• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan pokok bahasan yang berkenaan dengan pendekatan dan metode penelitian, rancangan lokasi dan subjek penelitian, pengembangan instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode quasi eksperimen. Penelitian quasi eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan desain non equivalent control group design. Menurut Sugiyono (2016: 77) “desain quasi eksperimental mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”.

Penelitian menggunakan metode quasi eksperimen bertujuan untuk menilai pengaruh suatu tindakan terhadap tingkah laku atau menguji ada tidak nya pengaruh tindakan itu. Dalam penelitian ini ada dua kelompok yang dipilih secara tidak acak (non random) yaitu kelompok perlakuan (eksperimen) dan kelompok kontrol. Keduanya memperoleh pretest dan posttest. Dalam pelaksanaan penelitian eksperimen, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diatur secara intensif sehingga kedua variabel mempunyai karakteristik yang sama atau mendekati sama. Yang membedakan dari kedua kelompok adalah kelompok eksperimen diberi perlakuan bimbingan kelompok berbasis cinema therapy sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan seperti keadaan biasanya. Perbedaan hasil dalam variabel dependen pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat menunjukkan efektif atau tidak nya perlakuan yang diberikan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(2)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O X O

Kontrol O - O

Keterangan :

X : Bimbingan kelompok berbasis cinema therapy O : Pretest – Posttest

B. Rancangan Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Tasikmalaya. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Tasikmalaya. Banyak nya populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 320 siswa, yang terbagi ke dalam sembilan kelas, dengan rincian setiap kelas nya sebagai berikut :

Tabel 3.2 Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa

1 XI MIPA 1 37 2 XI MIPA 2 35 3 XI MIPA 3 37 4 XI MIPA 4 36 5 XI MIPA 5 35 6 XI IPS 1 35 7 XI IPS 2 35 8 XI IPS 3 34 9 XI IPS 4 36 Jumlah 320

Menurut Sugiyono, (2016: 81) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pengukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dalam

(3)

melaksanakan penelitian suatu objek. Untuk menentukan besarnya sampel bisa dilakukan dengan statistik atau berdasarkan estimasi penelitian. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya, dengan istilah lain harus representatif (mewakili).

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik voluntary sampling. Menurut Murairwa (2015: 186) “voluntary sampling yaitu pemilihan sampel dari responden potensial yang bersedia dan berkualifikasi untuk berpartisipasi dalam survei”. Alasan peneliti menggunakan teknik voluntary sampling karena teknik ini termasuk ke dalam teknik non probability sampling dimana pengambilan sampel didasarkan pada kriteria tertentu seperti status, kuantitas, kesukarelaan. Kemudian quasi eksperimen desain non equivalent control group design pada kelompok perlakuan (eksperimen) dan kelompok kontrol dipilih secara tidak acak (non random).

Kriteria pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol nya berdasarkan pada pengambilan sampel yang ditentukan peneliti dengan mempertimbangkan kriteria yang sesuai dengan struktur penelitian. Kriteria yang dimaksud adalah :

1. Siswa yang mempunyai resiliensi dengan kategori sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah.

2. Siswa yang bersedia mengikuti layanan bimbingan kelompok berbasis cinema therapy.

3. Kelompok pemberian layanan dengan jumlah siswa yang sama berdasarkan jenis kelamin dan usia yang setara.

C. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu bimbingan kelompok berbasis cinema therapy sebagai variabel bebas (independent) dan resiliensi sebagai variabel terikat (dependent).

(4)

a. Resiliensi

Resiliensi berasal dari kata Latin “resilire” yang artinya melambung kembali. Menurut Merriam Webster kata resiliensi berkaitan dengan ketahanan, elastis, dan kembali ke bentuk asli nya. Dalam Merriam Webster mengulas beberapa makna dari resiliensi (noun) yaitu potensi, kekuatan, kegigihan, elastisitas, fleksibilitas, ketabahan, dan kemandirian. Sedangkan makna resiliensi (verb) antara lain kemampuan untuk bertahan atau menyesuaikan diri dengan tantangan, ketangguhan dalam kesediaan nya untuk menerima kegagalan sebagai pengalaman belajar yang berharga, ketangguhan dan optimisme nya sepanjang perjuangan.

Resiliensi menurut Reivich & Shatte (Hendriani, 2018: 25) merupakan kemampuan individu untuk merespon dengan cara yang sehat dan produktif ketika berhadapan dengan kesulitan atau trauma yang yang diperlukan untuk mengelola tekanan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Grotberg (Hendriani, 2018: 25) resiliensi merupakan kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi serta kapasitas manusia untuk menghadapi dan memecahkan masalah setelah mengalami kesengsaraan. Adapun menurut Masten, (Lopez dkk, 2015: 106) resiliensi adalah sebuah kelas fenomena yang ditandai dengan adanya pola dari adaptasi positif di dalam konteks kesulitan atau resiko yang signifikan.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa resiliensi dalam penelitian ini merupakan kemampuan individu yang mencerminkan kekuatan dan ketangguhan untuk bangkit dengan cara yang sehat dan produktif dari pengalaman emosional negatif saat menghadapi situasi sulit yang menekan, yang ditandai dengan muncul nya aspek-aspek berikut ini :

1) Regulasi emosi (emotion regulation), indikator nya adalah tenang dalam menghadapi masalah dan fokus pada permasalahan yang ada.

2) Pengendalian impuls (impuls kontrol), indikator nya adalah kemampuan mengendalikan emosi negatif dan kemampuan mengelola emosi negatif. 3) Optimisme (optimism), indikator nya adalah memiliki keyakinan bahwa

segala sesuatu akan menjadi baik dan yakin mampu menghadapi segala situasi.

(5)

4) Analisis kausal (causal analysis), indikator nya adalah mampu membuat solusi atas masalah yang dihadapi dan tidak menyalahkan orang lain atas kesalahan yang diperbuat.

5) Empati (empathy), indikator nya adalah mampu memaknai perilaku verbal orang lain dan mampu memaknai perilaku non-verbal orang lain.

6) Efikasi diri (self efficacy), indikator nya adalah memiliki keyakinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan memiliki keyakinan untuk sukses. 7) Pencapaian (reaching out), indikator nya adalah tidak malu apabila

mengalami kegagalan dan berani untuk mengoptimalkan kemampuan.

b. Bimbingan Kelompok Berbasis Cinema Therapy

Bimbingan kelompok menurut Rusmana (2009: 13) yaitu suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi. Sedangkan Winkel (Asmara, 2007: 29) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dalam penelitian ini adalah salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk memberikan bantuan serta arahan dalam membahas masalah atau topik-topik umum yang menjadi kepentingan bersama yang dilaksanakan oleh beberapa orang dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang ditandai dengan adanya interaksi dalam kelompok berupa saling menyampaikan pendapat, perasaan, permasalahan, tanggapan, kritik, saran, dan pengalaman.

Cinema therapy menurut Gregerson, (2010: 89) yaitu alat atau teknik dalam terapi, konseling, dan pembinaan untuk membantu individu atau sekelompok orang agar menjadi sadar dan dapat mengatasi masalah kehidupan nyata. Adapun menurut Suarez (Wicaksono, 2018: 305) terapi film adalah proses

(6)

menggunakan film dalam terapi sebagai metafora untuk meningkatkan pertumbuhan dan wawasan klien.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa cinema therapy dalam penelitian ini merupakan media komunikasi pada audiens yang memiliki kekuatan untuk memberi pengaruh positif pada penonton sehingga penonton dapat menginternalisasikan nilai yang terkandung di dalam film dan meniru peran yang dilakukan oleh tokoh utama.

Maka merujuk pada beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok berbasis cinema therapy yaitu salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk memberikan bantuan serta arahan dalam membahas masalah atau topik-topik umum yang menjadi kepentingan bersama yang dilaksanakan oleh beberapa orang dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan media film sebagai pemberi pengaruh positif dan pemberian makna yang dapat diaplikasikan di dunia nyata.

2. Penyusunan Kisi-Kisi Instrumen

Teknik pengumpulan data yang paling utama digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui kuesioner atau angket. Sugiyono, (2016: 142) memaparkan bahwa “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Angket dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert. Sugiyono (2016: 93) mengemukakan “skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Bentuk skala Likert dalam instrumen ini dipaparkan sebagai berikut :

(7)

Tabel 3.3

Bentuk Skala Dalam Instrumen SS Sangat Sesuai

S Sesuai

N Netral

TS Tidak Sesuai

STS Sangat Tidak Sesuai

Kisi-kisi instrumen resiliensi dikembangkan dari definisi operasional variabel berdasarkan teori Reivich & Shatte (Hendriani, 2016: 51) dengan beberapa aspek pengungkap yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, analisis kausal, empati, efikasi diri, dan pencapaian. Kisi-kisi instrumen resiliensi disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Resiliensi (Sebelum Uji Coba)

No Aspek Indikator Nomor Item

Jml Fav Unfav 1 Regulasi Emosi (Emotion Regulation)

Tenang dalam menghadapi masalah 1,13 22,34 4 Fokus pada permasalahan yang ada 4,15 25,47 4

2 Pengendalian Impuls (Impuls Kontrol)

Kemampuan mengendalikan emosi negatif

5,19 27,36 4

Kemampuan mengelola emosi negatif 7,26 3,50 4

3 Optimisme (Optimism)

Memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu akan menjadi baik

10,30 8,14 4

Yakin mampu menghadapi segala situasi

2,42 24,40 4

4 Analisis Kausal

Mampu membuat solusi atas masalah yang dihadapi

(8)

(Causal analysis)

Tidak menyalahkan orang lain atas kesalahan yang diperbuat

9,23 6,52 4

5 Empati (empathy)

Mampu memaknai perilaku verbal orang lain

16,32 38,54 4

Mampu memaknai perilaku non-verbal orang lain

28,55 20,44 4

6 Efikasi diri (self-efficacy)

Memiliki keyakinan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi

11,17 29,37 4

Memiliki keyakinan untuk sukses 18,31 39,45 4 7 Pencapaian

(reaching out)

Tidak malu apabila mengalami kegagalan

33,41 46,53 4

Berani untuk mengoptimalkan kemampuan

43,49 48,51 4

Jumlah 56

3. Penimbangan dan Uji Validasi Instrumen a. Uji Kelayakan Instrumen

Sebelum instrumen resiliensi yang telah disusun disebarkan pada para responden, perlu dilakukan uji kelayakan instrumen (judgement). Judgement dilakukan oleh Aam Imaduddin, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Feida Noorlaila Isti’adah, M.Pd selaku dosen pembimbing II. Judgement bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten, yaitu kesesuaian item pernyataan yang telah disusun dengan landasan teoritis dan ketepatan bahasa yang digunakan.

b. Uji Keterbacaan Item

Sebelum instrumen diuji secara empiris, terlebih dahulu diuji keterbacaan kepada sampel setara. Uji keterbacaan dilakukan agar dapat memperbaiki redaksi kata yang sulit dipahami oleh subjek penelitian. Pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian di revisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat di mengerti oleh siswa kelas XI SMA Negeri 2 Tasikmalaya.

(9)

c. Uji Validitas

Sugiyono, (2016: 121) menyatakan bahwa “instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid”. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas adalah uji ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur dalam mengukur apa yang sedang ingin diukur.

Pengujian validitas butir item menggunakan rumus korelasi pearson product-moment dengan cara satu persatu pernyataan di uji terlebih dahulu dengan menggunakan Microsoft Excel 2013. Pengujian yang dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor total dengan rumus yang terdapat dalam Sugiyono, (2016: 183) sebagai berikut :

r y x =

 

 

 

 2 2 2 2 y y n x x n y x xy n Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi yang dicari

xy : Jumlah perkalian antara skor x dan skor y x2 : Jumlah skor x yang dikuadratkan

y2 : Jumlah skor y yang dikuadratkan

Selanjutnya dengan mencari thitung dengan menggunakan rumus t menurut Sugiyono, (2016: 184) sebagai berikut :

2

2

1

n

t

r

r

-=

-Dengan keterangan :

t : Harga thitung untuk tingkat signifikansi r : Koefisien korelasi

n : Banyaknya subjek

Setelah diperoleh nilai thitung, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan dengan ttabel untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan ketentuan thitung > ttabel. Pendekatan uji signifikan dilakukan untuk menentukan

(10)

valid tidak nya suatu butir pernyataan dengan rumus jika thitung lebih besar

daripada ttabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid. Dan sebaliknya, jika thitung lebih kecil daripada ttabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid. Maka hasil uji validitas instrumen resiliensi dipaparkan pada tabel berikut ini :

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Instrumen Resiliensi

Kesimpulan Item Jum

lah Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 53, 54, 55, 56. 55 Tidak Valid 52 1 d. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono, (2016: 121) “instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama”. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefesien. Koefisien yang tinggi berarti reliabilitas yang tinggi. Pengukuran yang diulang-ulang akan mendapatkan hasil yang sama, maka reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu insturmen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Dalam pengujian reliabilitas dalam instrumen ini menggunakan perhitungan SPSS for windows 23 dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha. Penggunaan teknik ini berdasarkan pertimbangan perhitungan reliabilitas skala. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas dalam penelitian dengan taraf signifikansi 5% diolah dengan metode statistik menggunakan SPSS for windows 23 apabila r hitung > r tabel, maka butir item pernyataan reliabel. Apabila r hitung < r tabel, maka butir item pernyataan tidak reliabel.

(11)

Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas menurut Sugiyono, (2016: 184) yang terdapat pada tabel berikut :

Tabel 3.6

Kriteria Tolak Ukur Koefisien Reliabilitas No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

2 0,60 – 0,799 Kuat

3 0,40 – 0,599 Sedang

4 0,20 – 0,399 Rendah

5 0,00 – 0,199 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil data uji coba yang telah dihitung melalui aplikasi SPSS for windows 23, diperoleh perhitungan reliabilitas seluruh instrumen dengan rumus koefisien alpha yaitu sebesar 0, 877.

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Instsrumen Bentuk Instrumen Koefisien

Reabilitas Kategori

Bentuk Checklist 0, 877 Reliabel

(Sangat Kuat)

Dari hasil penghitungan data dengan menggunakan SPSS for windows 23 pada 56 item pernyataan diperoleh harga reliabilitas (rhitung) sebesar 0, 877 pada α = 0,05. Berdasarkan pada tabel diatas, diketahui harga reliabilitas instrumen berada pada derajat keterandalan sangat kuat. Artinya instrumen resiliensi mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten serta layak untuk digunakan dalam penelitian.

4. Pedoman Skoring

Menurut Sugiyono (2016: 93) “jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat

(12)

negatif”. Bentuk skala dalam instrumen ini mengacu pada model skala Likert di mana masing-masing item membentuk item favorabel dan unfavorabel.

Untuk item favorabel, skor bergerak dari 5 untuk sangat sesuai (SS), 4 untuk sesuai (S), 3 untuk netral (N), 2 untuk tidak sesuai (TS), dan 1 untuk sangat tidak sesuai (STS). Demikian juga untuk item unfavorabel, skor 1 untuk sangat sesuai (SS), 2 untuk sesuai (S), 3 untuk netral (N), 4 untuk tidak sesuai (TS), 5 untuk sangat tidak sesuai (STS). Norma skoring resiliensi menurut Sugiyono (2016: 94) terdapat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.8 Norma Skoring Alternatif Jawaban Skor Favorabel Unfavorabel Sangat Sesuai 5 1 Sesuai 4 2 Netral 3 3 Tidak Sesuai 2 4

Sangat Tidak Sesuai 1 5

5. Revisi dan Finalisasi Instrumen

Item-item instrumen yang memenuhi kualifikasi dihimpun dan diperbaiki sesuai kebutuhan sehingga dihasilkan seperangkat instrumen yang siap untuk digunakan dalam pengumpulan data terhadap subjek penelitian.

(13)

Tabel 3.9

Kisi-kisi Instrumen Resiliensi (Setelah Uji Coba)

No Aspek Indikator Nomor Item

Jml Fav Unfav 1 Regulasi Emosi (Emotion Regulation)

Tenang dalam menghadapi masalah 1,13 22,34 4 Fokus pada permasalahan yang ada 4,15 25,47 4

2 Pengendalian Impuls (Impuls Kontrol)

Kemampuan mengendalikan emosi negatif

5,19 27,36 4

Kemampuan mengelola emosi negatif 7,26 3,50 4

3 Optimisme (Optimism)

Memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu akan menjadi baik

10,30 8,14 4

Yakin mampu menghadapi segala situasi 2,42 24,40 4 4 Analisis Kausal (Causal analysis)

Mampu membuat solusi atas masalah yang dihadapi

21,35 12,56 4

Tidak menyalahkan orang lain atas kesalahan yang diperbuat

9,23 6 3

5 Empati (empathy)

Mampu memaknai perilaku verbal orang lain

16,32 38,54 4

Mampu memaknai perilaku non-verbal orang lain

28,55 20,44 4

6 Efikasi diri (self-efficacy)

Memiliki keyakinan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi

11,17 29,37 4

Memiliki keyakinan untuk sukses 18,31 39,45 4 7 Pencapaian

(reaching out)

Tidak malu apabila mengalami kegagalan

33,41 46,53 4

(14)

kemampuan

Jumlah 55

D. Teknik Analisis Data

Setelah memperoleh data melalui instrumen kemudian data tersebut diolah dan dianalisis agar hasilnya dapat diketahui dan menjawab pertanyaan peneliti. Menurut Sugiyono, (2016: 147) “analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul”.

Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutan masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut :

1. Pertanyaan penelitian satu tentang gambaran umum resiliensi pada siswa dijawab dengan menggunakan presentase jawaban peserta didik tentang resiliensi yang dilakukan dengan mengkonversi skor mentah menjadi skor matang dengan mencari skor maksimal, skor minimal, mean (rata-rata), sbi (simpangan baku ideal), kemudian mencari interval untuk mendapatkan pengkategorian skor yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah. Penelitian ini menggunakan kategorisasi menurut Widoyoko, (2018: 238) yang dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 3.10

Kategorisasi Menurut Widoyoko

Rumus Kategori

X > M + 1,8 x sbi Sangat Tinggi M + 0,6 x sbi < X < M + 1,8 x sbi Tinggi

M - 0,6 x sbi < X < M + 0,6 x sbi Cukup M - 1,8 x sbi < X < M - 0,6 x sbi Rendah

(15)

Setiap kategori interval mengandung pengertian sebagai berikut : Tabel 3.11

Makna Kategori Resiliensi Siswa

Kategori Deskripsi

Sangat Tinggi Siswa pada level ini telah mencapai tingkat resiliensi yang maksimal pada setiap aspek dan indikatornya ( 94,6 - 100% ), dengan kata lain siswa pada level ini memiliki tingkat resiliensi yang sangat tinggi.

Tinggi Siswa pada level ini telah mencapai tingkat resiliensi yang maksimal pada setiap aspek dan indikatornya ( 82,1 - 90,8% ), dengan kata lain siswa pada level ini memiliki tingkat resiliensi yang sangat tinggi.

Cukup Siswa pada level ini telah mencapai tingkat resiliensi yang cukup maksimal pada setiap aspek dan indikatornya ( 73 – 81,7% ), dengan kata lain siswa pada level ini memiliki tingkat resiliensi yang cukup.

Rendah Siswa pada level ini telah mencapai tingkat resiliensi yang kurang maksimal pada setiap aspek dan indikatornya ( 65,7 – 72,6% ), dengan kata lain siswa pada level ini memiliki tingkat resiliensi yang rendah.

Sangat Rendah Siswa pada level ini telah mencapai tingkat resiliensi yang belum maksimal pada setiap aspek dan indikatornya ( 54,3 – 62,7% ), dengan kata lain siswa pada level ini memiliki tingkat resiliensi yang sangat rendah.

2. Pertanyaan penelitian dua tentang rancangan bimbingan kelompok berbasis cinema therapy untuk meningkatkan resiliensi siswa dirancang setelah penyebaran pretest. Program bimbingan kelompok berbasis cinema therapy ini dirancang berdasarkan pada skor aspek terendah. Hasil rancangan program bimbingan kelompok berbasis cinema therapy untuk meningkatkan resiliensi siswa tersaji pada lampiran.

(16)

3. Pertanyaan penelitian tiga dirumuskan ke dalam hipotesis “apakah terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukan bimbingan kelompok berbasis cinema therapy”. Keefektifan treatment terhadap sampel penelitian dapat diketahui melalui pengolahan dan analisis data penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif. Uji statistik untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang digunakan adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, uji homogenitas One Way Anova, dan terakhir uji Independent Sample T Test dengan menggunakan SPSS for windows 23.

Gambar

Tabel 3.1  Desain Penelitian
Tabel 3.8  Norma Skoring  Alternatif Jawaban  Skor   Favorabel  Unfavorabel  Sangat Sesuai  5  1  Sesuai  4  2  Netral  3  3  Tidak Sesuai  2  4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertolak dari adanya permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Keterampilan mengelola kelas sangat diperlukan bagi seorang guru agar suasana

Melalui proses fermentasi bakteri Acetobacter xylinum, selulosa mikrobial yang di doping dengan suatu unsur yang terdapat pada sistem periodik seperti polimer sintetik lain

Pada tahun 2008 penulis melakukan penelitian untuk tugas akhir pendidikan yang berjudul: Analisis Pengaruh Marketing Public Relations (MPR) terhadap Loyalitas Pelanggan Hotel

Dari Gambar 3 di atas dapat dilihat, pada bioreaktor A grafik mengalami peningkatan konsentrasi nilai BOD diwaktu analisis sampel pertama, hal ini dikarenakan masih terjadinya

PENENTUAN KADAR MINYAK YANG TERDAPAT PADA TANDAN BUAH KOSONG SESUDAH PROSES PEMIPILAN SECARA SOKLETASI..

Etika Islam adalah merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepercayaan kepada tuhan, dan sudah tentu berdasarkan kepada agama, dengan demikian al-Qur’an dan al-Hadis adalah

Dengan menurunnya jumlah peminat Program Studi Hubungan Masyarakat hingga memicu dugaan-dugaan seperti di atas, maka kami tertarik untuk meneliti lebih dalam apakah

Postes dilakukan setelah perlakuan (treatment) diujicobakan pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Hasil- hasil tersebut akan diuji signifikansinya melalui uji