• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERAN DAN FUNGSI PEGAWAI ASN BIRO HUKUM DALAM MENDAMPINGI PEGAWAI ASN YANG TERKAIT TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PELAKSANAAN TUGAS KEDINASAN A. Struktur Organisasi Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara. - Pendampingan Aparatur Sipil N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PERAN DAN FUNGSI PEGAWAI ASN BIRO HUKUM DALAM MENDAMPINGI PEGAWAI ASN YANG TERKAIT TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PELAKSANAAN TUGAS KEDINASAN A. Struktur Organisasi Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara. - Pendampingan Aparatur Sipil N"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

23

KORUPSI DALAM PELAKSANAAN TUGAS KEDINASAN

A. Struktur Organisasi Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera

Utara.

Dalam suatu instansi pemerintahan haruslah memiliki struktur organisasi

pemerintahan yang tetap dan jelas. Hal ini untuk menentukan apa saja tugas dan

wewenang dari suatu posisi yang diduduki seorang Pegawai ASN di suatu instansi

pemerintahan secara administratif. Struktur organisasi yang baik dalam suatu

pemerintahan akan memastikan terjadinya koordinasi yang efektif bagi seluruh

organ-organ yang bertugas dalam instansi pemerintahan tersebut. Adanya

pembagian tugas dan fungsi menjadi komponen-komponennya. Sehingga setiap

pegawai bertanggung jawab untuk tugas yang dikerjakannya dan

pertanggungjawaban tugas ini dilakukan kepada jabatan yang ada diatasnya

secara berjenjang.

Menurut Prof. Prajudi, Struktur Organisasi Keadministrasian Negara

adalah keseluruhan tata susunan Administrasi Negara (dalam arti institusional)

yang terdiri atas kementerian-kementerian (unit urusan menteri pada umumnya)

dan/atau departemen-departemen, direktorat-direktorat (jenderal), biro-biro,

kantor-kantor, wilayah-wilayah, daerah-daerah otonomi, dan sebagainya.

Keseluruhan dari pada kesatuan organisasi administratif yang berkantor, yang

(2)

atau birokrasi negara.22

Begitu juga halnya di lingkungan Pemerintahan Daerah Provinsi Sumatera

Utara memiliki stuktur organisasi dan tata kerja yang terdiri dari Sekretaris

Daerah Provinsi, Staf Ahli Gubernur, Asisten, Kepala Badan, Kepala Dinas,

Kepala Biro, Kepala Kantor dan seterusnya Kepala Bidang, Kasubdinas, Kepala

Bagian, Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian. Struktur organisasi Biro Hukum

Sekretariat Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur Sekretariat yang

dikoordinasikan Asisten Pemerintahan dan dipimpin langsung oleh Sekretaris

Daerah Provinsi.

Kedudukan atau jabatan dalam suatu organisasi

pemerintahan menunjukkan beban tugas dan tanggung jawabnya dalam organisasi

dan jabatan atau kedudukan tersebut juga menunjukkan arah koordinasi dan atau

perintah. Kedudukan dan jabatan inilah yang menjadi suatu hierarki dalam suatu

organisasi instansi pemerintah.

23

1. Kepala Biro Hukum

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun

2008 tentang Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi Sumatra Utara, Biro Hukum adalah unsur staf yang berada dan

bertanggung jawab kepada Sekretarias Daerah melalui Asisten Pemerintahan.

Organisasi dan Struktur Biro Hukum Setdaprovsu dipimpin oleh Kepala Biro

Hukum dengan membawahi 4 (empat) Kepala Bagian dan 10 (sepuluh) Kasubbag

dengan susunan sebagai berikut :

22

S. Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, 1994, edisi revisi, cetakan ke X, Jakarta, Ghalia Indoneia, hal. 75.

23

(3)

2. Kepala Bagian Penyuluhan Hukum

a. Kasubbag Tata Usaha

b. Kasubbag Sosialisasi dan Informasi hukum

c. Kasubbag Pembinaan PPNS

3. Kepala Bagian Perundang-Undangan

a. Kasubbag Rancangan Hukum

b. Kasubbag Telaahan dan Pengesahan

c. Kasubbag Dokumentasi Produk Hukum

4. Kepala Bagian Fasilitasi Produk Hukum Daerah

a. Kasubbag Pengkajian dan Perumusan

b. Kasubbag Pembinaan dan Pengawasan kebijakan

5. Kepala Bagian Bantuan Hukum

a. Kasubbag Perlindungan dan HAM

b. Kasubbag Sengketa Hukum24

B. Tugas Pokok dan Fungsi Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi

Sumatera Utara

Berdasarkan pengertiannya, tugas pokok merupakan suatu kewajiban yang

harus dikerjakan, pekerjaan yang merupakan tanggung jawab, perintah untuk

berbuat atau melakukan sesuatu demi mencapai suatu tujuan. 25 Sedangkan fungsi

memiliki arti kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan.26

24

Ibid.

25

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,1986, Jakarta, Balai Pustaka, hlm. 1094.

26

(4)

Tugas Pokok dan Fungsi secara umum merupakan hal-hal yang harus

bahkan wajib dikerjakan oleh seorang anggota organisasi atau pegawai dalam

suatu instansi secara rutin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk

menyelesaikan program kerja yang telah dibuat berdasarkan tujuan, visi dan misi

suatu organisasi atau instansi tempat dia bekerja.

Setiap pegawai seharusnya melaksanakan kegiatan yang lebih rinci yang

dilaksanakan secara jelas dan dalam setiap bagian atau unit. Rincian tugas-tugas

tersebut digolongkan kedalam satuan praktis dan konkrit sesuai dengan

kemampuan dan tuntutan masyarakat. Tugas Pokok dan fungsi (tupoksi)

merupakan suatu kesatuan yang saling terkait antara Tugas Pokok dan Fungsi.

Dalam Peraturan Perundang-undangan pun sering disebutkan bahwa suatu

organisasi menyelenggarakan fungsi-fungsi dalam rangka melaksanakan sebuah

tugas pokok.

David F. Smith dalam Gibson, Ivancevich, dan Donelly menjelaskan

mengenai hubungan antara pekerjaan pegawai, yang dalam hal ini berupa tugas

pokok dan fungsi dengan efektivitas pegawai, bahwa: “Selain masalah praktis

dalam hubungan dengan desain pekerjaan, yaitu berkaitan dengan keefektifan

dalam istilah ekonomi, politik, dan moneter, akan tetapi pengaruh yang terbesar

berkaitan dengan keefektifan sosial dan psikologis pegawai. Pekerjaan dapat

menjadi sumber tekanan psikologis dan bahkan gangguan mental dan fisik

terhadap seorang pegawai selain sisi positif dari pekerjaan yaitu dapat

(5)

penghargaan dari orang lain, hidup yang teratur dan hubungan dengan orang

lain”.27

Definisi lainnya yang menilai bahwa tugas merupakan suatu kegiatan

spesifik yang dijalankan dalam organisasi yaitu menurut John & Mary Miner

dalam, menyatakan bahwa Tugas adalah kegiatan pekerjaan tertentu yang

dilakukan untuk suatu tujuan khusus. Sedangkan menurut Moekijat, Tugas adalah

suatu bagian atau satu unsur atau satu komponen dari suatu jabatan. Tugas adalah

gabungan dari dua unsur (elemen) atau lebih sehingga menjadi suatu kegiatan

yang lengkap.

Adapun definisi tugas pokok dan fungsi menurut para ahli yang lain, yaitu

Dale Yoder, “The Term Task and function is frequently used to describe one

portion or element in a job” (Tugas dan fungsi digunakan untuk mengembangkan

satu bagian atau satu unsur dalam suatu jabatan). Sementara Stone

mengemukakan bahwa “A task is a specific work activity carried out to achieve a

specific purpose” (Suatu tugas pokok merupakan suatu kegiatan pekerjaan khusus

yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu).

28

Penjelasan tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa pekerjaan ataupun

tupoksi yang ditetapkan untuk suatu jabatan sangat berpengaruh secara langsung

terhadap efektivitas pegawai. Efektivitas pegawai dapat dinilai melalui

pelaksanaan tugas-tugasnya secara benar dan konsisten. Tugas pokok dan fungsi

27

Ivancevich Gibson. 1984. Organisasi dan Manajemen Perilaku Struktur Proses. Jakarta: Penerbit Erlangga..Donnelly, 1996. Organisasi Perilaku Struktur Proses. (Alih Bahasa : Agus Darma), Jakarta: Penerbit Erlangga,1996, Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses, Edisi Kedelapan Jilid Satu, Terjemahan Nunuk Ardiani, Jakarta : Binarupa Aksara.

(6)

pegawai merupakan jabaran langsung dari tugas dan fungsi organisasi atau

instansi kedalam jabatan yang didudukinya.

Dalam Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 65 tahun 2011 tentang

Tugas, Fungsi, dan Uraian Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam pasal 25 dibebutkan

bahwa Biro Hukum mempunyai tugas membantu Sekretaris Daerah Provinsi

dalam menyusun konsep kebijakan Kepala Daerah dalam penyelenggaraan urusan

Pemerintahan atas:

a. pelaksanaan pembinaan,

b. koordinasi,

c. fasilitasi,

d. monitoring,

e. evaluasi dan pengendalian pelaksanaan penyuluhan hukum,

f. peraturan perundang-undangan,

g. fasilitasi produk hukum daerah dan

h. bantuan hukum.29

Sedangkan fungsi dari Biro Hukum adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan dan mengkoordinasikan menyusun konsep kebijakan Kepala

Daerah dalam penyelenggaraan pembinaan, fasilitasi, monitoring, evaluasi,

koordinasi dan pengendalian urusan Pemerintahan dan/atau Kewenangan

Otonomi Provinsi di bidang penyuluhan hukum, peraturan

perundang-undangan, fasilitasi produk hukum daerah dan bantuan hukum.

29

(7)

b. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi, monitoring, evaluasi dan

pengendalian pelaksanaan kebijakan Kepala Daerah di bidang penyuluhan

hukum, peraturan perundang-undangan, fasilitasi produk hukum daerah dan

bantuan hukum.

Biro Hukum dalam melaksanaan tugas pokok dan fungsinya dipimpin oleh

seorang Kepala Biro Hukum yang rnernpunyai uraian tugas:

1) Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan disiplin

pegawai pada lingkup Biro Hukum.

2) Menyelenggarakan penetapan perencanaan dan program kegiatan Biro, sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Menyelenggarakan penetapan bahan/data di bidang penyelenggaraan hukum.

4) Menyelenggarakan penetapan penyusunan standar, norna dan kriteria

penyelenggaraan penyuluhan hukum, Peraturan Perundang-undangan,

fasilftasi produk hukum daerah dan bantuan hukum, sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

5) Menyelenggarakan pembinaan, koordinasi, fasilitasi, monitoring, evaluasi,

pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kebl'jakan Kepala Daerah di

bidang penyuluhan hukum, perundang-undangan, fasilitasi produk hukum

daerah dan bantuan hukum, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

6) Menyelenggarakan penyiapan bahan penyusunan dan penyempurnaan

kebijakan di bidang penyelenggaraan penyuluhan hukum, Peraturan

(8)

7) Menyelenggarakan konsultasi, asistensi dan supervisi penyelenggaraan

hukum, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

8) Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian ketatausahaan, sesuai

standar yang ditetapkan.

9) Menyelenggarakan pengkoordinasian dan perumusan pelaporan LAKIP,

LKPJ, LPPD dan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Biro, sesuai

standar yang ditetapkan.

10) Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi terhadap instansi vertikal lingkup

Provinsi dan Kabupaten/Kota, sesuai standar yang ditetapkan.

11) Menyelenggarakan fasilitas rapat-rapat internal dan eksternal Biro, sesuai

tugas dan fungsinya.

12) Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi, analisa dan pengkajian penyusunan

dan perumusan produk hukum daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota,

sesuai standar yang ditetapkan.

13) Menyelenggarakan supervisi dan klarifikasi penetapan kebijakan produk

hukum tingkat Provinsi dan Kabupaten, sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

14) Meyelenggarakan pengendalian dan pengawasan atas produk hukum tingkat

Provinsi dan Kabupaten/Kota, sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

15) Menyelenggarakan pengernbangan informasi, publikasi, penyuluhan dan

(9)

16) Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan kebijakan, sesuai tugas dan fungsinya.

17) Menyetenggarakan pemberian masukan kepada Sekdaprovsu Provinsi, sesuai

tugas dan fungsinya.

18) Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Sekdaprovsu, sesuai tugas dan

fungsinya.

19) Menyelenggarakan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan

tugasnya, sesuai standar yang ditetapkan.30

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud, Kepala

Biro Hukum dibantu bagian-bagian dari Biro Hukum itu sendiri, yaitu:

1. Bagian Penyuluhan Hukum.

2. Bagian Perundang-Undangan.

3. Bagian Fasilitasi Produk Hukum Daerah.

4. Bagian Bantuan Hukum.

Mengingat bahwa bagian Penyuluhan Hukum, Bagian

Perundang-Undangan, Bagian Fasilitasi Produk Hukum Daerah dalam biro hukum

setdaprovsu tugas pokok dan fungsinya tidak berkaitan langsung dengan bahasan

dalam tulisan ini sehingga tugas pokok dan fungsi ketiga bagian tersebut tidak

diuraikan. Dengan kata lain tugas pokok dan fungsi yang diuraikan adalah tugas

pokok dan fungsi Bagian Bantuan Hukum karena berkaitan langsung dengan

materi tulisan ini dan merupakan yang berperan langsung dalam tugas

pendampingan.

(10)

C. Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Bantuan Hukum Biro Hukum

Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara

Tugas pokok dan fungsi Bagian Bantuan Hukum Biro Hukum berkaitan

dengan penanganan perkara pidana (dalam hal ini pendampingan dalam tahap

penyelidikan dan penyidikan), perkara perdata (berkaitan dengan gugatan

perdata), perkara tata usaha negara (berkaitan dengan gugatan tata usaha negara)

serta perlindungan dan Hak Asasi Manusia. Penanganan perkara tersebut

dilaksanakan dalam rangka amanat peraturan perundang-undangan yang

merupakan bagian dari tugas dan tanggung jawab ASN Biro Hukum. Oleh karena

itu pegawai ASN Biro Hukum yang menangani suatu perkara tidak disebut

sebagai pengacara, penasehat hukum maupun advokat atau istilah lainnya akan

tetapi tetap disebut sebagai pegawai negeri sipil (PNS).

Berbeda halnya dengan sebutan untuk pengacara profesional misalnya

sebutan Advokat pada tataran hukum pidana disebut juga sebagai Penasihat

Hukum (PH). Pengertian Penasihat Hukum menurut pasal 1 butir 13 Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) adalah seseorang yang

memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasarkan Undang-Undang untuk

memberi bantuan hukum. Ketentuan demikian secara sosial memberikan

pemahaman bahwa untuk menjadi Penasihat Hukum itu haruslah orang yang telah

memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Undang-Undang. Hal ini juga

ndimaksudkan satu upaya untuk memenuhi standar profesionalisme.31

31

Marudut Tampubolon, Membedah Profesi Advokat, 2014, Yogyakarta, Penerbit Pustaka Pelajar, hlm. 45.

Pada

(11)

pekerjaan yang bersifat klasik. Artinya bahwa keberadaan profesi ini sudah ada

sejak lahirnya profesi tersebut dalam wilayah kekuasaan pengadilan.

Oleh karena itu didalam melakukan tindakan pendampingan itu, harus

dilakukan oleh orang yang tau dan berlatar belakang sekolah hukum. Dalam hal

demikian, lapangan hukum para Advokat adalah seluruh lapangan hukum itu

sendiri, yang tentunya sangat luas. Dalam perkara pidana, misalnya peran

Advokat sangat penting mulai penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan proses

persidangan sampai kepada perkara mempunyai kekuatan hukum tetap.32

Pasal 32 Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 65 tahun 2011

tentang Tugas, Fungsi, dan Uraian Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara disebutkan bahwa Namun dalam tulisan ini, peran pendampingan yang dilakukan terhadap

orang yang bermasalah dengan hukum bukanlah dilakukan oleh seorang Advokat,

akan tetapi dilakukan oleh Pegawai Aparatur Sipil Negara Biro Hukum, yaitu

bagian Bantuan Hukum. Demikian juga dengan orang yang didampingi Pegawai

ASN Biro Hukum tidak disebut dengan istilah Klien. Pendampingan yang

dilakukan ASN Biro Hukum inipun bukanlah setiap masyarakat yang berhadapan

dengan hukum. Akan tetapi terbatas hanya Pegawai ASN yang berhadapan

dengan masalah hukum yang dilakukan dalam tugas kedinasannya di lingkungan

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Artinya yang didampingi dan yang

mendampingi adalah pegawai ASN Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan

termasuk pegawai ASN di Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.

32

(12)

Bagian Bantuan Hukum mempunyai tugas membantu Kepala Biro Hukum dalam

melaksanakan penyelenggaraan penanganan sengketa bantuan hukum dan

perlindungan hak asasi manusia.

1. Bagian Bantuan Hukum, menyelenggarakan fungsi:

a. penyelenggaraan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada staf pada

lingkup Bagian Bantuan Hukum.

b. penyelenggaraan pengolahan bahan/data untuk penyempurnaan dan

penyusunan Bantuan Hukum.

c. penyelenggaraan penyusunan perencanaan dan program kegiatan Bagian

Bantuan Hukum, sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

d. penyelenggaraan pengkajian dan evaluasi pelaksanaan bantuan hukum.

e. penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, fasilitasi, sosialisasi, monitoring

dan pengendalian pelaksanaan bantuan hukum, sengketa hukum,

perlindungan dan hak asasi manusia, sesuai standar yang ditetapkan.

f. penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Biro sesuai bidang

tugas dan fungsinya.

g. penyelenggaraan pemberian masukan kepada Kepala Biro, sesuai bidang

tugas dan fungsinya.

h. penyelenggaraan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban atas

pelaksanaan tugasnya, sesuai standar yang ditetapkan.

2. Kepala Bagian Bantuan Hukum, mempunyai uraian tugas:

a. menyelenggarakan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada staf pada

(13)

b. menyelenggarakan pengolahan dan penyajian datalbahan di bidang

pelaksanaan bantuan hukum.

c. menyelenggarakan penyusunan perencanaan dan program kegiatan di

bidang penyelenggaraan bantuan hukum, sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

d. menyelenggarakan penyusunan dan penyempurnaan standar, norma dan

kriteria penyelenggaraan bantuan hukum.

e. menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, koordinasi, fasilitasi,

monitoring, evaluasi dan pengendalian penyelenggaraan bantuan hukum,

sengketa, perlindungan dan hak asasi manusia, sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

f. menyelenggarakan pengkajian dan analisa penyelenggaraan bantuan

hukum.

g. menyelenggarakan konsultasi, asistensi dan supervisi pelaksanaan bantuan

hukum.

h. menyelenggarakan identifikasi dan inventarisasi bantuan hukum.

i. menyelenggarakan deseminasi, bimbingan teknis, lokakarya, seminar

penyelenggaraan bantuan hukum, sesuai standar yang ditetapkan.

j. menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi penanganan sengketa,

perlindungan hukum dan hak asasi manusia.

k. menyelenggarakan hubungan antar lembaga hukum dalam

(14)

l. menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan panitia RANHAM,

sesuai standar yang ditetapkan.

m. menyelenggarakan langkah-langkah persiapan penyelenggaraan bantuan

hukum, sesuai standar yang ditetapkan.

n. menyelenggarakan pemeliharaan dan pengamanan bahan/data dan berkas

penanganan bantuan hukum.

o. menyelenggarakan bantuan hukum dan perlindungan hukum atas aset dan

permasalahan hukum dalam kedinasan di lingkungan Pemerintah Provinsi,

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

p. menyelenggarakan fasilitasi bantuan dan perlindungan hukum terhadap

pegawai negeri sipil dalam hubungan kedinasan Pemerintah daerah

Provinsi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

q. menyelenggarakan koodinasi penegakan hak asasi manusia skala Provinsi,

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

r. menyelenggarakan rapat-rapat internal dan eksternal pembahasan bantuan

hukum.

s. menyelenggarakan penyusunan persiapan penanganan sengketa dan

bantuan hukum, sesuai standar yang ditetapkan.

t. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan kebijakan, sesuai bidang tugas dan fungsinya.

u. menyelenggarakan pemberian masukan kepada Kepala Biro, sesuai bidang

(15)

v. menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Biro, sesuai bidang

tugas dan fungsinya.

w. menyelenggarakan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban atas

pelaksanaan tugasnya, sesuai standar yang ditetapkan.

D. Peran Dan Fungsi Pegawai Aparatur Sipil Negara Biro Hukum Dalam

Mendampingi Pegawai ASN Yang Terkait Tindak Pidana Korupsi

Dalam Pelaksanaan Tugas Kedinasan

Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada

prinsip sebagai berikut:

a. nilai dasar

b. kode etik dan kode perilaku

c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik

d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

e. kualifikasi akademik

f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

g. profesionalitas jabatan.

Kemudian dalam pasal 10, pasal 11 dan pasal 12 Undang-Undang tersebut

dikatakan bahwa :

Pegawai ASN berfungsi sebagai:

a. pelaksana kebijakan publik

b. pelayan publik

(16)

Pegawai ASN bertugas:

a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.

c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas

penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Hal ini

dilakukan melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional,

bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan

nepotisme.

Salah satu peran yang dilakukan pegawai ASN Biro Hukum adalah tugas

perlindungan hukum dalam bentuk pendampingan untuk memberikan bantuan

hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 92 Undang-Undang ASN yaitu pada

ayat 1 huruf (d) dan ayat 3 yaitu :

Ayat (1) Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:

a. jaminan kesehatan

b. jaminan kecelakaan kerja

c. jaminan kematian

d. bantuan hukum.

Ayat (3) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, berupa

pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait

(17)

Walaupun dalam pasal 92 ayat 3 ini dikatakan bahwa pemberian bantuan

hukum itu dilakukan dalam perkara yang dihadapi di pengadilan yang terkait

dengan pelaksanaan tugas-tugas dinas yang dilakukan Pegawai ASN, akan tetapi

dalam Permendagri Nomor 12 tahun 2014 dikatakan bahwa pemberian bantuan itu

belum sampai di tingkat pengadilan, hanya sampai pada tingkat penyelidikan dan

penyidikan. Pembatasan fungsi dan peran ini cukup beralasan dan rasanya tidak

bertentangan mengingat kemampuan profesionalisme ASN yang melaksanakan

tugas utama sebagai pelayanan publik dan tugas pemberian bantuan hukum itu

bukanlah sebagai tugas utamanya.33

Pelaksana hukum (eksekutif) jauh berbeda dengan tugas profesional

pengacara/advokat dimana menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003

tentang Advokat, bahwa advokat melaksanakan fungsi dan peran sebagai penegak

hukum (Yudikatif). Ada kemungkinan peran ASN beracara di pengadilan ini

membutuhkan pemikiran dan persiapan tentang persyaratan dan profesionalisme

pegawai ASN untuk bisa mengemban tugas ini ke depan dan tidak sejak

sekarang.34

Berdasarkan pasal 13 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12

tahun 2014 tentang Pedoman Penanganan Perkara di Lingkungan Kementerian

Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Biro Hukum Provinsi Adanya perkembangan pemikiran tentang Pegawai ASN untuk

beracara didepan pengadilan mungkin akan memberi kebebasan kepada Pegawai

ASN untuk memberikan bantuan hukum dalam tugas pendampingannya.

33

Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Bantuan Hukum Sekretariat Provinsi Sumatera Utara, 9-10 Maret 2014, Pukul 09.00-12.00 WIB.

(18)

melakukan pendampingan dalam proses penyelidikan dan penyidikan perkara

pidana yang dilakukan oleh Gubernur/Wakil Gubernur dan CPNS/PNS Provinsi.

Selanjutnya dalam pasal 15 Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut

dikatakan bahwa pemdampingan yang dilakukan oleh Pegawai ASN Biro Hukum

Provinsi berkaitan dengan :

1. mengenai hak dan kewajiban saksi dalam setiap tahapan pemeriksaan.

2. ketentuan hukum acara pidana.

3. mengenai materi delik pidana yang disangkakan.

4. hal-hal lain yang dianggap perlu dan terkait dengan perkara yang dihadapi.

Menyikapi isi pasal 13 dan pasal 15 Permendagri No. 12 tahun 2014 di

atas dapat diketahui bahwa peran pegawai ASN Biro Hukum terbatas hanya dalam

pendampingan yang berkaitan dengan penyelidikan dan penyidikan yang

dilakukan aparat penegak hukum baik oleh Kepolisian maupun Kejaksaan

terhadap suatu permasalahan hukum yang dihadapi seorang pegawai ASN

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam pelaksanaan tugas-tugas kedinasan

termasuk dalam tindak pidana korupsi yang dilakukannya.

Keterbatasan ruang lingkup pendampingan yang dilakukan oleh ASN Biro

Hukum ini merupakan akibat pembatasan berdasarkan peraturan perundangan

yaitu Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat yang intinya

mengisyaratkan bahwa yang berhak untuk beracara di muka pengadilan adalah

mereka yang sudah memenuhi persyaratan untuk itu yaitu seorang advokat,

(19)

pengadilan oleh karena tugas utamanya adalah sebagai pelayan publik yang

mengatasnamakan instansi negara.35

35 Ibid.

Selanjutnya dalam permendagri Nomor 12 tahun 2014 ini juga peran

pegawai ASN Biro hukum secara limitataif telah ditetapkan yaitu yang berkaitan

dengan hak dan kewajiban saksi dalam setiap tahapan pemeriksaan, ketentuan

hukum acara pidana mengenai mekanisme setiap tahapan pemeriksaan aparatur

penegak hukum, materi delik pidana yang disangkakan apakah berkaitan atau

tidak dengan tugas kedinasan dan apakah permasalahan hukum yang

dipersangkakan itu merupakan delik pidana atau tidak atau hanya sekedar

kesalahan administrasi. Lebih lanjut boleh juga disampaikan hal-hal lain yang

dianggap perlu dan terkait dengan perkara yang dihadapi oleh pegawai ASN yang

didampingi.

Secara umum bahwa pegawai ASN yang didampingi oleh Biro Hukum

adalah pegawai ASN yang berhadapan dengan permasalahan korupsi yang

berkaitan dengan tugas-tugas kedinasan, baik karena kealpaan, karena

kesengajaan, maupun hanya kesalahan administrasi saja dengan tujuan

memperkaya diri sendiri atau korporasi yang merugikan keuangan negara. Karena

tindak pidana baik tindak pidana umum maupun tindak pidana khusus merupakan

tindakan yang harus dipertanggungjawabkan secara inperson. Sehingga

pendampingan yang dilakukan Biro Hukum semata-mata hanya karena perbuatan

(20)

Kealpaan seperti disebutkan di atas perlu mendapat perhatian karena

kebanyakan berkaitan dengan administrasi yang tidak akurat yang bisa jadi tidak

semuanya merupakan perbuatan yang dapat merugikan keuangan negara.

Memang banyak juga timbul masalah kerugian keuangan negara akibat kesalahan

administrasi misalnya ada kesalahan administrasi yang memang disengaja untuk

menutupi kerugian yang ditimbulkan. Dengan demikian ada kesalahan

administrasi yang disengaja dan ada kesalahan administrasi memang tidak

diketahui sebelumnya atau dengan kata lain murni karena kealpaan. Dalam kaitan

inilah salah satu pertimbangan pentingnya pendampingan terhadap ASN yang

berhadapan dengan hukum. Lain halnya dengan kesengajaan yang unsur-unsur

perbuatannya telah memenuhi unsur-unsur suatu kejahatan sehingga tidak perlu

dibahas dalam tulisan ini.

Setelah menelaah bahan-bahan dan Wawancara yang dilakukan di Biro

Hukum Provinsi Sumatera Utara yang disebut sebagai kealpaan misalnya kasus

yang dipersangkakan adalah : Tindak Pidana “Setiap orang yang melakukan

pengelolaan limbah B3 tanpa izin jo Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin

dari Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya”,

yang melibatkan ASN Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara.

Kemudian kasus lain : Dugaan Tindak Pidana penambangan emas tanpa

izin di Desa Tapus, Kec. Lingga Bayu, Kab. Mandailing Natal Provsu yang

diduga dilakukan oleh PT. Madinah Madani Mining (PT. M3)” yang melibatkan

Pj Bupati dan Plt. Sekretaris Daerah Madina yang merupakan ASN Provinsi

(21)

merupakan dasar pemanggilan dan pemeriksaan yang dikategorikan aparatur

penegak hukum sebagai tindak pidana korupsi.36

Berdasarkan hasil penelitian, saudah ada Pegawai ASN yang didampingi

oleh ASN Biro Hukum di lingkungan pemerintahan provinsi sumatera utara yang

terkait tindak pidana korupsi dalam menjalankan tugas-tugasnya yang

disangkakan kepadanya. Namun, ada beberapa aparatur yang lepas atau bebas dari

sangkaan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum yang ditujukan

kepadanya. Hal ini dikarenakan perbuatannya hanyalah kesalahan administrasi

belaka dan bukan tindak pidana yang disangkakan kepadanya. Sangatlah penting

peran dari seorang ASN Biro Hukum dalam hal ini mengingat tidak semua

Aparatur Sipil Negara atau PNS memiliki pengetahuan hukum atau

berlatarbelakang sekolah hukum.37

Pesan-pesan moral yang terkandung dalam Undang-Undang ini diharapkan

dapat menjadi hambatan-hambatan moral (moral restraints) bagi perseorangan

maupun korporasi agar tidak melakukan korupsi baik dalam tahap awal formulasi, Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan melawan hukum yang

dilakukan seseorang untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi

secara melawan hukum, yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana

penjara 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun (pasal 2

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999).

36

Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Bantuan Hukum Sekretariat Provinsi Sumatera Utara, dengan memberikan contoh kasus yang sudah ditangani oleh Biro Hukum Sekretariat Provinsi Sumatera Utara. 9-10 Maret 2014, Pukul 09.00-12.00 WIB.

(22)

kebijakan yudikatif yang merupakan tahap aplikatif dan kebijakan eksekutif yang

merupakan tahap administrasi.38

a. Perbuatan melawan hukum.

Jika dicermati pengertian korupsi dalam bunyi pasal 2 Undang-Undang

No. 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 terdapat unsur-unsur

tindak pidana korupsi antara lain:

b. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi.

c. Merugikan keuangan/perekonomian negara.

Perbuatan melawan hukum dalam hal ini mencangkup perbuatan melawan

hukum dalam arti formil dan materil maksudnya meskipun perbuatan itu tidak

diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut

dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma

kehidupan sosial, maka perbuatan tersebut dapat dipidana.

Dalam penjelasan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 31 Tahun 1999

pengertian melawan hukum tidak lagi berarti apa yang bertentangan dengan hak

orang lain atau bertentangana dengan kewajiban hukum si pelaku melainkan juga

apa yang bertentangan baik dengan tata susila maupun kepatutan dalam pergaulan

masyarakat.39

Kemudian unsur yang kedua dari tindak pidana korupsi memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau korporasi berarti menambah kekayaan diri sendiri atau

38

Barda Nawawi Arief, 1998, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan dan Pengembangan Hukum Pidana, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, yang dikutip pada

Ediwarman, Penegakan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kriminlogi, 2014, Yogyakarta, Genta Publishing, hal. 65.

39

(23)

orang lain atau korporasi. Sedangkan unsur ketiga merugikan keuangan negara

artinya seluruh keuangan negara dalam bentuk apapun baik yang dipisahkan

ataupun yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan

negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karenanya.

Berbagai akibat yang ditimbulkan tindak pidana korupsi ini bagi

kepentingan umum bahkan korupsi merupakan suatu problema sosial. Disini dapat

dilihat adanya pelanggaran norma yang berlaku bahkan suatu aspirasi materil

yang dilakukan individu dengan cara melanggar hukum sehingga menimbulkan

kerugian negara dan masyarakat.40

Data lapangan yang diperoleh hanya berjumlah 47 (empat puluh tujuh)

pegawai yang didampingi oleh Biro Hukum dan pegawai ASN yang didampingi

ada yang tidak sampai ke Pengadilan, karena tidak cukup bukti. Dalam kaitan ini

pencerahan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan materi pemeriksaan yang

diberikan ASN Biro Hukum telah berhasil dengan baik. Dari jumlah 114 pegawai

ASN itu juga bahwa seorang pegawai bisa saja terlibat dalam beberapa masalah Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari hasil riset di Biro Hukum

bahwa selama tahun 2014 ada sebanyak 37 (tiga puluh enam) kasus dalam

berbagai bidang yang berkaitan dengan korupsi dengan melibatkan 114 (seratus

empat belas) pegawai ASN di berbagai instansi (Badan, Dinas, Biro)

pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Namun sangat disayangkan bahwa tidak

semua pegawai ASN yang diperiksa tersebut meminta bantuan pendampingan

kepada Biro Hukum.

40

(24)

hukum misalnya dipanggil di Polda Sumut dlam kasus X, kemudian yang

bersangkutan bisa dipanggil di Kejaksaan Negeri Medan dalam kasus Y, sehingga

jumlah pegawai ASN yang diperiksa baik sebagai saksi maupun sebagai tersangka

mencapai 114 pegawai.

Minimnya jumlah pegawai ASN yang didampingi Biro hukum

dikarenakan tidak semua pegawai yang diperiksa meminta bantuan

pendampingan, ada kalanya karena tidak tahu keberadaan pendampingan oleh

Biro Hukum atau karena yang bersangkutan langsung didampingi oleh Pengacara

berdasarkan permintaannya. Walaupun ASN Biro hukum harus berperan aktif

dalam pendampingan ini karena merupakan tugas pokok dan fungsinya akan

tetapi tidaklah pantas (kurang etis) jika pegawai ASN Biro Hukum langsung

mendampinginya tanpa permintaan yang bersangkutan. Aktif disi bukan

mencari-cari ASN yang berhadapan dengan hukum akan tetapi aktif dalam arti tidak

menunggu-nunggu atau mencari alasan lain, akan tetapi tetap proaktif dalam

mengupayakan pendampingan.

Mekanisme pelaksanaan pendampingan bahwa semua surat-surat

panggilan untuk didengar keterangan ASN Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

baik sebagai saksi maupun sebagai tersangka ditujukan kepada Gubernur sebagai

pejabat Pembina Kepegawaian Daerah cq. Sekretasris Daerah Provinsi. Oleh

Sekretaris Daerah Provinsi didisposisikan kepada Biro Hukum agar menerbitkan

surat penugasan untuk mengindahkan dan menghadiri maksud surat panggilan.

Biro hukum menerbitkan surat penugasan yang ditandatangani Sekretaris Daerah

(25)

kepada yang bersangkutan untuk dipenuhi maksudnya. Dalam tahapan ini

pegawai ASN yang dipanggil untuk didengar keterangannya menyampaikan

permohonan kepada Kepala Biro hukum baik lisan maupun tertulis agar dalam

pemeriksaan nantinya dapat kiranya didampingi oleh pegawai ASN Biro Hukum.

Permohonan ini segera direspon dengan menerbitkan surat tugas

pendampingan oleh Kepala Biro Hukum dan selanjutnya menerima Kuasa melalui

surat Kuasa yang telah dipersiapkan pihak yang didampingi. Pegawai ASN Biro

Hukum yang mendampingi setelah selesai pemeriksaan yang dilakukan aparatur

penegak hukum melaporkan hasilnya kepada Kepala Biro Hukum dan untuk

selanjutnya Kepala Biro Hukum menyampaikan hasil tersebut kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah Provinsi.

Sedangkan dalam pasal 32 Peraturan Gubernur Nomor 65 tahun 2011

tentang Tugas, Fungsi, dan Uraian Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara disebutkan bahwa

tugas dan fungsi Biro Hukum Provinsi Sumatera Utara dalam hal ini Bagian

Bantuan Hukum yang menangani masalah Bantuan Hukum disebutkan bahwa

Bagian Bantuan Hukum mempunyai tugas membantu Kepala Biro Hukum dalam

melaksanakan penyelenggaraan penanganan sengketa bantuan hukum dan

perlindungan hak asasi manusia. Selanjutnya dalam uraian tugasnya pada pasal 32

huruf (o) dan huruf (p) disebutkan bahwa Bagian Bantuan Hukum,

(26)

Huruf (o) : menyelenggarakan bantuan hukum dan perlindungan hukum atas aset

dan permasalahan hukum dalam kedinasan di lingkungan Pemerintah

Provinsi, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Huruf (p) : menyelenggarakan fasilitasi bantuan dan perlindungan hukum

terhadap pegawai negeri sipil dalam hubungan kedinasan Pemerintah

daerah Provinsi, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Menyikapi isi pasal 32 Peraturan Gubernur Nomor 65 tahun 2011 tentang

Tugas, Fungsi, dan Uraian Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara bahwa yang berkaitan dengan

aset Pemerintah Daerah Provinsi dan ASN Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

yang berhadapan dengan hukum dalam pelaksanaan tugas kedinasan ditangani

oleh Biro Hukum. Penanganan permasalahan yang berkaitan dengan hukum ini

dimaksudkan adalah untuk memberikan pendampingan hukum kepada ASN yang

ruang lingkupnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.

12 tahun 2014 yang disebutkan di atas.

Berdasarkan uraian tersebut di atas nampak jelas peranan Biro Hukum

yang memberikan pendampingan terhadap ASN, yang tertuang dalam tugas pokok

dan fungsi serta uraian tugas Biro Hukum. Peranan Biro Hukum dalam

pendampingan tidak sama dengan peranan pengacara profesional dalam

pendampingan walaupun dalam ruang lingkup yang sama. Hal ini nampak dari

dari berbagai segi seperti profesionalitas di satu sisi dan mekanisme

(27)

sebagai aparatur sipil negara (pendampingan atas nama institusi) yang digaji oleh

negara yang harus proaktif dalam pendampingan karena berkaitan dengan

kepentingan pemerintah dan institusi, walaupun tindakan yang berkaitan dengan

hukum pidana itu merupakan tindakan inperson yang harus

dipertanggungjawabkan secara pribadi.

Sedangkan pengacara tidak proaktif karena pengacara memberikan jasa

pelayanan hukum kepada kliennya berdasarkan permintaan klien dan atas

pemberian jasa hukum itu pengacara mendapat honorarium dan pendampingan

yang dilakukan bukan atas nama institusi misalnya Peradi, akan tetapi atas nama

pribadi pengacara yang bersangkutan. Hal di atas merupakan salah satu alasan

peranan pendampingan Biro Hukum dibatasi hanya sampai dengan tahap

pendampingan Penyelidikan dan Penyidikan. Karena jika sudah menjadi terdakwa

dalam arti sudah dilimpahkan ke Pengadilan yang harus dipertanggungjawabkan

secara inperson, maka institusi tidak terlibat lagi di dalamnya. Selanjutnya bila

yang bersangkutan menghendaki, maka dalam tingkatan berikutnya dapat

meminta jasa pengacara untuk memberikan pembelaan hukum untuk menegakkan

kebenaran dan keadilan dengan menerima honorarium atas jasa pembelaan hukum

yang diberikan.

Pada sisi lain peran pendampingan Biro Hukum merupakan peran

pelayanan secara umum dengan kwalifikasi pengetahuan hukum secara umum

juga. Sedangkan seorang pengacara yang merupakan praktisi hukum harus

(28)

sehingga penegakan hukum dalam arti kebenaran dan keadilan itu dapat berdaya

guna dan berhasil guna.

E. Pendampingan yang dilakukan Advokat

Proses hukum dalam pilar penegakan hukum di Indonesia dilaksanakan

oleh aparat penegak hukum, satu diantara aparat penegak hukum itu adalah

Advokat, atau Penasihat Hukum yang akrab disebut Pengacara. Advokat adalah

orang yang berpofesi memberikan jasa hukum di dalam maupun di luar

pengadilan yang harus memenuhi syarat sebagaimana yang ditentukan oleh

undang-undang. Pendampingan yang dilakukan oleh seorang advokat ini sengaja

dicantumkan agar adanya perbandingan yang dilakukan oleh seorang ASN Biro

Hukum dengan pendampingan yang dilakukan oleh seorang yang sudah

profesional atau Advokat.

Dalam tugas pendampingan yang dilakukannya, seorang Advokat

berfungsi membela kepentingan masyarakat (public defender) dan kliennya.

Advokat dibutuhkan pada saat seseorang atau lebih anggota masyarakat

menghadapi suatu masalah atau problem di bidang hukum baik dalam litigasi

maupun non-litigasi.41

Pada umumnya, bagi orang atau sekelompok orang yang menggunakan

jasa seorang Advokat untuk mendampinginya dalam proses hukum, yang

memiliki tingkat perekonomian yang tinggi akan membayar honorarium jasa

pendampingan advokat yang telah disepakati sebelumnya oleh kliennya tersebut

sesuai dengan profesinya. Namun, hal itu tidak selamanya berlaku bagi setiap

41

(29)

orang. Bagi masyarakat yang memiliki tingkat perekonomian yang rendah yang

terjerat kasus hukum, maka undang-undang akan menjamin hak-haknya dalam

memberikan bantuan hukum kepadanya secara cuma-cuma demi terjalinnya

keadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011

tentang Bantuan Hukum. Dalam hal ini pemerintah menyediakan dana bagi

advokat untuk mendampingi masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi yang

berperkara di pengadilan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pada tataran kinerjanya sebagai pendamping, peran strategis Advokat

berbeda dengan institusi penegak hukum yang lainnya (kepolisian, kejaksaan

kehakiman). Kepolisian dan Kejaksaan adalah institusi yang mewakili

pemerintah, Kehakiman mewakili negara, sedangkan Advokat mewakili

kepentingan masyarakat yang membutuhkan jasanya yang diwakilinya pada sisi

lain (dalam hal ini disebut klien).

Hal di atas memperoleh penegasan di dalam penjelasan undang-undang

Advokat, yang dinyatakan bahwa “...melalui jasa bantuan hukum yang

diberikannya, Advokat menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan

berdasarkan hukum untuk kepentingan pencari keadilan, termasuk usaha

memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka di

depan hukum (due process of law)...”42

Dengan argumentasi peran hukum yang demikian, profesi Advokat dalam

mendampingi kliennya disebut profesi yang mulia dan terhormat (officium

nobile). Bukan karena kepentingan yang dibela yaitu kepentingan masyarakat tadi.

42

(30)

Kemuliaan dan kehormatan profesi Advokat dalam mendampingi kliennya

melekat karena predikat hukum dan sifat profesi itu. Oleh karenanya kemuliaan

dan kehormatan itu harus dijunjung tinggi tanpa mengenal tempat dan waktu.

Menjadi kewajiban luhur seorang Advokat untuk untuk sadar akan kewajibannya

untuk menjaga citra dan martabat kehormatan profesi, setia menjunjung tinggi

kode etik dan sumpah profesi. Kode etik menjadi landasan moralitas ketika

Advokat menjalankan profesi pendampingannya memberi layanan hukum kepada

Kliennya.

Dalam upaya menjunjung tinggi citra profesi Advokat yang terhormat

tersebut, profesi Advokat bukan hanya sekedar mencari nafkah semata, tetapi juga

harus memperjuangkan nilai kebenaran dan keadilan karena didalamnya terdapat

adanya idealisme dan moralitas. Ini berarti seorang Advokat dalam tugas

pendampingan kepada kliennya tidak dapat terpaku begitu saja kepada hukum

positif dengan kebenaran serta keadilan maka yang harus diutamakan adalah

kebenargan dan keadilan. Sebab tujuan dari hukum sebenarnya adalah demi

terciptanya keadilan dan kebenaran.43

Sehubungan dengan hal diatas, dalam pandangan hukum, kinerja Advokat

harus diatur tentang bagaimana jasa hukum yang menjadi mindset itu

dimanifestasikan. Sebagaimana dinyatakan pada Pasal 1 ayat (2) undang-undang

Advokat bahwa jasa hukum adalah jasa yang diberikan oleh Advokat berupa

memberikan konsultan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi,

membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum Klien.

43

(31)

Sedangkan klien adalah orang, badan hukum, atau lembaga lain yang menerima

jasa hukum dari Advokat.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat disebutkan

bahwa advokat merupakan salah satu unsur penegak hukum. Hal ini mengandung

arti bahwa advokat mempunyai peranan dan fungsi yang sangat untuk

menegakkan hukum dan keadilan dalam membela hak-hak kliennya.

Peran dan fungsi ini hendaknya disadari sebagai suatu tanggung jawab

dalam mendampingi kliennya sampai permasalahannya selesai dalam arti putusan

pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkrach). Oleh karena

kedudukan, peran dan fungsi advokat sangat strategis dalam penegakan hukum

dan keadilan, maka untuk dapat diangkat menjadi Advokat yang bebas dan

mandiri dan dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan, harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. warga negara Republik Indonesia.

b. bertempat tinggal di Indonesia.

c. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara.

d. berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun.

e. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) undang-undang no. 18

tahun 2003 tentang Advokat.

f. lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat.

g. magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor

(32)

h. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang

diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

i. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai

integritas yang tinggi.

Sebelum menjalankan profesi dalam mendampingi kliennya, Advokat

wajib bersumpah menurut agamanya atau berjanji dengan sungguh-sungguh di

sidang terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnya. Sumpah atau

janji yang dilakukan seorang Advokat dilakukan dengan pelafalan yang telah

diataur dalam undang-undang tentang Advokat pasal 4 ayat (2).

Dalam melaksanakan tugasnya untuk mendampingi kliennya, seorang

Advokat terikat dengan kliennya. Dengan kata lain, Advokat profesional tidak

boleh mengabaikan kepentingan kliennya sampai masalah hukumnya selesai

dan/atau perkaranya mempunyai kekuatan hukum tetap. Seorang klien juga

berhak mendapatkan jasa bantuan hukum yang diberikan Advokat sesuai dengan

standar dan kode etik seorang Advokat. Apabila seorang Advokat tidak

melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai pendamping kliennya tersebut,

maka dapat dikenakan tindakan.

Tindakan yang dimaksud yang dilakuakn terhadap Advokat yang

melanggar kewajibannya adalah sebagaimana yang termuat dalam Pasal 7

undang-undang tentang Advokat, yaitu:

a. teguran lisan;

(33)

c. pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai 12

(dua belas) bulan;

Referensi

Dokumen terkait

H373 dapat menyebabkan kerusakan pada organ melalui paparan yang lama atau berulang H411 toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka

pada tanggal 10 Februari 2020 dengan durasi 100 menit dan dihadiri. oleh 20

Judul : Pola Budaya Matrilineal dalam Politik (Studi Kasus Keterwakilan Perempuan di DPRD Sumatera Barat Tahun 2014)..

Sesuai dengan Peraturan Bupati Lumajang Nomor 73 Tahun 2020 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Sekretariat Daerah,

Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa proses degradasi zat warna Rhodamine B menggunakan katalis kaolin-TiO 2 dengan. bantuan sinar UV, menunjukkan banyaknya zat

Bagaimana gambaran faktor personal (pelaku kemitraan) yang terdiri dari pengetahuan flu burung, pemahaman konsep kemitraan, keahlian dan kesepakatan peran, dan pengalaman

Semua siswa yang lulus dengan baik tidak suka bermain.. Tidak ada hubungan antara kelulusan dengan

Pembuatan film action ini menggunakan penggabungan teknik live shoot dan special effect untuk menvisualkan adegan yang tidak dapat dicapai dengan alat yang biasa dan