BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Landasan Teoritis
2.1.1 Laporan Keuangan
Baridwan (2000:7) laporan keuangan merupakan ringkasan dari
proses pencatatan, yang merupakan ringkasan dari transaksi keuangan yang
terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini
dibuat oleh pihak manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik
perusahaan.
(Belkaoui, 2006:230) menyatakan bahwa pelaporan keuangan berisi
laporan keuangan yang merupakan komponen utama pelaporan keuangan dan
laporan-laporan tambahan seperti pelaporan inflasi, diskusi dan analisis
manajemen dalam laporan tahunan, dan surat-surat kepada pemegang saham.
Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan
(SAK: 2004) adalah
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan) yang disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus kas dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan
geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
Tujuan pelaporan keuangan menurut Kieso dan Weygandt (2002)
1. Informasi yang berguna dalam keputusan investasi dan kredit.
2. Informasi yang berguna dalam menilai prospek arus kas.
3.Informasi mengenai sumberdaya perusahaan, klaim pada sumberdaya
tersebut,
Pelaporan keuangan hendaknya memberikan informasi yang berguna
bagi para calon investor dan kreditor, maupun yang sudah ada, dan para
pengguna lainnya dalam membuat investasi, kredit, dan keputusan-keputusan
lain yang serupa secara rasional (Belkaoui, 2006:233). Pelaporan keuangan
merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan
keuangan dari hasil operasi suatu perusahaan dalam periode tertentu kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
PSAK No. 1 (IAI, 2007) tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas
perusahaanyang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi:(1) aset; (2)
kewajiban; (3) ekuitas; (4) pendapatan dan beban termasuk keuntungan
dan kerugian; dan (5) arus kas.
Accounting Principles Board Statement No. 4 (Belkaoui,
khusus, tujuan umum, dan tujuan kualitatif, serta menempatkan mereka di
bawah suatu kumpulan pembahasan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diringkas
sebagai berikut:
1. Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara
wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum,
posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam
posisi keuangan.
2. Tujuan umum dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai
sumber daya ekonomi dan kewajiban dari perusahaan bisnis agar
dapat:
1. Mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya;
2. Menunjukkan pendanaan dan investasinya;
3. Mengevaluasi kemampuan dalam memenuhi komitmen
komitmennya;
4. Menunjukkan berbagai dasar sumber daya bagi pertumbuhannya.
b. Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai
perubahan dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan bisnis
yang diarahkan untuk memperoleh laba agar dapat:
1. Menyajikan ekspektasi pengembangan dividen kepada para
investor;
2. Menunjukkan kemampuan operasi perusahaan dalam membayar
karyawan-karyawannya, membayar pajak, dan menghasilkan dana untuk
perluasan usaha;
3. Memberikan informasi untuk perencanaan dan pengendalian
kepada manajemen;
4. Menyajikan profitabilitas jangka panjang.
a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat
digunakan untuk mengestimasi potensi penghasilan bagi
perusahaan.
b. Untuk memberikan informasi lain yang dibutuhkan mengenai
perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban.
c. Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan terhadap
kebutuhan pengguna laporan.
3. Tujuan kualitatif dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Relevansi, yang artinya pemilihan informasi yang memiliki
kemungkinan paling besar untuk memberikan bantuan kepada
para pengguna dalam keputusan ekonomi mereka.
b. Dapat dimengerti, yang artinya tidak hanya informasi tersebut jelas,
tetapi para pengguna juga harus dapat memahaminya.
c. Dapat diverifikasi, yang artinya hasil akuntansi dapat didukung
oleh pengukuran-pengukuran yang independen, dengan
d. Netralitas, yang artinya informasi akuntansi ditujukan kepada
kebutuhan umum dari pengguna, bukannya kebutuhan-kebutuhan
tertentu dari pengguna-pengguna yang spesifik.
e. Ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara
lebih awal, untuk menghindari adanya keterlambatan atau
penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
f. Komparabilitas (daya banding), yang secara tidak langsung
berarti perbedaan-perbedaan yang terjadi seharusnya bukan
diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang
diterapkan.
g. Kelengkapan, yang artinya adalah telah dilaporkannya seluruh
informasi yang secara wajar memenuhi persyaratan dari tujuan
kualitatif yang lain.
2.1.2 Auditing
Arens (2008:4) mendefinisikan auditing sebagai “suatu proses pengumpulan serta pengevaluasian bahan bukti-bukti atas informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilaksanakan seorang
kompeten dan idependen untuk dapat menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan”. Boynton (2002:5) mendefinisikan auditing sebagai:
2.1.3 Teori Kepatuhan
Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi
peraturan yang berlaku, sama halnya dengan perusahaan yang berusaha untuk
menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu karena selain merupakan
suatu kewajiban perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan tepat
waktu, juga akan sangat bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan.
Kepatuhan yang diaplikasikan dalam penyampaian laporan keuangan
memberikan dampak positif dalam pelaporan keuangan yaitu ketepatan waktu
pelaoran keuangan sesuai kaedah atau aturan sehingga para pengguna laporan
keuangan dapat memperoleh informasi yang akurat. Tuntutan akan kepatuhan
terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan
publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan
berkala. Regulasi tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory)
Baron dan Bryne (2002: 387) bahwa
Obedience is a form of social influence in which one or more persons are ordered to do something, and they do it. It is in a sense, the most direct form of social influence. Several strategies can help reduce the occurance of destructive obedience. These include reminding individuals that they share in the responsibility for any harm produced, reminding them that beyond
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Nomor 1 paragraf 38, suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan
keuangannya paling lama 4 (empat) bulan setelah tanggal neraca (IAI,
untuk mematuhi peraturan berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) Nomor 36/PM/2003, tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang diaudit dengan Nomor
Peraturan X.K.2, yaitu:
“Laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang pada pokoknya adalah Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal yang ditetapkan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)”.
2.1.4 Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Tepat waktu diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini
mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut
(Rachmawati, 2008).
Ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan Rentang waktu antara
tanggal laporan keuangan perusahaan dan tanggal ketika informasi keuangan
diumumkan ke publik berhubungan dengan kualitas informasi keuangan yang
dilaporkan (McGee, 2007).
Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi
empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat
informasi laporan keuangan berguna bagi para pemakainya. Keempat
diperbandingkan. Untuk mendapatkan informasi yang relevan tersebut,
terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah kendala ketepatan waktu.
Hendriksen dan Van Breda (2000:145) menyatakan bahwa informasi
tidak dapat relevan jika tidak tepat waktu, yaitu hal itu harus tersedia bagi
pengambil keputusan sebelum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi
keputusan. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansinya, tetapi relevansi
tidaklah mungkin tanpa ketepatan waktu. Oleh karena itu, ketepatan waktu
adalah batasan penting pada publikasi laporan keuangan. Akumulasi,
peringkasan dan penyajian selanjutnya informasi akuntansi harus dilakukan
secepat mungkin untuk menjamin tersedianya informasi sekarang di tangan
pemakai. Ketepatan waktu juga menunjukkan bahwa laporan keuangan harus
disajikan pada kurun waktu yang teratur untuk memperlihatkan perubahan
keadaan perusahaan yang pada gilirannya mungkin akan mempengaruhi
prediksi dan keputusan pemakai.
Sesuai dengan peraturan X.K.2 yang diterbitkan Bapepam, maka
penyampaian laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dikatakan tepat
waktu apabila diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir bulan ketiga
setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan publik tersebut.
Keterlambatan penyampaian laporan keuangan bisa berakibat buruk bagi
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak
langsung, para investor mungkin menanggapi keterlambatan tersebut sebagai
sinyal yang buruk bagi perusahaan. Secara langsung, sebagai contoh di pasar
melanggar prinsip keterbukaan informasi dengan tidak menyampaikan
laporan keuangan tahunan tepat waktu telah dikenakan sanksi administrasi
dan denda.
Menurut Belkaoui (2006:238) relevan dan andal merupakan dua
kualitas utama, agar relevan informasi harus memiliki nilai prediktif dan nilai
umpan balik dan sekaligus pada saat yang sama harus disampaikan pada
waktu yang tepat. Salah satu tujuan kualitatif dari akuntansi keuangan adalah
ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk
menghindari adanya kelambatan atau penundaan dalam pengambilan
keputusan ekonomi (Belkaoui, 2006:213). Nilai dari ketepatan waktu
pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan
keuangan tersebut (Givoly dan Palmon, 1982 dalam Rachmawati, 2008:1).
Ketepatan waktu diukur dengan menggunakan variabel dummy, di mana
kategori 0 untuk perusahaan yang tidak tepat waktu dan kategori 1 untuk
perusahaan yang tepat waktu, yang mana ketepatan waktu dilihat dari tanggal
penerbitan laporan keuangan auditan di BEI paling lambat akhir bulan ke-3
sejak tutup buku.
2.1.5 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan berdasarkan penelitian terdahulu yaitu Catrinasari
ketepatan waktu pelaporan keuangan antara lain Rasio gearing, Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan. Prabowo
(2008) meneliti Profitabilitas, Opini Audit, Kualitas Auditor sebagai variabel
independen. Simatupang (2009) meneliti Probabilitas, rasio gearing, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, status perusahaan sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Situmorang (2010)
Laba (rugi) bersih,current ratio,ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi
KAP, audit report lag. Dari hasil peneliti terdahulu maka peneliti
menggunakan variabel independen ukuran perusahaan, umur perusahaan,
profitabilitas, opini audit, dan audit report lag yang dapat berpengaruh
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2.1.5.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan
dan dapat dinilai dari beberapa segi. Ukuran perusahaan dapat diukur
berdasarkan pada total penjualan, total nilai buku aset, nilai bersih
kekayaan, dan jumlah tenaga kerja (Soetedjo, 2006:79). Semakin
besar nilai item-item tersebut, semakin besar pula ukuran perusahaan
itu. Perusahaan besar cenderung menyajikan laporan keuangan tepat
waktu daripada perusahaan kecil. Menurut Dyer dan McHugh (1976)
dalam Soetedjo (2006:79), perusahaan-perusahaan berskala besar
cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk
mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Manajemen
penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan
berskala besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas
permodalan, dan pemerintah. Akan tetapi, menurut Boyton dan Kell
(1996) dalam Soetedjo (2006:79), pelaporan keuangan akan semakin
lama apabila ukuran perusahaan yang diaudit semakin besar dan
semakin luas. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah
sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang
harus dilakukan.
2.1.5.2 Umur Perusahaan
Idealnya umur perusahaan diukur berdasarkan tanggal pada
saat berdirinya perusahaan yang bersangkutan. Namun, umur
perusahaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan tanggal first
issue (listed)-nya perusahaan di pasar modal (Owusu dan Ansah,
2000 dalam Catrinasari, 2006:25).
Owusu dan Ansah (dalam Na’im, 1999:48) mendefenisikan bahwa umur perusahaan merupakan kemampuan perusahaan
dapat bertahan hidup dan menjalankan operasionalnya. Dalam
kondisi normal, perusahaan yang telah lama berdiri akan mempunyai
publikasi perusahaanyang lebih banyak dibandingkan dengan
perusahaan yang masih baru. Dengan demikian, calon investor tidak
perlu mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memperoleh
Menurut Owusu dan Ansah (dalam Na’im, 1999:48)
menyatakan, ketika sebuah perusahaan berkembang dan para
akuntannya belajar lebih banyak masalah pertumbuhan,
menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat diminimalisasikan.
Akibatnya, perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung
lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan
informasi ketika diperlukan karena perusahaan memiliki pengalaman
yang cukup banyak dalam proses pelaporan keuangan.
2.1.5.3 Profitabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2006:107) profitabilitas
adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
Sedangkan Horne dan Wachowicz (2005:222) mengatakan rasio
profitabilitas menghubungkan laba dengan penjualan dan laba
dengan investasi yang secara bersama-sama keduanya menunjukkan
efektifitas keseluruhan operasi perusahaan.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba pada masa mendatang dan laba merupakan
informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam
menanamkan modalnya. Profitabilitas juga merupakan indikator dari
keberhasilan operasi perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan
mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu
operasional perusahaan (Santoso, 1995:26). Givoly dan Palmon
keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi
laporan keuangan.
Dapat dikatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin
tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan
perusahaan memperoleh laba.
Dalam penelitian ini menggunakan return on asset (ROA), Rumus
ROA yakni sebagai berikut :
2.1.5.4 Opini Audit
Arens dkk (2008:58) mendefenisikan Opini audit adalah
pendapat akuntan publik atau auditor independen atas laporan
keuangan tahunan perusahaan yang telah diauditnya. Auditor sebagai
pihak yang independen di dalam mengaudit laporan keuangan suatu
perusahaan publik akan memberikan opini atas laporan keuangan
yang diauditnya. laporan auditor merupakan sarana bagi auditor
untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila mengharuskan, untuk
jika audit benar–benar dilakukan. Bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit.
Opini audit yang diberikan oleh auditor independen melalui
beberapa tahap audit yang dilakukan dapat memberi simpulan atas
laporan keuangan yang diauditnya. Arens dkk (2008:58)
mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari
seluruh proses audit. Dengan demikian, auditor didalam memberikan
opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.
Arens dkk (2008:62) mengemukakan bahwa terdapat 5 jenis
opini audit yang dapat diberikan oleh auditor atas laporan keuangan
yang diauditnya. Opini audit tersebut dibedakan menjadi unqualified
opinion (wajar tanpa pengecualian), unqualified opinion with
explanatory paragraph (wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelasan), qualified opinion (wajar dengan pengecualian), adverse
opinion (tidak wajar), dan disclaimer opinion (tidak memberikan
pendapat).
2.1.5.5 Audit Report Lag
Menurut Knechel dan Payne dalam Ahmad, Alim, dan
Subekti (2005:12) audit report lag adalah periode waktu antara akhir
tahun fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan. Ketepatan waktu
penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus
audit laporan keuangan dapat disebabkan karena perusahaan
berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk
menjamin keandalan dari laporan keuangan.
Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan audit report lag
mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan yang telah
diaudit, semakin rendah audit report lag, pelaporan keuangan
cenderung semakin tepat waktu, dan sebaliknya sebaliknya. Rentang
waktu proses pengauditan yang selesai jauh sebelum akhir bulan
ketiga, kemungkinan besar perusahaan dapat melaksanakan
pelaporan keuangan tepat waktu.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang kelengkapan pengungkapan laporan keuangan telah
dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu dengan hasil yang berbeda-beda.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan perusahaan publik ini, telah banyak dilakukan dan
berkembang baik di Indonesia maupun di negara-negara lain.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Catrinasari (2006) menggunakan
variabel independen Rasio gearing, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan, yang mana yang tidak berpengaruh
signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah ukuran dan
struktur kepemilikan. Prabowo (2008) menggunakan variabel independen
berpengaruh, tetapi opini audit dan kualitas auditor tidak berpengaruh.
Simatupang (2009) menggunakan variabel independen Profitabilitas, Opini Audit,
Kualitas Auditor yang mana kelima variabel tidak berpengaruh signifikan
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Situmorang (2010) menggunakan variabel independen Laba (rugi)
bersih,current ratio,ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi KAP, audit
report lag yang mana Variabel Laba (rugi) bersih, current ratio, ukuran
perusahaan, umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan tetapi reputasi KAP,
audit report lag berpengaruh signifikan. Keempat penelitian terdahulu memiliki
hasil penelitian yang berbeda-beda dan menimbulkan ketidakkonsistenan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Simatupang (2009) dengan
membuat perbedaan yaitu mengganti dan menambah satu variabel independen
penelitiannya dengan opini audit dan audit report lag. Ringkasan hasil peneliti
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Variabel Analisis Hasil Penelitian
Renny
Rasio gearing, profitabilitas,
umur perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap ketepatan waktu. Struktur
kepemilikan tidak kualitas auditor tidak berpengaruh
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian dirumuskan berdasarkan tinjauan teoritis
dan tinjauan penelitian terdahulu sebagai berikut :
H1
Ukuran perusahaan pada penelitian ini diukur berdasarkan total penjualan.
Total penjualan yang semakin besar berarti ukuran perusahaan juga semakin
besar. Perusahaan besar merupakan sorotan masyarakat dan terkait dengan lebih
banyak pengguna informasi seperti investor, kreditor, pemasok, pelanggan,
pemilik perusahaan, karyawan, dan sebagainya. Hal tersebut mendorong
perusahaan besar untuk mengusahakan ketepatan waktu demi keandalan dan
relevansi laporan keuangan.
Umur perusahaan diukur sejak perusahaan tersebut terdaftar (listed) di
Bursa Efek Indonesia sampai tahun berjalan. Perusahaan yang sudah lama
terdaftar biasanya lebih berpengalaman dalam pelaporan keuangan. Umur
perusahaan yang semakin tinggi berarti pelaporan keuangannya semakin tepat
waktu dan sebaliknya semakin sedikit umur perusahaan, semakin rendah
ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Didalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan ROA (Return on
Assets). Return on Assets (ROA) biasanya disebut sebagai hasil pengembalian
atas total aktiva. Rasio ini mencoba untuk mengukur efektivitas pemakaian total
sumber daya oleh perusahaan.
Opini audit merupakan pendapat yang dikemukakan oleh auditor
independen dalam laporan audit sebagai media formal yang digunakan dalam
mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan atas
laporan keuangan yang diaudit.
Proses penyelesaian audit laporan keuangan terjadi pada rentang waktu
yang disebut dengan audit report lag, yang diukur sejak tanggal tahun tutup buku
yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditan. Lamanya
pengauditan dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Proses
pengauditan laporan keuangan yang semakin cepat dapat membuat pelaporan
keuangan semakin tepat waktu dan sebaliknya proses pengauditan yang lambat
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai
karakteristik populasi (Rochaety dkk, 2007 : 104). Menurut Sugiyono (2006 : 51)
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta- fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian
terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H1 : terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan
H2 : terdapat pengaruh umur perusahaan terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan,
H3 : terdapat pengaruh profitabilitas terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan,
H4 : terdapat pengaruh opini audit terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan, dan
H5 : terdapat pengaruh audit report lag terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan.