• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPIAN DUNIA TOKOH DALAM KARYA SASTRA BU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPIAN DUNIA TOKOH DALAM KARYA SASTRA BU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SASTERA

BUDAYA

BAHASA

KERTAS

KERJA

SAKM IX

2007

TEMA : SASTRA

(2)

PENULIS INSTITUT JUDUL KERTAS

4. Asyraf Suryadin Universitas Bangka Belitung,

asyrafbangka@yahoo.com

Gurindam, dari Raja Ali Haji, Roestam Robain, Hingga Eko

7. Delvi Wahyuni Delvi_wahyuni2002@yahoo.com Sasterwangi Sastera Melayu yang Fenomenologis

Impian dunia tokoh dalam karya sastra buruh migrant dan sastra

metropolis

10. Kamariah Kamarudin UPM,

kkamaria@fbmk.upm.edu.my

Nilai Tarbiah dan Islah Wanita Melayu Islam Pascamerdeka: Satu Analisis Terhadap Novel

Tunggu Teduh Dulu dan Surat-surat Perempuan Johor

11. Leany Nani Harsa Universiti Pakuan,

leanyharsa@cbn.net.id

Representasi Perempuan Dalam Sastra Melayu Telaah Terhadap Karya Sastra yang ditulis oleh Ismail Kassan: Dejavu Seorang Perempuan (2001) dan Siti Aisah

(3)

IMPIAN DUNIA TOKOH DALAM KARYA SASTRA BURUH MIGRAN

DAN SASTRA METROPOLIS

*)

Ekarini Saraswati

Universitas Muhammadiyah Malang

Indonesia

Sastra buruh mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1990-an di beberapa

daerah di Jawa seiring dengan kesadaran mereka untuk memperjuangkan hak-haknya.

Kantong-kantong seni dan sastra berkembang mulai Jakarta hingga kota ujung Jawa

Timur di antaranya Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Solo Kudus dan Surabaya.

Mereka mencoba menjadikan sastra sebagai upaya penyadaran diri sekaligus alat

perjuangan.

Sastra buruh didefinisikan sebagai karya sastra tentang kehidupan buruh dan dibuat

oleh para buruh (Gunadi 2005, Daery 2005, Budianta, 2006, Prabowo, 2007). Karya

sastra buruh yang dihasilkan berbentuk puisi, novel dan cerpen. Pada sebagian besar

sastra buruh industri bentuk karya sastra yang dihasilkan berbentuk puisi sedangkan

karya sastra yang berbentuk prosa dihasilkan oleh para buruh migran.

Sastra buruh migran lebih banyak dihasilkan oleh para TKW yang bekerja di

Hongkong. Mereka menumpahkan renungan, perasaan dalam bentuk novel dan cerpen.

Novelis Rini tampaknya menjadi ikon sastra buruh migran dengan karyanya yang

berjudul catatan harian buruh. Para cerpenis lainnya di antaranya Lik Kismawati asal

Surabaya, Wina Karnie dan Etik Juwita (Blitar),Tania Roos dan Mega Vristian

(Malang), Hartanti (Ponorogo), Dian Litasari (Banyuwangi), Tarini Sorrita (Cirebon),

Suci Hanggraini (Madiun), dan Atik Sugihati (Kediri). Karya mereka sudah bertebaran

di banyak media. Dalam makalah ini dibicarakan cerpen karya Etik Juwita dan Denok

Karya sastra metropolis dilahirkan seiring dengan reformasi politik yang

mendengungkan demokratisasi. Sebagai pencetusnya Ayu Utami yang muncul hampir

mendekati lengsernya Presiden Suharto. Kebanyakan sastra metropolis dibuat oleh kaum

perempuan kelas menengah di kota Jakarta. Dalam makalah ini diuraikan cerpen karya

Intan Paramaditha dan Djenar Maesa Ayu.

*)

(4)

Sastra Buruh Migran

Buruh migran adalah para TKW yang bekerja di Hongkong yang memiliki impian

adanya perbaikan kehidupan. Dalam menggapai impian itu sendiri mereka mengalami

berbagai kejadian yang tidak diinginkan. Dalam cerpen

Barter

karya Denok diceritakan

ketidakmengertian tokoh tentang perilaku teman-temannya yang mau menikah dengan

pria Hongkong agar dapat visa

independent

yang ternyata akhirnya mengalami

perlakuan buruk dari suaminya itu.

’’Lha, kamu kalau bisa nikah sama orang sini kan dapat independent visa yang artinya kamu bisa mencari pekerjaan selain sebagai PRT, gajinya lebih gede lagi, dan modal 40 juta itu akan bisa

kembali dalam 1 tahun,’’ masih dengan berapi-api dia berkata. Namun aku hanya tersenyum

.

(Barter: 1)

Mekanisme pertahanan yang digunakan untuk memerangi godaan dengan cara

menyublimkan bahwa pernikahan bukan hanya sekedar untuk mencari visa

independent

tetapi untuk seumur hidup dan harus menikah dengan seseorang yang dia cintai.

’’Lha, bukankah lebih baik kita saling mencintai jika harus menikah? Buat apa beli laki-laki yang punya visa independent Hong Kong kalau aku tak mencintainya? Lagian, kalau kita membeli apakah kamu tahu apa yang akan terjadi? Empat puluh ribu dolar gak sedikit loh, dan bagiku sebuah pernikahan itu bukan main-main, itu sebuah ibadah dan tindakan kemuliaan yang tidak

seharusnya dipermainkan,’’ kataku mulai berargumen denganya. (Barter: 1)

’’Masalahnya bukan tertarik dan tidaknya. Kalau aku, jujur mengagungkan sebuah pernikahan.

Bagiku uang bisa dicari setiap saat, sementara kalau memilih suami harus yang benar-benar,

soalnya untuk seumur hidup,’’ aku kembali tersenyum menatapnya. (Barter: 1)

Selain prinsip pernikahan yang dia pegang juga karena berdasarkan berbagai

pengalaman ketidakbahagiaan alibat pernikahan semacam itu yang dialami

temam-temannya..

’’Aku stress dengan tingkah laku suamiku selama ini. Setiap hari kerjaanya mabuk saja, tak pernah bekerja dan hari-harinya aku yang justru menghidupinya. Pernah dulu dia mabuk dan menghajar aku serta anaknya sendiri. Lebih parahnya lagi pernah membakar rumah yang kami

(5)

bahwa kebanyakan perempuan Indonesia itu sebenarnya tak menginginkan pernikahan dengan laki-laki Hong Kong. Hanya karena sebuah visa? Mungkin orang akan mengatakan itu sebuah perbuatan sangat bodoh. Tetapi, akhirnya kita harus menyadari bahwa setiap orang berhak untuk menentukan sendiri jalan hidupnya, kan? (Barter: 1)

Etik Juwita dalam cerpen

Perempuan yang Kutunggu di Bawah Jalan Layang

menceritakan godaan yang datang dari pria yang bermulut manis dan berwajah ganteng

yang hanya ingin menjadikan TKW sebagai budak

Tentang pria PKS yang dulu pernah disayanginya. Laki-laki yang digilainya namun serta merta mencampakkannya, yang mendustainya dengan janji berumah tangga namun tak kunjung

menikahinya. Laki-laki dengan ketampanan rupa yang tak hanya pandai bersandiwara tapi juga membuatnya menjadi budak, bernyawa tapi tak berhak berkeinginan. (BKBJL: 2)

Perlakuan buruk pria yang dicintainya menuai kekecewaan karena dia harus

menghadapi kenyataan bahwa pria itu sering menyiksanya.

Ceritanya mengalir deras, tanpa air mata. Kekecewaan yang dalam aku tangkap dari setiap kata-katanya. Kekecewaan pada seorang Ranju, juga cerita rumah tinggalnya yang ber-ruang satu, di mana ia menyimpan barang rongsokan, makan, tidur, disiksa, menangis, meronta, meratap, menyembah, dibinatangkan, tapi sekaligus dibungkam. Juga cerita tentang air keran yang tak mengalir selama seminggu karena belum bayar tagihan. (BKBJL: 2)

Mekanisme pertahanan yang dia lakukan adalah dengan lari dari pria yang selama

ini menyiksanya.

Dan hari itu rupanya ia berada pada titik puncak kejenuhannya. Maka dengan sisa tekat yang

masih ia punya ia mencoba lari, “Ke mana saja” katanya. Tapi malang, Ranju keburu

mengetahuinya. Seperti orang kesetanan Ranju yang sekali dulu pernah bilang mencintainya, mengahajarnya habis-habisan, membuang semua yang masih ia miliki, lalu meninggalkannya. (BKBJL: 2)

Namun ternyata mekanisme pertahanan yang dilakukannya tidak berhasil karena

dia harus menanggung penderitaan yang lebih parah lagi akhirnya dorongan mati

menjadi pilihannya.

Kutarik secarik koran yang aku dapatkan dari seorang PL --yang ngotot;Mbak Gun,

perempuan cantik yang rambutnya selalu awut-awutan, begitu ia menyebutnya, sudah meninggal, bunuh diri. An identified woman fell to her death, near fly-over yesterday, suspected as

(6)

Godaan lain datang dari pria yang pura-pura mencintainya tetapi hanya untuk

memerasnya, namun pria ini tidak sampai menyiksa tetapi dengan rayuan-rayuan dia

bisa memoroti uang para TKW. Cerpen

BCA

karya Denok menggambarkan bagaimana

dengan mulut manisnya seorang pria dapat menaklukkan TKW untuk membelikan

barang-barang yang diingininya.

’’Dik, gimana bulan depan jadi beli handycam untuk Mas kan?

’’Iya Mas, tenang aja, kemarin aku baru lihat-lihat kok, harganya 2 bulan gajiku loh, tetapi gak apa-apa, kan nanti untuk kita juga? Rasa kasmaran itu benar-benar telah membutakan hatinya. Hati yang berbunga, mata yang gelap, yang ada hanya bayangan Sang Arjuna dengan segala impian masa depannya. (BCA: 1)

Agar rayuannya tidak hanya bersifat gombal mereka memberikan janji akan

menikahinya.

’’Dik, kalau nanti kita ketemu, langsung nikah aja ya? Sepertinya aku gak sanggup hidup tanpa dirimu loh,’’ kata demi kata yang terukir indah telah melenakan Winda. Tidak siang, malam ,sore, kembali ke subuh, telepon tidak pernah absen. (BCA: 1)

Akhirnya dia harus gigit jari ketika diketahui bahwa pria yang selama ini dia

impikan hanya seorang don juan yang menjalin cinta juga dengan wanita lain.

’’Mas Deny, kita kan janjian chatt jam 4 sore. Kenapa baru jam 1 siang Mas udah online? Ternyata kamu memang punya janji sama cewek lain ya? Tiba-tiba tanpa menunggu jawaban dari seberang dia matikan HP, dan meninggalkan warnet dengan rasa dongkol. Ketika keluar dari lift, dia menuju sebuah tempat yang selama ini telah lama tak pernah dia datangi, tiba-tiba air mata beningya menetes. Penyesalan demi penyesalan baru dia rasakan. Gaji selama 6 bulan yang seharusnya dia kirim pulang ternyata harus melayang ke tangan sang pujaan hati, atau mungkin saat ini sudah menjadi sang pengkhianat hati. (BCA: 2)

Mekanisme pertahanan yang dia lakukan dengan merepresinya

Antrean di Bank BCA itu tetap panjang, namun Winda hanya bisa memandang dolar demi dolar yang berada di tangan Mbak-Mbak BMI itu, sementara dolar Winda sudah melayang untuk Sang Arjuna. (BCA: 2)

Pada karya Denok yang lain

Kata Hati Nia

patah hati karena menjalin cinta jarak

jauh dengan TKI di negara lain.

(7)

sendiri yang bekerja di Korea pun bisa berkhianat. Dengan bermodal kepercayaan aku berpikir itu sudah lebih dari cukup, ternyata memang itulah kenyataanya, cinta jarak jauh itu telah menyiksaku, walau sekarang aku pun telah menjalin kembali sebuah hubungan jarak jauh. Kali ini bermodal sebuah kata hati bahwa aku harus menyinta. (KHN: 2)

Godaan yang mereka hadapi tidak hanya ketika mereka berada di tempat kerja

tetapi juga sebelum mereka berangkat. Seperti pemerkosaan oleh pengurus. Dalam

Gerimis Senja

karya Denok salah seorang TKW harus mendaparkan perlakuan yang

tidak senonoh dan ketika dia menolak untuk melayani mereka dimarahi

“Dasar sundel! Jangan sok suci kamu! Sebelum ke asramaku, kamu adalah gembel. Akulah yang memalsu dokumen-dokumenmu sehingga kamu bisa bekerja ke luar negeri. Aku berhak apa

saja atas diri kamu,” bentaknya sambil menarik kerah bajuku

.

(GS: 3)

Mekanisme pertahanan yang dia lakukan hanya mengelus dada dan pasrah karena

tidak ada kekuatan yang dia punyai.

Tadi pak Gatot mengantar kamu ke sini.. Dia berpesan, lain kali makan dulu jika mau keluar mengurus dokumen, biar tidak pingsan lagi,” mbak Ani memijit-mijit lenganku. (GS: 4)

“Ya Allah. Apakah aku tidak salah dengar barusan? Benar-benar bajingan!” aku menutup rapat mataku. Benar-benar penipuan biadab. Aku tidak punya cukup bukti untuk menyeret dia ke pengadilan. “Tuhan yang akan membalasmu, Gatot,” dadaku sesak. (GS: 4)

Begitu banyaknya penderitaan yang dialami para TKW menjadikan perasaan kebal

sebagaimana diungkapkan

Hatiku Kapalan

karya Etik Juwita. Begitu dalamnya

penderitaan yang dialami menjadikan negara tempat dia bekerja tidak memberikan

kenangan.

Aku termangu. Sebentar lagi negeri ini kutinggalkan. Dua tahun lebih sebulan aku mendiaminya. Membekaskan kejadian-kejadian pahit sebagai seorang buruh migran. Aneh, perasaan akan merindukan keindahan negeri ini tak sedikit pun membekas di dalam dadaku. (HK: 1)

Penderitaan yang dialami menjadikan perasaan kebal

(8)

kemudian aku, hatiku jadi kapalan. Kebal. Kebal oleh segala pukulan. Bebal untuk sekedar merasai keindahan. Aku lalu menjadi perkasa. Tentu saja ini hasil dari orang-orang yang mengajariku di Negeri Naga ini. (HK: 1)

Penderitaan yag dialami di negara orang lain tak dapat mereka hindari

Di negara ini, di tempat di mana orang yang menggajiku tinggal, aku sudah dibiasakan untuk tidak memimpi-mimpikan mendapat senyuman. Tidak untuk menimbang sama ada aku punya keinginan atau tidak. Tidak penting apakah aku punya rasa marah ketika merasa terinjak. Tidak perlu berteriak ketika diperlakukan seperti sapi bajak. Dilecut dengan makian hanya karena salah meletakkan sumpit. Bungkam meski kadang sakit yang aku rasa seperti kena tikam. Awalnya aku tak biasa berbantah, lalu aku jadi malas berbantah kemudian aku sudah mati rasa. Syukurlah. Meski ketika aku libur begini,aku seperti kembali jadi manusia dan sakit itu terasa, pahit memang. Getir sungguh. Tapi apa boleh buat. (HK:1)

Untuk mengurangi penderitaan yang dialami di antranya mereka menertawakan

perilaku majikannya.

HSHLS

Etik Juwita menyiratkan mekanisme pertahanan tersebut.

Di meja rias itu, seperti baru saja ada demo bersolek. Berantakan. Dan, alamak! Kau pasti tak percaya. Di sana, di bawah meja rias, di sebelah tas tangan warna hijau. Sepatu hijau nyonyaku tergolek pincang sebelah! Pantaslah HSHLS itu begitu menggangguku. Bukankah setiap hari aku membersihkanya?

Masalahnya, nyonyaku tidak seksi apalagi semampai. Badannya padat berisi, bulat persis bodi kuali.

Teeeet! Oh bunyi bel pintu, pasti nyonyaku pulang. Dan aku tiba-tiba ingin tertawa!*** (HSHLS: 3)

Sastra Metropolis

Berbeda dengan sastra buruh migran mekanisme pertahanan yang dilakukan

para tokoh sastra metropolis bersifat memberontak dan melawan keadaan sekalipoun

itu melanggar norma.

Mereka Bilang Saya Monyet

karya Djenar Maesa Ayu

menggambarkan bagaimana kehidupan metropolitan telah mengubah perilaku

seseorang menjadi seperti hewan. Sebagaimana dituduhkan orang lain pada diri tokoh.

Waktu saya menyatakan bahwa saya juga mempunyai hati, mereka tertawa dan

memandang saya dengan penuh iba atas kebodohan saya. Katanya hati yang mereka maksudkan adalah perasaan, selain itu mereka juga mempunyai otak. Tapi ketika saya protes dan

menyatakan bahwa saya pun punya otak, lagi-lagi mereka tertawa terbahak-bahak. Katanya otak yang mereka maksudkan adalah akal. (MBSM: 2)

(9)

... Saya mulai berjingkrak-jingkrak mengikuti irama musik dan suara saya yang terdengar tidak merdu. Saya berputar ke kiri, berputar ke kanan, bergerak maju, bergerak ke belakang, bertepuk tangan, berteriak kencamg, duduk di atas pangkuan pemain keyboard dan semua yang ada di kafe itu ikut bersorak-sorai dan bertepuk tangan. (MBSM: 6)

Menurut orang-orang yang hadir dia layaknya seperti binatang.

”Bagaimana kamu mau disebut manusia? Wujudmu boleh manusia, tapi kelakuanmu benar-benar monyet!”

”Tapi bukankah kalian ikut bergoyang? Bukankah kalian ikut bertepuk tangan? Bahkan saya juga melihat sebagian dari kalian tertawa-tawa.” (MBSM: 7)

Untuk mengibaskan kekesalannya kemudian dia menenggak minuman tanpa dia

sadari

Saya malas bertanya lagi. Percuma bicara kepada seseorang – atau tepatnya makhluk- yang senang dan mampu berbohong pada diri sendiri. Saya menuang bir ke dalam gelas saya dan meminumnya dalam satu kali tegukan. Saya menuang bir untuk kedua kalinya dan segera menuntaskannya kembali dalam satu kali tegukan.. (MBSM :7)

Untuk membalas dendam kemudian dia melakukan penyerangan secara halus.

Dia mengajak salah seorang pria yang menurut dia binatang juga ke suatu tempat.

Laki-laki berkepala buaya dan berekor kalajengking duduk tepat di seberang saya. Perempuan yang tadi bersamanya di kamar mandi duduk agak jauh dan sedang mengeleng-gelengkan kepala tanpa sengaja. Laki-laki berkepala buaya dan berekor kalajengking

menyeringai sambil mengerdipkan mata ke arah saya. Sungguh, kali ini saya merasa benar-benar ingin menghajarnya. (MBSM :4)

Di kamar kecil dia menghajar pria itu

Saya menunggu di dalam kamar mandi. Tidak lama pintu diketuk. Saya memuka pintu. Si Kepala Buaya menyeruak masuk dan memberondong saya dengan ciuman. Saya cekik lehernya dan saya sandarkan dia ke dinding. Saya hajar mukanya seperti apa yang saya harapkan sebelumnya. Pintu kamar mandi diketuk. Saya membuka pintu dan Si Kepala Ular sudah berdiri berkacak pinggang di depan pintu. Saya mempersilakan ia masuk dan meninggalkan mereka. Saya mendengar suara tamparan di pipi Si Kepala Buaya tempat saya menghajarnya tadi. (MBSM: 10)

(10)

Aku berhenti memikirkan Si Pemintal Kegelapan ketka Ibu bercerai dengan Ayah. Sejak usiaku menginjak 13 tahun, aku tinggal berdua saja dengan Ibu. Ia masih bercerita, namun entah mengapa, ceritanya mulai terasa hambar. Perkiraanku, ibuku mulai bosan mendongeng. Matanya kosong. Ceritanya tidak berenergi. Tidak seperti ketika ayahku masih tinggal bersama kami, kini Ibu terlihat kelelahan karena sering pulang larut malam... (PK: 14)

Bagaimana dia berupaya membahagiakan anaknya

Ibuku berupaya membuat kehidupan kami tetap seperti semula. Ia tetap mengantarku sekolah, menyiapkan sarapan, meneleponku dari kantornya di saing hari, dan mencium pipiku sebelum tidur. Ia selalu bersikap manis, tapi seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, ia kehilangan greget..(PK:15)

Namun, upaya yang dilakukan ternyata tidak mudah dan dia harus mencari

pekerjaan lain yang menimbulkan gosip yang tidak sedap...

Ketika usiaku 16 tahun, Ibu mulai memiliki kekasih. Seorang laki-laki tinggi besar sering datang ke rumahku. Aku memanggilnya om Ferry. Aku menyukainya karena ia selalu bercerita tentang petuaolangannya di luar negeri. Namun, beberapa bulan kemudian ada laki-laki lain, Om Riza. Setelah itu, laki-laki berbeda datang silih berganti hingga aku tidak bisa mengingat nama mereka semua. Seorang tetangga sempat bertanya saat aku menyiram bunga di pekarangan,

”Yang mana yang akan jadi ayah barumu?” Terlalu banyak laki-laki yang singgah di rumah, dan ini menyebabkan timbulnya gosip-gosip yang memerahkan telinga. (PK: 15)

Selanjutnya temanya mencurigai ibunya yang dapat membiayai hidupnya hanya

dengan mengandalkan gaji di kantor.

”Ibuku bilang ada yang disembunyikan ibumu,” kata Nina, setengah berbisik. ”Apa

ibumu benar-benar bisa menghidupimu hanya dengan bekerja di kantor?” (PK: 15)

Dari hasil analisis di atas tergambar ada perbedaan yang cukup mencolok antara

tokoh cerpen dalam sastra migran dengan tokoh cerpen sastra metropolis. Mekanisme

pertahanan tokoh migran berupa represi karena mereka tidak berdaya melawan nasib

sedangkan mekanisme pertahanan tokoh cerpen sastra metropolis dilakukan dengan

merasionalisasikan apa yang mereka lakukan sehingga sesuai dengan tuntutan

(11)

melanggar norma. Dari segi struktur kepribadian tokoh sastra buruh memiliki ego

yang lebih banyak diwarnai superego sedangkan tokoh karya sastra metropolis

memiliki ego yang lebih banyak didominasi oleh id. Tipe kepribadian yang dimiliki

tokoh karya sastra buruh bersifat leaning type sedangkan tokoh karya sastra

metropolis lebih bersifat ruling type.

Daftar Pustaka

Budianta, Eka.

Sastra Industri dan Industrialisasi Sastra

.

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/08/30/0032.html

diakses 9 Januari 2006

Daery, Viddy AD.

Perjalanan Sastra Buruh Indonesia

. Wacana, 17 April 2005

Gunadi, Iwan.

Apa kabar Sastra Buruh

. Kompas, 28 Mei 2005

Referensi

Dokumen terkait

Kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian berdasarkan kesadaran yaitu dipandang dari fungsi jiwa, kepribadian Tevano adalah perasa yang dibuktikan dengan

Kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian berdasarkan kesadaran yaitu dipandang dari fungsi jiwa, kepribadian Tevano adalah perasa yang dibuktikan dengan

Ilmu psikologi dipakai untuk mempelajari kepribadian manusia, maka ilmu psikologi juga dapat diterapkan pada tokoh rekaan atau imajinasi dalam suatu karya sastra

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, dapat diketahui penelitian kepribadian tokoh utama melalui pendekatan psikologi sastra dengan psikoanalitis Carl Gustav Jung

perjuangan tokoh utama untuk meraih impiannya dalam Novel Biru karya

Menurut peneliti kumpulan cerpen ini pantas untuk diteliti karena tokoh-tokoh maupun jalan cerita yang ada dalam kumpulan cerpen tersebut sangat menarik dan unik

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan konflik batin tokoh dalam cerpen salawat dedaunan karya

Dengan demikian judul yang penulis ajukan dalam penelitian “Analisis Tokoh Utama Dalam Cerpen “Banjirkap” Karya Habolhasan Asyari Kajian Sosiologi Sastra” Dengan latar belakang yang