SKRIPSI
Oleh:
ALI MURTADLO
D3210026
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
i
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Ilmu Tarbiyah
Oleh:
ALI MURTADLO NIM. D3210026
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
vii
ABSTRAK
Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Kata kunci : Pengembangan Kompetensi Pedagogik, Guru PAI, Implementasi Kurikulum 2013
Penelitian ini mengkaji tentang pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013, penelitian dilakukan untuk menjabarkan pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI. Penelitian ini berangkat dari isu permaslahan yang dihadapi oleh guru dalam implementasi Kurikulum 2013. Berangkat dari hal tersebut peneliti tertarik umtuk melakukan penelitian terkait pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan mengambil latar SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo. Pengeumpulan dta dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis dilakukan denganmemberikan makna pada data yang diperoleh dan kemudian disajiakan dalam bentuk narasi.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR
SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Batasan Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah... 8
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Hasil Penelitian... 10
F. Penelitian Terdahulu ... 10
xii
H. Sistematika Pembahasan... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi guru PAI ... 16
1. Pengertian kompetensi guru PAI ... 16
2. Tujuan Kompetensi Guru PAI ... 18
3. Ruang lingkup kompetensi guru PAI... 19
B. Implementasi Kurikulum 2013 ... 24
1. Pengertian Kurikulum 2013... 24
2. Karakteristik Krikulum 2013 ... 25
3. Tujuan Kurikulum 2013... 26
4. Implementasi kurikulum 2013 ... 27
C. Pengembangan Kompetensi Dalam Implementasi Kurukulum 2013... 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 41
1. Jenis Penelitian ... 41
2. Pendekatan Penelitian... 42
B. Kehadiran Peneliti ... 43
C. Informan Penelitian ... 44
D. Teknik Pengumpulan Data ... 45
E. Teknik Analisis Data ... 48
xiii BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54
1. Sejarah Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 54
2. Letak Geografis Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 55
3. Visi, Misi, dan Motto Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 56
4. Jumlah Siswa Sekolah Menengah Pertama Jati Agung... 57
5. Kedaan Guru dan Karyawan Sekolah Menengah Pertama Jati Agung .. 58
6. Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama Jati Agung... 60
7. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 62
8. Aktivitas pembelajaran Sekolah Menengah Pertama Jati Agung... 66
B. Penyajian Data... 67
1. Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 67
2. Urgensi Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 80
3. Implikasi Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 82
C. Analisis Data ... 86
1. Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 86
xiv
3. Implikasi Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi
Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 94
B. Saran... 96
DAFTAR PUSTAKA
1
✁ ✂
✄ ☎✆✝ ✁✞ ✟✠ ✟✁✆
✡☛ ☞ ✌✍ ✌✎✏ ✑l✌✒✌✓g
Kurikulum dalam sistem pendidikan memegang peranan yang sangat
penting. Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus
dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan
pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut,
dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian
kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan
pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada
satuan pendidikan tertentu.1
Pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan
kurikulum, hal ini terjadi karena tuntutan perkembangan zaman dan berbagai
masalah yang dialami pendidikan di Indonesia. Bahkan ada pendapat
dimasyarakat bahwa setiap pergantian menteri pendidikan maka kurikulum juga
akan berganti. Terlepas dari pendapat tersebut, perubahan kurikulum bertujuan
untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan
SDM yang unggul. Saat ini pendidikan di Indonesia sedang menerapkan
kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, kurikulum ini telah diujicobakan pada
1
beberapa sekolah (ploting project) pada tahun ajaran 2013/2014 dan secara
serentak diterapkan disemua sekolah pada tahun ajaran 2014/2015.
Kurikulum 2013 diterapkan untuk menggantikan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang dinilai masih banyak masalah dalam
penerapannya. KTSP dinilai belum tanggap terhadap perubahan sosial yang
terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Standar penilaian KTSP
dinilai belum mengarah pada penilaian berbasis kompetensi.
Pengembangan kurikulum 2013 dilakukan karena adanya tantangan
internal maupun tantangan eksternal. Tantangan internal terkait tuntutan
pendidikan yang mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan dan faktor
perkembangan penduduk Indonesia. Tantangan eksternal berkaitan dengan
tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi
masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogik, serta berbagai fenomena
negatif yang mengemuka.
Hasil analisis PISA menunjukkan hampir semua siswa Indonesia hanya
menguasai pelajaran sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang
sampai level 4, 5, bahkan 6. Selain itu, fenomena negatif akibat kurangnya
karakter yang dimiliki peseta didik menuntut pemberian pendidikan karakter
pembelajaran terlalu menitik beratakan pada kognitif, beban siswa terlalu berat,
dan kurang bermuatan karakter.2
Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara
singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta
didik menjadi kompeten dalam bidangnya. Dimana kompeten tersebut, sejalan
dengan tujuan pendidikan nasional yang telah disampaikan di atas, harus
mencakup kompetensi dalam ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35 undang-undang tersebut.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk
mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat
membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan
2
keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif.3
Kurikulum 2013 menganut pendekatan integratif atau juga dikenal
dengan nama pendekatan terpadu, pendekatan ini bertitik tolak dari suatu
keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur. Bermakna mempunyai
arti bahwa setiap suatu keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, dan faedah
tertentu. Keseluruhan bukanlah penjumlahan dari berbagai bagian, melainakan
totalitas yang memiliki makna tersendiri. Adapun terstruktur mempunyai asumsi
bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam
suatu struktur tertentu. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa
sehingga mampu mengembangkan pribadi yang utuh, dengan
mempertimbangkan bahwa anak adalah suatu potensi yang sedang berkembang
dan merupakan organisme yang hidup, yang hidup dalam masyarakat yang
sedang berkembang pula.4
Seberapapun bagusnya konsep kurikulum yang dibuat akan tetapi jika
eksekutor dilapangan tidak mampu mengimplementasikan dengan baik maka
akan menjadi sia-sia. Disinilah peran guru sangat besar dalam kesukseskan
implementasi kurikulum, karena guru adalah orang yang berinteraksi langsung
dalam implementasi kurikulum di lapangan..
3
Ibid, Hal. 9
4
Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan
dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar-mengajar antara lain
ditentukan oleh kemampuan guru. Dikarenakan pengembangan kurikulum
bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif
dan melakukan uji coba kurikulum di kelas. Ini merupakan suatu fase penting
dalam upaya pengembangan kurikulum, di samping sebagai unsur penunjang
administrasi secara keseluruhan.5
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Semakin tinggi
kemampuan guru dalam pengajaran, maka di asumsikan semakin tinggi pula
hasil belajar yang dicapai oleh anak didik. Kemampuan guru dalam mengajar
sebagai tujuan pendidikan merupakan indikator keberhasilan proses belajar
mengajar siswa. Oleh karena itu, agar dalam melaksanakan tugasnya secara baik
sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal
sebagai kompetensi yang harus dimilikinya.
Untuk mensukseskan implementasi Kurikulum 2013 dan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional maka guru/tenaga pendidik harus memiliki
kompetensi yang sesuai dengan BAB IV, pasal 28 ayat (3) Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, mencakup empat kompetensi, yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik, 2. Kompetensi Kepribadian, 3. Kompetensi
5
Profesional, dan 4. Kompetensi Sosial.6 Sedangkan secara khusus selain empat kompetensi tersebut guru PAI harus memiliki kompetensi leadership.7
Selanjutnya dalam penjelasan pasal bab 28 ayat 3 (tiga) PP 19/2005 dan
Pereturan Menteri Agama RI No. 16. Tahun 2010 pasal 16 dinyatakan bahwa:
a. Kompetensi pedagogik adalah, kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikiya.
b. Kompetensi kepribadian adalah, kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia.
c. Kompetensi profesional adalah, kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta
didik memenuhi stándar kompetensi yang ditetapkan dalam Stándar Nasional
Pendidikan.
d. Kompetensi Sosial adalah, kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
6
Luluk Indah purwati dan Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), hal. 234.
7
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik
dan masyarakat sekitar.8
e. Kompetensi leadership suatu proses untuk mempengaruhi orang lain yang
didalamnya berisi serangkaian tindakan atau perilaku terhadap individu yang
dipengaruhinya.
Agar kurikulum dapat diimplementasikan secara efektif serta dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu: 1) menguasai dan memahami
kompetensi dasar dan hubungannya dengan kompetensi lain dengan baik; 2)
menyukai apa yang diajarkan dan menyuakai mengajar sebagai profesi; 3)
memahami peserta didik; 4) menggunakan metode yang bervariasi dalam
mengajar; 5) mengikuti perkembangan mutakhir; 6) menyiapkan proses
pembelajaran; 7) menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi
yang akan dikembangkan.9
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jati Agung Wage Taman Sidoarjo
mulai menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015. Menyadari
akan adanya tantangan dalam penerapan Kurikulum salah satunya adalah
kemampuan guru. Agar implementasi tersebut dapat berlangsung dengan baik
diperlukan guru-guru yang kompeten dalam mengimplementasikan Kurikulum
8
Sekretariat Negara RI, Undang-undang Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Bandung:Citra Umbara, 2008), hal. 5.
9
2013. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Dari hasil wawancara dengan salah seorang guru PAI dan kepala sekolah,
sekolah berupaya untuk mengembangkan kompetensi guru dalam upaya
mensukseskan implementasi Kurikulum di SMP Jati Agung. Ini mengingat
belum seluruh guru menguasai kurikulum 2013 secara baik, sehingga untuk
mensukseskan implementasi kurikulum 2013 perlu adanya pengembangan
kompetensi guru dalam implementasi Kurikulum 2013.10
Berangkat dari dasar pemikiran tersebut penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian dengan judul ✥✔ ✕ng✕m✖✗ng✗✘ ✙omp✕t✕nsi ✚uru ✔ ✛✜
✢ ✗✣✗✤ ✜mpl✕m✕nt✗✦i ✙urikulum 2013 ✢i ✧★✔ ✩ ✗✪i ✛✫✬ng ✭ ✗✫✕ ✮ ✗✤ ✗✘ ✧i✢o✗✯jo✰.
✱. ✱✗✪ ✗ ✦✗✘★✗✦ ✗✣✗✲
Penelitian ini dibatasi untuk mencegah terjadinya pembahasan yang terlalu
luas. Batasan-batasan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Dalam melakukan penelitian ini peneliti akan meneliti tentang pengembangan
kompetensi guru dalam implementasi kurikulum 2013 di SMP Jati Agung
Wage Taman Sidoarjo.
2. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Kepala Sekolah, dan guru PAI
di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo.
10
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi
Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung Wage Taman
Sidoarjo?
2. Mengapa diperlukan pengembangan kompetensi guru PAI dalam
implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung
Wage Taman Sidoarjo?
3. Bagaimana implikasi pengembangan kompetensi guru PAI dalam
implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung
Wage Taman Sidoarjo?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi
Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung Wage Taman
Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui perlunya pengembangan kompetensi guru PAI dalam
implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung
Wage Taman Sidoarjo.
3. Untuk mengetahui implikasi pengembangan kompetensi guru PAI dalam
implementasi kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung
E. Manfaat Hasil Penelitian
Selain melatih penulis agar lebih tanggap terhadap permasalahan sosial pada
umumnya, hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat. Adapun manfaat
dari penelitian yaitu:
1. Bagi UIN Sunan Ampel
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagi penambah wawasan
mahasiswa dan perbandingan bagi peneliti yang mengangkat tema yang sama
di waktu mendatang.
2. Bagi SMP Jati Agung
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai variabel
yang diteliti yaitu kompetensi guru PAI. Sehingga pada nantinya SMP Jati
Agung dapat meningkatkan kualitas guru untuk mencapai tujuan pendidikan
di SMP Jati Agung.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam
perkuliahan dan wawasan dalam penulisan ini.
F. Penelitian Terdahulu
Peneliti melakukan kajian terhadap buku serta hasil penelitian sebelumnya
yang memiliki kesamaan dengan konsen penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Peneliti mendapatkan beberapa penelitian yang memiliki kesamaan dalam hal
1. M. Zuhdi, skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, Jurusan Pendidikan
Agama Islam. Judul Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar di MTs. Darul
Hijrah Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
a. Kompetensi pedagogik guru sangat menentukan dalam keberhasilan
pelaksanaan belajar mengajar. Kompetensi pedagogik adalah
kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran, dalam kompetensi
mencakup beberapa kemampuan diantaranya, perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran.
b. Kepala Sekolah sebagai pimpinan memiliki tanggung jawab untuk
megelola guru dan tenaga kependidikan. Kepala sekolah memiliki
tugas untuk memfasilitasi pengembangan guru dan tenaga
kependidikan. Kepala sekolah MTs. Darul Hijrah Surabaya memilki
upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam proses
belajar mengajar, baik melalui pelaksaan penataran, rapat, dan
supervisi.
2. Muslim Bukhori, skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Judul Urgensi kompetensi pedagogik guru
agama dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama islam siswa di
SMA PGRI Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
a. Kompetensi pedagogik guru agama meliputi: pemahaman terhadap
pembelajaran, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, dan pengembangan peserta didik sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
b. Kompetensi pedagogik guru memiliki peran penting dalam mengatasi
kesulitan belajar mata pelajaran PAI. Dengan penguasan kompetensi
pedagogik, guru dapat memahami peserta didik dan mengetahui
kesulitan belajar siswa sehingga guru dapat mencari cara untuk
mengatasi kesulitan tersebut.
3. Nanang Susianto, skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan
Kependidikan Islam. Judul Upaya kepala sekolah dalam mengembangkan
kompetensi pedagogik guru PAI di SMUN 1 Depok Sleman. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa:
a. Kompetensi pedagogik guru PAI di SMUN 1 Depok Sleman sudah
cukup baik. Guru mampu merencakan pembelajaran dengan baik dan
melaksanakan proses pembelajaran guru menggunakan berbagai
metode, dalam pengembangan silabus guru telah memperhatikan
berbagai pendekatan, baik dari tujuan, karakteristik siwa, metode, dan
evaluasi.
b. Pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI telah diupayakan oleh
kepala sekolah salah satunya dengan melaksanakan training
Dari beberapa penelitian tersebut, peneliti belum menemukan penelitian yang
membahas secara spesifik pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI dalam
implementasi kurikuum 2013, sehingga peneliti perlu untuk melaksanakan
penelitian dalam bidang tersebut.
G. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman dan menghindari kesalah pahaman, maka
penulis akan memberikan penegasan beberapa istilah yang berkaitan dengan
skripsi yang berjudul
1. Kompetensi Guru PAI
Kompetensi guru adalah kemampuan atau kualitas guru dalam
mengajar, sehingga terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan
profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.11 Kemampuan atau kualitas tersebut mempunyai konsekuensi bahwa, seorang yang menjadi guru
dituntut benar-benar memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang
sesuai dengan profesinya, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya.
Kompetensi guru PAI sebagaimana yang diajukan oleh Departemen
Agama dalah meliputi: Kompetensi pedagogik, sosial, profesional,
kepribadian, dan leadership. Secara umum kompetensi guru PAI sama
dengan guru bidang studi lainnya kakan tetapi ada tambahan satu aspek
11
kompetensi khusus yang harus dikuasai oleh guru PAI, yaitu kompetensi
leadership.
2. Kurikulum 2013
Kurikulum tahun 2013 adalah rancang bangun pembelajaran yang
didesain untuk mengembangkan potensi peserta didik, bertujuan untuk
mewujudkan generasi bangsa Indonesia yang bermartabat, beradab,
berbudaya, berkarakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga
negara yang demokratis, dan bertanggung jawab yang mulai dioperasikan
pada tahun pelajaran 2013/2014 secara bertahap. Menurut Hasan,
perkembangan Kurikulum 2013 didasari oleh BNSP 2010 dan adanya
pendidikan karakter serta kewirausahaan. Kurikulum ini dikembangkan
selama kurang lebih lima tahun dari 2010 hingga 2015. Pada tahun 2010 dan
2011 dilakukan kajian mengenai kurikulum. Pada tahun 2012 dilakukan
finalisasi dokumen kurikulum. Pada tahun 2013 hingga 2015 dilakukan
implementasi dan evaluasi kurikulum di sekolah.12
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan dibagi menjadi beberapa penjelasan yang tersusun dalam
5 bab yakni:
12
BAB I : Pendahuluan; Merupakan pendahuluan yang di dalamnya memuat latar
belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, sistematika pembahasan.
BAB II: Landasan teori; Pertama, penjelasan tentang kompetensi guru PAI, tujuan
kompetensi guru PAI, dan Ruang lingkup kompetensi guru PAI. Kedua,
penjelasan tentang implementasi kurikulum 2013, meliputi pengertian kurikulum
2013, karakteristik Kurikulum 2013, tujuan Kurikulum 2013, dan implementasi
Kurikulum 2013. Ketiga, penjelasan tentang pengembangan kompetensi guru PAI
dalam implementasi kurikulum 2013.
BAB III: Metodologi penelitian; yang terdiri dari, jenis dan pendekatan penelitian,
kehadiran peneliti, informan penelitian, metode pengumpulan data, metode analisa
data, dan pengabsahan data.
BAB IV: Laporan Penelitian; pada bab ini, penulis akan menampilkan semua
bentuk temuan yang berhubungan dengan penelitian, yang didasarkan pada
landasan teori diatas berupa penyajian data dan analisis data.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kompetensi Guru PAI
1. Pengertian Kompetensi Guru PAI
Dalam kamus umum bahasa Indonesia yang dimaksud kompetensi adalah
(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal .13
Sedangkan menurut Uzer Usman kompetensi diartikan sebagai kemampuan dan
kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya .14 Sementara Muhammad Zaini mengemukakan kompetensi sebagai gambaran suatu kemampuan
tertentu yang dimiliki seseorang setelah mengalami proses pembelajaran tertentu.15 Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya
merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk
menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia terutama Pasal 8 yang menyebutkan
bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Mengacu substansi Pasal 8 tersebut di atas jelas sekali bahwa
13
Purwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta; Erlangga;1982), hal. 321
14
Moh. Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional(Bandung: PT Rosdakarya, 2006), hal. 14
15
kepemilikan kompetensi itu hukumnya wajib; artinya bagi guru yang tidak mampu
memiliki kompetensi akan gugur keguruannya.16
Menurut bab I pasal 1 (satu) ayat 10 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.17
Yang dimaksud kompetensi guru adalah kemampuan atau kualitas guru dalam
mengajar, sehingga terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional
dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.18 Kemampuan atau kualitas tersebut mempunyai konsekuensi bahwa, seorang yang menjadi guru dituntut benar-benar
memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan profesinya,
sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Kompetensi guru PAI sebagaimana yang diajukan oleh Departemen Agama
dalah meliputi: Kompetensi pedagogik, sosial, profesional, kepribadian, dan
leadership. Secara umum kompetensi guru PAI sama dengan guru bidang studi
lainnya kakan tetapi ada tambahan satu aspek kompetensi khusus yang harus dikuasai
oleh guru PAI, yaitu kompetensi leadership.
Pada hakekatnya orientasi kompetensi guru ini, tidak hanya diarahkan pada
kemampuan intelek dalam kaitannya dengan pelaksanaan proses belajar mengajar
16
Sekretariat Negara RI, Undang-undang Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Bandung:Citra Umbara, 2008), hal. 3
17
Sekretariat Negara RI, Undang-undang Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, hal. 3
18
bersama anak didiknya saja, akan tetapi punya jangkauan yang lebih luas lagi, yaitu
sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat yang nantinya diharapkan mampu
mencetak kader-kader pembangunan dimasa kini, esok dan mendatang, begitu juga
lembaga pendidikan yang diharapkan dapat memberikan bekal kemampuan pada anak
didik sebelum ia terjun secara langsung di lingkungan masyarakat.
2. Tujuan Kompetensi Guru PAI
Salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu
menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan
bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi
yang memadai, sehingga perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan
kompetensi guru.19
Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan
salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi guru PAI meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan
kompetensi leadership. Perubahan dan pembaharuan pada sistem pendidikan sangat
bergantung pada what teachers do and think atau dengan kata lain bergantung pada
penguasaan kompetensi guru.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru
pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk
senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan
19
kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses
pembelajaran siswa. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran
informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini
terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun
masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir
secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan
pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.
Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung
terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan
hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang menurut asumsi
mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para
siswanya.
3. Ruang Lingkup Kompetensi Guru PAI
Khusus tentang kompetensi ini dijelaskan pada UU No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat (1) yang menyebutkan kompetensi guru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, sedangkan Departemen
Agama menambahkan satu kompetensi lagi bagi guru PAI, yaitu Kompetensi
Leadership yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Adapun macam-macam
kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai tenaga pendidik profesional yaitu :
a. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola
kompetensi pedagogik minimal apabila telah menguasai bidang studi tertentu,
ilmu pendidikan, baik metode pembelajaran, maupun pendekatan
pembelajaran. Selain itu kemampuan pedagogik juga ditunjukkan dalam
kemampuan guru untuk membantu, membimbing, dan memimpin.20 Misalnya memahami karakter peserta didik, dapat menjelaskan materi pelajaran dengan
baik, mampu memberikan evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, juga
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang
meliputi :
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) Pengembangan kurikulum/ silabus
4) Perancangan pembelajaran
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6) Evaluasi hasil belajar
7) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya21
Implikasinya sederhana; kalau ada guru yang tidak memahami karakter
peserta didik, tidak dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, tidak
mampu memberi evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, juga tidak dapat
20
Trianto, Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), hal. 63-64.
21
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik maka guru yang
bersangkutan belum memiliki kompetensi pedagogik secara memadai.
b. Kompetensi kepribadian, yaitu suatu kompetensi yang mencerminkan
kepribadian seorang guru terkait dengan profesinya. Dalam hal kepribadian
ini seorang guru hendaknya memiliki sifat dewasa (tidak cengeng),
berwibawa, berakhlak mulia, cerdas, dan dapat diteladani masyarakat
utamanya anak didik. Tanpa memiliki sifat seperti ini boleh jadi kopetensi
kepribadian guru layak dipertanyakan.42 Kompetensi kepribadian yaitu
merupakan kemampuan kepribadian yang meliputi : 1) Mantap; 2) Stabil; 3)
Dewasa; 4) Arif dan bijaksana; 5) Berwibawa; 6) Berakhlak mulia; 7)
Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; 8) Mengevaluasi kinerja
sendiri; 9) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.22
c. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat luas. Misalnya berkomunikasi
lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional.43 Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat diantaranya.44 Guru, di mata masyarakat dan
siswanya merupakan panutan yang dicontoh dan teladan dalam kehidupan
sehari- hari. Ia adalah tokoh yang diberi tugas membina dan membimbing
manusia pada umumnya dan para siswanya pada khususnya ke arah norma
22
yang berlaku di lingkungan sosialnya oleh karena itu guru perlu membekali
dirinya dengan kemampuan sosial dengan masyarakat sekitar dalam rangka
penyelenggaraan pembelajaran yang eefektif dan efisien dimana hubungan
antara sekolah dengan masyarakat akan berlangsung lancar.
Jenis- jenis kemampuan sosial tersebut seperti sebagai berikut:
1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat.
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan infomasi secra fungsional
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua peserta didik, dan bergaul secara santun dengan
masyarakat sekitar23
d. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan guru dalam penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional juga dapat
berarti kewenangan dan kemampuan guru dalam menjalankan profesi
keguruanya.24 Adapun yang termasuk komponen kompetensi profesional antara lain :
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
psikologis, sosiologis, dan sebagainya
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai tafraf perkembangan
peserta didik
23
E. Mulyasa,Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru,hal. 173
24
3) Mampu menangani dan menegmbangkan bidang studi yang menjadi
tanggungjawabnya
4) Mengerti dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi
5) Mampu menggunakan dan mengembangkan berbagai alat, media dan sumber
belajar yang relevan
6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil beajar peserta didik
8) Mampu menumbuhkan kepribadian siswa25
e. Kompetensi leadership; adalah kemampuan seorang guru untuk
mempengaruhi peserta didik yang didalamnya berisi serangkaian tindakan
atau perilaku tertentu terhadap peserta didik yang dipengaruhinya. Indikator
kompetensi leadership yang harus dimiliki oleh seorang guru PAI adalah:
1) Kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengalaman ajaran
agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian
proses pembelajaran agama
2) Kemampuan mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara sistemis
untuk mendukung pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas
sekolah
3) Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan
konselor
25
4) Kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan pembudayaan
pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah26
B. Implementasi Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 kurikulum didefinisikan
sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan
pengertian di atas secara implisit tergambar bahwa kurikulum itu merupakan
pendoman dan landasan operasional bagi implementasi proses belajar mengajar
di sekolah, lembaga pendidikan, pelatihan dan sebagainya. Sekaligus merupakan
alat dan sarana untuk mencapai tujuan serta cita-cita pendidikan yang sudah
digariskan.27
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan sebagai acuan
dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai
26
http://www.Pendis.kemenag.co.id diakses pada 9 Desember 2014 pukul 16.47
27
ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang
dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.28
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik,
agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan
keberhasilan denag penuh tanggung jawab.29
2. Karakteristik Kurikulum 2013
Salah satu alasan perlunya perubahan kurikulum adalah dikarenakan adanya
beberapa kekurangan yang ditemukan pada KTSP 2006. Adapun perbedaan dari
kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya antara lain.
1. Standar Kompetensi tidak diturunkan dari Standar Isi, namun dari
kebutuhan masyarakat.
2. Standar Isi tidak diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan Mata
Pelajaran, namun dari Standar Kompetensi Lulusan.
3. Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan
sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
28
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 66.
29
4. Kompetensi tidak diturunkan dari mata pelajaran, namun dari
kompetensi yang ingin dicapai.
5. Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas).30
3. Tujuan Kurikulum 2013
Tujuan pengembangan Kurikulum 2013 adalah untuk meghasilkan insan
Indonesia yang: Produktif, afektif kreatif, inovatif; melalui melalui penguatan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Kurikulum 2013
memungkinkan para guru menilai hasil belajar peseta didik dalam proses
pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman apa
yang dipelajari.
Mengacu pada pennjelasan UU No. 20 Tqhun 2003, bagian umum dikatakan
bahwa: Strategi pembaguna, pendidikan nasional dalam undang-undang ini
meliputi:...., 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi,... dan penjelasan pada Pasal 35, dikatakan bahwa Kompetensi
lulusan merupaka kualifikasi kemampuan lulusan yangmencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati. Maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk
Melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirilis
pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu.
30
Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai aspek
lain, terutama dalam implementasinya di lapangan.pada proses pembelajaran,
dari siswa diberi tahu menjadi mencari tahu, sedangkan proses penialian dari
berfokus pada pengetahuai melalui penilaian outpun menjadi berbasis
kemampuan melalui penilaian proses, portofolio dan penilaian output secara utuh
dan menyeluruh,sehingga memerlukan penambahan jam pelajaran.31
4. Implementasi Kurikulum 2013
Tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam
implementasi kurikulum, guru dituntut untuk secara profesional merancang
pembelajaran efektif dan bermakna, memilih pendekatan pembelajaran yang
tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara
efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.
a. Merancang Pembelajaran Efektif dan Bermakna
Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam
pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik.
Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan
menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
diprogramkan. Saylor (1981) dalam Mulyasa (2002) mengatakan bahwa
31
Instruction is thus the implementation of curriculum plan, usually, but
not necessarily, involving teaching in the sense of student, teacher
ininteraction in an educational setting . Dalam hal ini, guru harus dapat
mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik
belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran
dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang
lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan
penggunaan media, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran,
keterampilan menilai hasil-hasil belajar peserta didik, serta memilih dan
menguunakan strategi atau pendekatan pembelajaran.
Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai
tenaga profesional, yang dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman
praktik yang intensif.32
Pembelajaran efektif dan bermakna dapat dirancang oleh setiap guru
dengan prosedur, yaitu: 1) Pemanasan dan apersepsi; 2) Eksplorasi; 3)
Konsolidasi pembelajaran 4) Pembentukan sikap, kompetensi, dan
karakter; 5) Penilaian formatif.33 b. Mengorganisasikan pembelajaran
Implementasi kurikulum 2013 menuntut guru untuk
mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima
32
E. Mulya,Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,hal. 99-100
33
hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pengorganisasian
pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013, yaitu pelaksanaan
pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan
lingkungan dan sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan
penataan kebijakan.
1. Pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi hendaknya dilaksanakan berdasarkan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi dasar pada
umumnya. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dan prosedur pembelajaran
berbasis karakter dan kompetensi sudah seharusnya dijadikan sebagai
salah satu acuan dan dipahami oleh para guru, fasilitator, kepala
sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan di sekolah.
2. Pengadaan dan pembinaan tenaga ahli
Dalam implementasi Kurikulum 2013 diperlukan pengadaan dan
pembinaan tenaga ahli, yang memiliki sikap, pribadi, kompetensi dan
keterampilan yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis
kompetensi dan karakter. Hal ini sangat penting dilaksanakan, karena
berkaitan dengan deskripsi kerja yang akan dilakukan oleh
masing-masing tenaga kependidikan. Oleh karena itu, sangat diharapkan
kompetensi yang menunjang terlaksananya pembelajaran tematik
integratif dalam mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
3. Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar
Dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum, perlu
didayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar secara optimal.
Untuk kepentingan tersebut para guru, fasilitaor dituntut untuk
mendayagunakan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial, serta menjalin kerjasama dengan unsur-unsur terkait
yang dipandang dapat menunjang upaya pengembangan mutu dan
kualitas pembelajaran. Pendayagunaan dan jalinan hubungan tersebut
antara lain dapat dilakukan dengan masyarakat di sekitar linkungan
sekolah.
4. Pengembangan kebijakan sekolah
Implementasi kurikulum perlu didukung oleh kebijakan-kebijakan
kepala sekolah. Kebijakan yang jelas dan baik akan dapat memberikan
kelancaran dan kemudahan dalam implementasi pembelajaran berbasis
kompetensi.34
c. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran
Di samping pendekatan pedagogi, pelaksanaan pembelajaran dalam
implementasi Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dianjurkan juga untuk
menggunakan pendekatan andragogi, yang berbeda dengan pedagogi,
34
terutama pandangannya terhadap peserta didik. Pedagogi diartikan sebagai
the art and science of teaching childern , sedangkan andragogi diartikan
sebagai the art and science of helping adults learn . (Knowles, 1970;
Cross, 1981 dalam Mulyasa, 2002). Kata helping mengandung arti
bahwa andragogi menempatkan peran peserta didik lebih dominan dalam
pembelajaran, yang meletakkan perhatian dasar terhadap individu secara
utuh. Belajar dipandang sebagai sebagai proses yang melibatkan diri
dalam interaksi antara diri sendiri dengan realita di luar diri individu yang
bersangkutan. Hal tersebut sejalan dengan Tyler (1986) dalam Mulyasa
(2002) yang mengemukakan bahwa belajar adalah ...interaction between
the learner and the external condition .
Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum 2013, belajar harus
dipandang sebagai aktivitas psikologis yang memerlukan dorongan dari
luar. Oleh karena itu, hal-hal yang harus diupayakan antara lain: a)
bagaimana memotivasi peserta didik, dan bagaimana meteri belajar harus
dikemas sehingga bisa motivasi, gairah, dan nafsu belajar; b) belajar perlu
dikaitkan dengan seluruh kehidupan peserta didik, agar dapat
menumbuhkan kesadaran mereka terhadap manfaat dari perolehan belajar.
Sehubungan dengan itu, dalam proses pembelajaran yang paling penting
adalah apa yang dipelajari peseta didik, bukan yang dikehendaki dan
peserta didik merupakan kebutuhan, dan sesuia dengan kemampuan
mereka, bukan kehendak yang ingin dicapai oleh guru/fasilitator.35
Andragogi dapat dikembangkan sebagai salah satu pendekatan
pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum di sekolah,
baik di sekolah dasar, sekolah menengah, maupun di pendidikan tinggi.
Sesuai dengan situasi dan kondisi serta faktor-faktor penunjang lain.
Melalui model andragogi dalam menyukseskan implementasi kurikulum
diharapkan dapat mengubah sikap ketergantungan peserta didik menjadi
tidak tergantung, melalui pengarahan diri dan menghargai harga diri
peserta didik. Harga diri merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
peserta didik, sehingga mereka memerlukan perilaku yang saling
menghargai.
Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan
implementasi kurikulum merupakan alternatif pembinaan peserta didik,
melalui penanaman berbagai kompetensi yang berorientasi pada
karakteristik, kebutuhan, dan pengalaman peserta didik, serta
melibatkannya dalam proses pembelajaran seoptimal mungkin, agar
setelah menamatkan suatu program pendidikan mereka memiliki
kepribadian yang kukuh dan siap mengikuti berbagai perubahan.36
35
E. Mulyasa,Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,hal. 106-107
36
Adapun implikasi pendekatan berbasis kompetensi terhadap
pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, pembelajaran perlu lebih
menekankan pada pembelajaran individual meskipun dilaksanakan secara
klasikal, dalam pembelajaran perlu diperhatikan perbedaan peserta didik.
Kedua, perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan
metode dan media yang bervariasi yang memungkinkan setiap peserta
didik mengikuti kegiatan belajar dengan tenang dan menyenangkan.
Ketiga, dalam pembelajaran perlu diberikan waktu yang cukup, terutama
dalam penyelesaian tugas/praktek pembelajaran agar setiap peserta didik
dapat mengerjakan tugas belajar dengan baik.37
Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan
tersebut antara lain pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual
teaching learning), bermain peran, pembelajaran partisipatif, belajar
tuntas, dan pembelajaran kontruktivisme.38
d. Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter
Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013
merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi, dan
karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut,
kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar,
37
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesioanal Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenagakan,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 97.
38
dan waktu yang diperlukan harus ditetapkan sesuai dengan kepentinagan
pembelajaran sehingga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan
dan pengalaman belajar yang optimal.
Pada umumnya, kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau
pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter,
serta kegiatan akhir dan penutup.
e. Penilaian atau evaluasi
Salah satu aspek yang dijadikan ajang perubahan dan penataan dalam
kaitannya dengan implementasi Kurikulum 2013 adalah penataan standar
penilaian. Penataan tersebut terutama disesuaikan dengan penataan yang
dilakukan pada standar isi, standar kompetensi lulusan dan standar proses.
Meskipun demikian, pada akhirnya penataan penilaian tersebut tetap
bermuara dan berfokus pada pembelajaran, kareana pembelajaran
merupakan inti dari implementasi kurikulum. Pembelajaran sebagai inti
dari implementasi kurikulum dalam garis besarnya menyangkut tiga
fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.39
Fungsi penilaian atau juga yang disebut dengan pengendalian atau
evaluasi. Penilaian bertujuan untuk menjamin bahwa proses dan kinerja
yang dicapai telah sesuai dengan rencana dan tujuan. Untuk kepentingan
tersebut, pelaksanaan penilaian perlu membandingkan kinerja aktual
dengan kinerja standar. Guru sebagai manajer pembelajaran harus
39
mengambil strategi dan tindakan perbaikan apabila terdapat kesenjangan
antara proses pembelajaran yang terjadi secara aktual dengan yang telah
direncanakan dalam proses pembelajaran. Penilai merupakan salah satu
aspek penting dalam pembelajaran agar sebagian besar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, karena banyaknya peserta
didik yang dapat nilai rendah atau dibawah standar akan mempengaruhi
efektivitas pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karena itu, penilaian
harus dilakukan secara terus menerus, untuk mengetahui dan memantau
perubahan serta kemajuan yang dicapai peserta didik, maupun untuk
memberi skor, angka atau nilai yang bisa dilakukan dalam penilaian hasil
belajar.40
Penilaian berbasis kompetensi merupakan teknik penlaian yang harus
dilakukan guru dalam pem belajaran di sekolah. Standar kompetensi dan
kompetensi dasar di dalam standar isi menjadi fokus perhatian utama
dalam penilaian.
Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi, guru dapat
melakukan penilaian melalui penilaian tes dan nontes. Tes meliputi tes
lisan, tertulis (bentuk uraian, pilihan ganda, jawaban singkat, isian,
menjodohakan, bener-salah), dan perbuatan meliputi: kinerja
(performance), penugasan (projek), dan hasil karya (produk). Penilaian
nontes misalnya penilaian sikap, minat, motivasi, penilaian diri,
40
portofolio, life skill. Tes perbuatan dan penilaian nontes dilakukan melalui
pengamatan (observasi).41
C. Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum
2013
Faktor penting yang menentukan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013
adalah guru, karena guru merupakan implementator kurikulum di lapangan,
bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar.
Kurikulum 2013 akan sulit dilaksanakan di berbagai daerah karena sebagian
besar guru belum siap. Ketidaksiapan ini salah satunya adalah dikarenakan
lemahnya kompetensi guru dalam implementasi Kurikulum 2013.
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan
secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama.
Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara
masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun
dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam bangunan
pendidikan, khususnya yang diselenggarkan secara formal di sekolah. Guru juga
sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan
proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh
terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena
41
itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifiakan tanpa didukung
oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas
pendidikan harus berpangkal pada guru dan berujung pada guru pula.42
Dengan penerapan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 tidak dapat
dipungkiri guru dituntut untuk mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan
dan hal baru dalam kurikulum 2013. Beberapa hal yang perlu dimiliki guru,
untuk mendukung implementasi Kurikulum 2013 antara lain sebagai berikut:
1. Menguasai dan memahami kompetensi inti dalam hubungannya dengan
kompetensi lulusan.
2. Menyukai apa yang diajarkan dan menyenangi mengajar sebagai suagtu
profesi.
3. Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya.
4. Menggunakan metode dan media yang bervariasi dalam mengajar dan
membentuk kompetensi peserta didik.
5. Memodifikasi dan mengeliminasi bahan yang kurang penting bagi kehidupan
peserta didik.
6. Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir.
7. Menyiapkan proses pembelajaran.
8. Mendorong peserta didik untuk mencapai hasil yang lebih baik.
42
9. Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi dan karakter yang
akan dibentuk.
Oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan kompetensi guru.
Pengembangan ini bertujuan agar guru dapat meningkatkan dan mengembangkan
kompetensinya sehingga dapat mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan
baik. Sebaik apapun konsep kurikulum yang dikembangkan jika guru sebagai
implementator di lapangan tidak memahami kurikulum tersebut, maka konsep
ideal kurikulum tersebut tidak akan dapat diterapkan.
Kata pengembangan (development) menurut Magginson dan Mathews
adalah proses jangka panjang untuk meningkatkan potensi dan efektifitas. Yang
dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia (guru) dalam konteks ini
adalah adalah upaya lebih luas dalam memperbaiki dan meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengembangan sumberdaya manusia
adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar, terarah, terprogram dan terpadu,
bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia baik secara fisik
maupun non-fisik, agar nantinya menjadi manusia-manusia berdaya guna bagi
SDM, bangsa dan negara yang dilandasi dengan nilai-nilai moral dan agama.43 Pemerintah dalam hal ini telah melakukan upaya pengembangan kompetensi
guru, agar guru dapat mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan baik. Salah
satunya dalah dengan melakukan pelatihan Kurikulum 2013. Dalam pelatihan
43
tersebut guru bertujuan untuk merubah mindset guru agar dapat memahami dan
mendukung implementasi Kurikulum 2013, memberikan keterampilan
merancang RPP Kurikulum 2013, memberikan keterampilan melakukan
pembelajaran Kurikulum 2013, dan memberikan keterampilan melakukan
evaluasi/penilaian Kurikulum 2013.
Selain itu, lembaga pendidikan dalam hal ini dipimpin oleh Kepala Sekolah
hendaknya menyiapkan para guru yang kompeten untuk mensukseskan
implementasi Kurikulum 2013, dengan mengadakan musyawarah antara kepala
sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah dan komite sekolah.
Musyawarah tersebut diperlukan, terutama untuk menganalisis, mendiskusikan
dan memahami buku pedoman dan berbagai hal yang terkait dengan
implementasi Kurikulum 2013, antara lain; 1) kerangka dasar dan struktur
kurikulum; 2) pedoman implementasi Kurikulum 2013; 3) pedoman pengelolaan;
4) pedoman evaluasi kurikulum; 5) standar kompetensi kelulusan; 6) kompetensi
inti dan kompetensi dasar; 7) buku guru; 8) buku siswa; 9) silabus dan RPP; 10)
standar proses dan model pembelajaran; 11) dokumen standar penilaian; 12)
pedman penilaian dan rapor; 13) buku pedoman bimbingan dan konseling.44 Guru secara mandiri juga harus mengembangkan kompetensinya, dengan cara
saling berdiskusi dan bertukar pikiran dengan guru yang lain sehingga problem
yang terjadi di lapangan utamanya dalam implementasi Kurikulum 2013 dapat
44
segera diatasi. Guru juga dapat membaca literatur yang berkaitan dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data/gambaran yang
objektif, faktual, akurat dan sistematis, mengenai masalah yang akan dikaji
oleh peneliti. Adapun penelitian ini adalah penelitian studi kasus (lapangan)
yang menurut Suharsimi Arikunto, penelitian studi kasus adalah suatu
penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap
suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.45
Maka dari itu peneliti akan menganalisis, menggambarkan serta
memaparkan data yang telah diperoleh dari SMP Jati Agung Wage Taman
Sidoarjo yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi pedagogik guru
PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung.
Poerwandari mengatakan bahwa yang didefinisikan sebagai kasus
yang hadir dalam konteks yang terbatasi (bounded countext), meskipun
batas-batas antara fenomena dan konteks tidak spenuhnya jelas. Kasus itu
dapat berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi, komunitas, atau
bahkan suatu bangsa. Kasus dapat pula berupa keputusan, kebijakan, proses
45
atau suatu peristiwa khusus tertentu. Beberapa tipe unit yang dapat diteliti
dalam bentuk studi kasus antara ain individu-individu, karakteristik, atau
atribut dari individu-individu, aksi, dan interaksi, peninggalan atau artefak,
perilaku, setting, serta peristiwa atau insiden tertentu.
Alasan penelitian ini menggunakan studi kasus sebab dengan metode
studi kasus akan dimungkinkan peneliti memahami pengembangan
kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati
Agung secara mendalam.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini bersifat deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan
fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya.46
Pendekatan deskriptif merupakan prosedur penelitian yanag akan
menghasilkan data-data deskirptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang, gambar, prilaku yang diamati, dan bukan angka-angka. Penelitian
diskriptif ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi status gejala dan
sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan itu dilakukan. Dalam penelitian
ini tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan dalam perolehan
46
data lapangan. Tujuan penelitian ini untuk melukiskan variabel atau kondisi
apa yang ada dalam suatu situasi.47
Pendekatan ini digunakan untuk meggambarkan pengembangan
kompetensi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 yang terjadi di
SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo dalam bentuk narasi. Hal ini
dibutuhkan agar proses yang terjadi dapat dijelaskan secara sistematis sesuai
fakta yang ada.
Data yang digunakan dapat berasal dari naskah, wawancara, catatan
lapangan, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.
B. Kehadiran Peneliti
Penelitan kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta,
namun peran penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionnya. Oleh sebab
itu, kehadiran peneliti dan keterlibatan peneliti sangat diperlukan, karena
pengumpulan data harus dilakukan dalam situasi yang sesungguhnya.. Hal ini,
ditegaskan oleh Nasution bahwa pada penelitian kualitatif peneliti merupakan
alat penelitian utama.48
Peneliti mengadakan sendiri pengamatan dan wawancara bebas terpimpin atau
terstruktur terhadap objek dan subjek penelitian. Oleh karena itu, peneliti sendiri
terjun ke lapangan untuk mengadakan observasi dan wawancara secara
47
Arif Rahman, Pengantar Penelitian dan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 415.
48
mendalam mengenai pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi
kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung.
C. Informan Penelitian
Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.49 Sumber data adalah subjek data dapat diperoleh, subyek dalam penelitian ini berjumlah empat pihak, diantarannya: (1) Kepala sekolah di SMP Jati Agung;
(2) Guru pendidikan agama Islam SMP Jati Agung; (3) Siswa (4) stake holder
SMP Jati Agung. Alasan peneliti memilih mereka sebagai subyek, untuk
memudahkan peneliti mendapatkan data dan informasi yang diperlukan.
Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari 2
sumber yaitu data primer dan data sekunder. Data primer (sumber data utama)
adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya (subyek penelitian), diamati
dan dicatat, yang untuk pertama kalinya dilakukan melalui observasi
(pengamatan) dan wawancara. Sedangkan, data sekunder yaitu data yang tidak
dilakukan secara langsung oleh peneliti, seperti buku, majalah ilmiah, arsip,
dokumentasi pribadi dan resmi dan sebagainya, yang berkaitan dengan
pengembangan kompetensi guru dalam implementasi kurikulum 2013.
49
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan data pengembangan kompetensi
guru PAI di SMP Jati Agung. Untuk mendapatkan data tersebut peneliti
menggunakan beberapa metode atau teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Metode observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian.50 Observasi ini peneliti gunakan untuk meninjau lapangan di SMP Jati
Agung baik melalui peninjauan langsung atau tidak langsung bisa jadi
melalui gambaran dari masyarakat karena pada dasarnya metode observasi
ini merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk mengamati
secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang
dijadikan objek oleh peneliti.
Ada baberapa jenis teknik observasi yang bisa digunakan tergantung
keadaan dan permasalahan yang ada. Teknik-teknik tersebut adalah:
a. Observasi partisipan, dalam hal ini peneliti terlibat langsung dan ikut
serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang
diamati.
50
b. Observasi non partisipan, pada teknik ini peneliti berada di luar subyek
yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka
lakukan.51
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi
partisipan, mengingat keterbatasan waktu dan dana yang dimiliki oleh
peneliti. Adapun data yang ingin penelti peroleh melalui metode ini
adalah, gambaran umum kondisi SMP Jati Agung, implementasi
kurikulum 2013, pengembangan kompetensi guru, aktivitas yang
berlangsung, serta orang yang terlibat.
2. Wawancara
Menurut Moleong, wawancara didefinisikan sebagai percakapan
dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara(interviewer)dan yang diwawancarai(interviewee).52
Esterberg mengemukakan beberapa macam wawancara, diantaranya
adalah:
a. Wawancara terstuktur
Wawancara terstuktur peneliti telah menyiapkan beberapa
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabanya sudah disiapkan.dengan wawancara terstuktur
51
Suakandar, Rumaidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktik Untuk Peneliti Pemula, (Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 2004), hlm. 71-72
52
ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul
data mencatatnya.
b. Wawancara semi struktur
Teknik wawancara dalam pelaksanaan yang lebih bebas dari pada
wawancara terstuktur, dimana peneliti dalam melakukan
wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat
apa yang dikemukakan oleh informan. Tujuannya adalah untuk
menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang
diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya.
c. Wawancara tidak berstruktur
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan
data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Dari ketiga jenis tersebut, penulis menggunakan wawancara terstuktur
dan wawancara semi struktur dengan pertimbangan sebagai berikut:
Dengan terstruktur dapat dipersiapkan sedemikian rupa
pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan agar hanya focus mengulas pokok-pokok
permasalahan yang akan diteliti. Dengan semi struktur diharapkan akan
tercipta nuansa dialog yang lebih akrab dan terbuka sehingga diharapkan