• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR LAYANG PROYEK JAKARTA MRT CP103

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRUKTUR LAYANG PROYEK JAKARTA MRT CP103"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

STRUKTUR LAYANG

PROYEK JAKARTA MRT CP103

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Bidang Ilmu Teknik Program Studi Teknik Sipil

DISUSUN OLEH :

RIZAL NOVIK

(2012 41 0062)

MUBAROK

(2012 41 0053)

JURUSAN SIPIL - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS TEKNIK – JURUSAN SIPIL

ASISTENSI BIMBINGAN KERJA PRAKTEK

Nama : Rizal Novik (2012410062) Mubarok (2012410053) Mulai Tanggal : 19 September 2015

Selesai Tanggal : 19 Desember 2015

Dosen Pembimbing : Ir. Andi Maddeppungeng, MT

(7)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya, saya dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini dengan baik. Laporan ini saya ajukan sebagai syarat untuk menempuh Tugas Akhir / Ujian Sarjana.

Laporan ini dapat saya selesaikan berkat kerjasama berbagai pihak. Untuk itu sebagai wujud ucapan terima kasih atas dorongan dan bimbingannya, yang akan saya sampaikan kepada :

1. Bapak Ir. Andi Maddeppungeng, MT. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiah Jakarta,

2. Ibu Tanjung Rahayu, MT selaku dosen kordinator Kerja Praktek 3. Bapak Firdaus Siahaan,ST. selaku Pembimbing Kerja Praktek di

Lapangan

4. Kedua orangtua, saudara serta sahabat-sahabat saya yang

selalu ada mendukung dan memberi do’a pada setiap langkah

yang saya ambil,

5. Rekan-rekan sejurusan Teknik Sipil angkatan X, 6. Rekan-rekan Kontraktor OSJ JV.

Demikian pengantar dari saya, mohon maaf apabila ada kesalahan dalam memaparkan Laporan ini. Tak lupa kritik dan saran sangat saya harapkan dari Bapak/Ibu dosen dan pembimbing serta rekan-rekan sekalian. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi setiap pembacanya dan bagi diri saya pribadi khususnya.

Jakarta, Januari 2016

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT KETERANGAN SELESAI KERJA PRAKTEK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Proyek... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Lokasi Proyek ... 2

1.4 Uraian Umum ... 3

BAB II PERSIAPAN LELANG DAN PROSES TENDER ... 5

2.1 Pelelangan ... 5

2.1.1 Pelelangan Umum ... 5

2.1.2 Pelelangan Terbatas ... 6

2.1.3 Pemilihan Langsung ... 8

2.1.4 Penunjukan Langsung ... 9

2.1.5 Sistem Pelelangan Yang Digunakan ... 11

2.2 Sistem Kontrak ... 11

2.2.1 Macam-macam Kontrak ... 12

2.2.2 Sistem Kontrak yang digunakan ... 13

BAB III MANAJEMEN PROYEK ... 15

3.1 Manajemen Proyek ... 15

(9)

3.1.2 Struktur Organisasi Proyek ... 16

3.2 Administrasi ... 22

3.2.1 Administrasi teknik ... 22

3.2.2 Administrasi Pembayaran ... 25

3.2.3 Diagram Alur Komunikasi ... 26

BAB IV PELAKSANAAN KONSTRUKSI ... 27

4.1 Tinjauan Pelaksanaan Konstruksi ... 27

4.2 Pekerjaan Umum (General Work) ... 28

4.2.1 Pemasangan Pagar dan Rambu ... 29

4.2.2 Pembersihan Area Pekerjaan ... 29

4.2.3 Pekerjaan survey ... 30

4.3 Desain (Design) ... 31

4.3.1 Technical Design Stage ... 31

4.3.2 Construction Design Stage ... 32

4.4 Stasiun (Stations) ... 32

4.4.1 Pekerjaan Tiang Pancang (Piling) ... 33

4.4.2 Pekerjaan Pile Cap ... 37

4.5 Struktur Bawah Jalan Layang (Viaduct Substructures) ... 43

4.5.1 Pekerjaan Kolom ... 43

4.5.2 Pekerjaan Pier head ... 46

BAB V PENGAWASAN PEKERJAAN ... 49

5.1 Uraian Umum ... 49

5.2 Pengendalian Proyek ... 50

(10)

5.2.2 Pengendalian Waktu (Time Control) ... 53

5.2.3 Pengendalian Biaya (CostControl) ... 58

5.2.4 Pelaksanaan K3 ... 59

BAB VI PENUTUP ... 63

6.1 Kesimpulan ... 63

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.1 lokasi proyek MRT Jakarta paket CP103 ... 3

Gambar 3.1 Struktur organisasi proyek ... 17

Gambar 3.2 Alur pengajuan request, laporan harian, dan opname lapangan ... 24

Gambar 3.3 Alur Administrasi Pembayaran ... 26

Gambar 3.4 Alur Komunikasi Kontraktor – Konsultan Pengawas – Owner ... 27

Gambar 4.1 Pekerjaan Pemasangan Pagar dan Rambu Proyek ... 29

Gambar 4.2 Pembersihan Area Pekerjaan ... 30

Gambar 4.3 Pekerjaan Survey ... 31

Gambar 4.4 Survey Penentuan Koordinat Tiang Pancang ... 34

Gambar 4.5 Layout Persiapan Pekerjaan Piling ... 34

Gambar 4.6 Pekerjaan Pengeboran ... 35

Gambar 4.7 Penanaman Tiang Pancang ... 36

Gambar 4.8 Pile Jointing ... 37

Gambar 4.9 pekerjaan galian tanah pile cap ... 38

Gambar 4.10 Pebuaatan lantai kerja pile cap ... 39

Gambar 4.11 pekerjaan pemasangan stud ... 39

Gambar 4.12 Instalasi tulangan Pile Cap ... 40

Gambar 4.13 pekerjaan bekisting pile cap ... 41

(12)

Gambar 4.15 Pembuatan lantai perancah (plateform scaffolding) ... 44

Gambar 4.16 Pemasangan tulangan pier kolom ... 44

Gambar 4.17 Pemasangan bekisting untuk pier kolom ... 45

Gambar 4.18 pengecoran kolom ... 46

Gambar 4.19 Instalasi Tulangan Pier Head ... 47

Gambar 4.20 Pemasangan Bekisting Pierhead ... 47

Gambar 4.21 Pengecoran Pier Head ... 48

(13)

BAB

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek

(14)

membangun MRT mencerminkan visi sebuah kota. Kehidupan dan aktivitas ekonomi sebuah kota, antara lain tergantung dari seberapa mudah warga kota melakukan perjalanan/mobilitas dan seberapa sering mereka dapat melakukannya ke berbagai tujuan dalam kota.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan Utama dibangunnya sistem MRT adalah memberikan kesempatan kepada warga kota untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perjalanan/mobilitasnya dengan lebih andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau dan lebih ekonomis.

1.3 Lokasi Proyek

(15)

Gambar 1.1.1 lokasi proyek MRT Jakarta paket CP103

Dilihat dari gambar di atas, lokasi proyek MRT CP103 membentang sepanjang Jl.Haji Nawi sampai Jl.Sisingamangaraja.

1.4 Uraian Umum

1. Nama Poyek : MRT Jakarta CP 103 2. Pemilik Proyek : PT. MRT Jakarta 3. Lokasi Proyek : DKI Jakarta

4. Spesifikasi Proyek : Bangunan Infrastruktur 5. Jenis Pekerjaan : Struktur Layang

6. Jenis Kontrak : Rancang Bangun, Peket Lump Sum 7. Nilai Kontrak : Rp.958.303.555.826,00

(16)

10. Kontraktor : OSJ JV (Obayashi – Shimizu – Jaya Konstruksi)

11. Waktu Pelaksanaan : Novenber 2013 – Juli 2018

Komponen proyek secara umum dapat dilihat pada tabel 1.1 Dimensi Proyek MRT Jakarta CP103

Tabel 1.1 Dimensi Proyek Struktur Layang MRT Jakarta CP103 Komponen Detail / Dimensi Proyek 1. Jembatan

- Panjang - Lebar

3.8 km 9.5 m

2. Umur Rencana Jalan 20 tahun

3. Kecepatan Rencana Rata-Rata 80 km/jam

4. Girder Precast Segmental Box

(17)

BAB

II

PERSIAPAN LELANG DAN PROSES TENDER

2.1 Pelelangan

Pelelangan adalah proses untuk memilih calon kontraktor yang terbaik untuk melaksanakan pembangunan proyek yang ditawarkan oleh owner. Kriteria terbaik didasarkan kepada penilaian terhadap profesionalisme calon kontraktor, baik teknis maupun administrasi dan juga berdasarkan harga yang ditawarkan oleh kontraktor dalam lelang tersebut.

Persaingan yang terjadi pada pelelangan akan memacu para kontraktor untuk meningkatkan profesionalisme kerja. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, pelaksanaan pelelangan dibagi kedalam empat macam, yaitu :

1. Pelelangan umum 2. Pelelangan terbatas 3. Pemilihan langsung 4. Penunjukan langsung

2.1.1 Pelelangan Umum

(18)

Pemilihan pelaksanaan konstruksi dengan cara pelelangan umum berlaku untuk semua pekerjaan pelaksanaan konstruksi. Dengan syarat-syarat :

1. Diumumkan secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetak dan papan pengumuman.

2. Dilakukan penilaian kualifikasi maupun pasca kualifikasi.

3. Peserta yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada lembaga.

4. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga.

Tata cara pelelangan umum terdiri dari : a. Pengumuman

b. Pendaftaran untuk mengikuti pelelangan c. Penjelasan

d. Pemasukan penawaran e. Evaluasi penawaran

f. Penetapan calon pemenang berdasarkan harga terendah terevaluasi diantara penawaran yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan tekhnis serta tanggap terhadap dokumen pelelangan

g. Pengumuman calon pemenang h. Masa sanggah

i. Penetapan pemenang

2.1.2 Pelelangan Terbatas

(19)

dan papan pengumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat luas dalam dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Pelelangan ini dilakukan melalui undangan untuk mengajukan penawaran kepada kontraktor-kontraktor yang dianggap mampu.

Pelelangan terbatas berlaku untuk pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Mempunyai resiko tinggi b. Menggunakan teknologi tinggi

Proses pemilihan para kontraktor dengan cara pelelangan terbatas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Diumumkan melalui media massa sekurang-kurangnya 1 (satu) media massa dan papan pengumuman resmi.

2. Jumlah penyedia jasa terbatas. 3. Melalui proses prakualifikasi.

4. Peserta pelelangan yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada lembaga.

5. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga.

(20)

h. Penetapan calon pemenang berdasarkan harga terendah terevaluasi diantara penawaran yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis serta tanggap terhadap dokumen pelelangan

i. Pengumuman calon pemenang j. Masa sanggah

k. Penetapan pemenang

2.1.3 Pemilihan Langsung

Yaitu pengadaan jasa konstruksi tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar dari penyedia jasa dan dapat dilakukan negosiasi, baik dari segi teknis maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan.

Pemilihan kontraktor dengan cara pemilihan langsung berlaku untuk keadaan tertentu, yaitu :

a. Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang masih memungkinkan untuk mengadakan proses pemilihan langsung

b. Pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya sangat terbatas

c. Pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang menyangkut keamanan dan keselamatan negara yang ditetapkan oleh presiden

d. Pekerjaan berskala kecil dengan ketentuan : 1. Untuk kepentingan pelayanan umum. 2. Mempunyai resiko kecil.

3. Mengunakan tekhnologi sederhana.

(21)

Syarat-syarat dalam proses pemilihan kontraktor dengan cara pemilihan langsung :

1. Diundang sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar.

2. Pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran tidak perlu dalam waktu bersamaan.

3. Peserta yang berbentuk badan usaha harus sudah teregistrasi pada lembaga.

4. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga.

Tata cara pelaksanaan pemilihan konstruksi melalui pemilihan langsung antara lain :

a. Undangan b. Penjelasan

c. Pemasukan penawaran d. Evaluasi penawaran

e. Dapat dilakukan negosiasi setelah ditentukan peringkatnya f. Penetapan pemenang

2.1.4 Penunjukan Langsung

Yaitu pengadaan jasa konstruksi yang dilakukan tanpa melalui pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung yang dilakukan hanya terhadap 1 (satu) penyedia jasa dengan cara melakukan negosiasi baik dari segi teknis maupun harga sehingga bisa diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

(22)

owner. Surat penawaran tersebut nantinya akan dievaluasi oleh owner dengan didampingi oleh konsultan perencana. Untuk menetapkan pilihannya owner dapat melakukan negosiasi secara langsung dengan pihak kontraktor sampai didapat kata sepakat.

Penunjukan langsung kontraktor berlaku untuk : a. Keadaan tertentu, yaitu :

1. Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda.

2. Pekerjaan kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya.

3. Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keselamatan negara yang ditetapkan oleh presiden.

4. Pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan : ● Untuk keperluan sendiri

● Mempunyai resiko kecil

● Menggunakan tekhnologi sederhana

● Dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha perorangan dan badan usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil

5. Pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan

kesatuan konstruksi yang bersifat

pertanggungjawabannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

b. Pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak lain yang telah mendapat izin.

(23)

1. Peserta berbentuk badan usaha atau usaha orang perseorangan harus sudah diregistrasi oleh lembaga. 2. Tenaga ahli dan atau tenaga terampil yang dipekerjakan

oleh badan usaha dan usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga.

3. Penyedia jasa yang bersangkutan merupakan pemegang hak paten atau pihak lain yang telah mendapat lisensi.

Tata cara yang berlaku dalam penunjukan langsung, antara lain : a. Undangan

b. Penjelasan

c. Pemasukan penawaran d. Negosiasi

e. Penetapan penyedia jasa

2.1.5 Sistem Pelelangan Yang Digunakan

(24)

2.2 Sistem Kontrak

Kontrak adalah pernyataan tertulis kedua belah pihak untuk saling mengikat mengerjakan suatu hal dengan aturan-aturan yang disepakati bersama.

Dalam dokumen kontrak biasanya berisi tentang : 1. Lingkup pekerjaan

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, kontrak kerja konstruksi dibedakan berdasarkan

a. Bentuk imbalan yang terdiri dari : 1. Lump sump

(25)

2. Harga satuan

Yaitu kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia jasa.

3. Biaya tambah imbalan jasa

Yaitu kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana jenis-jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaran biaya yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan lain-lain, ditambah imbalan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

b. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi terdiri dari : 1. Tahun tunggal

2. Tahun jamak

c. Cara pembayaran hasil pekerjaan, yaitu : 1. Sesuai kemajuan pekerjaan

2. Secara berkala

2.2.2 Sistem Kontrak yang digunakan

(26)

berdasarkan pada gambar rencana, spesifikasi material, dan berita acara penjelasan yang dibuat selama proses tender

berlangsung. Kontraktor dapat mengatur sendiri pelaksanaan kontruksi dengan menggunakan sumber daya se-efisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan.

Isi kontrak pada proyek ini mencakup kesepakatan proses pelaksanaan dan pemeliharaan, antara lain:

1) Luasan pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian pekerjaan serta syarat pekerjaan.

2) Penentuan harga borongan.

3) Sanksi apabila terjadi permasalahan. 4) Penyelesaian apabila terjadi perselisihan.

5) Progress payment.

6) Hak melaksanakan quality control.

7) Hak mendapatkan laporan berkala.

8) Peraturan - peraturan mengenai addendum. 9) Penunjukan Subkontraktor.

10) Hak dan kewajiban pihak - pihak yang terkait.

11) Ketentuan - ketentuan resiko khusus yang bukan tanggung jawab kontraktor.

(27)

BAB

III

MANAJEMEN PROYEK

3.1 Manajemen Proyek

3.1.1 Tinjauan Umum

Keberhasilan suatu proyek konstruksi diawali dan sangat ditentukan dengan perencanaan yang lengkap dan matang. Dengan sendirinya, suatu proyek konstruksi harus dapat mengakomodasikan seluruh kebutuhan dan kepentingan pelaksanaan konstruksi, mulai dari hal-hal yang bersifat teknis termasuk metode kerja sampai dengan dampak yang diakibatkannya serta hal-hal yang bersifat non teknis seperti administrasi. Dengan perencanaan proyek konstruksi yang baik maka tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan resiko pekerjaan minimal.

(28)

koordinasi diantara pihak-pihak terkait terjaga dengan baik maka penyaluran informasi dari atasan atau bawahan yang terkait akan dapat direspon dengan baik dan tepat oleh atasan ataupun bawahan tersebut.

Untuk mengatur hubungan tersebut maka dibuatlah suatu manajemen dalam kegitan tersebut yang dikenal dengan manajemen organisasi. Demikian juga dalam pelaksanaan proyek konstruksi diperlukan suatu manajemen yang kita kenal dengan nama manajemen proyek.

3.1.2 Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi proyek dibuat dengan situasi kultur dan keunikan berbeda berdasar kebutuhan sistem manajemen proyek. Oleh karena itu, organisasi proyek mempunyai susunan dan hierarki yang berlainan pula. Pemilihan organisasi proyek didasarkan atas tingkat kebutuhan dan kompleksitas proyek, semakin kompleks proyek, semakin kompleks pula susunan organisasinya.

Penetapan bentuk organisasi proyek merupakan tahapan penting yang harus dilakukan dengan hati-hati. Setiap personil harus ditempatkan sesuai dengan fungsi dan keahliannya masing-masing, sehingga proses kerja dapat berjalan dengan baik.

Berikut adalah pihak - pihak yang terkait dalam Proyek MRT Jakarta CP103 :

1) Pemilik Proyek : PT. MRT Jakarta

(29)

3) Kontraktor Utama : OSJ JV (Obayashi - Shimizu - Jaya Konstruksi)

4) Konsultan Perencana

 Hewson Consulting Engineer Pekerjaan : Desain Struktur  PT. Arkonin

Pekerjaan : Arsitek & MEP

5) Subkontraktor

 PT. VSL Indonesia

Pekerjaan : suplai dan pemasangan Box Girder  Nippon Hume International Ltd

Pekerjaan : fabrikasi pile  PT. Jaya Daido Concrete

Pekerjaan : fabrikasi deck segmen  PT. Marubeni-Itochu Steel Indo

(30)

Deskripsitugas dan wewenang tiap - tiap komponen proyek adalah: 1)Owner

Pemilik Proyek (owner) adalah PT. MRT Jakarta yang memberikan dana untuk pelaksanaan proyek, dan yang menentukan kepada pihak mana proyek akan diserahkan untuk direncanakan dan dibangun sesuai dengan keinginannya. Meskipun kedudukan owner sebagai penentu namun tetap harus berkonsultasi dengan konsultan perencana tentang kemungkinan pelaksanaannya. Adapun tugas dan wewenang owner adalah:

- Menyediakan dana atau biaya proyek.

- Menetapkan jenis tender dan peserta tender.

- Mengambil keputusan untuk menunjuk konsultan pelaksana arsitektur maupun pelaksana sipil.

- Menyetujui isi dokumen kontrak yang diajukan oleh pelaksana arsitektur maupun pelaksana sipil, dan mengesahkan semua surat perjanjian.

- Menolak pekerjaan yang tidak sesuai gambar kerja.

- Menetapkan denda jika terjadi keterlambatan proyek.

- Membentuk tim pengawas lapangan sebagai wakil dari owner.

- Menyetujui prosedur pembayaran kepada kontraktor.

- Memutuskan persetujuan pekerjaan tambah atau kurang yang berhubungan dengan proyek.

- Mengambil keputusan akhir yang mengikat mengenai pelaksanaan proyek dan pembayaran sesuai dengan kesepakatan bersama.

2) Konsultan MK

(31)

sebagai konsultan pengawas adalah JMCMC Adapun tugas dan wewenang dari konsultan MK adalah :

- Memeriksa hasil pengujian mutu terhadap bahan dan atau hasil suatu pekerjaan kontraktor dan memberikan penolakan atau persetujuan atas hasil pengujian mutu tersebut.

- Memberikan persetujuan atau penolakan terhadap penyelesaian suatu pekerjaan.

- Menolak bahan yang cacat atau tidak memenuhi spesifikasi dan memerintahkan penghentian dan atau menunda setiap pekerjaan yang sedang dikerjakan secara tidak layak teknis.

- Memperhatikan waktu pelaksanaan pekerjaan yang diajukan kontraktor agar dapat dicapai jadwal yang direncanakan.

- Memeriksa kuantitas rencana dan hasil pekerjaan serta memberikan hasil pemeriksaannya kepada Project Engineer dan atau kontraktor untuk selanjutnya dapat diproses untuk pengajuan sertifikat atau laporan kemajuan.

- Melakukan perubahan - perubahan minor gambar rencana atas dasar keadaan lapangan sejauh tidak mengubah substansi desain itu sendiri.

- Mengusulkan perubahan desain kepada pemberi tugas melalui

Project Director.

- Memberikan rekomendasi, diminta ataupun tidak diminta, kepada

Project Director atas usulan suatu perubahan pekerjaan di lapangan.

(32)

3) Kontraktor Utama

Kontraktor adalah seseorang atau suatu badan perusahaan dalam hal ini adalah OSJ JV yang telah mengadakan sebuah kontrak dengan pemilik proyek, yaitu Dinas PU DKI untuk melaksanakan pembangunan proyek dibawah persyaratan - persyaratan dan ketentuan harga kontrak yang telah disepakati sebelumnya, dan dilaksanakan berdasarkan bukti hukum yang kuat dengan adanya perjanjian tertulis antara kedua belah pihak. Adapun tugas dan wewenang dari kontraktor utama adalah:

- Melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan perjanjian kontrak dan waktu yang telah disepakati berdasarkan kontrak yang ada.

- Membuat rencana kerja, jadwal pelaksanaan dan metode pelaksanaan kontruksi untuk kemudian diajukan kepada pemilik untuk mendapatkan persetujuan.

- Menyediakan segala material, peralatan, dan tenaga kerja, serta segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan proyek sesuai dengan kontrak kerja.

- Membuat laporan harian, mingguan, bulanan serta daftar pemasukan material dan daftar pengerahan tenaga kerja selama berlangsungnya pembangunan.

- Melaksanakan perbaikan yang terjadi selama berjalannya proyek atau selama masa pemeliharaan dan bila ada perubahan yang terjadi terlebih dahulu melaporkan kepada tim konsultan manajemen konstruksi yang telah ditunjuk.

- Berhak mendapatkan pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan atau jika terjadi ekskalasi harga (berdasarkan dengan ada tidaknya perjanjian yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya).

(33)

- Bertanggung jawab sepenuhnya jika ada kesalahan dari pekerjaan yang tidak sesuai dengan desain / perencanaan.

4) Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah pihak yang berupa perorangan atau badan usaha, yang berdasarkan suatu pemberian tugas mempergunakan keahliannya dalam merencanakan suatu proyek yang meliputi perencanaan struktur, arsitektur, mekanikal, elektrikal, dan sebagainya. Pada proyek ini yang bertugas sebagai konsultan perencana adalah Hewson Consulting Engineers dan Arkonin. Dalam proyek Jakarta MRT CP103 Konsultan perencana ini berada di bawah Kontraktor utama, dan menerima tugas dari kontraktor. Adapun tugas dan wewenang dari konsultan perencana adalah :

- Menyusun perencanaan struktur, arsitektur, mekanikal dan kelistrikan yang sesuai dengan permintaan atau keinginan pemilik proyek dan membantu pemilik proyek dalam mencapai hal yang diinginkannya dengan memberikan saran dan anjuran.

- Membuat gambar - gambar detail, rencana - rencana kerja beserta syarat - syaratnya (RKS)/ dokumen kontrak, dan perhitungan baik volume pekerjaan untuk perencanaan proyek tersebut, maupun anggaran biaya dari rencana tersebut, sekaligus menentukan volume dan anggaran biaya untuk pekerjaan tambahan atau kekurangan.

- Membuat penyesuaian bagian rencana bila ada perubahan dari perencanaan yang sudah dibuat atas permintaan pihak pemilik proyek, serta membuat laporan akhir rencana.

(34)

5) Subkontraktor

Subkontraktor adalah perusahaan atau perseorangan yang ditunjuk oleh kontraktor utama, untuk melakukan pekerjaan atau menyuplai material untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan proyek sesuai dengan bidangnya. Dalam melaksanakan tugas subkontraktor bertanggung jawab penuh kepada kontraktor utama. Adapun tugas dan wewenang dari kontraktor utama adalah :

- Melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan perjanjian kontrak dan waktu yang telah disepakati dengan kontraktor utama.

- Menyediakan segala material, peralatan, dan tenaga kerja, serta segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan proyek sesuai dengan ketentuan kontrak.

- Melaksanakan perbaikan yang terjadi selama berjalannya proyek atau selama masa pemeliharaan.

3.2 Administrasi

Administrasi merupakan proses atau bagian yang tidak dapat dihindarkan karena berfungsi sebagai dokumentasi dari rangkaian pekerjaan di dalam proyek. Administrasi akan mempermudah pengaturan mutu, waktu, dan biaya dalam penyelesaian pekerjaan dan apabila terjadi perselisihan bisa dijadikan bukti atau acuan dasar investigasi penyelesaian masalah. Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai administrasi teknik dan administrasi pembayaran.

3.2.1 Administrasi teknik

(35)

hasil pekerjaan. Tahap-tahap administrasi teknik secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Gambar Rencana wajib disetujui dan ditanda tangan oleh Project Director, kemudian diserahkan kepada kontraktor.

b. Dari gambar rencana kontraktor membuat metode konstruksi sehingga gambar berubah status menjadi shop drawing dengan persetujuan Project Director, apabila tidak disetujui maka wajib direvisi kesalahannya sesuai instruksi Project Director.

c. Shop drawing dibagikan pada pelaksana lapangan, surveyor dan konsultan pengawas lapangan.

d. Pelaksana lapangan dan Kepala Lapangan mengadakan rapat rencana mingguan.

e. Pelaksana lapangan mengajukan request pekerjaan.

Request kerja dibuat oleh Kepala Teknik dan diketahui oleh Project Director. Request ini kemudian disetujui oleh owner dengan berbagai catatan terkait request tersebut. Dalam pengajuan pekerjaan (request) perlu dilampirkan gambar, hasil tes bahan, dan hasil joint survey. Joint survey merupakan hasil survey yang berisi data elevasi untuk membangun dan merupakan persetujuan konsultan dan owner.

Pengajuan pekerjaan dibuat minimal 24 jam sebelum pekerjaan dimulai dan maksimal 7 hari sudah disetujui oleh pimpinan proyek. f. Request disetujui, maka diturunkan instruksi kerja yang sudah

disetujui oleh Project Director, Kepala Proyek, dan Kepala Bagian Teknik.

(36)

h. Dokumentasi kondisi lapangan dan pekerjaan berupa foto wajib dilaporkan.

i. Setelah pekerjaan selesai, konsultan pengawas melakukan perhitungan kuantitas pekerjaan dengan acuan shop drawing, bila tidak sesuai mendapat sanksi.

j. Pihak kontraktor juga melakukan pengukuran sehingga apabila terjadi ketidaksesuaian bisa didiskusikan, dan apabila sesuai akan dijadikan acuan untuk membuat as built drawing.

k. Salinan As built drawing diserahkan pada Project Engineer dan Konsultan Pengawas.

l. Pelaksana lapangan wajib membuat laporan harian, mingguan dan bulanan mengenai kemajuan pekerjaan kepada Kepala Lapangan dan akan dilaporkan kepada Kepala Bagian Teknik.

Gambar 3.2 Alur pengajuan request, laporan harian, dan opname lapangan

(37)

akan dibongkar untuk kemudian dikerjakan ulang. Instruksi pembongkaran berada pada konsultan pengawas. Berikut adalah alur pekerjaan untuk mengontrol kualitas.

3.2.2 Administrasi Pembayaran

Menguraikan Owner melakukan pembayaran berdasarkan kemajuan pekerjaan bulanan yang dilaporkan oleh kontraktor, yang dokumennya telah disetujui dan disyahkan oleh Project Director. Di bawah ini adalah penjelasan singkat urutan proses pembayaran. Kontraktor mengajukan dokumen progress pekerjaan setiap bulan, disebut Monthly Certificate (MC), kepada Project Director. Project Director melakukan pengecekan menggunakan data-data yang diperoleh dari Konsultan Pengawas

a. Apabila sesuai, MC akan disetujui dan disyahkan oleh Project Director.

b. MC diserahkan kepada owner.

(38)

Gambar 3.3 Alur Administrasi Pembayaran

3.2.3 Diagram Alur Komunikasi

Dalam kegiatan konstruksi, dibutuhkan suatu sistem yang mengatur hubungan antara kontraktor, konsultan, dan owner

(39)

owner menyetujui maka kontraktor dapat melakukan perubahan itu sesuai dengan kesepakatan.

Gambar 3.4 Alur Komunikasi Kontraktor – Konsultan Pengawas – Owner

Dari alur di atas, garis putus – putus antara kontraktor dengan

(40)

BAB

IV

PELAKSANAAN KONSTRUKSI

4.1 Tinjauan Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan suatu proyek merupakan suatu tahap kegiatan dalam proses realisasi yang merupakan kelanjutan dari tahap perencanaan. Dalam hal ini merupakan suatu pekerjaan lapangan atau fisik yang dimana dalam pelaksaan pekerjaannya di lapangan harus mengacu pada Rencana Kerja dan Syarat (RKS) / dokumen kontrak, Gambar Kerja (shop drawing), petunjuk dari pengawas lapangan, jadwal kerja yang telah ditetapkan, dan peraturan - peraturan yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.

Kegiatan proyek yang penulis ikuti selama 3 (tiga) bulan melaksanakan kerja praktek pada proyek Jakarta MRT meliputi beberapa sub pekerjaan sebagai berikut :

- Pekerjaan Umum (General work).

- Desain (Design)

- Stasiun (Station)

- Struktur bawah jalan layang (Viaduct Substructures)

(41)

4.2 Pekerjaan Umum (General Work)

General work merupakan tahapan pekerjaan yang dilakukan sebelum pekerjaan utama itu dilaksanakan. Dalam hala ini general work bisa juga disebut sebagai pekerjaan persiapan yang mendukung agar suatu tahapan pekerjaan utama dalam suatu proyek bisa berjalan dengan aman dan juga lancar. Beberapa item pekerjaan general work yang kami amati pada proyek Jakarta MRT antara lain :

- Pekerjaan pemasangan pagar dan rambu-rambu proyek

- Pekerjaan pembersihan lahan area proyek

- Pekerjaan survey topografi

4.2.1 Pemasangan Pagar dan Rambu

Pagar proyek adalah pagar yang dibuat sebagai batas area dalam suatu proyek. Pagar ini berfungsi sebagai pembatas area kegiatan pekerjaan dan mengamnakan area pekerjaan dari tindakan orang luar yang mengganggu dan membahayakan. Pada proyek Jakarta MRT ini pagar proyek dibuat dari bahan Zincalume dengan rangka hollow dengan tinggi ± 2m. pada pagar proyek ini dipasang juga rambu-rambu sebagai tanda peringatan untuk keamanan pekerja dan pengguna jalan yang melintas disamping proyek Jakarta MRT ini.

(42)

4.2.2 Pembersihan Area Pekerjaan

Pekerjaan pembersihan area proyek bertujuan agar lingkungan proyek terlihat bersih dan rapi serta agar selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak terganggu oleh benda-benda yang menghalanginya. Pembersihan area ini meliputi pembersihan sampah dan perataan tanah serta merelokasi benda-benda utility yang berada diarea proyek yang mengganggu seperti kabel listrik, kabel jaringan telepon, saluran drainase serta pipa saluran air bersih.

(43)

4.2.3 Pekerjaan survey

Pekerjaan survey merupakan pekerjaan yang paling pertama dilakukan dalam pelaksanaan proyek. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penentuan titik-titik batas area proyek, penentuan titik koordinat suatu bangunan, penentuan as bangunan serta menetukan elevasi galian dan tinggi bangunan. Pekerjaan survey ini dilakukan sepanjang proyek berlangsung.

(44)

4.3 Desain (Design)

Sub pekerjaan desain terbagi menjadi 2 tahapan, yaitu:

- Technical design stage

- Construction design stage

4.3.1 Technical Design Stage

Technical Design Stage atau disebut juga Preliminary design adalah desain awal serta estimasi jenis material, mutu material, serta dimensi material yang akan digunakan untuk membentuk struktur. Penentuan jenis, mutu, dan dimensi material ini mengacu pada engineering judgement yang dibuat oleh Konsultan Perencana. Konsultan perencan membuat gambar yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor dan menjadi acuan bagi MK/Konsultan Pengawas/Owner untuk memberikan approval shop drawing yang diajukan oleh kontraktor sebelum pelaksanaanpekerjaan.

4.3.2 Construction Design Stage

(45)

4.4 Stasiun (Stations)

Pada proyek jakarta MRT PC103 ini terdapat 4 stasiun yang akan dibangun. Stasiun tersebut yaitu:

- Haji Nawi Station

- Blok A Station

- Blok M Station

- Sisingamangaraja Station

Adapun beberapa item pekerjaan yang kami amati pada saat melakukan kerja praktek adalah sebagai berikut:

- Pekerjaan piling AS11C, AS9C, AS7C, AS5C, dan AS 3C pada stasiun Blok A

- Pekerjaan Pile Cap MS7R, MS5R dan MS3R pada stasiun Blok M

4.4.1 Pekerjaan Tiang Pancang (Piling)

Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari

struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer

(menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang

terletak pada kedalaman tertentu. Pada proyek Jakarta MRT ini pekerjaan tiang pancang menggunakan metode HiFB Method (High Friction strong Bearing Method) yaitu pemancangan dengan metode pengeboran tanah terlebih dahulu sebelum dilakukan pemancangan tiang. Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan persiapan a. Survey lapangan

(46)

Gambar 4.4 Survey Penentuan Koordinat Tiang Pancang

b. penentuan layout pekerjaan

penentuan layout ini bertujuan agar peralatan dan material diatur pada posisi yang tepat agar memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan pemancangan ini.

(47)

2. Pengeboran (Drilling)

Pengeboran tanah ini dilakukan pada titik yang telah ditandai (marking) oleh surveyor. Pada proyek Jakarta MRT ini pengeboran dilakukan menggunakan mesin bor dengan diameter 0,75m dan kedalaman 40m sesuai dengan design. Selama pengeboran, lubang boran disii air untuk memudahkan pelaksanaan serta ditambahkan bentonit seperlunya. Ketika lubang bor telah mencapai kedalaman yang ditentukan dalam

shop drawing, maka pengeboran selesai.

Gambar 4.6 Pekerjaan Pengeboran

3. Injeksi cairan pembentuk pangkal (base-forming liquid)

Setelah pengeboran mencapai titik tertentu, ganti cairan pengebor dengan base-forming liquid. Injeksi dilakukan dari ujung mata bor ke dalam dasar lubang ketika peralatan

pengeboran-pengaduk diputar. Sisa dari base-forming liquid

(48)

4. Injeksi cairan pengikat pancang (pile-bonding liquid)

Setelah injeksi base forming liquid selesai isi cairan diganti

dengan pile-bonding liquid. Cairan pengikat pancang ini dibuat dari

percampuran air dan semen yang diukur dalam jumlah tertentu.

Ketika proses penginjeksian cairan pile-bonding, secara bertahap

bor ditarik dengan melakukan gerakan naik-turun secara berkala.

Jumlah injeksi dikendalikan dengan flowmeter.

5. Penanaman Tiang Pancang (Pile Insertion)

Tiang pancang yang digunakan dalam pondasi ini berupa spun pile dengan diameter 600mm dengan panjang total tiang yaitu 39m. Dalam proses pemasanganya posisi tiang harus benar benar tegak lurus terhadap lubang bor. Proses pemasangan menggunakan crane.

(49)

Sesuai dengan shop drawing tiang pancang terbagi atas 3 bagian yaitu bottom pile 9m, middle pile 15m dan top pile 15m dan ketiga tiang tersebut dihubungkan dengan Triple-Plat Bersama (Joint TP) dengan sebagai penguncinya, seperti yang digambarkan di bawah ini.

Gambar 4.8 Pile Jointing

Ketika tiang pancang yang dimasukkan telah mencapai pada kedalaman yang ditentukan, tiang pancang tidak langsung dilepas dari crane. Hal itu untuk menjaga agar tiang pancang tetap pada elevasi tersebut. Penahan tiang baru dilepas setelah air semen mengeras dan kuat untuk mempertahankan posisi tiang pancang. kemudian dilakukan perapihan tanah kembali agar lubang bor di atas tiang tertutup.

4.4.2 Pekerjaan Pile Cap

Pile cap merupakan pelat beton bertulang yang digunakan untuk

menyalurkan beban konstruksi yang berada di atasnya, untuk

selanjutnya diteruskan ke tiang pancang. Pekerjaan Pile cap yang

kami tampilkan dalam laporan ini yaitu pekerjaan pilecap MS5R. Pile

cap tersebut di design dengan ukuran penampang 5100 x 3900 mm

(50)

1. Pekerjaan survey

Survey yang pertama dilakukan pada pekerjaan ini yaitu menentukan dimensi galian terlebih dahulu sesuai dengan koordinat yang ada pada shop drawing.

2. Pekerjaan galian

Penggalian awal untuk pekerjaan pile cap ini menggunakan excavator sampai terlihat permukaan tiang pancang. Galian untuk pile cap ini berbentuk miring agar tanah tidak mudah longsor. Berikutnya penggalian dilakukan secara manual sampai kedalaman yang diperlukan, penggalian secara manual dilakukan untuk menghindari kerusakan tiang tersebut. Setelah galian telah selesei permukaan galian tersebut di padatkan menggunakan mesin Stamper.

(51)

3. Pembuatan Lantai Kerja

Beton lantai kerja menggunakan ready mix dengan mutu B-0 non struktural. Ketebalan lantai kerja di design 5cm dengan permukaan lantai kerja harus datar.

Gambar 4.10 Pebuaatan lantai kerja pile cap

4. Pemasangan stud

Stud memakai bahan baja dengan diameter 19mm dengan panjang 150mm yang dilas pada permukaan pipa baja yang telah terpasang pada kepala tiang pancang. Seperti yang terlihat pada gambar berikut:

(52)

5. Pemasangan baja tulangan

- Baja tulangan untuk pile cap harus sesuai dengan SNI 07-2052-2002 dan saat memotong atau menekuk harus sesusai peraturan BS 8666: 2005.

- Baja tulangan yang dipakai adalah baja dengan mutu Fy= 390 Mpa

- Pemotongan dan penekukan baja tulangan dilakukan di tempat fabrikasi yang berlokasi tidak jauh dari pekerjaan pile cap.

- Perakitan baja tulangan dilakukan secara manual dengan kawat sebagai ikatan antar besi tersebut.

- pada perakitan tulangan pile cap dilakukan juga pemasangan tulangan vertikal kolom (starter bar), itu karena pekerjaan kolom berhubungan langsung pada pile cap.

(53)

6. Bekisting untuk Pile Cap

- Bekisting yang dipakai pada pile cap ini adalah bekisting dengan system knock down dengan bahan Plat baja.

- Pekerjaan bekisting ini dikerjaan oleh sub kontraktor, akan tetapi pelaksanaan tetap diawasi penuh oleh Main kontraktor.

- Bekisting vertikal pile cap dipasang sesuai dengan marking yang telah dibuat oleh surveyor pada lantai kerja.

- Setelah bekisting terpasang pengawas lapangan memastikan kembali bahwa perkuatan bekisting benar benar sudah kuat dan siap untuk dilakukan pengecoran.

Gambar 4.13 pekerjaan bekisting pile cap

7. Pengecoran

Beton yang dipakai untuk pondasi pile cap pada proyek

Jakarta MRT adalah beton ready mix dengan mutu f’c 32Mpa.

Sebelum melakukan pengecoran ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain :

(54)

- Pembersihan bagian-bagian yang akan dicor dari kotoran seperti potongan kawat pengikat, kayu, tanah longsoran, dan lain-lain.

- Pemeriksaaan penulangan yang meliputi letak, jumlah, diameter, sambungan, dan jaraknya sesuai dengan perencanaan.

- Pemeriksaan terhadap kondisi vertikal bekisting kolom yang dipasang.

Adapun Langkah-langkah dalam pengecoran pile cap yaitu :

- Melakukan uji slump serta pembuatan benda uji beton. - pengecoran pile cap dilakukan menggunakan concrete

pump, karena mixer tidak bisa mendekati area pile cap. - Pengecoran pile cap dilakukan dengan cara meratakan per

layer (layer) pile cap setiap 30-40cm. dan dilakukan secara terus menerus sampai penuh.

(55)

4.5 Struktur Bawah Jalan Layang (Viaduct Substructures)

Viaduct Substructures adalah sub pekerjaan struktur bawah jalan layang. Pekerjaan ini meliputi beberapa item pekerjaan antara lain :

- Pekerjaan tiang pancang (piling)

- Pekerjaan pile cap

- Pekerjaan kolom & pier head

Pada proyek Jakarta MRT PC103 ini sub pekerjaan Viaduct Substructures terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:

- Haji Nawi St. – Blok A st.

- Blok A st. – Blok M St.

- Blok M St. – Sisingamangaraja St.

- Sisingamangaraja St. – End (9K +211m)

Adapun pekerjaan yang kami amati pada saat kerja praktek adalah pekerjaan kolom SP3 dan pekerjaan pier head SP4.

4.5.1 Pekerjaan Kolom

Kolom merupakan batang vertikal dari rangka (frame) struktur yang memikul beban dari jembatan, yang meneruskannya dari elevasi atas ke elevasi bawah hingga akhirnya sampai ketanah melalui pondasi. Pekerjaan kolom yang diamati pada titik SP3. Kolom tersebut di design dengan ukuran penampang 2250 x 2250 mm dan

tinggi 8.622 meter. adapun tahapan pelaksanaanya sebagai berikut:

1. Pekerjaan pembesian

(56)

lokasi konstruksi kolom untuk dirakit. Proses perakitannya secara in-situ, yaitu dirakit langsung di lapangan. Lap dan sambungan termasuk lapping bar, threading dan koneksi mekanis

lainnya diterapkan secara ketat sesuai dengan metode dan

gambar yang disetujui oleh Kontraktor utama dan tidak ada

sambungan las yang diizinkan pada pekerjaan ini.

Gambar 4.15 Pembuatan lantai perancah (plateform scaffolding)

(57)

2. Pekerjaan Bekisting

Bekisting yang dipakai pada pile cap ini adalah bekisting dengan system Peri Formwork, bekisting diangkat secara manual dengan derek small crane, pemasangan bekisting ternasuk pengangkatan dan positioning.

a. Pemasangan bekisting bawah b. Pemasangan bekisting atas

Gambar 4.17 Pemasangan bekisting untuk pier kolom

3. Pengecoran kolom

Beton yang dipakai untuk pekerjaan kolom pada proyek

Jakarta MRT adalah beton ready mix dengan mutu f’c 32Mpa.

(58)

Gambar 4.18 pengecoran kolom

4.5.2 Pekerjaan Pier head

Pier head berfungsi sebagai dudukan box girder serta sebagai penyalur beban lalu lintas dari box girder ke pier. Pekerjaan Pier Head yang diamati pada kerja praktek ini adalah pier head di titik SP4.

Adapun tahapan pelaksanaanya sebagai berikut:

1. Pemasangan Tulangan Pier Head

Baja tulangan untuk pier head harus memenuhi SNI

07-2052-2002 dan harus dipotong atau dibengkokan untuk mematuhi

BS8666: 2005. Pemotongan dan penekukan baja tulangan dilakukan di tempat fabrikasi yang berlokasi tidak jauh dari pekerjaan pier head. Perakitan baja tulangan dilakukan secara manual dengan kawat sebagai ikatan antar besi tersebut. pada perakitan tulangan pier head dilakukan juga pemasangan tulangan untuk seismic restrain, itu karena pekerjaan pier head

(59)

Gambar 4.19 Instalasi Tulangan Pier Head

2. Bekisting untuk Pier Head

Pekerjaan bekisting ini dikerjaan oleh sub kontraktor. Bagian dalam permukaan bentuk harus dibersihkan dan dilapisi untuk mencegah adhesi beton. Bekisting yang dipakai pada pier head ini adalah bekisting dengan cara konvensional, yaitu dengan menggunakan papan triplek.

(60)

3. Pengecoran Pier Head

Pengecoran untuk pekerjaan pier head ini menggunakan metode pompa. Sebelum dilakukan pengecoran, pemasangan tulangan (termasuk penulangan bearing plinth) harus sudah selesai dan telah lolos inspeksi. Pada saat pengecoran boton readymix

tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian melebihi 1,5 m dari permukaan atas pier head.

Gambar 4.21 Pengecoran Pier Head

4. Curing

(61)

BAB

V

PENGAWASAN PEKERJAAN

5.1 Uraian Umum

(62)

tersebut di atas yang dilakukan oleh unsur - unsur pelaksana pembangunan proyek tersebut. Unsur yang terkait dalam bidang ini adalah konsultan pengawas. Pihak konsultan pengawas harus cermat dan teliti mengamati setiap langkah pekerjaan dan harus tegas mempertanyakan mengenai kualitas bahan baku proyek dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan bila dirasakan tidak sesuai dengan perjanjian dokumen kontrak yang telah disepakati. Pihak konsultan pengawas dapat meminta laporan mingguan kepada pihak kontraktor untuk mengetahui progress report kemajuan proyek yang telah dilaksanakan.

5.2 Pengendalian Proyek

5.2.1 Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pengendalian mutu adalah suatu sistem yang mengendalikan metode kerja dan hasil akhir dan suatu pekerjaan. Pengendalian mutu yang diterapkan pada proyek pembangunan Centennial Office Tower, Gatot Subroto – Jakarta meliputi :

1. Pengendalian incoming material

(63)

2. Pemeriksaan Mutu Beton

Pemeriksaan mutu beton cair di lapangan dapat dilakukan dengan cara slump test. Ada tiga macam kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pengujian beton dengan cara slump test, yaitu :

a. Baik (True Slump) adalah apabila tinggi cetakan slump = 2/3 tinggi cetakan slump. pengujian nilai slump, dengan cara mengambil coran, kemudian sample tersebut dimasukkan ke dalam kerucut standart (kerucut Abrams) dari baja dengan ukuran diameter antara 10-20cm. Kerucut ini diletakkan di atas sebidang alas rata dan tidak menyerap air, alas yang digunakan biasanya adalah lempengan baja. Pengisian beton ke dalam kerucut terdiri dari tiga lapis yang sama tebalnya, dan tiap lapis masing – masing ditusuk dengan besi diameter 16 mm dan panjang 60 cm, penusukan dilakukan sebanyak 25 kali untuk setiap lapisnya.

(64)

3. Setelah kerucut ditarik ke atas dan beton pun turun, maka nilai turunnya tinggi beton ini dinamakan nilai slump test

beton.

Gambar 5.1 Uji Slump

Pemeriksaan karakteristik mutu beton yang dihasilkan dapat dilakukan dengan cara uji tekan beton apakah sesuai dengan yang direncanakan. Jika terjadi penyimpangan pada beton yang dipesan (misalnya kekuatan beton yang diberikan tidak sesuai dengan yang dipesan), maka harus dilakukan langkah - langkah antisipasi seperti :

- Pembongkaran pada struktur bangunan yang telah di cor.

- Pemberian ganti rugi terhadap pihak kontraktor (dalam hal ini, perlu dilakukan negosiasi dengan pihak pemasok pionir beton).

- Jika beton yang telah di cor berada pada bagian non struktural, maka langkah pembongkaran dapat diabaikan, dan diatasi kerusakan dengan langkah perkuatan di bagian yang mampu menyangga bagian tersebut.

Pada Proyek MRT Jakarta CP103, OSJ JV menggunakan beton

(65)

melampirkan beberapa contoh form yang digunakan dalam pengendalian mutu di proyek MRT Jakarta CP 103 diantaranya Form Inspeksi Pembesian, Form Inspeksi Bekisting dan Form Inspeksi Pengecoran.

5.2.2 Pengendalian Waktu (Time Control)

Pengendalian waktu proyek adalah cara mengendalikan waktu pelaksanaan agar waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana. Oleh karena itu penjadwalan kegiatan proyek yaitu mengatur waktu pelaksanaan pekerjaan menjadi sangat penting dalam rangka pengendalian waktu. Salah satu cara pengendalian waktu adalah time schedule. Hal ini dibuat untuk mengatur item - item pekerjaan agar diatur sedemikian rupa, sehingga suatu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainnya dapat saling berhubungan dan tidak saling tumpang tindih. Macam - macam time schedule, yaitu :

1. Master Schedule

(66)

a. Construction Schedule

Rencana waktu pekerjaan struktur dalam suatu proyek baik struktur atas maupun bawah.

b. Weekly Schedule

Rencana pekerjaan yang akan dilakukan dalam waktu satu minggu oleh pekerjaan lapangan.

c. Monthly Schedule

Rencana pekerjaan yang akan dilakukan dalam waktu satu bulan.

Fungsi master schedule, yaitu :

- Sebagai sarana pengatur waktu

- Sebagai pedoman kerja bagi kontraktor

- Sebagai sarana kontrol bagi pencapai prestasi pekerjaan

- Sebagai dasar perhitungan dan penentuan sanksi - sanksi, perpanjangan pekerjaan, denda dan lain sebagainya

- Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun master schedule adalah

d. Biaya Pelaksanaan

Kontraktor harus mempertimbangkan besarnya biaya pelaksanaan dan bobot untuk masing - masing jenis pekerjaan, agar dapat diperkirakan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

e. Metode Pelaksanaan

(67)

f. Tenaga Kerja

Kontraktor harus dapat menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah direncakan.

g. Peralatan

Penggunaan peralatan yang tepat dapat meningkatkan efisiensi waktu sehingga pekerjaan dapat selesai sesuai jadwal.

h. Cuaca

Kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan. Untuk itu kontraktor harus dapat mencari solusi untuk dapat mengatasi masalah tersebut agar tidak menghambat pelaksanaan proyek.

i. Laporan Harian

- Laporan Harian berisi tentang :

- Jumlah dan macamalat yang dioperasikan

- Pengadaan dan pemakaian bahan / material

- Kegiatan proyek yang dilaksanakan

- Data keadaan cuaca

j. Jam Kerja

(68)

diperlukan, konsultan rnanajemen konstruksi dapat memberikan catatan pada laporan tersebut.

2. Laporan Mingguan

Laporan mingguan berisi tentang :

- Jumlah tenaga kerja dan staff

- Jumlah dan macam alat yang dioperasikan

- Pengadaan dan pemakaian bahan / material

- Kegiatan proyek yang dilaksanakan

- Data keadaan cuaca

- Pengujian yang dilaksanakan

Laporan Mingguan merupakan rangkuman dari laporan harian selama satu minggu mulai dari hari senin sampai hari sabtu. Laporan ini juga ditandatangani oleh kontraktor, Manajemen Konstruksi dan pemilik.

Kemajuan tiap kegiatan dapat dinilai secara kumulatif berdasarkan kemajuan pekerjaan tiap minggu, Manajemen Konstruksi dapat member catatan / komentar.

3. Laporan Bulanan

Laporan Bulanan berisi tentang :

- Rencana dan realitas kerja

- Jumlah tenaga kerja dan staff

- Jumlah dan macam alat yang dioperasikan

- Pengadaan dan pemakaian bahan / material

- Persetujuan gambar kerja yang diajukan

- Data keadaan cuaca

(69)

Laporan Bulanan merupakan kumulatif dari laporan – laporan harian yang dibuat sebagai laporan kemajuan dari pekerjaan yang dilakukan dengan mengacu pada time schedule.

4. Laporan Kemajuan Proyek

Laporan Kemajuan Proyek berisi tentang : - Uraian pekerjaan

Laporan ini dibuat oleh kontraktor setiap minggu. Digunakan sebagai dasar di dalam rapat progress (rapat mengenai kemajuan pekerjaan yang diadakan setiap minggu) untuk menentukan seberapa jauh kemajuan pekerjaan yang telah dicapai.

5. Rapat Koordinasi

Rapat Koordinasi membahas tentang :

- Hambatan - hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan

- Ketidakjelasan dan ketidakcocokan gambar - gambar pelaksanaan pada pekerjaan di lapangan

- Pengadaan dan pemakaian material

- Sasaran yang harus dicapai untuk waktu yang akan datang

(70)

berfungsi untuk menyelesaikan masalah yang timbul didalam pelaksanaan proyek dan tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja.

6. Rapat Perencanaan

Rapat Perencanaan diadakan setiap satu atau dua minggu sekali, dan dihadiri oleh pemilik, konsultan perencana, dan konsultan Manajemen Konstruksi. Setiap selesai rapat kemudian dilanjutkan dengan peninjauan ke lapangan, sehingga dapat diketahui apakah pelaksanaan pembangunan sesuai dengan perencanaan dan mengetahui hal - hal yang mungkin tidak dapat mempengaruhi kurva S atau harus dilakukan perencanaan untuk mengganti pekerjaan yang tidak sesuai dengan jadwal. MRTJakarta, dalam pengendalian Waktu (Time Control), OSJ JV membuat Master Schedule untuk semua pekerjaan di Proyek, OSJ JV juga mengadakan rapat koordinasi dan perencanaan yang membahas tentang kemajuan (Progress) Pekerjaan setiap minggunya. Jadi jika ditemukan keterlambatan atau ketidaksesuaian dengan waktu yang direncanakan, maka dapat segera diantisipasi sedini mungkin agar keterlambatan tidak berlangsung terus menerus.

(71)

5.2.3 Pengendalian Biaya (CostControl)

Pengendalian Biaya ini adalah suatu sistem yang mengendalikan biaya pelaksanaan proyek, bagaimana mengendalikan biaya produksi di lapangan sesuai dengan rencana anggaran pelaksanaan proyek. Biasanya ada satu orang yang ditugaskan untuk mengendalikan biaya pelaksanaan antara rencana dan realisasi. Untuk pengendalian biaya ini pihak kontraktor melakukan perhitungan ulang volume pekerjaan dan membuat analisa harga satuan pekerjaan, biaya umum lapangan, biaya langsung, dan biaya tidak langsung. Bila terdapat perbedaan yang sangat jauh antara rencana dan realisasi maka diadakan pengkajian, lalu memperhitungkan apa penyebabnya, kemudian dicari solusinya agar tidak terulang lagi pada masa yang akan datang. Pada Proyek Centennial MRT Jakarta CP103 dalam pengendalian Biaya (Cost Control), dikontrol oleh Kantor Pusat.

5.2.4 Pelaksanaan K3

1. Penginformasian dan pengenalan K3

(72)

oleh manajer safety setiap bulan dengan safety talk untuk seluruh pekerja dan karyawan. Selain itu juga dilakukan program safety talk untuk para pekerja oleh safety manager. Safety manager adalah petugas yang ditunjuk oleh project manager yang secara terus menerus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3. Safety manager berwenang menegur dan memberikan instruksi langsung kepada site manager, bila ada pelaksanaan yang mengandung bahaya terhadap keselamatan kerja. Pada proyek ini untuk pengawasan pelaksanaan K3 diadakan safety patrol yaitu suatu tim K3 yang melaksanakan patroli setiap hari. Dalam patroli masing-masing anggota safety patrol mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan/yang memiliki risiko kecelakaan. Selain itu juga diadakan safety meeting yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil/laporan dan safety meeting adalah perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan K3 dan perbaikan system kerja untuk mencegah penyimpanan tidak terulang kembali. Untuk program pendekatan K3 bagi orang baru di proyek (termasuk pekerja dan karyawan) dinamakan safety induction. Dan juga diadakan toolbox meeting yaitu pengarahan tentang K3 yang ditujukan kepada para pekerja dan karyawan yang akan berada di area kerja. Selain itu diantara jam kerja pada setiap jamnya petugas safety selalu mengingatkan tentang keselamatan dan kesehatan pada pekerja. Selain keselamatan dan kesehatan kerja, traffic management pun merupakan tanggung jawab manajer safety.

2. Alat-alat dan sarana keselamatan kerja

(73)

a. Yang melekat pada orang, yaitu:

- Helm

Helm pengaman wajib dikenakan oleh semua orang tanpa kecuali yang berada dilokasi proyek. Helm harus berjumlah sama dengan jumlah pekerja ditambah beberapa cadangan untuk tamu-tamu dan orang-orang yang datang sesekali.

- Safety shoes

Harus dipakai oleh semua orang yang berada di lokasi proyek seperti helm. Jumlah harus sesuai dengan jumalah pekerja yang ada.

- Sarung tangan

Digunakan sesuai dengan jenis pekerjaan seperti tukang las, tukang listrik, dan lain-lain.

- Sabuk pengaman

Digunakan untuk pekeja ditempat tinggi

- Kacamata las

Wajib digunakan oleh tukang las pada pekerjaan baja dan pembesian.

- Masker

Wajib digunakan oleh tukang 1, tukang cat, penyemprot anti rayap dan lain-lain.

- Kotak P3K

- Berguna untuk pertolongan pertama. Diletakan di tempat- tempat yang mudah terlihat dan terjangkau.

b. Sarana peralatan lingkungan, yaitu:

(74)

Digunakan apabila terjadi kecelakaan dan kecerobohan kerja yang menimbulkan nyala api. Tabung ini harus diletakan ditempat yang mudah terlihat dan terjangkau, seperti di pos satpam.

- Pagar pengaman

Dipasang disekeliling area proyek dan pada daerah-daerah dimana terjadi perbedaan kontur tanah yang tinggi akibat pekerjaan galian. Bentuk pagar yang digunakan adalah batang- batang besi dipasang berdiri dan dihubungkan dengan tali tambang berwarna kuning. Pagar ini diperlukan untuk lokasi antara lain lubang di lantai, lubang di sumur galian tanah, tepi bangunan tinggi.

- Pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja

- Jaringan pengaman pada bangunan tinggi.

c. Rambu-rambu peringatan

Fungsi rambu-rambu peringatan antara lain untuk :

- Peringatan bahaya dari atas

- Peringatan bahaya benturan kepala

- Peringatan bahaya longsoran

- Peringatan bahaya api / kebakaran

- Peringatan tersengat listrik

- Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja

(75)

pengelolaan kebersihan linigkungan kerja diproyek antara lain adalah :

a. Perencanaan tata letak (Lay out planning)

Perencanaan tata Letak harus diatur sedemikian rupa sehingga orang dan alat yang berkerja tidak saling terganggu, tetapi justru saling mendukung, agar pelaksanaan kerja dengan produktivitas tinggi dan aman dapat dicapai.

b. House keeping

Kebersihan dan kerapihan tempat kerja merupakan syarat K3. Sarana keberhasilan dan kerapihan untuk program K3 adalah:

- Penyediaan air bersih yang cukup

- Penyediaan toilet / WC untuk pekerja proyek

- Penyediaan bak-bak sampak pada lokasi yang diperlukan

(76)

BAB

VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan langsung selama melakukan Kerja Praktek terhitung mulai dari tanggal 19 September 2015 hingga 19 Desember 2015 di proyek pembangunan Jakarta MRT CP103, berikut adalah poin- poin penting yang dapat disimpulkan:

1. Proyek pembangunan Jakarta MRT CP 103 telah mencapai tahap Substructures saat kegiatan kerja praktek selesai.

2. Dalam bidang manajemen proyek, telah terjadi koordinasi yang baik. Semua pihak bekerja sesuai dengan deskripsi kerja masing-masing. Pengajuan request kerja, instruksi kerja untuk pekerjaan lapangan, dan inspeksi pasca pengerjaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

3. Dari segi sumber daya proyek, alat-alat yang digunakan dalam proyek berfungsi dengan baik.Sumber daya proyek lain seperti sumber daya manusia, dalam hal ini pekerja lapangan sudah cukup efektif penempatannya. Perhitungan komposisi tenaga kerja telah dilakukan untuk setiap jenis pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi lapangan dan target waktu penyelesaian suatu pekerjaan.

(77)

Gambar

Gambar 1.1.1 lokasi proyek MRT Jakarta paket CP103
Tabel 1.1 Dimensi Proyek  Struktur Layang MRT Jakarta CP103
Gambar 3.1 Struktur organisasi proyek
Gambar 4.1 Pekerjaan Pemasangan Pagar dan Rambu Proyek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Information about when the examinations can be taken can be found in the syllabus, which you can download from Teacher Support or our public website.. Examination dates are listed

Membuat sistem deteksi kebisingan dalam ruangan perpustakaan dengan menggunakan sensor mikrofon kondensor dengan output yang berupa bunyi buzzer dan tingkat

Penelitian ini untuk mendapatkan gambaran dan hubungan antara persepsi pasien tentang dimensi mutu pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap

Adapun t ujuan dari sosialisasi yang dilaksanakan di masyarakat Desa Gondang ini adalah memberikan pengertian terhadap masya rakat untuk membudayakan hidup sehat dengan

[r]

This paper presents a mapping specification, taking into account the need for a chart substantive rules and chart elements chart elements quality detection methods, the

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan bila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

Beberapa antimikroba termasuk amfoterisin B, ampisilin natrium, eritromisin lactobionate, dan beberapa tetrasiklin baik secara fisik tidak sesuai dengan, atau mungkin tidak aktif