• Tidak ada hasil yang ditemukan

Esai 2013 FATJRI NUR TAJUDDIN UNIVERSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Esai 2013 FATJRI NUR TAJUDDIN UNIVERSI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

GEMA LOMBA KARYA ESAI NASIONAL TAHUN 2013 BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

“MENILAI KUALITAS GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SEBAGAI PRODUK YANG HARUS DIKAJI ULANG”

Oleh:

FATJRI NUR TAJUDDIN 1168040104

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR MAKASSAR

(2)

MENILAI KUALITAS GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SEBAGAI PRODUK YANG HARUS DIKAJI ULANG

Fatjri Nur Tajuddin

Universitas Negeri Makassar

Kurikulum merupakan suatu perangkat dasar pembelajaran yang dimaksudkan

untuk mencapai tujuan pendidikan dan menjadi landasan dalam melaksanakan

proses pendidikan sesuai aturan dan standar yang ditentukan. Kurikulum 2013

yang sedang hangat diperbincangkan di dunia pendidikan tanah air saat ini

memuat pro dan kontra oleh berbagai pihak. Bagaimana tidak, implementasi

kurikulum 2013 terkesan mendadak yang membuat berbagai pihak khususnya

guru sebagai pendidik mendapat pemberitahuan mengenai implementasi

kurikulum 2013. Sebegai pelaksana kurikulum, tentunya guru tidak

semerta-merta menerima keputusan pemerintah yang terkesan mendadak tersebut. Kualitas

suatu pendidikan bukan hanya dilihat dari isi kurikulumnya, tetapi harus dilihat

dari berbagai sisi seperti sarana dan prasarana sekolah, sistem lembaga pendidikan

yang profesional, adanya perpustakaan yang layak, perbaikan sistem test, sistem

penilaian, dan segala hal yang berkesinambungan, tetapi yang paling penting

adalah bagamana pelaksana mengaktualisasikan kurikulum dalam proses belajar

mengajar, apakah mereka memiliki kapasitas yang cukup untuk mampu

meningkatkan kualitas pendidikan? Inilah yang menjadi masalah besar dalam

dunia pendidikan.

Menurut Prof. Dr(HC). S.D. Nuniary, M.Min, Menteri pendidikan dan

Kebudayaanlah selaku pemegang policy membuat pendidikan di tanah air menjadi

merah atau hitam, sementara staf ahli Menterilah yang meramu. Selanjutnya jika

para staf ahli mentri yang meramu policy pendidikan di Indonesia, maka pantaslah

mereka harus dipadukan dengan praktisi antara antara lain harus melibatkan

kelompok-kelompok organisasi profesi guru, sebagai contoh harus libatkan PGRI,

Badan musyarawah Perguruan Tinggi Swasta, asosiasi-asosiasi profesi guru yang

selama ini terlibat dalam proses pendidikan di sekolah (tribun-maluku.com).

Realitanya, dalam proses penyusunan kurikulum 2013 tidak melibatkan guru

(3)

sehingga mereka kembali menjadi korban kebijakan pemerintah. Disisi lain,

dituntut guru-guru yang profesional yang memiliki kemampuan profesional,

personal, dan sosial. Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses

pendidikan yang berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional, mereka harus

mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan

kemampuan dan kaidah-kaidah guru yang profesional (Rusman, 2013: 19).

Kualitas seorang guru akan terlihat ketika ia mampu menerima dan

mengimplementasikan kurikulum kepada peserta didik dengan hasil yang

maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan. Kualitas seorang guru menjadi kunci

keberhasilan pendidikan sehingga dibutuhkan pula kesiapan guru di dalam

menghadapi perubahan kurikulum ini. Jangan sampai kurikulumnya berubah

tetapi pola pikir guru tidak berubah. Sama saja antara kurikulum yang sebelumnya

dengan kurikulum yang baru, maka tentunya harus dipersiapkan secara memadai

tentang kesiapan guru ini.

Sebagai transformer ilmu dan pemandu bagi para siswa, guru harus memiliki

kemampuan dan menjadi contoh bagi peserta didik dan memperlihatkan

profesionalisme dalam dirinya utnuk melakukan yang terbaik dalam membimbing

siswa-siswanya. Namun apa yang kita lihat hari ini, kualitas guru yang rendah dan

belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya

sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan

melakukan pengabdian masyarakat. Peningkatan kualitas guru seharusnya

menjadi hal utama dalam perbaikan kualitas pendidikan. Memperbaiki dan

meningkatkan kualitas guru jauh lebih penting daripada menganti kurikulum yang

tidak jelas mau dibawa kemana. Guru yang berkualitas seharusnya mampu

mentransformasikan kurikulum dengan baik melalui kreativitas dalam mengajar

sehingga bagaimanapun perubahan kurikulum seyogianya tidak menjadi persoalan

yang besar.

Kasus lain, dalam program sertifikasi guru yang dilakukan pemerintah yang

bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme guru hingga saat ini

(4)

masih menjadi kontroversi dan menimbulkan tanda tanya besar. Sampai detik ini

pun publik nampaknya masih menanti hasil konkret dari program peningkatan

kualitas guru ini. Program yang sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu

pendidikan lewat peningkatan profesionalisme guru ini realitanya malah

menambah masalah dalam pendidikan yang pastinya akan menambah catatan

buram tentang kondisi negara kita di mata dunia. Program peningkatan kualitas

guru kini dalam pelaksanaannya hanya digunakan untuk mencari kesejahteraan

ekonomi guru. Padahal seyogianya, gaji tambahan bagi guru yang tersertifikasi

digunakan untuk melanjutkan pendidikan, rutin mengikuti seminar dan pelatihan,

menambah koleksi buku, dan melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan

kreatifitasnya.

Mutu dan kualitas guru yang rendah juga dapat dilihat dari hasil uji kompetensi

yang sebagian besar tiduk lulus dengan hasil uji kompetensi guru (UKG) yang

sudah tersertifikasi yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

rata-rata nilai uji kompetensi guru adalah 44,55 berdasarkan pengolahan data

243.619 dari 373.515 orang pada tahap satu hingga hari ketiga

(edukasi.kompas.com). Jika perolehan rata-rata nilai UKG tersebut mencerminkan

kompetensi guru secara nasional sungguh memprihatinkan bila dibandingkan

dengan besarnya anggaran Negara/Daerah untuk sektor pendidikan. Guru-guru

yang tersertifikasi memiliki kompetensi yang rendah merupakan tamparan keras

bagi Kemendibud beserta pihak terkait. Betapa tidak, selama ini rendahnya mutu

pendidikan nasional selalu dikaitkan dengan rendahnya penghargaan dan

kesejahteraan pendidiknya. Kesejahteraan pendidik sudah ditingkatkan, tetapi

masih tidak berhasil meningkatkan mutu pendidikan nasional, seharusnya

pemberian penghargaan diikuti oleh meningkatnya kinerja sehingga tujuan

pendidikan bisa tercapai dengan maksimal.

Pemerintah seakan-akan tidak tegas melihat dan menentukan akar penyebab

rendahnya kualitas guru yang seakan-akan diam melihat kondisi kualitas

pendidikan hari ini. Belum lagi kondisi pendidikan yang ada di kota dan di

pelosok desa yang sangat jauh berbeda yang menimbulkan kesenjangan sosial

sehingga menambah masalah pendidikan. Guru yang mengabdi di kota dengan

(5)

fasilitas yang memadai tentunya akan memudahkan untuk melaksanakan proses

belajar mengajar. Namun faktanya, kualitas guru di kota belum mampu

meningkatkan kualitas pendidikan. Begitupun halnya dengan guru di

pelosok-pelosok desa dengan serba keterbatasan, tentunya terdapat ketidakadilan dan

menyebabkan kualitas pendidikan lebih rendah sehingga membuat mereka

menjalankan tugasnya hanya sebagai profesi tanpa menanamkan pola pikir untuk

mencerdaskan dan meningkatkan kualitas pendidikan seutuhnya.

Melihat realitas yang terjadi di negeri ini, tentunya kita berharap bagaimana

memajukan pendidikan bangsa. Banyak guru yang dengan iklhas mendidik

dengan gaji yang sangat sedikit bahkan tidak ada sekalipun. Seharusnya

pemerintah dapat melihat kondisi realitas pendidikan, apa dan siapa sebenarnya

menjadi inti yang dapat merubah kualitas pendidikan yang lebih baik tentunya

adalah guru. Dengan implementasi kurikulum 2013, seharusnya pemerintah

melihat siapa yang akan menjalankan dan apakah mereka sudah siap?.

Masalah-masalah diatas mencerminkan bahwa implementasi kurikulum 2013 tidak akan

berjalan sesuai rencana karena guru sebagai pelaksana tidak akan mampu

merealisasikan kurikulum 2013 tersebut.

Pemerintah sebaiknya memperbaiki kualitas guru terlebih dahulu dengan

pembaharuan dan dapat mensejajarkan kualitas pendidik di Indonesia dengan

negara-negara lainnya. memperbanyak tukar pikiran antar guru meneganai

pemebelajaran, kaderisasi guru berkualitas, rutin melakukan penelitian tindakan

kelas, dan pemerintah memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada guru

berprestasi adalah cara efektif untuk meningkatkan kualitas guru. Namun

pemerintah harus tegas memberikan aturan dalam mengimplementasikan

cara-cara tersebut sehingga para guru akan melaksanakan tugasnya dengan

sebaik-baiknya. Pemerintah juga harus meratakan ketersediaan sarana dan prasarana di

setiap sekolah hingga di pelosok-pelosok desa sehingga tidak terjadi kesenjangan

sosial. Guru-guru berkualitas juga yang ada di pedesaan yang dikirim ke sekolah-

sekolah yang lebih maju dan berkualitas seharusnya difungsikan dimana ia

mengajar sehingga kualitas guru dapat merata.

(6)

Sebagai penutup, dengan melihat kualitas guru di Indonesia yang masih sangat

rendah seharusnya pemerintah mengkaji ulang atau bahkan menunda

implementasi kurikukum 2013 serta jika memang kurikulum 2013 harus

dilaksanakan maka harus melibatkan guru secara langsung dalam penyusunan

kurikulum 2013 karena kualitas guru menentukan kualitas pendidikan, bagaimna

guru mampu mengaplikasikan dan kreatif dalam mengolah pembelajaran.

Pembaharuan dengan mempertegas aturan dapat membuat guru melaksanakan

tugasnya dengan maksimal sehingga tujuan pendidikan dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa dapat tercapai dan menjadikan guru-guru di Indonesia sebagai

guru profesional.

(7)

Lampiran 1

FORM PENDAFTARAN GELORA ESAI UNDIKSA

Judul Esai : Menilai Kualitas Guru dalam Implementasi

Kurikulum 2013 sebagai Produk yang Harus

Dikaji Ulang

Identitas Peserta

Nama : Fatjri Nur Tajuddin

Kategori : Mahasiswa

TTL : Jeneponto, 06 Desember 1993

NIM : 1168040104

Alamat : Jln. Dg. Tata III No. 22 Makassar

Telepon/HP : 085298051929

e-mail : [email protected]

Instansi : Universitas Negeri Makassar

Alamat Instansi : Jl. A.P.Pettarani Makassar 90222

Telepon instansi : +62(0411) 869854

e-mail : [email protected]

Makassar, 29 Oktober 2013 Peserta,

(8)

Lampiran 2

LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS KARYA

Judul Esai : Menilai Kualitas Guru dalam Implementasi

Kurikulum 2013 sebagai Produk yang Harus

Dikaji Ulang

Nama Penulis : Fatjri Nur Tajuddin

saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa memang benar karya

dengan judul yang tersebut di atas merupakan karya original (hasil karya

sendiri) dan belum pernah dipublikasikan dan atau dilombakan di luar kegiatan ”Gema Lomba Karya Esai Nasional Tahun 2013“ yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha. Demikian

pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila terbukti terdapat

pelanggaran di dalamnya, maka saya bersedia untuk didiskualifikasi dari

perlombaan ini sebagai bentuk tanggung jawab saya.

Makassar, 29 Oktober 2013 Yang membuat pernyataan,

Fatjri Nur Tajuddin

(9)

Lampiran 3

(10)

Lampiran 4

(11)

Lampiran 5

CURRICULUM VITAE Data Pribadi

Nama : Fatjri Nur Tajuddin

Tempat/Tgl. Lahir : Jeneponto, 06 Desember 1993

NIM : 1168040104

Jurusan : Pendidikan Antropologi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jln. Dg. Tata III No. 22 Makassar

Telepon/HP : 085298051929

e-mail : [email protected]

Instansi : Universitas Negeri Makassar

Alamat Instansi : Jl. A.P.Pettarani Makassar 90222

Telepon instansi : +62(0411) 869854

Pendidikan :

1. SD Inp. 167 Mattoanging 1999-2005

2. SMP Negeri 1 Turatea 2005-2008

3. SMA Negeri Khusus Jeneponto 2008-2011

4. Universitas Negeri Makassar 2011-sekarang

Makassar, 29 Oktober 2013

Referensi

Dokumen terkait

saya khawatir kalau tidak ada upaya yang dilakukan oleh sekolah nanti para guru telat dalam memahami Kurikulum 2013 sehingga menghambat proses implementasi Kurikulum 2013.. Implikasi

Astii Puspita Sari.. Kata Kunci: Implementasi, Kurikulum 2013. Skripsi ini mengkaji tentang Persepsi Guru terhadap Implementasi Kurikulum 2013 pada mata pelajaran

Kemampuan guru pendidikan Agama Islam dalam penerapan kurikulum 2013. Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan

Tahap implementasi rencana pelaksanaan pembelajaran PPKn Kurikulum 2013 oleh guru dalam kelas di SMP Negeri 1 Kota Bengkulu, dilaksanakan dengan melakukan observasi

Judul : Meningkatkan Kemampuan Mengembangkan Perangkat Pembelajaran matematika Kontekstual sebagai Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi Bagi Guru-guru Jenjang Pendidikan Dasar

“Saya selaku Kepala Madrasah bertanggung jawab penuh terhadap implementasi kurikulum 2013 ini, maka saya harus mengambil tindakan yakni membentuk perkumpulan oleh

Guru sebagai ujung tombak dari implementasi kurikulum 2013 ini harus benar-benar memahami muatan dari kurikulum tersebut agar tujuan pendidikan yang tertuang di

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan pemahaman guru terhadap materi Kurikulum 2013 setelah mengikuti diklat Implementasi Kurikulum 2013,