• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI - Permasalahan Penjadwalan Flow Shop Dalam Proses Pengecatan Body Mobil Dengan Menggunakan Harmony Search Algorithm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI - Permasalahan Penjadwalan Flow Shop Dalam Proses Pengecatan Body Mobil Dengan Menggunakan Harmony Search Algorithm"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

2.1. Pengecatan Body Mobil

Pengecatan adalah salah satu jenis pelapisan permukaan dimana bahan pelapisnya telah diberi pewarna (cat). Pengecatan secara tradisional digambarkan sebagai suatu proses pewarnaan. Proses pengecatan tersebut biasa digunakan untuk pekerjaan akhir (finishing) produk-produk dari logam, kayu, plastik dan lain-lain (Saputra, 2009). Proses mengecat merupakan suatu proses yang penting dalam industri automotif. Proses ini bertujuan untuk memberi penampilan yang menarik dan menyediakan lapisan perlindungan melawan cuaca dan karat (Farid, 2008).

Cat dan industri pengecatan terdiri dari berbagai jenis operasi, mulai dari bervolume besar original equipment manufactures (OEMs) yang berjalan otomatis, sistem monitor tertutup untuk toko melakukan kontrak kerja dengan peralatan yang dioperasikan secara manual.

(2)

2.1.1. Sejarah automotive painting

Sejak automobile pertama sekali dibuat pada akhir tahun 1800, telah banyak

perubahan pada teknologi cat untuk melindungi dan memperindah alat transportasi,

dari produk alami hingga high tech polymer. Pada awal abad ke 20 teknologi

automotive paint diawali dengan air-dry varnish system yang digunakan untuk mebel

yang terbuat dari kayu dan kereta kuda. Pilihan warna kereta kuda pada saat itu hanya

warna hitam.

Sejarah cat pelindung kembali lagi pada kereta kuda. Cat pelindung utama

menggunakan lemak hewan. Kemudian digunakan lilin dan minyak. Lemak dan

minyak digunakan untuk membantu memperkuat cat dari embun dan memelihara kayu

dari panas. Lemak dan minyak juga membantu memperhalus dan memperindah.

Bahan-bahan ini telah sering digunakan untuk memelihara dan melindungi produk

mereka. Pada akhirnya metode protecting dan beautifying digunakan untuk

automobiles, sama halnya dengan kereta kuda. Secara cepat automobiles juga

menggunakan kayu dan sangat terkenal dengan cat yang bagus.

Dalam menggunakan logam besi dan baja, harus dicat untuk mencegah

terjadinya korosi dan walaupun beberapa bagian body disampingnya galvanis, cat

merupakan solusi yang tepat karena sifatnya yang protective dan decorative.

Kekurangan dari cat ini adalah mudah digunakan, lebih tahan lama dan cepat

kering, sehingga menjadi rintangan yang nyata dalam efisiensi produksi mesin mobil.

Seperti kemajuan dalam ilmu kimia yang ditemukan di dalam laboratorium, kemajuan

teknologi pengecatan sudah ketinggalan zaman. Pada tahun 1923, E.I. DuPont De

Nemours mengembangkan sistem nitrocellulose lacquer, yang menawarkan banyak

pilihan warna dan lebih mudah mengaplikasikannya dengan menggunakan spray guns.

Akan tetapi, sistem lacquer membutuhkan aplikasi spray dengan 3 sampai 4 lapisan

cat untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Lacquers juga memiliki daya tahan yang

buruk terhadap beberapa zat kimia.

Nitrocellulose paints dalam menggunakan aplikasi spray dan waktu

pengeringan cukup signifikan dengan waktu yang lebih pendek. Keuntungan lainnya

adalah jumlah warna yang tersedia lebih banyak. Ilmu kimia memberikan kontribusi

kepada industri automotive dengan menghasilkan alkyd resins. Alkyd resin digunakan

dalam pembuatan alkyd enamels. Alkyd resins diperoleh dari glycerin yang diproses

(3)

bahan peledak dan dalam zat pelarut yang digunakan dalam cat.

Alkyd enamels dari tahun 1930-an dikenalkan dengan cepat kemampuannya

untuk diakui seperti pemrosesan modren automotive finishing. Enamels menawarkan

sebuah gloss finish yang bagus dan color palette yang layak. Sebelum berkembangnya

proses pengecatan, alkyd enamels lebih tahan lama dan tentu saja lebih cepat. Ketika

perkembangan domestik dimulai lagi setelah perang dunia II, acrylic lacquers

diberikan OEM dan meneruskan kembali industri untuk selanjutnya. Lacquer

diberikan waktu pengeringan yang sangat cepat dibandingkan enamels. Ini

diwujudkan dalam meningkatkan daya produksi yang signifikan pada jalur perakitan

yang difasilitasi automobile manufaktur untuk memenuhi permintaan yang tinggi

pasca perang. Formulasi acrylic lacquer juga membawa permukaan yang lebih besar

untuk formulasi warna yang tersedia. Nitrocellulose lacquer digunakan pada beberapa

mobil penumpang sampai sekitar tahun 1957, ketika acrylic lacquer diperkenalkan.

Acrylic lacquers menawarkan daya tahan dan kecerahan yang lebih baik serta warna

yang tepat terutama metalliccs.

Enamels mengungguli lacquers dengan mengeliminasi buffing yang

dibutuhkan setelah proses pengeringan untuk mencapai finish high-gloss dan juga

memberikan peningkatan daya tahan pada kerusakan UV. Enamels juga diuntungkan

para penggunanya dengan mempertahankan daya tahan dan melebihi kecepatan

metode aplikasi sebelumnya. Penggunaan katalis, yang segera dimulai setelah

pengenalan acrylic enamels, meningkatkan kinerja hingga 50 persen lebih lacquers

untuk menyediakan perbaikan lebih lanjut dalam penampilan dan daya tahan, tipe baru

finish, yang disebut “Basecoat / Clearcoat,” dikembangkan dan diperkenalkan pada

tahun 70-an. Topcoat paint system dipisah menjadi enamel basecoat berpigmen diikuti

oleh clear finish. Kunci untuk teknologi ini adalah pengembangan bahan clearcoat

dengan daya tahan yang unggul di semua iklim. Awalnya, biaya basecoat/clearcoat

paint system mahal dan hanya digunakan pada beberapa high-end automobile finishes.

Namun, perbaikan dalam teknologi material dan pemrosesan membantu untuk

mengurangi biaya dan pada akhir tahun 80-an paint system ini telah tersebar luas.

Bahkan, hanya sebagian kecil dari mobil yang diproduksi saat ini tidak menggunakan

basecoat/clearcoat paint system (Farid, 2008).

Keuntungan dari dua lapisan sistem ini banyak. Ini sangat meningkatkan gloss

(4)

formulator cat menggabungkan peredam UV untuk melindungi clearcoat dan pigmen

basecoat dari oksidasi. Oleh karena itu, dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk

menimbulkan efek memudar.

2.1.2. Fungsi pengecatan

Adapun fungsi pengecatan untuk bahan logam maupun non logam adalah sebagai

berikut (Saputra, 2009):

a) Fungsi Dekorasi (hiasan)

Pengecatan bertujuan untuk memperindah benda / barang yang dicat, sehingga

barang akan mempunyai nilai seni ekonomi dan daya tarik lebih tinggi

dibandingkan sebelumnya.

b) Fungsi Pelindung

Pengecatan bertujuan untuk melindungi permukaan bahan material yang dicat,

terutama pada bahan logam. Perlindungan ini untuk menghambat terjadinya

korosi akibat pengaruh cuaca / lingkungan sekitar, sehingga dapat

memperpanjang usia logam tersebut dari korosi / karat.

c) Fungsi Khusus

Pengecatan yang digunakan untuk tujuan-tujuan khusus seperti, pemantulan

cahaya, isolasi dan peredam suara.

2.1.3. Penggolongan cat berdasarkan fungsi

Adapun penggolongan cat berdasarkan fungsi adalah sebagai berikut :

a) Top Coat, yaitu lapisan terluar yang langsung terlihat oleh mata.

b) Under Coat, yaitu lapisan yang ada di bawah lapisan top coat.

c) Primer, yaitu cat under coat yang digunakan untuk menghambat proses korosi

(5)

d) Surfacer, yaitu under coat yang digunakan untuk mengisi permukaan yang

tidak sempurna. Surfacer diformulasikan sedemikian rupa sehingga melalui

pengecatan surfacer dapat diperoleh permukaan yang halus sebelum lapisan

top coat diaplikasikan.

2.1.4. Process flow paint shop

Process painting body mobil tidak hanya terfokus kepada pengecatan body mobil saja,

akan tetapi terdapat beberapa tahapan proses yang melibatkan proses pengovenan

selain pengecatan. Secara keseluruhan flow process painting digambarkan pada

gambar 2.1. (Streitberger dan Dossel, 2008):

Gambar 2.1 Flow Process Painting

a) Washer

Pada proses awal dari proses painting body mobil adalah wahser, yaitu

pembersihan body mobil dengan menggunakan air dari segala macam material

yang dapat menjadi penghalang dalam proses pengecatan termasuk minyak

(6)

b) Pretreatment

Pretreatment adalah proses dimana body mobil mengalami proses pembersihan

dan pelapisan dengan bahan kimia, yaitu meningkatkan adhesi dan

perlindungan korosi.

c) CED

CED merupakan proses tahap pengecatan dengan cara dicelup yang berfungsi

untuk memperkuat anti karat.

d) Baking Oven

Baking oven adalah proses yang terjadi di dalam ruang oven untuk

mempercepat proses pengeringan body mobil.

e) Sanding

Sanding merupakan proses pengamplasan body mobil untuk menghaluskan

permukaan body mobil agar dapat diproses pada tahap pengecatan selanjutnya.

f) Sealing

Sealing adalah proses pemberian sealer pada sela-sela body mobil yang

bertujuan supaya air tidak masuk ke dalam mobil atau mesin jika terkena air.

g) Sound Dampers

Sound dampers berfungsi untuk mengurangi suara bising yang diakibatkan

oleh perputaran roda atau gesekan ban dengan aspal serta suara bising mesin

yang akan mengurangi kenyamanan dalam berkendara. Pada tahap ini

menggunakan aplikasi penyemprotan dengan ketebalan 0.3 mm. Selain itu

sound dampers dapat juga berfungsi sebagai peredam hawa panas baik yang

ditimbulkan dari mesin atau hawa panas dari luar.

h) Drying

Drying adalah proses membiarkan cat kering di udara atau biasanya

(7)

i) Cleaning

Cleaning merupakan proses pembersihan body mobil dari debu dan kotoran

agar dapat dicat pada tahap selanjutnya dengan menggunakan spray

bertekanan angin.

j) Primer Surfacer Application

Primer Surfacer Application berfungsi untuk memberi ikatan antara lapisan

primer dengan topcoat.

k) Basecoat

Basecoat merupakan tahap pengecatan yang berfungsi untuk melekatkan

antara CED dengan Clearcoat sehingga lebih sempurna serta sebagai dasar

pewarnaan pada body mobil.

l) Flash Off

Pada tahap ini body mobil yang sudah selesai dicat basecoat akan dihentikan

sejenak untuk proses pengeringan sebelum masuk ke tahap selanjutnya.

m) Clearcoat

Clearcoat merupakan tahap pengecatan lapisan akhir dan paling atas yang

berguna sebagai pelindung anti gores dan agar tampak lebih mengkilap.

n) Inspection

Proses ini adalah proses akhir dari suatu rangkaian pengecatan yaitu

pemeriksaan secara menyeluruh dari hasil pengecatan untuk memastikan ada

tidaknya defect yang melebihi standar pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan

secara visual dalam ruangan yang sangat terang untuk memudahkan inspeksi.

o) Repair

Repair adalah proses pengecatan ulang dari perbaikan defect yang ditemukan

(8)

p) Spotrepair

Spotrepair merupakan proses perbaikan atau pemolesan jika ada timbul

bintik-bintik pada body mobil.

q) Waxing

Waxing adalah proses untuk menutupi permukaan cat secara menyeluruh.

Waxing berfungsi untuk melindungi body mobil dari sengatan sinar ultra violet

dan goresan dari oxidan di udara serta melindungi dari kotoran.

Dalam hal ini penulis memfokuskan masalah proses pengecatan pada tahap

topcoat, yaitu basecoat dan clearcoat untuk dicari optimasi dan urutan jenis body

mobil yang akan melewati proses basecoat dan clearcoat dengan mempertimbangkan

luas bidang permukaan body mobil. Pada gambar 2.2 merupakan gambaran ketika

dilakukan pengecatan body mobil :

Gambar 2.2 Pengecatan Body Mobil dengan Autumotive Paint

Dari gambar 2.2 dapat dilihat sebuah body mobil yang sedang dilakukan

pengecatan dengan teknologi robot. Turbobell akan memancarkan cat yang akan

disemprotkan ke body mobil. Selain itu turbobell sudah diprogram agar bergerak

sesuai dengan bentuk body mobil.

2.2. Definisi Penjadwalan

Dalam sistem perencanaan produksi, pengurutan dan penjadwalan produksi

(9)

Semakin kompleks dalam sebuah sistem produksi, maka semakin dibutuhkan sebuah

penjadwalan produksi yang baik.

Penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengaturan waktu dari suatu

kegiatan operasi, secara umum penjadwalan bertujuan untuk meminimalkan waktu

proses, waktu tunggu langganan dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang efisien

dari fasilitas, tenaga kerja dan peralatan (Masruroh, 2008). Penjadwalan yang baik

akan memberikan dampak positif, yaitu rendahnya biaya operasi dan waktu

pengiriman.

Penjadwalan adalah suatu rencana pengaturan urutan kerja serta pengalokasian

sumber, baik berupa waktu maupun fasilitas yang ada untuk menyelesaikan

sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu (Azmi, 2012). Penjadwalan bisa

dikatakan sebagai suatu fungsi pengambilan keputusan, yaitu suatu proses untuk

menentukan jadwal yang mengalokasikan aktifitas pada sumber daya.

Definisi yang lain, Azmi (2012) menyatakan bahwa penjadwalan pesanan (job)

berkaitan dengan bagaimana megalokasikan job pada mesin-mesin yang tersedia

dalam urutan tertentu sehingga tujuan penjadwalan dapat tercapai dan

kendala-kendala yang ada dapat diatasi dengan memuaskan,

Penjadwalan merupakan alat ukur yang baik untuk perencanaan agregat.

Pesanan-pesanan pada tahap ini akan ditugaskan pertama kalinya pada sumber daya

tertentu (fasilitas, pekerja, peralatan), kenudian dilakukan pengurutan kerja pada

tiap-tiap pusat pemrosesan sehingga dicapai optimalitas utilisasi kapasitas yang ada.

Adapun fungsi pokok dari penjadwalan produksi adalah untuk membuat agar proses

produksi dapat berjalan lancar sesuai waktu yang telah direncanakan, sehingga bekerja

dengan kapasitas penuh dengan biaya seminimal mungkin serta kuantitas produk yang

diinginkan dapat diproduksi tepat pada waktunya (Masruroh, 2008).

2.2.1. Permasalahan penjadwalan

Permasalahan penjadwalan adalah permasalahan pengalokasian pekerjaan ke mesin,

pada kondisi mesin mempunyai kapasitas dan jumlah terbatas. Secara umum masalah

penjadwalan dapat dijelaskan sebagai n job (J1,, J2, ... Jn) yang harus diproses di m

mesin (M1, M2, ... Mn). Waktu yang diperlukan untuk memproses pekerjaan J1 pada

mesin M adalah P setiap job harus diproses tanpa dihentikan selama waktu proses p

(10)

tersedia sejak waktu nol (Budiansyah, 2005).

Pemecahan permasalahan yang diinginkan adalah mendapatkan jadwal yang

optimal, yaitu menyelesaikan semua pekerjaan dengan mendapatkan jadwal yang

optimal yaitu menyelesaikan semua pekerjaan dengan adanya keterbatasan kapasitas

dan keterbatasan mesin dengan memenuhi fungsi tujuannya.

2.2.2. Istilah dalam penjadwalan

Dalam permasalahan penjadwalan terdapat beberapa istilah-istilah yang akan dijumpai

pada substansi pembahasannya, antara lain :

a) Processing Time / Waktu proses (Pi)

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan operasi atau proses dari

pekerjaan pada mesin i, waktu proses ini telah mencakup waktu untuk

persiapan dan pengaturan proses.

b) Release Date (ri)

Release date bisa disebut juga ready date. Release date adalah waktu ketika

job sampai di sistem, yang mana waktu tercepat ketika job j dapat memulai

proses.

c) Due Date (di)

Due date adalah batas akhir pekerjaan ke mesin i boleh diselesaikan. Lewat

dari batas ini suatu job dikatakan tardy.

d) Completion Time / Waktu Penyelesaian (Ci)

Completion time adalah rentang waktu sejak pekerjaan pertama dimulai (t = 0)

hingga pekerjaan ke mesin i diselesaikan.

e) Lateness (Li)

Lateness adalah penyimpangan dari waktu penyelesaian hingga saat due date.

Li = Ci – di < 0, saat penyelesaian memenuhi batas (early job).

(11)

f) Tardiness (Ti)

Tardiness merupakan keterlambatan penyelesaian suatu pekerjaan dari saat

due date.

Ti = Max {0, Li}

1≤i≤n

g) Earliness

Earliness merupakan saat penyelesaian terlalu dini (sebelum due date),

earliness juga disebut lateness negative.

Ei = Min {Li, 0}

h) Slack (Si)

Slack adalah waktu sisa yang tersedia bagi suatu pekerjaan.

Si = di – ti

i) Makespan (Ms)

Makespan adalah jangka waktu penyelesaian suatu pekerjaan yang merupakan

penjumlahan dari seluruh waktu proses suatu mesin.

j) Flow Time (Fi)

Flow time adalah routing waktu mulai dari pekerjaan ke mesin i siap untuk

dikerjakan hingga pekerjaan selesai.

k) Ready Time (Ri)

Ready time adalah saat pekerjaan ke mesin i dapat dikerjakan (selesai

dijadwalkan).

2.2.3. Jenis permasalahan penjadwalan

Permasalahan penjadwalan dapat dilkasifikasikan berdasarkan faktor-faktor berikut

ini, yaitu :

a) Jumlah Mesin

(12)

• Penjadwalan m mesin

b) Pola Kedatangan Job

• Statik

Semua job datang secara bersamaan dan semua fasilitas tersedia pada saat

kedatangan job.

• Dinamik

Job datang secara acak selama masa penjadwalan.

c) Ketidakpastian pada Job dan Mesin

Deterministik

Terdapat kapasitas tentang job dan mesin, misalnya tentang waktu

kedatangan, waktu setup dan waktu proses.

Stokastik

Terdapat ketidakpastian mengenai job dan mesin.

d) Pola Aliran Produksi

Flow Shop

Pada pola aliran proses flow shop, semua job cenderung memiliki urutan

operasi (routing) yang sama.

Job Shop

Pada pola aliran proses job shop, masing-masing job memiliki urutan

operasi yang unik. Setiap job bergerak dari satu mesin / stasiun kerja

menuju mesin / stasiun kerja yang lain dengan pola yang berbeda-beda.

2.2.4. Fungsi objektif penjadwalan

Terdapat beberapa fungsi objektif yang digunakan untuk mengevaluasi hasil

(13)

a) Makespan

Makespan adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh

proses pada semua tahapan yang dijadwalkan mulai dari saat pemrosesan

tahapan pertama sampai tahapan terakhir selesai diproses.

Cmaks = Mmaks {Ci}

b) Maximum Flowtime

Fmaks = Mmaks {Fi}

c) Mean Flowtime

Fungsi objektif ini menunjukkan rata-rata waktu yang dihabiskan setiap

tahapan. Flowtime adalah selisih completion time dengan ready time.

d) Mean Weight Flowtime

Pengertian mean weight flowtime mirip dengan mean flowtime, tetapi

mempertimbangkan prioritas pekerjaan setiap job dalam perhitungannya.

e) Maximum Lateness

Maximum Lateness adalah nilai lateness yang terbesar. Lateness adalah selisih

antara waktu penyelesaian job dengan due date-nya. Lateness bernilai negatif

jika waktu penyelesaian job lebih awal dari due date dan bernilai positif jika

job diselesaikan setelah due date.

Cmaks = Max{Li}

f) Mean Tardiness

Mean tardiness adalah rata-rata keterlambatan (positif lateness) untuk seluruh

job yang dijadwalkan.

g) Mean Weight Tardiness

Mean weight tardiness adalah rata-rata keterlambatan faktor prioritas

(14)

h) Number of Tardy Job

Number of tardy adalah menunjukkan banyaknya job yang mengalami

keterlambatan (positif lateness).

i) Utilitas Mesin (Um)

Utilitas mesin adalah perbandingan interval waktu mesin m melakukan

pemrosesan dibebani dengan makespan. Fungsi objektif ini berdasrkan atribut

shop floor.

2.3. Flow Shop Scheduling

Flow shop scheduling merupakan model penjadwalan dimana job-job yang akan

diproses seluruhnya mengalir pada arah/jalur produk yang sama. Dengan perkataan

lain, job-job memiliki routing kerja sama. Masalah penjadwalan sering kali muncul

jika terdapat n job yang akan diproses pada m buah mesin, yang harus ditetapkan

mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan bagaimana mengalokasikan job pada

mesin sehingga diperoleh suatu proses produksi yang terjadwal (Ginting, 2006).

Penjadwalan flow shop sering kali diselesaikan dengan mengembangkan

permutasi urutan job yang akan diurutkan. Job bersifat independent, secara serempak

tersedia pada waktu nol dan urutan mesin dari semua pekerjaan sama. Masing-masing

job memiliki waktu proses pada masing-masing mesin. Preemption tidak diizinkan.

Tujuan penjadwalan pada umumnya adalah menemukan suatu urutan job yang

bertujuan untuk meminimalisasi makespan.

Gambar 2.3 Alur Flow Shop

Pada gambar 2.3 terdapat 2 mesin, yaitu mesin A dan mesin B serta 3 job.

Setiap job yaitu 1-2-3 merupakan job yang akan melewati mesin A dan mesin B secara

berurut. Setiap job harus melewati mesin A terlebih dahulu, setelah melewati mesin A

(15)

Kumar dan Suresh (2009) mengatakan bahwa permasalahan flow shop

scheduling dapat dikarakteristikan sebagai berikut :

a) Tersedia satu set dari multiple-operation job untuk pemrosesan pada waktu nol

(setiap job membutuhkan m operasi dan setiap operasi membutuhkan mesin

yang berbeda).

b) Pengaturan waktu untuk operasi adalah urutan tersendiri dan dimasukkan

dalam pemrosesan waktu.

c) Pendeskripsian job diketahui terlebih dahulu.

d) m mesin yang berbeda tersedia terus-menerus.

e) Setiap operasi individu job diproses sampai selesai tanpa istirahat.

Gambar 2.4 Peta Penjadwalan Flow Shop

Pada gambar 2.4 dijabarkan proses penjadwalan dimana setiap job harus

melewati setiap mesin. Gambar yang diarsir merupakan waktu kosong yang terjadi

ketika urutan job yang diproses dari A-B-C. Dalam penelitian ini dilakukan bagaimana

agar waktu kosong tersebut dapat diminimalkan sehingga waktu yang dibutuhkan

menjadi optimal.

Proses penjadwalan flow shop pada pengecatan body mobil dapat dilihat dalam

(16)

Gambar 2.5 Arsitektur Flow Shop

Pada gambar 2.5 terdapat 2 buah mesin automotive paint, yaitu M1 (basecoat)

dan M2 (clearcoat). Selain itu ada 5 job/mobil yang akan dilakukan proses

pengecatan. Sehingga kelima mobil tersebut harus melewati M1 terlebih dahulu

kemudian melewati M2 sesuai dengan urutan mobil yang telah ditentukan. Kelima

mobil tersebut akan dicari urutannya dengan menggunakan algoritma harmony search.

Kemudian akan didapat waktu yang optimal dengan urutan yang tepat.

2.4. Harmony Search Algorithm

Harmony Search Algorithm (HSA) pertama sekali dikembangkan oleh Zong Woo

Geem et al pada tahun 2001. Algortima ini tergolong algoritma metaheuristik baru

keefektivan dan keuntungannya telah dipraktekkan dalam berbagai macam aplikasi.

Sejak pertama sekali muncul pada tahun 2001, algoritma ini telah diaplikasikan untuk

memecahkan banyak permasalahan optimasi diantaranya function optimization,

engineering optimization, water distribution networks, groundwater modelling,

energy-saving dispatch, truss design, vehicle routing dan lain-lain.

HSA adalah sebuah algoritma optimasi metaheuristik yang berdasarkan musik.

Algoritma ini diinspirasi oleh observasi yang mengarah ke musik untuk mencari

harmoni yang sempurna. Harmoni musik ini sejalan untuk menemukan opitmal dalam

proses optimasi. Proses pencarian optimasi dapat dibandingkan ke proses improvisasi

musik jazz. Di satu sisi, kesempurnaan harmony ditentukan oleh standart suara

estetika. Seorang musisi selalu mengharapkan untuk menghasilkan sebuah lagu

(17)

permasalahan optimasi akan menjadi solusi terbaik untuk permasalahan yang objektif

dan terbatas. Kedua pemrosesan ini akan menghasilkan solusi terbaik atau optimum

(Yang, 2009).

Gambar 2.6 Analogi Improvisasi Musik

Analogi antara improvisasi musik dan teknik optimasi dapat digambarkan pada

gambar 2.6 :

Setiap pemain musik (saxophonist, double bassist dan guitarist) dapat dianalogikan

sebagai variabel (x1, x2, x3) dan tingkat nada setiap instrumen musik (saxophone =

{Do, Re, Mi}; double bass = {Mi, Fa, Sol}; dan guitar = {Sol, La, Si}) dianalogikan

sebagai variabel (x1 = {100, 200, 300}; x2 = {300, 400, 500}; dan x3 = {500, 600,

700}). Jika saxophonist mengeluarkan bunyi Re, double bassist mengeluarkan bunyi

Mi dan guitarist mengeluarkan bunyi Si, maka ketiganya secara bersamaan akan

membuat harmoni baru yaitu (Re, Mi, Si). Jika harmoni baru ini lebih baik daripada

harmoni sebelumnya, maka harmoni baru yang akan digunakan. Demikian juga solusi

vektor baru (200mm, 300mm, 700mm) akan digunakan juga jika lebih baik daripada

yang sebelumnya untuk syarat nilai fungsi objektif (Chakraborty et al, 2009).

Sesuai dengan konsep di atas, HSA terdiri dari lima tahapan, yaitu :

a) Inisialisasi masalah optimasi dan parameter algoritma.

b) Inisialisasi harmony memory.

(18)

d) Harmony memory update.

e) Ulangi tahap c dan d sampai kriteria berhenti terpenuhi.

2.4.1. Inisialisasi masalah optimasi dan parameter algoritma

Pada tahap pertama, permasalahan optimasi ditentukan sebagai berikut :

Minimize (or Maximize) f (x)

dengan xi Є Xi, i = 1,2,...,N

dimana f (x) : suatu fungsi objektif

xi : variabel keputusan ke i

Xi : himpunan variabel keputusan

N : jumlah varibel keputusan

Selanjutnya, menentukan parameter-parameter yang dibutuhkan dalam HSA, yaitu :

a) Harmony Memory Size (HMS)

HMS adalah jumlah solusi vektor dalam harmony memory.

b) Harmony Memory Considering Rate (HMCR)

HMCR merupakan nilai kontinu yang digunakan sebagai parameter

improvisasi harmoni dalam HSA. Nilai dari parameter ini adalah 0 ≤ HMCR ≤

1.

c) Pitch Adjusment Rate (PAR)

PAR merupakan nilai kontinu yang digunakan sebagai parameter improvisasi

harmoni setelah kriteria HMCR terpenuhi. Nilai dari parameter ini adalah 0 ≤

PAR ≤ 1.

d) Kriteria Berhenti

Kriteria berhenti merupakan nilai yang digunakan untuk menghentikan

(19)

2.4.2. Inisialisasi harmony memory

Dalam tahap yang kedua komponen dari setiap vektor pada harmony memory, yang

mana ukuran HMS diinisialisasi dengan sebuah angka yang dibagikan secara acak

diantara batas tertinggi dan terendah [L xi, U xi], dimana 1 ≤ i ≤ N. Ini dilakukan untuk

komponen ke i dari solusi vektor ke j yang menggunakan persamaan berikut :

xji = Lxi + rand(0, 1) ∙ (Uxi – Lxi)

dimana :

j = 1, 2, 3, ... , HMS

rand(0, 1) : angka random antara 0 dan 1

2.4.3. Improvisasi harmoni baru

Pada tahap ini, new harmony vector x' = (x'1, x'2, x'3, x'4, .... , x'N) mempunyai tiga

bagian dasar, yaitu :

a) Memory Consideration

Penggunaan memory consideration sangat penting, ini sama halnya dengan

memilih individu terbaik di dalam genetic algorithms. Memory consideration

akan memastikan harmoni terbaik yang akan dibawa terakhir menjadi new

harmony memory.

b) Pitch Adjustment

Pitch adjustment ditetapkan oleh sebuah pitch band-width brange dan sebuah

pitch adjusting rate rpa. Walaupun di dalam musik, pitch adjustment adalah alat

untuk mengubah frekwensi, ini cocok untuk menghubungkan solusi perbedaan

yang sedikit di dalam HSA. Dalam teori, pola dapat diatur linear atau

nonlinear, tetapi dalam prakteknya linear adjustment yang digunakan. Jadi

dapat disimpulkan xnew = xold + brange * Є dimana xold adalah pola hidup atau

solusi dari harmony memory dan xnew adalah pola baru setelah aksi pitch

(20)

Pseudocode dari HSA adalah sebagai berikut :

begin

objective function f(x), x = (x1,x2, ... ,xd) T

generate initial harmonics (real number arrays)

define pitch adjusting rate (rpa), pitch limits and bandwidth

define harmony memory accepting rate (raccept) while (t < Max number of iterations)

generate new harmonics by accepting best harmonics adjust pitch to get new harmonics (solutions)

if (rand > raccept), choose an existing harmonic randomly

else if (rand > rpa), adjust the pitch randomly within limits

else generate new harmonics via random selection

end if

accept the new harmonics (solutions) if better

end while

find the current best solutions

end

c) Random Selection

Random selection berguna untuk memperluas keanekaragaman solusi.

Walaupun pitch adjustment memiliki peran yang sama, tetapi pitch adjustment

dibatasi untuk pitch adjustment lokal tertentu saja dan demikian juga untuk

local search. Random selection dapat berjalan di sistem yang lebih lanjut

untuk memeriksa berbagai macam solusi agar menemukan global optimal.

2.4.4. Harmony memory update

Apabila new harmony vector x' = (x'1, x'2, x'3, x'4, ... , x'N) lebih baik daripada harmoni

terburuk untuk nilai fungsi objektif pada harmony memory, maka new harmony

dimasukkan ke dalam harmony memory dan demikian harmoni terburuk akan

dikeluarkan dari harmony memory. Ini sebenarnya adalah tahap seleksi dimana nilai

fungsi objektif dievaluasi untuk ditentukan apabila variasi baru akan dimasukkan ke

dalam populasi (harmony memory).

2.4.5. Check stopping criterion

Apabila kriteria berhenti (angka maksimum improvisasi) memenuhi, maka komputasi

diakhiri. Sebaliknya apabila kriteria berhenti belum terpenuhi maka akan diulang

(21)

2.5. Penelitian Terdahulu

Penjadwalan flow shop dalam upaya mencari optimasi terbaik, telah banyak

menyelesaikan bebagai macam permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dari

permasalahan yang kecil hingga permasalahan yang cukup kompleks dengan berbagai

metode dalam penyelesaiannya.

Lamoudan (2011) dalam penelitiannya menyelesaikan permasalahan

penjadwalan flow shop mengenai waktu perpindahan suatu job yang terkadang masih

memiliki waktu kosong ketika berpindah dari satu mesin ke mesin lainnya. Dalam hal

ini Lamudan (2011) menggunakan ant colony algorithm untuk menyelesaikan

permasalahannya dalam mencari waktu makespan terkecil.

Soukhal (2005) dalam penelitiannya menyelesaikan permasalahan penjadwalan

flow shop dengan menggunakan polynomial-time algorithm. Permasalahan yang

diteliti oleh Soukhal (2005) adalah mengenai truck pengangkut barang yang akan

diantar kepada customer dengan mempertimbangkan kapasitas truck dan waktu

pengangkutan.

Boukef (2007) melakukan penelitian permasalahan penjadwalan flow shop

dalam hal meminimalkan jumlah harga untuk proses produksi dan proses pengiriman

yang dilakukan pada farmasi obat-obatan dan industri makanan. Boukef (2007)

menggunakan metode genetic algorithm untuk menyelesaikan permasalahannya.

Aulia (2011) melakukan penelitian permasalahan penjadwalan flow shop

dengan kendala permutasi pada harmony search algorithm. Hasilnya algoritma ini

dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik dibandingkan dengan lower bound.

(22)

robots and

Berdasarkan referensi penelitian-penelitian terdahulu maka penulis meneliti

mengenai penjadwalan flow shop pada proses pengecatan body mobil di pabrik

pembuatan mobil dengan mempertimbangkan setiap luas permukaan body mobil yang

berbeda ketika melewati lebih dari satu mesin dengan menggunakan algoritma

Gambar

gambar 2.1. (Streitberger dan Dossel, 2008):
Gambar 2.2 Pengecatan Body Mobil dengan Autumotive Paint
Gambar 2.3 Alur Flow Shop
Gambar 2.4 Peta Penjadwalan Flow Shop
+4

Referensi

Dokumen terkait

Solusi akhir dari perhitungan efisiensi relatif kriteria penjadwalan dengan kombinasi metode Algoritma Genetik dan Data Envelopment Analysis dapat dilihat pada Tabel 5.30.. Hal

enam sampel dapat dilihat pada Tabel 4. Sehingga dari Tabel 5 akan diambil satu sampel teratas yang memiliki makespan terkecil sebagai sampel elit.. Karena dalam

Model yang dikembangkan akan memberikan solusi penjadwalan mesin produksi flow shop yang efisien berupa solusi pareto optimal yang dapat memberikan sekumpulan solusi

Salp Swarm Algorithm Untuk Meminimasi Konsumsi Energi Pada Penjadwalan Flow Shop Dengan Set Up Dan Removal Time. Prosiding SENTRA (Seminar Teknologi

Berdasarkan penelitian yang telah banyak dilakukan sebelumnya, permasalahan dalam mengurangi waktu produksi pada kasus penjadwalan flow shop yang menggunakan metode Cross Entropy