• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 eJournal Administrative Reform Ronny 752 761 (04 18 18 01 17 38)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 eJournal Administrative Reform Ronny 752 761 (04 18 18 01 17 38)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

© Copyright 2017

IMPLEMENTASI PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DI KANTOR CAMAT MALINAU SELATAN

HILIR KABUPATEN MALINAU

Ronny1, Nur Fitriyah2, Adam Idris3

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis Implementasi Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten) di Kantor Camat Malinau Selatan Hilir Kabupaten Malinau. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Analisis data yang digunakan adalah model Interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelayanan administrasi terpadu kecamatan (Paten), di Kantor Camat Malinau Selatan Hilir yang diatur berdasarkan Peraturan Bupati Malinau Nomor 15 Tahun 2011, secara implementatif masih dihadapkan oleh berbagai kendala sehingga kurang optimal atau kurang memenuhi harapan warga/masyarakat.

Kata Kunci: Implementasi, Pelayanan Administrasi

Abstract

The purpose of this research is to describe and analyze Implementation of Integrated Administration Service of Sub-District at Malinau Sub-district Head Office of Downstream Malinau District. The research method used is descriptive qualitative. The data analysis used is the Interactive model developed by Miles and Huberman through the stages. From the result of the research, it can be concluded that the integrated administrative service of the sub-district (Paten), Downstream Malinau District, which is regulated by the Regent of Malinau Number 15 Year 2011, is still faced by various obstacles so that it is less than optimal or less meet the expectations of the citizens.

Keywords: Implementation, Service Administration

Pendahuluan

Pada era reformasi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan justru semakin gencar diperjuangkan bahkan diapresiasikan dalam kehidupan sehari-hari, mengingat layanan yang diharapkan selama ini masih jauh dari harapan, sinyalemen lain justru terjadinya fenomena malpraktek pelayanan publik yang dinilai sudah menjadi bagian integral dari penyelenggaraan pelayanan publik di berbagai daerah. Hal tersebut dapat dilacak dari banyaknya keluhan yang 1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fisip UNMUL - Samarinda

(2)

dilontarkan masyarakat berkaitan dengan buruknya pelayanan publik, yakni pelayanan yang bertele-tele dan cenderung birokratis, pungutan-pungutan tambahan, prilaku aparat yang lebih bersikap sebagai pejabat ketimbang abdi masyarakat, ketepatan waktu dan kurangnya sosialisasi Realitas tersebut semakin melemahkan.

Seiring dengan perjalaan waktu, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan melalui Undang-undang Nomor 25 tahun 2010 tentang pelayanan umum. Diharapkan dengan dikeluarkan kebijakan tersebut dapat memberikan perbaikan mutu pelayanan, dan kepentingan publik dapat diselesaikan yang diharapkan.

Di sisi lain, dalam hubungannya dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan terutama di lingkungan lembaga publik dan khususnya di pemerintahan kecamatan maka pemerintah telah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2010 tentang Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, dengan maksud terwujudnya kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat dan menjadi simpul pelayanan bagi kantor/badan pelayanan terpadu di daerah kabupaten. Orientasi dari kebijakan tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Kebijakan tersebut merupakan salah satu pilihan startegis dalam rangka optimalisasi peningkatan mutu pelayanan pada masyarakat khususnya di tingkat pemerintahan kecamatan.

Mengiringi maksud dan tujuan dari kebijakan tersebut, maka pemerintah Kabupaten Malinau telah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Bupati Malinau Nomor 15 Tahun 2011, tentang Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan. Diharapkan dengan dikeluarkan kebijakan tersebut, selain dapat dijadikan sebagai petunjuk pelaksanaan kerja (Juklak) dan petunjuk pelaksanaan teknis (Juknis), dan juga pelayanan bidang perijinan maupun non perijinan dapat diselesaikan lebih efektif dan efisien. Fakta menunjukkan tidak semua kepentingan masyarakat dapat terlayani/terpenuhi sesuai yang diharapkan.

Dari hasil observasi di objek penelitian menunjukkan beberapa indikasi antara lain : 1) disinyalir masih adanya keluhan masyarakat atas pelayanan yang diberikan, 2) layanan perijinan maupun non perijinan belum semuanya dapat diselesaikan tepat waktu, 3) Kurang tersedianya aparatur yang cakap dan terampil, 4) kurang tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, dan 5) kurang didukung dengan biaya operasional yang memadai (Hasil wawancara dengan Seksi Pelayanan Umum, Kec. Malinau Selatan Hilir, 2016).

(3)

Kerangka Konsep dan Teori Pola Pelayanan Terpadu

Dalam Penyelenggaraan manajemen pelayanan publik sesuai dengan bentuk dan sifatnya, terdapat beberapa pola yang ditawarkan pada masyarakat, dan masyarakat dapat memiliki pola yang dianggapnya relevan dengan yang diinginkan. Menurut Tjokroamidjojo, (1999 : 157) pelayanan yang berorientasi pada kepuasan pemakai jasa (publik) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Pola pelayanan fungsional, yaitu pola pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya,

2) Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan publik yang diberikan secara tunggal oleh satu instansi pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari instansi pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan.

3) Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan publik yang dilakukan secara terpadu pada satu tempat/lokasi oleh beberapa instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangannya masing-masing.

4) Pola pelayanan secara terpusat yaitu pada pelayanan publik yang dilakukan oleh satu instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan publik yang bersangkutan.

Implementasi Kebijakan Publik

Grindle (dalam Abdul Wahab, 2005:125) bahwa “implementation as process politic and administration” (Implementasi sebagai proses politik dan administrasi). Pandangan Grindle ini setidak-tidaknya tidak jauh berbeda atau memiliki relevansi dengan apa yang dikatakan oleh Meter dan Horn dalam melihat implementasi dalam keterkaitannya dengan lingkungan (enviroment).

Kemudian Grindle (dalam Abdul Wahab, 2004:127) mengemukakan tentang proses implementasi publik, yaitu : Proses implementasi kebijakan hanya dapat dimulai apabila tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang semula telah diperinci, program-program aksi telah dirancang dan sejumlah dana/biaya telah dialokasikan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran negara. Perincian tujuan dari suatu kebijakan yang telah disebutkan di atas sangat dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya.

Implementasi menurut Edward (1980:1) merupakan salah satu tahap dari keseluruhan proses kebijakan publik, mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi, dan implementasi dimaksudkan untuk mencapai tujuan kebijakan yang membawa dampak langsung pada masyarakat yang terkena kebijakan. Secara sederhana tujuan implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan agar tujuan kebijakan pemerintah dapat direalisir.

(4)

sasaran-sasaran kebijakan negara diwujudkan sebagai hasil akhir kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah. Sebab itu fungsi implementasi mencakup pula penciptaan apa yang dalam ilmu kebijakan negara disebut “Policy Delivery System” (sistem penyampaian/penerusan kebijakan negara) yang biasanya terdiri dari cara-cara atau sarana-sarana tertentu yang dirancang/didesain secara khusus serta diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dikehendaki.

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode kualitatif yaitu suatu analisis untuk mengungkapkan peristiwa-peristiwa riil, atau nilai-nilai yang terkandung terhadap masalah yang diteliti. Secara teoritis metode kualitatif dilakukan untuk melakukan pengamatan melalui lensa-lensa, mencari pola-pola hubungan antara konsep yang sebelumnya tidak ditentukan. Peneliti harus meng-gunakan diri sendiri sebagai instrumen, kemudian mengikuti asumsi-asumsi kultural sekaligus mengikuti data, dalam upaya mencapai wawasan imajinatif ke dalam dunia sosial informan, maka peneliti diharapkan bertindak fleksibel dan reflektif, tetapi tetap mampu mengatur jarak (Brannen, 1999:11). Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis data dengan menggunakan analisis model interaktif yang dikemukakan Miles, Huberman dan Saldana (2014:33). Model analisis interaktif ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

Hasil dan Pembahasan

Mekanisme Pelayanan Administrasi Terpadu

Dari hasil observasi menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pelayanan administrasi terpadu kecamatan ditinjau dari aspek mekanisme pelayanan telah membawa perubahan yang lebih baik. Kebijakan tersebut telah mendapat apresiasi masyarakat di Kecamatan Malinau Selatan Ilir. Dengan diberlakukan kebijakan Paten, semua kepentingan masyarakat dalam skala kecil tidak perlu diselesaikan pada dinas tetapi dapat diselesaikan pada pemerintahan kecamatan. Dengan pemangkasan birokrasi tersebut maka masyarakat dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya.

Sesuai hasil penelitian yang dikemukakan diatas ternyata senada dengan yang dikemukakan Osborn dan Gaebrel (2005:215) bahwa mekanisme pelayanan merupakan suatu pilihan yang tepat untuk meningkatkan mutu pelayanan, karena itu harus dirancang sesederhana mungkin sehingga pengguna jasa tidak dihadapkan pada jalur birokrasi yang panjang dan berbelit-belit. Dengan mekanisme pelayanan yang mudah maka layanan pada pengguna jasa lebih tertib, teratur dan lancar.

(5)

2003 telah memenuhi kualifikasi kesederhanaan. Hal tersebut didukung oleh beberapa pendapat informan dan hasil observasi di objek penelitian serta pedoman yang dibuat dalam standar operasional pelayanan (SOP) mengindikasikan adanya keselarasan antara fakta di lapangan dengan pendekatan teori.

Dengan demikian implementasi pelayanan administrasi terpadu kecamatan ditinjau dari aspek mekanisme pelayanan menunjukkan adanya keselarasan dengan teori yang disampaikan oleh beberapa pendapat analis. Karena itu mekanisme pelayanan mempunyai arti penting meningkatkan mutu pelayanan. Sebab dengan mekanisme pelayanan baik maka layanan pada masyarakat lebih tertib, teratur dan efektif.

Transparansi Petugas Pelaksana dalam Memberikan Pelayanan

Dari hasil observasi di objek penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa aparatur pelaksanaan yang kurang konsiten dalam melaksanakan tugasnya, seperti ketepatan waktu dalam memanfaatkan jam kerja, justru terlepas dari waktu yang ditetapkan, sehingga layanan bergeser dari waktu yang ditentukan, dan tentunya merefleksi dari efektivitas dan efisiensi pelayanan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan diatas menunjukkann adanya kesamaan yang dilakukan oleh Muhammad Ilham (2012) dalam hal transfaransi di lembaga tersebut kurang optimal. Tercermin dari tindakan yang dilakukan ketika melayani masyarakat masih adanya peyimpangan dalam memberikan layanan, terutama tata cara yang dilakukan pada masing-masing warga berbeda.

Demikian halnya ditinjau dari aspek perlakuan, meskipun ada perlakuan yang diskriminatif tetapi itupun hanya diberikan pada orang tertentu, tetapi secara akumulatif menunjukkan indikasi baik. Ini berarti secara faktual terkait dengan transfaransi pelayanan di objek penelitian didukung dengan teori. Seperti yang dikemukakan Rudyansyah, (2013:121) mengatakan bahwa transparansi dalam pelayanan merupakan harapan setiap orang, karena dengan keterbukaan itulah ia akan merasa puas atas layanan yang diberikan

Tindakan yang lebih terbuka pada setiap warga masyarakat yang memerlukan layanan sudah semestinya dapat dilakukan oleh petugas pelaksana, karena hal tersebut merupakan bagian dari kepuasan masyarakat. Dengan demikian pelaksanaan pelayanan administraai terpadu yang dilakukan di Kantor Camat Malinau Selatan Ilir ditinjau dari aspek transparansi termasuk cukup baik atau tindakan petugas ketika memberikan layanan pada warga penduduk yang memerlukan layanan, dapat diperlakukan sebagamana mestinya, sehingga para warga yang memerlukan layanan merasa senang atas layanan yang diberikan.

Kesiapan Petugas Dalam Pelayanan Administrasi Terpadu

(6)

dengan tenaga yang profesional sehingga layanan dapat berjalan efektif. Dari hasil temuan menunjukkan bahwa kesiapan aparatur secara kuantitas cukup memadai sedangkan dari segi kualitas kurang memenuhi kualifikasi yang diharapkan,

Dengan demikian kesiapan aparatur belum sepenuhnya memenuhi kualifikasi yang diharapkan, tetapi demi terselenggaranya pelayanan administrasi terpadu kecamatan, terpaksa pihak lembaga memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya aparatur yang ada, dan pada intinya adalah semua kepentingan masyarakat Kecamatan Malinau dapat terlayani, meskipun kurang efektif.

Dari hasil observasi menunjukkan bahwa tidak semua aparatur yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan administrasi terpadu kecamatan memiliki kompetensi profesional, sehingga kemampuan untuk melayani masih menimbulkan keragaman, terutama bagi aparatur yang tidak memiliki legalitas pelatihan, justru kemampuan dalam menyelesaikan pekerjan/melayani masyarakat terkesan lamban, dan hal tersebut sebagai akibat ketidakselerasan antara kemampuan aparatur dengan formasi yang dibutuhkan. Meski demikian untuk terselenggaranya pelayanan administrasi terpadu, maka Camat telah mengambil inisiatif yaitu dengan menunjuk beberapa aparatur yang dianggap mampu melaksanakan tugas tersebut, meskipun secara legitimasi tidak memiliki legalitas pelatihan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Tetapi dilakukan pembinaan dan bimbingan secara simultan.

Mengikuti kebijakan Bupati tentang Pelayanan administrasi terpadu kecamatan, maka Camat Malinau Selatan Hilir telah melakukan upaya dengan mengajukan kepada instansi vertikal untuk mendapatkan sumberdaya aparatur yang sesuai kualifikasi yang dibutuhkan. Ironisnya upaya tersebut belum sepenuhnya sesuai kualifikasi yang diharapkan sehingga komposisi pegawai ada saja yang tidak sesuai formasi yang dibutuhkan. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 4 orang pegawai yang tidak sesuai dengan bidang pekerjannya, sehingga cukup beralasan jika optimalisasi pelayanan yang diharapkan kurang optimal.

Kelengkapan Sarana dan Prasarana Penunjang Pelayanan

Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pelayanan sebaiknya ditunjang dengan sarana/fasilitas operasional yang memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Mengingat keberadaan sarana operasional sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi, maka perlu dilakukan penambahan dan peningkatan sarana operasional yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga mampu mengakses dalam waktu yang singkat atau dapat mentransformasi informasi secara efektif sehingga semua jenis pelayanan dapat diakses secara cepat dan tepat.

(7)

maupun kualitas, sehingga dapat terciptanya kelancaran pelayanan pada masyarakat. Dengan demikian dambaan masyarakat untuk mendapatkan layanan yang baik dan memuaskan dapat diwujudkan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan diberlakukannya Kebijakan Bupati Nomor 15 tahun 2011 tentang pelayanan administrasi terpadu kecamatan (Paten) ternyata tidak dibarengi dengan sarana dan prasarana yang memadai, baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga upaya optimalisasi pelayanan pada masyarakat kurang terpenuhi. Dari hasil observasi di obyek penelitian menunjukkan bahwa sarana dan prasarana operasional yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan pelayanan administrasi terpadu kecamatan di Kantor Camat Malinau Selatan Hilir secara kuantitas maupun kualitas memang kurang sesuai yang dengan kebutuhan, sehingga aksebilitas pelayanan kurang optimal. Hal tersebut tercermin oleh fasilitas yang digunakan, seperti komputer, mesin ketik portabel dan prasarana lain yang diperlukan untuk mengakomodasi berbagai jenis pelayanan, dinilai kurang menunjang untuk memperlancar pelayanan pada publik, dan pada akhirnya merefleksi terhadap akses pelayanan menjadi lamban. Seharusnya dalam mengiringi kebijakan tersebut perlu tersedianya sarana dan prasarana yang memadai sehingga setiap kepentingan masyarakat dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Ketapatan Waktu Dalam Memberikan Pelayanan

Dambaan masyarakat pada setiap pelayanan, adalah tepat waktu, sebab dengan ketepatan waktu yang diharapkan maka pemakai jasa dapat mengatur/ menentukan jadwal kegiatannya. Jika suatu layanan tidak tepat waktu justru dikhawatirkan akan membawa konsekuensi terhadap efektivitas kerja.

Berbicara tentang ketepatan waktu layanan terutama terkait dengan berbagai jenis pelayanan di Kantor Camat Malinau Selatan Hilir Kabupaten Malinau akan menjadi catatan penting untuk mengukur baik atau buruknya pelayanan di lembaga tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu ada standar operasional pelayanan (SOP) yang jelas, sehingga masyarakat dengan mudah untuk memberikan penilaian terhadap baik/buruknya pelayanan yang dilakukan pemerintah kecamatan.

(8)

pelayanan terinsikasi cukup baik. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa kebijakan Bupati yang telah memberikan kewenangan pada Camat Malinau Selatan Hilir untuk menerapkan kebijakan tersebut ternyata dapat membawa perubahan yang lebih baik, dan layanan pada masyarakat dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan. Sebagian besar masyarakat pemakai jasa merasa puas atas layanan yang diberikan. Ini berarti kebijakan pelayanan administrasi terpadu yang dilaksanakan Camat Malinau Selatan Hilir Kabupaten Malinau mampu membawa perubahan yang lebih baik terhadap kualitas pelayanan.

Keramahtamahan Aparatur dalam Memberikan Layanan

Pelayanan publik hendaknya memiliki sensitivitas terhadap apa yang diingin para pemakai jasa, dan demikian masyarakat pemakai jasa akan merasa senang dan puas atas layanan yang diberikan. Hal tersebut dapat diapresiasikan melalui sentuhan pribadi dengan memberikan resposibilitas terhadap orang yang dilayani. Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui penampilan, bahasa tubuh dan tutur bahasa yang sopan, ramah, ceria, lincah dan gesit.

Dari hasil observasi di objek penelitian menunjukkan kesopanan dan keramahtamahan aparatur di lingkungan kerja Kantor Camat Malinau Selatan Hilir Kabupaten Malinau, dalam memberikan layanan pada masyarakat termasuk baik. Hal tersebut tercermin pada sikap aparatur dalam menghadapi warga masyarakat yang memerlukan layanan, telah menunjukkan sikap yang santun dan ramah. Sehingga warga masyarakat merasa senang atas layanan yang diberikan. Tetapi realitas menunjukkan bahwa sikap yang ditampilkan aparatur ketika melayani masyarakat kepada pemakai jasa masih terjadi keragaman sikap, yaitu ada kalanya petugas yang ramah, dan ada pula yang kurang ramah.

Dari hasil observasi di obyek penelitian menunjukkan bahwa sikap aparatur dalam menghadapi para pemakai jasa, masih beragam, dan keragaman tersebut disebabkan oleh sikap dan karaketristik individu berbeda, sehingga cukup beralasan jika keramahtamahan aparatur dalam menghadapi para pemakai jasa itu berbeda. Ada yang berperilaku ramah dan ada pula yang menampakkan sikap yang kurang simpatis.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pelayanan administrasi terpadu kecamatan (Paten), sebagamana yang diatur melalui kebijakan Bupati Malinau Selatan Hilir Nomor 15 tahun 2011 secara implementatif telah membawa perubahan yang berarti terhadap kualitas layanan. Meskipun secara aplikatif pelayanan administrasi terpadu belum mencapai hasil yang optimal, tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan Camat Malinau Selatan Hilir mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan dan mendapatkan apresiasi masyarakat di wilayah Kecamatan Malinau Selatan Hilir.

(9)

tidak lagi dihadapkan pada jalur birokrasi yang berbelit-belit dan pengorbanan yang tinggi, dan layanan dapat diselesaikan lebih efektif dan efisien.

Kurang optimalnya dalam implementatif kebijakan Bupati Malinau Selatan Hilir mengenai pelayanan administrasi terpadu, karena secara aplikatif tidak dibarengi dengan berbagai faktor yang mendukung. Misalnya sumberdaya aparatur yang profesional, sarana dan prasarana yang memadai, sikap dan perilaku aparatur yang baik dan kedisplinan aparatur yang mampu memegang teguh etika profesi.

Berdasarkan parameter yang ditetapkan untuk mengukur efektivitas implementasi pelayanan administrasi terpadu kecamatan (Paten) di Kantor Camat Malinau Selatan Hilir, maka yang dinilai efektif adalah mekanisme pelayanan, dan kerjasama antar petugas, sarana dan prasarana operasional, sedangkan yang dinilai kurang mampu diterapkan antara lain aspek transfaransi petugas pelaksanan dalam memberikan pelayanan ketepatan waktu pelayanan dan keramahtamahan aparatur dalam pelayanan.

Upaya yang dilakukan Camat Malinau Selatan Hilir dalam rangka meningkatkan pelayanan bidang kependudukan adalah memberikan kesempatan dan dispensasi kepada beberapa pegawai untuk melanjutkan pendidikan formal setingkat lebih tinggi, mengusulkan beberapa orang pegawai untuk mengikuti berbagai jenis pelatihan, baik yang dilakukan melalui internal pemerintah kabupaten, juga melakukan kerja sama dengan lembaga pelatihan di luar pemerintah daerah.

Saran-saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang dikemukakan di atas, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk terselenggaranya pelayanan administrasi terpadu kecamatan yang lebih efektif maka perlu penambahan sarana dan prasarana operasional sesuai kualifikasi yang dibutuhkan melalui usulan rencana kerja kepada pimpinan vertikal pemerintah Kabupaten Malinau yang dibuat pada tahun anggaran 2. Sehubungan dengan terbatasnya alokasi anggaran operasional yang

disediakan untuk kegiatan pelayanan administrasi terpadu kecamatan, maka agar dapat menunjang kelancaran kegiatan pelayanan perlu ditingkatkan anggaran operasional sesuai yang dibutuhkan, dan hal tersebut dapat dilakukan melalui usulan rencana kerja yang disampaikan kepada pimpinan vertikal pemerintah Kabupaten Malinau pada tiap tahun anggaran.

3. Meningkatkan fasilitas operasional, baik secara kualitas maupun kuantitas, Terutama sarana komputer dan printer yang dinilai sangat kurang mendukung untuk mengakses dan mencetak data dalam jumlah yang besar dan waktu yang cepat maka perlu menambah sarana dan prasarana sesuai kualifikasi yang dibutuhkan.

(10)

Dengan cara menegakkan disiplin kerja dan sekaligus memberikan sanksi sesuai tingkat kesalahan.

Daftar Pustaka

Abdul Wahab, dan Grindle. 2004. Analisis Kebijaksanaan Negara: Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijakan Negara. Edisi Kedua. Bumi Aksara: Jakarta.

______. 2005. Analisis Kebijaksanaan Publik, Teori dan Aplikasinya. Cetakan II. Brawijaya University Press: Malang.

Anonim. 2010. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2010 tentang Pelayanan Umum.

______. 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 04 Tahun 2010 tentang

Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan.

______. 2011. Peraturan Bupati Malinau nomor 15 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan.

Brannen, Julia. 1999. Memandu Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Fakultas Tarbiah IAIN. Antasari: Samarinda

Edward dan Sharkansky. 1980. Implementing Public Policy. Texas A dan M University, Congressional Quarterly Press: DC.

Kotler, Philip. 2001. Marketing Manajemen, Analysis, Planning, Implementation and Control, alih bahasa Hendra Tegus dan Ronny A. Rusli. A Paramount Communications Company Englewood Cliffs: New Jersey.

Kurniawan 2005. Manajemen Pelayanan Publik, Bina Aksara. Bandung.

Miles B. Matthew,. A. Michel Huberman dan Johnny Saldana. 2014. Analisis Data Kualitatif. Cetakan I.UI – Press: Jakarta.

Moenir, H.A.S. 2004. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Cetakan Pertama. Bumi Aksara: Jakarta.

Muhammad Ilham, 2012. Pelaksanaan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten) di Kantor Camat Loa Janan Kabupaten Kutai Kartenagara. Thesis. Universitas Mulawarman: Samarinda.

Osborne, David dan Gaebler. 2005. Mewirausahakan Birokrasi, Reinventing Government, Transformasi Semangat Wirausaha Ke Dalam Sektor Publik. Penterjemah Abdul Rosyid. Pustaka Binaman Pressindo: Jakarta. Sinambela, Lijan Poltak, dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Bumi Aksara:

Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Adakah pengaruh media komik terhadap penguasaan konsep siswa pada materi

1989, adalah pengesahan terhadap Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 7 Tahun 1988 tanggal 28 Maret 1988 tentang Penetapan Anggaran. Pendapatan dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak ikan lemuru yang diproteksi dalam bentuk kompleks sabun-kalsium terhadap kadar lemak total, kolesterol

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti merekomendasikan kepada pihak manajemen Prudential Life Assurance di Surabaya untuk mengedepankan ethical sales

Bila karakteristik lahan digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan, maka kesulitan dapat timbul karena kecuali dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis

Perkenankan kami menyampaikan keterangan Presiden, baik lisan maupun tertulis yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan atas permohonan konstitusional

Hasil keseluruhannya menunjukkan keesahan kajian ini sebanyak 89.4 peratus yang menjawab “YA” untuk persoalan pertama yang berkaitan dengan metodologi terjemahan

perkhidmatan bot pelancong pula ditawarkan kepada para penumpang atau pelancong terutamanya pelancong berkumpulan (group tour) yang datang untuk tujuan lawatan