• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM SEKTOR UNGGULAN DAN KONTRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GAMBARAN UMUM SEKTOR UNGGULAN DAN KONTRI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015

AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat naskah hasil pemikiran dan hasil penelitian bidang sosial, ekonomi dan kebijakan pertanian dalam arti umum.

Editor in Chief

Ihsannudin, MP

Editor Board

Dr. Elys Fauziyah UTM Hadi Paramu, Ph.D Unej Dr. Andri K. Sunyigono UTM Dr. Joni Murti Mulyo Aji Unej Slamet Widodo, M.Si UTM Dr. Amzul Rifin IPB Dr. Teti Sugiarti UTM Dr. Mohammad Arief UTM

Suadi, Ph.D UGM Subejo, Ph.D UGM

Lay Out

Taufik R.D.A Nugroho Umar Khasan

Pelaksana Tata Usaha

Umar Khasan Miellyza Kusuma Putri

Mitra Bestari Agnes Quartina Pudjiastuti Universitas Tribuana

Tunggadewi Malang

Gema W. Mukti Unpad

Apri Kuntariningsih Pemerhati Sosiologis Pembangunan Pedesaan

Harisuddin UNS

Watermin Univ. Muhammadiyah Purwokerto

Jauhari Lolit Sapi Grati

Ernoiz Antriandarti UNS S. Rusdiana Balitnak I Ketut Arnawa Univ. Mahasaraswati

Denpasar

Dedi Irwandi BPTP KALTENG

Alamat Redaksi

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang 02 Kamal Bangkalan Telp. (031) 3013234 Fax. (031) 3011506 Surat elektronik: agriekonomika@gmail.com Laman: http://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika

AGRIEKONOMIKA diterbitkan sejak April 2012 oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.

(2)

VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015

DAFTAR ISI

SOCIAL QUALITY MASYARAKAT LAHAN PASIR PANTAI PADA ASPEK SOCIAL EMPOWERMENT DI KECAMATAN PANJATAN

KABUPATEN KULONPROGO ……….1-9 Kusumaningrum, Juliman Foor Z, Dalvi Mustafa

PREFERENSI KONSUMEN BERAS BERLABEL ………10-21 Syahrir, Sitti Aida Adha Taridala, Bahari

PERKEMBANGAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI

KABUPATEN JEMBER ………22-36 Aryo Fajar Sunartomo

CPUE DAN TINGKAT PEMANFAATAN PERIKANAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI SEKITAR TELUK PALABUHANRATU,

KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ………...37-49 Dian Budiasih dan Dian A.N. Nurmala Dewi

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PENGUATAN MODAL KELEMBAGAAN PETANI DI KAWASAN AGROPOLITAN

KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ………...50-58 Watemin, Sulistyani Budiningsih

KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA USAHATANI

PADI SAWAH DI SERANG BANTEN ………...59-65 Resmayeti Purba

KAJIAN IDENTIFIKASI PANGAN POKOK BERBASIS KEARIFAN

LOKAL PADA RUMAH TANGGA PRA SEJAHTERA

DI JAWA TENGAH ………66-79 Erlyna Wida R, Heru Irianto dan Choirul Anam

PENINGKATAN USAHA TERNAK DOMBA MELALUI

DIVERSIFIKASI TANAMAN PANGAN: EKONOMI PENDAPATAN

PETANI ………...80-95

S. Rusdiana dan L. Praharani

STRATEGI PENINGKATAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA PASANG SURUT DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN

(3)

PETERNAK SAPI BINAAN PROGRAM CSR (Corporate Social

Responsibilty) PETROCHINA JABUNG Ltd ………124-133 Ardi Novra

KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN USAHA AGRIBISNIS PADI PADA BKP5K

KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ………..134-155 Elih Juhdi Muslihat, Azhar, Kusmiyati, Woro Indriatmi

GAMBARAN UMUM SEKTOR UNGGULAN DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR (OLAH DATA

TABEL INPUT-OUTPUT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010)………156-169 Azizatun Nurhayati1, Any Suryantini2

KERAGAAN USAHATANI DAN PEMASARAN BUAH NAGA

ORGANIK ………...170-186 Kustiawati Ningsih1, Herman Felani1, Halimatus Sakdiyah2

PENGEMBANGAN PASAR LELANG FORWARDKOMODITAS BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DI PROVINSI SUMATERA

SELATAN ………187-199 Heri Rahman

SISTEM DINAMIS RANTAI PASOK INDUSTRIALISASI GULA

BERKELANJUTAN DI PULAU MADURA ……….200-211 Akhmad Mahbubi

SEKTOR PERTANIAN MERUPAKAN SEKTOR UNGGULAN

TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI MALUKU ……...212-222 Esther Kembauw1, Aphrodite Milana Sahusilawane1, Lexy

Janzen Sinay2

KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KOPI ARABIKA DAN

PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KETINGGIAN SEDANG ………...223-236 Ati Kusmiati dan Devi Yulistia Nursamsiya

TARIF BEA MASUK OPTIMAL BAGI PRODUK PERTANIAN

INDONESIA ………237-246 Dian Dwi Laksani1, Rizky Eka Putri2

PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS

(4)

GAMBARAN UMUM SEKTOR UNGGULAN DAN KONTRIBUSI

SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR (OLAH DATA

TABEL INPUT-OUTPUT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010)

Azizatun Nurhayati1, Any Suryantini2

1

Program Studi Magister Manajemen Agribisnis

2

Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta onlyazizi@gmail.com

ABSTRAK

Pembangunan daerah dilakukan dengan memaksimalkan potensi sumber daya yang ada di suatu daerah. Karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah petani, maka penting untuk mengetahui kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian suatu daerah. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi sektor pertanian terhadap multiplier output, pengganda pendapatan, dan pengganda tenaga kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Input Output yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas tebu berada pada kuadran II, Dari keseluruhan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa (1) Komoditas tebu dapat mendorong berkembangnya industri gula di Jawa Timur, (2) di sektor peternakan, subsektor yang dapat dikembangkan adalah pakan ternak, pemotongan hewan, sapi, kambing dan domba, serta ayam (3) di sektor pengolahan subsektor pengolahan es krim, beras, dan penggilingan padi serta rokok.

Kata kunci: sektor unggulan, tabel input-ouput, sektor pertanian, Jawa Timur GENERAL DESCRIPTION OF AGRICULTURE LEADING SECTOR AND ITS

CONTRIBUTION IN EAST JAVA PROVINCE (INPUT-OUTPUT TABLE ANALYSIS OF EAST JAVA PROVINCE IN 2010)

ABSTRACT

Local development is held by maximizing potential resources in a particular region. In addition, most of Indonesian people are farmers so it’s important to identify the agriculural contribution in local economic. The aim of this study are to study the contribution of agriculture in ouput multiplier, income multiplier, and employment multiplier. The method which was used in this research was input-output analysis based on Badan Pusat Statistik East Java Province’s data in 2010. From the analysis, we can conclude that the sugarcane was formed in the second quadrant, in which (1)sugarcane comodity promoted the sugar industry in East Java Province (2) in livestock subsector, the woof of livestock industry, animals truncation, sheeps, goats, and chicken husbandry (poultry) were potentially to be developed (3) in processing subsector which was based on agriculture product, ice cream and processing, rice milling and cigarette were potentially to be developed.

(5)

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi daerah difokuskan dengan memaksimalkan potensi yang ada di suatu wilayah untuk menciptakan suatu lapangan kerja sehingga bisa memberikan tambahan pendapatan masyarakat. Dalam suatu rencana pembangunan perekonomian suatu daerah, dibutuhkan adanya prioritas sektor yang akan dibangun. Dalam hal ini, sektor pertanian penting untuk diperhatikan karena sebagian besar mata pencaharian penduduk berada pada sektor ini. Data Badan Pusat Statistik (2014) menunjukkan sebanyak 7.261.367 jiwa atau sebesar 37,61% penduduk Jawa Timur bekerja di sektor baik pertanian, perikanan, kehutanan maupun perburuan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor hortikultura, subsektor peternakan, subsektor perikanan dan subsektor kehutanan. Subsektor-subsektor ini akan saling terkait untuk saling mendukung kemajuan antar subsektor.

Tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk dan antar sektor (Suryani, 2013). Jawa Timur adalah salah satu provinsi di Pulau Jawa dengan luas lahan pertanian 4.656.757 hektar dan telah mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap produksi pangan nasional (Anonim, 2013). Di samping itu, dari sektor hortikultura, berdasarkan penelitian Tamami (2012) Jawa Timur, khususnya Bangkalan, memiliki potensi yang layak dikembangkan. Tamami menyebutkan, usahatani melati Ratu Ebuh prospektif untuk dikembangkan secara komersial.

Menurut Yanti (2009) jika indeks derajat penyebaran dan indeks derajat kepekaan digabungkan maka akan tersusun 4 kuadran di yaitu:

1. Kuadran I adalah kelompok subsektor atau sektor dengan indeks daya penyebaran dan indeks daya kepekaan tinggi, sehingga sektor-sektor yang berada dalam kuadran ini disebut sebagaileading sector.

2. kuadran II adalah subsektor atau sektor dengan indeks daya kepekaan rendah tetapi indeks daya penyebarannya tinggi yang berarti bahwa sektor ini memiliki ketergantungan yang tinggi pada sektor lain sedangkan daya dorong terhadap sektor lain rendah.

3. Kuadran III adalah subsektor atau sektor dengan indeks derajat penyebaran dan indeks daya kepekaan rendah. Subsektor atau sektor yang berada dalam kuadran ini membutuhkan dorongan dan dukungan dari sektor lain karena kemampuan subsektor atau sektor di kuadran ini lemah.

4. Kuadaran IV adalah subsektor atau sektor dengan indeks daya kepekaan tinggi namun indeks daya penyebaran rendah, di mana subsektor atau sektor yang berada dalam kuadran ini dapat mendorong sektor lain tetapi tingkat ketergantungannya dalam sektor lain rendah sehingga dapat dikatakan sektor ini mandiri.

5. Jika indeks daya kepekaan dan indeks daya penyebaran bernilai 1 maka indeks daya penyebaran dan atau indeks daya kepekaan suatu sektor sama dengan indeks daya penyebaran dan atau indeks daya kepekaan seluruh sektor ekonomi.

(6)

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan merupakan penelitian kuantitatif. Data-data dikumpulkan kemudian diolah sehingga menghasilkan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007).

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur tahun 2010 dalam bentuk tabel input-output 110 sektor yang merupakan tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen. Dari 110 sektor, 51 subsektor yang meliputi sektor pertanian dan pengolahan pertanian akan disusun dalam bentuk peringkat.

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis keterkaitan dengan menggunakan indeks daya penyebaran (forward linkage index) dan indeks daya kepekaan (bacward linkage index) dari matriks pengganda. Matriks pengganda, yang ditemukan oleh Leontif, adalah matriks kebalikan (inverse matrix) yang digunakan untuk menghubungkan permintaan akhir dengan tingkat produksi output. Oleh karena itu, matriks pengganda (matriks Leontif) ini digunakan untuk mengetahui dampak perubahan permintaan akhir terhadap berbagai sektor perekonomian (Nazara, 1997).

1) Menghitung matriks pengganda

a) Menghitung koefisien input, yang dirumuskan dengan

aij= (1)

Jika aij adalah koefisien input sektor produksi nasional i oleh sektor produksi

j,dengan demikian dapat disusun matriks sebagai berikut :

a11X1+a12X2+ ... +a1nXn+F1= X1

a21X1+a22X2+ ... +a2nXn+F2=X2

an1X1+an2X2+ ... +annXn+Fn=Xn (2)

Jika terdapat perubahan pada permintaan akhir maka akan terdapat perubahan pada pola pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan maka dapat dituliskan sebagai berikut:

AX+F= X atau F= X-AX sehingga F= (I-A)-1F (3)

Dimana I adalah matriks identitas ukuran nxn yang memuat angka 1 pada diagonalnya dan angka nol pada elemen lain, F adalah permintaan akhir, X adalah output,(I-A)adalah matriks Leontief, dan(I-A)-1adalah matriks kebalikan Leontief.

b) Menghitung pengganda output (output multiplier). Pengganda output dihitung untuk mengetahui dampak perubahan akhir suatu sektor terhadap semua sektor yang ada setiap satuan perubahan jenis pengganda, dirumuskan dengan:

(7)

Dimana Oij adalah pengganda output sektor j, α ij adalah elemen matriks kebalikan Leontief, dan iadalah baris ke 1, 2, 3, sampai baris ken.

c) Menghitung pengganda pendapatan

= , (5)

Dimana Ij adalah pengganda pendapatan sektor j, an+1,i adalah bagian nilai

tambah bagian upah/gaji per total output,α ijadalah matriks kebalikan Leontief.

d) Menghitung pengganda tenaga kerja

Pengganda tenaga kerja dapat dihitung dengan

wj=lj/xj, maka Lj= Σ wj(I-A)-1 (6)

Dimana Lj adalah angka pengganda tenaga kerja, wj adalah koefisien tenaga

kerja suatu sektor j, lj adalah jumlah tenaga kerja di sektor j, xj adalah jumlah

output pada sektorj, dan(I-A)-1adalah matriks kebalikan Leontief.

2) Menghitung keterkaitan Antar Sektor

a. Keterkaitan ke Belakang(Backward Linkage) Keterkaitan ke belakang dihitung dengan rumus

j = (7)

Dimana α i adalah indeks daya kepekaan, Σ i bijadalah jumlah koefisien input

antara/Leontief dengan i sebagai sektor baris, Σ i Σ j bij adalah jumlah koefisien

input antara/Leontief denganjsebagai sektor kolom dan n adalah jumlah sektor.

Kriteria kesimpulan jika α i = 1, daya menarik sektor i sama dengan rata-rata

daya menarik seluruh sektor ekonomi, α i> 1, daya menarik sektor i lebih besar

daripada rata-rata daya menarik seluruh sektor ekonomi, α i< 1, daya menarik

sektor i lebih kecil daripada rata-rata daya menarik seluruh sektor ekonomi.

b. Keterkaitan ke Depan(Forward Linkage)

Keterkaitan ke depan dihitung dengan menggunakan rumus:

j = (8)

Dimanaβ iadalah indeks daya penyebaran, Σ jbij adalah jumlah koefisien input

antara/Leontief dengan i sebagai sektor baris, Σ i Σ j bijadalah jumlah koefisien

input antara/Leontief denganjsebagai sektor kolom, dan n adalah jumlah sektor

Kesimpulan dapat diambil dengan memperhatikan kriteria jika β j = 1, derajat

(8)

derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi, dan jika β j< 1, derajat kepekaan sektor

j lebih kecil daripada rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pengganda Output

Angka pengganda output untuk menghitung nilai produksi dari semua sektor yang diperlukan untuk memenuhi nilai permintaan akhir dari output suatu sektor. Pengganda output merupakan ukuran tentang peningkatan output dari seluruh sektor dalam perekonomian apabila terjadi peningkatan 1 unit (rupiah) permintaan akhir pada sektor tertentu.

Diketahui bahwa di antara sektor pertanian dan olahannya, sektor pengolahan susu, produk dari susu dan es krim memiliki pengganda output yang paling tinggi yaitu 2,0768, disusul pakan ternak dan pemotongan hewan. Hal ini menunjukkan bahwa output sektor pengolahan susu, produk dari susu, dan es krim digunakan oleh sebagian besar sektor lainnya dan berpengaruh besar terhadap output sektor lainnya. Jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor pengolahan susu, produk dari susu, dan es krim sebesar 1 juta rupiah, maka akan meningkatkan output seluruh sektor dalam perekonomian sebesar Rp 2,0768 juta rupiah (Lampiran 1). Jika dibandingkan dengan sektor pertanian hulu (sektor 1-19), rangking sektor pengolahan (sektor 20-51) relatif lebih baik. Selain pengolahan susu dan es krim, sektor pakan ternak dan pemotongan hewan menempati rangking pengganda output berturut-turut 2 dan 3. Rangking ini menunjukkan bahwa berkembangnya industri pakan ternak sinergis dengan pemotongan hewan. Jika dikaitkan dengan sektor peternakan, terlihat bahwa sektor peternakan lain (rangking 12), sapi (rangking 27), domba dan kambing (rangking 18), dan ayam (rangking 15) cenderung memiliki posisi yang lebih baik dari sektor tanaman bahan makanan pangan dan perkebunan. Dengan demikian dari sisi pengganda output, sektor peternakan di Jawa Timur potensial untuk dikembangkan.

Pada sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan, lima besar subsektor yang mmapu menciptakan output multiplier tertinggi adalah tebu, padi, buah-buahan, tanaman perkebunan lain, dan kedelai (gambar 1).

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2012

Gambar 1

Lima Besar Komoditas Pengganda Output

Tebu memiliki angka pengganda output sebesar 1,3531, yang merupakan angka pengganda terbesar dibandingkan dengan tanaman perkebunan lain. Angka memiliki arti bahwa ketika terdapat perubahan permintaan akhir dari subsektor ini (misalnya gula) sebanyak 1 juta permintaan, maka akan

1.3531

1.3039 1.3028 1.2913

1.252

Tebu Buah-buahan Padi Perkebunan

Lain

(9)

meningkatkan output dari seluruh sektor sebesar 1,3531 juta rupiah. Jika demikian, maka perkebunan tebu lebih potensial untuk mendongkrak output seluruh sektor dibandingkan dengan tanaman pertanian dan perkebunan lainnya

.

1. Pengganda Pendapatan

Sektor-sektor pengolahan masih memiliki pengganda pendapatan yang lebih baik daripada sektor pertanian dan perkebunan. Terlebih pada sektor tembakau olahan dengan angka pengganda pendapatan sebesar 14,7487. Angka ini cukup besar dan meruapakan subsektor yang dapat meningkatkan pendapatan dari seluruh sektor sebesar 14,7487 juta rupiah jika terdapat perubahan permintaan akhir sebanyak 1 juta unit. Di lain sisi, tembakau sebagai penyedia bahan baku tembakau olahan hanya memiliki angka pengganda pendapatan sebanyak 1,1388 (Lampiran 2). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai pengganda pendapatan yang dimiliki oleh tanaman biofarmaka dan tebu (gambar 2). Tembakau bahkan tidak menjadi salah satu dari lima komoditas dengan angka pengganda terbesar di antara subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan. Hal ini menujukkan bahwa pertanian tembakau tidak potensial untuk dikembangkan, tetapi dari sisi industri (misalnya pabrik rokok) memiliki pengaruh pada pendapatan penduduk yang cukup besar. Ini merupakan indikasi bahwa pabrik rokok di Jawa Timur tidak menjadikan pertanian tembakau di Jawa Timur sebagai pemasok utama. Di lain sisi pakan ternak, pemotongan hewan, dan peternakan masih memberikan angka pengganda pendapatan yang tinggi. Untuk tanaman perkebunan dan tanaman bahan makanan pangan, 5 besar pengganda pendapatan tertinggi dapat dilihat pada gambar 2.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2012

Gambar 2

Lima Besar Komoditas Pengganda Pendapatan

Pada pengganda pendapatan, lima besar komoditas yang mampu memberikan pengaruh pada pendapatan yang diambil dari subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan adalah tanaman biofarmaka, tebu, sayur-sayuran, padi dan kacang tanah. Dari gambar 2 diketahui bahwa tebu masih masuk ke dalam lima besar pengganda pendapatan tertinggi. Hal ini menunjukkan tebu tidak hanya memiliki kemampuan untuk meningkatkan output seluruh sektor tetapi juga mampu memberikan efek pengganda pendapatan sebesar 1,2922 juta rupiah ketika terdapat perubahan pada permintaan akhir tebu sebanyak 1 juta unit.

Beras merupakan pengganda tenaga kerja yang menempati rangking pertama dari sektor pertanian dan olahannya secara keseluruhan dengan nilai

1.3577

1.2922

1.267

1.2461 1.2415

(10)

256, 4362 yang berarti bahwa setiap ada kenaikan permintaan sebanyak 1 rupiah pada permintaan akhir maka terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 256 orang (Lampiran 3). Untuk rokok, pengganda tenaga kerja menempati peringkat ke 8, hal ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat meningkat karena adanya pengolahan tembakau (Lampiran 2) disebabkan karena tenaga kerja banyak terserap di sektor rokok.Sektor yang konsisten dalam meningkatkan output, pendapatan, dan tenaga kerja adalah sektor-sektor peternakan.

Untuk subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan, peringkat 5 besar diurutkan sesuai dengan gambar 3 di bawah ini.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2012

Gambar 3

Lima Besar Komoditas Pengganda Tenaga Kerja

Subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan penyerapan tenaga kerja tertinggi Jawa Timur adalah kelapa, kemudian disusul oleh buah-buahan. Sektor perkebunan bukan merupakan anggota dari 5 besar pengganda tenaga kerja di Jawa Timur. Ini artinya, secara umum subsektor perkebunan, tidak terlalu banyak menyerap tenaga kerja. Kelapa cukup banyak menyerap tenaga kerja karena luas lahan di Jawa Timur yang ditanami kelapa mencapai 292.356 hektar (6% dari luas Jawa Timur keseluruhan) dengan produksi kelapa yang terus meningkat hingga mencapai 273.961 ton pada tahun 2012. Menurut Dinas Perkebunan Jawa Timur, provinsi ini masuk ke dalam 10 besar penghasil kelapa terbesar di Indonesia.

Analisis Keterkaitan Antar Sektor dan Penentuan Sektor Unggulan

Untuk menentukan sektor unggulan maka setiap sektor dipetakan dalam 4 kuadran. Sektor unggulan berada di sektor I, disusul sektor II, IV, dan III. Pemetaan 51 sektor ditunjukkan oleh gambar 4.

2.8849

1.969

1.1852 1.1849 1.1795

(11)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2012

Gambar 4

Pemetaan Daya Penyebaran dan Daya Kepekaan Provinsi Jawa Timur, 2010

Dari gambar diketahui bahwa subsektor yang berada dalam kuadran I di antaranya adalah domba dan kambing, ayam, ikan darat dan hasil perikanan darat, pemotongan hewan, pengolahan susu, produk dari susu dan es krim, pakan ternak, dan penggilingan padi. Sebagian besar subsektor yang berada di kuadran I atau menempati posisi leading sector adalah subsektor pengolahan serta peternakan. Sementara itu, tebu menjadi satu-satunya subsektor pertanian yang berada pada kuadran II. Tebu memiliki ketergantungan yang tinggi pada subsektor lain yang berarti bahwa jika subsektor lain meningkat, maka peningkatan subsektor ini akan berpengaruh pada peningkatan subsektor tebu. Subsektor jagung dan kedelai sebagai bagian dari sektor tanaman bahan makanan berada pada kudaran IV yang berarti bahwa ketika subsektor ini meningkat maka akan mendorong peningkatan subsektor lain, tetapi ketika subsektor lain meningkat, subsektor di kuadran IV ini belum tentu meningkat.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2012

Gambar 5

Pemetaan Daya Penyebaran dan Daya Kepekaan Provinsi Jawa Timur, 2010 Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Tanaman Bahan Makanan Pangan

(12)

Gambar 5 menunjukkan pemetaan pada plot kuadran untuk sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan. Tanaman perkebunan yang menempati kuadran terbaik (II) hanyalah tebu. Sebagian besar subsektor tanaman bahan makanan berada pada kuadran III yang menunjukkan bahwa subsektor misalnya sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman biofarmaka, dan kacang tanah merupakan subsektor yang membutuhkan dorongan yang kuat dari subsektor lain karena subsektor ini lemah. Jika diperhatikan lebih lanjut, tanaman bahan makanan adalah tanaman yang cocok untuk dikembangkan di perdesaan, namun ternyata keberadaan subsektor ini justru tidak mampu menjadi sektor yang bisa mendongkrak peningkatan subsektor lain melainkan sangat dipengaruhi oleh peningkatan subsektor lainnya. Oleh karena itu, dengan meningkatkan kinerja sektor-sektor lain misalnya pengolahan maka subsektor yang sebagian besar berada di perdesaan ini diharapkan akan mengalami peningkatan, sehingga kesjahteraan pembudidaya di perdesaan akan meningkat.

Pembangunan Wilayah Perdesaan Berdasarkan Analisis Sektor

Subsektor yang akan dikembangkan di suatu wilayah dipilih berdasarkan tujuan pemerintah setempat. Jika sasaran penngembangan wilayah adalah pendapatan masyarakatnya, maka subsektor yang dikembangkan adalah subsektor yang memiliki angka pengganda pendapatan tinggi. Jika sasaran pengembangan wilayah adalah penyerapan tenaga kerja, maka subsektor yang sebaiknya dikembangkan adalah subsektor yang memiliki angka pengganda tenaga kerja yang tinggi.

Perkebunan

Dari analisis sektor, diketahui bahwa di subsektor perkebunan tebu merupakan sektor yang paling potensial untuk dapat dikembangkan di wilayah Jawa Timur. Tebu memiliki nilai pengganda output dan pendapatan yang tinggi yaitu 1,2 sedangkan pada analisis sektor unggulan tebu berada pada kuadran II dengan nilai indeks daya penyebaran sebesar 1,0332 dan indeks daya kepekaan sebesar 0,906. Indeks daya penyebaran 1,0332 artinya ketika ada perubahan permintaan akhir pada sektor tebu sebanyak 1 juta unit, akan meningkatkan peningkatan output dari sektor lain sebesar 1,0332 juta. Hal ini terjadi karena peningkatan permintaan akhir mendorong terjadinya penambahan input yang diperoleh dari sektor lain. Sementara itu, indeks daya kepekaan sebesar 0,906 pada tebu menunjukkan bahwa apabila terdapat perubahan sebesar 1 juta unit pada sektor selain tebu, maka sektor tebu akan mengalami peningkatan output sebesar 0,906 juta unit.

(13)

Sumber: www.regionalinvestment.bpkm.go.id

Gambar 6

Produksi Tebu di Jawa Timur Tahun 2008-2012

Gambar 6 menunjukkan bahwa produksi tebu di Jawa Timur pada tahun 2011 menuju ke 2012 cenderung meningkat, sejalan dengan produktivitas tebu di Jawa timur pada tahun yang sama. Hal ini merupakan implikasi dari kebijakan Dinas perkebunan Jawa Timur yaitu dilakukannya rehabilitasi tanaman sejak tahun 2001 dengan menggunakan bibit unggul dan pembangunan kebun bibit pada tahun 2003. Dampak dari pengembangan subsektor tebu ini adalah meningkatnya jumlah produksi gula, di mana pada tahun 2013, produksi gula di Jawa Timur menyumbang 48% pada produksi gula nasional.

Peternakan

Di sektor peternakan, sektor pakan ternak, pemotongan hewan, serta ternak unggas (ayam), sapi, domba dan kambing. Dari analisis pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerja diketahui bahwa sektor-sektor tersebut menempati peringkat atas, oleh karena itu Jawa Timur cocok dikembangkan sebagai sentra produksi ternak. Dari pemetaan keterkaitan antar sektor, subsektor-subsektor peternakan berada di kuadran I (leading sector), yaitu termasuk dalam kuadran yang memiliki daya penyebaran dan derajat kepekaan yang tinggi.

Pengolahan produk pertanian

Pengolahan berbasis peternakan dan pertanian yang potensial untuk dikembangkan adalah pengolahan susu dan es krim, beras, dan penggilingan padi serta rokok. Subsektor pengolahan susu dan es krim berhubungan dengan subsektor sapi sebagai penyedia bahan baku, terlihat dari penyerapan tenaga kerja pengolahan susu dan es krim yang berada di peringkat 2 dan subsektor sapi berada di peringkat 6. Berkembangnya industri rokok di Jawa Timur menyerap cukup banyak tenaga kerja.

PENUTUP

Dari keseluruhan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa komoditas tebu berada pada kuadran II, pengganda output tebu menempati peringkat pertama dengan angka pengganda output 1,3531 dan pengganda pendapatan 1,2922 sehingga dapat mendorong berkembangnya industri gula di Jawa Timur. Di sektor peternakan, subsektor yang potensial untuk dikembangkan adalah pakan ternak, pemotongan hewan, sapi, kambing dan domba, serta ayam. Di sektor pengolahan produk pertanian subsektor pengolahan es krim, beras, dan penggilingan padi serta rokok layak dikembangkan. Sektor perkebunan tebu

0 500 1000 1500

2007 2008 2009 2010 2011 2012

(14)

menjadi sektor yang potensial dikembangkan disusul kemudian oleh peternakan dan olahan produk pertanian. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi gambaran untuk penerapan kebijakan pembangunan wilayah di Jawa timur agar tepat sasaran. Saran untuk penelitian selanjutnya, penelitian tidak hanya difokuskan pada sektor pertanian saja melainkan sektor yang lain sebagai benchmark agar dapat diketahui seberapa jauh kontribusi sektor pertanian dan kemampuannya menjadi sektor unggulan jika dibandingkan dengan sektor lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Rencana Strategis Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur (2009-2014).

Bpkm. 2012. Produksi Tebu di Jawa Timur Tahun 2008-2012. http:// www.regionalinvestment.bpkm.go.id. Diakses tanggal 18 Februari 2012. BPS. 2012. Pemetaan Daya Penyebaran dan Daya Kepekaan Provinsi Jawa

Timur, 2010 Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Tanaman Bahan Makanan Pangan. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

BPS. 2012. Angka Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Olahannya Provinsi Jawa Timur 2010.Badan Pusat Statistik. Jakarta

BPS. 2012. Pemetaan Daya Penyebaran dan Daya Kepekaan Provinsi Jawa Timur, 2010 Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Tanaman Bahan Makanan Pangan. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

BPS. 2014.Sektor Pekerjaan Jawa Timur 2014. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Kuncoro, M. 2007. MetodeRiset untuk Bisnis dan Ekonomi.Erlangga. Jakarta. Nazara, Suahasil. 1997.Analisis Input Ouput. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta. Suryani, T. 2013. Analisis peran sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Pemalang (Analisis tabel input output Kabupaten Pemalang tahun 2010). Economic Development Analysis Journal2 (1).

Tamami, N.D.B. 2012. Potensi Usahatani Melati Ratoh Ebuh Sebagai Komoditi Unggulan Daerah di Jawa Timur.Agriekonomika1(2): 160-176.

(15)

Lampiran 1. Angka Pengganda Output Sektor Pertanian dan Olahannya Provinsi Jawa Timur 2010

No Sektor Pengganda Output Rangking

1 Padi 1,3028 23

2 Jagung 1,2399 30

3 Kedelai 1,2520 28

4 Kacang Tanah 1,2152 37

5 Kacang Hijau 1,1391 47

6 Tanaman Pangan Lainnya 1,2280 34

7 Sayur-sayuran 1,2791 25

8 Buah-buahan 1,3039 22

9 Tanaman Biofarmaka 1,2493 29

10 Tanaman Hortikultura Lainnya 1,2213 36

11 Tebu 1,3531 21

19 Perkebunan Lainnya 1,2131 38

20 Sapi 1,2953 24

21 Kerbau 1,2712 27

22 Domba dan Kambing 1,5368 15

23 Ayam 1,4697 18

24 Unggas lainnya 1,4814 17

25 Susu Segar 1,4614 19

26 Telur 1,5865 13

27 Ternak Lainnya 1,6065 12

No Sektor Pengganda Output Rangking

28 Jasa Pertanian dan Perburuan 1,1241 48

29 Kayu Jati 1,1550 45

30 Kayu Rimba 1,1470 46

31 Hasil Hutan Lainnya 1,1044 51

32 Ikan Laut dan Hasil Perikanan Laut 1,2790 26 33 Ikan dan Hasil Perikanan Darat 1,5454 14

34 Minyak dan Gas Bumi 1,1946 40

35 Garam Kasar 1,1163 49

36 Pertambangan dan Penggalian

Lainnya 1,2303 33

37 Pemotongan Hewan 1,9660 3

38 Pengolahan dan Pengawetan Daging 1,7803 10

39 Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan

Biota 1,8486 5

40 Pengolahan dan Pengawetan

Buah-Buahan dan Sayuran 1,4267 20

41 Minyak Makan dan Lemak Nabati dan

Hewan 1,7844 9

42 Pengolahan Susu, Produk dari Susu

dan Es Krim 2,0768 1

43 Beras 1,9641 4

44 Penggilingan Padi-Padian 1,8359 6

45 Roti dan Kue 1,8182 7

46 Gula 1,2247 35

47 Industri Makanan Lainnya 1,7785 11

48 Pakan Ternak 2,0637 2

49 Minuman 1,4853 16

50 Rokok 1,2305 32

51 Tembakau Olahan 1,8038 8

(16)

Lampiran 2. Angka Pengganda Pendapatan Sektor Pertanian dan Olahannya Provinsi Jawa Timur, 2010

No Sektor Penggandaan Pendapatan Rangking

1 Padi 1,1849 28

2 Jagung 1,1408 31

3 Kedelai 1,0854 34

4 Kacang Tanah 1,0854 34

5 Kacang Hijau 1,1795 29

6 Tanaman Pangan Lainnya 1,0508 41

7 Sayur-sayuran 1,1852 27

8 Buah-buahan 1,1969 26

9 Tanaman Biofarmaka 1,0747 36

10 Tanaman Hortikultura Lainnya 1,0501 42

11 Tebu 1,0106 48

12 Tembakau 1,0588 39

13 Kelapa 2,8449 18

14 Kopi 1,0102 49

15 Teh 1,0063 50

No Sektor Penggandaan Pendapatan Rangking

16 Kakao 1,0005 51

17 Cengkeh 1,0180 46

18 Karet 1,0649 37

19 Perkebunan Lainnya 1,0293 44

20 Sapi 21,4858 6

21 Kerbau 1,1141 33

22 Domba dan Kambing 1,4586 23

23 Ayam 5,1865 11

24 Unggas lainnya 1,0271 45

25 Susu Segar 1,0535 40

26 Telur 2,6062 19

27 Ternak Lainnya 1,1357 32

28 Jasa Pertanian dan Perburuan 1,0417 43

29 Kayu Jati 1,1417 30

30 Kayu Rimba 1,0177 47

31 Hasil Hutan Lainnya 1,6986 22

32 Ikan Laut dan Hasil Perikanan Laut 4,0087 17 33 Ikan Darat dan Hasil Perikanan Darat 1,4152 24

34 Minyak dan Gas Bumi 4,1787 16

35 Garam Kasar 4,6877 15

36 Pertambangan dan Penggalian

Lainnya 1,3410 25

37 Pemotongan Hewan 1,8159 21

38 Pengolahan dan Pengawetan Daging 4,7387 14

39 Pengolahan dan Pengawetan Ikan

dan Biota 26,1958 5

40 Pengolahan dan Pengawetan

Buah-Buahan dan Sayuran 4,9150 13

41 Minyak Makan dan Lemak Nabati dan

Hewan 1,9472 20

42 Pengolahan Susu, Produk dari Susu

dan Es Krim 49,843 2

43 Beras 256,4362 1

44 Penggilingan Padi-Padian 40,8146 3

45 Roti dan Kue 27,7211 4

46 Gula 5,0506 12

47 Industri Makanan Lainnya 13,7161 7

48 Pakan Ternak 11,0833 8

49 Minuman 5,5013 10

50 Rokok 8,5930 9

51 Tembakau Olahan 1,0592 38

(17)

Lampiran 3. Angka Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Olahannya Provinsi Jawa Timur, 2010

No Sektor Pengganda Tenaga Kerja Rangking

1 Padi 1,1849 28

2 Jagung 1,1408 31

No Sektor Pengganda Tenaga Kerja Rangking

3 Kedelai 1,0854 34

4 Kacang Tanah 1,0854 34

5 Kacang Hijau 1,1795 29

6 Tanaman Pangan Lainnya 1,0508 41

7 Sayur-sayuran 1,1852 27

8 Buah-buahan 1,1969 26

9 Tanaman Biofarmaka 1,0747 36

10 Tanaman Hortikultura Lainnya 1,0501 42

11 Tebu 1,0106 48

19 Perkebunan Lainnya 1,0293 44

20 Sapi 21,4858 6

21 Kerbau 1,1141 33

22 Domba dan Kambing 1,4586 23

23 Ayam 5,1865 11

24 Unggas lainnya 1,0271 45

25 Susu Segar 1,0535 40

26 Telur 2,6062 19

27 Ternak Lainnya 1,1357 32

28 Jasa Pertanian dan Perburuan 1,0417 43

29 Kayu Jati 1,1417 30

30 Kayu Rimba 1,0177 47

31 Hasil Hutan Lainnya 1,6986 22

32 Ikan Laut dan Hasil Perikanan Laut 4,0087 17 33 Ikan Darat dan Hasil Perikanan Darat 1,4152 24

34 Minyak dan Gas Bumi 4,1787 16

35 Garam Kasar 4,6877 15

36 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 1,3410 25

37 Pemotongan Hewan 1,8159 21

38 Pengolahan dan Pengawetan Daging 4,7387 14

39 Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan

Biota 26,1958 5

40

Pengolahan dan Pengawetan

Buah&Sayur 4,9150 13

No Sektor Pengganda Tenaga Kerja Rangking

41 Minyak Makan dan Lemak Nabati dan

Hewan 1,9472 20

42 Pengolahan Susu, Produk dari Susu dan

Es Krim 49,843 2

43 Beras 256,4362 1

44 Penggilingan Padi-Padian 40,8146 3

45 Roti dan Kue 27,7211 4

46 Gula 5,0506 12

47 Industri Makanan Lainnya 13,7161 7

48 Pakan Ternak 11,0833 8

49 Minuman 5,5013 10

50 Rokok 8,5930 9

51 Tembakau Olahan 1,0592 38

(18)

PEDOMAN PENULISAN

AGRIEKONOMIKA

JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

KETENTUAN UMUM:

1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format yang ditentukan.

2. Penulis mengirim naskah ke alamat email agriekonomika@gmail.com.

3. Artikel yang dikirim harus dilampiri: a) surat pernyataan yang menyatakan bahwa artikel tersebut belum pernah diterbitkan atau tidak sedang diterbitkan di jurnal lain, yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh penulis. b) biodata tentang jenjang pendidikan, alamat, nomor telepon, atau e-mail penulis dengan jelas.

4. Keputusan pemuatan ataupun penolakan akan diberitahukan secara tertulis melalui email.

FORMAT PENULISAN:

1.

Artikel ditulis pada kertas A4, atas 4 cm bawah 3 cm samping kiri 4 cm samping kanan 3 cm, spasi tunggal, Arial ukuran 11 Kecuali Judul Arial Ukuran 12 dengan panjang halaman 10-15 halaman.

2.

Sistematika penulisan:

SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PENELITIAN: JUDUL BAHASA INDONESIA:

Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”, “pengaruh”, “studi”.

NAMA PENULIS:

ditulis tanpa gelar dan diberi nomor jika penulis lebih dari satu dan berbeda institusi

NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap

ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap

ABSTRAK:

Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic

JUDUL BAHASA INGGRIS:

(19)

ABSTRACT:

Ditulis dalam bahasa inggris dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic

PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab.

METODE PENELITIAN Sub bab

HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab

PENUTUP

Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph.

UCAPAN TERIMA KASIH

Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)

SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PEMIKIRAN/ REVIEW:

JUDUL BAHASA INDONESIA:

Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”, “pengaruh”, “studi”.

NAMA PENULIS:

ditulis tanpa gelar da diberi nomor jika penulis lebih dari satu berbeda institusi

NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap

ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap

ABSTRAK:

(20)

JUDUL BAHASA INGGRIS:

Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold. ABSTRACT:

Ditulis dalam dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan.

PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab.

METODE PENELITIAN Sub bab

HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab

PENUTUP

Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph.

UCAPAN TERIMA KASIH

Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)

3.

Penulisan penomoran yang berupa kalimat pendek diintegrasikan dengan paragraf, contoh: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui tingkat risiko usaha garam, (2) mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi risiko.

4.

Tabel dan gambar dapat dimasukkan dalam naskah atau pada lampiran

sesudah naskah harus diberi nomor urut.

a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar.

b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar.

c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabel sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan.

(21)

Contoh penyajian tabel:

Tabel 2

Deskripsi Penguasaan Lahan Pegaraman

Kategori Luas Lahan (Ha) Jumlah Persentase (%)

< 2 35 70

2,1 - 3 11 22

> 3,1 4 8

Jumlah 50 100

Rata-rata Luas lahan petani garam 2,04 Ha

Standar deviasi 0,95 Ha

Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Contoh penyajian gambar:

Sumber: Debertin, 1986

Gambar 1

Perilaku Menerima Risiko

5.

Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun pada baris terpisah dan diberi nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan baris tersebut. Contoh:

wt = f (yt , kt , wt-1) (1)

6.

Keterangan Rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan simbol sama dengan (=), masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma.

Contoh:

dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitas modal,wt-1adalah tingkat upah periode sebelumnya.

7.

Penulisan rumus menggunakan menu“Equation”

8.

Perujukan sumber acuan di dalam teks (body text) dengan menggunakan nama akhir dan tahun. Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan dipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang aslinya.

Contoh:

• Hair (2007) berpendapat bahwa…

• Ellys dan Widodo (2008) menunjukkan adanya …. • Ihsannudin dkk(2007) berkesimpulan bahwa….

I3

I2

I1

U3

U2

U1

Utilitas

(22)

9.

Penulisan Daftar Pustaka: a. Pustaka Primer (Jurnal)

Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama dan nomor jurnal (cetak miring), halaman jurnal, contoh: Happy, S. dan Munawar. 2005. The Role of Farmer in Indonesia. Jurnal

Akuntansi dan Keuangan Indonesia2(1): 159-173. b. Buku Teks

Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), edisi buku, kota penerbit, dan nama penerbit. Contoh: Wiley, J. 2006.Corporate Finance.. Mc. GrowHill Los Angeles.

c. Prosiding

Nama belakang, nama depan, tahun penerbitan, judul artikel, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman, contoh:

Rizal, Taufik. 2012. Pengaruh Bank Syariah Terhadap Produksi Jagung di Madura. Prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan Bangkalan Surabaya: 119-159.

d. Skripsi/Tesis/Disertasi

Nama belakang, nama depan, tahun, judul Skripsi/Thesis/Disertasi, sumber (cetak miring), nama penerbit, kota penerbit. Contoh:

Subari, Slamet. 2008. Analisis Alokasi lahan mangrove Kabupaten Sidoarjo. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

e. Internet

Nama belakang, nama depan, tahun, judul, alamat e-mail (cetak miring), tanggal akses. Contoh:

Zuhriyah, Amanatuz. 2011. Produktivitas Susu Peternak Rakyat. http://agribisnis.trunojoyo.ac.id. Diakses tanggal 27 Januari 2012. METODE REVIEW

Artikel yang dinyatakan lolos dari screening awal akan dikirim kepada Mitra Bestari (blind review) untuk ditelaah kelayakan terbit. Adapun hasil dari blind review adalah:

1. Artikel dapat dipublikasi tanpa revisi.

2. Artikel dapat dipublikasi dengan perbaikan format dan bahasa yang dilakukan oleh penyunting. Perbaikan cukup dilakukan pada proses penyuntingan.

3. Artikel dapat dipublikasi, tetapi penulis harus memperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan saran penyunting.

Gambar

Gambar 1
Gambar 2Lima Besar Komoditas Pengganda Pendapatan
Gambar 3Lima Besar Komoditas Pengganda Tenaga Kerja
Gambar 4Pemetaan Daya Penyebaran dan Daya Kepekaan Provinsi Jawa Timur, 2010
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ideologi bukan satu-satunya penyebab dan masalah utama Hamas dan Fatah tidak bekerja sama untuk membebaskan Palestina dari pendudukan

Berdasarkan AASHTO yang mengacu pada AASHTO Road Test, untuk perkerasan kaku tipe perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan maka nilai J= 2.55 Dengan menggunakan data

Bambu yang bertumbuh dengan liar dan sangat banyak di Indonesia memiliki potensi ekonomi yang sangat besar, oleh karena itu masyarakat Indonesia, khususnya

Di samping itu, keberadaan kelompok penghayat Kapribaden di dusun Kalianyar juga bisa dikatakan sebagai kelompok Islam abangan. Konsep abangan pertama kali diperkenalkan

Ketua Merangkap Anggota Sehubungan dengan penawaran perusahaan saudara pada proses Pengadaan Barang / Jasa Kelompok Kerja Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Pesisir

ginms. už kuriuos numatyta bausmė, nesus ij ug· su laisvės atėmimu, išskyrus areštą. Baudž' 1 ia, majame kodekse įvesta nauja sąvoka -ribot. pakaltinamumas, kai asmenį

Sedangkan cluster 3 merupakan kelompok aksesi aren dengan karakter fenotip yang sesuai untuk memproduksi nira (bahan baku gula aren) dari mayang bunga jantan.. Kata kunci

Pengaruh model pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika pada materi persegi, persegi panjang dan jajargenjang siswa kelas VII SMPN 2 Ngunut Tulungagung ...