• Tidak ada hasil yang ditemukan

LABEL VISUAL PERINGATAN PADA BUNGKUS ROK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LABEL VISUAL PERINGATAN PADA BUNGKUS ROK"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia Tenggara. Besarnya populasi ini menjadi potensi sekaligus tantangan bagi Indonesia, di satu sisi Indonesia memiliki aset sumber daya manusia yang besar, namun di sisi lain tidaklah mudah mencapai Indonesia sehat dan sejahtera. Terutama apabila melihat salah satu permasalahan di dunia kesehatan Indonesia, rokok, yang sampai saat ini masih menjadi momok. Merokok yang didefinisikan sebagai kegiatan menghisap tembakau telah menjadi tradisi sebagian masyarakat dari generasi ke generasi di Indonesia. Menduduki posisi penghisap rokok terbanyak ketiga di dunia, dengan jumlah perokok mencapai 62 juta dari 1,1 miliar perokok di dunia atau sebesar 32,2 persen penduduk, Indonesia perlu mengakui bahwa permasalahan rokok merupakan masalah yang serius dan perlu ditanggulangi bersama.1,2 Hal ini berdasarkan kepada buruknya pengaruh rokok pada kesehatan dan kesejahteraan baik pada perokok sebagai individu secara khusus maupun negara Indonesia secara umum.

(2)

yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas gizi dan kelayakan hidupnya.6 Selain kerugian ekonomi individu membeli rokok, total pengeluaran pemerintah untuk menanggulangi akibat tembakau berupa biaya kesehatan, pengobatan dan kematian mencapai 126,4 triliun rupiah.7 Seluruh kerugian yang dialami baik oleh individu maupun bagi negara tentunya akan berkurang apabila jumlah perokok di Indonesia dapat dikurangi.

Berbagai kebijakan telah ditentukan oleh pemerintah untuk menangani masalah merokok, namun keputusan seseorang untuk berhenti merokok dan menggantinya dengan kebiasaan yang lebih baik tentunya kembali kepada individu yang bersangkutan. Kesadaran akan bahaya merokok dan segala potensi buruk yang dapat ditimbulkan dengan merokok menjadi poin yang sangat penting. Pemerintah telah berupaya untuk menyampaikan bahaya merokok dengan mewajibkan produsen rokok menuliskan bahaya merokok di bungkus rokok dan pengiklanan.8 Namun, berdasarkan hasil studi Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK UI) pada tahun 1907, walau lebih dari 90 persen masyarakat pernah membaca label peringatan itu, 42,5 persen responden tidak percaya, 25 persen tidak termotivasi berhenti merokok, 25 persen tidak perduli, dan 19 persen tidak mengerti.9

(3)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

 Bagaimana label visual peringatan pada bungkus rokok dapat diimplementasikan di Indonesia?

 Bagaimana potensi label visual peringatan pada bungkus rokok untuk mengurangi angka perokok?

1.3 Uraian Singkat Gagasan

Label visual peringatan pada bungkus rokok merupakan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintahan di berbagai negara di dunia. Label visual peringatan berupa gambar/foto jelas masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok dan melekat pada setiap sampul bungkus rokok.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan penghentian kebiasaan merokok bagi perokok.

1.4.2 Tujuan Khusus

- Ditingkatkannya pengetahuan mengenai epidemiologi dan perilaku merokok. - Ditingkatkannya pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengarui

keberhasilan menghentikan kebiasaan merokok.

- Diidentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi metode visual dalam edukasi kesehatan.

(4)

1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Bagi Masyarakat

Melalui karya tulis ini, wawasan masyarakat dan kewaspadaan bahaya merokok lebih meningkat dan menghentikan merokok sekarang juga.

1.5.2 Bagi Lembaga Kesehatan

Karya tulis ini dapat digunakan sebagai masukan yang berarti dalam merancang program kesehatan dengan memasukan peringatan rokok secara visual sebagai upaya menekan jumlah perokok di Indonesia.

1.5.3 Bagi Bidang Ilmiah

Karya tulis ini dapat menjadi masukan metode edukasi kesehatan yang efektif untuk perubahan perilaku masyarakat.

1.5.4 Bagi Penelitian

(5)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Rokok

2.1.1 Pengertian Rokok

Rokok adalah gulungan tembakau berbalut kertas atau bahan tipis lainnya dengan ukuran 70 hingga 119 milimeter, diameter sekitar 10 milimeter bergantung jenis dan tipe rokok. Merokok merupakan kegiatan membakar rokok di ujung yang satu dengan menghisap asapnya dari ujung yang lain.10 Terdapat bagian asap yang langsung dihisap, hasil hembusan kembali, dan bakaran di ujung luar rokok.11 Saat ini, selain rokok buatan rumah tangga, rokok diproduksi secara pabrikan dengan bentuk kemasan yang mudah dibawa dan sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan rokok ini telah disertai dengan pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang ditimbulkan akibat merokok.10

Penggunaan rokok sendiri telah bergeser jauh dibandingkan tujuan awalnya. Rokok pertama kali digunakan oleh bangsa Maya, Aztek dan Indian di Amerika untuk ritual pemujaan dewa ataupun roh. Sedangkan di Indonesia, pada mulanya rokok dibuat dalam usaha pencarian obat asma. Namun saat ini, merokok dijadikan kesenangan, kebiasaan, tanda persahabatan dan persaudaraan, hingga simbol kejantanan pria.12,13

2.1.2 Epidemiologi

(6)

negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah cina dan India.1 Berdasarkan Riskesdas tahun 1907, persentase penduduk umur 10 tahun ke atas 22,7% merokok setiap hari, 5,5% merokok kadang-kadang yang mencapai jumlah 62 juta jiwa. Jika dilihat pada laki, hampir separuh penduduk laki-laki merokok setiap hari (45,8%) dengan rata-rata 12 batang rokok yang dihisap setiap harinya.2

Hal yang cukup mengkhawatirkan adalah karena 52,6% perokok berusia 15-23 tahun, yang adalah usia remaja hingga produktif. Usia produktif dengan rokok memang menjadi hal yang saling mempengaruhi. Di satu sisi, usia produktif ini adalah usia yang paling banyak terpapar dengan perokok. 2

2.1.3 Dampak Rokok

(7)

koroner dan stroke.11 Tidak hanya itu, merokok dapat menyebabkan gangguan dan penyakit kejiwaan seperti depresi maupun serangan ansietas.3

Disamping menyebabkan gangguan kesehatan, merokok juga dapat menyebabkan penurunan derajat kesejahteraan. Menurut data Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), 27,3% perokok berasal sari status ekonomi kurang, dan pada rumah tangga miskin ini, konsumsi untuk rokoknya menduduki rangking kedua (12,43%) setelah konsumsi beras (18,30%). Orang miskin di Indonesia mengeluarkan uangnya limabelas kali lebih besar untuk membeli rokok daripada membeli lauk pauk, serta enam kali lebih besar dari pendidikan dan kesehatan.6 Selain pengeluaran yang dibutuhkan untuk membeli rokok, total pengeluaran untuk menanggulangi akibat tembakau berupa biaya kesehatan, pengobatan dan kematian mencapai 126,4 triliun rupiah.7

2.1.4 Kebijakan Rokok di Indonesia dan Efektivitasnya

(8)

meski lebih dari 90 persen masyarakat pernah membaca peringatan kesehatan pada bungkus rokok, tapi 42,5 persen dari mereka tidak percaya karena tidak melihat bukti, sebanyak 25 persen tidak termotivasi berhentu merokok, 25 persen tidak perduli karena terlanjur ketagihan, dan 19 persen mengatakan tulisan tidak menjelaskan.9

2.2 Perilaku Merokok

2.2.1 Bentuk Perilaku Merokok

(9)

kegiatan merokok merupakan hal yang menjadi kebiasaan mereka. Dapat dikatakan pada tipe ini, merokok menjadi kebiasaan rutin.14

2.2.2 Tahapan Perilaku Merokok

Pada awalnya, seorang calon perokok akan mengalami tahap preparatory. Pada tahap ini, seseorang mendapat gambaran mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat dan hasil bacaan yang menimbulkan minat merokok. Kemudian akan tiba saat initiation, saat pertama kali seseorang mecoba merokok. Pada saat ini, seseorang akan memutuskan untuk menjadi seorang perokok atau tidak. Jika memutuskan untuk menjadi prokok, maka lama-kelamaan, jumlah batangan rokok yang dikonsumsi meningkat, saat sudah menyentuh angka empat batang dengan kecenderungan untuk merokok, maka memasuki tahapan becoming a smoker dan maintenance jika merokok telah menjadi bagian self-regulating saat merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. 15

Setelah memasuki tahapan akhir self-regulating, maka perokok akan cenderung mengalami banyak kesulitan untuk berhenti. Maka dari itu, sebenarnya periode intervensi memotong jalur ini adalah pada saat sebelum becoming a smoker, terutama pada tahapan preparatory dan initiation. Hal ini berdasar ide bahwa sebelum menjadi perokok rutin, maka perokok belum memiliki ketergantungan dan lebih mudah untuk tidak mengonsumsi rokok.21

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

(10)

2.2.3.1 Pengaruh Keluarga (khususnya orang tua)

Anak-anak yang memiliki anggota keluarga inti merokok memiliki kecenderungan untuk mengikuti jejak yang sama dengan keluarganya tersebut. Hal ini didasari oleh empat mekanisme utama, yaitu mekanisme imitasi, penanaman nilai, pengaruh psikologis serta minimnya edukasi. Orang tua dan saudara dekat dikaitkan sebagai model imitasi utama kehidupan seorang individu, termasuk kebiasaan merokok yang dimilikinya. Merokok dinilai sebagai sebuah kebiasaan normal yang wajar dilakukan oleh semua orang, bahkan terdapat anggapan bahwa seorang anak dikatakan dewasa jika telah merokok.15 Penelitian oleh Sumiyati, dkk pada tahun 1907 menemukan bahwa anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah menjadi perokok dibandingkan anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia.17,18

2.2.3.2 Pengaruh teman

Pergaulan pun memberikan peranan sangat besar dalam kebiasaan merokok. Bila semakin banyak remaja yang merokok maka makin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok dan demikian sebaliknya. Ditemukan bahwa 87% remaja perokok memiliki sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat perokok.14 Hal ini terjadi terutama pada usia remaja ke atas, saat seorang anak mulai memisahkan diri dari orang tua dan bergabung pada kelompok sebaya. Kebutuhan untuk diterima seringkali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima, dan terbebas dari sebutan merendahkan seperti “pengecut” atau “banci”.17,18

2.2.3.3 Faktor kepribadian

(11)

kemungkinan berhenti merokok (sumiyati 1907) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa faktor kepribadian individu berpengaruhi 22,98% perilaku merokok.18

2.2.3.4 Pengaruh iklan

Iklan Juga menjadi faktor utama penyebab perilaku merokok remaja, 17,18% perokok terpengaruh iklan, dengan melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran merokok adalah kebanggan, menunjukkan kecerdasarn, kejantanan, kemewahan, membuat remaja terpicu untuk mengikuti perilaku iklan tersebut14,18 Kemasan dan pelabelan acap kali tidak mencantumkan informasi maupun memberi tanda-tanda lain yang keliru dan

menyesatkan yang memberikan kesan yang salah tentang karakteristik, efek

kesehatan, bahaya dan emisi termasuk tiap perkataan, uraian, cap, gambar atau

tanda yang secara langsung atau tidak langsung menciptakan kesan yang salah

bahwa produk tembakau tertentu kurang berbahaya dibanding produk tembakau

lainnya termasuk pernyataan “low tar”, “light”, “ultra light”, “mild”.18

2.3 Penghentian Kebiasaan Merokok

2.3.1 Penyebab Menghentikan Kebiasaan Merokok

Pada kebanyakan kasus, seseorang berhenti merokok apabila diperintahkan oleh dokter yang merawatnya untuk berhenti, disamping alasan lain seperti pengaruh keluarga, teman, diri sendiri saat melihat diri dalam cermin dengan rokok,menyadari bahaya,dan menyadari jumlah pengeluaran yang digunakan untuk merokok.16

(12)

2.3.2 Penyebab Tidak Menghentikan Kebiasaan Merokok

Perokok yang tidak menghentikan kebiasaan merokoknya terutama karena mereka tidak benar-benar memahami bahaya yang ditimbulkan rokok dan merasa bahwa rokok dapat memberi efek yang dibutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari,seperti menghilangkan stress saat bekerja keras dan meningkatkan konsentrasi. Bahkan terkadang merokok bukan karena perokok menikmati merokok, namun karena merokok yang telah dijadikan bagian dari gaya hidup sehari-hari.17

Kurangnya edukasi yang efektif mengenai bahaya dan kerentanan seseorang terhadap gangguan kesehatan yang serius, serta desas-desus bahwa berhenti merokok dapat meningkatkan berat badan menyebabkan kurangnya motivasi dan keinginan menunda-nunda keinginan merokok.16,17

2.3.3 Metode Penghentian Kebiasaan Merokok

Untuk meyakinkan seseorang akan keputusannya untuk berhenti merokok, maka terdapat hal penting yang perlu disampaikan termasuk mengkomunikasikan keparahan konsekuensi akibat rokok (mis.merokok dapat menyebabkan penyakit hingga kematian), kerentanan dirinya (mis.hal ini dapat terjadi pada anda), respon yang bermanfaat (mis.berhenti dapat menghilangkan bahaya ini), dan keberhasilan (mis.kamu dapat melakukannya).19

(13)

untuk menjaga motivasi dan keputusannya tersebut.17 Konsultasi dengan konsultan berhenti merokok (metode asistensi), mekanisme kontrol, pertemuan rutin untuk meningkatkan motivasi dan kepatuhan menghentikan rokok juga diperlukan tiap minggu.16

Perlu diingat, metode yang dilakukan pada perokok dalam usahanya berhenti terkadang terbentur dengan gejala kecanduan. Maka dari itu dapat dilakukan terapi penggantian nikotin, permen karet nikotin, pill Chantix (yang bekerja menghambat reseptor nikotin, sehingga mengurangi perasaan nikmat saat mendapat nikotin).16

2.3.4 Penyebab Kembali Merokok Setelah Berhenti

Prinsip yang mendasar pada seorang perokok adalah kecanduan nikotin dan pernah merasakan efek yang diberikan oleh rokok. Kemudian, perokok yang memutuskan untuk berhenti juga terpengaruh oleh media promosi anti-rokok yang kurang menunjukkan metode berhenti merokok, serta menunjukkan bahwa berhenti merokok adalah hal yang sangat mudah dan sederhana. Namun, tidak selamanya terjadi seperti itu.16,19

(14)

merokok.19 Hal ini diakibatkan kurangnya perencanaan, sharing pengalaman dan pengawasan dalam masa terapi.16,19

2.4 Metode Visual Edukasi Kesehatan

2.4.1 Definisi Metode Visual Edukasi Kesehatan

Edukasi kesehatan memiliki arti penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui praktik pembelajaran atau instruksi dengan tujuan mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan memberi dorongan pada pengarahan diri, dan secata aktif memberikan informasi atau ide baru dalam bidang kesehatan. Sedangkan visual berarti semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca-indera mata.20,21 Media visual memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat juga memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat dan memberi hubungan emosional dengan yang melihat 21 Sedangkan label visual peringatan rokok yang diterapkan di berbagai negara menurut WHO Framework Conventional on Tobacco Control (FCTC) memiliki beberapa ketentuan, yang mengacu pada cantuman peringatan kesehatan mengenai rokok di tiap unit kemasan yang menguraikan pengaruh buruk konsumsi tembakau dan dapat memasukkan pesan-pesan lain yang disetujui oleh lembaga pemerintah yang berwenang, yang dapat diganti secara periodik, besar jelas dan terlihat dari luar, dengan luas setidaknya 30% dengan luas ideal 50% atau lebih sebagai area utama dengan bentuk gambar.22

2.4.2 Jenis-jenis Media Visual Edukasi Kesehatan

(15)

media grafis meliputi gambar/foto, sketsa, diagram /skema, bagan/chart. Sedangkan media proyeksi dapat berupa pemutaran informasi dengan menggunakan alat bantu proyektor elektronik, yang dapat banyak ditemukan pada penyuluhan-penyuluhan langsung ke masyarakat. Media yang paling umum digunakan adalah media gambar/foto, bentuk media ini dapat ditemukan pada flyer, pamflet maupun segala bentuk media cetak lainnya. Media grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal.21

2.4.3 Efek Psikologis Penayangan Media Visual Edukasi Kesehatan

Dalam pembelajaran, terdapat empat mekanisme dan fungsi penting media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, afektif, kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian untuk berkonsentrasi terhadap pesan yang ingin disampaikan, berkaitan dengan makna visual yang ditampulkan atau teks materi pelajaran. Fungsi afektif, media visual dapat menggugah emosi dan sikap akan sebuah materi tertentu. Fungsi kognitif, terlihat dari penelitian yang mendapatkan bahwa lambang visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar, dan fungsi terakhir adalah fungsi kompensatoris, terutama bagi seseorang mengalami kesulitan dalam membaca dalam mengorganisasikan informasi dalam teks, dan mempermudahnya mengingat kembali.21

(16)

dengan menggunakan gambaran realistis untuk menekankan informasi sasaran, dengan terorganisasi, berulang, berkonsep, kejelasan danaketepatan, dapat dengan mudah terlihat dan terbaca. Penggunaan objek visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan gagasan khusus akan efektif apabila jumlah objek dalam visual akan ditafsirkan dengan benar dijaga terbatas, dan semua objek dan ditafsirkan secara realistik. Unsur dalam pesan harus menonjol dan dengan mudah dibedakan dengan unsur latar belakang, serta penggunaan warna realistik.21

2.4.4 Efektivitas Metode Visual Edukasi Kesehatan

Penggunaan gambar risiko penyakit merupakan komponen penting dalam komunikasi risiko dalam edukasi kesehatan, seperti terlihat pada gambar 1, peletakkan gambar mengintegrasikan antara komponen komunikasi kesehatan dengan informasi yang diperlukan konsumen. Penemuan ini memperkuat perlunya peletakan gambar ilustrasi mengenai risiko penyakit.23 Keefektifan penggunaan gambar ini pun tidak terbatas pada masyarakat dengan pengetahuan biasa, namun juga mencakup expert audience.23

(17)

2.4.5 Efektivitas Pemasangan Label Visual Peringatan Pada Bungkus

Rokok

Perokok yang dipaparkan dengan pesan-pesan anti-rokok dapat mengurangi menghalangi kemungkinan seseorang untuk mulai merokok. Pemasangan label visual peringatan pada bungkus rokok memiliki beberapa keuntungan berdasarkan efektivitasnya. Di Selandia Baru, angka perokok yang mendapat informasi dari bungkus rokok sejumlah 78%, terutama setelah diberlakukan kewajiban mencantumkan nomor telpon layanan berhenti merokok seperti pada lampiran. Kebijakan tersebut meningkatkan motivasi perokok menggunakan layanan quitline tersebut.

Berbagai penelitian mengenai efektivitas penggunaan label visual peringatan pada bungkus rokok pun telah dilakukan pada berbagai negara dengan kebijakan yang berbeda-beda. Pada penelitian komparatif di negara yang mereapkan peringatan kesehatan berbentuk gambar seperti Australia, Kanada, dan Inggris dan negara yang menerapkan peringatan bentuk tulisan seperti Amerika Serikat (AS); disimpulkan bahwa peringatan kesehatan berbentuk gambar yang lebih besar dan jelas memberikan efektivitas yang lebih tinggi. Di Kanada, 84% perokok melihat peringatan di bungkus rokok sebagai sumber informasi, hampir dua kali lebih banyak dibandingkan jumlahnya di AS (47%). 24

Perokok tersebut bahkan mengusulkan gambar spesifik, informatif dan menakutkan.

(18)

jumlah konsumsi rokoknya. Penerapan peringatan visual kesehatan juga mendorong keinginan perokok untuk berhenti merokok di Kanada, Singapura, dan Thailand masing-masing sebesar 44%, 24% dan 92%.2 Penelitian yang dilakukan pada pelajar di Pakistan untuk menentukan media dan jenis gambar anti-rokok yang paling efektif menunjukkan bahwa peringatan rokok dengan gambar atau multimedia yang menunjukkan kerusakan secara kosmetik dan fungsional seperti kanker rongga mulut, pasien kanker dengan pita suara implant, dan pasien dengan ventilator memiliki keefektifan tertinggi dibandingkan dengan peringatan dengan kalimat tertulis, maupun peringatan mengenai ketergantungan, mengganggu orang lain dan penghitungan biaya keluar.25

2.4.6 Implementasi Label Visual Peringatan Rokok di Indonesia

Di Indonesia sendiri, penelitian yang dilakukan PPK UI tahun 1907 menunjukkan bahwa lebih dari 90% responden pernah membaca tulisan peringatan kesehatan di bungkus rokok, walaupun tulisan cukup kecil.9

(19)

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Metodologi Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah metode studi kepustakaan. Sumber-sumber kepustakaan yang dipergunakan adalah jurnal kedokteran, buku teks, dan informasi dari internet. Metode pemilihan sumber menggunakan kaidah penulisan karya tulis ilmiah.

3.2 Sistematika Penulisan

(20)

3.3 Kerangka Konsep

Adapun alur berpikir sehingga tercetus ide karya tulis ini adalah sebagai berikut:

(21)

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Masalah Utama Rokok di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya

Dalam populasi masyarakat Indonesia, terdapat 22,7% penduduk berusia diatas 10 tahun yang merokok setiap hari, dengan rata-rata jumlah konsumsi 12-16 batang atau sekitar satu bungkus perharinya.2 Hal ini dapat menimbulkan masalah besar dengan mengganggu kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Baik perokok aktif maupun perokok pasif sangat berpotensi untuk menderita penyakit penyakit mematikan, misalnya kanker dan penyakit jantung, selain juga menyebabkan penyakit lain yang membutuhkan biaya besar.3,11 Namun, kesadaran akan bahaya rokok ini kurang diilhami oleh perokok, karena saat ini merokok telah menjadi kebiasaan yang sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, baik dengan alasan menginginkan sensasi positif seperti pleasure relaxation, stimulation to pick them up, dan pleasure of handling cigarette; menghindari kecemasan, stress, dan kemarahan yang dirasakannya; merokok dengan alasan sudah kecanduan, hingga yang merokok hanya karena kebiasaan dan itulah hal yang dilakukan oleh setiap orang.14

(22)

rokok yang beredar. Penelitian yang dilakukan PPK UI, YJI dan SEATCA pada tahun 1907 menemukan bahwa 20 persen responden mengaku tulisan peringatan saat ini tidak menjelaskan.9 Selain kekurang tahuan yang ada, perokok acap kali merasa bahwa dirinya tidak rentan akan gangguan kesehatan tersebut dan meyakinkan diri bahwa kemungkinan besar bukan dirinyalah yang mengalami risiko merokok.

Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai bahaya yang ditimbulkan rokok dan merasaan bahwa rokok memberikan efek positif pada dirinya menyebabkan seseorang tidak memutuskan untuk berhenti merokok. Edukasi yang diberikan saat ini kurang secara efektif menunjukkan bahaya, kerentanan tiap individu mengalami gangguan kesehatan yang serius.17

4.2 Potensi Label Visual Peringatan pada Bungkus Rokok Kurangi Perokok

(23)

secara efektif meningkatkan pengetahuan penerima informasi secara lebih mendasar sesuai dengan kenyataan, dengan adanya peningkatan pada tahap keterlibatan emosi dan perasaan, peningkatan rasa takut hingga peniningkatan keinginan berhenti merokok dan motivasi saat menjalankannya.

Hal ini berdasarkan pada prinsip psikologis manusia, yang lebih terpicu dengan kalimat-kalimat megatif karena emosional akan cukup bermain dan pada akhirnya akan berpengaruh besar pada pengambilan keputusan untuk berhenti atau tidak jadi melanjutkan merokok ke tahap yang lebih sering. Pada pengambilan keputusan, semakin besar keuntungan yang didapat maupun semakin besar gangguan yang dapat dicegah maka akan semakin besar kemungkinan keputusan tersebut diambil. Kedua, persepsi mengenai seseorang akan kehilangan atau mendapat sesuatu dari kondisi yang ada dapat dipengaruhi oleh bahasa, maupun manipulasi lain yang digunakan yang disebut juga efek reference point shift. Manupulasi ini dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan orang tersebut, misalnya melalui bahasa untuk membentuk bingkai pemikiran. Misalnya, prosedur medis dirasa lebih menyeramkan jika dikatakan bahwa risiko kegagalan 10% dibandingkan risiko keberhasilan 90%.26 Selain dapat berpengaruh pada perokok rutin seperti telah dijelaskan sebelumnya, label visual peringatan pada bungkus rokok ini pun sekaligus dapat sebagai media pencegahan primer pada seseorang yang masih di dalam tahap-tahap awal merokok. Individu tersebut dapat memiliki proteksi diri akan kecanduan dan jumlah merokok pada awalnya hingga diharapkan kemudian tidak mencapai tahapan becoming a smoker.

4.3 Mekanisme Kerja Pemasangan Label Visual Peringatan pada Bungkus

Rokok dapat Mengurangi jumlah perokok

(24)

mekanisme imprint, dimana pengetahuan, pengalaman dan nilai-nilai yang dipelajari sejak masa awal kehidupan, disimpan sampai seseorang tersebut meninggal. Terkadang individu tersebut tidak menyadari bahwa alam bawah sadarnya kemudian sangat mempengaruhi kepribadiannya. Hal ini termasuk kepercayaan, ide, dan nilai yang ada di dalam komunitas yang jika kepercayaan, ide dan nilai akan bahaya merokok tidak adekuat akan menjadi penyebab seseorang memulai merokok dan tidak menyadari bahwa dirinya perlahan telah menjadi seorang perokok rutin dan akan mengalami kesulitan untuk berhenti.17 Prinsip yang sama dapat terjadi dalam proses berhenti merokok. Penggunaan metode visual, gambar-gambar dan grafik yang dicetak akan mempengaruhi fungsi atensi, afektif, kognitif, dan kompensatoris.21 Keempat aspek ini pun akan dapat masuk ke alam bawah sadar perokok, diproses secara baik, dan kemudian akan diproyeksikan sebagai kenyataan dan kemudian akan memberi rasa takut dan akhirmya memicu seseorang untuk berhenti merokok

4.4 Perencanaan Implementasi Label Visual Peringatan pada Bungkus Rokok

di Indonesia

4.4.1 Perencanaan Implementasi

(25)

gangguan kosmetik yang menyeramkan lainnya.24,25 Namun perlu juga dituliskan informasi singkat mengenai gambar tersebut, serta pencantuman nomor telpon konseling berhenti merokok seperti yang dilakukan di Selandia Baru, secara bermakna dapat meningkatkan jumlah perokok yang berkonseling dan berhasil keluar dari jeratan rokok.24

Sebaiknya dikomunikasikan juga hal dasar yang dapat meyakinkan keputusan seseorang untuk berhenti merokok seperti konsekuensi rokok, kerentanan ditinya, respon yang bermanfaat dan kemungkinan keberhasilan. Kanada, Singapura, dan Thailand masing-masing sebesar 44%, 24% dan 92%.27 Penelitian yang dilakukan pada pelajar di Pakistan untuk menentukan media dan jenis gambar anti-rokok yang paling efektif menunjukkan bahwa peringatan rokok dengan gambar atau multimedia yang menunjukkan kerusakan secara kosmetik dan fungsional seperti kanker rongga mulut, pasien kanker dengan pita suara implant, dan pasien dengan ventilator memiliki keefektifan tertinggi dibandingkan dengan peringatan dengan kalimat tertulis, maupun peringatan mengenai ketergantungan, mengganggu orang lain dan penghitungan biaya keluar.25

3.3.1 Pandangan Masyarakat

(26)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian latar belakang dan pembahasan di atas, secara garis besar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Merokok dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan dan kesejahteraan bangsa karena dapat menyebabkan berbagai penyakit serta menyebabkan kerugian secara materi.

2. Permasalahan saat ini adalah kebijakan mengenai rokok untuk memberikan edukasi yang efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat masih kurang berhasil.

3. Penggunaan label visual peringatan pada bungkus rokok memiliki potensi dan keefektifan yang cukup tinggi dalam memberi edukasi efektif dan mungkin diimplementasikan di Indonesia.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah:

1. Mengembangkan metode visual peringatan rokok sebagai wacana baru peningkatan pengetahuan masyarakat

(27)

2. Mengimplementasikan metode visual peringatan rokok di Indonesia

(28)

BAB I Pendahuluan ... 1

2.1.4 Kebijakan Rokok di Indonesia dan Efektivitasnya ... 7

2.2 Perilaku Merokok ... 8

2.2.1 Bentuk Perilaku Merokok ... 8

2.2.2 Tahapan Perilaku Merokok ... 9

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ... 9

2.2.3.1 Pengaruh Keluarga (khususnya orang tua) ... 10

2.2.3.2 Pengaruh teman ... 10

2.2.3.3 Faktor kepribadian ... 10

2.2.3.4 Pengaruh iklan ... 11

2.3 Penghentian Kebiasaan Merokok ... 11

2.3.1 Penyebab Menghentikan Kebiasaan Merokok ... 11

2.3.2 Penyebab Tidak Menghentikan Kebiasaan Merokok ... 12

2.3.3 Metode Penghentian Kebiasaan Merokok ... 12

2.3.4 Penyebab Kembali Merokok Setelah Berhenti ... 13

2.4 Metode Visual Edukasi Kesehatan... 14

2.4.1 Definisi Metode Visual Edukasi Kesehatan ... 14

2.4.2 Jenis-jenis Media Visual Edukasi Kesehatan ... 14

2.4.3 Efek Psikologis Penayangan Media Visual Edukasi Kesehatan ... 15

(29)

2.4.5 Efektivitas Pemasangan Label Visual Peringatan Pada Bungkus

Rokok ... 17

2.4.6 Implementasi Label Visual Peringatan Rokok di Indonesia ... 18

BAB III Metode Penulisan ... 19

3.1 Metodologi Penulisan ... 19

3.2 Sistematika Penulisan ... 19

3.3 Kerangka Konsep ... 20

BAB IV Analisis dan Sintesis ... 21

4.1 Masalah Utama Rokok di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya ... 21

4.2 Potensi Label Visual Peringatan pada Bungkus Rokok Kurangi Perokok ... 22

4.3 Mekanisme Kerja Pemasangan Label Visual Peringatan pada Bungkus Rokok dapat Mengurangi jumlah perokok ... 23

4.4 Perencanaan Implementasi Label Visual Peringatan pada Bungkus Rokok di Indonesia ... 24

4.4.1 Perencanaan Implementasi ... 24

3.3.1 Pandangan Masyarakat... 25

BAB V Simpulan dan Saran ... 26

5.1 Simpulan ... 26

Gambar

Gambar 1. Gambar risiko penyakit dalam konteksnya23
Gambar 2. Kerangka Alur Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen dan juga untuk mengetahui mana kualitas pelayanan mana yang dominan

Pengaruh secara simultan pelatihan, disiplin kerja, dan pengembangan karir terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 0,781 atau 78,10%, sedangkan 0,219 atau 21,90% dipengaruhi

Post non-associative learning that reflect a preference response hoc analysis showed significant increments in cortical ACh to a learned inconsequential stimulus due to

Pada penelitian ini, tinjauan penelitian terdahulu dilakukan terhadap sumber- sumber tertulis yang berhubungan dengan objek penelitian, yaitu novel RALP karya Sujiwo Tejo dan

(6) Pengambilalihan kewenangan Perizinan Berusaha oleh menteri teknis atau kepala lembaga pemerintah nonkementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, dilakukan

Bila suatu kation dalam larutan ditukar dengan ion lain yang terikat pada resin dan valensinya tidak sama, maka afinitas ion yang valensinya lebih tinggi

Untuk menghitung tanda tangan digital dari sebuah pesan m, orang yang akan memberikan tanda tangan pertama-tama memilih bilangan k secara acak, di mana k adalah relatif prima

Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum dalam gambar maupun pada spesifikasi / syaratsyarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus