Indikator moneter Gnp perkapita
1.
Wilayah Domestik dan RegionalPengertian domestik/regional disini dapat merupakan Propinsi atau Daerah Kabupaten/Kota. Transaksi Ekonomi yang akan dihitung adalah transaksi yang terjadi di wilayah domestik suatu daerah tanpa memperhatikan apakah transaksi dilakukan oleh masyarakat (residen) dari daerah tersebut atau masyarakat lain (non-residen).
2.
Produk DomestikSemua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk dareha tersebut, merupakan produk domestik daerah yang bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari daerah lain atau dari luar negeri, demikian juga sebaliknya faktor produksi yang dimilki oleh penduduk daerah tersebut ikut serta dalam proses produksi di daerah lain atau di luar negeri. Hal ini menyebabkan nilai produk domestik yang timbul di suatu daerah tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk daerah tersebut. Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar daerah ini (termasuk juga dari da ke luar negeri) yang pada umumnya berupa upah/gaji, bunga, deviden dan keuntungan maka timbul perbedaan antara produk domestik dan produk regional.
3.
Produk RegionalProduk regional merupakan produk domestik ditambah dengan pendapatan dari faktor produksi yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi dengan pendapatan dari faktor produksi yang dibayarkan ke luar daerah/negeri. Jadi produk regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh residen.
4.
Residen dan Non-ResidenUnit institusi yang mencakup penduduk/rumah tangga, perusahaan, pemerintah lembaga non-profit, dikatakan sebagai residen bila mempunyai/melakukan kegiatan ekonomi di suatu wilayah (Indonesia). Suatu rumah tangga, perusahaan, lembaga non profit tersebut mempunyai/melakukan kegiatan ekonomi di suatu wilayah jika memiliki tanah/bangunan atau melakukan kegiatan produksi di wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (minimal satu tahun).
Hal-hal yang perlu diperhatikan tentang konsep residen dan non-residen suatu unit institusi adalah antara lain,
wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) daerah lain yang tinggal di wilayah domestik daerah tersebut kurang dari 1 tahun yang bertujuan untuk bertamasya atau berlibur, berobat, beribadah, kunjungan keluarga,
pertandingan olahraga nasional/internasonal dan konferensi-konferensi atau pertemuan lainnya, dan kunjungan dalam rangka belajar atau melakukan penelitian;
awak kapal laut dan pesawat udara luar negeri/luar daerah yang kapalnya sedang masuk dok atau singgah di daerah tersebut;
pengusaha asing dan pengusaha daerah lain yang berada di daerah tersebut kurang dari 1 tahun, pegawai perusahaan asing dan pegawai perusahaan daerah lainnya yang berada di wilayah domestik daerah tersebut kurang dari1 tahun, misalnya untuk tujuan memasang jembatan atau peralatan yang dibeli dari mereka;
pekerja musiman yang berada dan bekerja di wilayah domestik daerah tersebut, yang bertujuan sebagai pegawai musiman saja;
anggota Korps Diplomatik, konsulat, yang ditempatkan di wilayah domestik daerah tersebut;
B.
Organisasi internasional adalah bukan residen di wilayah dimana organisasi tersebut berada namun pegawai badan internasional/nasional tersebut adalah bukan penduduk daerah tersebut jika melakukan misi kurang dari 1 tahun.5.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga PasarProduk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari kombinasi faktor produksi dan bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto di sini mencakup komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan),
penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan nlai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.
6.
Produk Domestik Regional Neto (PDRN)Atas Dasar Harga PasarPerbedaan antara konsep neto di sini dan konsep bruto di atas, ialah karena pada konsep bruto di atas; penyusutan masih termasuk di dalamnya, sedangkan pada konsep neto ini komponen penyusutan telah dikeluarkan. Jadi Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar dikurangi penyusutan akan diperoleh Produk Domestik Regional Neto atas dasar harga pasar. Penyusutan yang dimaksud di sini ialah nilai susutnya (ausnya) barang-barang modal yang terjadi selama barang-barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi. Jika nilai susutnya barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, maka hasilnya merupakan penyusutan yang dimaksud di atas.
7.
Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktorproduksi. Pajak tidak langsung ini meliputi pajak penjualan, bea ekspor dan impor, cukai dan lain-lain pajak, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseorangan. Pajak tidak langsung dari unit-unit produksi dibebankan pada biaya produksi atau pada pembeli hingga langsung berakibat menaikkan harga barang. Berlawanan dengan pajak tidak langsung yang berakibat menaikkan harga tadi, ialah subsidi yang diberikan pemerintah kepada unit-unit produksi, yang bisa mengakibatkan penurunan harga. Jadi pajak tidak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh terhadap harga barang-barang, hanya yang satu berpengaruh menaikkan sedang yang lain menurunkan harga, hingga kalau pajak tidak langsung dikurangi subsidi akan diperoleh pajak tidak langsung neto. Kalau Produk DOmestik Regional Neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto, maka hasilnya adalah Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor.
8.
Pendapatan RegionalDari konsep-konsep yang diterangkan di atas dapat diketahui bahwa Produk DOmestik Regional Neto atas dasar biaya faktor itu sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu daerah. Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor, merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan yang timbul atau merupakan pendapatan yang berasal dari daerah tersebut. Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tadi, tidak seluruhnya menjadi pendapatan penduduk daerah itu, sebab ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk daerah lain, misalnya suatu perusahaan yang modalnya dimiliki oleh orang luar, tetapi perusahaan tadi beroperasi di daerah tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan perusahaan itu sebagian akan menjadi milik orang luar yaitu milik orang yang mempunyai modal tadi. Sebaliknya kalau ada penduduk daerah ini yang menambahkan modalnya di luar daerah maka sebagian keuntungan perusahaan akan mengalir ke dalam daerah tersebut, dan menjadi pendapatan dari pemilik modal. Kalau Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang mengalir ke luar dan ditambah dengan pendapatan yang mengalir ke dalam, maka hasilnya akan merupakan Produk Regional Neto yaitu merupakan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh seluruh yang tinggal di daerah yang dimaksud. Produk Regional Neto inilah yang merupakan Pendapatan Regional.
9.
Pendapatan Regional PerkapitaBila pendapatan regional ini dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu Pendapatan Perkapita
Laju pertumbuhan ekonimi
Pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan II tahun 2016 tercatat sebesar 6,48 persen secara tahunan, atau meningkat dibanding periode sama sebelumnya sebesar 5,52 persen.
"Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi ke-6 se-Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan ekonomi nasional (5,18 persen) maupun laju pertumbuhan di KTI (5,91 persen)," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku Andy Setyo Biwado di Ambon, Jumat (9/9).
"Dari sisi penawaran, meningkatnya laju perekonomian Maluku didorong oleh menguatnya kinerja tiga kategori ekonomi utama yakni Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh meningkat terutama sub kategori perikanan sejalan dengan peningkatan produksi ikan tangkap," ujarnya.
Sedangkan kategori administrasi pemerintahan tercatat tumbuh cukup kuat didukung oleh percepatan realisasi belanja pemerintah, yang bersumber dari APBD maupun APBN.
Sementara pertumbuhan kategori perdagangan besar dan eceran juga meningkat didorong oleh permintaan masyarakat pada periode Ramadhan yang berlangsung lebih awal dibanding tahun 2015.
Selain itu, menurutnya, terdapat beberapa acara besar yang berlangsung pada triwulan II-2016 seperti peresmian jembatan merah putih dan perkemahan pramuka madrasah nasional yang turut menopang pertumbuhan.
"Kegiatan usaha swasta pada triwulan II-2016 terpantau membaik namun belum solid. Perbaikan tersebut masih terbatas karena harga komoditas internasional yang masih lemah, di antaranya harga karet dan minyak dunia," ujarnya.
Harga minyak dunia diperkirakan membaik namun pada level yang lemah hingga akhir tahun 2016, lanjutnya, sehingga kinerja ekspor yang didominasi oleh ekspor migas tidak dapat menjadi tumpuan perekonomian saat ini.
Indikator non moneter
Pendidikan maluku
Maluku memang sudah sangat dikenal sejak abad pertengahan hingga saat ini. Itulah
sebabnya ia tak luput dari penjajahan hasil sumber daya alam (SDA) oleh Portugis dan
Belanda. Penulis tidak akan mengulas lebih dalam tentang sejarah atau potensi SDA di
Maluku, melainkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang nantinya akan menjadi motor
penggerak pembangunan.
Berbicara mengenai potensi SDM di Maluku, kita tentu akan melihat terlebih dahulu
perkembangan pendidikan yang telah dijalankan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Provinsi Maluku. Dalam hal ini, dengan sejumlah program kerjanya diharapkan mampu
membawa progresivitas positif bagi kualitas SDM sebagai acuan yang nantinya Maluku juga
bisa menjadi pusat peradaban pendidikan di Indonesia.
Dengan berbekal Kurikulum 2013 oleh Kemendikbud, Maluku kini mulai bangkit secara
perlahan dari keterpurukan pendidikan. Misalnya saja data dari Dispora Maluku bahwa
tingkat provinsi maupun pusat saja untuk lebih meng
upgreat
kapasitas masyarakat khususnya
pelajar nantinya.
Angka Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Provinsi Maluku Tahun 2010 - 2013
Jenis Kelamin 2010 2011 2012 2013
Laki - laki 98.34 97.60 98.17 98.54 Perempuan 97.25 96.27 96.58 97.32 M a l u k u 97.79 96.94 97.38 97.93
Angka Partisipasi Murni (APM) SD, SMP, SLTA / Sederajat dan PT di Provinsi Maluku , 1992 - 2013 Net enrollment ratio (NER) SD, SMP, SLTA / equivalent in Province Maluku percent, 1992 - 2013
Tahun
Angka Partisipasi
Murni (APM)
Angka Partisipasi
Murni (APM)
Angka Partisipasi
Murni (APM)
Angka Partisipasi
Murni (APM)
SD/ Sederajat (7-12
Tahun) persen
SMP/ Sederajat
(13-15 Tahun) persen
SMA/ Sederajat
(16-18 Tahun) persen
Perguruan Tinggi
(19-24 Tahun) persen
1992
85.70
41.40
2003
87.63
61.12
2004
88.74
67.07
2005
89.89
63.92
2006
89.79
72.06
2007
93.45
70.08
2008
93.77
70.01
2009
94.39
71.40
2010
95.00
71.89
59.80
15.13
2011
87.44
64.12
50.90
16.66
2012
90.21
65.81
49.79
24.91
2013
92.52
71.16
55.36
31.69
2014
*)
*)
*)
Banyaknya Sekolah, Gedung/ Bilik, Ruang Kelas, Murid, Guru dan Lulusan dan
Jenjang Pendidikan Negeri di Provinsi Maluku, 1995 - 2014
Schools
Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Dan Kelamin di provinsi Maluku Tahun 2013
Propinsi Laki-laki Perempuan Total
Maluku Tenggara 9.02 8.67 8.84
Maluku Tengah 9.00 8.80 8.90
Buru 7.98 7.06 7.54
Aru 8.58 8.03 8.31
Seram Bagian Barat 9.04 8.43 8.74 Seram Bagian Timur 8.00 7.22 7.62 Maluku Barat Daya 7.78 7.52 7.65
Buru Selatan 7.25 6.15 6.72
Kota Ambon 11.39 11.30 11.35
Kota Tual 9.93 9.22 9.56
M a l u k u 9.37 9.04 9.20
Tingkat kesehatan
Angka Kesakitan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Provinsi Maluku Tahun 2013
Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Total
Maluku Tenggara Barat 9.80 7.41 8.59 Maluku Tenggara 11.05 15.29 13.13
Maluku Tengah 12.18 12.49 12.34
Buru 18.32 18.61 18.47
Aru 7.66 7.77 7.71
Seram Bagian Barat 17.21 18.23 17.73 Seram Bagian Timur 8.88 9.88 9.39 Maluku Barat Daya 13.05 13.93 13.50
Buru Selatan 8.10 7.23 7.65
Kota Ambon 9.21 10.06 9.63
Kota Tual 11.35 10.50 10.92
M a l u k u 11.63 12.17 11.90
Jumlah Puskesmas dan Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku, 1999
Number of PHC and Health Personnel By Regency/City in Province Maluku, 1999
Kabupaten/Kota
Regency/City
Puskesmas/
PHC
Dokter
Jumlah Rumah Sakit dan Kapasitas Tempat Tidur Menurut Kabupaten/Kota di
Kota Tual
*) *) *) *) - - -Maluku
6 619 6 480 4 1 1Lingkungan hidup
Rumah Tangga Dengan Sanitasi Layak di Provinsi Maluku, 2010 - 2014
Percentage of Household with Access to Improved Sanitation in Maluku, 2010 - 2014
Kode/ Code Provinsi/ Province Sanitasi Layak/ Improved Sanitation 2010 2011 2012 2013 2014
8100 Maluku 50.11 50.75 54.66 62.99 61.70
Kemiskinan
Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Maluku Menurut Kabupaten/Kota, 2005 - 2015 Number of Poor Population in Province Maluku by Regency/City, 2005 - 2015
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribuan)
Distribusi Pengeluaran Per Kapita dan Indeks Gini di Provinsi Maluku, 2005 - 2014
Distribution of Per Capita Expenditure and Gini index in Province Maluku, 2005 - 2014
Work ing - Men cari Kerja / Looki ng for work
35,9
35 33,931 32,112 43,821 43,531 - 30,403 39,932 81,471 91,583 72,262 74,482 67,421 59,684 63,015 64,909 51,781 49,591 64,689 70,653 72,196 52,363
Politik dan keamanan
Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia dan Indeks Aspek Indeks Demokrasi Indonesia
Provinsi Maluku dan Indonesia, 2009 - 2014
The Development of Indonesian Democracy Index and Index Aspect Indonesian Democracy Index Province Maluku and Indonesia, 2009 - 2014
2009
2010
2011
2012
2013
2014
MALUKU 69,07MALUKU 69,51MALUKU 68.38MALUKU 59.68MALUKU 66.23MALUKU
Kebebasan
Sipil 92,77Kebebasan Sipil 96,22Kebebasan Sipil 90.7 Kebebasan Sipil 76.05Kebebasan Sipil 81.52Kebebasan Sipil 90.85
Hak-Hak
Politik 52,05Hak-Hak Politik 48,12Hak-Hak Politik 46.14Hak-Hak Politik 45.08Hak-Hak Politik 50.53Hak-Hak Politik 60.03
Lembaga
Demokrasi 66,3 Lembaga Demokrasi 69,89Lembaga Demokrasi 75.61Lembaga Demokrasi 62.27Lembaga Demokrasi 71.95Lembaga Demokrasi 70.09
INDONESIA 67,3 INDONESIA 63,17INDONESIA 65.48INDONESIA 62.63INDONESIA 63.68INDONESIA
Kebebasan
Sipil 86,97Kebebasan Sipil 82,53Kebebasan Sipil 80.79Kebebasan Sipil 77.94Kebebasan Sipil 79.00Kebebasan Sipil 82.62
Hak-Hak
Politik 54,6 Hak-Hak Politik 47,87Hak-Hak Politik 47.54Hak-Hak Politik 46.33Hak-Hak Politik 46.25Hak-Hak Politik 63.72
Lembaga
Demokrasi 62,72Lembaga Demokrasi 63,11Lembaga Demokrasi 74.72Lembaga Demokrasi 69.28Lembaga Demokrasi 72.14Lembaga Demokrasi 75.81
Geografis
Letak Geografis Provinsi Maluku
Dibuat pada Rabu, 29 Januari 2014 11:49
Menurut letak astronomis, maka wilayah Provinsi Maluku terletak antara:
2
030 ' - 9
0Lintang Selatan / Southern Latitude
124
0- 136
0Bujur Timur / Eastern Longitude
Batas Wilayah Provinsi Maluku
1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Laut Seram
2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Lautan Indonesia dan Laut Arafuru
3. Sebelah Timur Berbatasan dengan Pulau Irian
4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Pulau Sulawesi
1. Iklim
Iklim dan Klasifikasi
Musim barat di Maluku berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan
bulan April adalah masa transisi ke musim tenggara. Musim tenggara berlaku rata-rata 6
bulan berawal dari bulan Mei dan berakhir pada bulan Oktober. Masa transisi ke musim barat
adalah pada bulan November.
Keadaan musim tidak homogen dalam arti setiap musim berlaku di daerah ini memberikan
pengaruh yang berbeda-beda pada daratan maupun lautannya.
Temperatur rata-rata 26,2 C (di Maluku Tenggara terutama pada musim hujan).
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi Koppen, iklim di Maluku tergolong type Alpa, dan hanya
sebagian kecil yang tergolong type Ae, seperti daerah-daerah Obi, Tual dan Dobo.
Berdasarkan klasifikasi Schmid Fergusen, iklim di Maluku tergolong type A dan B
dan hanya sebagian kecil saja tergolong type C seperti Daerah Tual ( Maluku
Tenggara ).
Keadaan curah hujan di Maluku dapat dibagi 4 katagori :
Curah Hujan di Maluku 1.000 mm/thn. Terjadi di pulau Wetar dan sekitarnya.
Curah hujan antara 1.000 - 2.000 mm / thn, terjadi di pulau babar, Tanibar, Aru dan
sebagian pulau Buru, kepulauan Sula, Bacan dan sekitar Tobelo.
Curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm / thn. Terjadi di pulau Seram, Gorom, Obi,
Morotai dan Kei Kecil.
- Curah hujan tertinggi terdapat di gunung Darlisa (di pulau Seram bagian barat ) sebesar
3.384 mm / tahun.
- Curah hujan terendah terdapat di Tiwakr (pulau Wetar) sebesar 991 mm / tahun.
Tabel Luas Wilayah menurut kabupaten di Maluku
No. Kabupaten
Luas
Kabupaten
1
MALUKU TENGGARA BARAT
10 102,00
2
MALUKU TENGGARA
1 010,70
3
MALUKU TENGAH
11 595,00
4
BURU
6 644,40
5
KEPULAUAN ARU
6 426,70
6
SERAM BAGIAN BARAT
6 948,40
7
SERAM BAGIAN TIMUR
5 799,10
8
MALUKU BARAT DAYA
8 648,00
9
BURU SELATAN
5 060,00
10 KOTA AMBON
359,45
11 KOTA TUAL
352,29
Indeks pembangunan
ANGKA HARAPAN HIDUP, ANGKA MELEK HURUF DAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2004
KABUPATEN/KOTA ANGKA HARAPAN
HIDUP ANGKA MELEKHURUF RATARATA LAMASEKOLAH
MALUKU TENGGARA
BARAT 62.2 98.5 7.8
MALUKU TENGGARA 66.8 99.4 7.5
MALUKU TENGAH 64.5 97.9 8.1
BURU 65.9 92.8 7.2
KEPULAUAN ARU 66.8 98.7 7.4
SERAM BAGIAN BARAT 64.4 97.7 7.9
SERAM BAGIAN TIMUR 64.1 97.2 7.4
KOTA AMBON 72.3 98 10.7