• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Nasional Pendidikan Dasar dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Standar Nasional Pendidikan Dasar dalam"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Standar Nasional Pendidikan Dasar dalam PP Nomor 32 Tahun 2013: standar nasional pendidikan dasar dalam rangka untuk mengetahui konsep dan penerapan peraturan pemerintah sebagai penyempurnaan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005. Di dalam ruang lingkup pendidikan dasar, PP Nomor 32 Tahun 2013 menjadi rujukan tentang permasalahan dan tantangan yang salah satunya menjadi topik perbincangan dalam dunia pendidikan pergantian kurikulum terbaru (Kurikulum 2013) dan ujian nasional, dimana harus diimplementasikan melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Peran BSNP ini memiliki fungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Di samping itu, Standar Nasional Pendidikan memiliki tujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, sehingga dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 mengenai Standar Nasional Pendidikan diharapkan pendidikan di Indonesia memiliki standar minimum yang telah ditetapkan. Peraturan yang ada harus bisa meningkatkan kualitas pendidikan yang ada pada saat ini.

Kata kunci: PP. Nomor 32 Tahun 2013, BSNP

I. Pendahuluan

Berdasarkan pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini diperkuat dalam UUD 1945 yang menjelaskan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pengajaran (pendidikan), ini mengandung arti bahwa negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memenuhi

(2)

pendidikan setiap warga negaranya guna mewujudkan tujuan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan berjalan baik apabila pendidikan mampu berperan secara sebagaimana mestinya, konteksual dan dengan baik dalam menjawab sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat serta tuntutan perubahan dan perkembangan zaman. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu sistem atau perangkat pendidikan.

Salah satu perangkat pendidikan tersebut yakni Undang-Undang, dalam hal ini Undang-Undang Repblik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang pada proses selanjutnya memerlukan penjabaran dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Sebagai suatu perangkat lunak, keberadaan Undang-Undang Sisdiknas ini perlu dikaji dan dirumuskan secara proporsional. Karena Undang-Undang Sisdiknas tersebut berisikan bagaimana tujuan, visi, misi hingga mekanisme prosedural pendidikan diatur dengan tidak melepaskan konteks sosial pada saat itu dan masa depan.

Di Indonesia Undang-Undang Sisdiknas ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Untuk operasionalnya, UU Nomor 20 Tahun 2003 tersebut masih memerlukan penjabaran, dan salah satu penjabarannya tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang implementasinya ditugaskan kepada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam hal ini sistem pendidikan nasional dimaksudkan untuk menjamin pemerataan pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global (Umkabu, 2011:187).

II. Pembahasan

(3)

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan komitmen nasional untuk meningkatkan mutu dan daya saing bangsa melalui pengaturan kembali standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian, serta pengaturan kembali kurikulum.

Dalam makalah Sudrajat (2013), histori perubahan PP Nomor 19 Tahun 2005 pada tanggal 7 Mei 2013 lalu, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, telah menandatangani sebuah peraturan baru yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Maka dari PP di atas, perlu diselaraskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan ini yang merupakan penjabaran dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagaimana tercantum dalam ketentuan umum pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013, yang dimaksud dengan Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar Nasional Pendidikan ini memiliki fungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Di samping itu, Standar Nasional Pendidikan memiliki tujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Adapun PP Nomor 19 Tahun 2005 yang diselaraskan dengan perubahan ke dalam PP Nomor 32 Tahun 2013. Ruang lingkup PP Nomor 32 Tahun 2013 terlihat dalam tampilan bagan dibawah ini :

(4)

Bagan : Ruang Lingkup PP 32/2013 (Yusran, 2013)

Fungsi dan tujuan tersebut dapat diketahui, bahwa standarisasi pendidikan nasional ini merupakan bentuk yang mencita-citakan suatu pendidikan nasional yang bermutu. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 pasal 2 ayat 3: standar nasional pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Dalam mengoperasionalisasikan standar nasional pendidikan, pemerintah telah membentuk sebuah badan yang bertugas memantau, mengembangkan dan melaporkan tingkat pencapaian standar nasional pendidikan, badan yang dimaksud tersebut dikenal dengan nama Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). BSNP ini memiliki beberapa wewenang guna menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai pemantau dan pengembang standar nasional pendidikan, wewenang tersebut meliputi : pertama, mengembangkan standar nasional pendidikan: kedua, menyelenggarakan ujian nasional; ketiga, memberikan rekomendasi kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan; dan keempat, merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pembahasan selanjutnya dari PP Nomor 32 Tahun 2013 berkaitan dengan pertama, konsep dan penerapan program mutu sekolah dasar; kedua, prinsip model mutu total sekolah dasar; dan ketiga permasalahan dan tantangan sekolah dasar.

A. Konsep dan Penerapan Program Mutu Sekolah Dasar

Pembahasan mengenai konsep, penerapan, dan mutu mengandung makna sebagai berikut :

(5)

digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Penerapan adalah 1) proses, cara, perbuatan menerapkan; 2) pemasangan; 3) pemanfaatan; perihal mempraktikkan. Mutu mengandung arti : pertama, mutu : a) terdiam karena sedih (sangat menyesal, dan sebagainya); b) sedih (tentang suasana hati); kedua, mutu : terjepit, dalam keadaan sulit (tentang posisi raja dalam permainan catur); ketiga, mutu : Mutiara; dan keempat, mutu : a) Ukuran ketulenan emas; b) (ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya); kualitas (Depdikbud, 1990 : 456,935, 467).

Banyak ahli yang mengemukakan tentang mutu, seperti yang dikemukakan oleh Sesmiarni (2011:112), apakah yang disebut mutu? Jawaban yang diberikan atas pertanyaan ini bisa berbeda-beda, tidak ada yang dapat mendefinisikan mutu secara tepat. Anwar (2013:16) memberikan arti mutu secara subtantif terdiri dari sifat dan taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan keadaan, sedangkan taraf menunjukkan kedudukan dalam skala. Sallis (2006:33), kualitas adalah sebuah filsosofis dan metodologis yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Selanjutnya Sumayang (2003:322) menyatakan kualitas adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya, disamping itu kualitas adalah tingkat di mana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan spesifikasinya. Danim (2007:53), kualitas mengandung makna derajat keunggulan suatu poduk atau hasil kerja, baik berupa barang dan jasa. Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa itu bermakna dan tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan. Fathurrohman (2013:65) mengatakan bahwa terkait dengan definisi kualitas (mutu) terkait dengan produk, karena untuk mengetahui apakah pendidikan berkualitas atau tidak maka perlu tahu produk pendidikan, di mana pendidikan adalah jasa atau pelayanan dan bukan produksi barang.

(6)

Salah satu prinsip model yang dipilah sebagai alternatif peningkatan kualitas pendidikan persekolahan adalah pemberian otonomi yang luas di tingkat sekolah serta partisipasi masyarakat yang tinggi dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Pendekatan tersebut dikenal dengan Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MPBS) atau School Basic Management. MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) adalah salah satu bentuk restrukturisasi sekolah dengan merubah sistem sekolah dalam melakukan kegiatannya. Untuk memberdayakan peranan sekolah dan masyarakat dalam mendukung pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah (Zainuddin, 2008:60-62).

Pada awal tahun 2001 digulirkan program MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS merupakan gagasan yang menempatkan kewenangan pengelolaan sekolah dalam satu keutuhan entitas sistem (Ibrohim, 2005:173). Atau suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri... (Darmawan, 2010:84). Program ini diyakini akan memberdayakan masyarakat pemerhati pendidikan (stakeholders) dalam memberikan perhatian dan kepeduliannya terhadap dunia pendidikan, khususnya sekolah. Dalam menerapkan konsep MBS, mensyaratkan sekolah membentuk Komite Sekolah yang keanggotaannya bukan hanya orangtua siswa yang belajar di sekolah tersebut, namun mengikutsertakan pula guru, siswa, tokoh masyarakat dan pemerintahan di sekitar sekolah, dan bahkan pengusaha.

Salah satu tujuan program MBS diantaranya menuntut sekolah agar dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan layanan pendidikan (quality

insurance) yang disusun secara bersama-sama dengan komite sekolah.

(7)

partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, komite sekolah, tokoh masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Permasalahan dan Tantangan Sekolah Dasar

Menurut Sudrajat (2013), setelah mencermati isi PP Nomor 32 Tahun 2013, bahwa perubahan-perubahan yang dilakukan tampaknya lebih cenderung berkaitan dengan pasal-pasal yang berhubungan dengan kurikulum dan key area

pembelajaran (standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian), dalam implementasinya diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud): pertama, Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah; kedua, Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah; ketiga, Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah; dan

keempat, Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar Penilaian Pendidikan

(f.kep.Unand.ac.id). Hal ini tampak jelas dengan disisipkannya BAB XIA yang secara khusus berisi pasal-pasal yang mengatur tentang kurikulum. Beberapa pasal dalam PP Nomor 19 tahun 2005 yang dihapus pun tampaknya lebih menggambarkan konsekuensi dari isi pasal-pasal yang dituangkan dalam BAB XIA ini. Sementara untuk pasal yang berkaitan dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan secara esensial tampaknya tidak banyak perubahan yang signifikan.

Barangkali tidak terlalu keliru jika berpendapat bahwa lahirnya peraturan pemerintah ini, salah satunya dilatari oleh semangat untuk mengganti kurikulum yang berlaku saat ini dengan tetap melanjutkan ujian nasional, kecuali untuk tingkat SD/MI, SDLB.

(8)

BSNP untuk menyelenggarakan Ujian Nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah, dan jalur nonformal kesetaraan. (1a) Ujian Nasional untuk satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk SD/MI/SDLB. Hal ini juga disampaikan oleh anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Teuku Ramli Zakaria ketika dikonfirmasi Media Indonesia, Selasa sore (14/5). (MetroNews) ”Ya, tahun ini UN SD/MI merupakan yang terakhir jadi tidak lagi ada UN tahun depan namun UN SMP dan SMA tetap ada,“ ungkapnya. Masih menurut Teuku Ramli, payung hukum perubahan PP itu adalah UU Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Penghapusan UN di jenjang SD/MI/SDLB ini sejalan dengan penerapan kurikulum 2013 yang akan diimplementasikan tahun ajaran 2013-2014, mulai Juli mendatang. Sedangkan pertimbangan penghapusan UN SD/MI, kata Teuku, terkait dengan kerangka dasar wajib belajar (Wajar) 9 tahun. Pengamat pendidikan Romo Baskoro menilai penghapusan UN SD merupakan suatu keharusan sebab ada program wajar 9 tahun dan akan masuk program wajar 12 tahun. “Kalau kita mau konsisten UN SD memang harus tidak ada sebab akan memotong program wajar. Jadi ditiadakan UN SD bukan hal istimewa…,” kata pembina kolese Kanisius itu.

(9)

Kurikulum nasional yang mengalami pembaharuan dari kurikulum yang terkenal negatifnya “CBSA (Catat Buku Sampai Abis)”, berganti menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran), dan yang akan diterapkan pada tahun 2017 mendatang kurikulum 2013.

Sementara Ujian Nasional (UN) dari Kebijakan pemerintah menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) - sebagai pengganti Ujian Akhir Nasional (UAN) yang telah dihapus - telah diberlakukan sejak tahun 2005. Kebijakan pemerintah RI tersebut melalui Mendiknas tentang pelaksanaan Ujian Nasional ini terus menuai pro-kontra dari berbagai kalangan. Memang sebagian kalangan masih menganggap Ujian Nasional memiliki banyak manfaat dalam pengaturan standar ujian akhir, namun sebagian lainnya banyak pula yang beranggapan bahwa kebijakan tersebut tidak tepat.

Maka dari itu, diberikan tawaran solusi, berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, baik Komisi X DPR RI, BSNP, Komite Sekolah, dan Perguruan Tinggi, menganggap UN masih perlu dilakukan, sampai ditemukan formula baru untuk mengevaluasi pembelajaran. Dalam rapat tersebut, Ketua Panitia Kerja Komisi X DPR RI melemparkan tiga opsi pelaksanaan UN kepada forum (dalam makalah online Jasmen, 2016).

Opsi yang pertama, UN jalan terus, dan dianggap tidak ada masalah dalam penyelenggaraannya. Namun jika hal tersebut yang dilakukan, maka UN akan tetap menjadi kontroversi, sepanjang mutu pendidikan belum seragam, dan pelaksanaannya yang serentak itu belum menjamin adanya pengawasan yang baik dan tidak menimbulkan kecurangan.

(10)

model pengawasan yang efektif, apa penyelenggaraan yang bisa diubah, atau apakah pengawasannya bisa dilakukan melibatkan unsur independen.

Opsi yang ketiga, UN dapat dilanjutkan, tetapi hanya untuk pemetaan standar mutu pendidikan. Bukan sebagai penentu kelulusan. Namun jika UN hanya dilakukan sebagai cara untuk memetakan standar mutu pendidikan, menurut Rektor Universitas Negeri Medan Syawal Gultom, hanya akan menghabiskan uang negara saja. Karena menurutnya, tidak akan ada semangat juang siswa dan guru dalam menghadapi UN. Syawal mengatakan, saat ini semua pihak harus berjuang untuk melaksanakan UN yang kredibel, dan bukan lagi mempertanyakan UN berlawanan dengan UU atau tidak. "Tidak mungkin UN itu bertentangan dengan hakikat pendidikan dalam UU yang ada. Kalau ada, itu pelaksanaannya yang tidak sempurna, "kata Syawal.

Begitu juga, tawaran solusi yang ditulis Murtadlo (2017), idealnya UN seharusnya hanya digunakan sebagai kepentingan pemetaan mutu pendidikan secara nasional, sedangkan kelulusan diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme yang ada di sekolah. Dengan cara demikian, proses kelulusan akan mampu memotret kompetensi siswa didik secara komprehensif, utuh, dan menyeluruh, baik dari sisi catatan akademis maupun perilaku siswa di sekolah. Dengan cara itu diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

III. Simpulan

Dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 mengenai Standar Nasional Pendidikan diharapkan pendidikan di Indonesia memiliki standar minimum yang telah ditetapkan. Peraturan yang ada harus bisa meningkatkan kualitas pendidikan yang ada pada saat ini.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. Idochi, 2013, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya

Pendidikan, Rajawali Press, Jakarta

Danim, Sudarwan, 2007, Visi Baru Manajemen Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta Darmawan, Oki, 2010, Manajemen Mutu Pendidikan, jurnal Analisis diterbitkan

(12)

Depdikbud, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Fathurrohman, Irwan, 2013, Profesionalisme Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan, jurnal Fokus diterbitkan oleh P3M STAIN Curup, Volume XV Nomor 01, h. 51-69

fkep.unand.ac.id, Peraturan Permendikbud tentang Standar Nasional Pendidikan

Juklak PP 32 tahun 2013,

http://fkep.unand.ac.id/in/peraturan/permendikbud/tentang-standar-nasional-pendidikan-juklak-pp-32-tahun-2013 ᄃ, diakses tanggal 10 Maret 2017

Ibrohim, Busthomi, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Alternatif

dalam Persaingan Mutu, jurnal ALQALAM diterbitkan oleh P3M STAIN

Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Volume 22 Nomor 2, h. 171-190 Jasmen, 2016, Makalah Tentang Ujian Nasional,

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan

Dasar

Sallis, Edward, 2006, Total Quality Management In Education, Alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi, IRCiSoD, Jogyakarta

Sesmiarni, Zulfani, 2011, Peranan Teknologi dalam Peningkatan Mutu

Pendidikan, jurnal ANALISIS diterbitkan oleh P3M STAIN Sjech M.

Djamil Djambek Bukittinggi, Volume 8 Nomor 2, h. 109-121

(13)

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2001, Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosdakarya, Bandung

Sumayang, Lalu, 2003, Manajemen Produksi dan Operasi, Salemba Empat, Jakarta

Umkabu, Talabuddin, 2011, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, jurnal Jabal Hikmah diterbitkan oleh STAIN Al-Fatah Jayapura, Volume 4 Nomor 8, h. 185-202

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Yusran, 2013, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013, http://www.yusranphysics.tk/2013/12/peraturan -pemerintah-nomor-32-tahun.html ᄃ, diakses tanggal 10 Maret 2017

Yusro, 2013, Standar Nasional Pendidikan Ujian Nasional SD Dihapus,

http://www.kompasiana.com/myusro/pp-no-32-tahun-2013-standar-

nasional-pendidikan-ujian-nasional-sd-dihapus_552b046e6ea834f660a552cf6 ᄃ, diakses tanggal 10 Maret 2017 Zainuddin, 2008, Reformasi Pendidikan: Kritik Kurikulum dan Manajemen

Berbasis Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan m em bentuk wat ak sert a peradaban bangsa yang berm art abat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bert ujuan

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

Sistem pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan