• Tidak ada hasil yang ditemukan

MBS Manajemen Lingkungan dan Budaya Seko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MBS Manajemen Lingkungan dan Budaya Seko"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DI SD LABORATORIUM UNG

OLEH: KELOMPOK VII

WAHYUDIN DARMAWAN THALIB SUJITNO PAPUTUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Mini Riset yang berjudul “Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah di SD Laboratorium Ung”.

Dalam Penulisan Mini Riset ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan Mini Riset ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.

Gorontalo,11 November 2013

Kelompok VII

DAFTAR ISI

(3)

1.1 Latar Belakang Pemikiran...1

1.2 Identifikasi Masalah...4

1.3 Tujuan...5

1.4 Manfaat...5

BAB II DUKUNGAN TEORI 2.1 Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah...6

2.2 Prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah...9

2.3 Asas-asas pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah...12

2.4 Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah...15

2.5 Sasaran dan Tujuan Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah...17

2.6 Manfaat Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah...19

BAB III DESKRIPSI TEMUAN LAPANGAN 3.1 Implementasi...20

3.2 Kendala-kendala...25

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan...27

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemikiran

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, sesuai amanat UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. telah melahirkan berbagai kebijakan ditingkat satuan pendidikan tentang upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Apalagi didukung dengan adanya instrument-instrument pengembangan kualitas yang dapat memberikan gambaran kepada pengelola sekolah bagaimana merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan serta mengevaluasi perkembangan sekolahnya dari berbagai bidang. Namun berbagai perubahan kebijakan ini sebagaian besar belum dapat mengembangkan budaya sekolah dalam rangka menanamkan nilai-nilai kepada peserta didiknya. apalagi ditengah keberlangsungan hidup bangsa yang berada ditengah-tengah perkembangan zaman dengan teknologi kian canggih menyebabkan berbagai perubahan dan pergeseran nilai seperti yang terjadi akhir-akhir ini.

(5)

perubahan ini maka implikasinya sekolah akan merancang apa yang mesti dilakukan dan beusaha memahami tindakan-tindakan yang dirancangnya sebagai sesuatu yang disepakati bersama. Dengan kata lain tindakan ini mendorong untuk terciptanya budaya sekolah

Budaya sekolah merupakan karakteristik khas sekolah, kepribadian sekolah yang membedakan antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Sebagaimana menurut Masaong & Tilomi (2011:179) bahwa budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna yang danut bersama oleh warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain. Budaya sekolah yang baik akan mendorong seluruh anggota masyarakat sekolah untuk meningkatkan kinerjanya agar tujuan sekolah dapat tercapai. Karena Nilai, moral, sikap dan perilaku siswa selama di sekolah dipengaruhi oleh struktur dan kultur sekolah, serta interaksi mereka dengan aspek-aspek dan komponen yang ada di dalamnya, seperti kepala sekolah, guru, materi pelajaran dan hubungan antarsiswa sendiri.

Sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan mempunyai budaya (culture) tidak tertulis yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima secara baik, yang tersirat dalam budaya dominan sekolah. Setiap sekolah merupakan suatu sistem yang khas, mempunyai kepribadian dan jati diri sendiri, sehinga memiliki kultur atau budaya yang khas pula. Budaya sekolah bisa merupakan bagian atau subkultur dari kuktur masyarakat atau bahkan budaya bangsa dan negara.

(6)

yang memberikan otonomi yang luas pada sekolah dan partisipasi masyarakat yang intensif, menggunakan pendekatan profesional bukan pendekatan birokratik, pengambilan keputusan bersifat partisipatif bukan terpusat, dan adanya pemberdayaan seluruh potensi atau sumberdaya yang ada untuk peningkatan mutu pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang menekankan kemandirian sekolah merupakan penjabaran dari otonomi pendidikan di sekolah. Pemberian otonomi pendidikan kepada sekolah merupakan usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan secara luas, sehingga sekolah dapat leluasa mengelola sumberdaya dengan mengalokasikanya sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat sekitar.

Pengelolaan pendidikan berbasis manajemen mutu lebih menekankan pada kemandirian, kreativitas sekolah dan perbaikan proses yang lebih dijiwai oleh budaya mutu. Sekolah bertanggung jawab atas mutu pendidikan kepada pemerintah, orangtua peserta didik, masyarakat, dan customer pendidikan. Di sinilah pentingnya membangun budaya mutu sebagai sebuah filosofi dan pijakan dasar sekolah dalam mengembangkan diri secara berkesinambungan.

(7)

bekerja, belajar, dan berhubungan satu sama lain. budaya sekolah merupakan faktor yang esensial dalam membantuk siswa menjadi manusia yang optimis, berani tampil, berprilaku kooperatif serta memiliki kecakapan personal dan akdemik.

Menyadari pentingnya budaya dan lingkungan sekolah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada sekolah terkait pengembangan dan penerapan secara konsisten nilai-nilai, aturan, filosofi dan kebiasaan-kebiasaan perilaku warga sekolah, dan tindakan yang ditampilkan dan ditunjukkan oleh seluruh warga sekolah dalam mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang pemikiran diatas penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan diantaranya :

1. Bagaimana pengembangan budaya sekolah dalam kegiatan Intrakulikuler dan Ekstrakulikuler disekolah?

2. Bagaimana simbol-simbol budaya sekolah dalam meperkuat nilai-nilai disekolah?

3. Apa dampak budaya sekolah terhadap iklim sekolah?

4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengembangan budaya sekolah? 1.3 Tujuan

Berdasarkan beberapa permasalahan yang dikemukakan diatas maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk meperoleh gambaran tentang pengembangan budaya sekolah dalam kegiatan Intrakulikuler dan Ekstrakulikuler disekolah..

(8)

3. Untuk meperoleh gambaran tentang dampak budaya sekolah terhadap iklim sekolah.

4. Untuk dapat mengetahui kendala yang dihadapi dan bagaimana cara mengetasinya dalam pengembangan budaya sekolah?

1.4 Manfaat

Manfaat pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi kepala sekolah dapat menambah kajian literatur sekolah tentang pentingnya strategi pengembangan budaya sekolah

2. Bagi guru, guru dapat mengembangkan budaya sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

(9)

BAB II

DUKUNGAN TEORI 2.1 Budaya Sekolah

Istilah “budaya” mula-mula datang dari disiplin ilmu Antropologi Sosial. Apa yang tercakup dalam definisi budaya sangatlah luas. Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan bersama. Sedangkan kebudayaan menurut Silvano dalam Wahab (2011:229) “merupakan masyarakat yang berdasarkan hkum-hukum yang adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis yang paling baik bagi warga negaranya”.

kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, di mana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu kegiatan tentang cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.

(10)

masyarakat sekitar sekolah”. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas. budaya sekolah sebagai karakteristik khas sekolah yang dapat didefinisikan melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem sekolah. Menurut Riduwan (2012:109) bahwa “ budaya sekolah yang kerap disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara sesama guru, antara guru dan kepala sekolah, antara guru dengan tenaga kependidikan lainnya serta antar dinas dilingkungannya merupakan wujud dari lingkungan kerja yang kondusif”.

Sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di dalamnya.

Sebagai suatu organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan, yaitu pembelajaran. Budaya sekolah semestinya menunjukkan kapabilitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Konsep budaya sekolah masuk ke dalam pendidikan itu pada dasarnya sebagai upaya untuk memberikan arah tentang efisiensi lingkungan pembelajaran, lingkungan dalam hal ini dapat dibedakan dalam dua hal (1) lingkungan yang sifatnya alami sesuai dengan budaya siswa dan guru, (2) lingkungan artificial yang diciptakan oleh guru atau hasil interaksi antara guru dengan siswa.

(11)

dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.

2.2 Lingkungan Sekolah

lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (Munib, 2005:76). yang dimaksud lingkungan pendidikan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.

Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarny lingkungan mencakuplingkungan fidik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.

Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan. lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungan proses pendidikan.

(12)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi peserta didik.

2.3 Iklim Sekolah

Menurut Hoy & Miskel (dalam Masaong & Tilomi, 2011:181) bahwa “Iklim sekolah merupakan seperangkt karakteristik suatu sekolah yang membedakan dengan sekolah lain dan karakteristik itu akan mempengaruhi perilaku guru, staf, siswa dan stakeholderi lainnya yang ada pada sekolah tersebut”. Sedangkan menurut Sergiovani (dalam Masaong & Tilomi, 2011:181) bahwa “iklim sekolah sebagai sebuah konsep kelompok yang tidak lebih dari persepsi seseorang, perasaan, atau interpretasi kehidupan dalam suatu sekolah”. Serta menurut ownes (dalam Masaong & Tilomi, 2011:181) “menjelaskan : organizational climate is the study of perceptions that individuals have of the environment in the organization. Pengertian tersebut mengisyaratkan, bahwa iklim sekolah berkaitan erat dengan persepsi yang dimiliki oleh individu guu, staf dan siswa disekolah”.

(13)

menyelesaikan masalah; (3) standart; meliputi penekanan pada kualitas/prestasi dan hasil yang lebih baik; (4) penghargaan; yaitu merasa diakui dan dihargai karena semanga kerja dan kinerjanya yang tinggi, dikritik atau dihukum pada saat kesalahan; (5) kejelasan struktur sekolah; yaitu diorganisir dengan baik, tujuan dirumuskan secara jelas dan tidak membingungkan (6) kehangatan dan dukungan; meliputi saling percaya dan saling mendukung; (7) kepemimpinan; yakni keinginan guru dan staf untuk menerima pengaruh dan pengarahan dari sosok yang berkualitas. (Campbell, Dunnete, Lawler, & Weick, 1970. Dubrin: 1984, Pugh: 1976, dalam Masaong & Tilomi, 2011:182).

2.4 Prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah

Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat. Menurut Mulyasa (2010:90) upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada beberapa prinsip berikut ini :

1. Berfokus pada Visi, Misi, dan Tujuan sekolah.

(14)

2. Penciptaan komunikasi Formal dan Informal.

Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyamaikan pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, termasuk dalam meyampaikan pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, komunikasi informal sama pentingnnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.

3. Inovatif dan bersedia mengambil resiko.

Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.

4. Memiliki strategi yang jelas.

Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program. Strategi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyengkut kegiatan oerasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan.

5. Berorientasi kinerja.

(15)

6. Sistem evaluasi yang jelas.

Untuk mengetaui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap : jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal kapan evluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.

7. Memiliki komitmen yang kuat.

Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menetukan implementasi program-program pengembagnan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana degnan baik.

8. Keputusan berdasarkan consensus.

Cirri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan secara consensus. Meskipun hal itu tergantung pada pengambilan keputusan , namun pad a umumnya consensus dapat meningkatkan komitmen anggortta organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.

9. Sistem imbalan yang jelas.

(16)

10. Evaluasi diri,

merupaka salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi disekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembagnkan metode penilaian idri yang berguna bagi pengembangan budaya sekolah.

2.5 Asas-asas Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah

Selain mengacu kepada sejumlah prinsip di atas, Menurut Samsudin dalam sebuah blog (2011) mengatakan upaya pengembangan budaya sekolah juga seyogyanya berpegang pada asas-asas berikut ini:

1. Kerjasama tim (team work).

Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimilki oleh personilsekolah.

2. Kemampuan.

(17)

3. Keinginan.

Keinginan di sini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Semua nilai di atas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan juga harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri pribadi baik sebagai kepala sekolah, guru, dan staf dalam memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat.

4. Kegembiraan (happiness).

Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh personil sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil sekolah. Jika perlu dibuat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa yang indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik dan dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.

5. Hormat (respect).

(18)

temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik. Atau mengundang secara khusus dan menyampaikan selamat atas prestasi yang diperoleh dan sebagaianya.

6. Jujur (honesty).

Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya sekolah yang baik.

7. Disiplin (discipline).

(19)

akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala sekolah, guru dan staf.

8. Empati (empathy).

Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan harapan orang tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah dapat menumbuhkan budaya sekolah yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling memahami.

9. Pengetahuan dan Kesopanan.

Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.

2.6 Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah

(20)

misi, (2) budaya sekolah pada hakikatnya stabil dan biasanya lambat berubah. Budaya sekolah akan berubah bila ada ancaman krisis dari sekolah yang lain, (3) budaya sekolah biasanya memiliki sejarah yang bersifat implisit dan idak eksplisit, (4) budaya sekolah tampak sebagai perwakilan simbol yang melandasi keyakinan dan nilai-nilai sekolah tersebut”.

Selain itu menurut Chatab (2011:15) Karakteristik budaya sekolah dapat dipandang menurut hirarki basic assumption, values, norms, dan artifacts sebagai berikut :

a. Basic Assumption/Asumsi Dasar

kepedulian budaya pada tingkat yang paling dalam ini adalah pra anggapan dasar dibawah sadar dan sekaligus keadaan yang diterima tentang bagaimana persoalan sekolah seharusnya dipecahkan. basic assumption ini membertahu para anggota organisasi bagaimana merasakan, berfikir dan adanya sentuhan tentang banyak hal di dalam organisasi

b. Values

(21)

c. Norms

Para guru jangan mengkritik kepala sekolah di depan publik! Mengapa? Jawabannya adalah norma. Peran norma adalah menuntun bagaimana para anggota organisasi seharusnnya berkelakuan didalam situasi tertentu. Hal ini menggambarkan peraturan yang tidak tertulis dari perilaku. Setiap kelompok menetapkan norma sendiri, yaitu standar perilaku yang dapat diterima, yang dibagi dengan para anggotannya. Norma memberitahukan para anggota apa yang sebaiknnya dan tidak sebaiknnya untuk melakukan diobawah keadaan tertentu. Ketika disetujui dan diterima oleh kelompok, norma bertindak sebagai sarana mempengaruhi perilaku anggota kelompok dengan minimum pengendalian dari eksternal. Norma berbeda diantara kelompok, komunitas ataupun organisasi.

d. Artifacts

(22)

dalam organisasi, umumnya tidak dapat ditelaah, namunterdapat asumsi bersama dan sama-sama tahu bagaimana menuntun perilaku para anggotanya. pendekatan ini sering memiliki dampak yang perkasa bagi keefektifan sekolah”.

2.7 Sasaran dan Tujuan Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah Menurut Mulyasa (2011:92) “manajemen iklim budaya sekolah merupakan salah satu kebijakan yang harus diperhatikan Depdiknas dalam rangka peningakatan mutu pendidkan. Iklim budaya sekolah yang kondusif diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif, sehingga semua pihak yang dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif, sehngga semua pihak yang terlibat didalamnnya, khususnya peserta didik merasa nyaman belajar. Dengan demikian , akan tercipta pembelajran yang efektif dan menyenangkan. Iklim budaya sekolah yang kondusif juga akan mebangkitakan semagant belajar, dan akan mebangkitkan potensi-potensi peserta didik sehingga dapat berkembang secara optimal”.

Menurut Mulyasa (2011:92) sasaran iklim budaya sekolah dapat dianalisis dari hal-hal sebagai berikut :

1. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berlangsung setiap saat, begitu cepatnnya perkembagnan tersbut sehingga sulit diikuti oleh mata telanjang.

2. Perkembagnan penduduk yang cepat mebutuhkan pelayanan pendidikan yang besar

(23)

manusia atau tenaga kerja Indonesia dalam jumlah yang besar dapat ditingkatkan mutu dan pendayagunaanya.

4. Perkembangan teknologi informasi yang berlangsung begitu cepat telah menimbulkan berbagai pemikiran, bukan saja dalam dunia bisnis dan ekonomi, melainkan juga dalam dunia pendidikan. Untuk menghadapi tantangan masa depan sebagai akibat dari kemajuan dan perkembangan teknologi, sekolah harus menginspirasi hubungan antar Negara yang semakin erat, seakan tiada batas lagi.

2.8 Manfaat Pengembagan Budaya dan Lingkungan Sekolah

(24)
(25)

BAB III

DESKRIPSI TEMUAN DILAPANGAN

3.1 Implementasi

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 24 Oktober 2013 yang telah dilakukan di Sekolah Dasar Labolatorium UNG. dengan selaku pimpian Ibu Drs. Hj. Sunarti Dunggio Monoarfa. Maka kami memperoleh gambaran tentang implementasi pengembangan budaya dan lingkungan sekolah di Sekolah Dasar Labolatorium UNG Kota Gorontalo dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Penyajian temuan lapangan ini bertujuan untuk menjawab permasalahan sebagaimana yang telah kami paparkan dalam bab pendahuluan sebelumnya. Berikut ini adalah temuan lapangan yang telah dilakukan di Sekolah Dasar Labolatorium UNG Kota Gorontalo tentang Manajemen Budaya dan Lingkungan Berbasis Sekolah :

3.1.1 Pengembangan budaya dalam kegiatan intrakulikuler

a. Program pengembangan budaya dalam pembelajaran dikelas

(26)

Pengembangan budaya sekolah dalam proses pembelajaran didalam kelas dilakukan dengan cara membudayakan salam ketika membuka dan menutup pelajaran serta memulai dan mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a. (W/GKS/ 24.10.2013)

Dari pemaparan data diatas menunjukan bahwa guru ketika berada didalam kelas tentunya berfungsi sebagai orang yang dapat membantu peserta didik dalam memahami pembelajaran. Untuk memenuhi tugas tersebut guru tidak saja harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan harmonis, tetapi seorang guru juga perlu mengembangkan budaya sekolah seperti membiasakan memberi salam serta berdoa ketika akan memulai dan mengakhiri pembelajaran di kelas sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang berkesan bagi peserta didik yang bertujuan untuk menjadikan pembelajaran yang dapat merangsang minat mereka.

b. Program pengembangan budaya ketika diluar kelas

pengembangan budaya diluar kelas yang dilakukan Sekolah Dasar Labolatorium UNG dengan melakukan pengembangan karkter siswa. Hal ini sesuai wawancara dengan seorang guru di ruang kerjaya yaitu :

Pengembangan budaya diluar sekolah dilakukan dengan kegiatan zikir bersama dan membacakan surat yasin pada setiap hari jum’at. Serta pada apel pagi bersama-sama membacakan ikrar janji siswa agar apa yang mereka ucapkan dapat mereka ingat sehingga mencegah para siswa melanggar aturan sekolah. (W/GKS/ 24.10.2013)

(27)

3.1.2 Pengembangan budaya dalam kegiatan ekstrakulikuler

a. Program pengembangan budaya dalam kegiatan keolahragaan

Olahraga merupakan salah-satu bentuk kegiatan ekstrakulikuler yang mengarahkan pada olah fisik (jasmani), berdasarkan hal tersebut maka agar kegiatan olahraga benar-benar dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dan dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional, maka perlu pembinaan kegiatan ekstrakulikuler dibidang olahraga. Disamping sebagai media pembelajaran yang dapat meningkatkan kebugaraan bagi kesehatan tubuh melalui olah tubuh juga merupakan sarana bagi para siswa untuk dapt mengembangkan potensi, bakat dan minat yang dimilikinya, sehingga menjadi manusia yang sehat dan berprestasi, baik secara individual maupun kolektif.

Dalam pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan olahraga di Sekolah Dasar Labolatorium UNG dilaksanakan dengan menarik minat siswa untuk berolahraga, hal ini sesuai dengan pernyataan seorang guru dalam wawancara bersamanya yaitu :

(28)

Dari pemaparan dat diatas menunjukan bahwa tujuan pembinaan kegiatan ekstrakulikuler dibidang olahraga disekolah adalah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, khususnya dibidang pembianaan bakat dan minat para peserta didik dibidang olahraga yang berkembang dimasyarakat serta untuk membentuk peserta didik yang sehat baik jasmani, jiwa dan pikirannya sehingga menjadi manusia yang betul-betul siap dan berprestasi dalam menjalani kehidupannya baik lingkungan akademis maupun masyarakat.

b. Program pengembangan budaya dalam kegiatan kepramukaan

Dalam mengembangkan budaya sekolah melalui kegiatan kepramukaan, Sekolah Dasar Labolatorium UNG dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai kepada para siswa. Hal ini diungkapkan seorang guru dalam wawancara bersamanya yaitu :

Pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan kepramukaan disekolah kami lakukan dengan menanamkan nilai-nilai kedisiplin, tanggungjawab, kemadirian, kebersamaa, kepemimpinan, serta rasa cinta terhadap alam. (W/GKS/ 24.10.2013)

(29)

c. Program pengembangan budaya dalam kegiatan kesenian

Dalam pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan kesenian, Sekolah Dasar Labolatorium UNG menanamkan rasa kecintaan siswa terhadap budaya dan kesenian daereah, hal ini sesuai dengan pernyataan seorang guru dalam wawancara bersamanya yaitu :

Melalui kegiata kesenian kami menanamkan rasa kecintaan siswa terhadap budaya daerah dengan membuat kegiatan pada setiap akhir semester dimana para siswa diwajibkan menampikan suatu atraksi baik tari-tarian maupun kasidah serta memakai pakaian adat daerah yang ingin mereka tampikan. Kegiatan ekstrakulikuler kesenian diselenggarakan diharapkan agar siswa meperoleh pengalaman berpretasi dan berkreasi. (W/GKS/ 24.10.2013)

Dai pemaparan data diatas menunjukan bahwa kegiatan ini merupakan bagian penting dari pendidikan karena kedudukannya dapat menjadi media untuk membangun karakter yang halus, mempunyai kepekaan, rasa kemanusiaan, kerjasama, kepedulian, serta penyaluran gagasan dan imajinasi secara kreatif dan indah. Kesenian mempunyai daya kemampuan yang luar biasa untuk mengasah logika dan retorika berpikir. Hanya saja dalam kebanyakan kasus, kemampuan kesenian ini belum spenuhnya disadari masyarakat, melalui ekstrakulikuler kesenia ini, diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang mempunyai kecakapan menyikapi perubahan kini dan masa yang akan datang.

3.1.3 Simbol-simbol budaya sekolah dalam memperkuat nilai-nilai

(30)

dilingkungan sekolah. Hal ini sesuai pernyataan seorang guru melalui wawancara yatiu :

Sekolah membuat simbol-simbol budaya sekolah berbentuk tulisan atau gambar yang bertujuan untuk menanamkan kebiasaan baik seperti memberi salam, membuang sampah pada tempatya, mencuci tangan, dll. kepada siswa apabila mereka berada dilingkungan sekolah, sehingga mereka dapat membaca simbol-simbol tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat memperkuat nilai-nilai yang ingin dikembangkan sekolah. (W/GKS/ 24.10.2013)

Dari pemaparan data diatas menunjukan bahwa simbol-simbol sangat berguna dalam menggantikan guru ketika mereka sedang berada diluar kelas memberikan suatu pengingat kepada siswa agar mereka selalu ingat dengan aturan aturan yang ada disuatu sekolah.

3.1.4 Pengembangan budaya bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

Budaya merupakan salah satu kebiasaan yang harus dikembangkan, disekolah-sekolah siswa dikenalkan dengan berbagai macam budaya. Tentunya sebelum semua budaya diperkenalkan maka terlebih dahulu ada budaya yang diterapkan dikalangan tenag pendidik dan tenaga kependidikan, Hal ini sesuai pernyataan seorang guru melalui wawancara yatiu :

budaya yang diterapkan pada Guru juga berupa budaya ilmiah melalui penyadaran Sains, Komunikasi dan interaksi yang baik antara Guru dengan siswa, Guru dan Masyrakat, Budaya komunitas pembelajar, Budaya teliti, Budaya tanggungjawab, Budaya menomor satukan siswa.

(W/GKS/ 24.10.2013)

3.1.5 Dampak Budaya Sekolah Terhadap Iklim Sekolah

(31)

yang dialami oleh siswa maupun kepala sekolah dan para guru yang mempengaruhi mental dan perilakunya. Hal ini diungkapkan oleh seorang guru dalam wawancara bersamanya yaitu :

Pengembangan budaya sekolah yang telah dilakukan berdampak positif bagi iklim sekolah kami baik dirasakan oleh para siswa maupun kepala sekolah serta para guru dimana terlihat para guru bersemangat untuk mengajar para siswa, bekerja sama serta terjalinnya komunikasi yang baik. Sedangkan para siswa terlihat sangat senang menerima pelajaran, memperlihatkan kreativitas mereka, dan mematuhi norma-norma yang ada dilingkungan sekolah. (W/GKS/ 24.10.2013)

Dari pemaparan data diatas menunjukan iklim sekolah merujuk kepada hati dan jiwa dari sebuah sekolah, psikologis dan atribut institusi yang menjadikan sekolah memiliki kepribadian, yang relatif bertahan dan dialami oleh seluruh anggota, yang menjelaskan persepsi kolektif dari perilaku rutin, dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku di sekolah.

3.1.6 Pengembangan budaya pada lingkungan sekolah

a. Program pengembangan budaya pada lingkungan internal

Dalam mengembangkan budaya sekolah melalui lingkungan internal Sekolah Dasar Labolatorium UNG selalu menanamkan nilai-nilai. Hal ini seperti pernyataan seorang guru dalam wawancara bersamanya yaitu :

Pengembangan budaya dalam lingkungan internal sekolah dilakukan dengan memasang simbol-simbol di lingkungan sekolah seperti yang berhubungan dengan kebersihan.“Buanglah Sampah Pada Tempatnya” atau “yuuk kita cuci tangan dengan air bersih dan sabun”, Menanamkan nilai-nilai kesopanan dengan memasang simbol-simbol seperti “Biasakanlah Salam Senyum Sapa” dan keindahan kepada siswa dengan memasang simbol-simnol seperti “Jangan Biarkan Lingkungan Sekolahmu Kotor”.

(32)

Dari pemaparan dat diatas mejelaskan keindahan dan kebersihan lingkungan akan berdampak pada motivasi belajar siswa dan kesopanan akan berdampak dalam menjaga nama baik sekolah. Oleh sebab itu lingkungan sekolah merupakan salah satu tempat yang paling umum digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dan lingkungan sekolah paling dianggap dapat menanamkan nilai-nilai serta aturan yang sesaui dengan masyarakat.

b. Program pengembangan budaya pada lingkungan eksternal

Pangembangan budaya sekolah melalui lingkungan eksternal di Sekolah Dasar Labolatorium UNG dilakukan dengan menjalin hubungan kerjasama dengan masyarakat. Hal ini sesuai pernyataan seorang guru dalam wawancara diruang kerjanya yaitu :

Pengembangan budaya di lingkungan eksternal sekolah kami lakukan dengan menjalin kerjasama yang baik dengan pihak orangtua siswa serta melibatkan para siswa pada setiap kegiatan yang diselenggarakan di luar sekolah. (W/GKS/ 24.10.2013)

Dari pemaparan data diatas menjelaskan bahwa sebagai sekolah yang bernaung dalam suatu wilayah eksternal yang disebut masyarakat. Maka gejala timbal balik baik dari sekolah kepada masyarakat maupun sebaliknnya merupakan realitas keseharian yang akan selalu terjadi. Apalagi keberadaan sekolah berada dilingkungan masyarakat kota yang perkembangan baik ilmu dan teknologi kian pesat.

3.2 Kendala-Kendala

(33)

bertaqwa, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan dan siap menghadapi perkembangan zaman. Sebagai bagian dari organisasi, lembaga penddikan diperlukan pengelolaan budaya yang sesuai dengan budaya masing-masing lembaga tersebut. Namun dalam proses pencapaian tujuan tesebut seringkali dihampiri oleh kendala-kendala yang akan dihadapi. berikut beberapa temuan yang bisa kita lihat terkait kendala yang di hadapi di Sekolah Dasar Labolatorium UNG meskipun tidak terlihat secara meyeluruh terhadap aspek budaya yang dikembangkan. Hal yang menjadi kendala tersebut adalah masih terdapat kebiasaan para siswa yang datang terlambat. Hal ini disebabkan ada beberapa anak yang jarak rumahnya jauh harus sekolah ditempat tersebut karena menyesuaikan dengan tempat kerja orangtuanya serta adanya orang tua siswa yang masih kurang peduli terhadap keterlambatan anak-anak mereka.

(34)

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi temuan lapangan pada bab sebelumnya berikut ini beberapa kesimpulan dari hasil penelitian tersebut :

4.1.1 Program pengembangan budaya dalam kegiatan intrakulikuler

Dalam mengembangkan budaya dalam proses pembelajaran didalam kelas guru-guru di Sekolah Dasar Labolatorium UNG mengembangkannya dengan memberi salam ketika membuka dan menutup pelajaran serta memulai dan mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a, memberikan contoh yang baik kepada siswa dengan bersikap sopan, ramah, dan peduli kepada para siswa serta memotivasi mereka agar menumbuhkan sikap tersebut kepada sesama. Sedangkan pengembangan budaya diluar kelas yang dilakukan Sekolah Dasar Labolatorium UNG dengan melakukan kegiatan Zikir bersama dan membacakan surat yasin pada setiap hari jum’at. Serta pada apel pagi bersama-sama membacakan ikrar janji siswa agar apa yang mereka ucapkan dapat mereka ingat sehingga mencegah para siswa melanggar aturan sekolah. Oleh karena Pembelajaran tidak selamanya berada didalam kelas. Maka pembelajaran diluar harus memiliki konsep kegiatan yang jelas, sehingga bisa menjadi acuan utama untuk mendidik para siswa.

4.1.2 Pengembangan budaya dalam kegiatan ekstrakulikuler

(35)

kesenian daereah, melaui kegiatan pada setiap akhir semester para siswa diwajibkan menampikan suatu atraksi baik tari-tarian maupun kasidah serta memakai pakaian adat daerah yang ingin mereka tampikan

Sedangkan pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan olahraga di Sekolah Dasar Labolatorium UNG dilaksanakan dengan menarik minat siswa untuk berolahraga, menampakkan nilai kejujuran melalui olahraga, menanamkan sikap kerjasama anta tim melalui olahraga, dan menanamkan motivasi berprestasi kepada diri siswa melalui kegiatan olahraga

Serta dalam mengembangkan budaya sekolah melalui kegiatan kepramukaan, Sekolah Dasar Labolatorium UNG menanamkan nilai-nilai kedisiplin, tanggungjawab, kemadirian, kebersamaa, kepemimpinan, serta rasa cinta terhadap alam.

4.1.3 Simbol-simbol budaya sekolah dalam memperkuat nilai-nilai

Dampak pengembangan budaya sekolah terhadap iklim sekolah di SD Laboratorium UNG ditandai dengan peningkatan kualitas lingkungan internal sekolah yang dialami oleh siswa maupun kepala sekolah dan para guru yang mempengaruhi mental dan perilakunya

4.1.4 Dampak Budaya Sekolah Terhadap Iklim Sekolah

(36)

4.2 Saran

Berdasarkan hasil temuan lapangan maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat menambah simbol-simbol baik itu terkait pengembangan seperti nilai-nilai : kedisiplinan, kebersihan, kejujuran, kerjasama, religius. dll.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Chatab, Nevizond. 2007. Profil budaya organisasi. Bandung : Alfabeta

Deal & Peterson. 1999. Menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis http://www.mediaindonesia.co.id diakses tanggal 24 oktober 2013

Fattah, Nanang. 2013. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung Remaja Rosdakarya.

Hatta, Effendi. 2011. Iklim Sekolah (School Climate). http://efendihatta.blogspot.com /2010/07/iklim-sekolah-school-climate.html. diakses tanggal 24 oktober 2013.

Kurnia, Adi. 2001. Membangun budaya sekolah. Bandung : Rakatama Media.

Masaong, Abd Kadim & Ansar. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model dan Implementasi. Gorontalo : Senta Media.

Masaong, Abd Kadim & Arfan A.T. 2011. Kepemimpinan berbasis multiple intelligence (sinergi kecerdasan intelektual, emosional dan spritual untuk meraih kesuksesan yang gemilang). Bandung : Alfa beta.

Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah. Jakarta : Bumi Aksara

Ramadhan, Nooqaseh. Buday Sekolah : Iklim Sekolah. http://www.slideshare.net/noor qaseh_ramadhan/budaya-sekolah-iklim-sekolah. di akses tanggal 24 oktober 2013.

Riduwan. 2012. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung : Alfabeta

(38)

Syahbudin, Atus. 2013. Buday dan Perubahan Iklim. http://www.sekolahjepang.com / 2013/04/budaya-dan-perubahan-iklim-festival-mekarnya-bunga-sakura-dan-penget ahuan-dan-sikap-para-pemangku-kepentingan-terhadap-perubahan ikli m-global/ di akses tanggal 24 oktober 2013.

Turmuzi, Ahmad. 2011. Pengembangan lingkungan dan budaya sekolah.http:// edukasi.kompasiana.com/2011/10/18/pengembangan-lingkungan-dan-budaya-sekolah-402394.html Diakses tanggal 24 oktober 2013.

Wahab, Abdul Aziz. 2011, Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan (telaah terhadap organisai dan pengelolaan organsisasi pendidikan). Bandung : Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Angka tersebut mempunyai arti, bahwa pengaruh kualitas produk, kualitas pelayanan, harga, dan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan secara simultan adalah

Buatlah program sederhana menggunakan variable pointer untuk menunjuk pada tipe data char, dengan nilai dari variable tersebut adalah input dari nama anda.

15 Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis perlakuan yang diberikan yaitu berupa jus kubis ( Brassica oleracea var. capitata L.) pada tikus wistar jantan

Beberapa mahasiswi menjadi kurang tertarik menjadi jurnalis karena menurut mereka pekerjaan ini terlalu berat untuk perempuan, diantaranya dalam hal jam kerja yang tidak tentu,

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan proposal dengan

Untuk merubah bilangan desimal yang besarnya lebih kecil dari 1 (satu) ke bentuk bilangan biner kita lakukan proses perkalian seperti di bawah ini.. 131 Sebagai koreksi

polda Sumsel TA.201b maka akan dikenakan sanksisesuai ketentuan dalam Peraturan Presiden NO 70 Tahun. 2012 perubahan kedua atas peraturan presiden

[r]