• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Performa Jepang dalam Pembangunan Infrastruktur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Performa Jepang dalam Pembangunan Infrastruktur"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Performa Jepang dalam Pembangunan Infrastruktur

Jalan di Indonesia pada Tahun 2012-2016.

ABSTRAK

Caesario Saputro[1],

Drs. Ign. Agung Satyawan, S.E., S.Ikom., M.Si., Ph.D.[2]

Pembangunan infrastruktur jalan adalah salah satu bidang pembangunan yang paling penting di sebuah negara. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kebijakan yang bertujuan untuk memeratakan infrastruktur di seluruh penjuru negeri, khususnya infrastruktur jalan. Keterbatasan dari anggaran mengakibatkan Indonesia harus mencari dana dari investasi asing. Jepang adalah salah satu negara investor terbesar di Indonesia yang juga ikut memberi bantuan kepada Indonesia dalam beberapa proyek infrastruktur jalan. Disinilah kami akan melihat bagaimana performa dari Jepang dalam proyek yang dibantu oleh investasi atau pinjaman luar negeri dari mereka berdasarkan dari realisasi dari target yang telah diberikan per triwulannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan konsep international cooperation, Doktrin Fukuda, dan Abenomics untuk menjelaskan motif dari Jepang dalam membantu Indonesia di bidang Infrastruktur Jalan ini. Hasil Penelitian adalah Jepang memiliki performa yang baik dalam pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia dapat dilihat dari terselesaikannya proyek-proyek yang dibebankan kepada mereka dan tercapainya tujuan dari penggunaan loan seperti yang telah dicantumkan dalam loan agreement.

Kata Kunci: Indonesia, Jepang, Pembangunan Infrastruktur Jalan.

(2)

ABSTRACT

Analysis of Japan's Performance in Road Infrastructure

Development in Indonesia in 2012-2016.

The development of road infrastructure is one of the most important development areas in a country. Indonesia is one of the countries that have a policy that aims to make equal infrastructure throughout the country, especially road infrastructure. Limitations of the budget resulted in Indonesia having to seek funding from foreign investment. Japan is one of the largest investor countries in Indonesia which also contributes to Indonesia in several road infrastructure projects. This is where we will see how the performance of Japan in projects assisted by their investments or offshore loans is based on the realization of the targets given quarterly. This study uses qualitative research methods with the concept of international cooperation, Fukuda Doctrine, and Abenomics to explain the motive of Japan in assisting Indonesia in the field of Road Infrastructure. The result of the research is that Japan has a good performance in the development of road infrastructure in Indonesia can be seen from the completion of projects that are charged to them and the achievement of the purpose of the use of loan as mentioned in the loan agreement.

(3)

A. Latar Belakang

Pembangunan Infrastruktur merupakan salah satu bidang pembangunan yang dinilai vital di dalam suatu negara. Pembangunan infrastruktur yang dijalankan dengan baik dan merata dapat memacu pembangunan ekonomi negara, memakmurkan rakyat, dan menambah efektivitas dari kegiatan perekonomian. Saat ini seluruh negara berpacu dalam pemenuhan infastruktur yang dibutuhkan tidak terkecuali Indonesia. Kebutuhan infrastruktur di Indonesia yang baik dan berguna bagi masyarakat di rasa semakin tinggi karena tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin tahun semakin baik. Infrastruktur yang baik dan berguna untuk rakyat Indonesia sesuai dengan tujuan dimasukan dalam program kerja Kabinet di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono periode 2010 - 20141 sampai dengan era

kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla periode 2015-2019 dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional2.

Salah satu Infrastrukur tersebut adalah Jalan, definisi jalan berdasarkan Undang-Undang Jalan Nomor 38 Tahun 2004 jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang

1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Program 100 hari SBY-Boediono,

http://lipi.go.id/berita/program-100-hari-sby-boediono/3407

(4)

berada dipermukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah, dan/atau air, serta diatas air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.

Penyediaan infrastruktur membutuhkan alokasi anggaran yang tidak sedikit dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Keterbatasan APBN dalam membiayai program program infrastruktur Jalan menjadikan permasalahan tersendiri sehingga target yang sudah dicanangkan diawal akan mengalami penurunan dalam pencapaiannya sehingga dibutuhkan suatu solusi yang mampu digunakan dalam pemenuhan kebutuhan infrastruktur di Indonesia. Salah satu cara yang digunakan atau dilakukan berupa Hubungan Diplomatik yang efektif. Hubungan Diplomatik antar negara biasanya dilakukan dengan pendekatan Ideologi, politik, Ekonomi serta Pertahanan dan Keamanan.

Kebutuhan penganggaran Indonesia dalam menjalankan kebijakan pembangunan tidak terlepas pada kebijakan Penganggaran yang dilaksanakan dalam mendukung tercapaianya peningkatan dan percepatan pertumbuhan ekonomi dilaksanakan melalui beberapa revisi penganggaran berupa penghematan dan tercukupinya modal untuk pembangunan infrastruktur. Seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang dicuplik dari website Antaranews.com tanggal (4 April 2017)3 : “Pemerintah

3 Antara News, Menkeu sebut efisiensi belanja barang 2017 Rp34 triliun,2017

(5)

bisa mendapatkan dana sebesar Rp34 triliun dari efisiensi belanja barang pada 2017, yang dapat dimanfaatkan untuk percepatan proyek infrastruktur”. Hal ini berkaitan pula dengan Instruksi Presiden yang disampaikan Menteri Keuangan di Bali Internasional Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali (11 April 2017)4: Presiden menginstruksikan belanja barang 2017-2018 harus

tidak boleh lebih besar dari yang dibelanjakan 2016,".

Hal-hal seperti inilah yang melatarbelakangi kebutuhan pendanaan dari luar negeri dalam mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia. Pendanaan luar negeri melalui pinjaman dan/atau hibah luar negeri menjadi solusi dalam permasalahan ini. Pnjaman dan/atau hibah luar negeri dapat diperoleh melalui hubungan bilateral yang baik dan saling menguntungkan dengan negara lain. salah satunya adalah hubungan diplomatik Indonesia dengan Negara Jepang. Performa Jepang dalam kaitannya dengan pembangunan Indonesia khususnya Jalan sangat terasa dengan berbagai pinjaman yang bersifat pendanaan fisik dan peningkatan skill dari sumber daya manusia yang terlibat dalam proyek proyek-pembangunan yang dirangkum dalam nota kesepakatan pinjaman (loan agreement).

Jepang pada umumnya memiliki beberapa alasan dalam memberikan bantuan kepada negara asing, yaitu agar dapat memacu proses rekonstruksi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dari Jepang, Membangun

4 Detik Finance, Rencana Sri Mulyani: Belanja Barang Rp 34 T Dialihkan Untuk

(6)

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3471110/rencana-sri-hubungan diplomatik, mempertahankan sistem ekonomi, politik dan sosial, menstabilkan kebijakan pemerintah negara penerima bantuan untuk menguntungkan pemerintah Jepang, dan meningkatkan pendapatan perkapita di Jepang5. Sebagai dasar, Jepang mempunyai Doktrin Fukuda.

Doktrin Fukuda merupakan prinsip dasar dari politik luar negeri Pemerintah Jepang bersama dengan Doktrin Yoshida yang telah lebih dahulu dicanangkan kira-kira tiga dekade sebelumnya.

Ketika periode 1970-an, negara-negara di kawasan Asia Tenggara sedang gencar melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara tersebut dilihat oleh Jepang sebagai kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara bekas jajahannya di Asia Tenggara dan juga sebagai kesempatan untuk memperluas pasar industri mereka (Jepang) yang pada saat itu sedang naik daun. Ketika sedang menjalankan tur kunjungan kenegaraannya ke negara-negara anggota ASEAN pada tahun 1977 tepatnya ketika di Manila, Filipina, Perdana Menteri Takeo Fukuda Berpidato mengenai keinginan Jepang untuk bekerjasama secara positif dengan negara-negara anggota ASEAN sebagai mitra kerjasama yang sepadan. Perdana Menteri Takeo Fukuda menjanjikan bahwa Jepang tidak akan pernah menjadi kekuatan besar dalam bidang militer dan berkomitmen dalam menjaga perdamaian dunia serta Jepang akan berusaha membangun kembali rasa kepercayaan satu sama lain dan trust dari

5 International Aid for Development? An Overview Japanese ODA to Indonesia. M. Mossadeq

(7)

negara ASEAN terhadap Jepang melalui kerjasama dalam berbagai bidang dan menjadikan negara-negara ASEAN sebagai mitra kerjasama yang sepadan6 seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Doktrin Fukuda menjadi

fondasi dari hubungan diplomasi dari Jepang kepada negara-negara di Asia khususnya Asia Tenggara. Doktrin Fukuda dapat dinyatakan berhasil dalam membangun kembali hubungan dengan negara-negara ASEAN dapat dilihat dari banyaknya produk-produk hasil industri Jepang di negara-negara ASEAN.

Pada tahun 2012, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengeluarkan kebijakan ekonomi yang diharapkan dapat memecahkan masalah stagnansi ekonomi Jepang yang telah melanda Jepang selama dua dekade terakhir yang disebut sebagai Abenomics. Abenomics memiliki tiga poin yang menjadi fokus dari kebijakan tersebut, yaitu peningkatan produktivitas, peningkatan inovasi dan perdagangan internasional, dan peningkatan aktifitas korporasi7.

Poin kedua kebijakan, yaitu peningkatan inovasi dan perdagangan internasional memiliki sub-poin yaitu ekspor infrastruktur. Sub-poin ekspor infrastruktur tersebut memiliki tiga tujuan, yaitu: menyediakan pendanaan kepada proyek-proyek pembangunan infrastruktur di seluruh dunia dengan target sekitar 200 miliar Dolar Amerika Serikat selama lima tahun kedepan, meningkatkan asistensi dari Jepang dan mendorong investasi/pendanaan dari perusahaan-perusahaan swasta, dan memperkuat kapasitas institusional

(8)

dan finansial dari organisasi-organisasi bantuan internasional milik Jepang seperti JICA, JBIC, dan lain-lain8. Berdasarkan dari tujuan di atas, Jepang

berusaha untuk secara aktif memberi bantuan kepada proyek-proyek infrastruktur di seluruh dunia. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Indonesia pada saat ini sangat membutuhkan dana dari luar negeri demi mempercepat kemajuan dalam pembangunan infrastruktur karena adanya kebijakan penghematan belanja negara. Karena hal tersebut, Indonesia meminta bantuan dari Jepang untuk membantu dalam pembangunan berbagai bidang infrastruktur termasuk dalam bidang infrastruktur jalan. Kebijakan ekonomi Jepang yaitu Abenomics yang berfokus kepada ekspor infrastruktur membuat Jepang memberikan bantuan berupa pinjaman luar negeri kepada Indonesia. Jika Jepang ingin membuat kemajuan positif dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi mereka, Pemberian bantuan terhadap Indonesia haruslah dilakukan. Oleh karena itulah Jepang memilih utuk memberikan bantuan dalam bidang infrastruktur kepada Indonesia demi tercapainya kepentingan nasional mereka saat ini, yaitu memecahkan masalah stagnansi ekonomi mereka selama dua dekade terakhir. Selain memecahkan masalah stagnansi ekonomi, bersedianya Jepang dalam membantu Indonesia juga bertujuan untuk membina hubungan baik dengan Indonesia yang telah berlangsung sejak lama, dan juga disebabkan oleh

adanya komitmen terhadap ASEAN-Japan Comprehensive Economic

Partnership yang mengikat hubungan kerjasama komprehensif antara

(9)

Jepang dan negara ASEAN termasuk Indonesia. Penulis mendefinisikan

“performa” dalam penelitian ini sebagai pencapaian dari yang sudah

ditargetkan oleh kedua belah pihak melalui proses monitoring dan evaluasi yang digelar dalam pembangunan proyek infrastruktur jalan yang dibiayai oleh Jepang.

B. Pengertian Performa kerja sama

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia performa berarti adalah menyelenggarakan atau melakukan dan Performa adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama

tetapi maknanya berbeda. Performa memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga performa dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Sementara itu, kerjasama berarti adalah pihak yang bersepakat dalam suatu kegiatan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan. Dapat disimpulkan bahwa performa kerjasama adalah bagaimana penyelenggaraan dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersepakat dalam mencapai suatu tujuan.

C. Jenis-Jenis pinjaman luar negeri yang diberikan oleh Jepang

JICA selaku lembaga kerjasama luar negeri dari Jepang memiliki dua jenis pinjaman luar negeri yang diberikan kepada negara pemohon, yaitu:

(10)

Ordinary Loan adalah jenis pinjaman luar negeri yang mana negara pemberi pinjaman, yang di dalam kasus ini adalah Jepang memberikan pinjaman kepada negara pemohon pinjaman, yaitu Indonesia. Cara merealisasikan pinjaman luar negeri ini sama dengan pinjaman luar negeri pada umumnya, yaitu negara pemberi memberikan pinjaman kepada negara pemohon dan kemudian negara pemohon menggunakan pinjaman tersebut untuk membangun yang diinginkannya dengan intervensi seminimum mungkin dari negara pemberi dalam proses realisasi pembangunan yang bersumber dari pinjaman luar negeri tersebut. Ordinary loan yang diberikan oleh JICA kepada Indonesia memiliki bunga sebesar 1,4 persen, dan pembagian pembayarannya biasanya sekitar 30 persen berbanding 70 persen atau 20 persen berbanding 80 persen. Kontraktor, konsultan

dan supplier dalam pembangunan yang dibiayai oleh ordinary loan ini

biasanya berasal dari negara pemohon pinjaman itu sendiri, dalam kasus ini adalah Indonesia. Hal ini disebabkan oleh campur tangan dari negara pemberi pinjaman yang diharapkan dapat seminimal mungkin sehingga setiap tenaga kerja dan sumber daya yang dibutuhkan semuanya berasal dari negara pemohon pinjaman itu sendiri. Ordinary loan mempunyai kelebihan dan kelemahan,

(11)

peralatan, bahan, kontraktor, konsultan, dan tenaga kerja lainnya yang diperbolehkan berasal dari negara pemohon pinjaman itu sendiri. Selain itu, devisa negara dapat bertambah karena dalam proyek pembangunan dari ordinary loan ini dapat menarik pajak dari proyek pembangunan tersebut. Kelemahan dari pembangunan dari ordinary loan adalah teknologi pembangunan dan sumber daya dari negara pemohon yang sering kali tidak lebih baik dari negara pemberi pinjaman sehingga berpotensi dapat menurunkan kualitas dari proyek pembangunan itu sendiri. Kelemahan lainnya adalah jumlah bunga pinjaman yang lebih besar dari pada STEP loan yang kan dijelaskan selanjutnya

2. STEP (Special Terms for Economic Partnership) Loan

(12)

pembangunan yang dibiayai oleh STEP loan sepenuhnya dari pihak pemerintah Jepang. Pembagian pembayaran dalam segala proses pembangunan juga 100 persen dibayarkan oleh Jepang. Negara pemohon pinjaman juga diwajibkan untuk memakai minimal 30 persen produk dari Jepang dalam proses pembangunan proyek yang dibiayai oleh STEP loan tersebut. Karena pembayaran dalam pembangunan yang dilakukan seluruhnya oleh Jepang, bunga yang harus dibayarkan oleh negara pemohon pinjaman lebih kecil dibandingkan dengan ordinary loan, yaitu hanya sebesar 0,4 persen. Pertanggungjawaban jika proyek yang dibiayai oleh STEP loan ini mengalami penundaan ataupun kegagalan lebih berat kepada pihak pemerintah Jepang daripada pihak pemohon pinjaman karena sumber daya yang digunakan untuk membangun proyek tersebut seperti kontraktor, konsultan, dan supplier yang digunakan seluruhnya berasal dari pihak Jepang, bukannya dari negara pemohon pinjaman, yang dalam kasus ini adalah Indonesia. Indonesia tidak tidak memungut pajak dari pihak Jepang pada proyek yang dibiayai oleh STEP loan. Kelebihan dari STEP loan adalah kualitas sumber daya dan teknologi pembangunan yang lebih tinggi karena semua sumber daya dan teknologi yang diperlukan berasal dari negara pemberi pinjaman

(13)

sumber daya yang berasal dari negara pemberi pinjaman membutuhkan waktu pengiriman dari negara asalnya, berbeda dengan pembangunan dari ordinary loan yang memperbolehkan memakai produk lokal untuk membangun. Biaya yang lebih mahal juga menjadi kelemahan dari STEP loan, hal ini diakibatkan oleh biaya bahan-bahan, peralatan, dan tenaga kerja seperti kontraktor dan konsultan yang lebih mahal. Biaya untuk ini lebih mahal umumnya diakibatkan oleh tingkat upah yang berbeda dari kedua negara, seperti contohnya di Indonesia bayaran untuk konsultan lokal per bulannya adalah sekitar 10-20 juta Rupiah per bulan, sementara jasa konsultan dari Jepang seharga rata-rata 2 juta Yen per bulan (sekitar 200 juta Rupiah)9. Pengiriman bahan dari luar negeri juga menambah biaya

dari proyek pembangunan yang dibiayai oleh STEP loan ini. Kelemahan lain dari proyek yang dibiayai oleh STEP loan ini adalah pihak pemohon pinjaman tidak dapat menarik pajak dari proyek yang dibiayai oleh STEP loan ini sehingga tidak dapat menambah pemasukan negara melalui pajak.

D. Kerjasama Infrastruktur Jalan antara Indonesia dan Jepang

Salah satu bentuk kerjasama pemerintah Indonesia dan Jepang adalah bentuk pembiayaan proyek proyek infrastruktur jalan, berdasarkan data dari Direktorat Pengambangan Jaringan Jalan, salah

(14)

satu adalah proyek jalan tol Akses Tanjung Priok yang digulirkan pada Tahun 2005 TANJUNG PRIOK ACCES ROAD CONSTRUCTION

PROJECT PHASE 1 dengan jumlah pinjaman sebesar 26.306.000.000

Yen dengan tujuan yaitu pembangunan jalan bebas hambatan tanjung priok serta sasarannya adalah memperlancar arus kendaraan menuju pelabuhan dengan lingkup pekerjaan Pembangunan jalanbebas hambatan Tanjung, desain dan supervisi dan Tahun 2006 TANJUNG

PRIOK ACCESS ROAD CONSTRUCTION PROJECT PHASE 2. Jumlah

pinjaman dalam proyek ini adalah sebesar 26.612.000.000 Yen dengan tujuan yaitu pembangunan jalan bebas hambatan Tanjung Priok serta sasarannya adalah memperlancar arus kendaraan menuju pelabuhan dengan lingkup pekerjaan Pembangunan jalan bebas hambatan Tanjung Priok, dan supervisi phase 2. Di bawah ini adalah ringkasan dari loan agreement dari proyek pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok phase 1 dan phase 2.

1. Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1

(15)

Jika jumlah kumulatif dari pembayaran telah mencapai Batasan yang telah ditentukan, yaitu 26.306.000.000 Yen, Japan Bank for International Cooperation tidak akan melakukan pembayaran lebih lanjut. Negara Peminjam akan menggunakan pinjaman untuk membeli barang-barang dan jasa yang diperlukan utuk mengimplementasikan proyek ini dari pemasok, kontraktor, ataupun konsultan dengan kewarganegaraan yang memenuhi syarat dalam loan agreement, yaitu Jepang sebagai kontraktor utama dan negara asal sub kontraktor jika proyek mempunyai sub kontraktor. Pembayaran terakhir di bawah

loan agreement akan dibayarkan pada tanggal dan bulan yang sama

tujuh tahun setelah tanggal efektif dari loan agreement, dan tidak ada pembayaran lebih lanjut yang dibayarkan oleh Japan Bank for International Cooperation setelahnya, kecuali ada hal lain yang disetujui antara Japan Bank for International Cooperation dan negara peminjam (Indonesia).

(16)

tersebut dari tanggal 20 September tahun sebelumnya, dan pada tanggal 20 Oktober tiap tahunnya yang bunganya telah dicatatkan sampai dengan tanggal 19 September dari tanggal 20 Maret tahun tersebut. Bila tanggal penyelesaian pembayaran tidak lebih awal tiga bulan dari tanggal 20 April atau 20 Oktober, pembayaran bunga pertama setelah tanggal penyelesaian pembayaran akan dibayarkan pada 20 April atau 20 Oktober, manapun yang lebih awal.

Artikel ketiga menjelaskan tentang syarat dan ketentuan umum dari loan, dan administrasi dari pinjaman. Syarat dan ketentuan umum yang ditentukan antara lain adalah jika negara peminjam menggelar pembayaran kembali dari uang pinjaman dalam loan ataupun pembayaran bunga atau biaya lainnya tanpa menspesifikasikan urutan apropriasi, Japan Bank for International Cooperation akan memutuskan urutan apropriasi antara pembayaran pinjaman utama, bunga atau biaya lainnya. Negara Peminjam akan mengkreditkan setiap pembayaran, baik pembayaran pinjaman utama, pembayaran bunga ataupun biaya lainnya dalam pinjaman kepada

“ODA-JBIC” dengan nomor akun 0207787 dengan Bank of Tokyo

(17)

Negara peminjam (Indonesia) akan memberi kuasa kepada Direktorat Jenderal Bina Marga untuk mengimplementasikan proyek ini. Negara peminjam (Indonesia) akan memberi kuasa pada Direktorat Jenderal Bina Marga untuk menyewa jasa konsultan untuk mengimplementasikan proyek ini. Seandainya dana yang tersedia dari hasil pinjaman tidak mencukupi untuk pelaksanaan proyek, negara peminjam harus membuat pengaturan dengan tepat untuk menyediakan dana tersebut. Instansi yang bertanggung jawab dari Negara peminjam (Indonesia), yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga akan memberikan laporan kemajuan proyek kepada Japan Bank for International Cooperation sebanyak empat kali setahun (per triwulan) sampai proyek dapat diselesaikan sepenuhnya. Direktorat Jenderal Bina Marga juga akan memberikan laporan penyelesaian proyek paling lama enam bulan setelah proyek dapat terselesaikan kepada Japan Bank for International Cooperation. Negara peminjam (Indonesia) memastikan bahwa proses audit dari ex-post procurement akan dilakukan oleh aditor yang independent yang akan disewa oleh Japan Bank for International Cooperation dalam rangka untuk memastikan keadilan dan kekompetitifan dari prosedur procurement.

(18)

karena berbagai permasalahan, yang pada umumnya adalah pembebasan lahan yang terlambat.

2. Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 2

Berikut ini adalah ringkasan dari loan agreement proyek pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 2. Artikel pertama pada loan agreement dari proyek pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 2 menjelaskan bahwa Japan Bank for International Cooperation menyetujui untuk memberikan pinjaman kepada Indonesia dengan jumlah tidak melebihi 26.620.000.000 Yen.

Jika jumlah kumulatif dari pembayaran telah mencapai Batasan yang telah ditentukan, yaitu 26.620.000.000 Yen, Japan Bank for International Cooperation tidak akan melakukan pembayaran lebih lanjut. Negara Peminjam akan menggunakan pinjaman untuk membeli barang-barang dan jasa yang diperlukan utuk mengimplementasikan proyek ini dari pemasok, kontraktor, ataupun konsultan dengan kewarganegaraan yang memenuhi syarat dalam loan agreement, yaitu Jepang sebagai kontraktor utama dan negara asal sub kontraktor jika proyek mempunyai sub kontraktor. Pembayaran terakhir di bawah

loan agreement akan dibayarkan pada tanggal dan bulan yang sama

(19)

disetujui antara Japan Bank for International Cooperation dan negara peminjam (Indonesia).

Artikel kedua dalam loan agreement ini menjelaskan tentang bunga dan metode pembayaran dalam pinjaman ini. Bunga yang dibebankan kepada negara peminjam adalah 0,4 persen per tahun dan dibayarkan dua kali setahun. Negara peminjam akan membayarkan pinjaman kepada Japan Bank for International Cooperation sebelum tanggal penyelesaian pembayaran pada tanggal 20 April tiap tahun yang bunganya telah dicatatkan sampai tanggal 19 Maret dari tahun tersebut dari tanggal 20 September tahun sebelumnya, dan pada tanggal 20 Oktober tiap tahunnya yang bunganya telah dicatatkan sampai dengan tanggal 19 September dari tanggal 20 Maret tahun tersebut. Bila tanggal penyelesaian pembayaran tidak lebih awal tiga bulan dari tanggal 20 April atau 20 Oktober, pembayaran bunga pertama setelah tanggal penyelesaian pembayaran akan dibayarkan pada 20 April atau 20 Oktober, manapun yang lebih awal.

(20)

Cooperation akan memutuskan urutan apropriasi antara pembayaran pinjaman utama, bunga atau biaya lainnya. Negara Peminjam akan mengkreditkan setiap pembayaran, baik pembayaran pinjaman utama, pembayaran bunga ataupun biaya lainnya dalam pinjaman kepada

“ODA-JBIC” dengan nomor akun 0207787 dengan Bank of Tokyo

Mitsubishi UFJ, Ltd, Jepang. Pemberitahuan atau permintaan apapun yang dibutuhkan oleh salah satu ataupun kedua belah pihak diberikan dalam bentuk tertulis yang dikirimkan baik diberikan secara langsung, melalui surat, ataupun melalui pos udara yang telah terdaftar.

(21)

lama enam bulan setelah proyek dapat terselesaikan kepada Japan Bank for International Cooperation. Negara peminjam (Indonesia) memastikan bahwa proses audit dari ex-post procurement akan dilakukan oleh auditor yang independent yang akan disewa oleh Japan Bank for International Cooperation dalam rangka untuk memastikan keadilan dan kekompetitifan dari prosedur procurement.

Sama Seperti pada pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1, proyek ini juga ditargetkan untuk selesai pada Desember 2011, namun proyek ini tidak dapat terselesaikan pada tanggal tersebut. Hal ini diakibatkan pada umumnya karena pembebasan lahan yang terlambat.

E. Proses Negosiasi Loan dalam Proyek Pembangunan Jalan

Tol Akses Tanjung Priok Phase 1 dan Phase 2

(22)

kinerja selama proses pembangunan dari suatu proyek memenuhi target yang ditentukan dari yang berwajib pada setiap periode monitoring dan evaluasi dari proyek tersebut.

Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1 dan Phase 2 sepanjang 11,4 KM merupakan bagian dari Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) dan menyambungkan dengan Tol Dalam Kota serta menghubungkan ke Pelabuhan Tanjung Priok. Sebelum melihat bagaimana kinerja dalam Proyek Pembangunan ini, kita harus mengetahui bagaimana proses dalam mendapatkan investor dari suatu proyek pembangunan.

Untuk mendapatkan investor dalam sebuah proyek pembangunan, pemerintah menawarkan proyek-proyek berdasarkan dari bluebook yang diterbitkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang Sesuai dengan Rencana Strategis yang telah disusun setiap lima tahun sekali10. Berdasarkan dari bluebook dari Bappenas

tersebut, pemerintah Indonesia menawarkan kepada negara-negara yang ingin ikut berinvestasi dalam proyek-proyek yang tercantum dalam bluebook dari Bappenas tersebut. Setelah negara calon investor menyetujui untuk melakukan investasi pada proyek yang ditawarkan, selanjutnya dilakukan negosiasi antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah dari negara calon investor yang dalam kasus ini adalah Pemerintah Jepang. Pemerintah Indonesia dalam negosiasi ini diwakili

10 Wawancara dengan Ir. Nonviani MT, ketua pelaksana harian Project Implementation Unit

(23)

oleh kementerian Lembaga, yang dalam kasus penelitian ini meliputi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Kementerian Keuangan. Hasil negosiasi ini selanjutnya akan dituangkan dalam bentuk loan agreement11. Loan

agreement antara Indonesia dan Jepang meliputi : Tujuan dan jumlah

besaran pinjaman luar negeri, penggunaan hasil dari pinjaman luar negeri, cara pembayaran kembali, metode pembayaran dan bunga, syarat dan ketentuan umum dalam pinjaman, prosedur pengadaan, prosedur pencairan dana, administrasi pinjaman, instruksi dan permintaan, deskripsi dari proyek, alokasi dari hasil pinjaman luar negeri, jadwal amortisasi, prosedur pengadaan dana, prosedur komitmen, prosedur pengembalian, dan prosedur transfer12.

F. Uraian Kinerja dalam Proyek Pembangunan Jalan Tol Akses

Tanjung Priok Phase 1 dan Phase 2

Seperti yang telah disebutkan di atas, proyek infrastruktur jalan yang dibiayai oleh Jepang ada dua, yaitu pembangunan jalan tol akses Tanjung Priok fase 1 dan fase 2. pembangunan jalan tol akses Tanjung

11 Wawancara dengan Ir. Nonviani MT, ketua pelaksana harian Project Implementation Unit

Loan JICA dan Korea

(24)

Priok fase 1 dan fase 2 adalah proyek yang dibiayai oleh STEP loan dari Jepang13.

F.1. TANJUNG PRIOK ACCESS ROAD CONSTRUCTION

PROJECT PHASE 1

Proyek ini dibagi atas tiga seksi, yaitu jasa konstruksi seksi E-1 (Rorotan-Cilincing), jasa konstruksi seksi E-2 (Cilincing-Koja), dan jasa konsultansi. Seksi E-1 (Rorotan-Cilincing) tidak dicantumkan pada penelitian ini karena proyek seksi tersebut sudah diselesaikan pada tahun-tahun sebelumnya.

F.1.1. Kemajuan Penyerapan Keuangan dari Bidang Jasa

Konstruksi (Fisik) Proyek Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase

1

Perkembangan penyerapan keuangan yang terjadi baik pada bidang fisik selama tahun 2012 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Pada triwulan pertama tahun anggaran 2012, target penyerapan keuangan yang ditetapkan pada seksi civil works seksi E-2 (Cilincing-Koja) adalah 334,06 juta Yen namun pada kenyataannya masih belum ada penyerapan keuangan yang terealisasi14. Seperti triwulan

sebelumnya, pada triwulan kedua tahun anggaran 2012 juga memiliki

13 Wawancara dengan Ir. Nonviani MT, ketua pelaksana harian Project Implementation Unit

Loan JICA dan Korea

14 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(25)

target penyerapan yang telah ditetapkan pada seksi civil works seksi E-2. Seksi E-2 memiliki target penyerapan sebesar 197,19 juta Yen, sedangkan realisasi di lapangan adalah sebesar 126,91 juta Yen15.

Triwulan ketiga tahun anggaran 2012 memiliki target penyerapan keuangan pada seksi E-2 sebesar 413,63 juta Yen namun pada kenyataannya tidak terdapat realisasi apapun pada penyerapan keuangan16. Pada triwulan keempat, target penyerapan dari seksi E-2

adalah 494,40 juta Yen dengan realisasi penyerapan sebesar 689,21 juta Yen17.

Perkembangan penyerapan keuangan yang terjadi baik pada bidang fisik selama tahun 2013 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Pada triwulan pertama tahun anggaran 2013, target penyerapan ditetapkan pada jasa konstruksi seksi E-2 sebesar 866,47 juta Yen dengan realisasi penyerapan keuangan sebesar 909,53 juta Yen18.

Target penyerapan keuangan dari seksi E-2 pada triwulan kedua adalah 1.044,54 juta Yen sementara realisasinya adalah 302,70 juta

15 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2012, 2013

16 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2012, 2013

17 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2012, 2013

18 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(26)

Yen19. Pada Triwulan ketiga tahun anggaran 2013, target penyerapan

yang ditetapkan pada jasa konstruksi seksi E-2 adalah 1.061,27 juta Yen, realisasinya adalah sebesar 461,67 juta Yen20. Target penyerapan

keuangan dari bidang jasa konstruksi seksi E-2 pada triwulan keempat tahun anggaran 2013 adalah sebesar 842,11 juta Yen dengan realisasi penyerapan keuangan sebesar 1.562,10 juta Yen21.

Perkembangan penyerapan keuangan yang terjadi baik pada bidang fisik selama tahun 2014 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Triwulan pertama tahun anggaran 2014 memasang target penyerapan keuangan pada jasa konstruksi seksi E-2 sebesar 540,91 juta Yen dengan realisasi sebesar 538,98 juta Yen22. Triwulan kedua

tahun anggaran 2014 memasang target penyerapan keuangan pada jasa konstruksi seksi E-2 sebesar 409,04 juta Yen tanpa adanya

19 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2013, 2014

20 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2013, 2014

21 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2013, 2014

22 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(27)

realisasi penyerapan keuangan23. Triwulan ketiga tahun anggaran 2014

memasang target penyerapan keuangan pada jasa konstruksi seksi E-2 sebesar 281,11 juta Yen dengan realisasi penyerapan keuangan sebesar 379,87 juta Yen24. Triwulan keempat tahun anggaran 2014 memasang

target penyerapan keuangan pada jasa konstruksi seksi E-2 sebesar 364,43 juta Yen tanpa adanya realisasi25.

Perkembangan penyerapan keuangan yang terjadi baik pada bidang fisik selama tahun 2015 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Triwulan pertama tahun anggaran 2015 tidak memasang target penyerapan keuangan pada jasa konstruksi seksi E-2 disebabkan karena adanya permasalahan teknis pada tahun anggaran sebelumnya yang mengakibatkan proses pekerjaan menjadi terhambat, sehingga penyerapan keuangan pada tahun anggaran 2015 diperkirakan tidak dapat diadakan sampai dengan pertengahan tahun anggaran 201526.

Triwulan kedua tahun anggaran 2015, tidak memasang target penyerapan keuangan yang diakibatkan oleh masalah teknis pada tahun anggaran sebelumnya, yang membuat tidak adanya target

23 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2014, 2015

24 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2014, 2015

25 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2014, 2015

26 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(28)

penyerapan keuangan sampai dengan akhir triwulan ketiga tahun anggaran 2015 pada bidang jasa konstruksi seksi E-227. Target

penyerapan keuangan yang ditetapkan pada bidang jasa konstruksi pada triwulan keempat tahun anggaran 2015 pada seksi E-2 adalah 284,34 juta Yen tanpa adanya realisasi penyerapan28.

Perkembangan penyerapan keuangan yang terjadi baik pada bidang fisik selama tahun 2016 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Triwulan pertama tahun anggaran 2016 tidak memasang target penyerapan keuangan dan tidak terjadi pula realisasi pada bidang jasa konstruksi seksi E-229. Hal ini terjadi sampai dengan triwulan

keempat. Triwulan keempat tahun anggaran 2016 menetapkan target penyerapan keuangan pada bidang jasa konstruksi E-2 sebesar 1.097,57 Yen dengan realisasi penyerapan sebesar 778,63 juta Yen30.

F.1.2. Kemajuan Perkembangan Fisik dari Bidang Jasa

Konstruksi Proyek Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1

27 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2015, 2016

28 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2015, 2016

29 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2016, 2017

30 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(29)

Kemajuan perkembangan fisik yang terjadi pada bidang fisik selama tahun 2012 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Terdapat target yang dipasang pada setiap triwulan pada tahun 2012, namun penulis tidak mampu mendapatkan data realisasi kemajuan fisik pada triwulan pertama sampai triwulan ketiga sehingga penulis tidak mencantumkan realisasi pada triwulan pertama sampai ketiga. Target fisik triwulan pertama yang semula 14,20 persen berubah menjadi 0,73 persen. Target fisik triwulan kedua yang semula 27,00 persen berubah menjadi 2,08 persen. Target fisik triwulan ketiga

yang semula 36,41 persen berubah menjadi 5,39 persen. Target fisik triwulan keempat yang semula 50,59 persen berubah menjadi 13,93 persen dengan realisasi sebesar 9,313 persen. Perubahan pada target ini terjadi pada umumnya diakibatkan oleh manajemen yang tidak baik yang akan dijelaskan di bawah.

Kemajuan perkembangan fisik yang terjadi pada bidang fisik selama tahun 2013 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target penyerapan fisik triwulan pertama yang ditetapkan pada seksi E-2 adalah sebesar 25 persen dengan realisasi penyerapan sebesar 26,59 persen31. Target perkembangan fisik dari seksi E-2 pada

triwulan kedua adalah 44,38 persen dengan realisasi sebesar 45,54

31 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(30)

persen32. Target perkembangan fisik dari seksi E-2 pada triwulan

ketiga tahun anggaran 2013 adalah 78,59 persen dengan realisasi perkembangan fisik sebesar 80,51 persen33. Target perkembangan fisik

dari jasa konstruksi seksi E-2 pada triwulan keempat adalah 100 persen dengan realisasi sebesar 99,28 persen34.

Kemajuan perkembangan fisik yang terjadi pada bidang fisik selama tahun 2014 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target perkembangan fisik dari seksi E-2 pada triwulan pertama adalah sebesar 57,68 persen dengan realisasi sebesar 37,60 persen35.

Target perkembangan fisik dari seksi E-2 pada triwulan kedua adalah 69,09 persen dengan realisasi sebesar 37,60 persen36. Target

perkembangan fisik dari seksi E-2 pada triwulan ketiga adalah 84,23 persen dengan realisasi sebesar 65,29 persen37. Target perkembangan

32 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2013, 2014

33Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2013, 2014

34 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2013, 2014

35 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2014, 2015

36 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2014, 2015

37 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(31)

fisik dari seksi E-2 pada triwulan keempat adalah 100 persen dengan realisasi sebesar 66,36 persen38.

Kemajuan perkembangan fisik yang terjadi pada bidang fisik selama tahun 2015 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target yang dipasang untuk bidang jasa konstruksi E-2 pada triwulan pertama adalah 97,42 persen dengan realisasi sebesar 67,47 persen39. Target perkembangan fisik pada seksi E-2 pada triwulan

kedua adalah sebesar 98,05 persen dengan realisasi sebesar 68,66 persen40. Target perkembangan fisik dari seksi E-2 pada triwulan

ketiga adalah 99,71 persen dengan realisasi sebesar 69,91 persen41.

Target perkembangan fisik pada seksi E-2 pada triwulan keempat adalah sebesar 100 persen dengan realisasi sebesar 71,34 persen42.

Kemajuan perkembangan fisik yang terjadi pada bidang fisik selama tahun 2016 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

38 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2014, 2015

39 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2015, 2016

40 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2015, 2016

41 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2015, 2016

42 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(32)

Target perkembangan fisik yang dipasang pada triwulan pertama adalah 31,19 persen dengan realisasi sebesar 11,60 persen43. Target

perkembangan fisik dari Seksi E-2 pada triwulan kedua adalah 57,01 persen dengan realisasi sebesar 35,48 persen44. Target perkembangan

fisik dari bidang jasa konstruksi seksi E-2 pada triwulan ketiga adalah 76,06 persen dengan realisasi sebesar 98,18 persen45. Target

perkembangan fisik pada seksi E-2 di triwulan keempat adalah 100 persen dengan realisasi sebesar 98,18 persen46.

F.1.3. Kemajuan Penyerapan Keuangan dari Bidang Jasa

Konsultansi (Non- Fisik) Proyek Jalan Tol Akses Tanjung Priok

Phase 1

Perkembangan penyerapan keuangan pada bidang non-fisik selama tahun 2012 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Pada Triwulan Pertama 2012, seksi pelayanan konsultansi, target penyerapan keuangan yang ditetapkan adalah 114,55 juta Yen

43 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2016, 2017

44 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2016, 2017

45 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2016, 2017

46 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(33)

sedangkan realisasi penyerapan keuangannya sebesar 111,87 juta Yen47.

Seksi jasa konsultansi memasang target penyerapan sebesar 46,58 juta Yen, dan mencapai realisasi sebesar 47,81 juta Yen48 pada triwulan

kedua. Pada triwulan ketiga, pada bidang jasa konsultansi tidak memasang target dan realisasi penyerapan karena kontrak yang telah habis pada Juni 201249, perpanjangan kontrak akan dilakukan setelah

tanggal penutupan loan yang baru disetujui oleh JICA50. Seperti yang

telah disebutkan sebelumnya, tidak ada realisasi dan target dari jasa konsultansi pada triwulan keempat ini yang diakibatkan karena kontrak dengan konsultan yang telah habis51.

Perkembangan penyerapan keuangan pada bidang non-fisik selama tahun 2013 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target penyerapan keuangan dari jasa konsultansi pada triwulan pertama adalah 33,70 juta Yen dengan realisasi penyerapan keuangan

47 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2012, 2013

48 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2012, 2013

49 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2012, 2013

50 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(34)

sebesar 35,86 juta Yen52. Target penyerapan keuangan pada triwulan

kedua di bidang jasa konsultansi adalah 209,85 juta Yen dengan realisasi sebesar 174,60 juta Yen53. Target penyerapan keuangan pada

triwulan ketiga tahun anggaran 2013 pada bidang jasa konsultansi adalah 48,60 juta Yen dengan realisasi sebesar 54,71 juta Yen54. Target

penyerapan keuangan pada triwulan keempat tahun adalah 43,74 juta Yen dengan realisasi sebesar 74,12 Juta Yen55.

Perkembangan penyerapan keuangan pada bidang non-fisik selama tahun 2014 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target penyerapan keuangan yang ditetapkan pada bidang jasa konsultansi pada triwulan pertama adalah 42,17 juta Yen dengan realisasi sebesar 41,76 juta Yen56. Target penyerapan keuangan yang

ditetapkan pada bidang jasa konsultansi di triwulan kedua adalah 105,05 juta Yen tanpa danya realisasi57. Target penyerapan keuangan

52 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2013, 2014

53 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2013, 2014

54 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2013, 2014

55 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2013, 2014

56 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2014, 2015

57 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(35)

yang ditetapkan pada bidang jasa konsultansi di triwulan ketiga adalah 38,60 juta yen dengan realisasi sebesar 104,77 juta Yen58. Target

penyerapan keuangan yang ditetapkan pada bidang jasa konsultansi di triwulan keempat adalah 36,80 juta Yen dengan realisasi sebesar 55,72 juta Yen59.

Perkembangan penyerapan keuangan pada bidang non-fisik selama tahun 2015 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Tidak ada Target penyerapan keuangan pada triwulan pertama tahun anggaran 2015 di bidang jasa konsultansi ini60. Bidang jasa

konsultansi memasang target penyerapan keuangan di triwulan kedua ini, yaitu sebesar 101,11 juta Yen tanpa adanya realisasi61. Pada

triwulan ketiga tahun anggaran 2015, target penyerapan keuangan yang ditetapkan pada bidang jasa konsultansi adalah 31,86 juta Yen dengan realisasi sebesar 83,03 kuta Yen62. Target penyerapan

keuangan yang dipasang pada bidang jasa konsultansi di triwulan

58 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2014, 2015

59 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2014, 2015

60 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2015, 2016

61 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2015, 2016

62 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(36)

keempat adalah 39,33 juta Yen dengan realisasi sebesar 75,56 juta Yen63.

Perkembangan penyerapan keuangan pada bidang non-fisik selama tahun 2016 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Bidang jasa konsultansi tidak memiliki target dan realisasi penyerapan keuangan dari triwulan pertama sampai dengan akhir triwulan kedua64. Triwulan ketiga tahun anggaran 2016 menetapkan

target penyerapan pada bidang jasa konsultansi sebesar 112,40 juta Yen tanpa adanya realisasi65. Target penyerapan keuangan pada

bidang jasa konsultansi di triwulan keempat ditetapkan sebesar 36,70 juta Yen tanpa adanya Realisasi66.

F.1.4. Kemajuan Perkembangan Fisik (Mobilisasi Personil)

pada Bidang Jasa Konsultansi (Bidang Non-Fisik) Proyek Jalan

Tol Akses Tanjung Priok Phase 1

Perkembangan Mobilisasi Personil pada bidang non-fisik selama tahun 2013 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

63 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2015, 2016

64 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2016, 2017

65 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2016, 2017

66 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(37)

Target mobilisasi personil dari jasa konsultansi pada triwulan pertama adalah 27,67 persen dengan realisasi sebesar 27,44 persen67.

Target mobilisasi personil dari bidang jasa konsultasi pada triwulan kedua adalah sebesar 52,44 persen dengan realisasi sebesar 52,37 persen68. Target perkembangan fisik dari jasa konsultansi pada

triwulan ketiga adalah 76,59 persen dengan realisasi sebesar 74,37 persen69. Target perkembangan fisik pada bidang jasa konsultansi

pada triwulan keempat tahun anggaran 2013 ini adalah sebesar 100 persen dengan realisasi sebesar 97,41 persen70.

Perkembangan Mobilisasi Personil pada bidang non-fisik selama tahun 2014 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target mobilisasi personil yang ditetapkan pada bidang jasa konsultansi di triwulan pertama ini adalah 32,65 persen dengan realisasi sebesar 32,89 persen71. Target mobilisasi personil yang

ditetapkan pada bidang jasa konsultansi di triwulan kedua adalah

67 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2013, 2014

68 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2013, 2014

69 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2013, 2014

70 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2013, 2014

71 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(38)

64,70 persen dengan realisasi sebesar 64,82 persen72. Target

mobilisasi personil yang ditetapkan pada bidang jasa konsultansi di triwulan ketiga adalah 93,12 persen dengan realisasi sebesar 93,54 persen73. Target mobilisasi personil yang ditetapkan pada bidang jasa

konsultansi di triwulan keempat adalah 100 persen dengan realisasi sebesar 99,69 persen74.

Perkembangan Mobilisasi Personil pada bidang non-fisik selama tahun 2015 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target mobilisasi personil yang ditetapkan pada bidang jasa konsultansi di triwulan pertama adalah 89,24 persen dengan realisasi sebesar 89,22 persen75. Target mobilisasi personil pada triwulan kedua

adalah sebesar 93,23 persen dengan realisasi sebesar 93,01 persen76.

Target mobilisasi personil yang di pasang pada triwulan ketiga adalah sebesar 96,66 persen dengan realisasi sebesar 96,31 persen77. Target

72 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2014, 2015

73 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2014, 2015

74 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2014, 2015

75 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2015, 2016

76 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2015, 2016

77 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(39)

mobilisasi personil dari bidang jasa konsultansi pada triwulan keempat adalah 100 persen dangan realisasi sebesar 98,70 persen78.

Perkembangan Mobilisasi Personil pada bidang non-fisik selama tahun 2016 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target yang dipasang dalam hal mobilisasi personil triwulan pertama adalah 25 persen dengan realisasi sebesar 26,24 persen79.Target mobilisasi personil dari jasa konsultansi pada triwulan

kedua adalah sebesar 50,56 persen dengan realisasi sebesar 51,96 persen80. Target mobilisasi personil yang dipasang pada triwulan

ketiga adalah sebesar 75,28 persen dengan realisasi sebesar 75,54 persen81. Target mobilisasi personil jasa konsultansi pada triwulan

keempat tahun anggaran 2016 adalah 100 persen dengan realisasi sebesar 98,81 persen82.

F.1.5. Permasalahan pada Proyek Jalan Tol Akses Tanjung

Priok Phase 1

78 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2015, 2016

79 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2016, 2017

80 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2016, 2017

81 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2016, 2017

82 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(40)

Permasalahan yang terjadi baik pada bidang fisik dan non-fisik selama tahun 2012 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Fase triwulan pertama tahun anggaran 2012 memiliki beberapa masalah yang memengaruhi jadwal dan penerapan, seperti pada jasa konsultansi memiliki masalah, yaitu usulan perpanjangan penutupan loan selama 2,5 tahun yang telah disusulkan sebelumnya belum mendapatkan persetujuan dari Bappenas dan juga Kementerian Keuangan. Masalah ini telah ditindak lanjuti dengan monitoring proses perpanjangan dari tanggal penutupan loan. Jasa konstruksi

seksi E-2 juga menemui masalah yang memengaruhi jadwal dan penyerapan yaitu monitoring dari status pembebasan lahan yang ditindak lanjuti dengan cara koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka pembebasan lahan83.

Masalah yang memengaruhi jadwal dan penyerapan pada triwulan kedua ini yaitu adanya keterlambatan pembayaran dari triwulan sebelumnya karena dokumen pembayaran masih sedang disiapkan oleh konsultan. Selain itu, DIPA tahun anggaran 2012 yang tersedia untuk jasa konsultansi sebesar 21 miliar Rupiah, estimasi dari rencana penyerapan untuk tahun anggaran 2012 sebesar 29 miliar Rupiah dengan catatan bahwa addendum nomor 5 telah mendapat

83 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(41)

persetujuan JICA. Hal ini menjadikan perlu diadakannya usulan revisi dari DIPA tahun anggaran 2012. Sementara itu, pada seksi jasa konstruksi memiliki masalah yaitu: Kontraktor menolak menerima lahan Porsi-2 karena dianggap belum bebas 100 % walaupun kontraktor telah melakukan loading test dari bored pile dan tes spun pile pada lokasi tersebut. Hal ini mengakibatkan perlu adanya peringatan yang lebih keras pada kontraktor melalui tingkat yang lebih tinggi di Direktorat Jenderal Bina Marga. Sementara itu masalah keuangan yang ditemukan pada triwulan ini antara lain adalah tidak adanya realisasi keuangan pada triwulan pertama tahun 2012, karena kemajuan fisik yang sangat lambat sampai dengan akhir Mei tahun 2012 sebesar 1,858 persen dari target pelaksanaan sebesar 20,855 persen (deviasi 18,996 persen), kemudian DIPA tahun anggaran 2012 yang tersedia untuk jasa konstruksi sebesar 313 miliar Rupiah, sedangkan estimasi rencana penyerapan sebesar 158,10 miliar Rupiah. Hal ini mengakibatkan perlu diusulkannya revisi DIPA tahun anggaran 201284.

Terjadi pula permasalahan pada triwulan ketiga tahun anggaran 2012. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, realisasi penyerapan keuangan pada seksi E-2 di Triwulan ketiga ini adalah nol. Nihilnya realisasi penyerapan keuangan pada jasa konstruksi seksi E-2

84 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(42)

disebabkan oleh karena total pembayaran masih di bawah 15 miliar Rupiah (batas minimum yang dapat dibayar). Permasalahan keuangan lain nya pada triwulan ini adalah DIPA yang tersedia untuk jasa konstruksi paket 2: Seksi E-2 adalah sebesar 313 miliar Rupiah, sedangkan estimasi rencana penyerapan untuk tahun anggaran 2012 sebesar 128,117 miliar Rupiah. Hal ini mengakinatkan perlu diadakannya revisi pada DIPA tahun anggaran 2012. Keterlambatan dalam kemajuan bidang fisik terjadi juga pada triwulan ini yang disebabkan oleh masalah perlengkapan dan masih adanya utilitas di lokasi pekerjaan pelebaran jalan arteri yang ditindak lanjuti dengan percepatan proses pembayaran. Terjadi pula masalah pada bagian pembebasan lahan, yang mana masih ada beberapa warga yang belum sepakat dengan besarnya ganti rugi yang diberikan. Selain itu, pada bidang utilitas, terjadi masalah dengan tidak adanya biaya dari PLN dan Telkom untuk merelokasi jaringan mereka di sana85.

Permasalahan yang ditemukan pada triwulan keempat 2012 ini antara lain adalah adanya perubahan target kemajuan fisik seksi E-2 untuk setiap triwulan. Perubahan tersebut yaitu:

85 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(43)

1. Target fisik triwulan pertama yang semula 14,20 persen berubah menjadi 0,73 persen

2. Target fisik triwulan kedua yang semula 27,00 persen berubah menjadi 2,08 persen

3. Target fisik triwulan ketiga yang semula 36,41 persen berubah menjadi 5,39 persen

4. Target fisik triwulan keempat yang semula 50,59 persen berubah menjadi 13,93 persen

Selain itu, akumulasi kemajuan fisik sampai dengan tanggal 22

November 2012 adalah sebesar 9,313 persen. Angka ini lebih buruk dari target yang ditentukan. Keterlambatan terjadi karena manajemen kontraktor yang kurang baik ditambah dengan kurangnya peralatan

bore pile dan kurangnya tenaga kerja di lapangan. Masalah lain yang

ditemukan pada triwulan ini adalah sisa lahan di daerah Kalibaru masih belum dapat diserahkan kepada kontraktor seluas 5.205 m2 atau

setara lima persen lahan yang belum dibebaskan. Masih ada pula warga di daerah Kalibaru yang belum sepakat dengan harga ganti rugi pembebasan lahan86.

Permasalahan yang terjadi baik pada bidang fisik dan non-fisik selama tahun 2013 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

86 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

(44)

Terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan tahun anggaran 2013 ini. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain adalah perlunya re-evaluasi untuk keterlambatan pelaksanaan pekerjaan struktur agar bisa mencapai target yang direncanakan. Kemudian sering rusaknya peralatan yang dibutuhkan dalam pembangunan membuat kemajuan yang dicapai menjadi jauh di bawah target, disertai dengan kurangnya tenaga kerja khususnya untuk pekerjaan besi yang membuat pekerjaan menjadi terhambat. Masalah pembebasan lahan masih menjadi masalah yang menghambat kemajuan pembangunan. Masih tersisa 12 bidang lahan yang belum dibebaskan87. re-evaluasi untuk keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

struktur ditindak lanjuti dengan penambahan peralatan dan tenaga kerja serta evaluasi manajemen kinerja kontraktor pada triwulan pertama 2014 guna menentukan tindak lanjut pencapaian target pekerjaan yang akan datang88. Kurangnya tenaga kerja ditindak lanjuti

dengan penambahan tenaga kerja89. Masalah pembebasan lahan

ditindak lanjuti dengan percepatan pembebasan lahan90.

Permasalahan yang terjadi baik pada bidang fisik dan non-fisik selama tahun 2014 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

87 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2013, 2014

88 Ibid.

89 Ibid.

(45)

Permasalahan yang terjadi pada tahun anggaran 2014 ini antara lain yaitu: Akumulasi kemajuan fisik dari seksi E-2 yang jauh di bawah target, yaitu sebesar 66,36 persen dengan target yang direncanakan sebesar 97,04 persen91. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

diakibatkan oleh masalah-masalah teknis yang terjadi di lapangan. Kemajuan fisik dari proyek seksi E-2 umumnya terhambat oleh permasalahan pada peralatan di lapangan, kerusakan pada beam

launcher pada awal perakitan, dan kurangnya tenaga kerja92. Hal ini

menyebabkan tidak adanya penyerapan untuk IPC kontraktor pada seksi E-2 pada triwulan keempat. Hal ini membuat penyerapan pada seksi E-2 terhambat sampai pada pertengahan tahun 201593.

Permasalahan-permasalahan di atas ditindak lanjuti dengan percepatan penyelesaian masalah teknis dan peningkatan kemajuan fisik agar ada penyerapan kedepannya untuk permasalahan nihilnya penyerapan pada seksi E-2 pada triwulan keempat. Sementara itu, untuk permasalahan peralatan dan tenaga kerja ditindak lanjuti dengan optimalisasi peralatan serta penambahan jumlah tenaga kerja dan evaluasi manajemen kinerja kontraktor guna menentukan tindak lanjut pencapaian target pekerjaan yang akan datang.

91 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2014, 2015

(46)

Permasalahan yang terjadi baik pada bidang fisik dan non-fisik selama tahun 2015 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Permasalahan yang terjadi pada bidang jasa konstruksi adalah: Akumulasi kemajuan fisik yang masih jauh di bawah target. Realisasi dari kemajuan fisik adalah sebesar 71,34 persen sementara target yang dipasang adalah 100 persen. Pekerjaan pembongkaran dan pembangunan kembali struktur utama yang mengalami cacat mutu mengalami keterlambatan karena mobilisasi alat dan tenaga kerja94.

Selain itu, tenaga kerja, khususnya untuk pekerjaan besi tidak

mencukupi. Tidak adanya penyerapan keuangan pada triwulan pertama sampai dengan triwulan keempat disebabkan karena

dilakukannya “withhold” terhadap pembayaran dengan nilai

“withhold” total berdasarkan hasil core sementara sebesar

263.126.735.009 Rupiah95 dan untuk niali “withhold” per bulan

dilakukan penyesuaian dengan kemajuan pekerjaan sehingga nilai akhir yang akan dibayarkan sebesar nol Rupiah, selain itu kemajuan fisik juga masih rendah. Permasalahan cacat mutu ditindak lanjuti dengan cara intensifikasi metode pelaksanaan mitra kerja lokal/sub-kontraktor lainnya. Permasalahan tidak adanya penyerapan keuangan

94 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2015, 2016

(47)

ditindak lanjuti dengan diperlukannya akselerasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Permasalahan yang terjadi baik pada bidang fisik dan non-fisik selama tahun 2016 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Permasalahan fisik pada jasa konstruksi yang ditemui pada tahun anggaran 2016 antara lain adalah: Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan struktur akibat masalah teknis, tidak cukupnya tenaga kerja di lapangan khususnya untuk pekerjaan besi96. Sementara itu,

permasalahan keuangan pada jasa konstruksi adalah: Tidak adanya penyerapan untuk IPC kontraktor Seksi E-2 sampai dengan triwulan

keempat tahun 2016 karena dilakukannya “withhold” terhadap

pembayaran dengan nilai “withhold” total sebesar 175.492.903.043

Rupiah97, dan untuk nilai “withhold” per bulan dilakukan penyesuaian

dengan kemajuan pekerjaan sehingga nilai akhir yang akan dibayarkan sebesar nol Rupiah98.

F.2. TANJUNG PRIOK ACCESS ROAD CONSTRUCTION

PROJECT PHASE 2

96 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi

Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2016, 2017

Referensi

Dokumen terkait

Bakteri Escherichia coli Pada Jus Jeruk Yang Dijual Di Kantin Yang Ada Di Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 2010”.. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dibuat

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan campuran ampas bir dan onggok dalam konsentrat tidak menurunkan kecernaan bahan kering

Skripsi dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas VII Menginterpretasi Data Infografis Covid-19 Melalui Problem Based Learning Pada Materi Statistika” disusun untuk memenuhi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa tingkat efektivitas dari pajak hotel dan restoran sudah efektif, tetapi kontribusi yang diberikan pajak hotel dan restoran

Untuk menyatakan apakah garis yang diperoleh cukup baik untuk menggambarkan hubungan antara peubah bebas (X) dengan peubah tak bebas(Y) dapat dilakukan pengujian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen tidak selalu menilai kualitas merek pakaian dari negara brand origin dengan produk domestik bruto tinggi memiliki

Bagi Penyedia Jasa atau Pemilik Kapal yang sedang menjalani pemeriksaan oleh instansi yang terkait, antara lain pihak kepolisian, TNI, Bea Cukai, Perpajakan, atas

Setelah didestruksi sampel direaksikan dengan natrium hidroksida (NaOH) dengan cara dipipet hasil destruksi sebanyak 5 tetes ditambah dengan NaOH sebanyak 2 sampai 3