• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA JATI AGUNG WAGE TAMAN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA JATI AGUNG WAGE TAMAN SIDOARJO."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

ALI MURTADLO

D3210026

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Ilmu Tarbiyah

Oleh:

ALI MURTADLO NIM. D3210026

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)
(4)
(5)
(6)

vii

ABSTRAK

Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Kata kunci : Pengembangan Kompetensi Pedagogik, Guru PAI, Implementasi Kurikulum 2013

Penelitian ini mengkaji tentang pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013, penelitian dilakukan untuk menjabarkan pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI. Penelitian ini berangkat dari isu permaslahan yang dihadapi oleh guru dalam implementasi Kurikulum 2013. Berangkat dari hal tersebut peneliti tertarik umtuk melakukan penelitian terkait pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan mengambil latar SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo. Pengeumpulan dta dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis dilakukan denganmemberikan makna pada data yang diperoleh dan kemudian disajiakan dalam bentuk narasi.

(7)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR

SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Hasil Penelitian... 10

F. Penelitian Terdahulu ... 10

(8)

xii

H. Sistematika Pembahasan... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi guru PAI ... 16

1. Pengertian kompetensi guru PAI ... 16

2. Tujuan Kompetensi Guru PAI ... 18

3. Ruang lingkup kompetensi guru PAI... 19

B. Implementasi Kurikulum 2013 ... 24

1. Pengertian Kurikulum 2013... 24

2. Karakteristik Krikulum 2013 ... 25

3. Tujuan Kurikulum 2013... 26

4. Implementasi kurikulum 2013 ... 27

C. Pengembangan Kompetensi Dalam Implementasi Kurukulum 2013... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 41

1. Jenis Penelitian ... 41

2. Pendekatan Penelitian... 42

B. Kehadiran Peneliti ... 43

C. Informan Penelitian ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 48

(9)

xiii BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

1. Sejarah Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 54

2. Letak Geografis Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 55

3. Visi, Misi, dan Motto Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 56

4. Jumlah Siswa Sekolah Menengah Pertama Jati Agung... 57

5. Kedaan Guru dan Karyawan Sekolah Menengah Pertama Jati Agung .. 58

6. Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama Jati Agung... 60

7. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 62

8. Aktivitas pembelajaran Sekolah Menengah Pertama Jati Agung... 66

B. Penyajian Data... 67

1. Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 67

2. Urgensi Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 80

3. Implikasi Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 82

C. Analisis Data ... 86

1. Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 86

(10)

xiv

3. Implikasi Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi

Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 91

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 94

B. Saran... 96

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1

✁ ✂

✄ ☎✆✝ ✁✞ ✟✠ ✟✁✆

✡☛ ☞ ✌✍ ✌✎✏ ✑l✌✒✌✓g

Kurikulum dalam sistem pendidikan memegang peranan yang sangat

penting. Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus

dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan

pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut,

dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian

kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan

pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada

satuan pendidikan tertentu.1

Pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan

kurikulum, hal ini terjadi karena tuntutan perkembangan zaman dan berbagai

masalah yang dialami pendidikan di Indonesia. Bahkan ada pendapat

dimasyarakat bahwa setiap pergantian menteri pendidikan maka kurikulum juga

akan berganti. Terlepas dari pendapat tersebut, perubahan kurikulum bertujuan

untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan

SDM yang unggul. Saat ini pendidikan di Indonesia sedang menerapkan

kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, kurikulum ini telah diujicobakan pada

1

(12)

beberapa sekolah (ploting project) pada tahun ajaran 2013/2014 dan secara

serentak diterapkan disemua sekolah pada tahun ajaran 2014/2015.

Kurikulum 2013 diterapkan untuk menggantikan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yang dinilai masih banyak masalah dalam

penerapannya. KTSP dinilai belum tanggap terhadap perubahan sosial yang

terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Standar penilaian KTSP

dinilai belum mengarah pada penilaian berbasis kompetensi.

Pengembangan kurikulum 2013 dilakukan karena adanya tantangan

internal maupun tantangan eksternal. Tantangan internal terkait tuntutan

pendidikan yang mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan dan faktor

perkembangan penduduk Indonesia. Tantangan eksternal berkaitan dengan

tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi

masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogik, serta berbagai fenomena

negatif yang mengemuka.

Hasil analisis PISA menunjukkan hampir semua siswa Indonesia hanya

menguasai pelajaran sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang

sampai level 4, 5, bahkan 6. Selain itu, fenomena negatif akibat kurangnya

karakter yang dimiliki peseta didik menuntut pemberian pendidikan karakter

(13)

pembelajaran terlalu menitik beratakan pada kognitif, beban siswa terlalu berat,

dan kurang bermuatan karakter.2

Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara

singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta

didik menjadi kompeten dalam bidangnya. Dimana kompeten tersebut, sejalan

dengan tujuan pendidikan nasional yang telah disampaikan di atas, harus

mencakup kompetensi dalam ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan

sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35 undang-undang tersebut.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk

mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai

pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,

dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat

membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan

2

(14)

keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif,

kreatif, inovatif, dan afektif.3

Kurikulum 2013 menganut pendekatan integratif atau juga dikenal

dengan nama pendekatan terpadu, pendekatan ini bertitik tolak dari suatu

keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur. Bermakna mempunyai

arti bahwa setiap suatu keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, dan faedah

tertentu. Keseluruhan bukanlah penjumlahan dari berbagai bagian, melainakan

totalitas yang memiliki makna tersendiri. Adapun terstruktur mempunyai asumsi

bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam

suatu struktur tertentu. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa

sehingga mampu mengembangkan pribadi yang utuh, dengan

mempertimbangkan bahwa anak adalah suatu potensi yang sedang berkembang

dan merupakan organisme yang hidup, yang hidup dalam masyarakat yang

sedang berkembang pula.4

Seberapapun bagusnya konsep kurikulum yang dibuat akan tetapi jika

eksekutor dilapangan tidak mampu mengimplementasikan dengan baik maka

akan menjadi sia-sia. Disinilah peran guru sangat besar dalam kesukseskan

implementasi kurikulum, karena guru adalah orang yang berinteraksi langsung

dalam implementasi kurikulum di lapangan..

3

Ibid, Hal. 9

4

(15)

Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan

dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar-mengajar antara lain

ditentukan oleh kemampuan guru. Dikarenakan pengembangan kurikulum

bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif

dan melakukan uji coba kurikulum di kelas. Ini merupakan suatu fase penting

dalam upaya pengembangan kurikulum, di samping sebagai unsur penunjang

administrasi secara keseluruhan.5

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam

pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Semakin tinggi

kemampuan guru dalam pengajaran, maka di asumsikan semakin tinggi pula

hasil belajar yang dicapai oleh anak didik. Kemampuan guru dalam mengajar

sebagai tujuan pendidikan merupakan indikator keberhasilan proses belajar

mengajar siswa. Oleh karena itu, agar dalam melaksanakan tugasnya secara baik

sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal

sebagai kompetensi yang harus dimilikinya.

Untuk mensukseskan implementasi Kurikulum 2013 dan mewujudkan

tujuan pendidikan nasional maka guru/tenaga pendidik harus memiliki

kompetensi yang sesuai dengan BAB IV, pasal 28 ayat (3) Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, mencakup empat kompetensi, yaitu:

1. Kompetensi Pedagogik, 2. Kompetensi Kepribadian, 3. Kompetensi

5

(16)

Profesional, dan 4. Kompetensi Sosial.6 Sedangkan secara khusus selain empat kompetensi tersebut guru PAI harus memiliki kompetensi leadership.7

Selanjutnya dalam penjelasan pasal bab 28 ayat 3 (tiga) PP 19/2005 dan

Pereturan Menteri Agama RI No. 16. Tahun 2010 pasal 16 dinyatakan bahwa:

a. Kompetensi pedagogik adalah, kemampuan mengelola pembelajaran peserta

didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikiya.

b. Kompetensi kepribadian adalah, kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak

mulia.

c. Kompetensi profesional adalah, kemampuan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta

didik memenuhi stándar kompetensi yang ditetapkan dalam Stándar Nasional

Pendidikan.

d. Kompetensi Sosial adalah, kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

6

Luluk Indah purwati dan Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), hal. 234.

7

(17)

didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik

dan masyarakat sekitar.8

e. Kompetensi leadership suatu proses untuk mempengaruhi orang lain yang

didalamnya berisi serangkaian tindakan atau perilaku terhadap individu yang

dipengaruhinya.

Agar kurikulum dapat diimplementasikan secara efektif serta dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu: 1) menguasai dan memahami

kompetensi dasar dan hubungannya dengan kompetensi lain dengan baik; 2)

menyukai apa yang diajarkan dan menyuakai mengajar sebagai profesi; 3)

memahami peserta didik; 4) menggunakan metode yang bervariasi dalam

mengajar; 5) mengikuti perkembangan mutakhir; 6) menyiapkan proses

pembelajaran; 7) menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi

yang akan dikembangkan.9

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jati Agung Wage Taman Sidoarjo

mulai menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015. Menyadari

akan adanya tantangan dalam penerapan Kurikulum salah satunya adalah

kemampuan guru. Agar implementasi tersebut dapat berlangsung dengan baik

diperlukan guru-guru yang kompeten dalam mengimplementasikan Kurikulum

8

Sekretariat Negara RI, Undang-undang Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Bandung:Citra Umbara, 2008), hal. 5.

9

(18)

2013. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru

dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Dari hasil wawancara dengan salah seorang guru PAI dan kepala sekolah,

sekolah berupaya untuk mengembangkan kompetensi guru dalam upaya

mensukseskan implementasi Kurikulum di SMP Jati Agung. Ini mengingat

belum seluruh guru menguasai kurikulum 2013 secara baik, sehingga untuk

mensukseskan implementasi kurikulum 2013 perlu adanya pengembangan

kompetensi guru dalam implementasi Kurikulum 2013.10

Berangkat dari dasar pemikiran tersebut penulis merasa perlu untuk

melakukan penelitian dengan judul ✥✔ ✕ngm✖✗ng✗✘ ✙omptnsiuru ✔ ✛✜

✢ ✗✣✗✤ ✜mplmnt✗✦i urikulum 2013 i ✧★✔ ✩ ✗✪i ✛✫✬ng ✭ ✗✫✕ ✮ ✗✤ ✗✘ ✧io✗✯jo✰.

. ✱✗✪ ✗ ✦✗✘★✗✦ ✗✣✗✲

Penelitian ini dibatasi untuk mencegah terjadinya pembahasan yang terlalu

luas. Batasan-batasan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Dalam melakukan penelitian ini peneliti akan meneliti tentang pengembangan

kompetensi guru dalam implementasi kurikulum 2013 di SMP Jati Agung

Wage Taman Sidoarjo.

2. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Kepala Sekolah, dan guru PAI

di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo.

10

(19)

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi

Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung Wage Taman

Sidoarjo?

2. Mengapa diperlukan pengembangan kompetensi guru PAI dalam

implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung

Wage Taman Sidoarjo?

3. Bagaimana implikasi pengembangan kompetensi guru PAI dalam

implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung

Wage Taman Sidoarjo?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi

Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung Wage Taman

Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui perlunya pengembangan kompetensi guru PAI dalam

implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung

Wage Taman Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui implikasi pengembangan kompetensi guru PAI dalam

implementasi kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung

(20)

E. Manfaat Hasil Penelitian

Selain melatih penulis agar lebih tanggap terhadap permasalahan sosial pada

umumnya, hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat. Adapun manfaat

dari penelitian yaitu:

1. Bagi UIN Sunan Ampel

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagi penambah wawasan

mahasiswa dan perbandingan bagi peneliti yang mengangkat tema yang sama

di waktu mendatang.

2. Bagi SMP Jati Agung

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai variabel

yang diteliti yaitu kompetensi guru PAI. Sehingga pada nantinya SMP Jati

Agung dapat meningkatkan kualitas guru untuk mencapai tujuan pendidikan

di SMP Jati Agung.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam

perkuliahan dan wawasan dalam penulisan ini.

F. Penelitian Terdahulu

Peneliti melakukan kajian terhadap buku serta hasil penelitian sebelumnya

yang memiliki kesamaan dengan konsen penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Peneliti mendapatkan beberapa penelitian yang memiliki kesamaan dalam hal

(21)

1. M. Zuhdi, skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, Jurusan Pendidikan

Agama Islam. Judul Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan

kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar di MTs. Darul

Hijrah Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

a. Kompetensi pedagogik guru sangat menentukan dalam keberhasilan

pelaksanaan belajar mengajar. Kompetensi pedagogik adalah

kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran, dalam kompetensi

mencakup beberapa kemampuan diantaranya, perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran.

b. Kepala Sekolah sebagai pimpinan memiliki tanggung jawab untuk

megelola guru dan tenaga kependidikan. Kepala sekolah memiliki

tugas untuk memfasilitasi pengembangan guru dan tenaga

kependidikan. Kepala sekolah MTs. Darul Hijrah Surabaya memilki

upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam proses

belajar mengajar, baik melalui pelaksaan penataran, rapat, dan

supervisi.

2. Muslim Bukhori, skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, Jurusan

Pendidikan Agama Islam. Judul Urgensi kompetensi pedagogik guru

agama dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama islam siswa di

SMA PGRI Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

a. Kompetensi pedagogik guru agama meliputi: pemahaman terhadap

(22)

pembelajaran, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi

pembelajaran, dan pengembangan peserta didik sesuai dengan potensi

yang dimilikinya.

b. Kompetensi pedagogik guru memiliki peran penting dalam mengatasi

kesulitan belajar mata pelajaran PAI. Dengan penguasan kompetensi

pedagogik, guru dapat memahami peserta didik dan mengetahui

kesulitan belajar siswa sehingga guru dapat mencari cara untuk

mengatasi kesulitan tersebut.

3. Nanang Susianto, skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan

Kependidikan Islam. Judul Upaya kepala sekolah dalam mengembangkan

kompetensi pedagogik guru PAI di SMUN 1 Depok Sleman. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa:

a. Kompetensi pedagogik guru PAI di SMUN 1 Depok Sleman sudah

cukup baik. Guru mampu merencakan pembelajaran dengan baik dan

melaksanakan proses pembelajaran guru menggunakan berbagai

metode, dalam pengembangan silabus guru telah memperhatikan

berbagai pendekatan, baik dari tujuan, karakteristik siwa, metode, dan

evaluasi.

b. Pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI telah diupayakan oleh

kepala sekolah salah satunya dengan melaksanakan training

(23)

Dari beberapa penelitian tersebut, peneliti belum menemukan penelitian yang

membahas secara spesifik pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI dalam

implementasi kurikuum 2013, sehingga peneliti perlu untuk melaksanakan

penelitian dalam bidang tersebut.

G. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman dan menghindari kesalah pahaman, maka

penulis akan memberikan penegasan beberapa istilah yang berkaitan dengan

skripsi yang berjudul

1. Kompetensi Guru PAI

Kompetensi guru adalah kemampuan atau kualitas guru dalam

mengajar, sehingga terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan

profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.11 Kemampuan atau kualitas tersebut mempunyai konsekuensi bahwa, seorang yang menjadi guru

dituntut benar-benar memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang

sesuai dengan profesinya, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan

sebaik-baiknya.

Kompetensi guru PAI sebagaimana yang diajukan oleh Departemen

Agama dalah meliputi: Kompetensi pedagogik, sosial, profesional,

kepribadian, dan leadership. Secara umum kompetensi guru PAI sama

dengan guru bidang studi lainnya kakan tetapi ada tambahan satu aspek

11

(24)

kompetensi khusus yang harus dikuasai oleh guru PAI, yaitu kompetensi

leadership.

2. Kurikulum 2013

Kurikulum tahun 2013 adalah rancang bangun pembelajaran yang

didesain untuk mengembangkan potensi peserta didik, bertujuan untuk

mewujudkan generasi bangsa Indonesia yang bermartabat, beradab,

berbudaya, berkarakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga

negara yang demokratis, dan bertanggung jawab yang mulai dioperasikan

pada tahun pelajaran 2013/2014 secara bertahap. Menurut Hasan,

perkembangan Kurikulum 2013 didasari oleh BNSP 2010 dan adanya

pendidikan karakter serta kewirausahaan. Kurikulum ini dikembangkan

selama kurang lebih lima tahun dari 2010 hingga 2015. Pada tahun 2010 dan

2011 dilakukan kajian mengenai kurikulum. Pada tahun 2012 dilakukan

finalisasi dokumen kurikulum. Pada tahun 2013 hingga 2015 dilakukan

implementasi dan evaluasi kurikulum di sekolah.12

H. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan dibagi menjadi beberapa penjelasan yang tersusun dalam

5 bab yakni:

12

(25)

BAB I : Pendahuluan; Merupakan pendahuluan yang di dalamnya memuat latar

belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, sistematika pembahasan.

BAB II: Landasan teori; Pertama, penjelasan tentang kompetensi guru PAI, tujuan

kompetensi guru PAI, dan Ruang lingkup kompetensi guru PAI. Kedua,

penjelasan tentang implementasi kurikulum 2013, meliputi pengertian kurikulum

2013, karakteristik Kurikulum 2013, tujuan Kurikulum 2013, dan implementasi

Kurikulum 2013. Ketiga, penjelasan tentang pengembangan kompetensi guru PAI

dalam implementasi kurikulum 2013.

BAB III: Metodologi penelitian; yang terdiri dari, jenis dan pendekatan penelitian,

kehadiran peneliti, informan penelitian, metode pengumpulan data, metode analisa

data, dan pengabsahan data.

BAB IV: Laporan Penelitian; pada bab ini, penulis akan menampilkan semua

bentuk temuan yang berhubungan dengan penelitian, yang didasarkan pada

landasan teori diatas berupa penyajian data dan analisis data.

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kompetensi Guru PAI

1. Pengertian Kompetensi Guru PAI

Dalam kamus umum bahasa Indonesia yang dimaksud kompetensi adalah

(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal .13

Sedangkan menurut Uzer Usman kompetensi diartikan sebagai kemampuan dan

kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya .14 Sementara Muhammad Zaini mengemukakan kompetensi sebagai gambaran suatu kemampuan

tertentu yang dimiliki seseorang setelah mengalami proses pembelajaran tertentu.15 Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya

merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk

menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia terutama Pasal 8 yang menyebutkan

bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,

sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Mengacu substansi Pasal 8 tersebut di atas jelas sekali bahwa

13

Purwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta; Erlangga;1982), hal. 321

14

Moh. Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional(Bandung: PT Rosdakarya, 2006), hal. 14

15

(27)

kepemilikan kompetensi itu hukumnya wajib; artinya bagi guru yang tidak mampu

memiliki kompetensi akan gugur keguruannya.16

Menurut bab I pasal 1 (satu) ayat 10 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan

dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan.17

Yang dimaksud kompetensi guru adalah kemampuan atau kualitas guru dalam

mengajar, sehingga terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional

dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.18 Kemampuan atau kualitas tersebut mempunyai konsekuensi bahwa, seorang yang menjadi guru dituntut benar-benar

memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan profesinya,

sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Kompetensi guru PAI sebagaimana yang diajukan oleh Departemen Agama

dalah meliputi: Kompetensi pedagogik, sosial, profesional, kepribadian, dan

leadership. Secara umum kompetensi guru PAI sama dengan guru bidang studi

lainnya kakan tetapi ada tambahan satu aspek kompetensi khusus yang harus dikuasai

oleh guru PAI, yaitu kompetensi leadership.

Pada hakekatnya orientasi kompetensi guru ini, tidak hanya diarahkan pada

kemampuan intelek dalam kaitannya dengan pelaksanaan proses belajar mengajar

16

Sekretariat Negara RI, Undang-undang Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Bandung:Citra Umbara, 2008), hal. 3

17

Sekretariat Negara RI, Undang-undang Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, hal. 3

18

(28)

bersama anak didiknya saja, akan tetapi punya jangkauan yang lebih luas lagi, yaitu

sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat yang nantinya diharapkan mampu

mencetak kader-kader pembangunan dimasa kini, esok dan mendatang, begitu juga

lembaga pendidikan yang diharapkan dapat memberikan bekal kemampuan pada anak

didik sebelum ia terjun secara langsung di lingkungan masyarakat.

2. Tujuan Kompetensi Guru PAI

Salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu

menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan

bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi

yang memadai, sehingga perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan

kompetensi guru.19

Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan

salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi guru PAI meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan

kompetensi leadership. Perubahan dan pembaharuan pada sistem pendidikan sangat

bergantung pada what teachers do and think atau dengan kata lain bergantung pada

penguasaan kompetensi guru.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru

pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk

senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan

19

(29)

kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses

pembelajaran siswa. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran

informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini

terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun

masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir

secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan

pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.

Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung

terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan

hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang menurut asumsi

mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para

siswanya.

3. Ruang Lingkup Kompetensi Guru PAI

Khusus tentang kompetensi ini dijelaskan pada UU No. 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat (1) yang menyebutkan kompetensi guru

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, sedangkan Departemen

Agama menambahkan satu kompetensi lagi bagi guru PAI, yaitu Kompetensi

Leadership yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Adapun macam-macam

kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai tenaga pendidik profesional yaitu :

a. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola

(30)

kompetensi pedagogik minimal apabila telah menguasai bidang studi tertentu,

ilmu pendidikan, baik metode pembelajaran, maupun pendekatan

pembelajaran. Selain itu kemampuan pedagogik juga ditunjukkan dalam

kemampuan guru untuk membantu, membimbing, dan memimpin.20 Misalnya memahami karakter peserta didik, dapat menjelaskan materi pelajaran dengan

baik, mampu memberikan evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, juga

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi

pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang

meliputi :

1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

2) Pemahaman terhadap peserta didik

3) Pengembangan kurikulum/ silabus

4) Perancangan pembelajaran

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

6) Evaluasi hasil belajar

7) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya21

Implikasinya sederhana; kalau ada guru yang tidak memahami karakter

peserta didik, tidak dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, tidak

mampu memberi evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, juga tidak dapat

20

Trianto, Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), hal. 63-64.

21

(31)

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik maka guru yang

bersangkutan belum memiliki kompetensi pedagogik secara memadai.

b. Kompetensi kepribadian, yaitu suatu kompetensi yang mencerminkan

kepribadian seorang guru terkait dengan profesinya. Dalam hal kepribadian

ini seorang guru hendaknya memiliki sifat dewasa (tidak cengeng),

berwibawa, berakhlak mulia, cerdas, dan dapat diteladani masyarakat

utamanya anak didik. Tanpa memiliki sifat seperti ini boleh jadi kopetensi

kepribadian guru layak dipertanyakan.42 Kompetensi kepribadian yaitu

merupakan kemampuan kepribadian yang meliputi : 1) Mantap; 2) Stabil; 3)

Dewasa; 4) Arif dan bijaksana; 5) Berwibawa; 6) Berakhlak mulia; 7)

Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; 8) Mengevaluasi kinerja

sendiri; 9) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.22

c. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,

orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat luas. Misalnya berkomunikasi

lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional.43 Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai

bagian dari masyarakat diantaranya.44 Guru, di mata masyarakat dan

siswanya merupakan panutan yang dicontoh dan teladan dalam kehidupan

sehari- hari. Ia adalah tokoh yang diberi tugas membina dan membimbing

manusia pada umumnya dan para siswanya pada khususnya ke arah norma

22

(32)

yang berlaku di lingkungan sosialnya oleh karena itu guru perlu membekali

dirinya dengan kemampuan sosial dengan masyarakat sekitar dalam rangka

penyelenggaraan pembelajaran yang eefektif dan efisien dimana hubungan

antara sekolah dengan masyarakat akan berlangsung lancar.

Jenis- jenis kemampuan sosial tersebut seperti sebagai berikut:

1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat.

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan infomasi secra fungsional

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orangtua peserta didik, dan bergaul secara santun dengan

masyarakat sekitar23

d. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan guru dalam penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional juga dapat

berarti kewenangan dan kemampuan guru dalam menjalankan profesi

keguruanya.24 Adapun yang termasuk komponen kompetensi profesional antara lain :

1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,

psikologis, sosiologis, dan sebagainya

2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai tafraf perkembangan

peserta didik

23

E. Mulyasa,Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru,hal. 173

24

(33)

3) Mampu menangani dan menegmbangkan bidang studi yang menjadi

tanggungjawabnya

4) Mengerti dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi

5) Mampu menggunakan dan mengembangkan berbagai alat, media dan sumber

belajar yang relevan

6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran

7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil beajar peserta didik

8) Mampu menumbuhkan kepribadian siswa25

e. Kompetensi leadership; adalah kemampuan seorang guru untuk

mempengaruhi peserta didik yang didalamnya berisi serangkaian tindakan

atau perilaku tertentu terhadap peserta didik yang dipengaruhinya. Indikator

kompetensi leadership yang harus dimiliki oleh seorang guru PAI adalah:

1) Kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengalaman ajaran

agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian

proses pembelajaran agama

2) Kemampuan mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara sistemis

untuk mendukung pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas

sekolah

3) Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan

konselor

25

(34)

4) Kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan pembudayaan

pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah26

B. Implementasi Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 kurikulum didefinisikan

sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan

pengertian di atas secara implisit tergambar bahwa kurikulum itu merupakan

pendoman dan landasan operasional bagi implementasi proses belajar mengajar

di sekolah, lembaga pendidikan, pelatihan dan sebagainya. Sekaligus merupakan

alat dan sarana untuk mencapai tujuan serta cita-cita pendidikan yang sudah

digariskan.27

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi

(KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan sebagai acuan

dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai

26

http://www.Pendis.kemenag.co.id diakses pada 9 Desember 2014 pukul 16.47

27

(35)

ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang

dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.28

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep

kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan

(kompetensi) tugas-tugas dan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya

dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat

kompetensi tertentu. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik,

agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan

keberhasilan denag penuh tanggung jawab.29

2. Karakteristik Kurikulum 2013

Salah satu alasan perlunya perubahan kurikulum adalah dikarenakan adanya

beberapa kekurangan yang ditemukan pada KTSP 2006. Adapun perbedaan dari

kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya antara lain.

1. Standar Kompetensi tidak diturunkan dari Standar Isi, namun dari

kebutuhan masyarakat.

2. Standar Isi tidak diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan Mata

Pelajaran, namun dari Standar Kompetensi Lulusan.

3. Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan

sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

28

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 66.

29

(36)

4. Kompetensi tidak diturunkan dari mata pelajaran, namun dari

kompetensi yang ingin dicapai.

5. Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas).30

3. Tujuan Kurikulum 2013

Tujuan pengembangan Kurikulum 2013 adalah untuk meghasilkan insan

Indonesia yang: Produktif, afektif kreatif, inovatif; melalui melalui penguatan

sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Kurikulum 2013

memungkinkan para guru menilai hasil belajar peseta didik dalam proses

pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman apa

yang dipelajari.

Mengacu pada pennjelasan UU No. 20 Tqhun 2003, bagian umum dikatakan

bahwa: Strategi pembaguna, pendidikan nasional dalam undang-undang ini

meliputi:...., 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis

kompetensi,... dan penjelasan pada Pasal 35, dikatakan bahwa Kompetensi

lulusan merupaka kualifikasi kemampuan lulusan yangmencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah

disepakati. Maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk

Melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirilis

pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan secara terpadu.

30

(37)

Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai aspek

lain, terutama dalam implementasinya di lapangan.pada proses pembelajaran,

dari siswa diberi tahu menjadi mencari tahu, sedangkan proses penialian dari

berfokus pada pengetahuai melalui penilaian outpun menjadi berbasis

kemampuan melalui penilaian proses, portofolio dan penilaian output secara utuh

dan menyeluruh,sehingga memerlukan penambahan jam pelajaran.31

4. Implementasi Kurikulum 2013

Tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif,

kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam

implementasi kurikulum, guru dituntut untuk secara profesional merancang

pembelajaran efektif dan bermakna, memilih pendekatan pembelajaran yang

tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara

efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.

a. Merancang Pembelajaran Efektif dan Bermakna

Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam

pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik.

Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan

menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah

diprogramkan. Saylor (1981) dalam Mulyasa (2002) mengatakan bahwa

31

(38)

Instruction is thus the implementation of curriculum plan, usually, but

not necessarily, involving teaching in the sense of student, teacher

ininteraction in an educational setting . Dalam hal ini, guru harus dapat

mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik

belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran

dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang

lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan

penggunaan media, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran,

keterampilan menilai hasil-hasil belajar peserta didik, serta memilih dan

menguunakan strategi atau pendekatan pembelajaran.

Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai

tenaga profesional, yang dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman

praktik yang intensif.32

Pembelajaran efektif dan bermakna dapat dirancang oleh setiap guru

dengan prosedur, yaitu: 1) Pemanasan dan apersepsi; 2) Eksplorasi; 3)

Konsolidasi pembelajaran 4) Pembentukan sikap, kompetensi, dan

karakter; 5) Penilaian formatif.33 b. Mengorganisasikan pembelajaran

Implementasi kurikulum 2013 menuntut guru untuk

mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima

32

E. Mulya,Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,hal. 99-100

33

(39)

hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pengorganisasian

pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013, yaitu pelaksanaan

pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan

lingkungan dan sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan

penataan kebijakan.

1. Pelaksanaan pembelajaran

Pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis

karakter dan kompetensi hendaknya dilaksanakan berdasarkan

kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi dasar pada

umumnya. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dan prosedur pembelajaran

berbasis karakter dan kompetensi sudah seharusnya dijadikan sebagai

salah satu acuan dan dipahami oleh para guru, fasilitator, kepala

sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan di sekolah.

2. Pengadaan dan pembinaan tenaga ahli

Dalam implementasi Kurikulum 2013 diperlukan pengadaan dan

pembinaan tenaga ahli, yang memiliki sikap, pribadi, kompetensi dan

keterampilan yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis

kompetensi dan karakter. Hal ini sangat penting dilaksanakan, karena

berkaitan dengan deskripsi kerja yang akan dilakukan oleh

masing-masing tenaga kependidikan. Oleh karena itu, sangat diharapkan

(40)

kompetensi yang menunjang terlaksananya pembelajaran tematik

integratif dalam mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.

3. Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar

Dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum, perlu

didayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar secara optimal.

Untuk kepentingan tersebut para guru, fasilitaor dituntut untuk

mendayagunakan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

lingkungan sosial, serta menjalin kerjasama dengan unsur-unsur terkait

yang dipandang dapat menunjang upaya pengembangan mutu dan

kualitas pembelajaran. Pendayagunaan dan jalinan hubungan tersebut

antara lain dapat dilakukan dengan masyarakat di sekitar linkungan

sekolah.

4. Pengembangan kebijakan sekolah

Implementasi kurikulum perlu didukung oleh kebijakan-kebijakan

kepala sekolah. Kebijakan yang jelas dan baik akan dapat memberikan

kelancaran dan kemudahan dalam implementasi pembelajaran berbasis

kompetensi.34

c. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran

Di samping pendekatan pedagogi, pelaksanaan pembelajaran dalam

implementasi Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dianjurkan juga untuk

menggunakan pendekatan andragogi, yang berbeda dengan pedagogi,

34

(41)

terutama pandangannya terhadap peserta didik. Pedagogi diartikan sebagai

the art and science of teaching childern , sedangkan andragogi diartikan

sebagai the art and science of helping adults learn . (Knowles, 1970;

Cross, 1981 dalam Mulyasa, 2002). Kata helping mengandung arti

bahwa andragogi menempatkan peran peserta didik lebih dominan dalam

pembelajaran, yang meletakkan perhatian dasar terhadap individu secara

utuh. Belajar dipandang sebagai sebagai proses yang melibatkan diri

dalam interaksi antara diri sendiri dengan realita di luar diri individu yang

bersangkutan. Hal tersebut sejalan dengan Tyler (1986) dalam Mulyasa

(2002) yang mengemukakan bahwa belajar adalah ...interaction between

the learner and the external condition .

Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum 2013, belajar harus

dipandang sebagai aktivitas psikologis yang memerlukan dorongan dari

luar. Oleh karena itu, hal-hal yang harus diupayakan antara lain: a)

bagaimana memotivasi peserta didik, dan bagaimana meteri belajar harus

dikemas sehingga bisa motivasi, gairah, dan nafsu belajar; b) belajar perlu

dikaitkan dengan seluruh kehidupan peserta didik, agar dapat

menumbuhkan kesadaran mereka terhadap manfaat dari perolehan belajar.

Sehubungan dengan itu, dalam proses pembelajaran yang paling penting

adalah apa yang dipelajari peseta didik, bukan yang dikehendaki dan

(42)

peserta didik merupakan kebutuhan, dan sesuia dengan kemampuan

mereka, bukan kehendak yang ingin dicapai oleh guru/fasilitator.35

Andragogi dapat dikembangkan sebagai salah satu pendekatan

pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum di sekolah,

baik di sekolah dasar, sekolah menengah, maupun di pendidikan tinggi.

Sesuai dengan situasi dan kondisi serta faktor-faktor penunjang lain.

Melalui model andragogi dalam menyukseskan implementasi kurikulum

diharapkan dapat mengubah sikap ketergantungan peserta didik menjadi

tidak tergantung, melalui pengarahan diri dan menghargai harga diri

peserta didik. Harga diri merupakan sesuatu yang sangat penting bagi

peserta didik, sehingga mereka memerlukan perilaku yang saling

menghargai.

Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan

implementasi kurikulum merupakan alternatif pembinaan peserta didik,

melalui penanaman berbagai kompetensi yang berorientasi pada

karakteristik, kebutuhan, dan pengalaman peserta didik, serta

melibatkannya dalam proses pembelajaran seoptimal mungkin, agar

setelah menamatkan suatu program pendidikan mereka memiliki

kepribadian yang kukuh dan siap mengikuti berbagai perubahan.36

35

E. Mulyasa,Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,hal. 106-107

36

(43)

Adapun implikasi pendekatan berbasis kompetensi terhadap

pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, pembelajaran perlu lebih

menekankan pada pembelajaran individual meskipun dilaksanakan secara

klasikal, dalam pembelajaran perlu diperhatikan perbedaan peserta didik.

Kedua, perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan

metode dan media yang bervariasi yang memungkinkan setiap peserta

didik mengikuti kegiatan belajar dengan tenang dan menyenangkan.

Ketiga, dalam pembelajaran perlu diberikan waktu yang cukup, terutama

dalam penyelesaian tugas/praktek pembelajaran agar setiap peserta didik

dapat mengerjakan tugas belajar dengan baik.37

Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam

pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan

tersebut antara lain pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual

teaching learning), bermain peran, pembelajaran partisipatif, belajar

tuntas, dan pembelajaran kontruktivisme.38

d. Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter

Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013

merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi, dan

karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut,

kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar,

37

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesioanal Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenagakan,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 97.

38

(44)

dan waktu yang diperlukan harus ditetapkan sesuai dengan kepentinagan

pembelajaran sehingga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan

dan pengalaman belajar yang optimal.

Pada umumnya, kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau

pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter,

serta kegiatan akhir dan penutup.

e. Penilaian atau evaluasi

Salah satu aspek yang dijadikan ajang perubahan dan penataan dalam

kaitannya dengan implementasi Kurikulum 2013 adalah penataan standar

penilaian. Penataan tersebut terutama disesuaikan dengan penataan yang

dilakukan pada standar isi, standar kompetensi lulusan dan standar proses.

Meskipun demikian, pada akhirnya penataan penilaian tersebut tetap

bermuara dan berfokus pada pembelajaran, kareana pembelajaran

merupakan inti dari implementasi kurikulum. Pembelajaran sebagai inti

dari implementasi kurikulum dalam garis besarnya menyangkut tiga

fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.39

Fungsi penilaian atau juga yang disebut dengan pengendalian atau

evaluasi. Penilaian bertujuan untuk menjamin bahwa proses dan kinerja

yang dicapai telah sesuai dengan rencana dan tujuan. Untuk kepentingan

tersebut, pelaksanaan penilaian perlu membandingkan kinerja aktual

dengan kinerja standar. Guru sebagai manajer pembelajaran harus

39

(45)

mengambil strategi dan tindakan perbaikan apabila terdapat kesenjangan

antara proses pembelajaran yang terjadi secara aktual dengan yang telah

direncanakan dalam proses pembelajaran. Penilai merupakan salah satu

aspek penting dalam pembelajaran agar sebagian besar peserta didik dapat

mengembangkan potensi dirinya secara optimal, karena banyaknya peserta

didik yang dapat nilai rendah atau dibawah standar akan mempengaruhi

efektivitas pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karena itu, penilaian

harus dilakukan secara terus menerus, untuk mengetahui dan memantau

perubahan serta kemajuan yang dicapai peserta didik, maupun untuk

memberi skor, angka atau nilai yang bisa dilakukan dalam penilaian hasil

belajar.40

Penilaian berbasis kompetensi merupakan teknik penlaian yang harus

dilakukan guru dalam pem belajaran di sekolah. Standar kompetensi dan

kompetensi dasar di dalam standar isi menjadi fokus perhatian utama

dalam penilaian.

Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi, guru dapat

melakukan penilaian melalui penilaian tes dan nontes. Tes meliputi tes

lisan, tertulis (bentuk uraian, pilihan ganda, jawaban singkat, isian,

menjodohakan, bener-salah), dan perbuatan meliputi: kinerja

(performance), penugasan (projek), dan hasil karya (produk). Penilaian

nontes misalnya penilaian sikap, minat, motivasi, penilaian diri,

40

(46)

portofolio, life skill. Tes perbuatan dan penilaian nontes dilakukan melalui

pengamatan (observasi).41

C. Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum

2013

Faktor penting yang menentukan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013

adalah guru, karena guru merupakan implementator kurikulum di lapangan,

bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar.

Kurikulum 2013 akan sulit dilaksanakan di berbagai daerah karena sebagian

besar guru belum siap. Ketidaksiapan ini salah satunya adalah dikarenakan

lemahnya kompetensi guru dalam implementasi Kurikulum 2013.

Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan

secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama.

Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara

masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun

dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam bangunan

pendidikan, khususnya yang diselenggarkan secara formal di sekolah. Guru juga

sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan

proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh

terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena

41

(47)

itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifiakan tanpa didukung

oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas

pendidikan harus berpangkal pada guru dan berujung pada guru pula.42

Dengan penerapan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 tidak dapat

dipungkiri guru dituntut untuk mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan

dan hal baru dalam kurikulum 2013. Beberapa hal yang perlu dimiliki guru,

untuk mendukung implementasi Kurikulum 2013 antara lain sebagai berikut:

1. Menguasai dan memahami kompetensi inti dalam hubungannya dengan

kompetensi lulusan.

2. Menyukai apa yang diajarkan dan menyenangi mengajar sebagai suagtu

profesi.

3. Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya.

4. Menggunakan metode dan media yang bervariasi dalam mengajar dan

membentuk kompetensi peserta didik.

5. Memodifikasi dan mengeliminasi bahan yang kurang penting bagi kehidupan

peserta didik.

6. Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir.

7. Menyiapkan proses pembelajaran.

8. Mendorong peserta didik untuk mencapai hasil yang lebih baik.

42

(48)

9. Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi dan karakter yang

akan dibentuk.

Oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan kompetensi guru.

Pengembangan ini bertujuan agar guru dapat meningkatkan dan mengembangkan

kompetensinya sehingga dapat mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan

baik. Sebaik apapun konsep kurikulum yang dikembangkan jika guru sebagai

implementator di lapangan tidak memahami kurikulum tersebut, maka konsep

ideal kurikulum tersebut tidak akan dapat diterapkan.

Kata pengembangan (development) menurut Magginson dan Mathews

adalah proses jangka panjang untuk meningkatkan potensi dan efektifitas. Yang

dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia (guru) dalam konteks ini

adalah adalah upaya lebih luas dalam memperbaiki dan meningkatkan

pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.

Sedangkan yang dimaksud dengan pengembangan sumberdaya manusia

adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar, terarah, terprogram dan terpadu,

bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia baik secara fisik

maupun non-fisik, agar nantinya menjadi manusia-manusia berdaya guna bagi

SDM, bangsa dan negara yang dilandasi dengan nilai-nilai moral dan agama.43 Pemerintah dalam hal ini telah melakukan upaya pengembangan kompetensi

guru, agar guru dapat mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan baik. Salah

satunya dalah dengan melakukan pelatihan Kurikulum 2013. Dalam pelatihan

43

(49)

tersebut guru bertujuan untuk merubah mindset guru agar dapat memahami dan

mendukung implementasi Kurikulum 2013, memberikan keterampilan

merancang RPP Kurikulum 2013, memberikan keterampilan melakukan

pembelajaran Kurikulum 2013, dan memberikan keterampilan melakukan

evaluasi/penilaian Kurikulum 2013.

Selain itu, lembaga pendidikan dalam hal ini dipimpin oleh Kepala Sekolah

hendaknya menyiapkan para guru yang kompeten untuk mensukseskan

implementasi Kurikulum 2013, dengan mengadakan musyawarah antara kepala

sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah dan komite sekolah.

Musyawarah tersebut diperlukan, terutama untuk menganalisis, mendiskusikan

dan memahami buku pedoman dan berbagai hal yang terkait dengan

implementasi Kurikulum 2013, antara lain; 1) kerangka dasar dan struktur

kurikulum; 2) pedoman implementasi Kurikulum 2013; 3) pedoman pengelolaan;

4) pedoman evaluasi kurikulum; 5) standar kompetensi kelulusan; 6) kompetensi

inti dan kompetensi dasar; 7) buku guru; 8) buku siswa; 9) silabus dan RPP; 10)

standar proses dan model pembelajaran; 11) dokumen standar penilaian; 12)

pedman penilaian dan rapor; 13) buku pedoman bimbingan dan konseling.44 Guru secara mandiri juga harus mengembangkan kompetensinya, dengan cara

saling berdiskusi dan bertukar pikiran dengan guru yang lain sehingga problem

yang terjadi di lapangan utamanya dalam implementasi Kurikulum 2013 dapat

44

(50)

segera diatasi. Guru juga dapat membaca literatur yang berkaitan dengan

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data/gambaran yang

objektif, faktual, akurat dan sistematis, mengenai masalah yang akan dikaji

oleh peneliti. Adapun penelitian ini adalah penelitian studi kasus (lapangan)

yang menurut Suharsimi Arikunto, penelitian studi kasus adalah suatu

penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap

suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.45

Maka dari itu peneliti akan menganalisis, menggambarkan serta

memaparkan data yang telah diperoleh dari SMP Jati Agung Wage Taman

Sidoarjo yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi pedagogik guru

PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung.

Poerwandari mengatakan bahwa yang didefinisikan sebagai kasus

yang hadir dalam konteks yang terbatasi (bounded countext), meskipun

batas-batas antara fenomena dan konteks tidak spenuhnya jelas. Kasus itu

dapat berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi, komunitas, atau

bahkan suatu bangsa. Kasus dapat pula berupa keputusan, kebijakan, proses

45

(52)

atau suatu peristiwa khusus tertentu. Beberapa tipe unit yang dapat diteliti

dalam bentuk studi kasus antara ain individu-individu, karakteristik, atau

atribut dari individu-individu, aksi, dan interaksi, peninggalan atau artefak,

perilaku, setting, serta peristiwa atau insiden tertentu.

Alasan penelitian ini menggunakan studi kasus sebab dengan metode

studi kasus akan dimungkinkan peneliti memahami pengembangan

kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati

Agung secara mendalam.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini bersifat deskriptif dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya.46

Pendekatan deskriptif merupakan prosedur penelitian yanag akan

menghasilkan data-data deskirptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang, gambar, prilaku yang diamati, dan bukan angka-angka. Penelitian

diskriptif ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi status gejala dan

sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan itu dilakukan. Dalam penelitian

ini tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan dalam perolehan

46

(53)

data lapangan. Tujuan penelitian ini untuk melukiskan variabel atau kondisi

apa yang ada dalam suatu situasi.47

Pendekatan ini digunakan untuk meggambarkan pengembangan

kompetensi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 yang terjadi di

SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo dalam bentuk narasi. Hal ini

dibutuhkan agar proses yang terjadi dapat dijelaskan secara sistematis sesuai

fakta yang ada.

Data yang digunakan dapat berasal dari naskah, wawancara, catatan

lapangan, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.

B. Kehadiran Peneliti

Penelitan kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta,

namun peran penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionnya. Oleh sebab

itu, kehadiran peneliti dan keterlibatan peneliti sangat diperlukan, karena

pengumpulan data harus dilakukan dalam situasi yang sesungguhnya.. Hal ini,

ditegaskan oleh Nasution bahwa pada penelitian kualitatif peneliti merupakan

alat penelitian utama.48

Peneliti mengadakan sendiri pengamatan dan wawancara bebas terpimpin atau

terstruktur terhadap objek dan subjek penelitian. Oleh karena itu, peneliti sendiri

terjun ke lapangan untuk mengadakan observasi dan wawancara secara

47

Arif Rahman, Pengantar Penelitian dan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 415.

48

(54)

mendalam mengenai pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi

kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung.

C. Informan Penelitian

Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah

kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain.49 Sumber data adalah subjek data dapat diperoleh, subyek dalam penelitian ini berjumlah empat pihak, diantarannya: (1) Kepala sekolah di SMP Jati Agung;

(2) Guru pendidikan agama Islam SMP Jati Agung; (3) Siswa (4) stake holder

SMP Jati Agung. Alasan peneliti memilih mereka sebagai subyek, untuk

memudahkan peneliti mendapatkan data dan informasi yang diperlukan.

Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari 2

sumber yaitu data primer dan data sekunder. Data primer (sumber data utama)

adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya (subyek penelitian), diamati

dan dicatat, yang untuk pertama kalinya dilakukan melalui observasi

(pengamatan) dan wawancara. Sedangkan, data sekunder yaitu data yang tidak

dilakukan secara langsung oleh peneliti, seperti buku, majalah ilmiah, arsip,

dokumentasi pribadi dan resmi dan sebagainya, yang berkaitan dengan

pengembangan kompetensi guru dalam implementasi kurikulum 2013.

49

(55)

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan data pengembangan kompetensi

guru PAI di SMP Jati Agung. Untuk mendapatkan data tersebut peneliti

menggunakan beberapa metode atau teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Observasi

Metode observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian.50 Observasi ini peneliti gunakan untuk meninjau lapangan di SMP Jati

Agung baik melalui peninjauan langsung atau tidak langsung bisa jadi

melalui gambaran dari masyarakat karena pada dasarnya metode observasi

ini merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk mengamati

secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang

dijadikan objek oleh peneliti.

Ada baberapa jenis teknik observasi yang bisa digunakan tergantung

keadaan dan permasalahan yang ada. Teknik-teknik tersebut adalah:

a. Observasi partisipan, dalam hal ini peneliti terlibat langsung dan ikut

serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang

diamati.

50

(56)

b. Observasi non partisipan, pada teknik ini peneliti berada di luar subyek

yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka

lakukan.51

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi

partisipan, mengingat keterbatasan waktu dan dana yang dimiliki oleh

peneliti. Adapun data yang ingin penelti peroleh melalui metode ini

adalah, gambaran umum kondisi SMP Jati Agung, implementasi

kurikulum 2013, pengembangan kompetensi guru, aktivitas yang

berlangsung, serta orang yang terlibat.

2. Wawancara

Menurut Moleong, wawancara didefinisikan sebagai percakapan

dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu

pewawancara(interviewer)dan yang diwawancarai(interviewee).52

Esterberg mengemukakan beberapa macam wawancara, diantaranya

adalah:

a. Wawancara terstuktur

Wawancara terstuktur peneliti telah menyiapkan beberapa

instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang

alternatif jawabanya sudah disiapkan.dengan wawancara terstuktur

51

Suakandar, Rumaidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktik Untuk Peneliti Pemula, (Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 2004), hlm. 71-72

52

(57)

ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul

data mencatatnya.

b. Wawancara semi struktur

Teknik wawancara dalam pelaksanaan yang lebih bebas dari pada

wawancara terstuktur, dimana peneliti dalam melakukan

wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat

apa yang dikemukakan oleh informan. Tujuannya adalah untuk

menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang

diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya.

c. Wawancara tidak berstruktur

Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan

data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Dari ketiga jenis tersebut, penulis menggunakan wawancara terstuktur

dan wawancara semi struktur dengan pertimbangan sebagai berikut:

Dengan terstruktur dapat dipersiapkan sedemikian rupa

pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan agar hanya focus mengulas pokok-pokok

permasalahan yang akan diteliti. Dengan semi struktur diharapkan akan

tercipta nuansa dialog yang lebih akrab dan terbuka sehingga diharapkan

Gambar

 Tabel 1.1
  Tabel 1.2Daftar Guru dan Karyawan
Tabel 1.3
 Tabel 1.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi penilaian sikap berdasarkan kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Gondangrejo dan SMP Negeri 1 Mojogedang dalam membentuk karakter siswa dilaksanakan

Meskipun banyak yang prokontra, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh optimistis dengan implementasi Kurikulum 2013 pada tahun 2014 dengan segala keterbatasannya, karena

Dari segi infrastruktur sendiri, SMA Negeri 1 Jepara dinilai sangat memadai untuk implementasi Kurikulum 2013 ditunjukan dengan akreditasi A. Perangkat pendukung untuk

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang kompetensi paedagogik guru IPA dalam menciptakan pembelajaran aktif dan kreatif pada Implementasi Kurikulum 2013 di SMP

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 (STUDI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SEJARAH DI SMA NEGERI 6 SURAKARTA). Fakultas Keguruan

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1 Mendeskripsikan implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama Negeri 04 Kota Malang, 2

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa karena atas penyertaan dan penyelenggaraan rahmat-Nya, tesis dengan judul “Evaluasi Implementasi Kurikulum

Nama : Siti Nur Aini NIM : 1711240227 Judul : Peran Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran PAI di SDI Al-Azhar 51 Kota Bengkulu ABSTRAK Penelitian ini