini juga telah tersedia fasilitas Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) termasuk sumur.
4. Pantai Angsana
Bentuk wisata bahari dapat dilakukan di pantai Angsana yaitu menyelam di sekitar
terumbu karang dengan menggunakan alat selam dasar (masker, snorkeldan fins) dan
alat selam SCUBA. Di pantai ini telah tersedia fasilitas Mandi, Cuci dan Kakus (MCK)
termasuk sumur, juga tersediagazebosebagai tempat istirahat dan dermaga.
5. Pantai Bunati
Di Pantai Bunati terdapat Pesanggarahan untuk berkumpul keluarga.
6. Sumber Air Panas
Terletak di S.Binjai/Pagatan.
7. Cek Dam
Bendungan buatan yang menyerupai danau kecil. Terdapat pondok lesehan.
8. Wisata budaya/makam
Di Tanah Bumbu terdapat beberapa makan yang dikermatkan oleh warga, antara lain
makam Pangeran Muhammad Nafis, makam Syekh M. Arsyad, makam Puang Aji Toa dan
makam Raja Pagatan dan Kusan, makam Puang Aji Toa. Di lokasi ini telah dibangun pintu
gerbang. Di kawasan Makam Syekh M. Arsyad telah dikelilingi dengan pagar kawat
2 - 48
9. Rindu Alam
Di lokasi ini telah telah tersedia fasilitas Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) termasuk sumur.
Pariwisata merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi besar dalam upaya mendorong pertumbuhan wilayah Kabupaten Tanah
Bumbu yang sedang tumbuh dan berkembang, khususnya dalam memacu penerimaan
devisa Negara dan pendapatan asli daerah. Peluang pengembangan sektor pariwisata di
Kabupaten Tanah Bumbu masih sangat terbuka lebar dan dapat dijadikan sebagai salah
satu unggulan. Keunggulan tersebut antara lain sebagai daerah tujuan wisata dengan
beberapa obyek berupa wisata bahari (Terumbu Karang), wisata alam, wisata panorama,
dan wisata budaya. Selain itu karena posisinya yang strategis, kabupaten Tanah Bumbu
dapat berfungsi sebagai pintu gerbang pariwisata regional khususnya di Propinsi
Kalimantan Selatan.
Tabel. 2.18.
Kawasan Peruntukan Pariwisata Budaya di Kabupaten Tanah Bumbu
Nama Obyek Jenis Kegiatan Daya Tarik Wilayah Pemilik Fasilitas
1. Makam Syekh